Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PRAKTIKUM AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

TUMPANG SARI TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis Guineensis Jacq.)


DENGAN JAGUNG MANIS(Zea mays)DI FAPERTA UNILAK

Oleh :

SEHAT AMIN HARAHAP


NIM : 1554201056

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
PEKANBARU
2018
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan petunjuk,
berkah, serta Kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan LAPORAN PRAKTIKUM
AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN.

Maksud di buatnya laporan ini adalah bertujuan untuk menyelesaikan tugas yang di
berikan oleh dosen mata kuliah AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN.

Walaupun demikian, laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran
dan kritik yang membangun tetap penulis nantikan demi kesempurnaan laporan ini. Penulis juga
berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis maupun pembaca dalam pembelajaran
budidaya tanaman kelapa sawit.

Penulis,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

1.2. TUJUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1JAGUNG

2.2 KELAPA SAWIT

BAB III PEMBAHASAN

3.1 JAGUNG

3.1.1 TIPS BUDIDAYA JAGUNG MANIS

3.1.2. PENANAMAN DAN PENGENDALIAN HAMA

3.1.3 PERAWATAN

3.1.4 PEMINDAHAN BIBIT JAGUNG MANIS

3.1.5 PANEN

3.2. KELAPA SAWIT

3.2.1 BOTANI TANAMAN KELAPA SAWIT

3.2.2 SYARAT TUMBUH

3.2.3 PANEN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Produksi jagung manis Nasional dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Diakhir
tahun 2000 yaitu 9.344.926 ton sedang diakhir tahun 2002 yaitu 9.277.258 ton ( Marzuki,
2002). Demikian juga untuk daerah Riau mengalami penurunan produksi dimana akhir tahun
2002 produksinya 38.588 ton, sedangkan pada tahun 2001 produksi mencapai 39.467 ton.
Berdasarkan survey yang telah dilakukan pada beberapa pedagang dan penjual di pasar, dan
tempat keramaian lainnya diperoleh informasi bahwa kebutuhan jagung manis setiap harinya
mencapai 8000 - 10.000 tongkol pada hari – hari biasa, sedangkan pada hari libur atau pada
malam hari, dan pada hari minggu kebutuhan dapat mencapai 12.000 tongkol ( Badan Pusat
Statistik, 2003 ).
Jagung manis sesuai dengan namanya memiliki kadar gula yang cukup tinggi yaitu 5 – 6
% ( Palungkun, 1995 ), sehingga rasanya lebih manis dari jagung biasa, namun ada juga
varietas lokal yang memiliki kadar gula 9 – 11 %, sedangkan vaitas Hybrid Super Sweet
Corn memiliki kadar gula 16 – 18 % ( Siswono, 2004 ). Tanaman jagung manis biasanya
dikonsumsi pada waktu masih segar dan muda, karena apabila jagung waktu pemanenannya
terlalu tua, maka jagung tersebut rasanya tidak manis lagi dan kualitas akan menurun. Untuk
memperoleh hasil biji yang lunak dan manis jagung harus dipanen pada fase masak susu
sebelum masak tua karena kandungan gula masih tinggi. Jagung manis yang dipanen terlalu
tua akan memiliki kandungan gula rendah dan biji akan keriput.
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) saat ini merupakan salah satu jenis
tanaman perkebunan yang menduduki posisi penting disektor pertanian umumnya, dan
sektor perkebunan khususnya, hal ini disebabkan karena dari sekian banyak tanaman yang
menghasilkan minyak atau lemak, kelapa sawit yang menghasilkan nilai ekonomi terbesar
per hektarnya di dunia (Balai Informasi Pertanian, 1990). Melihat pentingnya tanaman kelapa
sawit dewasa ini dan masa yang akan datang, seiring dengan meningkatnya kebutuhan
penduduk dunia akan minyak sawit, maka perlu dipikirkan usaha peningkatan kualitas dan
kuantitas produksi kelapasawit secara tepat agar sasaran yang diinginkan dapat tercapai.
Salah satu diantaranya adalah pengendalian hama dan penyakit.
(Sastrosayono 2003).
Tanaman kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat menjadi
andalan dimasa depan karena berbagai kegunaannya bagi kebutuhan manusia. Kelapa sawit
memiliki arti penting bagi pembangunan nasional Indonesia. Selain menciptakan kesempatan
kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumberdevisa negara.
Penyebaran perkebunan kelapa sawit di Indonesia saat ini sudah berkembang di 22 daerah
propinsi. Luas perkebunan kelapa sawit pada tahun 1968 seluas 105.808 hadengan produksi
167.669 ton, pada tahun 2007 telah meningkat menjadi 6.6 juta ha dengan produksi sekitar
17.3 juta ton CPO (Sastrosayono 2003).
Tanaman kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan primadona Indonesia. Di
tengah krisis global yang melanda dunia saat ini, industri sawit tetap bertahan dan memberi
sumbangan besar terhadap perekonomian negara. Selain mampu menciptakan kesempatan
kerja yang luas, industri sawit menjadi salah satu sumber devisa terbesar bagi Indonesia.
Data dari Direktorat Jendral Perkebunan (2008) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan luas
areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia, dari 4 713 435 ha pada tahun 2001 menjadi
7.363.847 ha pada tahun 2008 dan luas areal perkebunan kelapa sawit ini terus mengalami
peningkatan. Peningkatan luas areal tersebut juga diimbangi dengan peningkatan
produktifitas. Produktivitas kelapa sawit adalah 1.78 ton/ha pada tahun 2001 dan meningkat
menjadi 2.17 ton/ha pada tahun 2005. Hal ini merupakan kecenderungan yang positif dan
harus dipertahankan. Untuk mempertahankan produktifitas tanaman tetap tinggi diperlukan
pemeliharaan yang tepat dan salah satu unsur pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM)
adalah pengendalian hama dan penyakit.

