Anda di halaman 1dari 15

Pembuatan Bioetanol Generasi Kedua dari Klobot Jagung (Zea mays)

melalui Proses Hidrolisis Asam dan Fermentasi menggunakan


yeast Isolat Ragi Tape dengan Variasi Penambahan Unsur
Nitrogen (N) dan Kalium (K) dari Pupuk NPK

PROPOSAL PROYEK
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah
Mikrobiologi Industri
yang dibina oleh Ibu Dr. Endang Suarsini, M.S.
dan Ibu Sitoresmi Prabaningtyas, S.Si., M.Si.

oleh
NANDA AGUS AHSANI TAQWIN/130342615351

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
PRODI S1 BIOLOGI
Pebruari 2016

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Indonesia yang semula merupakan net-exporter di bidang Bahan
Bakar Minyak (BBM), kini telah menjadi net-importer BBM sejak tahun
2000 (Osvaldo et al., 2012). Hal tersebut karena terjadi saat harga minyak
dunia tidak stabil dan cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 2011
lalu, produksi BBM Indonesia hanya mencapai sekitar 290 juta barel dan
pemerintah melakukan impor minyak sebanyak 91,4 juta barel pada tahun
yang sama untuk memenuhi BBM dalam negeri. Dengan harga minyak
dunia per barel mencapai USD 90,45 (Ditjen MIGAS, 2011). Harga bahan
bakar minyak yang terus meningkat dan cadangan minyak dunia yang
makin terbatas telah mendorong upaya untuk mendapatkan bahan bakar
alternative (Kerr, 1998; Wheals et al., 1999; Aristidou & Penttila, 2000;
Schubert, 2006). Bahan bakar minyak yang bersumber dari sisa-sisa fosil
disamping harganya yang mahal, juga kurang ramah lingkungan,
menyebabkan pemanasan global, dan banyak menimbulkan emisi gas
karbon.
Dewasa ini, kebutuhan energi khususnya BBM (Bahan Bakar
Minyak) di Indonesia terus mengalami kenaikan. Salah satu faktor
penyebab naiknya harga BBM yaitu berkurangnya ketersediaan minyak
bumi akibat penggunaannya yang semakin meningkat (BPSN, 2013).
Dampak lain dari ketersediaan BBM yang semakin berkurang adalah
terjadinya kelangkaan BBM (Taqwin et al., 2015). Kelangkaan BBM di
Indonesia terjadi hampir di seluruh wilayah. Sebagai contoh yaitu
kelangkaan BBM yang terjadi di Aceh (Kompas, 2013) dan di Maluku
(http://republika.co.id, diakses 2 Oktober 2013). Oleh sebab itu,
diperlukan sumber energi alternatif baru yang mampu mencukupi atau
menghemat penggunaan energi dari bahan bakar fosil, yaitu BBM
(Oktavianus, 2013).
Salah satu energi alternatif yang menjanjikan adalah bioetanol.
Bioetanol merupakan etanol yang bahan utamanya dari tumbuhan dan

