Anda di halaman 1dari 18

MAKALAHAGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN TUMPANG SARI

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DAN JAGUNG MANIS (Zea


mays)

Disusun Oleh :

ANTHONI KHATAMI
1554201058

PRODI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
PEKANBARU
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Makalah Tanaman Agribisnis Perkebunan
Tumpang Sari Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) dan Jagung Manis (Zea mays)”
Makalah ini berisikan informasi tentang Tumpang Sari Tanaman Kelapa sawit dan
Jagung Manis yang lebih khususnya membahas tentang segala macam perlakuan yang bisa
diberikan pada tanaman Kelapa Sawit dan Jagung. Diharapkan makalah ini dapat
memberikan informasi kepada kita semua tentang Tumpang sari dan budidaya tanaman
Kelapa sawit dan jagung.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.

Pekanbaru, 28 APRIL 2018

Anthoni Khatami
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan Pratikum 2
BAB II TINAUAN PUSTAKA
2.1 Tumpang Sari 3
2.2 Tanaman Kelapa Sawit 3
2.3 Tanaman Jagung 4
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Tumpang Sari Kelapa Sawit Jagung 5
3.2. MorfologiTanaman Jagung 6
3.3. Pengertian Tanaman Kelapa Sawit 8
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpan 9
4.2 Saran 9
DAFTAR PUSTAKA 10
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) saat ini merupakan salah satu jenis
tanaman perkebunan yang menduduki posisi penting disektor pertanian  umumnya, dan
sektor perkebunan khususnya, hal ini disebabkan karena dari sekian banyak tanaman yang
menghasilkan minyak atau lemak, kelapa sawit yang menghasilkan nilai ekonomi terbesar per
hektarnya di dunia. Melihat pentingnya tanaman kelapa sawit dewasa ini dan masa yang akan
datang, seiring dengan meningkatnya kebutuhan penduduk dunia akan minyak sawit, maka
perlu dipikirkan usaha peningkatan  kualitas dan kuantitas produksi kelapasawit secara tepat
agar sasaran yang diinginkan dapat tercapai. Salah satu diantaranya adalah pengendalian
hama dan penyakit.                       

Tanaman kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat menjadi
andalan dimasa depan karena berbagai kegunaannya bagi kebutuhan manusia. Kelapa sawit
memiliki arti penting bagi pembangunan nasional Indonesia. Selain menciptakan kesempatan
kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumberdevisa negara.
Penyebaran perkebunan kelapa sawit di Indonesia saat ini sudah berkembang di 22 daerah
propinsi. Luas perkebunan kelapa sawit pada tahun 1968 seluas 105.808 hadengan produksi
167.669 ton, pada tahun 2007 telah meningkat menjadi 6.6 juta ha dengan produksi sekitar
17.3 juta ton CPO.

Tanaman kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan primadona Indonesia. Di


tengah krisis global yang melanda dunia saat ini, industri sawit  tetap  bertahan dan memberi
sumbangan besar  terhadap perekonomian negara. Selain mampu menciptakan kesempatan
kerja yang luas, industri sawit menjadi salah satu sumber devisa terbesar bagi Indonesia. 
Data dari Direktorat Jendral Perkebunan (2008) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan luas
areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia, dari 4 713 435 ha pada tahun 2001 menjadi
7.363.847 ha pada tahun 2008 dan luas areal perkebunan kelapa sawit ini terus mengalami
peningkatan. Peningkatan luas areal tersebut juga diimbangi dengan peningkatan
produktifitas.
Produktivitas kelapa sawit  adalah 1.78 ton/ha pada tahun 2001 dan meningkat
menjadi 2.17 ton/ha pada tahun 2005. Hal ini merupakan kecenderungan yang positif dan
harus dipertahankan. Untuk mempertahankan produktifitas tanaman tetap tinggi diperlukan
pemeliharaan yang tepat dan salah satu unsur pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM) 
adalah pengendalian hama dan penyakit.