1.2. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada latar belakang, maka tujuan penelitian adalah:

1. Mengetahui apakah perbedaan pola tanam tumpangsari akan mempergaruhi tingkat


produksi kelapa sawit dan tingkat pendapatan petani.

2. Menganalisis jenis pola tanam tumpangsari yang akan memberikan pengaruh paling
besar dalam meningkatkan produksi kelapa sawit dan tingkat pendapatan petani.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 JAGUNG

Permintaan jagung manis di Pekanbaru terus meningkat dengan meningkatnya

pertambahan jumlah penduduk. Pemerintah menargetkan produksi jagung manis bisa

mencapai 26.000.000 ton, sedangkan produksi pada tahun 2014 baru mencapai 18.548.872 ton

(BPS, 2014). Pada tahun 2015 di Riau produksi jagung adalah 25.896 ton dengan luas

penanaman 12.057 ha. Dari data tersebut mencerminkan bahwa peluang untuk meningkatkan

produksi jagung manis di Riau masih terbuka lebar.

Rendahnya produksi jagung manis di Riau salah satu penyebabnya adalah kondisi

lingkungan yang kurang mendukung untuk budidaya tanaman pangan. Jenis tanah di Riau

didominasi oleh Podsolik Merah Kuning (PMK) yang dikenal mengandung sedikit unsur hara,

sedikit mengandung bahan organik, dan pH yang rendah (Surtinah & Lidar, 2012).

Penambahan unsur hara dan bahan organik ke dalam tanah PMK belum cukup untuk

ISSN : 2502-0951 Jurnal Bibiet 2(1) Maret 2017 (37-44)

Kopertis Wilayah X 38

ketersediaan unsur hara untuk memenuhi kebutuhan tanaman.

(Surtinah, Susi, dan Lestari, 2016) melaporkan bahwa kadar gula tertinggi biji jagung
manis varietas Master sweet adalah 14,95%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ZPT Hormax
yang diberikan pada budidaya jagung manis varietas Master Sweet dapat meningkatkan kadar
gula biji, sehingga kualitas jagung manis dapat ditingkatkan.
2.1 KELAPA SAWIT

Tanaman kelapa sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) berasal dari Afrika Barat. Tetapi

ada sebagian berpendapat justru menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari

kawasan Amerika Selatan yaitu Brazil. Hal ini karena spesies kelapa sawit

banyak ditemukan di daerah hutan Brazil dibandingkan Amerika. Pada

kenyatannya tanaman kelapa sawit hidup subur di luar daerah asalnya, seperti

malaysia, Indonesia, Thailand, dan Papua Nugini. Bahkan, mampu memberikan

hasil produksi perhektar yang lebih tinggi (Fauzi et al,. 2012).

Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah kolonial

Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit yang

dibawa dari Maritius dan Amsterdam untuk ditanam di Kebun Raya Bogor.

Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial

pada tahun 1911. Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah

Adrien Haller, seorang berkebangsaan Belgia yang telah belajar banyak tentang

kelapa sawit di Afrika. Budidaya yang dilakukannya diikuti oleh K. Schadt yang

menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Sejak saat itu

perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang. Perkebunan kelapa

sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatra (Deli) dan Aceh. Luas areal

perkebunannya saat itu sebesar 5.123 ha.


BAB III

PEMBAHASAN

3.1. JAGUNG

Jagung manis adalah jagung yang rasanya manis, (oh tentu). Kalau dari segi budidayanya
jagung manis atau yang lebih dikenal dengan (Zea mays saccharata) itu lebih rentan terhadap
hama dan penyakit namun dari segi agrobisnis jagung manis mempunyai nilai ekonomis
lebih tinggi, dan diminati oleh pasar sehingga tidak salah jika budidaya jagung manis pun
terus diminati. Kenapa demikian? Karena jagung ini bersifat sangat mudah dikonsumsi
seperti dibakar, direbus bahkan bisa langsung dimakan tanpa diolah terlebih dahulu.