umumnya menggunakan proses fermentasi (Banat et. al., 1998; Ueno et.
al., 2002; Linn, 2006; Rikana & Adam, 2015). Bioetanol merupakan energi
terbarukan yang ramah lingkungan (eco-friendly) dan terbukti dapat
mengurangi emisi gas oleh kendaraan bermotor (Hansen et. al., 2005;
Periyasamy et. al., 2009). Bahan bakar dari etanol menghasilkan emisi dan
toksisitas yang lebih rendah dibandingkan dengan bakar fosil serta dapat
terurai secara biologis (biodegradable) (Wynman & Hinman, 1990)
sehingga lebih aman untuk digunakan.
Selama ini, produksi bioetanol menggunakan bahan berpati dan
bergula seperti tebu, ubi kayu, jagung, ubi jalar, sagu, singkong ataupun
tetes tebu (molases) (Yuanisa et. al., 2015). Bahan-bahan tersebut sebagian
besar merupakan salah satu sumber pangan, sehingga penggunaannya
sebagai bahan utama pembuatan bioetanol kurang potensial. Bioetanol
selain dapat dibuat dari bahan dengan kandungan zat pati yang tinggi, juga
dapat terbuat dari bahan dengan kandungan lignoselulosa (Taqwin et. al.,
2015; Yuanisa et. al., 2015).
Bahan lignoselulosa merupakan biomassa yang berasal dari
tanaman dengan komponen utama lignin, selulosa dan hemiselulosa
(Hermiati et. al., 2010). Lignoselulosa merupakan sumber bahan baku
pembuatan bioetanol yang murah, tersedia dalam jumlah yang cukup
melimpah dan tidak digunakan sebagai bahan pangan sehingga
penggunaannya sebagai sumber energi tidak mengganggu pasokan bahan
pangan (Millati et. al., 2002; Karimi et. al., 2005; Hermiati et. al., 2010;
Zhang et. al., 2013). Bioetanol yang bersumber dari lignoselulosa,
merupakan energi terbarukan generasi kedua, yang mulai diperhatikan
oleh dunia sebagai alternatif bahan bakar karena bahan baku yang lebih
murah dibandingkan dengan karbohidrat (gula) (Lin et. al., 2006; Shigh et.
al., 2013).
Salah satu sumber lignoselulosa yaitu kulit jagung atau klobot
jagung. Jagung merupakan tanaman yang tersebar luas di Indonesia,
biasanya masyarakat hanya memanfaatkan biji atau buah jagung
sedangkan

tongkol dan kulit (klobot) jagung dibuang. Kulit jagung

berwarna hijau muda atau coklat kekuningan. Hal yang menarik untuk

diteliti yaitu limbah kulit (klobot) jagung yang dapat diperoleh dari penjual
jagung di pasar, penjual jagung keliling, atau dari kebun jagung untuk
dijadikan sebagai sumber lignoselulosa dalam pembuatan bioetanol.
Berikut ini merupakan tabel komposisi pada kulit jagung terkait komposisi
selulosa dan unsur lainnya.
Tabel 1. Komposisi Kulit Jagung (Huda, 2008)
Unsur
Selulosa ( % )
Lignin ( % )
Abu ( % )
Lainnya ( % )
Kristalinitas ( % )

Kulit
42.31 0.7
12.58 0.2
4.16 0.26
40.95
34.57 0.91

Pada proses pembuatan bioetanol dengan bahan lignoselulosa


diperlukan proses isolasi atau ekstraksi selulosa dari bahan mentahnya
(Taqwin et. al., 2015). Konversi bahan lignoselulosa menjadi etanol pada
dasarnya terdiri atas tiga tahap, yaitu perlakuan pendahuluan, sakarifikasi
atau hidrolisis dan fermentasi. Proses pembuatan bioetanol dapat
dilanjutkan destilasi dan dehidrasi untuk menghasilkan tingkat kemurnian
etanol yang lebih tinggi. Proses pendahuluan sebelum pembuatan
bioetanol adalah persiapan bahan baku atau substrat, proses pre-hidrolisis
atau delignifikasi dan pengeringan bahan Bioetanol dihasilkan dari proses
hidrolisis selulosa atau sakarifikasi menjadi glukosa yang kemudian
difermentasi menjadi etanol (Gunam et. al., 2011).
Hidrolisis selulosa atau sakarifikasi secara kimia dengan
menggunakan asam kuat dan pada temperatur yang tinggi (Jeffries & Jin,
2000). Pada tahap sakarifikasi, selulosa diubah menjadi selobiosa dan
selanjutnya menjadi gula-gula sederhana seperti glukosa (Hermiati et. al.,
2010). Glukosa hasil sakarifikasi dapat diproses selanjutnya untuk
difermentasi. Fermentasi merupakan proses yang umum dilakukan dalam
pembuatan bioetanol yaitu produksi energi dalam kondisi anaerobik
(Winarno & Fardiaz, 1992). Perubahan yang terjadi selama proses
fermentasi yaitu, glukosa hasil hidrolisis selulosa menjadi bioetanol oleh
sel-sel ragi tape (Prescott & Dunn, 1959). Penambahan nutrisi pada proses

