Anda di halaman 1dari 43

1

I. PENDAHULUAN

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tanaman perkebunan

yang penting dan utama khususnya dalam peningkatan kinerja kesejahteraan

masyarakat di Indonesia. Hasil dari pengolahan buah kelapa sawit yaitu minyak

sawit nabati (Crude Palm Oil) yang berpotensi dalam pasar ekspor perdagangan

minyak nabati dunia. Kelapa sawit di Indonesia merupakan sumber devisa

negara yang sangat potensial, karena mampu menempati urutan teratas dari

subsektor perkebunan (Nurhakim, 2014).

Data pusat statistik di Provinsi Kalimatan Timur pada tahun 2018

menunjukkan adanya peningkatan luas areal pertanaman kelapa sawit yang

cukup besar mencapai 1.199.407 ha yang terdiri dari 286.058 ha milik BUMN

sebagai inti dan 898.947 ha milik perkebunan swasta. Produksi tandan buah

segar (TBS) 13.398.348 ton pada tahun 2018 (Dinas Perkebunan Provinsi

Kalimatan Timur, 2019).

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit sangat

dipengaruhi oleh pemberian pupuk dan ketersediaan unsur hara yang

dipengaruhi oleh pemberian pupuk dan ketersediaan unsur hara didalam tanah.

Upaya pemanfaatan kesuburan tanah dalam konteks perkebunan kelapa sawit

harus memberikan jaminan produksi yang tinggi, konsisten, dan lestari (Pahan,

2010).

Tanaman kelapa sawit dalam pertumbuhannya membutuhkan unsur hara

dan air yang cukup. Unsur hara yang mendapat perhatian dalam pemupukan

dalam tanaman kelapa sawit meliputi N, P, K, Mg, dan B. Hara-hara tersebut

diharapkan tersedia cukup dalam tanah, Ketersediaan hara yang rendah dapat

mengakibatkan tanaman mengalami defisiensi hara (Pahan 2012).


2

Pemupukan berpengaruh terhadap produksi yang bersifat jangka panjang

dan akan baru terasa setelah 2 atau 3 tahun kemudian. Pemupukan sangat erat

hubungannya dengan faktor lingkungan sumber daya alam seperti iklim, tanah.

Oleh sebab itu keberhasilan pemupukan sangat tergantung dari manajemen

pemupukan yang terjadi di lapangan. Efektifitas dan efisiensi pada pemupukan

harus tepat yaitu: tepat dosis, tepat jenis, tepat waktu, tepat cara. Pemupukan

mutlak harus dilakukan untuk meningkatkan produksi ke stabilitas tanaman

(Sastrosayono, 2008).

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan mengambil judul yaitu “Evaluasi Pemupukan

Kelapa sawit dengan menggunakan kaidah 4T ( tepat jenis, tepat dosis, tepat

cara, dan tepat waktu)

Berdasarkan uraian di atas. Maka rumusan masalah dalam penelitian ini

apakah perusahaan sudah memenuhi prinsip 4T dalam pemupukan kelapa sawit

di PT.Cipta Davia Mandiri dan mengevaluasi efektivitas dan efisiensi dalam

pemupukan kelapa sawit pada fase tanaman menghasilkan (TM).

Agar penelitian ini dapat dilakukan lebih fokus dan berjalan dengan baik,

maka perlu adanya batasan masalah pada penelitian ini. Penelitian ini dibatasi

karyawan pupuk Divisi 08 - 09

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah perusahaan sudah

memenuhi prinsip 4T pada kegiatan pemupukan yang di lakukan pada tanaman

kelapa sawit.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmu yang

bermanfaat tentang evaluasi pemupukan kelapa sawit yang timbul dari penelitian
3

ini dan Sebagai masukan bagi perusahaan sehubungan dengan penerapan

pemupukan yang diberikan sehingga dapat memenuhi syarat 4T.


4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Kelapa Sawit

Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2008) dengan

mengembangkan ilmu pengetahuan dan terknologi diperoleh data dan informasi

yang baru. Taksonomi dari kelapa sawit yang umum di terima sekarang ini

adalah sebagai berikut:

Divisi : Tracheophyta

Anak Divisi (Subdivisi) : Pteropsida

Kelas : Angiospermae

Anak Kelas (subkelas) : Monocotyledoneae

Ordo : Spadiciflorae (Arecales)

Famili : Palmae (Arecaceae)

Anak suku (Subfamilia) : Cocoideae

Marga (Genus) : Elaies

Jenis (Spesies) : Elaeis guineensis Jacq

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) masuk keluarga palem

paleman (palmae atau Arecaceae) arah tumbuhnya hanya satu arah Monopodial

dan hanya memiliki satu titik tumbuh. Apabila titik tumbuh ini ditebang, maka

kelapa sawit akan mati.

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah iklim tropis

basah dengan ketinggian 0-500 m dpl., curah hujan optimal 2.000-2.500

mm/tahun, lama penyinaran matahari 5-7 jam/hari, sangat baik untuk proses

penyerbukan. Dengan suhu ideal 24-28°C. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh

pada berbagai jenis tanah seperti padsolik, latosol, hidromorfik kelabu, Alluvial,

atau regosol. Akan tetapi, kemampuan produksi tanaman setiap tanah berbeda-
5

beda tergantung sifat fisik dan sifat fisik tanah. Tanaman yang mengandung

unsur hara dalam jumlah besar sangat baik untuk pertumbuhan vegetatif dan

generatif tanaman (Suwarto,dkk 2014).

B. Pemupukan

Pemupukan bertujuan untuk menyediakan unsur hara yang sangat

dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan generatif, sehingga memperoleh

hasil yang maksimal. Sebelum menentukan dosis pupuk yang tepat, sebaiknya

dilaksanakan terlebih dahulu dilakukan analisis tanah dan daun, maka

ketersedian unsur-unsur yang ada di dalam tanah pada saat itu dapat diketahui

dan keadaan hara terakhir yang ada pada tanaman dapat diketahui juga.

Berdasarkan hasil analisis yang sudah diketahui dapat ditentukan kebutuhan

tanaman terhadap jenis- jenis secara lebih tepat, sehingga dapat ditentukan

dosis pemupukan yang harus diaplikasikan (Setyamidjaja, 2006).

Praktek pemupukan memberikan kontribusi yang sangat luas dalam

memperbaiki produksi dan kualitas yang akan di hasilkan. salah satu efek

pemupukan sangat bermanfaat untuk meningkatkan kesuburan tanah yang

menyebabkan tingkat produksi tanaman menjadi relatif stabil. Selain

itu ,pemupukan bermanfaat melengkapi persediaan unsur hara yang ada di

dalam tanah sehingga kebutuhan tanaman terpenuhi dan pada akhirnya dapat

tercapai hasil (produksi) yang maksimal (pahan.2010)

Permasalahan yang ada di lapangan seperti kesulitan dalam penentuan

jumlah kebutuhan pupuk secara tepat disebabkan jumlah pohon saat penentuan

rekomendasi yang berdasarkan tegakan stand per hectare (SPH) berbeda

dengan jumlah dan kondisi pohon yang ada di lapangan, sehingga perlu
6

diadakan sensus pohon secara rutin untuk menentukan jumlah tanaman dan

keadaan blok.

Jenis pupuk yang dibutuhkan oleh tanaman kelapa sawit untuk tumbuh

dan kembangnya antara lain urea, TSP, KCl, Kiserit, dan boron. Pupuk urea

mengandung unsur Nitrogen (N), TSP mengandung unsur fosfat (P), KCl

mengandung unsur hara (K), kiserit mengandung unsur magnesium (Mg), dan

borat mengandung unsur boron (B). Tambahan unsur boron pada tanaman

kelapa sawit mutlak diperlukan karena bisa memperbaiki tandan buah segar

(TBS). Pemberian pemupukan tanaman kelapa sawit berdasarkan umur

tanaman (Nurhakim,2014).