Sektor  perkebunan merupakan salah satu potensi dari subsektor pertanian yang
berpeluang besar untuk meningkatkan perekonomian rakyat dalam pembangunan
perekonomian Indonesia. Pada saat ini, sektor perkebunan dapat menjadi penggerak
pembangunan nasional karena dengan adanya dukungan sumber daya yang besar, orientasi
pada ekspor, dan komponen impor yang kecil akan dapat menghasilkan devisa non migas
dalam jumlah yang besar. Produktivitas kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh teknik budidaya
yang diterapkan. Pemeliharaan tanaman merupakan salah satu kegiatan budidaya yang sangat
penting dan menentukan masa produktif tanaman. Salah satu aspek pemeliharaan tanaman
yang perlu diperhatikan dalam kegiatan budidaya kelapa sawit adalah pengendalian hama dan
penyakit. Pengendalian hama dan penyakit yang baik dapat meningkatkan produksi dan
produktivitas tanaman.

1.2. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui apakah perbedaan pola tanam tumpangsari akan mempergaruhi tingkat


produksi sawit dan tingkat pendapatan petani.
2. Menganalisis jenis pola tanam tumpangsari yang akan memberikan pengaruh paling besar
dalam meningkatkan produksi sawit dan tingkat pendapatan petani.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jagung (Zea mays)

Jenis tanah di Riau di dominasi oleh Podsolik Merah Kuning (PMK) yang dikenal
mengandung sedikit unsur hara, sedikit mengandung bahan organik, dan pH yang rendah
(Surtinah & Lidar, 2012).

Pada penelitian tentang jagung manis (Surtinah dan Nurwati, 2017), kadar gula biji
jagungmanis yang ditanam bercampur dengan varietas lain, diperoleh kadar gula biji jagung
manis varietas Master Sweet adalah 13,3%, kondisi ini sesuai dengan deskripsi varietas
Master Sweet.

(Surtinah, Susi, dan Lestari, 2016) melaporkan bahwa kadar gula tertinggi biji jagung
manis varietas Master sweet adalah 14,95%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ZPT
Hormax yang diberikan pada budidaya jagung manis varietas Master Sweet dapat
meningkatkan kadar gula biji, sehingga kualitas jagung manis dapat ditingkatkan.

Pada penelitian tentang jagung manis (Surtinah dan Nurwati, 2017), kadar gula biji
jagung manis yang ditanam bercampur dengan varietas lain, diperoleh kadar gula biji jagung
manis varietas Master Sweet adalah 13,3%, kondisi ini sesuai dengan deskripsi varietas
Master Sweet.

2.2 Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq)

Tanaman Kelapa sawit berakar serabut yang terdiri atas akar primer, sekunder, tertier
dan kuartier. Akar-akar primer pada umumnya tumbuh ke bawah, sedangkan akar sekunder,
tertier dan kuartier arah tumbuhnya mendatar dan ke bawah. Akar kuartier berfungsi
menyerap unsur hara dan air dari dalam tanah. Akar-akar kelapa sawit banyak berkembang di
lapisan tanah atas sampai kedalaman sekitar 1 meter dan semakin ke bawah semakin sedikit
(Setyamidjaja, 2006).

Pada pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling) terjadi pembentukan batang
yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia (ruas). Titik tumbuh batang kelapa sawit
terletak di pucuk batang, terbenam di dalam tajuk daun. Di batang terdapat pangkal pelepah-
pelepah daun yang melekat kukuh (Sunarko, 2008). Pertumbuhan awal daun berikutnya akan
membentuk sudut. Daun pupus yang tumbuh keluar masih melekat dengan daun lainnya.
Arah  pertumbuhan daun pupus tegak lurus ke atas dan berwarna kuning. Anak daun (leaf let)
pada daun normal berjumlah 80-120 lembar (Setyamidjaja, 2006).
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Kelapa sawit(Elaeis guineensis Jacq)

3.1.1  Syarat Tumbuh            

Sebagai tanaman yang dibudidayakan, tanaman kelapa sawit memerlukan kondisi


lingkungan yang baik atau cocok, agar mampu tumbuh subur dan dapat berproduksi secara
maksimal. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit antara lain
keadaan iklim dan tanah. Selain itu, faktor yang juga dapat mempengaruhi pertumbuhan
kelapa sawit adalah faktor genetis, perlakuan budidaya, dan penerapan teknologi.

A. Iklim

 Curah hujan dan kelembaban


Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan di daerah tropik, dataran rendah yang
panas, dan lembab. Curah hujan yang baik adalah 2.500-3.000 mm per tahun yang turun
merata sepanjang tahun. Daerah pertanaman yang ideal untuk bertanam kelapa sawit adalah
dataran rendah yakni antara 200-400 meter di atas permukaan laut. Pada ketinggian tempat
lebih 500 meter di atas permukaan laut, pertumbuhan kelapa sawit ini akan terhambat dan
produksinya pun akan rendah.

