Anda di halaman 1dari 15

PERTUMBUHAN DAN PEMELIHARAAN BIBIT KELAPA SAWIT

( Elaeis guineensis Jacq) DI PRE-NURSERY

JURNAL

OLEH :
AMIN HARIS SIHOMBING
210301031
AGROTEKNOLOGI 1

LABORATORIUM TANAMAN PERKEBUNAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
F A K U L T A S P E R T A N I A N
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2022
PERTUMBUHAN DAN PEMELIHARAAN BIBIT KELAPA SAWIT
( Elaeis guineensis Jacq) DI PRE-NURSERY

JURNAL

OLEH :
AMIN HARIS SIHOMBING
210301031
AGROTEKNOLOGI 1

Laporan sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikum di


Laboratorium Tanaman Perkebunan Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Diperiksa Oleh
Asisten korektor

(Aulia Istiqomah)
NIM : 180301063

LABORATORIUM TANAMAN PERKEBUNAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
F A K U L T A S P E R T A N I A N
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2022
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya berupa kesehatan, kesempatan, dan
kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan jurnal ini tepat pada waktunya.
Adapun judul dari laporan ini adalah “Pertumbuhan Dan Pemeliharaan
Bibit Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq) Di Pre-Nursery” yang merupakan
salah satu syarat untuk memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Tanaman
Perkebunan Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu
Dr.Ir.Charloq M.P. selaku dosen mata kuliah Tanaman Perkebunan serta kepada
abang dan kakak asisten Laboratorium Tanaman Perkebunan yang telah membantu
dalam penyelesaian jurnal ini.
Penulis menyadari bahwa jurnal ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu
kritik dan saran yang bersifat akan sangat diharapkan demi perbaikan penulisan
mendatang. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar belakang ..................................................................................................... 1
Tujuan Praktikum ................................................................................................ 2
Kegunaan Penulisan ............................................................................................ 2
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 3
BAHAN DAN METODE ...................................................................................... 5
Tempat dan Waktu Praktikum ............................................................................. 5
Alat dan Bahan Praktikum .................................................................................. 5
Metode Praktikum ............................................................................................... 5
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 6
Hasil..................................................................................................................... 6
Pembahasan ......................................................................................................... 7
KESIMPULAN...................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 10

ii
PENDAHULUAN
Latar belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah salah satu tanaman
perkebunan yang saat ini sedang berkembang di beberapa wilayah Indonesia.
Komoditi ini diharapkan mampu memberikan kontribusinya dalam perekonomian
yang berasal dari sub-sektor perkebunan. Kelapa sawit merupakan penghasil devisa
negara yang memberikan sumbangan sangat berarti dalam peningkatan
pertumbuhan ekonomi. Pada tahun 2016, luas perkebunan kelapa sawit mencapai
11,91 juta ha dengan produksi CPO mencapai 33,22 juta ton, dan diperkirakan akan
meningkat pada tahun 2017 dengan luas perkebunan mencapai 12,30 juta ha dengan
peroduksi CPO mencapai 35,35 juta ton (Astutik et al, 2012)
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) yakni deretan teratas komoditas
perkebunan yang terbesar serta menguntungkan dari berbagai hal nya seperti
penyokong devisa negara dan juga penyerapan tenaga kerja. Tanaman kelapa
sawitdi Indonesia juga semakin mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Di
tahun 2018 kelapa sawit di indonesia memiliki luas sekitar 14,03 juta dan dengan
produksikira-kira 45 juta Ton. Indonesia menjadi salah satu negara di dunia sebagai
produsen minyak nabati kelapa sawit paling banyak. Di Indonesia sendiri
perkebunan kelapa sawit di dominasi oleh pihak swasta dengan luas 54%,
perkebunan rakyat dengan 41% dan BUMN hanya 5% dari keseluruhan jumlah
luaslahan perkebunan kelapa sawit di Indonesia (DJP, 2018).
Keberhasilan produksi kelapa sawit tersebut sangat ditentukan oleh sutau
penerapan teknis budidaya yang tepat, salah satunya adalah kegiatan pembibitan
dan tingkat pertumbuhannya. Salah satu kegiatan yang penting dalam teknik
budidaya adalah peremajaan. Program peremajaan tanaman harus disiapkan dengan
baik, khususnya pada perkebunan plasma. Persepsi petani terhadap kegiatan
peremajaan sangat baik. Hal ini berimplikasi pada tingginya tingkat kesiapan petani
untuk melakukan peremajaan kelapa sawit saat umur tanaman kelapa sawit sudah
tidak produktif lagi. Petani telah mengetahui pentingnya peremajaan untuk menjaga
keberlanjutan usaha perkebunan kelapa sawit. Petani juga telah memperoleh
berbagai pelatihan mengenai pentingnya kegiatan peremajaan bagi keberlanjutan
usaha perkebunan kelapa sawit yang lestari (Hutasoit et al, 2015).