fermentasi dimungkinkan akan membantu kehidupan mikroorganisme


dalam melakukan proses fermentasi (Sari, 2009).
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis memiliki pemikiran
ilmiah mengenai pembuatan bioetanol berbahan dasar klobot jagung (Zea
mays). Pada penelitian ini dilakukan hidrolisis asam menggunakan H2SO4,
fermentasi

dilakukan

secara

konvensional

termodifikasi

dengan

menggunakan yeast isolat ragi tape dan penambahan nutrisi dari pupuk
NPK dengan variasi tertentu. Penelitian ini merupakan langkah awal
pendayagunaan limbah atau sampah klobot jagung (Zea mays) yang
kurang dimanfaatkan kembali.
B. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, tujuan penelitian ini sebagai
berikut:
1. Menjelaskan proses optimasi dan teknik dalam pembuatan bioetanol
generasi kedua dari klobot jagung (Zea mays) melalui proses hidrolisis
asam dan fermentasi menggunakan yeast isolat ragi tape dengan variasi
penambahan unsur nitrogen (N) dan kalium (K) dari pupuk NPK.
2. Mengkaji faktor-faktor yang berpengaruh dalam pembuatan bioetanol
dari klobot jagung, diantaranya konsentrasi H2SO4 yang digunakan saat
sakarifikasi atau hidrolisis, konsentrasi yeast isolat ragi tape yang
diberikan saat fermentasi, variasi penambahan pupuk NPK sebagai
tambahan nutrisi, dan lama fermentasi yang dilakukan.
3. Menganalisis dan membandingkan konsentrasi etanol yang dihasilkan
dari setiap perlakuan untuk kemudian dirancang flow chart efisiensi
produksi etanol (bioetanol) dari klobot jagung.
C. Pentingnya Masalah Penelitian
Penelitian mengenai "Pembuatan Bioetanol Generasi Kedua dari
Klobot Jagung (Zea mays) melalui Proses Hidrolisis Asam dan Fermentasi
menggunakan yeast Isolat Ragi Tape dengan Variasi Penambahan Unsur
Nitrogen (N) dan Kalium (K) dari Pupuk NPK" penting dilakukan karena,
pembuatan bioetanol dari klobot jagung berbasis limbah atau sampah
dengan memanfaatkan kulit (klobot) jagung belum dilakukan. Selain itu,
limbah kulit jagung jumlahnya sangat melimpah dan murah.

Hal lain yang penting dalam pembuatan bioetanol dari klobot


jagung ini adalah untuk mengetahui dan memamaparkan proses
pembuatan bioetanol generasi kedua yaitu dengan memanfaatkan bahan
baku

selulosa

menggunakan

proses

hidrolisis

asam,

fermentasi

menggunakan yeast isolat ragi tape dan penambahan nutrisi dari pupuk
NPK. Optimasi dan variasi dalam pembuatan bioetanol dapat menentukan
kualitas dari bioetanol yang dihasilkan. Bioetanol nabati diketahui juga
memiliki emisi gas yang sangat rendah, tidak menyebabkan polusi udara
dan memiliki nilai oktan bahan bakar yang tinggi. Sehingga, bioetanol dari
klobot jagung dapat digunakan sebagai renewable fuel (energi terbarukan)
yang lebih ramah lingkungan.
Berdasarkan hal tersebut proses pembuatan bioetanol dari klobot
jagung dengan optimasi secara hidrolisis asam, fermentasi menggunakan
yeast dan penambaan nutrisi dari pupuk NPK dengan variasi tertentu dapat
menjadi suatu solusi di masa depan untuk skala industri.
D. Asumsi Penelitian
Asumsi penelitian ini sebagai berikut:
1. Kandungan selulosa pada klobot jagung dianggap sama.
2. Kandungan yeast isolat ragi tape dianggap sama.
3. Kandungan Nitrogen (N) dan Kalium (K) pada pupuk NPK dianggap
sama.
4. Temperatur linkungan saat fermentasi dianggap sama.
5. Semua kondisi lingkungan (suhu, cahaya, pH, tekanan hidrostatiska
dan kelembaban) di dalam maupun di luar fermentor dianggap sama.
E. Definisi Operasional
1. Bioetanol generasi kedua adalah cairan biokimia pada proses
fermentasi gula dari selulosa yang berasal dari tanaman dengan
menggunakan bantuan mikroorganisme dilanjutkan dengan proses
fermentasi dan destilasi.
2. Klobot (kulit) jagung adalah bagian yang menutupi jagung secara
keseluruhan atau dapat disebut kulit jagung, berwarna hijau muda
sampai kekuningan, dan biasanya tidak ikut untuk dikonsumsi.