 Penyinaran matahari            


Lama penyinaran matahari yang baik untuk kelapa sawit adalah 7-5 jam per hari.
Pertumbuhan kelapa sawit di Sumatera Utara terkanal baik karena berkat iklim yang sesuai
yaitu lama penyinaran matahari yang tinggi dan curah hujan yang cukup. Umumnya turun
pada sore atau malam hari.

 Suhu

Suhu merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan hasil kelapa sawit. Suhu rata-
rata tahunan daerah-daerah pertanaman kelapa sawit berada antara 25-27°C, yang
menghasilkan banyak tandan. Variasi suhu yang baik jangan terlalu tinggi. Semakin besar
variasi suhu semakin rendah hasil yang diperoleh. Suhu, dingin dapat membuat tandan bunga
mengalami merata sepanjang tahun.

B. Tanah
Pertumbuhan dan produksi kelapa sawit dalam banyak hal bergantung pada karakter
lingkungan fisik tempat pertanaman kelapa sawit itu dibudidayakan. Jenis tanah yang baik
untuk bertanam kelapa sawit adalah tanah latosol, podsolik merah kuning, hidromorf kelabu,
aluvial, dan organosol/gambut tipis.

 Sifat fisik tanah            

Pertumbuhan kelapa sawit akan baik pada tanah yang datar atau sedikit
miring, solum dalam dan mempunyai drainase yang baik, tanah gembur, subur,
permeabilitas sedang, dan lapisan padas tidak terlalu dekat dengan permukaan
tanah. Tanah yang baik bagi pertumbuhan juga harus mampu menahan air yang
cukup dan hara yang tinggi secara alamiah maupun hara tambahan. Tanah yang
kurang cocok adalah tanah pantai berpasir dan tanah gambut tebal. Dalam
menentukan batas-batas yang tajam mengenai kesesuaian sifat fisis tanah di antara
tipe-tipe tanah memang relatif sulit.

 Sifat kimia tanah            

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh baik pada tanah pH 4,0-6,5 dan pH
optimumnya antara 5,0-5,5. Tanah yang memiliki pH rendah biasanya dijumpai
pada daerah pasang surut, terutama tanah gambut. Tanah organosol atau gambut
mengandung lapisan yang terdiri atas lapisan mineral dengan lapisan bahan
organik yang belum terhumifikasi lebih lanjut memiliki pH rendah.
3.1.2 Teknik budidaya tanaman kelapa sawit

A. Persiapan Lahan

Pembukaan lahan merupakan salah satu tahapan kegiatan dalam budidaya Kelapa
Sawit yang sudah ditentukan jadwalnya berdasarkan tahapan pekerjaan yang akan dilakukan
sesuai dengan jenis lahannya (areal) hutan, areal alang-alang, areal gambut.
Supaya areal tersebut dapat ditanami Kelapa sawit maka areal tersebut harus bersih
dari vegetasi atau semak belukar yang akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan
tanaman pokok. Sedangkan untuk memudahkan dalam pengelolaan tanaman Kelapa sawit
dibutuhkan suatu perencanaan tata ruang kebun yang direncanakan pada saat pembukaan
lahan dan sebelum penanaman Kelapa sawit

B. Pembibitan

Bibit merupakan produk yang dihasilkan dari suatu proses pengadaan bahan tanaman
yang dapat berpengaruh terhadap pencapaian hasil produksi pada masa selanjutnya.
Pembibitan merupakan langkah awal dari seluruh rangkaian kegiatan budidaya tanaman
kelapa sawit. Melalui tahap pembibitan sesuai standar teknis diharapkan dapat dihasilkan
bibit yang baik dan berkualitas. Bibit kelapa sawit yang baik adalah bibit yang memiliki
kekuatan dan penampilan tumbuh yang optimal serta berkemampuan dalam menghadapi
kondisi cekaman lingkungan pada saat pelaksanaan penanaman (transplanting).
Menurut Setyamidjaja, (2006), untuk menghasilkan bibit yang baik dan berkualitas
seperti tersebut di atas, diperlukan pedoman kerja yang dapat menjadi acuan, sekaligus
kontrol selama pelaksanaan di lapang.  Untuk itu berikut ini disampaikan tahapan pembibitan,
mulai dari persiapan, pembibitan awal dan pembibitan utama. 