Secara biologis seperti ini, Jagung manis berkembang dari tipe jagung biasa jenis dent dan
flint. Kemudian jagung manis terjadi mutasi gen resesif sehingga menghambat perubahan
gula menjadi pati. Kadar gula pada jagung manis meningkat mulai hari ke-5 hinggan hari ke-
15. Makanya jagung ini rasanya manis.

3.1.1Tips Budidaya Jagung Manis.

Dikarenakan jagung ini memiliki tingkat adaptasi yang tinggi, maka jagung ini bisa ditanam
di dataran manapun, tinggi, sedang ataupun dataran rendah. Biasanya didataran tinggi hingga
ketinggian 1.800 mdpl atau bahkan hingga 3,000 mdpl. Tanaman inipun bisa tumbuh diatas
tanah dengan tingkan keasaman 5-8 ph.

Namun yang perlu diperhatikan sebelum melakukan budidaya jagung manis, tanaman ini
tidak akan maksimal apabila kebutuhan hara tidak tercukupi. Tanaman ini memerlukan unsur
nitrogen (N) dalam jumlah besar. Dengan pemberian pupuk harus memperhatikan
keseimbangan antara nitrogen, kalium (K) dan pospat (P).

Pengolahan Lahan

Budidaya bisa dilakukan dilahan kebun ataupun sawah, dengan catatan lahan sawah yang
tidak tergenang dengan air. Tahapan pengolahan lahan yang pertama adalah buatlah
bedengan dengan ukuran lebar 1 meter dengan ketinggian 20-30 cm sedangkan jarak antar
bedengan adalah 30 cm dan dalam satu bedengan ditanami 2 lajur/baris tanaman. Bedengan
ini berfungsi sebagai drainase air.

Selanjutnya pemberian pupuk dasar, pupuk yang deiberikan adalah pupuk organik/pupuk
kompos, hal ini untuk memenuhi unsur N dan unsur lainnya, kebutuhan pupuk dasar dalam
budidaya jagung manis ini adalah 5 ton pupuk organik perhektare

3.1.2. Penanaman dan perawatan

Penanaman jagung manis yang paling baik adalah dengan cara tunggal. Buatlah lubang
sedalam 2-3 cm kemudian masukan 2 butir benih jagung. Kemudian setelah itu tutup dengan
tanah dan pupuk kompos, kemudian siram agar kelembaban tanah terjaga. Benih yang
dibutuhkan adalah 8 kg per hektar.

Sedangkan jarak tanam pada budidaya jagung manis berkisar antara 60-75 cm. Jarak tanam
ini mengikuti jumlah populasi ideal tanaman. Budidaya jagung manis akan munai hasil baik
dengan menjaga populasi tanaman sebanyak 34.000-37.000 tanaman per hektar.

3.1.3. Pengendalian Hama dan Penyakit

Dalam budidaya Jagung Organik, dilakukan Pengendalian hama Secara Terpadu atau PHT,
untuk itu perlu diketahui terlebih dahulu Hama dan sifatnya dalam mengganunggu tanaman.

1. Penggerek batang jagung (O. furnacalis).

Hama ini menyerang tanaman pada fase vegetatif maupun generatif. menyebabkan kerusakan
tanaman dengan cara menggerek bagian batang tanaman untuk mendapatkan makanan.
Pengendaliannya, bisa dilakukan dengan cara tekhnis, yaitu dengan mengatur rotasi tanam
seperti dengan kedelai dan kacang tanah. Selain itu bisa juga dengan dengan memotong
bunga jantan dan menerapkan waktu tanam yang tepat. Pengendalian hayati bisa dilakukan
dengan memanfaatkan musuh alami seperti Trichogramma spp. atau predator alami
Euborellia annulata yang memangsa larva.
2. Ulat Tongkol (H. armigera)

Ulat tongkol menyerang tongkol jagung, sehingga tongkol jagung membusuk. Biasanya,
awalnya ulat ini bertelur di rambut-rambut jagung kemudian setelah larva tumbuh maka akan
memasuki kedalam tongkol, makanya perlu pengawasan yang mendetil dalam pengendalian
hama ini. Pencegahan terhadap hama ini adalah dengan menerapkan pengolahan tanah yang
baik. Pengolahan tanah yang akan mengurangi populasi ulat tongkol berikutnya. Musuh
utama dari hama ini adalah Trichogramma spp. yang merupakan parasit telur dan Eriborus
argentiopilosa parasit pada larva muda.

3. Kutu Daun (R. maidis)

Kutu daun mengeluarkan cairan yang biasa disebut embun madu pada daun, sehingga
menyebabkan daun akan bernoda dengan warna gelap. Noda-noda inilah yang nantinya akan
menghambat proses fotosintesis. Musuh alami hama ini adalah Lysiphlebus mirzai,
Coccinella sp. dan Micraspis sp. Cara lain untuk menghambat hama ini adalah dengan
melakukan tumpang sari.