3. Hidrolisis asam adalah proses sakarifikasi untuk memcah selulosa


menjadi glukosa dengan menggunakan bantuan asam-asam kuat dan
proses pemanasan pada temperatur tertentu.
4. yeast isolat ragi tape adalah ragi tape yang dijual di pasaran dalam
bentuk butiran warna putih dengan merek tertentu mengandung
mikroorganisme (kapang) misalnya Sacch
5. Fermentasi adalah proses biokimia yang dapat terjadi secara anaerob
dilakukan oleh mikroorganisme tertentu untuk menghasilkan etanol
(bioetanol).
6. NPK adalah pupuk tanaman yang dijual di pasaran mengandung unsur
tertentu, diantaranya Nitrogen (N) dan Kalium (K).

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Bioetanol
Alkohol yang biasanya berupa etanol merupakan jenis senyawa
yang dapat terbuat dari tanaman yang mengandung banyak zat pati,
misalnya ubi, jagung, atau sagu. Alkohol dari bahan alami tersebut biasa
disebut dengan bioetanol. Secara umum, bioetanol dapat digunakan
sebagai bahan baku industri, bahan campuran miras, dan juga bahan bakar
kendaraan. Berdasarkan manfaatnya yang beragam tersebut, bioetanol
memiliki beberapa kriteria dalam pemanfaatannya. Menurut Nurdyastuti

(2012), untuk bioetanol dengan grade 90 sampai 96,50% vol, dapat


digunakan untuk bahan industri.
Bioetanol merupakan cairan bening tidak berwarna, terurai secara
biologis (biodegradable), toksisitas rendah dan tidak menimbulkan polusi
udara yang besar bila bocor (Rikana & Adam, 2015). Etanol yang terbakar
menghasilkan

karbondioksida

(CO2) dan air. Etanol

juga

bahan

bakar

yang

bernilai

tinggi

dan

dapat

menggantikan

timbal

sebagai

merupakan

peningkat

oktan
nilai

oktan dalam bensin.


Pembuatan bioetanol melibatkan reaksi-reaksi terutamanya reaksi
enzimatis. Proses reaksi enzimatis dalam pembuatan bioethanol digunakan
untuk memecah polisakarida (karbohidrat) menjadi monosakarida
(glukosa). Proses pemecahan ini disebut dengan hydrolisa enzim. Dalam
proses konversi karbohidrat menjadi glukosa (gula) larut air dilakukan
dengan penambahan air dan enzim; kemudian dilakukan proses peragian
atau fermentasi gula menjadi etanol dengan menambah yeast atau ragi.
Reaksi yang terjadi proses produksi bioethanol secara sederhana
ditunjukkan pada reaksi 1 dan 2.
(C6H10O5)n
Enzim (pati)

n C6H12O6 .... 1)

(C6H12O6)n
(glukosa)

2 C2H5OH + 2 CO2 . 2)

Menurut Nurdyastuti (2012), selain dapat dibuat dari zat pati


bioetanol juga dapat dibuat dari bahan dengan kandungan selulosa yang
tinggi. Salah satu bahan yang mengandung banyak selulosa yang
berpotensi untuk pembuatan bioetanol adalah klobot jagung.

Gambar 1. Rumus Bangun Bioetanol


(Fessenden, 1986)