C. Media Tanam
Media tanam yang digunakan seharusnya adalah tanah yang berkualitas baik, misalnya
tanah bagian atas (top soil) pada ketebalan 10-20 cm. Tanah yang digunakan harus memiliki
struktur yang baik, gembur, serta bebas kontaminasi (hama dan penyakit, pelarut, residu dan
bahan kimia). Bila tanah yang akan digunakan kurang gembur dapat dicampur pasir dengan
perbandingan pasir : tanah = 3 : 1 (kadar pasir tidak melebihi 60%). Sebelum dimasukkan ke
dalam polybag, campuran tanah dan pasir diayak dengan ayakan kasar berdiameter 2 cm.
Proses pengayakan bertujuan untuk membebaskan media tanam dari sisa-sisa kayu, batuan
kecil dan material lainnya.

D. Kantong Plastik (Polybag)


Ukuran polybag tergantung pada lamanya bibit di pembibitan. Pada tahap pembibitan
awal (Pre-Nursery), polybag yang digunakan berwarna putih atau hitam dengan ukuran
panjang 22 cm, lebar 14 cm, dan tebal 0,07 mm. Setiap polybag dibuat lubang diameter 0,3
cm sebanyak 12-20 buah. Pada tahap pembibitan utama (Main-Nursery) digunakan polybag
berwarna hitam dengan ukuran panjang 50 cm, lebar 37-40 cm dan tebal 0,2 mm. Pada setiap
polybag dibuat lubang diameter 0,5 cm sebanyak 12 buah pada ketinggian 10 cm dari bawah
polybag.

E. Pembibitan Awal ( Pre-Nursery )  


Benih yang sudah berkecambah dideder dalam polybag kecil, kemudian diletakkan pada
bedengan-bedengan yang lebarnya 120 cm dan panjang bedengan secukupnya. Ukuran
polybag yang digunakan adalah 12 x 23 cm atau  15 x 23 cm ( lay flat ). Polybag diisi dengan
1,5 – 2,0 kg tanah atas yang telah diayak. Tiap polybag diberi lubang untuk drainase.
Kecambah ditanam sedalam ± 2 cm dari permukaan tanah dan berjarak 2 cm. Setelah bibit
dederan yang berada di prenursery telah berumur 3 – 4 bulan dan berdaun 4 – 5 helai, bibit
dederan sudah dapat dipindahkan ke pembibitan utama (main-nursery). Keadaan tanah di
polybag harus selalu dijaga agar tetap lembab tapi tidak becek. Pemberian air pada lapisan
atas tanah polybag dapt menjaga kelembaban yang dibutuhkan oleh bibit. Penyiraman dengan
sistem springkel irrigation sangat membantu dalam usaha memperoleh kelembaban yang
diinginkan dan dapat melindungi bibit terhadap kerusakan karena siraman.

F. Pembibitan Utama ( Main-Nursery )


Untuk penanaman bibit pindahan dari dederan dibutuhkan polybag yang lebih besar,
berukuran 40 cm x 50 cm atau 45 cm x 60 cm (lay flat), tebal 0,11 mm dan diberi lubang
pada bagian bawahnya untuk drainase. Polybag diisi dengan tanah atas yang telah diayak
sebanyak 15 – 30 kg per polybag, disesuaikan dengan lamanya bibit yang akan dipelihara
(sebelum dipindahkan) di pesemaian bibit (Setyamidjaja, 2006). Bibit dederan ditanam
sedemikian rupa sehingga leher akar berada pada permukaan tanah polybag besar dan tanah
sekitar bibit di padatkan agar bibit berdiri tegak. Bibit pada polybag besar kemudian disusun
di atas lahan yang telah diratakan, dibersihkan dan diatur dengan hubungan sistem segitiga
sama sisi dengan jarak misalnya 100 cm x 100 cm x 100 cm (Setyamidjaja, 2006).

G. Pemeliharaan (pada pembibitan)


Bibit yang yang telah ditanam di prenursery atau nursery perlu dipelihara dengan baik
agar pertumbuhannya sehat dan subur, sehingga bibit akan dapat dipindahkan ke lapang
sesuai dengan umur dan saat tanam yang tepat.Pemeliharaan bibit meliputi :
  Penyiraman
 Penyiangan
 Pengawasan dan seleksi
 Pemupukan

1. Penyiraman

Ø   Penyiraman bibit dilakukan dua kali sehari, kecuali apabila jatuh hujan lebih dari 7 – 8
mm pada hari yang bersangkutan.
Ø   Air untuk menyiram bibit harus bersih dan cara menyiramnya harus dengan semprotan
halus agar bibit dalam polybag tidak rusak dan tanah tempat tumbuhnya tidak padat. Ø  
Kebutuhan air siraman ± 2 liter per polybag per hari, disesuaikan dengan umur bibit.

2 .Penyiangan

Ø   Gulma yang tumbuh dalam polybag dan di tanah antara polybag harus dibersihkan,
dikored atau dengan herbisida
Ø   Penyiangan gulma harus dilakukan 2-3 kali dalam sebulan atau disesuaikan dengan
pertumbuhan gulma.

3.Pengawasan dan seleksi

Ø   Pengawasan bibit ditujukan terhadap pertumbuhan bibit dan perkembangan gangguan
hama dan penyakit
Ø   Bibit yang tumbuh kerdil, abnormal, berpenyakit dan mempunyai kelainan genetis harus
dibuang.
Ø   Pembuangan bibit (thinning out) dilakukan pada saat pemindahan ke main nursery, yaitu
pada saat bibit berumur 4 bulan dan 9 bulan, serta pada saat pemindahan bibit ke lapangan.

4. Pemupukan

Ø   Pemupukan bibit sangat penting untuk memperoleh bibit yang sehat, tumbuh cepat dan
subur.
Ø   Pupuk yang diberikan adalah Urea dalam bentuk larutan dan pupuk majemuk.

H. Panen            

Mulai berbuah setelah 2,5 tahun dan masak 5,5 bulan setelah penyerbukan. Dapat dipanen
jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya 60% buah telah matang panen, dari 5 pohon
terdapat 1 tandan buah matang panen. Ciri tandan matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah
yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah
yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih.

3.2. Jagung Manis ( Zea mays)

A. Cara Budidaya Jagung Manis

1. Media Budidaya Jagung Manis

Untuk media budidaya jgung manis hampir sama dengan Cara Budidaya Pepaya
California, anda terlebih dahulu harus mencari lokasi yang tepat. Adapun hal yang harus anda
perhatikan dalam cara budidaya jagung manis ketika mencari lokasi yang tepat dan setelah
anda memilih lokasi anda sudah mulai bisa mempersiapkan media tanam :

 Pastikan lokasi dekat dengan tempat tinggal anda sehingga mempermudah anda untuk
pengecekan lahan dan tanaman nantinya.
 Pastikan lokasi bebas dari berbagai macam limbah dan memiliki tanah bertekstur
gembur dan subur.
 Pastikan juga lokasi memiliki tanah lahan yang luas minimal seluas 3m x 3m hingga
5m x 5m dan tidak ternaungi oleh apapun, agar jagung manis yang anda tanam
mendapatkan penyinaran cukup.
 Langkah selanjutnya yaitu membuat lahan tanam sebagai media budidaya. Pertama
buatlah patokan ataupun batas lahan tanam anda dan bersihkan lahan tanam dari batu
kerikil ataupun rumput liar yang tumbuh.
 Setelah itu anda bisa membajak tanah menggunakan cangkul hingga tanah lahan
benar- benar memiliki tekstur tanah yang gembur dengan kedalaman hingga mencapai
kurang lebih 30cm.
 Ukur pH tanah, jika pH memiliki kadar keasaman tinggi, anda bisa melakukan
pengapuran menggunakan dolmit hingga pH mencapai 6 hingga diatas 7.
 setelah anda selesai melakukan pengapuran, selanjutnya anda juga harus melakukan
pemupukan terlebih dahulu untuk memberi nutrisi tambahan pada tanah. Anda
 anda bisa menggunakan berbagai macam jenis pupuk, akan lebih baik dan sehat jika
anda menggunakan pupuk kandang ataupun kompos. Selain itu kedua jenis pupuk ini
juga lebih ramah lingkungan sehingga tidak merubah tekstur tanah.
 Buatlah gundukan panjang dangan jarak kurang lebih 1 meter setiap deretnya, anda
bisa mulai mempersiapkan media tanam selama 2 minggu sebelum masa tanam tiba. 

2. Bibit Jagung Manis

Untuk mendapatkan hasil panen yang berkualitas baik, anda harus memilih bibit jagung
yang baik pula. Untuk jagung manis sendiri ada beberapa jenis yang bisa anda pilih berbeda
jika anda melakukan Cara Budidaya Jamur Kancing, jenis- jenis tersebut dibedakan dari
banyaknya kandungan gula yang ada pada jagung manis.

Pilihlah bibit yang sesuai dengan keinginan anda, selain itu ada dua cara dalam mendapatkan
bibit jagung manis :

 Sebelumnya, perlu anda ketahui semakin banyak kandungan gula yang ada pada
jagung manis maka rasanya akan semakin lunak dan manis. Sebaliknya jika anda
memilih bibit dengan sedikit kandungan gula maka kandungan patinya lebih banyak
sehingga rasanya tidak terlalu empuk, jagung manis jenis ini akan lebih baik jika
digunakan sebagai bahan dasar tepung jagung.
 Untuk bibit jagung, anda dapat membelinya secara langsung di toko ataupun di
petaninya langsung. Akan lebih praktis jika anda membeli bibit yang siap tanam tanpa
ada proses penyemaian benih.
 Adapun cara ke dua yaitu dengan melakukan proses penyemaian benih jagung manis
terlebih dahulu.
 Caranya anda hanya perlu menyemaikan benih jagung manis pada media semai, tray
yang sudah anda isi dengan tanah campuran pupuk. Adapun perbandingannya yaitu
2 :1.
 Setelah benih bertunas, anda bisa memindahkannya ke dalam polibag ataupun pot- pot
kecil dan lakukan proses perawatan berupa proses penyiraman dan pemupukan hingga
tunas menjadi bibit dengan ketinggian kurang lebih 10 cm.

3. Pemindahan Bibit Jagung Manis

Langkah selanjutnya dalam cara budidaya jagung manis yaitu memindahkan bibit
yang sudah layak untuk dibudidayakan. Adapun cara yang tepat agar bibit dapat tumbuh
subur hingga panen nantinya :

 Pertama, buatlah lubang tanam pada media budidaya dengan jarak sekitar 40 cm
hingga 70cm tiap lubang tanam.
 Untuk ukuran lubang tanam sendiri buatlah dengan diameter kurang lebih 10 cm dan
kedalaman yang baik yaitu sekitar 10 hingga 20 cm.
 Masukkan seetiap bibit ke dalam lubang tanam yang telah anda buat, untuk setiap
lubang tanam anda hanya bisa mengisinya dengan satu buah bibit tanaman saja.
 Setelah itu tutup lubang dengan tanah campuran pupuk dan sedikit padatkan agar bibit
jagung anda dapat berdiri kokoh dan tidak mudah tumbang jika terkena air ataupun
angin.
4. Perawatan dan Panen Jagung Manis

Adapun hal yang harus anda perhatikan dalam cara budidaya jagung manis yaitu
ketika anda melakukan proses perawatan agar jagung manis anda tumbuh subur dan berbuah
baik :

 Anda harus rutin melakukan proses penyiraman, untuk proses penyiraman lakukan
sebanyak 2 hingga 3 kali dalam sehari.
 Selain itu anda juga harus melakukan penyiangan dan pemupukan, untuk penyiangan
dan pemupukan bisa anda lakukan setiap 2 minggu sekali secara rutin.
 Penting bagi anda untuk menjaga kebersihan dan kesehatan tanaman jagung manis
anda agar tidak terserang hama dan penyakit. Anda bisa menyemprotkan pestisida
secukupnya untuk mengatasi hama jagung manis.
 Anda bisa memanen jagung manis jika jagung sudah siap panen dengan ciri buahnya
yang berwarna kuning dan tangkai yang mulai layu.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN

1. Lahan kering tadah hujan dengan curah hujan merata sepanjang tahun, yang memiliki
penyebaran luas berpeluang untuk pengembangan integrasi tanaman perkebunan (kepala
sawit) dengan tanaman pangan sebagai tanaman sela (jagung). Baik hasil utama tanaman
pangan maupun limbah tanaman dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak untuk menunjang
pengembangan sistem tanaman-ternak.

2. Dalam pengembangan integrasi sistem tanaman-ternak, perlu dirancang pengembangannya


sejak awal. Penelaahan kesesuaian kondisi pedo-agroklimat untuk pengembangan ternak serta
ketersediaan pakannya, yang dapat diintegrasikan dengan sistem polatanam tanaman
perkebunan (misalnya kelapa sawit) dan tanaman semusim (misalnya jagung).