1
Berdasarkan jenisnya pembibitan terdiri dari dua jenis yaitu pembibitan satu
tahap (single stage) hanya pembibitan utama (main nursery)dan pembibitan dua
tahap (double stage) terdiri dari pre-nursery (pembibitan awal) serta main-nursery
(pembibitan utama). Masing-masing tahap memiliki kelebihan dan kekurangan,
namun disarankan untuk menggunakan pembibitan dua tahap (Hakim et al., 2018).
Campuran media tanam arang sekam, tanah dan kompos dapat memberikan rata-
rata pertumbuhan tinggi tanaman, pertambahan diameter batang, dan jumlah daun
yang lebih besar dibandingkan dengan perlakuan lain. Dengan demikian perlu
dilakukan penelitian tentang pengaruh komposisi media tanam terhadap
pertumbuhan pembibitan kelapa sawit pada pre-nursery (Susilawati, 2014).
Bibit merupakan produk yang dihasilkan dari suatu proses pada pengadaan
bahan tanaman yang dapat berpengaruh terhadap pencapaian hasil produksi pada
masa yang akan datang. Perawatan bibit yang baik dipembibitan awal dan
pembibitan utama melalui dosis pemupukan yang tepat merupakan salah satu upaya
untuk mencapai hasil yang optimal dalam pengembangan budidaya kelapa sawit
(Suhatman et al, 2016).
Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui pengaruh pemeliharaan terhadap pertumbuhan bibit
kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) di pre nursery.
Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaan penulisan jurnal ini adalah sebagai salah satu syarat
masuk untuk memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Tanaman
Perkebunan Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara dan sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.

2
TINJAUAN PUSTAKA
Pembibitan adalah suatu proses untuk menumbuhkan dan mengembangkan
biji menjadi bibit yang siap tanam. Pada sebagian besar jenis tanaman, termasuk
kelapa sawit, proses pembibitan diperlukan karena dipandang jauh lebih
menguntungkan dibandingkan dengan penanaman langsung di lapangan.
Pembibitan dapat dilakukan satu tahap atau dua tahap. Pembibitan dua tahap
dipandang lebih tepat, yaitu dengan pembibitan awal (pre nursery) dan pembibitan
utama (main nursery) (Semangun, 2018).
Kelapa sawit yang dibudidayakan dibedakan berdasarkan ketebalan
cangkang dan daging, yang dibedakan menjadi 3 jenis yaitu Dura, Psifera dan
Tenera. Dura memiliki cangkang tebal dan daging buah tipis dengan rendemen
minyak 15-18%. Psifera memiliki cangkang yang sangat tipis dan daging buah tebal
dengan rendemen minyak 23-25%. Sedangkan jenis Tenera adalah hasil
persilangan antara induk betina Dura dengan jantan Psifera, dan termasuk jenis
yang dianggap unggul karena melengkapi kekurangan dari Dura dan Psifera dengan
rendemen minyak bisa sampai 90% (Andoko dan Widodora, 2013).
Pembibitan utama (main-nursery) yaitu bibit dari pembibitanawal
(prenursery) dipindahkan ke dalam polibag dengan ukuran 40x50 cm atau 40x60
cm setebal 0,11 mm yang berisi 15-30 kg tanah lapisan atas yang diayak. Pada fase
pembibitan utama naungan tidaklagi dibutuhkan. Bibit yang telah dipindahkan
kedalam polibag besardi susun dengan jarak tanam 90x90cm atau 70x70cm.
Pemeliharaan pada pembibitan utama meliputi penyiraman dilakukan dua kali
sehari pada pagi dan sore hari. Pada fase pembibitan utam (main-nursery) bibit tidak
dapat langsung ditanam di lapangan karena bibitmasih terlalu kecil sehingga mudah
terganggu pertumbuhannya oleh hama penyakit. Selain itu. pertumbuhan bibit tidak
seragam terutama untuk bibit yang sangat muda. Pembibitan dapat dilakukan
dilapangan maupun dengan memakai polibag besar (Eva et al, 2017).
Produksi yang maksimal dapat tercapai apabila tanaman berasal dari bibit
yang baik dan sehat serta penerapan teknis budidaya yang benar sesuai dengan
standart. Pembibitan kelapa sawit memerlukan kecermatan dan ketelitian dalam
pekerjaan. Keberhasilan pembibitan tidak ditentukan oleh banyaknya jumlah bibit
yang dapat ditanam dilapangan, tetapi dari kualitas yang dihasilkan. Pembibitan

3
merupakan awal kegiatan lapangan yang harus dimulai setahun sebelum
penanaman dilapangan dan merupakan faktor utama yang paling menentukan
produksi per hektar tanaman. Pengelolaan bibit yang dapat menciptakan kualitas
bibit yang baik akan menghasilkan pertumbuhan tanaman dan buah yang baik pula.
Setelah umur 12 tahun pelapah yang mengering akan terlepas sehingga penampilan
menjadi mirip dengan kelapa. Umur tanaman kelapa sawit mulai saat ditanam
sampai peremajaan kembali (replanting) dapat mencapai umur ekonomis antara 25
sampai 30 tahun (Setyamidjaja, 2018).
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dengan cara mengukur bibit kelapa
sawit mulai dari pangkal atau dasar batang sampai ke ujung daun tertinggi.
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan meteran kain pada saat tanaman
berumur 12 MST (Masa Setelah Tumbuh). Pengukuran diameter batang dilakukan
dengan cara mengukur bagian batang bibit kelapa sawit pada bagian bonggol batang
menggunakan jangka sorong yaitu pada saat tanaman berumur 12 MST (Muchsin
dan Hidayah, 2019).
Setelah mengukur tinggi tanaman maka pengukuran selanjutnya adalah
pengukuran dibagian diameter batang. Pengukuran ini dilakukan untuk
menggambarkan jumlah hara yang diserap oleh tanaman sebagai manfaat untuk
pertumbuhan batang. Pada umumnya semakin besar perkembangan diameter
batang, maka organ-organ pada bagian atasnya seperti tinggi tanaman dan jumlah
daun juga semakin banyak (Leonardo dan Indra, 2020).
Jumlah daun merupakan salah satu penanda pertumbuhan vegetatif yang
dapat diamati secara langsung. Secara sederhana dapat dijelaskan apabila
pertumbuhan vegetatif suatu tanaman baik, diharapkan mampu memberikan
produksi yang tinggi karena hasil fotosintesis yang memadai untuk memasok energi
bagi tanaman. Begitu juga dengan tanaman kelapa sawit, dengan adanya
pertumbuhan daun yang baik, diharapkan nantinya akan memberikan hasil produksi
yang tinggi pula (Rosa, 2017).

4
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Praktikum
Adapun Praktikum ini dilakukan di Jl. Dr. Mansyur Baru II, Tj, Rejo
Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara yang dilaksanakan
secara virtual menggunakan aplikasi Google Meet pada hari Selasa, 27 September
2022 pukul 09.50 WIB sampai dengan pukul 11.30 WIB.
Alat dan Bahan Praktikum
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Polibag ukuran 10
kg sebagai media tanam, Jangka sorong untuk mengukur diameter batang (mm),
Penggaris plastik/meteran kain untuk mengukur tinggi tanaman (cm), Buku untuk
mencatat data, stik ice cream sebagai penanda, Handphone untuk memfoto
tanaman, Handsprayer sebagai wadah insectisida dan fungisida.
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Bibit kelapa
sawit (Elaeis guineensis Jacq) 6 bibit prenursery/orang sebagai bahan pengamatan,
Air untuk menyiram tanaman, Fungisida Antracol b.a. (a.i) / Dithane M-45 b.a. (a.i)
untuk melindungi tanaman dari penyakit jamur, Insektisida Decis untuk melindungi
tanaman dari hama, Tanah Top soil yg sudah dibersihkan sebagai media tanam, dan
Pupuk NPKMg (15:15:6:4) sebagai penambah unsur hara pada tanaman.

Metode Praktikum
Mengukur setiap tanaman berdasarkan 5 parameter yaitu :
1. Tinggi Tanaman (cm)
2. Diameter tanaman (diukur dari kiri batang dan dari kanan, kemudian dibagi
dua) mm.
3. Jumlah daun (helai)
4. Total luas daun (cm)
5. Bobot Basah Tanaman (g), 2 tanaman di destruktif

5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
NO GAMBAR KETERANGAN
Perbandingan jenis benih kelapa
sawit

Penanaman benih kelapa sawit Pre-


Nursery

Pengukuran tinggi yang dimulai dari


permukaan tanah sampai ujung daun
pada benih pre-Nursery

Pengukuran diameter batang bibit


kelapa sawit Pre-Nursery

6
Pembahasan
Pembibitan kegiatan awal lapangan yang bertujuan untuk mempersiapkan
bibit siap tanam. Hal ini sesuai dengan literatur Mangunsoekarjo dan Semangun
(2008) yang menyatakan bahwa pembibitan adalah suatu proses untuk
menumbuhkan dan mengembangkan biji menjadi bibit yang siap tanam. Pada
sebagian besar jenis tanaman, termasuk kelapa sawit, proses pembibitan diperlukan
karena dipandang jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan penanaman
langsung di lapangan. Pembibitan dapat dilakukan satu tahap atau dua tahap.
Pembibitan dua tahap dipandang lebih tepat, yaitu dengan pembibitan awal (pre
nursery) dan pembibitan utama (main nursery).
Kelapa sawit dibedakan berdasarkan ketebalan cangkang dan daging, yang
dibedakan menjadi 3 jenis yaitu Dura, Psifera dan Tenera. Hal ini sesuai dengan
literatur Andoko dan Widodor (2013) yang menyatakan bahwa Dura memiliki
cangkang tebal dan daging buah tipis dengan rendemen minyak 15-18%. Psifera
memiliki cangkang yang sangat tipis dan daging buah tebal dengan rendemen
minyak 23-25%. Sedangkan jenis Tenera adalah hasil persilangan antara induk
betina Dura dengan jantan Psifera, dan termasuk jenis yang dianggap unggul karena
melengkapi kekurangan dari Dura dan Psifera dengan rendemen minyak bisa
sampai 90%.
Pada fase pembibitan main-nursery bibit tidak dapat langsung ditanam di
lapangan karena bibitmasih terlalu kecil. Hal ini sesuai dengan literatur Eva et al
(2017) Pada fase pembibitan utama (main-nursery) bibit tidak dapat langsung
ditanam di lapangan karena bibitmasih terlalu kecil sehingga mudah terganggu
pertumbuhannya oleh hama penyakit. Selain itu. pertumbuhan bibit tidak seragam
terutama untuk bibit yang sangat muda. Pembibitan dapat dilakukan dilapangan
maupun dengan memakai polibag besar.
Keberhasilan pembibitan tidak ditentukan oleh banyaknya jumlah bibit
yang dapat ditanam dilapangan, tetapi dari kualitas yang dihasilkan. Hal ini sesua
dengan literatur Setyamidjaja (2018) yang menyatakan bahwa Pembibitan kelapa
sawit memerlukan kecermatan dan ketelitian dalam pekerjaan. Keberhasilan
pembibitan tidak ditentukan oleh banyaknya jumlah bibit yang dapat ditanam
dilapangan, tetapi dari kualitas yang dihasilkan. Pembibitan merupakan awal

7
kegiatan lapangan yang harus dimulai setahun sebelum penanaman dilapangan dan
merupakan faktor utama yang paling menentukan produksi per hektar tanaman.
Pengelolaan bibit yang dapat menciptakan kualitas bibit yang baik akan
menghasilkan pertumbuhan tanaman dan buah yang baik pula.
Pengukuran tinggi tanaman kelapa sawit dilakukan dari pengukuran dari
pangkal batang hingga bagian yang paling tinggi. Hal ini sesuai dengan literatur
Muchsin dan Hidayah (2019) yang menyatakan bahwa Pengukuran tinggi tanaman
dilakukan dengan cara mengukur bibit kelapa sawit mulai dari pangkal atau dasar
batang sampai ke ujung daun tertinggi. Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan meteran kain pada saat tanaman berumur 12 MST (Masa Setelah
Tumbuh). Pengukuran diameter batang dilakukan dengan cara mengukur bagian
batang bibit kelapa sawit pada bagian bonggol batang menggunakan jangka sorong
yaitu pada saat tanaman berumur 12 MST.
Pengukuran diameter batang dilakukan untuk menggambarkan jumlah hara
yang diserap oleh tanaman sebagai manfaat untuk pertumbuhan batang. Hal ini
sesuai dengan literatur Leonardo dan Indra (2020) yang menyatakan bahwa Setelah
mengukur tinggi tanaman maka pengukuran selanjutnya adalah pengukuran
dibagian diameter batang. Pengukuran ini dilakukan untuk menggambarkan jumlah
hara yang diserap oleh tanaman sebagai manfaat untuk pertumbuhan batang. Pada
umumnya semakin besar perkembangan diameter batang, maka organ-organ pada
bagian atasnya seperti tinggi tanaman dan jumlah daun juga semakin banyak.
Jumlah daun adalah salah satu tanda pertumbuhan vegetative yang dialami
kelapa sawit secara langsung. Hal ini sesuai dengan literatur Rosa (2017) yang
menyatakan bahwa Jumlah daun merupakan salah satu penanda pertumbuhan
vegetatif yang dapat diamati secara langsung. Secara sederhana dapat dijelaskan
apabila pertumbuhan vegetatif suatu tanaman baik, diharapkan mampu memberikan
produksi yang tinggi karena hasil fotosintesis yang memadai untuk memasok energi
bagi tanaman. Begitu juga dengan tanaman kelapa sawit, dengan adanya
pertumbuhan daun yang baik, diharapkan nantinya akan memberikan hasil produksi
yang tinggi pula.

8
KESIMPULAN
1. Pembibitan adalah suatu proses untuk menumbuhkan dan mengembangkan biji
menjadi bibit yang siap tanam.
2. Kelapa sawit dibedakan berdasarkan ketebalan cangkang dan daging, yang
dibedakan menjadi 3 jenis yaitu Dura, Psifera dan Tenera.
3. Pada fase pembibitan main-nursery bibit tidak dapat langsung ditanam di
lapangan karena bibitmasih terlalu kecil.
4. Pembibitan kelapa sawit memerlukan kecermatan dan ketelitian dalam
pekerjaan. Keberhasilan pembibitan tidak ditentukan oleh banyaknya jumlah
bibit yang dapat ditanam dilapangan, tetapi dari kualitas yang dihasilkan.
5. Pengukuran tinggi tanaman kelapa sawit dilakukan dari pengukuran dari pangkal
batang hingga bagian yang paling tinggi.
6. Pengukuran diameter batang dilakukan untuk menggambarkan jumlah hara yang
diserap oleh tanaman sebagai manfaat untuk pertumbuhan batang.
7. Secara sederhana dapat dijelaskan apabila pertumbuhan vegetatif suatu tanaman
baik, diharapkan mampu memberikan produksi yang tinggi karena hasil
fotosintesis yang memadai untuk memasok energi bagi tanaman.

9
DAFTAR PUSTAKA
Andoko, Widora. 2013. Pengaruh Media Tanam dan Pupuk Daun Terhadap
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elais guineensis Jacq). Agrotropika
Hayati, 4(3), 136–151.
Astutik, Fauzia, Ahmad. 2012. Penggunaan Beberapa Media dan Pemupukan
Nitrogen Pada Pembibitan Kelapa Sawit. 11(2):109-118.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2014. Pertumbuhan Areal Kelapa Sawit
Meningkat.http://ditjenbun.pertanian.go.id/berita362pertumbuhanarealkela
pa-sawitmeningkat. html.Diakses pada tanggal 2 Oktober 2022.
Eva, Diana, Syahfitri. 2017. Pengaruh lama pengomposan tandan kosong kelapa
sawit (TKKS) terhadap pertumbuhan dan perkembangan bibit kelapa sawit
(Elaeis guineensis Jacq). Skripsi. Fakultas Agroteknologi Universitas Riau.
Pekanbaru.
Hutasoit, F., Sudradjat, & Supijatno. 2015. Optimasi dosis Pupuk Nitrogen Dan
Fosfor Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Belum
Menghasilkan Umur Satu Tahun. Jurnal Agron. Indonesia, 4(3), 250–256.
Muchsin, Hidayah. 2019. Pemberian Kompos Tkks dan Cocopeat Pada Tanah
Subsoil Ultisol Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) di Pre Nursery. 7(1):1-6.
Setyamidjaja. 2018. Analisis Finansial. Usaha Pembibitan Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) Pada Tingkat Petani di Desa Badak Mekar Kecamatan
Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur. J.
Agrifor. 17(2): 259-270.
Suhatman, Y., A. Suryanto dan L. Setyobudi. 2016. Studi Kesesuaian Faktor
Lingkungan dan Karakter Morfologi Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) Produktif. J. Produksi Tanaman. 4(3): 192-198.
Susilawati, A. 2014. Pengelolaan Kelapa Sawit 2: Pembibitan dan Penanaman.
Universitas Asahan.
Yasa. 2015. Pemberian Limbah PKS dan Kompos TKS pada Pembibitan Kelapa
Sawit (Elaeis quineensis Jacq.) di Main Nursery. [Tesis]. Universitas Islam
Riau. Pekanbaru.

10
Leonard, Indra. 2020. Peran Pemupukan Terhadap Petumbuhan dan Kesehatan
Bibit Kelapa Sawit. Pertemuan Teknis Kelapa Sawit. 15 hal.

Rosa, I. 2017. Tanggap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)
terhadap Aplikasi Pupuk Organik Berbeda Dosis. Jurnal Ilmiah Universitas
Batanghari Jambi : 13-17. Panjaitan, C. 2010. Pengaruh Pemanfaatan.

11

Anda mungkin juga menyukai