4. Belalang (Oxya spp.)

Hama ini biasanya banyak berkembang didataran rendah, umumnya lahan padang rumput
atau pesawahan. Beberapa musuh alami belalang adalah Systoechus sp., burung dan laba-
laba. Selain itu patogen seperti Metarhizium anisopliae merupakan musuh belalang.
Metarhizium anisopliae merupakan bahan biopestisida yang sanggup mengendalikan 70-90%
hama belalang.
3.1.4 Pemindahan Bibit Jagung Manis

Langkah selanjutnya dalam cara budidaya jagung manis yaitu memindahkan bibit yang sudah
layak untuk dibudidayakan. Adapun cara yang tepat agar bibit dapat tumbuh subur hingga panen
nantinya :

● Pertama, buatlah lubang tanam pada media budidaya dengan jarak sekitar 40 cm hingga
70cm tiap lubang tanam.
● Untuk ukuran lubang tanam sendiri buatlah dengan diameter kurang lebih 10 cm dan
kedalaman yang baik yaitu sekitar 10 hingga 20 cm.
● Masukkan seetiap bibit ke dalam lubang tanam yang telah anda buat, untuk setiap lubang
tanam anda hanya bisa mengisinya dengan satu buah bibit tanaman saja.
● Setelah itu tutup lubang dengan tanah campuran pupuk dan sedikit padatkan agar bibit
jagung anda dapat berdiri kokoh dan tidak mudah tumbang jika terkena air ataupun angin.

3.1.5. Perawatan dan Panen Jagung Manis

Adapun hal yang harus anda perhatikan dalam cara budidaya jagung manis yaitu ketika anda
melakukan proses perawatan agar jagung manis anda tumbuh subur dan berbuah baik :

● Anda harus rutin melakukan proses penyiraman, untuk proses penyiraman lakukan
sebanyak 2 hingga 3 kali dalam sehari.
● Selain itu anda juga harus melakukan penyiangan dan pemupukan, untuk penyiangan dan
pemupukan bisa anda lakukan setiap 2 minggu sekali secara rutin.
● Penting bagi anda untuk menjaga kebersihan dan kesehatan tanaman jagung manis anda
agar tidak terserang hama dan penyakit. Anda bisa menyemprotkan pestisida secukupnya
untuk mengatasi hama jagung manis.
● Anda bisa memanen jagung manis jika jagung sudah siap panen dengan cirri buahnya
yang berwarna kuning dan tangkai yang mulai layu. Pemanenan
● Pemanenan dikakukan pada umur 65-75 hari setalah masa tanam, dengan tahapannya
sepuluh hari sebelum panen utama dilakukan panen pada jagung muda, yang baru
muncul, hal ini dimaksudkan agar nutrisi dikonsumsi oleh jagung utama yang akan
dipanen. Metode panen seperti ini cocok dilakukan untuk jenis tanaman jagung manis
satu tongkol.