3. Pada kebun kelapa sawit seluas 2,5 ha dengan 143 pohon tiap hektar, dapat diusahakan
tanaman pangan sebagai tanaman sela selama 2 tahun. Pada tahun ketiga, dimana sudah
mulai dipanen kelapa sawit, tanaman pangan sebagai tanam sela harus pindah ke lokasi lain
(seluas sekitar 0,7 ha) masih dapat ditangani tenaga kerja keluarga disamping mengelola
kebun kelapa sawit.

4. Untuk mengelola ternak yang mungkin diintegrasikan dalam sistem kelapa sawit-tanaman
pangan, diperlukan penelaahan ketersediaan tenaga kerja lebih terinci. Secara ekologis dan
ekonomis sistem integrasi tanaman perkebunan-tanaman pangan-ternak menguntungkan,
dimungkinkan secara teknis dan dapat meningkatkan pendapatan, serta melestarikan
lingkungan.

4.2 Saran
Dalam tumpang sari kelapa sawit dan jagung perlu inovasi dan penelitian yang intensif dan
komperatif agar produksi maksimal dan bisa jadi contoh bagi petani yang ingin mencobanya.
DAFTAR PUSTAKA

Edi, W dan Zainal, M. 2003. Tanaman Sela di Antara Pertanaman Kelapa Sawit.
Efendi, S. 1984. Membangun Pertanian Lahan Kering yang Tangguh. Prosiding Pertemuan
Teknis Penelitian Pola Usahatani Menunjang Transmigrasi. Cisarua, 27-28 Februari
1984.
Karima, S.,S., Nawawi, M., Herlina, N., 2013. Pengaruh Saat Tanam Jagung dalam
Tumpangsari Tanaman Jagung (Zea mays, L) dan Brokoli (Brassica oleraceae, L var.
botrytis). J. Produksi Tanaman Vol. 1 (3):1 – 7.
Marliah, A., Jumini, Jamilah, 2010. Pengaruh Jarak Tanam Antar Barisan pada Sistem
Tumpangsari Beberapa Varietas Jagung Manis dengan Kacang Merah terhadap
Pertumbuhan dan Hasil. J. Agrista Vol. 14 (1): 30 – 38.
Prasetyo, E.I. Sukardjo dan H. Pujiwati. 2009. Produktivitas lahan dan NKL
pada tumpang sari jarak pagar dengan tanaman pangan. Jurnal AktaAgrosia. 12 (1) :
51-55.
Setyamidjaja, D. 1993. Budidaya Tanaman Perkebunan Utama. UT. Jakarta.Judul Jurnal
Media Pertanian Vol. 1 No. 2 Tahun 2016 Hal. 55 – 61 Media Komunikasi Hasil
Penelitian dan Review Literatur Bidang Ilmu Agronomi ISSN 2503 – 1279 di upload
27 April 2018.
Syafruddin, Nurhayati, dan R. Wati, 2012. Pengaruh jenis pupuk terhadap pertumbuhan dan
hasil beberapa varietas jagung manis. Jurnal Floratek Vol 7 (1).
Lidar, S. "Surtinah.(2012). Respon Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata, Sturt)
Akibat Pemberian Tiens Golden Harvest." Jurnal Ilmiah Pertanian 8.2: 1-5.
Surtinah, Surtinah. "Pertumbuhan Vegetatif dan Kadar Gula Biji Jagung Manis (Zea mays
saccharata, Sturt) di Pekanbaru." Jurnal Ilmiah Pertanian 13.2 (2017).
MANIS, DAN KADAR GULA BIJI JAGUNG. "KORELASI ANTARA WAKTU PANEN
DAN KADAR GULA BIJI JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt)." Jurnal
Ilmiah Pertanian Vol 9.1 (2012).
Surtinah 2012. Korelasi antara waktu panen dan kadar gula biji jagung manis (Zea mays
saccharata, Sturt). Jurnal Ilmiah Pertanian Vol. 9 (1):1-6.
-------2013. Analisis Data Penelitian Tanaman Budidaya. Unilak Press. Pekanbaru.
-------2013. Menguji 3 Varietas jagung manis di Rumbai Pekanbaru. Jurnal Ilmiah Pertanian
(Edisi khusus) Vol. 1 (1):1-10.

Anda mungkin juga menyukai