Bioetanol bersifat multi-guna karena dicampur dengan bensin pada


komposisi berapapun memberikan dampak yang positif. Kelebihankelebihan bioetanol dibandingkan bensin (Khairani, 2007):
1. Bioetanol aman digunakan sebagai bahan bakar, titik nyala
etanol tiga kali lebih tinggi dibandingkan bensin.
2. Emisi hidrokarbon lebih sedikit.
B. Klobot Jagung
Jagung (Zea mays) merupakan salah satu makanan pokok di
Indonesia yang cukup banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia.
Komoditas jagung memiliki peranan penting dalam perkembangan
perekonomian nasional mengingat banyaknya kegunaan yang dapat
dimanfaatkan dari tanaman jagung itu sendiri mulai dari batang jagung,
buah jagung, bonggol jagung, bahkan kulit jagung. Produksi jagung yang
melimpah ruah tak lepas dari limbah yang dihasilkannya. Salah satu
limbah yang dihasilkan berupa kulit jagung.
Produksi jagung yang melimpah ruah tak lepas dari limbah yang
dihasilkannya. Salah satu limbah yang dihasilkan berupa kulit jagung.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Paramita (2010) bahwa limbah
kulit jagung dapat dimanfaatkan menjadi suatu produk sehingga dapat
menambah nilai dari limbah kulit jagung tersebut. Potensi kulit jagung
dapat dilihat dari kandungan nutrisi di dalamnya. Sebagian besar tubuh
dari kulit jagung mengandung selulosa. Selain itu, kulit jagung juga
mengandung lignin, abu, hemiselulosa dan komponen-komponen lain
(Huda, 2008).
C. Hidrolisis Asam
Hidrolisis merupakan proses pemecahan polisakarida di dalam
biomassa lignoselulosa, yaitu selulosa dan hemiselulosa menjadi monomer
gula penyusunnya. Pada hidrolisis sempurna, selulosa akan menghasilkan
glukosa, sedangkan hemiselulosa menghasilkan beberapa monomer gula
pentosa (C5) dan heksosa (C6). Hidrolisis dapat dilakukan secara kimia
(asam) atau enzimatik.
Hidrolisis asam adalah hidrolisis dengan mengunakan asam yang
dapat mengubah polisakarida (pati, selulosa) menjadi gula. Dalam

hidrolisis asam biasanya digunakan asam chlorida (HCl) atau asam sulfat
(H2SO4) dengan kadar tertentu. Hidrolisis ini biasanya dilakukan dalam
tangki khusus yang terbuat dari baja tahan karat atau tembaga yang
dihubungkan dengan pipa saluran pemanas dan pipa saluran udara untuk
mengatur tekanan dalam udara (Soebijanto, 1986).
Proses hidrolisis selulosa harus dilakukan dengan asam pekat agar
dapat menghasilkan glukosa (Fieser, 1963). Proses hidrolisis ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya :
1. pH (derajat keasaman)
pH mempengaruhi proses hidrolisis sehingga dapat
dihasilkan hidrolisis yang sesuai dengan yang diinginkan, pH
yang baik untuk proses hidrolisis adalah 2,3 (Soebijanto,1986).
2. Suhu
Suhu juga mempengaruhi proses kecepatan reaksi
hidrolisis, suhu yang baik untuk hidrolisis selulosa adalah
sekitar 21 oC
3. Konsentrasi
Konsentrasi mempengaruhi laju reaksi hidrolisis, untuk
hidrolisis asam digunakan konsentrasi HCl pekat atau H2SO4
pekat (Groggins,1985).
D. Fermentasi dan yeast Isolat Ragi Tape
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan
anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu
bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas
yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan
anaerobik dengan tanpa akseptor elektron eksternal (Winarno & Fardiaz,
1992).
Gula adalah bahan yang umum dalam fermentasi. Beberapa contoh
hasil fermentasi adalah etanol, asam laktat, dan hidrogen. Akan tetapi
beberapa komponen lain dapat juga dihasilkan dari fermentasi seperti asam
butirat dan aseton (Satuhu & Supardi, 1994). Fermentasi bioetanol dapat
didefenisikan sebagai proses penguraian gula

menjadi bioetanol dan

karbondioksida yang disebabkan enzim yang dihasilkan oleh massa sel


mikroba. Perubahan yang terjadi selama proses fermentasi adalah glukosa

menjadi bioetanol oleh sel-sel ragi tape dan ragi roti (Prescott & Dunn,
1959).
C6H12O6
Glukosa

ragi

2 C2H5OH + 2 CO2
etanol

(Sudarmadji., 1989)
Ragi atau khamir adalah jamur yang terdiri dari satu sel, dan tidak
membentuk hifa. Termasuk golongan jamur Ascomycotina. Reproduksi
dengan membentuk tunas (budding). Contoh dan peranan Ragi/Khamir
1. Saccharomyces cerevciae: berfungsi untuk pembuatan roti, tape,
dan alkohol
2. Saccharomyces tuac: berfungsi untuk mengubah air niral legen
menjadi tuak.
3. Saccharomyces ellipsoideus: berfungsi untuk peragian buah
anggur menjadi anggur minuman (akhyasrinuki , 2011).
E. Pentingnya Nutrisi Mikroorganisme saat Fermentasi
Pada proses fermentasi, mikoroorganisme sangat memerlukan
nutrisi yang baik agar dapat diperoleh hasil fermentasi yang baik. Nutrisi
yang tepat untuk menyuplai mikroorganisme adalah nitrogen yang mana
dapat diperolah dari penambahan NH3, garam amonium, pepton, asam
amino, urea. Nitrogen yang dibutuhkan sebesar 400-1000 gram/1000 L
cairan. Phospat yang dibutuhkan sebesar 400 gram/1000 L cairan
(Soebijanto,1986). Nutrisi yang lain adalah amonium sulfat dengan kadar
70-400 gram/100 liter cairan (Judoamidjojo,1992).

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Pebruari hingga April
2016. Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi gedung Biologi
(O5) Fakultas MIPA Universitas Negeri Malang. Tahap destilasi dilakukan
di Laboratoium Kimia Universitas Negeri Malang dan tahap HPLC
dilakukan di Laboratorium Biologi Universitas Muhammadiyah Malang.
B. Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental laboratorium yaitu
penelitian untuk menentukan faktor-faktor yang berpengaruh pada
pembuatan bioetanol dari klobot jagung terkait konsentrasi H2SO4 yang
digunakan saat sakarifikasi atau hidrolisis, konsentrasi yeast isolat ragi
tape yang diberikan saat fermentasi, variasi penambahan pupuk NPK
sebagai tambahan nutrisi, dan lama fermentasi yang dilakukan. Selain itu,
untuk menentukan konsentrasi bioetanol pada setiap perlakuan.
C. Instrumen Penelitian
1. Alat
Beaker glass, erlenmeyer gunting, oven, hot plate, batang
pengaduk, termometer, blender, kain saring, gelas ukur, labu ukur,
nampan plastik, pH meter, autoclave, botol selai, sendok plastik,
corong kaca, kantong kresek (plastik), selang plastik, timbangan, alat
destilasi, dan alat HPLC.

2. Bahan
Klobot jagung, ragi tape, H2SO4 pekat 5 M, NaOH 2%, akuades,
NaOH 4 M, kertas koran dan pupuk NPK.

D. Prosedur Penelitian
1. Proses pre-treatment
Klobot jagung dibersihkan dengan air kemudian dipotong kecil-kecil
menggunakan gunting, kemudian dibungkus dengan kertas koran dikeringkan
dalam oven pada suhu 120oC selama 24 jam. Proses ini dilakukan untuk
menghilangkan kelebihan air pada klobot jagung.
NaOH 2% sebanyak 500 mL dicampurkan dengan klobot jagung yang sudah
dikeringkan dan dipanaskan di atas hot plate pada suhu 100"C, kemudian
didinginkan untuk selanjutnya diblender.
Filtrat yang diperoleh kemudian dicuci menggunakan akuades dan dikeringkan
selama 2 hari hingga pH filtrat netral
Ekstrak kasar selulosa klobot jagung
2. Proses Hidrolisis
Selulosa klobot jagung ditimbang sebanyak 20 gram, kemudian
dicampurkan dengan H2SO4 pada konsentrasi 1%, 2%, 3%, 4%, dan
5% pada gelas Erlenmeyer, campuran kemudian dihidrolisa
menggunakan hot plate pada suhu 100"C
Rendemen klobot jagung hasil hidrolisis dikeringkan dan disaring
menggunakan kertas saring. Larutan hasil hidrosilat merupakan produk
utama
Larutan hasil hidrolisat diatur pH-nya menjadi 4,5 diukur dengan pH
meter. Penambahan pH dilakukan dengan menambahkan NaOH 4 M
Disterilisasi pada autoclave dengan suhu 120"C selama 15 menit
3. Fermentasi
Ragi tape dimasukkan ke dalam fermentor yang terbuat dari botol selai
berisi larutan hidrolisat klobot jagung dengan variasi bobot 5%, 10%,
15%, 20%, dan 25% (dari berat feed). Fermentor ditutup rapat dengan
plastik, diberi selang dan dimasukkan dalam air agar tidak
berhubungan dengan udara luar
Pada masing-masing konsentrasi ragi tape (berdasarkan bobot ragi
tape) diberikan tambahan NPK sebanyak 2 g, 4 g, 6 g, 8 g, dan 10 g

Fermentasi dilakukan selama 3 hari, 4 hari, 6 hari, 8 hari, dan 10 hari


pada masing-masing perlakuan
4. Destilasi dan HPLC
DAFTAR PUSTAKA
Badger, P.C. 2002. Ethanol from cellulose: A general review. p. 1721. In J.
Janick and A. Whipkey (Ed.). Trends in New Crops and New Uses.
ASHS Press, Alexandria, VA
Fessenden & Fessenden, 1994, Kimia Organik, Jakarta: Erlangga
Handayani, Putri,. Tanuwijaya, Juanita,. Dan, Karsono. 2012. The Influence of
Kapok Pericarpium Microcrystalline Cellulose on Dissolution of
Furosemida Tablet. Journal of Pharmaceutics and Pharmacology, 1(1):
55 62.
Hamelinck, C.N., G. van Hooijdonk, and A.P.C. Faaij. 2005. Ethanol from
lignocellulosic biomass: Techno-economic performance in short-,
midle- and long-term. Biomass and Bioenergy 28: 384410.
Maisaroh. 2009. Sistem Pencernaan Makanan Hewan Memamah Biak Dan
Produksi Enzim Selulase dari Bekicot untuk Produksi Etanol, (Online),
(http://bebas.vlsm.org/v12/sponsor/SponsorPendamping/Praweda/
Biologi /006 6%20Bio%202-5d.html), diakses 18 Oktober 2013.
Michael Lacourt, William. 2011. Enrichment Of Methanogenic Microcosms On
Recalcitrant Lignocellulosic Biomass: A thesis submitted in conformity
with the requirements for the degree of Master of Applied Science
Department of Chemical Engineering and Applied Chemistry
University of Toronto. Toronto: University of Toronto.
Nurdyastuti, Indyah. 2012. Prospek Pengembangan Bio-fuel sebagai Substitusi
Bahan Bakar Minyak: Teknologi Proses Produksi Bio-Ethanol. (Onlie),
(http://google.co.id. Indyah Nurdyastuti/2012/Prospek Pengembangan
Bio-fuel sebagai Substitusi Bahan Bakar Minyak: Teknologi Proses
Produksi Bio-Ethanol.html), diakses 30 September 2013.
Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Jenis dari Tahun 1987
Sampai 2011. Bapan Pusat Statistik Nasional. (Online),
(http://www.bps.go.id), diakses 16 Oktober 2013.
Prescott, S. G and C. G. Said, 1959, Industrial Microbiology. ed 3. New York :
McGraw-Hill Book Company.

Produksi Minyak Bumi dan Gas Alam Di Indonesia Tahun 1996 Sampai 2011.
Bapan Pusat Statistik Nasional. (Online), (http://www.bps.go.id),
diakses 16 Oktober 2013.
Sumada, Ketut,. Erka Tamara, Puspita, dan Fiqih, Alqani. 2011. Isolation Study
Of Efficient -Cellulose From Waste Plant Stem Manihot Esculenta
Crantz. Jurnal Teknik Kimia, (Online), 5 (2): 434-438,
(http://www.um.ac.id), diakses 17 Oktober 2013.
Susheel Kalia, Alain Dufresne, C., BibinMathew, Kaith ,B. S., Luc Averous,
James, Njuguna, and, Nassiopoulos , Elias. 2011. Cellulose-Based Bioand Nanocomposites: A Review. Hindawi Publishing Corporation
International Journal of Polymer Science, 2011(Article ID 837875, 35
pages doi:10.1155/2011/837875.

Anda mungkin juga menyukai