Indonesia merupakan negara agraris dengan luas lahan baku sawah sebesar
7.463.948 hektare (BPS, 2020). Lahan tersebut ditanami oleh padi, tembakau,
tebu, singkong, dan sebagainya. Luas lahan yang ditanami singkong sekitar
produksi singkong terbesar setelah negara Nigeria, Thailand dan Brasil dengan
provinsi sentra produksi singkong di Indonesia yaitu Lampung, Jawa Barat, Jawa
Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, NTT, Sulawesi Selatan, dan Sumatera Utara.
Tengah, Tulang Bawang, Lampung Timur, Lampung Utara, Way Kanan, dan
Ngawi. Selain dapat dimanfaatkan sebagai bioetanol, limbah kulit singkong dapat
dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Kulit singkong yang akan dijadikan pakan
ternak harus diberi perlakuan terlebih dahulu karena kulit singkong mengandung
zat sianida yang dapat membahayakan kesehatan ternak apabila dikonsumsi dalam
FINA YUNISA
MUTIARA RIYANTO PUTRI
Menurut Zagrobelny et al. (2014), sianida dapat menyebabkan terhentinya
dikarenakan sianida dapat bersifat racun baik untuk manusia maupun untuk
selulosa yang akan digunakan dalam proses hidrolisis. Terdapat kandungan lignin,
lignoselulosa sehingga selulosa lebih mudah diakses oleh enzim yang akan
kadar selulosa yang paling tinggi dan menurunkan kadar lignin dibandingkan
dengan metode yang lain. Terjadi interaksi antara gelombang mikro dengan bahan
baku bioetanol sehingga memberikan efek panas yang akan membantu pemisahan
1.2 Tujuan
FINA YUNISA
MUTIARA RIYANTO PUTRI
FINA YUNISA
MUTIARA RIYANTO PUTRI
II TINJAUAN PUSTAKA
Kulit singkong merupakan limbah padat organik yang umumnya berasal dari
industri Pengolahan tapioka dan makanan. Selain sebagai sumber energi, kulit
sianogenik yang terdiri atas Linamarin dan lotaustralin sebanyak 93% dan 7%
terjadi kekejangan yang diikuti dengan sesak nafas, hilang kesadaran. Bahkan
kematian pun dapat terjadi (Sari dan Astili, 2018). Pascapanen kulit singkong
Kulit singkong dianggap sebagai limbah yang tidak Berguna atau pakan
ternak, maka bahan ini masih belum banyak dimanfaatkan bahkan dibuang. Kulit
singkong dapat menjadi Produk yang bernilai ekomomis tinggi, antara lain diolah
menjadi tepung mocaf. Presentase kulit singkong kurang lebih sebesar 20% dari
FINA YUNISA
MUTIARA RIYANTO PUTRI
(Maulinda et al., 2017). Amilopektin juga dapat membentuk kristal, tetapi tidak
2.2 Bioetanol
memenuhi kebutuhan energi masa depan. Bioetanol merupakan salah satu bahan
siklus karbonnya (Costello dan Chun 2018). Etanol pada bioetanol dihasilkan
melalui proses fermentasi glukosa bahan baku bioetanol. Bahan baku yang
mengandung pati dan selulosa dapat dikonversi menjadi etanol. Bioetanol dapat
diproduksi dari bahan baku limbah pertanian yang mengandung pati seperti ampas
tebu, kulit pisang, kulit singkong, jerami, dan sebagainya (Chittibabu et al. 2013).
Bahan bakar yang paling sering dipakai dan digunakan saat ini adalah BBM
atau yang sering disebut juga bahan bakar minyak. Bahan bakar ini meliputi
seperti Pertamax, Premium dan lainnya. Bahan bakar ini berasal dari minyak bumi
atau dapat disebut juga bahan bakar fosil. Peningkatan bahan bakar fosil untuk
bahan bakar fosil ini tidak dapat diperbaharui maka dibutuhkan bahan bakar
Salah satu bahan bakar alternatif yang dapat digunakan saat ini adalah bahan
bakar etanol atau yang disebut juga bioetanol. Ethanol atau alkohol merupakan
bahan bakar yang bersih, dimana hasil pembakaran menghasilkan CO2 dan H2O
FINA YUNISA
MUTIARA RIYANTO PUTRI
yang berasal dari fermentasi jagung, sorgum, sagu atau nira tebu dan tanaman
lainnya. Sumber daya alam ini cukup mudah ditemui di berbagai daerah karena
bakar alternatif (Loupatty, 2014). Dikarenakan sumber daya alam yang digunakan
2.3.1 Hidrolisis
Hidrolisis adalah suatu proses antara reaktan dengan air agar suatu senyawa
bioetanol, karena proses hidrolisa ini menentukan jumlah glukosa yang dihasilkan
lambat dan hasil reaksi tidak komplit, maka perlu ditambahkan katalis untuk
selektivitas. Katalisator ini bisa berupa asam maupun enzim. Katalisator asam
yang biasa digunakan adalah asam klorida, asam nitrat, dan asam sulfat.
dalam proses karena tidak dipengaruhi oleh berbagai faktor, hidrolisis terjadi
secara acak dan waktu lebih cepat. Kelebihan hidrolisis dengan enzim yaitu reaksi
hidrolisis yang terjadi dapat beragam, kondisi proses yang digunakan tidak
ekstrim, seperti suhu sedang dan pH mendekati netral, tingkat konversi lebih
FINA YUNISA
MUTIARA RIYANTO PUTRI
tinggi, polutan lebih rendah dan reaksi yang spesifik (Judoamidjojo et al., 1989).
Hasil hidrolisis enzim pemecah pati dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
jenis pati, kandungan amilosa dan amilopektin pati, kondisi lingkungan enzim
2.3.2 Fermentasi
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik
(tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi
anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan
elektron eksternal (Muljono, 2017). Gula adalah bahan yang umum dalam
fermentasi. Beberapa contoh hasil fermentasi adalah etanol, asam laktat, dan
hidrogen. Akan tetapi beberapa komponen lain dapat juga dihasilkan dari
oleh massa sel mikroba. Perubahan yang terjadi selama proses fermentasi adalah
glukosa menjadi bioetanol oleh sel-sel ragi tape dan ragi roti (Prescott and Dunn,
tergantung dari jumlah aceptor electron terakhir yang dapat dipakai. Sel-sel
dari reaksi oksidasi, dalam hal ini yaitu asam menjadi senyawa yang memiliki
energi.
FINA YUNISA
MUTIARA RIYANTO PUTRI
2.3.3 Distilasi
atau didefinisikan juga teknik pemisahan kimia yang berdasarkan perbedaan titik
didih. Dalam penyulingan, campuran zat di didihkan sehingga menguap, dan uap
ini kemudian di dinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki
Ragi atau khamir adalah jamur yang terdiri dari satu sel, dan tidak
yang mencakup banyak jenis ragi. Saccharomyces berasal dari bahasa Latin yang
berarti gula jamur. Banyak anggota dari genus ini dianggap sangat penting dalam
digunakan dalam pembuatan anggur, roti, dan bir. Anggota lain dari genus ini
Ragi roti bersifat stabil, tidak berbahaya atau menimbulkan racun, mudah di
dapat dan mudah dalam pemeliharaan. Bakteri tidak banyak digunakan untuk
memproduksi alkohol secara komersial, karena bakteri tidak dapat tahan pada
kadar alkohol yang tinggi (Sudarmadji, 2015). Sel Saccharomyces berbentuk bulat
FINA YUNISA
MUTIARA RIYANTO PUTRI
dan CO2. Saccharomyces merupakan mikroorganisme bersel satu, tidak
mikroorganisme ini cepat berkembang biak, tahan terhadap kadar alkohol yang
tinggi, tahan terhadap suhu yang tinggi, mempunyai sifat stabil dan cepat
FINA YUNISA
MUTIARA RIYANTO PUTRI
III METODOLOGI
FINA YUNISA
MUTIARA RIYANTO PUTRI
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
FINA YUNISA
MUTIARA RIYANTO PUTRI
V KESIMPULAN
FINA YUNISA
MUTIARA RIYANTO PUTRI
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, F., Z. Anita, dan H. Harahap. 2013. Pengaruh waktu simpan film plastik
biodegradasi dari pati kulit singkong terhadap sifat mekanikalnya. Jurnal
Teknik Kimia USU. 2(1): 11-15.
Ningsih, Astuti Y, Lubis KR, Moeksin R. 2013. Pembuatan bioetanol dari Tandan
Kosong Kelapa Sawit (TKKS) dengan metode hidrolisis asam dan
fermentasi. Jurnal Teknik Kimia. 18(1): 30-34.
Saragih, R., Kawano, D.S., Hakim, J.A.R., 2013. Pengaruh Penggunaan Bahan
Bakar Premium, Pertamax, Pertamax Plus Dan Spiritus Terhadap Unjuk
Kerja Engine Genset 4 Langkah 2,5.
Sudarmadji, S., Haryoo, B., dan Suhardi. 2015. Prosedur analisa untuk bahan
makanan dan pertanian. Edisi ketiga. Yogyakarta: Liberty.
Boedoyo, M.S., 2014. Prospek Pemanfaatan Bioethanol Sebagai Pengganti BBM
di Indonesia 10.
Muljono, Judoamidjojo, Darwis, Aziz, A., dan Gumbira, E. 2017. Teknologi
Fermentasi. Rajawali pers: Jakarta.
Prescott, S.C., Dunn. 2014. Industrial Microbiology. New York: MC Grow Hill
Book Company.
Taufik, Ardiyanto. 2019. Tentang Jamur Ragi: Yogyakarta
Loupatty, V.D., 2014. Pemanfaatan bioetanol sebagai sumber energi alternatif
pengganti minyak tanah. Jurnal Pertanian. 10(6): 50–59.
Artiyani A. 2016. Bioetanol dari Limbah Kulit Singkong melalui Proses Hidrolisis
dan Fermentasi dengan Saccharomyces cerevisiae. Journal International
Conference on Environmental Science and Technology. 2(11): 67-71.
Erna, Said I, Abram PH. 2016. Bioetanol dari limbah kulit singkong (Manihot
esculenta Crantz) melalui proses fermentasi. Jurnal Akademika Kimia. 5(3):
121-126.
Sari, F.D.N. dan R. Astili. 2018. Kandungan Asam sianida dendeng dari limbah
kulit Singkong. Jurnal Dunia Gizi, 1 (1) : 20-29.
Cosstello R, Chum H. 2018. Biomass Bioenergy and Carbon Management.
Madison(US): Omnipress.
Chittibabu S, Rajendran K, Santhanmuthu M. 2013. Optimization of microwave
assisted alkali pretreatment and enzymatic hydrolysis of banana psedostem
for bioethanol production.
Maulinda, L., Nasrul, Z. A., & Sari, D. N. 2017). Pemanfaatan kulit singkong
sebagai bahan baku karbon aktif. Jurnal Teknologi Kimia Unimal, 4(2), 11-
19.
FINA YUNISA
MUTIARA RIYANTO PUTRI
Zagrobelny M, Bak S, Rasmussen AV, Jorgensen B, Naumann CM, Meller BL.
2004. Cyanogenic glucosides and plant-insect interaction. Phytochemistry.
6(12):293-306.
Rosyidin K, Khaharudin Y, Amin R, Andriani NK, Maharani DM. 2015. Assisted
pretreatment with microwave heating untuk peningkatan kadar selulosa
batang pisang pada produksi bioetanol. Prosiding Simposium Nasional
Inovasi dan Pembelajaran Sains.
BPS Indonesia. 2020. Badan Pusat Statistik Republik Indonesia Tanaman Pangan.
Pranita E. 2019. Potensi pertanian ubi kayu di Indonesia yang menjanjikan:
Bogor.
FINA YUNISA
MUTIARA RIYANTO PUTRI
LAMPIRAN
FINA YUNISA
MUTIARA RIYANTO PUTRI
FINA YUNISA
MUTIARA RIYANTO PUTRI