3.2. KELAPA SAWIT

3.2.1. Botani dan Syarat Tumbuh Kelapa Sawit


Kelapa sawit yang tumbuh tegak lurus dapat mencapai ketinggian 15 – 20 meter.
Tanaman berumah satu (monoecious) karena bunga jantan dan bunga betina terdapat
pada satu pohon. Bunga kelapa sawit terdiri dari bunga jantan dan bunga betina. Bunga
jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar
dan mekar (Setyamidjaja,.2006). Akar tanaman kelapa sawit mempunyai sistem
perakaran serabut. Jika aerasi cukup baik, akar tanaman kelapa sawit dapat menembus
kedalaman 8 m di dalam tanah, sedangkan yang tumbuh ke samping dapat mencapai
radius 16 m (Sastrosayono, 2003)
Batang tanaman diselimuti bekas pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun
pelepah kelapa sawit yang mengering akan terlepas sehingga menjadi mirip dengan
tanaman kelapa. Daun kelapa sawit merupakan daun majemuk yang di bagian pangkal
pelepah daun terbentuk dua baris duri yang sangat tajam dan keras di kedua sisinya.
Anak-anak daun (foliage leaflet) tersusun berbaris dua sampai ke ujung daun. Buah
kelapa sawit terdiri atas beberapa bagian, yaitu eksokarp, perikarp, mesokarp,
endokarp, dan kernel. Mesokarp yang masak mengandung 45 – 50 % minyak dan
berwarna merah kuning karena mengandung karoten. Buah sawit mempunyai warna
bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang digunakan (Sunarko,
2007).
3.2.2. Syarat Tumbuh Kelapa Sawit
Habitat aslinya kelapa sawit adalah daerah semak belukar. Tanaman ini tumbuh
sempurna di ketinggian 1-500 mdpl dengan kelembaban 80-90% dan kecepatan angin 5-6
km/jam untuk membantu proses penyerbukan. Sawit membutuhkan iklim dengan curah
hujan stabil, 2000-2500 mm setahun. Pola curah hujan tahunan memengaruhi perilaku
pembungaan dan produksi buah sawit.Tanaman kelapa sawit memerlukan penyinaran
antara 5-7 jam/hari. Temperatur optimal untuk pertumbuhan kelapa sawit 24°C – 28°C.
Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah Podzolik, Latosol, Hidromorfik Kelabu,
Alluvial atau Regosol, tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara sungai. Produksi
kelapa sawit lebih tinggi jika di tanam di daerah bertanah Podzolik. Kemiringan lahan
kebun kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari 15°. Jika kemiringan lahan sudah melebihi
15° maka diperlukan tindakan konservasi tanah berupa pembuatan terasan, tapak kuda,
rorak dan parit kaki bukit.
Kesesuaian lahan
Lahan yang sesuai untuk kelapa sawit dapat berupa hutan primer dan sekunder,
semak belukar, bekas perkebunan komoditas lain (karet, kelapa, kakao), padang
alang-alang, atau bahkan bekas kebun tanaman pangan (jagung, singkong, padi gogo),
serta kebun kelapa sawit tua (peremajaan). Teknik pembukaan lahan dapat
dilakukan secara manual, mekanis, kimia atau kombinasi, tergantung keadaan
vegetasinya.
a. Ketinggian Tempat : Tanaman kelapa sawit bisa tumbuh dan berbuah hingga
ketinggian tempat 1000 mdpl. Namun, untuk produktivitas optimalnya diketinggian
400m dpl.
b. Topografi : Baik dikemiringan lereng 0°-12° atau 21%. Lahan yang kemiringannya
13°-25° masih bisa ditanami kelapa sawit, tetapi petumbuhannya kurang baik. Untuk
lahan yang kemiringannya >25° sebaiknya tidak dipilih karena menyulitkan dalam
pengangkutan buah saat panen dan beresiko terjadi erosi.
c. Drainase : Kelapa sawit memerlukan oksigen sehingga tidak menyukai daerah yang
tergenang. Drainase yang jelek dapat menghambat kelancaran penyerapan unsur hara dan
proses nitrifikasi , sehingga tanaman akan kekurangan unsur nitrogen (N).
d. Tanah : Kelapa sawit dapat tumbuh di tanah podsolik, latosol, hidromorfik kelabu,
regosol, andosol, dan alluvial. Tanah gambut juga dapat di tanami kelapa sawit asalkan
ketebalan gambutnya tidak lebih dari satu meter dan sudah tua (saphrik). Sifat tanah yang
perlu di perhatikan untuk budi daya kelapa sawit adalah sebagai berikut :
* Sifat Fisik Tanah : Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh baik di tanah yang
bertekstur lempung berpasir, tanah liat berat, tanah gambut memiliki ketebalan tanah
lebih dari 75 cm, dan berstruktur kuat.
* Sifat Kimia Tanah : Untuk mendapatkan produksi yang tinggi dibutuhkan
kandungan unsur hara yang tinggi dan pH tanah bereaksi dengan asam dengan kisaran
nilai 4,0-6,0 dan ber pH optimum 5,0-5,5.
3. Kesesuaian iklim
Menurut Mangoensoekarjo (2007) Sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah
tropis (15° LU – 15° LS). Curah hujan optimal untuk tanaman kelapa sawit adalah 1 250
– 2 500 mm/tahun. Kelapa sawit lebih toleran dengan curah hujan yang tinggi
dibandingkan dengan jenis tanaman lainnya. Jumlah bulan kering lebih dari 3 bulan
merupakan faktor pembatas berat. Adanya bulan kering yang panjang dan curah hujan
yang rendah akan menyebabkan terjadinya defisit air. Keadaan angin tidak terlalu
berpengaruh karena kelapa sawit lebih tahan terhadap angin kencang di bandingkan
tanaman lainnya (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2006).
4.Rencana.budidaya
1.Pemilihan.Benih,.Varietas.dan.Bentuk.Benih
Secara garis besar ada 3 (tiga) jenis benih kelapa sawit yang dibudidayakan menurut
ketebalan dagingnya yaitu Dura, Pisifera dan Tenera.Benih yang saya pilih adalah benih
jenis Tenera. Tenera dihasilkan dari persilangan antara induk Dura dan jantan Pisifera.
Jenis ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing-masing induk
dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera
unggul memiliki tempurung yang tipis (3-20%), ukuran biji sedang (3-15%), persentase
daging per buahnya mencapai 90%, kandungan minyak per tandannya dapat mencapai
28%. Cara penyemaiannya, kecambah dimasukkan polibag 12×23 atau 15×23 cm berisi
1,5-2,0 kg tanah lapisan atas yang telah diayak. Kecambah ditanam sedalam 2 cm. Tanah
di polibag harus selalu lembab. Simpan polibag di bedengan dengan diameter 120 cm.
Setelah berumur 3-4 bulan dan berdaun,4-5,helai.bibit,dipindahtanamkan.
Bibit dari dederan dipindahkan ke dalam polibag 40×50 cm setebal 0,11 mm yang berisi
15-30 kg tanah lapisan atas yang diayak.
2. Penyiapan lahan.
Pembukaan Lahan
Dilakukan dengan cara membuat jalan rintisan untuk pengukuran, membuat petak- petak
hektaran(blok),menebang pohon berdiameter lebih dari 3 inch menggunakan chainsaw.
Batang pohon yang sudah di tebang, dipotong menjadi ukuran yang lebih kecil dan di
tumpuk agar lebih mudah kering. Untuk rencana peremajaan, semua dahan dan ranting
dari pohon yang sudah di tebang di potong sepanjang 5 meter lalu di tumpuk menurut
barisan yang teratur. Tanggul atau sisa pohon bekas penebangan liar yang letaknya
bertepatan dengan lubang tanaman harus di bongkar
Pengolahan Tanah
Pengolah tanah dilakukan dengan cara membersihkan lahan dari gulma menggunakan
traktor dengan dua rotasi yang berurutan berupa pembajakan dan penggarukan, arahnya
tegak lurus atau paling tidak sedikit menyilang. Sementara itu, interval antara rotasi
minimum dilakukan dalam dua minggu.
Pembuatan Jalan, Parit, dan Teras
Pembuatan Jalan dilakukan dengan cara mengorek, menimbun, mengeraskan bagian
lapangan, membuat bentang, dan membuat parit di sebelah kiri-kanan jalan. Jalan utama
dan jalan produksi dibuat dengan bulldozer dan atau grader. Jalan sepanjang 1 km dibuat
dalam waktu 40-80 jam kerja dengan pemakaian bahan bakar 80 liter/jam kerja.
Selanjutnya, jalan di padatkan dengan menggunakan alat pemadat (bomag). Pekerjaan ini
umumnya dilakukan pada akhir musim hujan. Pembuatan parit dikerjakan dengan
menggali tanah sesuai ukuran dasar. Tanah galiannya di buang ke tempat tertentu.Saluran
air di daerah berbukit berupa saluran kebun dan saluran utama yang menyalurkan air ke
saluran drainase alam (sungai). Saluran kebun di buat setiap 16 baris tanaman kelapa
sawit dan di buat menurut kontur lahan. Saluran utama di buat dengan lebar bagian atas
150 cm, lebar bagian bawah 80 cm. saluran kebun di buat dengan lebar bagian atas 90
cm, lebar bagian bawah 60 cm, dan kedalaman 60 cm. Teras individu di buat
menggunakan mal berbentuk tapak kuda dengan muka teras menhadap kearah lereng
bukit. Ukuran teras 3 m x 3 m, jarak antara ajir tanaman dan tepi muka teras selebar 1,25
m.
3. Penanaman
Penentuan.Pola,Tanaman
Pola tanam menggunakan sistem monokultur. Tanaman penutup tanah (legume cover
crop LCC) pada areal tanaman kelapa sawit sangat penting karena dapat memperbaiki
sifat-sifat fisika, kimia dan biologi tanah, mencegah erosi, mempertahankan kelembaban
tanah dan menekan pertumbuhan tanaman pengganggu (gulma). Penanaman tanaman
kacang-kacangan sebaiknya dilaksanakan segera setelah persiapan lahan selesai.
Pembuatan.Lubang,Tanam
Pembuatan lubang dilakukan secara mekanis. Lubang tanam disiapkan 2 – 4 minggu
sebelum tanam, sebaiknya paling lambat 4 minggu. Ukuran lobang berkisar antara
60 dan 90 cm dengan kedalaman 60 cm, tergantung kondisi tanah. Jika tanah
gembur dan subur, cukup 60 x 60 x 60 cm, tetapi kalau tanahnya lebih padat atau
berliat dan kurang subur, sebaiknya ukuran lobang lebih besar.Jarak tanam yang
direkondasikan adalah 9x9x9 m sistem persegi panjang. Penggalian lubang dilakukan
pada titik ajir sedemikian rupa sehingga ajir berada tepat di tengah lubang tanam. Buat
tanda batas penggalian dengan tongkat berukuran tadi sebelum ajir dicabut untuk
penggalian lubang. Setelah lubang selesai, ajir harus dikembalikan pada posisi tepat
di tengah lubang. Tanah galian dipilah dua yaitu lapisan atas (top soil) dan lapisan
bawah (sub soil) serta meletakkannya terpisah pada sisi lubang yang berbeda (kiri –
kanan atau utara – selatan) dalam arah yang konsisten.
3.3. Cara,Penanaman
Penanaman pada awal musim hujan yaitu bulan Oktober dan bulan November, setelah
hujan turun dengan teratur. Sehari sebelum tanam, siram bibit pada polibag. Lepaskan
plastik polybag hati-hati dan masukkan bibit ke dalam lubang. Taburkan Natural GLIO
yang sudah dikembangbiakkan dalam pupuk kandang selama + 1 minggu di sekitar
perakaran tanaman. Segera ditimbun dengan galian tanah atas. Siramkan POC NASA
secara merata dengan dosis ± 5-10 ml/ liter air setiap pohon atau semprot (dosis 3-4
tutup/tangki). Lalu gunakan 1 botol SUPER NASA yang diencerkan dalam 2 liter (2000
ml) air. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman
setiap pohon.
B. Estimasi produksi
a. Kriteria Matang Panen
Kelapa sawit mulai berbuah setelah 2,5 tahun dan masak 5,5 bulan setelah penyerbukan.
Dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya 60% buah telah matang
panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah matang panen. Ciri tandan matang panen
adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari 10
kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih.
Tanaman dengan umur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan kuran lebih 10 butir dan
tanaman dengan umur lebih 10 tahun, jumlah brondolan sekitar 15-20 butir. Tanaman
kelapa sawit akan menghasilkan tandan buah segar (TBS) yang dapat dipanen pada
saat tanaman berumur 3 atau 4 tahun. Produksi TBS yang dihasilkan akan terus
bertambah seiring bertambahnya umur dan akan mencapai produksi yang optimal dan
maksimal pada saat tanaman berumur 9 – 14 tahun, dan setelah itu produksi TBS
yang dihasilkan akan mulai menurun. Umumnya, tanaman kelapa sawit akan optimal
menghasilkan TBS hingga berumur 25 – 26 tahun.
3.2.4. Panen
Pemanenan dilakukan untuk umur <7 tahun menggunakan alat dodos dengan lebar 10-
12,5 cm dengan gagang pipa besi atau tongkat kayu dan untuk kelapa sawit umur >7
tahun menggunakan egrek yang disambung dengan pipa alumunium atau batang bambu.
Untuk memudahkan pemanenan, sebaiknya pelepah daun yang menyangga buah
dipotong terlebih dahulu dan diatur rapi di tengah gawangan. Tandan buah yang matang
dipotong sedekat mungkin dengan pangkalnya, maksimal 2 cm. Brondolan harus bersih
dan tidak tercampur tanah atau kotoran lain. Selanjutnya tandan dan brondolan
dikumpulkan di TPH.
c. Panen Pertama
Pemanenan pertama dilakukan setelah 4 tahun dengan hasil produksi 0,5ton/ha
perbulannya. ). Per kilo 1700 rb. 0,5 ton (500 kg) x 1700 = 850 rb.
Hasil akan naik seiring dengan umur tanaman, berikut perkiraannya :
Tahun ke 6 – 10 => 1,2 ton – 1,5 ton per HA tiap bulan
Tahun ke 11 – 15 => 1,6 ton – 2,5 ton per HA tiap bulan
Jadi pada tahun ke 4 bisa mendapatkan hasil panen per HA per bulan sekitar 700 rb per
bulan. Jika dihitung secara sederhana 700 rb x 36 bulan = 25 jt-an.Modal yang
dikeluarkan sekitar 17 jt per HA sampai umur 4 th. Ada selisih 8 jt-an yang bisa dipakai
untuk ongkos produksi selama 3 th tersebut (dari umur 4 th – 7 th).JADI ESTIMASI saya
pada umur 7 th atau setelah sawit menghasilkan yaitu umur 4 th, dimana ini berarti ada
masa 3 tahun yang dibutuhkan supaya BEP setelah panen.
Masa BEP yang sebenarnya sendiri saat umur 7 th. Setelah umur 7 tahun dimana hasil
yang didapat untuk tiap HA juga naik sedang biaya produksi untuk pupuk, pemangkasan
daun, penyemprotan relative sama dengan sebelum 4 th. Biaya yang naik adalah biaya
ongkos panen dan ongkos transportasi (biaya untuk mengangkut hasil panen) sampai
pabrik.Dalam keadaan yang optimal, produktivitas kelapa sawit dapat mencapai 20-25
ton TBS/ha/tahun atau sekitar 4-5 ton minyak sawit.