1. Kebutuhan Unsur Hara

Menurut Satrosayono (2008) kebutuhan unsur hara bagi tanaman

kelapa sawit berada pada fase pertumbuhannya berbeda-beda. Jumlah unsur

hara yang di tambahkan melalui pupuk harus memperhitungkan kehilangan

hara akibat penguapan, pencucian dan penambahan hara dari penutup

tanaman (cover crop ) hara yang terikat udara, serta potensi fisik dan kimia

tanah. Potensi fisik dan kimia tanah di indonesia sangat bervariasi. karena

itu, komposisi kebutuhan hara di setiap tempat berbeda-beda. Fungsi dan

peranan setiap unsur hara terhadap pertumbuhan dan produksi yang bagus

bagi tanaman kelapa sawit sebagai berikut:

a. Nitrogen (N)

Yang termasuk pupuk N adalah urea, ZA (Zulfat of Anomia) AM CI

(Amonium Clorida). Unsur N berperan dalam proses fisoiologi tanaman

dan merupakan pembentukan utama protoplasma sel, protein, asam

amino, aminda, alkaloid, dan klorofil. Tanaman yang kekurangan N akan


7

mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi lambat, tanaman kurus

kerdil, daun yang tua berwarna hijau kekuninga, pelepah pendek, dan

tegak aktivitas fisiologis sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

peningkatan produksi tandan. Adapun gejala kekurangan (Defisiensi) N

dapat ditandai dengan warnanya kurang lebih memucat mengarah

kekuning kuningan.

b. Fosfor (P)

Yang termasuk pupuk P adalah TSP (Triple Super Phospate), RP

(Rock Phospate), dan Agrophos. Unsur P adalah kompenen paling utama

asam nukleat (Nucleic acids) NA yang berperan dalam pertumbuhan dan

perkembangan akar, fungsi lain unsur fosfor adalah membentuk ikatan

fosfolipid ikatan minyak (Satrosayono, 2008). Unsur P juga sangat erat

hubungannya dengan unsur hara lain serta berpengaruh terhadap proses

reprasi pada saat kematangan buah. Unsur P mempunyai peranan yang

sangat penting untuk perumbuhan dan produksi tandan yang

kompenennya aktif pada setiap proses fisiologi baik yang menyangkut

pertumbuhan dan aktivitas genetatif. Gejala defisiensi P secara visual

masih tidak jelas, namun masih bisa diketahui melalui analisis labortorium.

Defisiensi P dapat menghambat pertumbuhan tanaman dan pelepah

pendek, melemahkan jaringan tumbuh serta memperlambat proses

pertumbuhan pada tanaman.

c. Kalium (K)

Yang termasuk pupuk adalah MOP (Muriate of potash). Unsur K

sangat berperan aktif dalam proses fisik serta fotosintesis dan transpirasi

unsur juga berperan katasilator dalam setiap proses biokimia yang penting
8

serta merupakan regulator dalam proses pembentukan minyak. Peranan

unsur K pada berbagai jenis tanah dapat meningkatkan produksi tandan

terutama pada tanah yang mengandung pasir tinggi serta pada tanah

alvial dan hidromofik. Gejala defesiensi K dapat ditandai adanya bintik-

bintik oranye (orange spotting) pada helai anak daun pelepah tertua,

kemudian kemudian meluas ke pelepah yang masih muda. Lama

kelamaan akan bertambah besar dan warnanya semakin jelas mengarah

kearah oranye. Pada saat mengalami defisiensi yang sangat berat daunya

akan berubah menjadi coklat kelabu, mengering, dan menggulung. Pada

saat tanaman masih mudah, unsur kalium nyata memperbesar

perkembangan batang dan mempercepat panen pertama (Sastrosayono,

2008).

d. Magnesium (Mg)

Yang termasuk pupuk Mg adalah Kieserite dan Dolimie. Unsur Mg

ini berperan dalam sistem enzim dam merupakan pembentuk utama zat

hijau daun (Chloropyl). Fungsi yang lain adalah unsur fosfor yang

membentuk ikatan phosphotipid dalam minyak. Pengaruh pada produksi

tandan kecil sekali dan tidak secara langsung (Suwandi dan Fidber

Chan,1989). Gejala defisiensi Mg dapat di tandai adanya tanda garis yang

memanjang sejajar dengan tulang daun dan berwarna jingga yang

mengarah ke kuning.

e. Boron (B)

Yang termasuk pupuk Bo adalah HFG Borate (High Grade Fertilizer)

Borate. Bo merupakan pupuk mikro namun sangat penting karena

meningkatkan pertumbuhan dan penyuburan, dan menggiatkan


9

pembelahan sel pada jaringan muda. Gejala defisiensi boron dapat

ditandai adanya ujung helai daun yang membentuk sudut (hook leaf).

Pada defisensi berat dapat ditandai anak daun pecah-pecah (leaflet

shatter), pelepah daun tidak membuka (blind leaf), dan anak daun menjadi

memendek.

2. Pelaksanaan Pemupukan

Pelaksanaan pemupukan dengan diecer keblok oleh tenaga kerja yang

sudah tersedia. Penaburan pupuk sesuai dengan jalurnya masing-masing .

pupuk ditabur di keliling piringan penuh, tidak dibenarkan kegiatan penauran

terputus- putus. Pada sistem benam, lubang bekas pemupuk ditutup kembali.

dengan jarak pupuk tergantung pada perkemabangan pohon, tepatnya jalur

penabur harus diabawah proyek ujung tanduk. Pemupukan pemupukan yang

dilakukan harus sesuai dengan prinsip 4 T yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat

tempat dan cara (Winarna dkk., 2003).

a. Tepat Jenis

Strategi dalam menentukan jenis pupuk yang akan diaplikasikan

diwarnai oleh pertimbangan teknis dan pertimbangan ekonimis.

Pengetahuan teknis tentang sifat pupuk dimana pupuk yang akan

diaplikasikan sangat menentukan efisiensi pemupukan. Sifat pupuk ini

sangat penting untuk diketahui, berapa kandungan unsur hara yang

dikandung pada tanaman, serta kepekaan pupuk pada saat dipengaruhi

iklim (Pahan, 2010).

b. Tepat Dosis

Pemupukan ditanaman menghasilkan dosisnya ditentukan

berdasarkan keadaan tanah dan ada atau tidaknya penutup tanah


10

kacangan (leguminous). Pemupukan pada tahap tanaman menghasilkan

(TM) yang ditentukan berdasarkan perhitungan yang sudah ditentukan

berdasarkan faktor-faktor dasar dan konsep neraca hara. Berdasarkan

konsep yang telah dilakukan, pupuk hanya diberikan sebagai penambah

unsur hara pada tanaman atau tidak dapat tersedia didalam tanah.

Penerapan ini bertujuan untuk menetapkan dosis pupuk dalam rangka

penerapan teknologi bermasukan rendah (low input technology) pada

perkebunan sawit (Pahan, 2010).

c. Tepat Waktu

Waktu frekuensi pemupukan sangat sangat ditentukan oleh iklim

(terutama curah hujan) apabila pengaplikasian tidak tepat waktu yang

akan menyebabkan kerugaian. Respon tanaman dalam pemberian pupuk

tergantung pada dua kondisi yang saling berhubungan, yaitu keadaan

tanaman itu sendiri dan ketersediaan hara yanga ada di dalam tanah.

Hubungan diantar kedua faktor ini dapat bersifat langsung dan tidak

langsung pada saat melalukan pengaplikasian pupuk harus diperlakukan

sedemikian rupa agar tanggap dalam pemberian pupuk. Semakin besar

respon tanaman maka semakin banyak unsur hara dalam tanah yang

data diserap tanmana untuk pertumbuhan dan produksi (Adiwiganda,

2007).

d. Tepat Cara

Cara menempatkan pupuk yang diaplikasikan sangat

mempengaruhi jumlah pupuk yang dapat diserap oleh tanaman.

Pemberian pupuk dengan cara ditabur dengan merata dengan jarak 1,5

dengan pangkal batang ke arah piringan. Yang dilengkapi dengan kapal


11

kuda, pemupukan dianjurkan dilakukan dengan cara dibenamkan untuk

seluruh jenis pupuk pada beberapa lubang di sekitar pohon.

(Sastrosayono, 2003).

3. SOP Pemupukan Tanaman Menghasilkan

Prinsip utama dalam aplikasi pupuk adalah setiap jenis pupuk yang

diterima oleh setiap pokok tanaman harus sesuai dengan dosis yag telah di

tentukan dalam buku rekomendasi pemupukan. Untuk menentukan rekomendasi

pemupukan dosis per blok, Dapartemen Riset telah mengeluarkan biaya yang

tidak sedikit. Oleh karena itu,ketelitian ketepatan aplikasi pemupukan adalah

sangant penting untuk di wujudkan prinsip utama di atas. Efektivitas dan efeinsi

pemupukan di pengaruhi dalam pemupukan dan juga kualitas dari pemupukan

itu sendir. Empat faktor yang penting menentukan keberhasilan pemupukan

adalah.

a. Jenis pupuk

Unsur pupuk utama yang sering digunakan di perkebunan kelapa sawit


antara lain yaitu:
1) Unsur Nitrogen (N) merupakan unsur hara makro yang memiliki mobilitas

tinggi, sehingga akan cepat mengalami pergerakan baik melalui

pencucian, penguapan maupun penyerapan oleh tanaman.

2) Unsur Ohosphate (P) merupakan unsur hara makro yang memiliki

mobilitas sedang.

3) Unsur Kalium/Potassium (K) merupakab.n unsur hara makro yang memiliki

mobilitas sedang.
12

4) Unsur Magnesium (Mg) merupakan unsur hara makro yang memiliki

mobilitas rendah.

5) Unsur Boron (B) merupakan unsur hara mikro yang memiliki mobilitas

sedikit.

b . Dosis Pupuk

Rekomendasi dosis pemupukan diformulasikan berdasarkan beberapa

faktor seperti produksi TBS aktual, proyeksi produksi TBS, umur tanaman, status

nutrisi tanaman, analisa daun dengan melakukan Leaf Sampling Unit (LSU),

observasi lapangan, dan data curah huja. Faktor-faktor tersebut harus dianalisa

dengan cermat untuk menjamin produktifitas TBS maksium.

Semua pupuk harus diaplikasikan dengan takaran yang telah

distandarisasikan pada setiap tanaman sesuai dengan dosis rekomendasi.

c. Waktu Pemupukan

Frekuensi dan waktu aplikasi pupuk yang telah disusun akan

diberikanoelh Dapartemen Riset pada program pemupukan tahunan.faktor yang

menjadi bahan pertimbangan terhadap frekuensi dan waktu aplikasi pemupukan

adalah curah hujan dan rotasi pemupukan yang dilakukan dua kali dalam

setahun.

Pada umumnya, semua pupuk diaplikasikan pada bulan dengan curah

hujan(100-250 mm) saat itu tanah cukup basah sehingga memudahkan

terpenuhinya unsur hara. Curah hujan >250 mm perbulan tidak menjadi faktor

perbatasan dalam pelaksanaan pemupuka, jika suat areal sudah dilakukan


13

kegiatan konvervasi tanah dan air secara maksimal, interval rotasi pada jenis

pupuk sama, tidak boleh kurang dari dua bulan. Rotasi pertama sebaiknya

dilakukan pada januari-juni dan pada rotasi kedua juli-desember. Apabila rotasi

keduanya d aplikasikan secara bersamaan maka akan berpengaruh terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit.

d. Cara Pemupukan dan Tempat Pupuk

Pupuk RPH diaplikasikan di bawah tajuk mengarah keluar, sedangkan

pupuk Urea,MOP, NPK 15-15-6-4, NPK 12-12-17-2, dan NPK 14-6-22-4

diaplikasikan di piringan di bawah tajuk terluar mengarah ke dalam. Pupuk mikro

HGFB dan pupuk CU diaplikasikan dekat pangkal batang ( ± 20 cm dari pangkal

batang).

Prosedur pemupukan untuk tanaman kelapa sawit menghasilkan:

1) Asisten divisi yang di tunjuk koordinator Tim Unit Pupuk (TUP) membuat

RKH pupuk besok dan diserahkan kepada manager kebun serta bagian

traksi (pengaturan kendaraan angkut pupuk)

2) Pembuatan bon bahan dan penguntilam, pelaksanaan pupuk di lapangan

menggunakan sistem untilan, dengan melaksanakan penguntilan pupuk

satu hari sebelum kegiatan pemupukan

3) Apel pagi & pengorganisasian anggota kerja serta absensi tenaga pupuk

4) Pengangkutan dan pelangsiran untilan ditangani oleh mandor until dan

diletakkan pada tempat peletakan pupuk (TPP)


14

5) Pengeceran dilakukan sepanjang barisan tanaman sesuai dengan

rencana pada detail blok, dimulai dari collection road menuju collection

road di depannya. Letakan pupuk pada piringan pokok

6) Pengancakkan dan penaburan pupuk pada masing-masing pokok harus

dimulai dari collection road menuju collection road di depannya sesuai

arah barisan tanaman, tempat penaburan pupuk untuk TM adalah

piringan

7) Pengumpulan goni eks pupuk, tenaga tabur mengeluarkan goni untilan

dari dalam blok dan tenaga langsir mengecek serta mengumpulkan goni

untilan, menyusun dan menggulung setiap 10 lembar

8) Pukul 14:00 WITA madnor pupuk, tenaga tabur, ecer, dan langsir pulang

menuju gudang pupuk. Goni untilan di bawa dan dikembalikan ke gudang

pupuk

9) Pukul 16:00 – 17:00 WITA asisten divisi dan mandor pupuk berkumpul di

kantor untuk menyelesaikan administrasi realisasi kerja pemupukan

sesuai dengan program di buku rekomendasi dimana dituliskan bulan

aplikasi dan hasil pemeriksaaan Quality Check pupuk

10) Asisten divisi membuat Rencana Kerja Harian (RKH) pemupukan untuk

pekerjaan besok.
15

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di PT. Cipta Davia Mandiri Kalimantan Timur

bertepat di Desa klinjau Ulu Kecamatan muara ancalong Provinsi Kutai Timur .

Kegiatan ini dilaksanakan selama 3 bulan terhitung mulai bulan September

sampai dengan November 2021, penelitian yang dilakukan meliputi persiapan

alat dan bahan, survey lokasi, dan pengambilan data.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: Alat tulis, pulpen, kamera,

laptop yang dilegkapi microsoft word & microsoft excel, bahan yang di gunakan

dalam penelitian ini yaitu: Data nama karyawan, Kertas HVS

C. Metode Pengambilan Data

1. Sumber Data

a. Observasi

Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara langsung

dilapangan atau lokasi penelitian.

b. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya

untuk mendapatkan data primer peneliti melakukan penyebaran kuesioner

berupa sejumlah pertanyaan dengan skala likert kepada responden yang

telah ditentukan untuk mengetahui pendapat setuju dan ketidak setujuan

dari pernyataan yang ada dan kemudian hasilnya diolah.

c. data sekunder

Data sekunder yaitu data yang telah dibuat kemudian dilakukan

pengembangan, dan diolah kemudian di dokumentasikan data sekunder


16

ialah data yang didapat langsung dari perusahaan meliputi dokumentasi

tertulis mengenai profil perusahaan, struktur organisasi, tanggung jawab

serta kegunaan dari tiap bagian kerja.

D. Prosedur Penelitian

1. Persiapan

Pada tahap ini, hal yang dilakukan adalah observasi di lapangan dengan

meliputi survei lapangan untuk mempermudah melaksanakan penelitian, serta

meliputi alat dan bahan yang di perlukan dalam penelitian

2. Peninjauan Lapangan

Peninjauan lapangan meliputi kegiatan penentuan serta menghimpun

data dalam bentuk catatan rinci.

3. Pengambilan Data

Pengambilan data dalam hal ini, penulis mengumpulkan data

menggunakan observasi secara langsung ke lapangan seperti mengamati cara

pemupukan dan tempat , jenis pupuk, dosis pupuk.

4. Pengelolaan Data

Data yang sudah diperoleh di lapangan di evaluasi kembali kemudian di

olah dalam bentuk tabel menggunakan microsft word yang terdapat di laptop

setelah itu di gunakan analisis data

E. Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan daianalisis secara dekriktif kuantitatif

dengan menggunakan perhitungan matematis yang meliputi rata-rata dengan

presentase hasil pengamatan. Data dan informasi yang telah diperoleh


17

seanjutnya akan dibandingkan dengan standar aturan kerja dari setiap kegiatan

yang berlaku di perusahaan dan perkebunan kelapa sawit.

Data yang di peroleh berupa data primer dan data sekunder akan di analisis

dengan analisis data sebagai berikut:

1. Teknik menetukan skor jawaban

Dalam penilaian kuissioner dilakuakan dengan menentukan skor, berarti


setiap skor jawaban yang diperoleh dari responden dengan menggunakan skala
likert (sugiono, 2012), serta penentuan data interval pada setiap nilai jawaban
adapun penentuan skor dari setiap pertanyaan yaitu:
Sangat tahu = 5
Tahu = 4
Cukup tahu = 3
Kurang tahu = 2
Sangat tidak tahu = 1
Untuk memperoleh hasil pembobotan dilakukan dan menentukan skala

pembobotan rumus berikut:

jumlah maksimal− jumlah minimal


Interval=
skor tertinggi

80−16
¿
5

Tabel 1. Skala Pembobotan


Klasifikasi Skor Interval
Setuju 5 68-80
Tidak setuju 4 55-67
Sangat setuju 3 42-54
Kurang setuju 2 29-41
Sangat kurang setuju 1 16-28
18

1. Teknik penentuan presentase dari jumlah jawaban kuiseoner

menurut sugiyono (2012), untuk mengetahui jumlah jawaban dari para

tesponden melalui presentase yaitu digunakan rumus sebagai berikut:

F
P= ×100 %
n

Keterangan :

P = Presentase

F = jumlah dari stiap jawaban kuesioner

N = jumlah skor ideal

100 = bilangan tetap


19

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

1. Karakteristik Responden Penelitian

Responden dalam penelitian ini adalah karyawan pemupukan di PT. Cipta

Davia Mandiri khususnya divisi 08 sebanyak 16 orang. Terdapat 4 karakteristik

reponden yaitu jenis kelamin, umur, pendidikan dan masa kerja.

a. Responden berdasarkan jenis kelamin

Beradarkan responden jenis kelamin dapat ditunjukkan pada tabel 2. Berikut


ini.
Tabel 2. Responden berdasarkan jenis kelamin
No Jenis kelamin Frekuensi (orang) Presentase %
1. Perempuan 16 100.00%
2. Laki-laki 0 0.00%
Jumlah 16 100.00%
Berdasarkan tabel 2 dapat dijelaskan bahwa jumlah responden

berdasarkan jenis kelamin secara keseluruhan karyawan pemupukan

adalah perempuan dengan jumlah 16 orang yaitu prentase 100.00% dan

laki-laki 0 orang degan presentase 0.00%

b. Responden berdasarkan jenis umur

Berdasarkan umur responden yang diperoleh dapat di lihat pada tabel 3

sebagai berikut:

Tabel 3, responden berdasarkan umur

NO Umur Frekuensi Presentase %


(orang)
1 21 – 28 tahun 7 43,75%
2 29 – 36 tahun 4 25,00%
20

3 37 – 44 tahun 5 31,25%
Jumlah 16 100.00%
Berdasarkan tabel. 3 yang ada di atas dapat disimpulkan bahwa

jumlah responden berdasarkan umur terdiri atas responden berumur 21 –

28 tahun berjumlah 7 orang dengan presentase 43,75%, responden

berumur 29 – 36 tahun berjumlah 4 orang dengan presentase 25,00%,

dan responden berumur 37 – 44 tahun berjumlah 5 orang dengan

presentase 31,25%.berdasarkan karakteristik responden Sebagian besar

responden berumur 21 – 28 tahun dengan presentase 43,73%.

c. Responden berdasarkan Pendidikan

Responden berdasarkan Pendidikan yang telah di peroleh dapat di tunjuk


pada tabel 4 berikut ini:
Tabel 4, responden berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan Frekuensi (orang) Persentaase%


1 SD/Sederajat 4 25,00%
2 SMP/SLTP/ 8 50,00%
Sederajat
3 SMA/SLTA/ 4 25,00%
Sederajat
Jumlah 16 100,00%
Berdasarkan tabel 4 yang ada di atas dapat dijelaskan bahwa

jumlah responden berdasarkan Pendidikan terdiri dari tiga jenjang

Pendidikan di antaranya responden dengan jenjang Pendidikan

SD/Sederajat sebanyak 4 orang dengan presentase 25,00%, sedangkan

responden jenjang Pendidikan SMP/SLTP/Sederajat sebanyak 8 orang

dengan jumlah presentase 50,00%,dan responden jenjang Pendidikan

SMA/SLTA/Sederajat sebanyak 4 orang dengan jumlah presentase

25,00%. Hal ini membuktikan bahwa jumlah presentase Pendidikan paling

banyak yang mengenyam Pendidikan SMP/SLTP/Sederajat dengan

presentase sebanyak 50,00%.


21

d. Responden berdasarkan masa kerja

Berdasarkan responden masa kerja karyawan yang telah di peroleh di


tunjuk pada tabel 5 sebagai berikut:

Tabel 5 Responden masa kerja


No Masa kerja/tahun Frekuensi Presentase%
(orang)
1 1 – 2 tahun 5 31,25%
2 3 – 4 tahun 8 50,00%
3 5 – 6 tahun 3 18,75%
jumlah 16 100,00%
Berdasarkan tabel 5 yang ada diatas dapat disimpulkan bahwa

responden masa kerja karyawan,terbagi atas 3 kategori di antaranya

dengan masa kerja 1 – 2 tahun sebanyak 5 orang dengan presentase

31,25%, responden masa kerja 3 – 4 tahun sebanyak 8 orang dengan

presentase 50,00%, dan responden masa kerja 5 – 6 tahun sebnayak 3

orang dengan presentase 18,75%.Hal ini dapat di buktikan bahwa

responden masa kerja paling mendominasi 3 – 4 tahun dengan

presentase 50,00%.

2. Evaluasi Sistem Pemupukan

Evaluasi sistem pemupukan di PT. Cipta Davia Mandiri diperoleh dari

hasil pengamatan,kuesioner,dan wawancara sebagai berikut:

a. Evaluasi Pemupukan dengan prinsip 4 tepat

Cara pemupukan menggambarkan pengetahuan dengan

karyawan tentang dasar pemupukan yang sesuai dengan prinsip 4 tepat.

Mulai dari pengamatan yang diamati saat melakukan pemupukan TM,

dapat juga dilihat karyawan bahwa karyawan dapat melakukan

pemupukan yang sesuai dengan tepat tempat, tepat jenis, dan tepat

dosis. Untuk mengetahui tepat waktu saat mau melakukan pemupukan


22

perlu di liat kembali dat curah hujan. Menurut Risza (2004),cara untuk

pelasanaan pemupukan 4 tepat, yaitu tempat pemupukan TM dilakukan

pada umur tanaman 3-8 tahun dengan cara ditabur di piringan dan dari

pangkal pokok sawit. Untuk tepat dosis, pemupukan TM dibrikan dengan

dosis berdasarkan ketentuan dalam rekomendasi pemupukan tahunan,

untuk tepat jenis di berikan berdasarkan aspek teknis dengan dengan

cara memperhitungkan sifat tanah dan sifat pupuk, dan unutk tepat waktu

pemupukan dipengaruhi oleh umur tanaman, jenis pupuk, sifat fisik tanah,

curah hujan, dan pelaksanaan pemupukan (aplikasi I pada bulan Maret-

April dan aplikasi II pada bulan Juli-Agustus).

Rata-rata jawaban pada kuesioner dari responden dapat dilihat


pada tabel 6 sebagai berikut:
Tabel 6. Rata-rata Pemupukan dengan prinsip 4 tepat

Cara Pemupukan
No Nama Responden P1 P2 P3
1 Rostiana 4 5 5
2 Marlianus 4 5 5
3 Yuliana 2 3 5
4 Daitun 3 4 4
5 Mardiana 4 4 4
6 Marselina 2 1 2
7 Desiani 3 3 3
8 Wanti rahayu 2 3 3
9 Elisabet 3 3 3
10 kristin 3 2 4
11 Agustina 4 4 4
12 Sangada 2 3 3
13 Binem 2 3 3
14 Yohana soo 4 3 4
15 Florentina 3 2 3
16 Yustina 2 3 4
JUMLAH 48 51 59
RATA-RATA 3 3,18 3,68
Keterangan (Ket) Pertanyaan 1 (P1) : mengetahui cara pelaksanaan pupuk
berdasarkan prinsip 4 tepat ?
23

Pertanyaan 2 (P2) : mengetahui pentinya pemupukan


menggunakan prinsip 4 tepat ?
Pertanyaan 3 (P3) : mengetahui kerugian apabila
pelaksanaan pemupukan tidak sesuai
prinsip 4 tepat ?
Berdasarkan dengan jawaban yang diperoleh dari responden pada Tabel

6 mengenai cara pemupukan, dapat di ketahui rata-rata 3 responden cukup tahu

tentang tata cara pelaksanaan pemupikan yang sesuai dengan prinsip 4 tepat,

rata-rata 3,18 responden cukup tahu mengenai pentingnya pelaksanaan

pemupukan yang menggunakan prinsip 4 tepat,dan rata-rata 3,68 responden

tahu mengenai kerugian yang timbul apabila pelaksanaan pemupukan tidak

seusai dengan harapan prinsip 4 tepat.

b.Tempat Pemupukan

Hasil pengamatan kegiatan pemupukan di lapangan, karyawan

memberikan pupuk dengan cara ditabur, merata,disekeliling piringan atau sesuai

dengan ujung tanjuk pokok sawit. Dengan jarak 1,5-2 m dari pokok sawit.

Persentase dari pernyataan responden mengenai tampat pemupukan


akan di tunjukan pada Taebl 7 sebagai berikut :
Tabel 7. Rata-rata

Tempat Pemupukan
Tempat Pemupukan
N Nama responden P1 P2 P3
O
1 Rostiana 5 4 5
2 Marlianus 5 5 5
3 Yuliana 5 3 4
4 Daitun 5 3 3
5 Mardiana 4 3 4
6 Marselina 3 1 3
24

7 Desiani 4 3 2
8 Wanti rahayu 4 3 3
9 Elisabet 4 2 2
10 Kristin 5 3 2
11 Agustina 5 5 5
12 Sangada 3 2 2
13 Binem 4 3 2
14 Yohana soo 5 3 2
15 Florentina 4 3 2
16 Yustina 4 3 3
JUMLAH 69 49 49
RATA-RATA 4,31 3 3
Ket : P1 : Mengetahui tempat menaruh pupuk berdasarkan jenis pupuk ?
P2 : Mengetahui tujuan tempat pemupukan ?
P3 : Mengetahui pemupukan akan tidak efektif, apabila tempat
aplikasinya tidak tepat ?
Hasil pernyataan yang diperoleh dari responden pada Tabel 7

menunjukan bahwa rata-rata 4,31 responden tahu tempat menaruh pupuk

berdasarkan jenisnya, rata-rata 3 responden cukup tahu tentang tujuan tempat

pemupukan,rata-rata 3 responden cukup tahu pemupukan akan tidak efektif

apabila pengaplikasiannya tidak tepat.

Sesuai dengan hasil wawancarasemua responden yang menyebutkan

pemupkan dengan ditabur di piringa/ujung tajuk pokok sawit. Hasil wawancara

dari mandor dan asisten yang menyebutkan bahwa pupuk ditabur dilingkaran

piringan/dibawah tajuk kelapa sawit.

c. Dosis Pemupukan

Hasil pengamatan langsung di lapangan, dosis pupuk Dolomite yang di


beikan sebanyak 1,5 kg/pokok. Persentase dari pernyataan responden
mengenai dosis pemupukan akan ditunjukan pada tabel 8 sebagai berikut:

Tabel 8. Rata-rata Dosis Pemupukan


Dosis Pemupukan
NO Nama responden P1 P2 P3 P4
25

1 Rostiana 5 3 5 3
2 Marlianus 5 3 5 3
3 Yuliana 4 3 4 3
4 Daitun 4 4 5 4
5 Mardiana 4 3 4 3
6 Marselina 3 3 3 3
7 Desiani 4 3 4 3
8 Wanti rahayu 3 3 3 3
9 Elisabet 4 2 3 1
10 kristin 5 3 5 2
11 Agustina 4 3 4 3
12 Sangada 2 2 3 1
13 Binem 2 1 3 1
14 Yohana soo 5 3 5 2
15 Florentina 3 1 4 2
16 Yustina 3 1 3 4
JUMLAH 60 41 63 41
RATA-RATA 3,75 2,56 3,93 2,56
Ket : P1 : mengetahui dosis aplikasi pupuk berdasarkan jenis ppuknya ?

P2 : mengetahui pentingnya dosis yang tepat pada setiap tanaman kelapa


sawit menghasilkan ?

P3 : mengetahui alat yang digunakan untuk pemupukan sudah memenuhi


kebutuhan atau belum ?

P4 : mengetahui dosis apa yang dibutuhkan tanaman kelapa sawit


berdasarkan kondisi tanaman kelapa sawit yang berberda ?

Hasil pernyataan di peroleh dari responden pada tabel 8 menunjukan

bahwa rata-rata 3,75 responden cukup tahu dosis pupuk berdasarkan jenis

pupuknya,rata-rata 2,56 responden kurang tahu tentang pentingnya dosis yang

tepat untuka tanaman kelapa sawit menghasilkan, rata-rata 3,93 responden

cukup tahu alat yang akan digunakan untuk melakukan pemupukan kelapa sawit

sudah memenuhi kebutuhan, dan rata-rata 2,56 responden kurang tahu tentang

dosis pupuk yang dibutuhkan berdasarkan kondisi tanaman kelapa sawit yang

berbeda.

Dari hasil wawancara di peroleh jawaban rsponden bahwa dosis pupuk

Dolomite yang di aplikasikan sesuai dengan rekomendasi dan arahan dari


26

asisten pemupukan, yaitu 1,5 kg/pokok tanaman kelapa sawit menghasilkan.

Dosis pupuk yang diberikan tanaman kelapa sawit menghasilkan telah sesuai

dengan rekomendasi pemupukan yang di ambil dari sampel daun, yaitu dengan

dosis 1,5 kg/untilan untuk satu pokok sawit yang diberikan kepada dan di

arakhkan langsung pelaksanaannya oleh mandor atau asisten.

d. Jenis Pemupukan

Jenis pupuk yang diaplikasikan saat melakukan pengamatan langsung

saat melaksanakan pemupukan untuk tanaman kelapa sawit menghasilkan

adalah Dolomite yang memiliki kandungan Kalsium(ca) dan Magnesium(mg).

Hasil persentase dari pernyataan responden mengenai dosis pemupukan

akan ditunjukkan pada tabel 9 sebagai berikut:

Tabel 9. Rata-rata jenis pemupukan


Jenis pemupukan
No Nama responden P1 P2 P3
1 Rostiana 5 5 3
2 Marlianus 5 5 3
3 Yuliana 4 3 3
4 Daitun 4 3 3
5 Mardiana 3 3 2
6 Marselina 3 2 2
7 Desiani 4 2 2
8 Wanti rahayu 4 2 1
9 Elisabet 3 3 1
10 kristin 5 3 3
11 Agustina 5 3 1
12 Sangada 3 2 1
13 Binem 4 2 1
14 Yohana soo 5 3 3
15 Florentina 4 1 1
16 Yustina 4 3 1
JUMLAH 65 45 31
RATA-RATA 4 2,81 1,93
Ket : P1 : mengetahui jenis pupuk yang digunakan oleh perusahaan ?
27

P2 : mengetahui perbedaan kegunaan jenis pupuk yang di gunakan


perusahaan ?

P3 : mengetahui jenis pupuk berdasarkan kekurangan/kerusakan tanaman


kelapa sawit menghasilkan ?

Berdasarkan jawaban respoden pada tabel 9 diketahui bahwa rata-rata 4

responden tahu tentang jenis pupuk tanaman menghasilkan(TM) yang digunakan

oleh perusahaan, rata-rata 2,81 responden cukup tahu tentang jenis pupuk

digunakan perusahaan, dan rata-rata responden kurang tahu jenis pupuk yang di

butuhkan berdasarkan kekurangan atau kerusakan tanaman kelapa sawit

menghasilkan.

e. Waktu Pemupukan

Hasil persentase dari responden mengenai waktu pemupukan akan


ditunjukan pada tabel 10 sebagai berikut:

Tabel 10. Rata-rata waktu pemupukan


Waktu pemupukan
NO Nama responden P1 P2 P3
1 Rostiana 3 2 4
2 Marlianus 3 2 4
3 Yuliana 2 3 4
4 Daitun 2 2 3
5 Mardiana 3 3 3
6 Marselina 2 1 3
7 Desiani 2 2 5
8 Wanti rahayu 3 2 3
9 Elisabet 3 1 1
10 kristin 2 1 3
11 Agustina 3 2 1
12 Sangada 3 1 2
13 Binem 2 1 2
14 Yohana soo 2 1 3
15 Florentina 2 1 3
16 Yustina 3 2 3
JUMLAH 40 27 47
RATA-RATA 2,5 1,68 2,93
28

Ket : P1 : mengetahui tentang waktu pemupukan untuk tanaman kelapa sawit


menghasilkan?

P2 : mengetahui kapan jenis pupuk tertentu dibutuhkan tanaman kelapa


sawit menghasilkan ?

P3 : mengetahui tentang rotasi pemupukan tanaman sawit menghasilkan ?

Berdasarkan jawaban responden pada tabel 10 diketahui rata-rata 2,5

responden cukup tahu waktu pemupukan yang sesuai, rata-rata 1,68 responden

kurang tahu kapan jenis pupuk tertentu di butuhkan tanaman kelapa sawit

menghasilkan, dan rata-rata 2,93 cukup tahu tentang rotasi pemupukan tanaman

kelapa sawit menghasilkan

Karena dari hasil wawancara dari setiap responden semua jawaban

hanya mengikuti arahan dari asisten. Sedangkan untuk rotasi pemupukan hanya

sebagian mengatahui tentang rotasi pemupukan yang benar yaitu dua kali dalam

satu tahun, sisanya menyebutkan rotasi dalam setahun tiga kali dan ada juga

yang menjawab tidak tahu jumlah rotasi pemupukan dalam setahun.

Berdasarkan hasil wawancara dengan asisten rotasi pemupukan,dilakukan

selama bulan januari-juni untuk rotasi pertama dan bulan juli-desember untuk

rotasi kedua.

B. Pembahasan

Hasil dari pengumpulan data primer dan data sekunder yang di peroleh

untuk melakukan evaluasi sustem pemupukan yang dilaksanakan di PT. Cipta

Davia Mandiri. Hasil penelitian yang telah di analisis selanjutnya akan di bahas

sebagai berikut:

1. Karakteristik Responden
29

Pembuatan karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, umur,

pendidikan, dan massa kerja bertujuan untuk membantu peneliti dalam

pengambilan data dan informasi yang sesuai dengan keadaan nyata di

perusahaan. Dari keseluruhan analisa karakteristik responden di dapat hasil

berupa presentase, di antaranya sebagai berikut:

a. karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah responden yang di peroleh di PT. Cipta Davia Mandiri ialah 16

responden yang berjenis kelamin perempuan. Dilihat dari 16 responden berjenis

kelamin perempuan, diduga bahwa dalam pengaplikasian pupuk di perlukan

kinerja karyawan perempuan yang baik agar pelaksanaan pemupukan yang

dilakukan lebih efektif dan efisien. Hal ini didukung oleh penelitian sapariah

(2015), bahwa karyawan perempuan lebih banyak memperoleh hasil kinerja yang

baik dibanding karyawan laki-laki.

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Untuk karakteristik responden berdasarkan umur dapat diketahui umur

karyawan yang mendominasi adalah 36-42 tahun dengan jumlah 8 responden

atau persentase 50%. Hal ini diduga karena pada umur 36-42 tahun merupakan

umur yang memiliki jumlah tanggungan pengeluaran yang tinggi bagi karyawan

dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini didukung oleh Elrangga (2016)

yang menyebutkan bahwa dalam meningkatkan jumlah tanggungan keluarga

relatif semakin banyak pula jumlah kebutuhan keluarga yang harus di penuhi

sehingga cenderung lebih menorong untuk bekerja guna memenuhi kebutuhan

ekonomi keluarganya.

c.Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan


30

Karakterisitik responden berdasarkan pendidikan dapat diketahui bahwa

jenjang pendidikan SMP/SLTP/sederajat memiliki persentase lebih tinggi yaitu

50% atau 8 orang responden dari keseluruhan responden. Hal ini diduga bahwa

jenjang pendidikan yang dibutuhkan di perusahaan untuk pekerjaan pemupukan

tidak memerlukan standar tingkat pendidikan yang tinggi tetapi lebih banyak

membutuhkan keterampilan. Hal ini berkaitan tentang penelitian utama (2013)

yang menjelaskan bahwa dalam hal pekerjaan produksi ini bukanlah faktor utama

yang menentukan karyawan bagian produksi dalam bekerja, melainkan faktor

keterampilanlah yang sangat dibutuhkan karyawan bagian produksi dalam

pekerjaannya.

d. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja

Adapun masa kerja dari keseluruhan responden dapat diketahui bahwa

masa kerja 0-1 tahun paling banyak didapat dari responden dengan persentase

43,75% atau 7 orang responden. Hal ini diduga bahwa masa kerja karyawan di

perusahaan akan mempengaruhi produktivitas kerja karyawan. Hal ini berkaitan

dengan penelitian saputri (2000) yang menjelaskan bahwa dengan bertambah

masa kerja yang dimiliki karyawan idealnya tingkat keterampilan, kecekatan, dan

kemampuan dalam bekerja juga semakin meningkat yang pada akhirnya semua

komponen tersebut akan berakumulasi dan terwujud dalam suatu bentuk

produktivitas kerja.

2. Cara Pemupukan

Berdasarkan pada tabel 6 tentang cara pemupukan, dari rata-rata

jawaban hasil kuesioner dapat dikeatahui 66% responden cukup tahu bahwa

pelaksanaan pemupukan harus sesuai dengan 4 tepat yang meliputi 60%


31

responden cukup tahu tentang pemupukan dengan prinsip 4 tepat, 64%

responden cukup tahu tentang pentingnya pemupukan dengan prinsip 4 tepat

dan 74% tagu banyak tentang kerugian pemupukan bila tidak sesuai dengan

prinsip 4 tepat. Pada dasarnya SOP di PT. Cipta Davia Mandiri mengutamakan

efektivitas dan efesiensi pemupukan yang dipengaruhi beberapa faktor penting

dalam pemupukan dan juga kualitas dari pemupukan itu sendiri. Sehingga

diduga empat faktor penting yang menentukan keberhasilan pemupukan adalah

jenis pupuk,dosis pupuk, waktu pemupukan, serta cara dan tempat pemupukan.

Hal ini didukung oleh kajian teori menurut pahan (2015) yang

menjelaskan bahwa pemupukan merupakan salah satu tindakan kultur teknis

yang palingpenting. Oleh karena itu keberhasilan pemupukan sangat tergantung

dari manajemen pemupukan di lapangan. Efisiensi dan efektivitas pemupukan

harus tepat yaitu tepat dosis, tepat tabur, tepat jenis, dan tepat waaktu atau

frekuensi.

Karena hal tersebut penting bagi karyawan untuk paham tentang

melaksanakan pemupukan yang sesuai prinsip 4 tepat, sehingga diduga dengan

diberinya arahan kerja oleh asisten setiap akan melaksanakan pemupukan maka

karyawan dapat melaksanakan pemupukan sesua dengan prinsip 4 tepat. Hal ini

berkaitan dengan kajian teori menurut Hasibuan- Malayu S.P. (2013)

menyebutkan pengarahan (directing) adalah kegiatan mengarahkan semua

karyawan, agar mau bekerja sama dan bekerja efektif serta efesien dalam

membantu tercapainya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat.

Pengarahan dilakukan pimpinan dengan menugaskan agar mengerjakan semua

tugasnya dengan baik.


32

Cara pemupakan yang dilakukan oleh karyawan pemupukan diduga juga

perlu memperhatikan keterampilan, disiplin, dan sikap tenaga kerja karyawan

setiap melakukan pemupukan. Hal ini didukung oleh kajian teori Risza (2004)

yang mengatakan bahwa efektivitas dan efesiensi pemupukan juga tergantung

dari keterampilan, disiplin, dan sikap tenaga kerja karyawan pupuk dalam

melaksanakan aplikasi pemupukan. Oleh karena itu perlu upaya peningkatan

manajemen pemupukan dilapangan dengan baik.

3. Evaluasi Cara Pemupukan Dengan Prinsip 4T

Berdasarkan tabel 7 dari hasilperhitungan rata-rata jumlah seluruh

jawaban yang telah diberikan responden mengenai tempat pemupukan diketahui

70% responden tahu banyak tentang tempat pemupukan yang meliputi 86%

responden tahu banyak tentang tempat menaruh pupuk, 61% responden cukup

tahu pemupukan akan tidak efektif bila tempat menaruh pupuknya tidak tepat.

Hal ini berdasarkan hasil kuesioner dan wawancara yang di jawab semua

responden menyebutkan pemupukan dilakukan dengan cara di tabur di piringan

ata di ujung tajuk pokok sawit sesuai dengan arahan asisten, sesuai dengan

pengamatan dilapangan pupuk ditabur di sekeliling piringan. Hal ini didukung

oleh hasil wawancara mandor & asisten bahwa pupuk diaplikasikan dengan cara

ditabur di sekeliling piringan atau ujung tajuk tanaman agar hasil yang dicapai

dalam pemupukan sesuai dengan SOP yang berlaku di perusahaan.

Hal ini berkaitan dengan penelitian Fatiyah (2013) yang menyatakan

aplikasi yang digunakan di Divisi 08 adalah dengan cara ditabur langsung pada

daerah piringan pohon atau disekitar bawah tajuk tanaman secara merata. Hal ini

berkaitan dengan kajian teori menurut Risza (2014) yang menjelaskan bahwa
33

efektivitas dan efesiensi pemupukan juga sangat bergantung dari upaya dalam

ketepatan cara tabur. Berdasarkan perkembangan peraturan sifat pupuk dan

keadaan lingkungan, maka untuk tanaman remaja kurang dari 8 tahun, pupuk

ditebar di daerah piringan pokok sawit.

4. Tepat Dosis

Berdasarkan pada tabel 8 hasil perhitungan rata rata dari jumlah seluruh

jawaban yang telah diberikan responden mengenai dosis pemupukan diketahui

64% responden cukup tahu tentag dosis pemupukan yang meliputi 75%

responden tahu banyak tentag dosis pemupukan, 51% responden cukup sedikit

tahu tentang pentingnya dosis pupuk yang tepat, 79% responden tahu banyak

alat yang dipakai dalam pemupukan sudah sesuai kebutuhan, dan 51%

responden sedikit tahu dosis pupuk yang dibutuhkan berdasarkan kondisi

tanaman yang berbeda. Dari hasil kuesioner dan wawancara diperoleh jawaban

responden bahwa dosis pupuk Dolomite yang diaplikasikan sesuai dengan

rekomendasi dan arahan dari asisten pemupukan, sesuai dengan pengamatan di

lapangan bahwa dosis pupuk yang diaplikasiakan adalah 1,5 kg/pokok telah

sesuai dengan buku rekomendasi pemupukan. Hal ini dikarenakan SOP

mengenai dosis pupuk yang diberikan oleh asisten adalah hasil rekomendasi

pupuk berdasarkan hasil analisa daun yang dikeluarkan oleh Dapartemen Riset,

sehingga ketepatan dosis dapat memenuhi kebutuhan unsur hara pokok sawit

menghasilkan.

Hal ini diduga karena sebelum pelaksanaan pemupukan karyawan telah

melakukan penguntilan pupuk berdasarkan dosis pupuk yang diaplikasikan

sesuai dengan buku rekomendasi pemupukan dari asisten. Hal ini didukung oleh
34

Sudraradjat dkk. (2015)yang menjelaskan prinsip utama dalam pemberian pupuk

pada setiap pokok sawit harus sesuai dengan dosis yang ditentukan dalam buku

rekomendasi pemupukan, dosis pupuk tersebut merupakan hasil analisis daun

dan analisis produksi. Oleh karena itu, ketepatan dan ketelitian aplikasi pupuk

harus menjadi pedoman dalam melaksanakan pemupukan. Hal ini berkaitan

dengan kajian teori menurut pahan (2008) yang menjelaskan bahwa untuk

menjamin ketepatan dosis pemupukan dilapangan, pemupukan perlu dilakukan

dengan sistem untilan. Sistem untilan merupakan metode aplikasi pupuk dengan

membuat untilan pupuk dari goni berukuran 50 kg menjadi goni yang diisi sesuia

dengan kebutuhan dan kemudahan operasional pemupukan di lapangan

(biasanya antara 12-16 kg per untilan).

5. Tepat Jenis

Berdasarkan pada tabel 9 hasil perhitungan rata-rata dari jumlah seluruh

jawaban yang telah diberikan responden mengenaii jenis pemupukan diketahui

59% responden cukup tahu tentan jenis pemupukan yang meliputi 81% tahu

banyak tentang jenis pupuk untuk TM, 56% responden cukup tahu tentang jenis

pupuk yang dibutuhkan tanaman berdasarkan kekurangan atau kerusakannya.

Karena dari hasil kuesioner dan wawancara, semua responden menyebutkan

bahwa pupuk yang diaplikasikan untuk tanamn kelapa sawit menghasilkan

bahwa jenis Dolomite sesuai dengan pengamatan dilapangan bahwa jenis pupuk

yang diaplikasikan pada bulan ini sehingga jenis pupuk yang diaplikasikan tela

mengikuti buku rekomendasi pemupukan.

Didukung dengan hasil wawancara dengan asisten yang menjelaskan

bahwa jenis pupuk yang diaplikasikan teah sesuai dengan buku rekomendasi
35

Pemupukan. Hal ini berkaitan dengan SOP perusahaan di PT. Cipta Davia

Mandiri mengenal jenis pupuk yang akan diaplikasikan merupakan hasil

rekomendasi pupuk dari Depertemen Riset yang diberikan kepada asisten.

Sehingga diduga bahwa jenis pupuk yang akan diaplikasikan dilapangan telah

sesuai dengan kebutuhan tanaman, karena jenis pupuk yang digunakan telah

mengikuti buku rekomendasi pemupukan. Hal ini didukung oleh Sudraradja dkk.

(2015) yang menjelaskan jenis pupuk yang diaplokasikan di perkebunan ini

sesuai dengan rekomendasi yang diperoleh dari kantor pusat. Dosis

rekomendasi diperoleh setelah dilakukan kegiatan pengambilan kesatuan contoh

daun atau Leaf Sampling Unit (LSU).

6. Tepat Waktu

Berdasarkan table 10 hasil perhitungan rata-rata dari jumlah seluruh

jawaban yang telah diberikan responden mengenal waktu pemupukan diketahui

48% responden sedikit tehu tentang waktu pemupukan yang meliputi 50%

responden sedikit tahu tentang waktu pemupukan yang sesuai, 34% responden

tidak tahu kapan jenis pupuk tertentu dibutuhkan TM, dan 59% responden cukup

tahu tentang rotasi pemupukan dalam satu tahu. Karena dari hasil kuesioner dan

wawancara dari setiap responden semua menjawab hanya mengikuti waktu

pemupukan sesuai arahan dari asisten sedangkan untuk rotasi pemupukan

hanya Sebagian responden yang mengetahui tentang rotasi pemupukan yang

benar yaitu dua kali dalam satu tahun, sisanya menyebutkan rotasinya tiga kali

dalam setahun, dan ada juga yang menjawab tidak tahu jumlah rotasi

pemupukan dalam setahun. Hal ini wajar dikarenakan yang mengetahui waktu

pemupukan adalah Departemen Riset dan asisten berdasarkan hasil analisa

curah hujan dan rotasi pemupukan dalam satu tahun. Rotasi pemupukan yang
36

dijelaskan oleh asisten dari wawancara adalah dua kali rotasi dalam setahun dan

dasar kebutuhan curah hujan dapat dilihat pada SOP perusahaan. Dengan rata-

rata curah hujan.

Sehingga diduga bahwa rotasi pemupukan yang dilakukan perusahaan

telah sesuai, karena rotasi pemupukan dilakukan dua kali dalam setahun yaitu

pada bulan Januari – Juni untuk semester I dan pada bulan Juli – Desember

untuk semester II, serta curah hujan (100-250 mm) yang dibutuhkan untuk

melaksanakan pemupukan telah sesuai arahan dari asisten dengan bantuan dari

panduan SOP perusahaan. Hal ini didukung oleh Sudraradjat dkk. (2015) yang

menjelaskan pemupukan yang dilaksanakan dalam perkebunan kelapa sawit

dilaksanakan dalam dua rotasi. Interval waktu yang diberikan antara rotasi

pertama dengan rotasi kedua dimaksudkan agar tidak terjadi jarak yang telalu

jauh antara pemupukan yang terakhir dilakukan pada rotasi kedua dengan

pemupukan yang pertama pada tahun berikutnya apabila rotasi keduanya

diaplikasikan secara Bersama (misalnya pada rotasi pertama), kemudian interval

pada rotasi terakhir dengan rotasi pertama pada tahun berikutnya menjadi jauh.

Kondisi tersebut akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi

tanaman kelapa sawit. Hal tersebut berkaitan juga dengan kajian teori menurut

Malangyoedo (2014) yang menjelaskan bahwa waktu dan frekuensi pemupukan

yang baik dilakukan pada saat hujan dengan curah hujan antara 100-200 mm

perbulan dan frekuensi pemupukan yang dilakukan 2-3 kali tergantung kondisi

lahan, jumlah pupuk, umur, dan kondisi tanaman.

7. Produksi Tanaman

Berdasarkan table 12 dapat diketahui bahwa produksi tanaman dalam

tiga tahun terakhir mengalami peningkatan. Dimulai dari produksi tanaman pada
37

tahun 2015 yang mampu menghasilkan 28.254 kg (28,25 ton) hasil panen yang

dikirim ke pabrik, kemudian produksi tanaman pada tahun 2016 yang mampu

menghasilkan 56.170 kg (56. 17 ton) hasil panen yang dikirm ke pabrik singga

dapat dilihat bahwa produksi tanaman mengalami peningkatan sehingga dapat

dilihat bahwa produksi tanaman mengalami peningkatan dengan sebesar 27. 916

kg (27, 916 ton). Lalu untuk produksi tanaman pada tahun 1017 produksi

Kembali mengalami peningkatan, sehingga mampu menghasilkan 146.286 kg

(146, 286 ton)dengan meningkatkan sebesar 90.116 kg (90,116 ton). Produksi

TM yang meningkatkan tiap tahun diduga karena pelaksaan kegiatan

pemupukan di PT. Cipta Davia Mandiri telah sesuai dengan SOP perusahaan

yang mengacu juga dengan penerapan prinsip 4 tempat yang telah efektif. Hal ini

berkaitan dengan kajian teori Risza (2004) yang menyebutkan efektivitas dan

efisiensi peupukan juga sangat tergantung dengan upaya dalam ketempatan

tempat yaitu pupuk ditebar daerah piringan pokok, ketepatan dosis pemupukan

di TM yang sesuai dengan rekomendasi yang berpegang pada konsep

keseimbangan hara, dan ketepatan jenis yang memperhitungkan sifat tanah dan

sifat pupuk yang sesuai kebutuhan TM, serta ketepatan waktu rotasi pemupukan

( dua kali rotasi) dan kebutuhan curah hujan (100-250 mm/bulan).

Hal ini didukung pula dengan aplikasi pemupukan pada TM di PT. Cipta

Davia Mandiri yang telah memenuhi kebutuhan unsur hara yang diperlukan

tanaman diantaranya jenis dan dosis pupuk yang diberikan telah sesuai dengan

rekomendasi pemupukan, serta cara dan tempat pemupukan juga telah sesuai

dengan SOP perusahaan sehingga produksi tanaman kelapa sawit mengalami

peningkatan setiap tahunya. Hal ini berkaitan dengan kajian teori yang

menjelaskan bahwa menurut Malangyoedo (2014) yang menyebutkan bahwa


38

pemupukan adalah salah satu hal penting dalam budidaya perkebunan kalapa

sawit dan untuk memastikan tanaman kelapa sawit menjdi sehat dan dapat

memberikan hasil yang tinggi, maka ketersediaan unsur hara yang cukup melalui

pemupukan menjadi sangat penting.

Kemudian tepat waktu dapat dilihat dari hasil rata-rata curah hujan yang

ada di PT. Cipta Davia Mandiri pada tahun 2015 curah hujan mencapai 114 mm

yang menunjukan hasil bahwa curah hujan telah sesuai untuk dilakukan

pemupukan, pada tahun 2016 rata-rata curah hujan mencapai 156 mm, yang

menunjukan hasil bahwa curah hujan sesuai untuk melakukan pemupukan.

Sedangkan untuk tahun 2017 rata-rata curah hujan mencapai 470 mm , tidak

sesuai dengan waktu aplikasi tapi hal tersebut tidak menjadi factor pembatas

dalam melaksanakan pemupukan, karena diduga suatu areal di peruahaan

sudah dilakukan kegiatan pemupukan konservasi tanah dan air secara maksimal.

Hal ini berkaitan dengan kajian teori menurut Sunarko (2009) yang menjelaskan

bahwa sasaran pemeliharaan TM diantaranya memacu pertumbuhan daun dan

buah yang seimbang, mempertahan kan buah agar mencapaikematangan yang

maksimal, dan menjaga Kesehatan tanaman kelapa sawit. Karena itu ada

beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencapai sasaran tersebut,

diantaranya pemupukan yang tepat, menjaga tanaman dari segala gangguan

serta konservasi lahan dan air tang memadai.

Menurut Siregar dkk. (2015) pertumbuhan dan perkembangan kelapa

sawit sangat bergantung pada faktor genetic,kondisi tanah, dan iklim. Selain itu,

produktivitas yang tinggi juga akan tergantung pada Tindakan kultur teknis dan

pengelolaanperkebunan. Akan tetapi perlu diingat, iklim bukan satu-

satunyakomponen yang dibutuhkan secara sesnsial, tetapi iklim juga saling


39

berinteraksi dengan factor lain dalam memberikan daya dukung terhadap suatu

system perkebunan. Tanpa mengesampingkan unsur iklim lainnya, unsur iklim

yang berpengaruh dominan pada perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah

curah hujan, radiasi matahari, dan factor iklim lainnya.

Tanaman kelapa sawit tumbuh dengan baik diareal dengan curah

hujantahunan antara 1750-3000 mm dan menyebar merata sepanjang tahun.

Berdasarkan pengamatan pada perkebunan-perkebunan kelapa sawit di

Indonesia, telah diketahui curah hujan tahunan minimal untuk tanaman kelapa

sawit adalah 1.250 mm tanpa bulan kering (curah hujan bulanan kurang dari

60mm). penyebaran curah hujanjuga merupakan factor penting untuk

perkembangan bunga dan produksi tandan. Pada umumnya sewaktu musim

hujan terbentuk lebih banyak bunga betina, sedangkan pada musim kemarau

terbentuk lebih banyak buah jantan.

Tanaman kelapa sawit membutuhkan penyinaran matahari yang optimum

untuk fotosintesisnya, karena kelapa sawit merupakan jenis tanaman heliofit.

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh opyimal dengan lama penyiraman yang

dibutuhkan sebanyak 5-7 jam perhari. Serta factor iklim lainnya misalnya

kecepatan angin yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan fisik pada tanaman

kelapa sawit dan kelembaban udara erat kaitannya dengan pertumbuhan dan

perkembangan ham & penyakit kelapa sawit yang merupakan pengaruh dari

proses-proses dinamika unsur-unsur iklim/cuaca lainnya, seperti radiasi, curah

hujan, dan suhu udara.

Hubungan kegiatan pengelolaan pertanian kelapa sawit dengan waktu

yang berkaitan dengan iklim dibeberapa Tindakan kultur teknis yang salah
40

satunya adalah kegiatan pemeliharaan khususnya pemupukan dilakukan pada

awal atau akhir musim hujan (curah hujan optimal 100-200 mm/bulan).

Penyesuaian pemeliharaan tanaman perlu dilakukan pada musim kemarau

dengan memperkecil evaportranspirasi, sebaliknya pada musim hujan besar

dengan drainase dan memperbesar evaportranspirasi.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Dari hasil penelitian tentang kegiatan pemupukan di PT. Cipta Davia

Mandiri dapat disimpulkan bahwa :

1. Kegiatan pemupukan di PT. Cipta Davia Mandiri telah memenuhi prinsip

4 T yaitu tepat tempat, tepat dosis,dan tepat jenis, serta tepat waktu

sudah sesuai dengan SOP perusahaan.

2. Pemupukan dengan menggunakan prinsip 4 tepat dianggap berhasil

karena hasil produksi sawit mengalami peningkatan yang signifikan yaitu

dimulai tahun 2018 produksi meningkat menjadi 28,254 kg ( 28,254 ton),

pada tahun 2019 produksi meningkat menjadi 56,170 kg (56,170 ton), dan

pada tahun 2020 produksi Kembali meningkat menjadi 146,286 kg

(146,286 ton).

B. Saran

Perlu adanya pengarahan yang optimal tentang aplikasi pemupukan

berdasarkan 4T kepada karyawan pemupukan, agar ke depannya

karyawan dapat melaksanankan pekerjaan pemupukan dengan


41

pengetahuan lebih tentang 4T dan dapat terbentuknya kerja sama tim

pemupukan yang lebih teroraganisasi dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi A. dan Narbuko C. 2007. Metodologi Penelitian. PT. Bumi Aksara,


Jakarta.

Budiargo, Ade Poerwanto R. dan Sudradjat. 2015. “Manajemen Pemupukan


Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan Kelapa Sawit,
Kalimantan Barat” . journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/viewFile.

Elrangga G.B. 2016 “Analisa pengaruh tingkat pendapatan, Jumlah Tanggungan


Keluarga, Tingkat Pendidikan, Usia, dan Lokasi Perumahan Terhadap
Permintaan Kredit Pemilikan Rumah Bank BTN (studi kasus Kota
Malang tahun 2012)” .
https://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/view/2549.

Fatiyah H.N. 2013. “Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (elaeis guineensis


jacq) Tanaman Menghasilkan di Divisi 08, PT. Cipta Davia
Mandiri,muara ancalong Kutai Timur”. https://repository.ipb.ac.id/handle.

Hasibun M.S.P 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi PT.Bumi
Aksara. Jakarta.

Idrus M. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan


Kuantitatif Edisi Kedua. Penerbit Erlangga, Yogyakarta.

Malangyoedo A. 2014. Sukses Pengelolaan Pekebunan Kelapa Sawit


Produktivitas Tinggi. Lily Publisher, Yogyakarta.

Mangoensoekarjo, Soepadiyo dan Semangun H. 2008. Manajemen Agrobisnis


Kelapa Sawit. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Natalia M.C. 2014. “Pengelolaan Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis


jacq.) di Kebun Tanjung Jati PT. Perkebunan Nusantara II”.
https://repository.ipb.ac.id/handle.
42

Nurhakim Y.I 2014 Perkebunan Kelapa Sawit Cepat Panen Invevstasi


Perkebunan Paling Menjanjikan & Menguntungkan. Infra Group, Jakarta.

Pahan I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis Dari Hulu
Hingga Hilir. Penebar Swadaya, Jakarta.

Pahan I. 2010. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis Dari Hulu
Hingga Hilir. Penebar Swadaya, Jakarta.

Pahan I. 2015. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis Dari Hulu
Hingga Hilir. Penebar Swadaya, Jakarta.
Risza S. 2004. Kelapa Sawit Upaya Peningkatan Produktivitas. Kanisius,
Yogyakarta
Sapariah. 2015 “Analisis Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Kinerja Karyawan
Bagian Perawatan pada PT. Mulia Bhakti Kahuripan’’.
http://repository.unmuhpnk.ac.id.
Saputri I.W. 2000. “Hubungan Masa Kerja dengan Produktivitas Kerja
Karyawan”. http;//e-journal.uajy.ac.id.
Sastrosayono S. 2008. Budidaya Kelapa Sawit. PT. Agromedia Pustaka,Jakarta.
Setyamidjaja D.2006. Kelapa Sawit Teknik Budidaya Panen Pengolahan Edisi
Revisi. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Siregar H.H., Darlan N.H. dan Pradiko I. 2015 “ Pemanfaatan Data Iklim Untuk
PerkebunanKelapaSawit’’.https://agroklimatologippks.files.wordpress.com
/2015/10/pemanfaatan-data -iklim-untuk-perkebunan.pdf.
Sunarko. 2009. Budidayadan Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit dengan Sistem
Kemitraan. PT Agromedia Pustaka, Jakarta.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Alfabeta,
Bandung.
Suwarto, Octavianty Y. dan Hermawati S. 2014. Top 15 Tanaman Perkebunan.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Utama Y. 2013. “Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kedisplinan Kerja
Karyawan Bagian Produksi Perusahaan Kayu Lapis PT. Sabda Alam
Prima Nusa Kecamatan Majenang Kabupaten Cilacap”. Pdf
lib.unnes.ac.id.
43

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai