Anda di halaman 1dari 9

PROPOSAL PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL)

MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis


Jacq.) TANAMAN MENGHASILKAN (TM) DI PERKEBUNAN PT
ADEI PLANTION & INDUSTRI

Disusun oleh :

Surya Manulang (18710029)

Dibimbing oleh :

Dr. Ir. Parlindungan Lumbanraja, M.Si

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
MEDAN
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Tanaman kelapa sawit masih menjadi tanaman primadona di


Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan luas lahan perkebunan
kelapa sawit secara konsisten di setiap tahunnya. Pada tahun 2018 luas lahan
perkebunan kelapa sawit di Indonesia seluas 14,33 juta hektar dan pada tahun
2019 luasnya bertambah mencapai 14,60 juta hektar (BPS, 2019). Sebaran
luas lahan pada tahun 2018 berdasarkan data yang diperoleh dari Direktoral
Jendral Perkebunan (2019) diantaranya 55,09% lahan dimiliki oleh
perusahaan besar sawata (PBS), 40,62% dimiliki oleh Perkebunan Rakyat
(PR) dan 4,29% luas lahan perkebunan dimiliki oleh Perkebunan Besar
Negara (PBN).

Indonesia menjadi negara pengekspor CPO terbesar di dunia saat ini.


Produksi CPO pada tahun 2019 menurut data BPS (2019) mengalami
peningkatan sebesar 12,92% dibanding tahun 2018 dan mencapai jumlah
hingga 48,42 juta ton (BPS, 2019). Jumlah produksi CPO berdasarkan status
pengusahaannya, pada tahun 2018 dari perkebunan besar swasta (PBS)
dihasilakan produksi minyak sawit (CPO) sebanyak 59,32% atau 25,44 juta
ton CPO, dari perkebunan rakyat (PR) CPO yang dihasilkan sebesar 35,67%
atau 15,30 juta ton CPO, sementara dari perkebunan besar negara (PBN)
produksi CPO yang dihasilkan mencapai 4,41% atau 2,13 juta ton.

Peningkatan produksi tanaman kelapa sawit di Indonesia salah satu


faktornya disebebkan oleh tingginya luas lahan. Selain itu, ada juga beberapa
faktor lain yang dapat berperan serta dalam meningkatkan produksi daripada
tanaman sawit sendiri diantaranya, dengan melakukan kegiatan sanitasi
tanaman, pengendalian hama dan penyakit, konservasi tanah, pengendalian
gulma, pengambilan sampel daun dan tanah, penunasan, hingga pemupukan.

Pemupukan merupakan kegiatan pemberian unsur hara kepada


tanaman komoditi baik yang diberikan dalam bentuk padat yang ditabur
maupun dalam bentuk cair yang disemprotkan. Tanaman kelapa sawit dalam
kegiatan budidaya nya sangat memerlukan ketersediaan unsur hara, salah
satunya ketika tanaman sawit sudah berada pada tingkat menghasilkan (TM).
Pada dasarnya tanah memang telah menyediakan unsur hara bagi tanaman,
akan tetapi ketersediaan hara tersebut masih sangat terbatas sehingga
diperlukan penambahan unsur hara dari kegiatan pemupukan. Di lain sisi
pemberian pupuk juga tidak dianjurkan secara berlebihan karena dapat
merusak ekosistem yang ada. Sehingga kegiatan pemupukan yang dilakukan
pada tanaman kelapa sawit dilakukan dengan manajemen yang baik mengacu
pada faktor efektivitas dan efisiensi yang maksimum (Pahan, 2011).

Pemupukan yang efektif terkait dengan persentase ataupun tingkat


hara yang diserap tanaman. Pemupukan dapat dikatakan efektif apabila
sebagian besar pupuk yang diberikan dapat diserap oleh tanaman. Sementara
efisensi berkaitan dengan biaya (bahan pupuk, alat kerja, upah) dan produksi
yang dihasilkan tanaman kelapa sawit. Kegiatan pemupukan dikatakan efektif
dan efisien apabila dengan dilakukan pemupukan dapat diperoleh
keuntungan/ peningkatan produksi dari kegiatan budidaya kelapa sawit.

Agar kegiatan pemupukan mampu memberikan hasil produksi yang


maksimum, diperlukan kegiatan manajemen operasional yang baik sehingga
dapat menetapkan rekomendasi pemupukan yang tepat. Pada pengaplikasian
di lapangan, pemupukan yang tepat dapat dicapai dengan melakukan tenik
pemupukan yang tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu, tepat tempat dan tepat
cara, serta perlu dilakukan pengawasan yang tepat saat pemupukan.

1.2 Tujuan PKL

Secara umum tujuan PKL dilakukan diantaranya :

1. Melatih mahasiswa agar mampu beradaptasi dengan dunia kerja.


2. Memberikan pengalaman kepada mahasiswa tentang penerapan sistem
kerja di instansi pemerintah atau swasta.
3. Memberikan pengalaman kepada mahasiswa tentang penerapan teori
yang telah dipelajari di bangku kuliah pada permasalahan riil di dunia
kerja.
4. Memberikan pembekalan kepada mahasiswa dalam rangka
menyongsong era industry dan persaingan bebas.

Tujuan secara khusus Praktek Kerja Lapang (PKL) ini adalah untuk
mempelajari dan memahami manajemen pemupukan tanaman sawit
menghasilkan (TM) yang dilakukan di PT Adei Plantion & Industri.

1.3 Manfaat PKL

1. Bagi mahasiswa dapat meningkatkan wawasan keilmuan mahasiswa


tentang situasi dalam dunia kerja.
2. Bagi Program Studi dapat menjadi tolok ukur pencapaian kinerja
program studi khususnya untuk mengevaluasi hasil pembelajaran oleh
instansi tempat PKL dan dapat menjalin kerjasama dengan instansi
tempat PKL.
3. Bagi instansi tempat PKL dapat menjadi bahan masukkan bagi
instansi untuk menentukan kebijakan perusahaan di masa yang akan
datang berdasarkan hasil pengkajian oleh mahasiswa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan (TM)

Tanaman kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak yang


tergolong dalam famili Arecaceae dan terdiri dari dua spesies yakni kelapa
sawit Afrika (Elaeis guineensis) dan kelapa sawit Amerika (Elaeis oleifera).
Serta tanaman menghasilkan (TM) dapat didefinisikan sebagai tanaman yang
sudah ataupun pernah memberikan hasil dari produksinya (Direktoral
Jenderal Perkebunan, 2019). Jadi, tanaman sawit menghasilkan diartikan
sebagai tanaman kelapa sawit yang sudah mencapai masa generatif yang
ditunjukkan dengan munculnya buah sebagai hasil produksinya yang dapat
dijual sebagai sumber minyak masak, minyak industri, bahan bakar, serta
juga dapat dimanfaatkan untuk bahan baku berbagai industri mulai dari
makanan, logam, hingga kosmetika (Lubis dan Widanarko, 2011).

Secara taksonomi menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2008)


kelapa sawit dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Divisi : Tracheophyta
Subdivisi : Pteropsida
Kelas : Angiospermae
Subkelas : Monocotyledonae
Ordo : Spadiciflorae (Arecales)
Famili : Palmae
Sub-famili : Cocoidae
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis Jacq.

Elaeis guineensis berarti tanaman kelapa sawit yang berasal dari


Guinea (Afrika) yang penamaan nya dilakukan oleh Jacquin pada tahun 1763
berdasarkan pada kegiatan pengamatan pohon-pohon kelpa sawit yang
tumbuh di Martinique, kawasan Hindia Barat, Amerika Tengah. Selaian
spesies tersebut, masih ada spesies kelapa sawit lain, diantaranya Elaeis
Odora dari Amerika Selatan dan Elaeis oleivera yang berasal dari Amerika
Selatan juga.

2.2 Pemupukan

Pupuk adalah salah satu sumber hara yang diberikan bagi tanaman
untuk dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik serta dapat
meningkatkan produktivitas pada tanaman. Kemampuan tanah untuk
menyediakan unsur hara bagi tanaman sangat terbatas, sehingga perlu
dilakukan penambahan unsur hara melalui pemupukan pada tanaman.
Tanaman sawit merupakan salah satu tanaman perkebunan yang berumur
panjang berkisar antara 25-30 tahun. Oleh sebab itu, agar tanah tetap subur
dan produksi TBS tanaman sawit maksimal (Hakim, 2007) diperlukan input
pupuk secara terus menerus. Akan tetapi, perlu diketahui bahwasannya
pemberian pupuk yang berlebihan pada tanaman juga tidak dianjurkan karena
dapat merusak ekosistem dan mencemari lingkungan.

Dalam budidaya tanaman kelapa sawit pada tingkat perusahaan,


biasanya biaya yang dikeluarkan untuk pemupukan berkisar 40-60% dari
seluruh biaya pemeliharaan tanaman sawit menghasilkan (TM), sehingga saat
pengaplikasian pupuk perlu disertai dengan cara pemupukan yang tepat agar
tercapai produksi yang tinggi (Sastrosayono, 2003). Manfaat pemupukan
disisi lain yakni dapat meningkatkan kesuburan tanah, meningkatkan
ketahanan tanaman terhadap serangan penyakit dan pengaruh iklim yang
tidak menguntungkan (Pahan, 2010).

Pemupukan pada tanaman perlu dilakukan dengan seefektif dan


seefisien mungkin. Untuk mencapai hal tersebut, maka kegiatan pemupukan
harus dilakukan dengan tenik pemupukan yang tepat jenis, tepat dosis, tepat
waktu, tepat tempat dan tepat cara, serta perlu dilakukan pengawasan.

a. Tepat jenis
Tepat jenis merupakan ketepatan pemilihan jenis pupuk yang
diperlukan oleh tanaman. Jika tanaman kekurangan unsur N maka dapat
diberikan pemupukan Urea, atau saat tanaman kekurangan unsur P dapat
diberikan pemupukan SP36 ataupun TSP.
b. Tepat dosis
Tepat dosis yakni jumlah ataupun takaran dosis pupuk yang diberikan
pada tanaman harus tepat/ pas sesuai anjuran rekomendasi. Apabila dosis
yang diberikan berlebih, dapat berakibat sebagai toksik bagi tanaman dan
dapat menjadi sumber pencemaran bagi lingkukan. Serta apabila dosis pupuk
yang diberikan kurang dari yang seharusnya maka produksi yang dihasilkan
oleh tanaman tidak akan maksimal.
c. Tepat waktu
Tepat waktu diartikan bahwasannya dalam pengaplikasian pupuk
dilapangan hendaknya dilakukan pada waktu yang tepat. Seperti saat tanaman
akan berbunga, tanaman memerlukan unsur hara yang lebih agar pembungaan
dapat berlangsung secara optimal, ini menjadi waktu yang tepat untuk
pengaplikasian pupuk pada tanaman.
d. Tepat tempat
Tepat tempat maksudnya saat pemberian pupuk pada tanaman di
lapangan perlu diperhatikan letak lokasi daripada tanaman tersebut berada.
Apabila tanaman berada pada daerah yang tinggi dan kecepatan angin yang
besar, maka pupuk dalam bentuk cair yang disemprotkan tidak tepat untuk
diaplikasikan pada tanaman. Selain itu, letak penempatan atau peletakan
pupuk disekitar tanaman juga mempengaruhi hasil penyerapan tanaman
terhadap pupuk.
e. Tepat cara
Tepat cara artinya cara dalam pemupukan yang dilakukan harus tepat,
karena apabila cara aplikasi pupuknya salah, maka dapat menyebabkan pupuk
tercuci oleh air dan terbuang sia-sia. Misalnya untuk tanaman yang ditanam
di daerah lereng, cara pemupukan yang tepat dapat dilakukan dengan cara
membenamkan pupuk ke dalam tanah agar pupuk tidak tercuci saat terjadi
hujan.
BAB III
METODE
3.1 Tempat dan Waktu
Kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini dilakukan di Kebun PT
Adei Palntion & Industri, yang terletak di Desa Pinggir, Kabupatan
Bengkalis, Provinsi Riau. Kegiatan PKL dilakukan selama 1 (satu) bulan
yang dimulai pada bulan Juli- Agustus 2021.

3.2 Metode Pelaksanaan

Kegiatan praktek kerja lapang (PKL) yang dilakukan meliputi 2 (dua)


aspek, yakni aspek teknis di lapangan dan kegiatan manajerial baik di
perkebunan maupun di kantor. Pada aspek teknis penulis melakukan seluruh
kegiatan yang berkaitan dengan pemupukan tanaman kelapa sawit
menghasilkan (TM) sama seperti tugas karyawan harian lepas (KHL).
Sedangkan pada aspek manajerial penulis akan ditempatkan sebagai
pendamping mandor dan asisten serta berkonsultasi dengan manajer selama
pelaksanaan kegiatan PKL.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data selama kegiatan PKL dilakukan dengan


pengambilan data primer dan data sekunder. Data primer yakni informasi
yang diperoleh secara langsung mapun pengamatan yang dilakukan di
lapangan serta diskusi yang dilakukan bersama dengan KHL, mandor, dan
asisten kebun. Hasil dari data primer meliputi keefektifan pemupukan yang
berkaitan dengan tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu, tepat tempat dan tepat
cara. Sementara data sekunder diperoleh dengan studi pustaka dan
mempelajari arsip kebun, laporan tahunan, laporan bulanan serta dokumentasi
kebun. Hasil dari data sekunder diperoleh informasi tentang sejarah dan
kondisi umum perusahaan, kondisi iklim, kondisi tanaman, organisasi
manajemen perusahaan, data produksi kebun dan realisasi pemupukan.
DAFTAR PUSTAKA

Aprilia E. 2020. Pemupukan pada tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis


jacq) di PT. Bumi Palma Lestari, bagan jaya kecamatan enok
kabupaten indragiri hilir riau. Jurnal Agro Indragiri 6(2):48-51.

Direktorat Jendral Perkebunan. 2019. Statistik Perkebunan Indonesia.


Jakarta: Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan/ Direktorat
Jenderal Perkebunan/ Kementerian Pertanian.

Herdiansah R, Lontoh AP. 2018. Manajemen pemupukan tanaman kelapa


sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di kebun rambutan sumatera utara.
Bul. Agrohorti 6(2):296-304.

Khalida R, Lontoh AP. 2019. Manajemen pemupukan kelapa sawit (Elais


guineensis Jacq.). Bul. Agrohorti 7(2):238-245.

Nunyai AP, Zaman S, Yahya S. 2016. Manajemen pemupukan kelapa sawit


di sungai bahaur estate, kalimantan tengah. Bul. Agrohorti 4(2):165-
172.

Panggabean SM, Purwono. 2017. Manajemen pemupukan tanaman kelapa


sawit (Elaeis guineensis jacq.) di pelantaran agro estate, kalimantan
tengah. Bul. Agrohorti 5(3):316-324.

Subdirektorat Statistik Tanaman Perkebunan. 2019. Statistik Kelapa Sawit


Indonesia 2019. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Anda mungkin juga menyukai