TUMPAK SARI TANAMAN JAGUNG MANIS DENGAN KELAPA SAWIT

Secara teknis, pola integrasi kelapa sawit - jagung dapat dilakukan saat awal fase
pertumbuhan kelapa sawit sampai batas naungan maksimal 70 persen atau sekitar
umur sawit empat tahun. Selain di perkebunan sawit, tanaman jagung dapat
diintegrasikan dengan pola tumpang sari di lahan perkebunan karet, kelapa, dan
jambu mete. Pola tumpang sari dinilai dapat membantu meningkatkan pendapatan
petani karena petani akan mendapat hasil tumpang sari sebelum tanaman pokok
menghasilkan.
KESIMPULAN

Pada umumnya tanaman kelapa sawit tumbuh pada lahan semak belukardengan ketinggian 1-500
mdpl dengan kelembaban 80-90% dan kecepatan angin 5-6 km/jam untuk membantu proses
penyerbukan. Sawit membutuhkan iklim dengan curah hujan stabil, 2000-2500 mm setahun. Pola
curah hujan tahunan memengaruhi perilaku pembungaan dan produksi buah sawit.Tanaman
kelapa sawit memerlukan penyinaran antara 5-7 jam/hari. Temperatur optimal untuk
pertumbuhan kelapa sawit 24°C – 28°C. Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah Podzolik,
Latosol, Hidromorfik Kelabu, Alluvial atau Regosol, tanah gambut saprik, dataran pantai dan
muara sungai. Produksi kelapa sawit lebih tinggi jika di tanam di daerah bertanah Podzolik jika
dibandingkan dengan tanah berpasir dan gambut. Kemiringan lahan kebun kelapa sawit
sebaiknya tidak lebih dari 15°. Jika kemiringan lahan sudah melebihi 15° maka diperlukan
tindakan konservasi tanah berupa pembuatan terasan, tapak kuda, rorak dan parit kaki bukit.

. Ciri tandan matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh dari tandan yang
beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10
kg atau lebih. Tanaman dengan umur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan kuran lebih 10
butir dan tanaman dengan umur lebih 10 tahun, jumlah brondolan sekitar 15-20 butir. Tanaman
kelapa sawit akan menghasilkan tandan buah segar (TBS) yang dapat dipanen pada saat
tanaman berumur 3 atau 4 tahun.

Tumpang sari ( intercropping ), melakukan penanaman lebih dari 1 tanaman (umur sama atau
berbeda). Contoh: tumpang sari sama umur seperti jagung dan kedelai; tumpang sari beda umur
seperti jagung, ketela pohon, padi gogo.
DAFTAR PUSTAKA

Surtinah. 2008. Umur Panen yang tepat menentukan kandungan gula biji jagung manis (zea
mays saccharata, Sturt). J.Ilmiah Pertanian, 4(2): 1–6.

Surtinah, dan Lidar, S. 2012. Pertumbuhan Vegetatif dan Kadar Gula Biji Jagung Manis (Zea
mays saccharata, Sturt) di Pekanbaru. J.Ilmiah Pertanian, 13(2): 73–78.

Surtinah, dan Nurwati, N. 2017. Akselerasi Produksi Jagung Manis (Zea mays saccharata, Sturt)
pada Lokasi yang Berbeda di Kota Pekanbaru. Laporan Penelitian. Tidak dipublikasikan.
Pekanbaru.

Surtinah, Susi, N., dan Lestari, S. U. 2016. Komparasi Tampilan dan Hasil Lima Varietas Jagung
Manis ( Zea mays saccharata , Sturt) di Kota Pekanbaru. J. Ilmiah Pertanian, 13(1): 32–37.

Surtinah, dan Nurwati, N. 2017. Akselerasi Produksi Jagung Manis (Zea mays saccharata,

Sturt) pada Lokasi yang Berbeda di Kota Pekanbaru. Laporan Penelitian. Tidak

dipublikasikan. Pekanbaru.

Surtinah, Susi, N., dan Lestari, S. U. 2016. Komparasi Tampilan dan Hasil Lima Varietas

Jagung Manis ( Zea mays saccharata , Sturt) di Kota Pekanbaru. J. Ilmiah Pertanian,

13(1): 32–37.

Wardhani, S., Purwanti, K. L., dan Anugerahani, W. 2014. Pengaruh Aplikasi Pupuk Hayati

terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens, L)

Varietas Bhaskara di PT Petrokimia Gresik. J. Sains Dan Seni Pomits, 2(1): 1-5.

Anonymousb ,2013.http://www.google.com/Budidaya-Tanaman-Kelapa-Sawit.html diakses pada


tanggal 07 April 2013

Lubis, A,U. 1992.Kelapa sawit (Elais guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat Penelitian
Perkebunan,Marihat-Bandar Kuala.435 hal
Mangoensoekarjo,S. dan H. Semangun. 2000. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta. 605 Hal.

Purba, R.Y., Susanto, A., Sudharto, P. 2005. Serangga Hama Kelapa Sawit. Pusat Penelitian
Kelapa Sawit. Medan. 29 hal.

Sastrosayono, S., 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Setyamidjaja, D. 2006. Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta. 62 Hal.

Sunarko, 2007. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Agromedia
Pustaka, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai