Anda di halaman 1dari 8

25

ZIRAA’AH, Volume 36 Nomor 1, Pebruari 2013 Halaman 25-31 ISSN 1412-1468

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq)


TERHADAP PEMBERIAN DOLOMIT DAN PUPUK FOSFOR

Respons of Growth Seedling Palm oil (Elaeis guineensis Jacq) to


Dolomite and Phospor Fertilizer

Purwati MS
Fakultas Pertanian Universitas Widya Gama Mahakam,
Samarinda, Kalimantan Timur

ABSRACT
The experiment aimed to identify the growing of palm oil seedling (Elaeis guineensis Jacq)
upon the aplication of Dolomite and Phosporus fertilizer, as well as its interaction, and to find the
proper dosage of dolomite and Phosporus fertilizer for palm oil seedling. The experiment lasted for
four months, from Oktober 2010 to Januari 2011, at the screen house agriculture faculty Widya
Gama Mahakam university, Sempaja Samarinda City. The experiment employed Completely
Randomized Block Design with Factorial 3 x 4 and three replications. The first factor was Phospor
fertilizer (P) : 1,5 g SP-36/polybag (p1); 2,0 g SP-36/polybag (p2); 2,5 g SP-36/polybag (p3). And
the second factor was dolomite (D): no dolomite (d0); 10 g dolomite/polybag (d1); 15 10 g
dolomite/polybag (d2); 20 g dolomite/polybag (d3). Results at the experiment showed that: (1)
significant responses of phosphorus fertilizer on the parameters of number of leaf at the stage of 90
old days and diameter of stem at the stage of 60 old days; (2) significant responses on the
application of Dolomit on diameter of stem at the stage of 30 and 60 old days; (3) significant
responses the interaction between phosporus fertilizer and Dolomit application on number of leaf
at the stage of 60 old days.

Keywords : Oil Palm Plant, Phosporus Fertilizer, Dolomit

PENDAHULUAN Sedangkan, mengenai produksi yang telah


meningkat dari 957.058 ton pada tahun 2004
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq)
menjadi 2,29 juta ton pada tahun 2009 atau
merupakan salah satu komoditas penting
terdapat peningkatan produksi 28,03 %.
dalam perekonomian Indonesia. Luas kebun
Untuk mencapai produksi yang mantap
terus berkembang dan tidak hanya monopoli
diperlukan upaya terpadu antara teknik
kebun besar negara atau perkebunan besar
budidaya dan pengolahan sumberdaya lahan
swasta, tetapi perkebunan kelapa sawit rakyat
yang tepat. Berkenaan dengan hal tersebut
sudah berkembang dengan pesat pula (Risza,
masalah yang dihadapi saat ini adalah selain
1994).
tingkat kesuburan tanah yang rendah, masih
Kalimantan Timur merupakan salah
rendahnya teknologi budidaya yang dimiliki.
satu daerah yang mempunyai potensi
Penyedian bibit yang berkualitas baik
pengembangan perkebunan kelapa sawit yang
merupakan faktor yang menentukan
ideal. Berdasarkan data Dinas Perkebunan
keberhasilan dalam produksi buah sawit.
(Disbun) Kaltim, diperkirakan luas areal
Salah satu faktor yang harus
perkebunan kelapa sawit meningkat dari
diperhatikan dalam usaha pengembangan
171.581 hektar pada tahun 2004 menjadi
tanaman kelapa sawit adalah tersedianya bibit
530.555 hektar pada tahun 2009, dengan
berkualitas tinggi dalam jumlah yang cukup.
pertumbuhan rata-rata 41.84% pertahun.
Di samping pemilihan pupuk SP-36,
26
ZIRAA’AH, Volume 36 Nomor 1, Pebruari 2013 Halaman 25-31 ISSN 1412-1468

penggunaan kapur dolomit juga sangat Menurut Lingga dan Marsono (2003),
penting. Pemupukan adalah usaha menambah Setelah tanah pada kondisi yang baik maka
unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. pupuk merupakan kunci dari kesuburan tanah
Menurut Suwardjo dkk (1995) dan karena berisi satu atau lebih unsur untuk
Kahar (1995) bahwa pengembangan tanaman menggantikan unsur yang habis terserap
hortikultura di Kalimantan Timur untuk tanah tanaman. Jadi, memupuk berarti
yang didominasi jenis Ultisol, tingkat menambahkan unsur hara ke dalam tanah atau
kesuburan tanahnya rendah dan bersifat langsung pada tanaman melalui pupuk daun.
masam. Tanah-tanah tersebut memiliki sifat Dari sekian banyak unsur hara yang
yang menyebabkan pertumbuhan tanaman tergolong makro, unsur fosfor (P) merupakan
mengalami defisiensi P, Keracunan Al. salah satu yang sangat esensial dibutuhkan
Menurut Karama dan Abdurrahman tanaman. Unsur fosfor (P) bagi tanaman
(1993) salah satu langkah dalam berguna untuk merangsang pertumbuhan
pendayagunaan lahan untuk produksi akar, khususnya akar benih dan tanaman
tanaman pangan dan hortikultura adalah muda. Selain itu, fosfor berfungsi sebagai
memperbaiki sifat masam tanah tersebut. bahan mentah untuk pembentukan sejumlah
Tindakan memperbaiki sifat tanah ini disebut protein tertentu, membantu asimilasi dan
ameliorasi. Ameliorasi dimaksudkan untuk pernapasan, serta mempercepat pembungaan,
memperbaiki sifat-sifat fisik serta sekaligus pemasakan biji dan buah.
juga memperbaiki sifat-sifat biologi. Bahan Pada tanah yang kekurangan fosfor,
ameliorasi yang biasa digunakan adalah kapur tanaman akan menampakkan gejala yaitu;
atau bahan organik. warna daun seluruhnya berubah kelewat tua
Ditambahkan (Adiningsih,1996) dan sering tampak mengkilap kemerahan.
bahwa upaya pertama yang harus dilakukan Tepi daun, cabang dan batang terdapat warna
adalah peningkatan kesuburan tanah antara merah ungu yang lambat laun berubah
lain dengan meningkatkan pH tanah, menjadi kuning. Kalau tanamannya berbuah,
kandungan bahan organik dan meningkatkan buahnya kecil, tampak jelek, dan lekas
hara khususnya fospat. Pemupukan dengan matang.
penambahan unsur fospat dan pemberian Tujuan penelitian adalah untuk
kapur diharapkan dapat memberikan mengetahui pengaruh pupuk phospor dan
pangaruh baik bagi pertumbuhan dan dolomit serta interaksi keduanya terhadap
perkembangan tanaman. pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis
Kapur yang diharapkan dapat jaquinensis ).
berfungsi membenahi sifat KTK dan fisik
tanah terutama kemasaman tanah, selanjutnya METODE PENELITIAN
berfungsi juga menunjang ketersediaan unsur
Waktu dan Tempat
P. Dimana sifat kekurangan unsur P dan Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan
kemasaman tanah merupakan masalah pokok di Screen House Fakultas Pertanian
yang dihadapi bagi pemanfaatan lahan untuk Universitas Widya Gama Mahakam
usahatani secara umum di Kalimantan Timur Kelurahan Sempaja, Kota Samarinda.
dengan jenis tanah utamanya adalah Podsolik
Merah Kuning (Ultisol). Meningkatnya
Bahan dan Alat
kesuburan fisik dan kimia tanah yang tercipta Bahan dan alat yang digunakan dalam
melalui pengapuran dan penambangan unsur penelitian ini adalah bibit kelapa sawit umur
hara yang cukup akan meningkatkan 2 bulan, pupuk SP-36, Dolomit, topsoil,
produktivitas lahan dan pada akhirnya akan polybag, Dithane M 45, Furadan 3G, cangkul,
meningkatkan produksi tanaman yang parang, meteran, gergaji, timbangan, gembor,
dibudidayakan. ayakan kawat ukuran 1 x 1 cm, hand sprayer,
27
ZIRAA’AH, Volume 36 Nomor 1, Pebruari 2013 Halaman 25-31 ISSN 1412-1468

jangka sorong, label serta alat tulis menulis


dan dokumentasi. Pengumpulan dan Analisis Data
Data yang dikumpulkan antara lain : (1)
Rancangan Percobaan pertambahan tinggi tanaman (cm), (2)
Rancangan yang digunakan dalam pertambahan jumlah daun (helai), (3)
penelitian ini adalah Percobaan Faktorial 3 x pertambahan diameter batang (cm), dan (4)
4 dalam Rancangan Acak Kelompok yang panjang pelepah daun (cm).
diulang sebanyak 3 kali. Faktor pertama Data hasil penelitian dianalisis dengan sidik
adalah pupuk fosfor (P) terdiri atas 3 taraf ragam (anova). Apabila terdapat perbedaan
yaitu: 1,5 g SP-36/polybag (p1); 2,0 g SP- yang nyata atau sangat nyata pada perlakuan
36/polybag (p2); 2,5 g SP-36/polybag (p3). maka akan dilanjutkan dengan Uji Beda
Faktor kedua adalah dolomit yang terdiri atas Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%.
4 taraf yaitu : tanpa dolomit (d0); 10 g
dolomit/polybag (d1); 15 g dolomit/polybag HASIL DAN PEMBAHASAN
(d2); 20 g dolomit/polybag (d3).
Respon Bibit Kelapa Sawit terhadap
Pemberian Pupuk Fosfor
Pelaksanaan Penelitian Hasil penelitian pertumbuhan bibit
Kegiatan penelitian meliputi : (1) sawit (Elaeis jaquinensis) terhadap pemberian
persiapan tempat penelitian (2) persiapan dolomit dan pupuk phosphor disajikan pada
media tanam (3) pemberian kapur dolomit (4) Tabel 1.
penanaman (5) pemberian pupuk SP-36 (6)
pemeliharaan tanaman.

Tabel 1. Rekapitulasi Respon Bibit Kelapa Sawit (Elaeis jaquinensis) terhadap Pemberian Pupuk
Fosfor dan Dolomit serta Interaksinya

Pertambahan
Pertambahan Tinggi Pertambahan Jumlah Panjang Pelepah Daun
Diameter Batang
Tanaman (cm) Daun (helai) (cm)
Perlakuan (cm)
30 60 90 30 60 90 30 60 90 30 60 90
HST HST HST HST HST HST HST HST HST HST HST HST
Sidik
tn tn tn tn tn * tn ** tn tn tn tn
Ragam
p1 24.92 25.54 26.04 2.33 2.83 3.67b 0.20 0.48b 0.69 19.92 22.17 23.83
p2 25.96 26.79 27.58 2.17 2.75 3.67b 0.30 0.53b 0.82 19.83 21.58 22.75
p3 24.75 25.63 26.92 2.00 2.67 3.68a 0.35 0.63a 0.92 19.68 21.96 22.79
Sidik
tn tn tn tn tn tn * ** tn tn tn tn
Ragam
d0
24.56 25.11 25.89 2.33 2.89 3.78 0.28b 0.47bc 0.70 19.33 20.61 21.67
d1 c c
23.00 23.78 25.06 2.00 2.44 3.44 0.22 0.44 0.70 19.06 21.44 22.78
d2
26.39 27.11 28.00 2.11 3.11 3.22 0.36a 0.69a 0.98 20.72 23.56 25.00
d3
26.89 27.94 28.44 2.22 2.56 3.44 0.28b 0.57b 0.86 20.13 22.00 23.06
Sidik
tn tn tn tn * tn tn tn tn tn tn tn
Ragam
p1 d0
27.00 27.17 27.33 3.00 3.67a 4.33 0.17 0.33 0.60 20.00 22.17 23.33
p1 d1 b
20.83 21.33 22.50 2.00 2.33 3.67 0.25 0.43 0.87 18.33 21.17 23.33
p1 d2 ab
25.83 27.00 27.33 2.33 3.00 3.33 0.25 0.63 0.97 22.50 25.00 26.67
p1 d3 b
26.00 26.67 27.00 2.00 2.33 3.33 0.20 0.50 0.80 18.83 20.33 22.00
28
ZIRAA’AH, Volume 36 Nomor 1, Pebruari 2013 Halaman 25-31 ISSN 1412-1468

p2 d0
26.33 26.83 27.33 2.33 3.00 ab 4.00 0.20 0.50 1.07 20.33 20.33 21.33
p2 d1 ab
24.50 25.33 26.67 2.00 3.00 4.00 0.20 0.57 0.87 20.67 22.00 23.00
p2 d2 b
28.67 29.33 30.33 2.00 2.33 3.00 0.27 0.50 1.23 19.50 23.33 25.00
p2 d3 ab
24.33 25.67 26.00 2.33 2.67 3.67 0.23 0.60 0.87 18.83 20.67 21.67
p3 d0 c
20.33 21.33 23.00 1.67 2.00 3.00 0.20 0.50 0.77 17.67 19.33 20.33
p3 d1 c
23.67 24.67 26.00 2.00 2.00 2.67 0.17 0.60 1.07 18.17 21.17 22.00
p3 d2 a
24.67 25.00 26.33 2.00 4.00 3.33 0.30 0.73 1.10 20.17 22.33 23.33
p3 d3 ab
30.33 31.50 32.33 2.33 2.67 3.33 0.23 0.73 1.10 22.73 25.00 25.50
Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji
BNT taraf 5%. * = berbeda nyata; ** = berbeda sangat nyata; dan tn = berbeda tidak nyata.

Perlakukan pupuk fosfor memberikan tanah, kapasitas pertukaran kation, tekstur


pengaruh tidak nyata terhadap rata-rata tanah, dan jumlah bahan organik yang ada.
pertambahan tinggi tanaman, pertambahan Menurut Hakim dkk (1986) akar
jumlah daun umur 30 dan 60 hari setelah mempunyai peranan yang cukup besar dalam
tanam (hst), pertambahan diameter batang memperbaiki sifat fisik tanah, memperbaiki
umur 30 dan 90 hst dan panjang pelepah daun drainase dan aerasi tanah, serta sebagai
namun memberikan pengaruh nyata terhadap penjaga keseimbangan unsur hara dalam
rata-rata pertambahan jumlah daun umur 90 larutan melalui serapan dan pelepasan asam
hst dan sangat nyata terhadap rata-rata asam organik sebagai pelarut.
pertambahan diameter batang umur 60 hst Perlakuan pupuk fosfor memberikan
pada perlakuan p3 (2,5 g SP-36/polybag). pengaruh yang nyata dan sangat nyata
Perlakuan pupuk fosfor memberikan terhadap rata-rata pertambahan jumlah daun
pengaruh tidak nyata, diduga karena media umur 90 hst dan rata-rata pertambahan
tanam (top soil) dapat menyediakan unsur diameter batang umur 60 hst, diduga karena
hara, air dan udara untuk mendukung telah terpenuhinya kebutuhan unsur hara yang
pertumbuhan tanaman. Selain itu pupuk yang diperlukan tanaman termasuk unsur P yang
diberikan tidak dalam keadaan tersedia bagi telah diberikan dalam bentuk pupuk SP-36.
tanaman sehingga belum dapat mendukung Sebagaimana dijelaskan dalam hukum
pertumbuhan tanaman. Untuk dapat tumbuh minimum Liebig bahwa pertumbuhan
dengan baik tanaman tidak hanya tanaman akan optimal jika semua unsur hara
membutuhkan hara yang cukup seimbang, yang diperlukan tersedia, sedangkan
tetapi juga memerlukan lingkungan fisik ketersediaan unsur secara keseluruhan dan
tanah yang cocok supaya akar tanaman dapat optimum selanjutnya ditentukan oleh salah
berkembang dengan bebas, proses-proses satu unsur yang keberadaannya minimum
fisiologi bagian tanaman yang berada di atau terbatas. Rata-rata pertambahan jumlah
dalam tanah dapat berlangsung dengan baik. daun terbaik pada p3 dengan jumlah daun
Menurut Harjadi (1993) bahwa 3,68 helai. Sedangkan rata-rata pertambahan
kesuburan tanah secara tidak langsung diameter terbaik pada p3 dengan diameter
berhubungan dengan komposisi kimia dari batang 0,63 cm.
mineral-mineral anorganik primer, sedangkan Hal yang sama juga di ungkapkan oleh
faktor yang paling penting adalah tingkatan Mitscherlich (1909) dalam Leiwakabesy
bentuk hara yang tersedia bagi tanaman. (1989) bahwa apabila suatu tanaman ditanam
Tingkatan tersebut tergantung pada banyak dalam keadaan lingkungan yang baik serta
faktor di antaranya kelarutan zat hara, pH semua unsur hara cukup tersedia kecuali satu
unsur hara misalnya P yang terdapat dalam
29
ZIRAA’AH, Volume 36 Nomor 1, Pebruari 2013 Halaman 25-31 ISSN 1412-1468

keadaan rendah maka pertumbuhan tanaman tanah dari lokasi percobaan dapat diketahui
tersebut sebanding dengan jumlah unsur hara bahwa sesungguhnya ketersediaan unsur lain
tersebut yang ditambahkan ke dalam tanah. seperti unsur N, K dan bahan organik (C)
Terbatasnya unsur P pada tanah memang jumlahnya cukup.
percobaan adalah memang merupakan salah Unsur P merupakan unsur terpenting
satu ciri jenis tanah setempat, seperti kedua setelah nitrogen. P terdapat dalam
dijelasankan Suwardjo et al. (1995) bahwa asam nukleat dan didalam berbagai molekul
kandungan hara pada tanah Podsolik Merah yang berperan mengangkut energi, P bagi
Kuning (Ultisol) umumnya rendah. Kondisi tanaman berguna untuk merangsang
ini diperburuk oleh kemasaman tanah, pada pertumbuhan akar, khususnya akar tanaman
kondisi masam, kebanyakan unsur hara di muda. Selain itu P berfungsi sebagai bahan
tanah tidak atau kurang tersedia bagi mentah untuk pembentukan sejumlah protein
tanaman. Selain dapat meracuni tanaman, tertentu; membantu asimilasi dan pernapasan.
kandungan Aluminium yang tinggi dapat pula Menurut Lingga dan Marsono (2003)
mengendapkan anion-anion yang dibutuhkan ketersediaan P dalam tanah ditentukan oleh
tanaman terutama unsur fosfat, sehingga banyak faktor, tetapi yang paling penting
unsur fosfat tidak tersedia bagi tanaman. adalah pH tanah. Pertumbuhan tanaman
Fitter dan Hay (1998) menjelaskan sebagai hasil dari suplai unsur hara termasuk
bahwa proporsi fosfat tanaman yang berada unsur P tidak lepas dari peranan pH tanah
dalam bentuk anorganik bertambah dengan yang optimum bagi proses penyeyapan unsur
meningkatnya suplai P, dan akibatnya total P oleh tanaman.
kandungan fosfat tanaman meningkat. Tetapi
pengalokasian P dalam tanaman cukup Respon Bibit Kelapa Sawit terhadap
kompleks. Akar dan pucuk berkompetisi Pemberian Dolomit
secara efektif terhadap hara, yang bertingkah Hasil sidik ragam menunjukkan
laku sebagai dua organisme simbiotik dengan bahwa perlakukan dolomit (D) memberikan
produksi hasil fotosintesis oleh pucuk dan pengaruh tidak nyata terhadap rata-rata
pengangkutannya ke akar menentukan pertambahan tinggi tanaman, pertambahan
kemampuan akar untuk memperoleh hara; jumlah daun, pertambahan diameter batang
suplai hara ke pucuk mengontrol laju umur 30 dan panjang pelepah daun namun
photosintesis, dan sebaliknnya. Dengan menunjukkan pengaruh yang nyata dan
demikian terdapat mekanisme timbal balik sangat nyata terhadap rata-rata pertambahan
yang seimbang. diameter batang umur 30 dan 60 hst pada
Kemampuan tanam sawit menyerap perlakuan d2 (15 g dolomit/polybag). Hal ini
unsur P yang diberikan juga tidak terlepas diduga karena telah terpenuhinya kebutuhan
dari peran ketersediaan unsur hara lain yang unsur hara yang diperlukan tanaman terutama
memiliki hubungan positip dalam hal saling unsur nitrogen melalui pemberian pupuk SP-
mendukung proses penyerapan hara secara 36 dan urea. Menurut Sarief (1986)
keseluruhan. Seperti diijelaskan Nasution pemberian pupuk akan lebih efektif bila
(1990) bahwa didalam tanah yang ideal bagi dilakukan pada tanah yang mengalami
bercocok tanam kadar masing-masing unsur defisiensi unsur hara, sehingga dapat
hara yang dibutuhkan tanah harus berimbang. dimanfaatkan bagi pertumbuhan tanaman.
Menurut Lingga dan Marsono (2003) Menurut Sutedjo (1999) bahwa nitrogen
tercukupinya jumlah unsur hara lain dapat merupakan unsur hara utama bagi
meningkatkan penyerapan phosphor. Sebagai pertumbuhan tanaman terutama dalam
contoh, Amonium yang berasal dari nitrogen pembentukan daun, batang dan akar, diantara
dapat meningkatkan penyerapan phosphor. fungsi utamanya adalah untuk meningkatkan
Dari hasil analisis laboratorium. Terhadap pertumbuhan tanaman dan menyehatkan
30
ZIRAA’AH, Volume 36 Nomor 1, Pebruari 2013 Halaman 25-31 ISSN 1412-1468

pertumbuhan daun. Menurut Sastrosayono umur 30 dan 90 hst, pertambahan diameter


(2003) bahwa kebutuhan unsur hara bagi batang dan panjang pelepah daun namun
tanaman kelapa sawit pada setiap fase memberikan respon yang nyata terhadap rata-
pertumbuhannya berbeda beda. Penambahan rata pertambahan jumlah daun umur 60 hst
dosis pupuk ada batasnya, di atas batas dosis pada perlakuan p3d2 (2,5 g SP-36/polybag dan
tersebut akan berpengaruh negatif. Dari hasil 15 g dolomit/polybag). Hal ini didduga
tersebut diduga pada tahap pertumbuhan awal karena kandungan unsur hara N, P dan K
pembibitan, kebutuhan tanaman akan pupuk yang dibutuhkan oleh bibit kelapa sawit
sangat besar. Hal ini berkaitan dengan tersedia dalam jumlah yang cukup. Pada dosis
ketersediaan hara yang rendah tersebut kandungan unsur hara sesuai bagi
mengindikasikan bahwa tanah yang bibit kelapa sawit terutama unsur nitrogen
digunakan untuk media tanam mempunyai yang berperan dalam pembentukan bagian
kapasitas tukar kation (KTK) rendah. Pupuk vegetatif tanaman (daun). Keadaan tersebut
yang diberikan maupun yang berada pada sesuai dengan pendapat Suriatna (1998), yang
media tanam tidak mampu diserap oleh mengatakan bahwa apabila semua unsur yang
tanaman karena kondisi pH yang rendah. dibutuhkan tanaman, terutama unsur nitrogen,
Hal ini dikarenakan pemberian fosfor dan kalium cukup tersedia di dalam
dolomit tersebut tidak dapat memperbaiki tanah sesuai dengan kebutuhan tanaman,
sifat kimia tanah terutama KB, KTK dan pH maka pertumbuhan tanaman dapat berjalan
tanah. Rendahnya KB, KTK dan pH tanah lancar dan normal.
menyebabkan unsur hara tidak mampu Lebih lanjut dikemukakan oleh Maspary
diserap oleh tanaman, karena pada kondisi (2010), yang menyatakan bahwa jika unsur
KB, KTK dan pH rendah, unsur P yang ada hara yang diberikan pada tanaman berada
didalam tanah terjerap oleh kation Al dan Fe dalam kisaran yang sedikit atau sangat
pada permukaan liat. berlebihan maka unsur hara tersebut akan
Menurut Winarso (2005) bahwa menghambat laju pertumbuhan tanaman.
indikasi tingkat kesuburan tanah dapat dilihat
dari besarnya persentase kejenuhan basa. KESIMPULAN
Makin besar nilai KB suatu tanah maka unsur Berdasarkan data hasil penelitian dan
hara esensiil (P, K, Ca, dan Mg) lebih tersedia pembahasan diambil beberapa kesimpulan
dan mudah dimanfaatkan tanaman. sebagai berikut :
Sedangkan nilai KTK tanah mempunyai arti 1. Perlakuan pupuk fosfor memberikan
yang sangat penting dalam hubungannya pengaruh yang nyata dan sangat nyata
dengan suplai unsur hara, dan juga terhadap rata-rata pertambahan jumlah
mempunyai pengaruh terhadap daya sangga daun umur 90 hari setelah tanam dan
tanah. Makin tinggi KTK dan KB makin pertambahan diameter batang umur 60
tinggi kemampuan tanah dalam menyimpan hari setelah tanam. Perlakuan terbaik
dan melepaskan kation serta makin kuat daya ditunjukkan pada pupuk fosfor dengan
sangganya. dosis 2,5 g/polybag (p3).
2. Pelakuan dolomit memberikan pengaruh
Respon Bibit Kelapa Sawit terhadap yang nyata dan sangat nyata terhadap
Interaksi antara Pupuk Fosfor dan rata-rata pertambahan diameter batang
Dolomit umur 30 dan 60 hari setelah tanam.
Hasil sidik ragam menunjukkan Perlakuan terbaik ditunjukkan pada
bahwa interaksi antara pupuk fosfor dan pemberian dolomit dengan dosis 15
dolomit memberikan pengaruh tidak nyata g/polybag (d2).
terhadap parameter rata-rata pertambahan 3. Perlakuan interaksi antara pupuk fosfor
tinggi tanaman, pertambahan jumlah daun dan dolomite memberikan pengaruh yang
31
ZIRAA’AH, Volume 36 Nomor 1, Pebruari 2013 Halaman 25-31 ISSN 1412-1468

nyata terhadap rata-rata pertambahan


jumlah daun umur 60 hari setelah tanam. Lingga, P. dan Marsono. 2004. Petunjuk
Perlakuan terbaik ditunjukkan pada Penggunaan Pupuk. Penebar
pemberian pupuk phosphor 2,5 g/polybag Swadaya, Jakarta.
dan dolomit dosis 15 g/polybag (p3d2).
Maspary. 2010. Fungsi unsur hara dalam
DAFTAR PUSTAKA proses pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. dalam
Agoes. 1994. Aneka Jenis Media Tanam dan
http://www.gerbangpertanian.com/
Penggunaanya. Penebar Swadaya,
2010/04/fungsi-unsur-hara-bagi-
Jakarta.
pertumbuhan-dan.html
Dinas Perkebunan Kalimantan Timur. 2009.
Medbun. 2002. Renstra Disbun Kaltim
Perkembangan perkebunan kelapa
dengan Visi Baru Media
sawit. dalam http://www.
Perkebunan Edisi Oktober –
poskotakaltim.com/berita/read/696
Nopember, Jakarta.
9-areal-sawit-kaltim-capai-
530.555-ha.html
Novizan. 2003. Petunjuk Pemupukan yang
Efektif. Agro Media Pustaka,
Dwijoseputro, D. 1990. Pengantar Fisiologi
Jakarta
Tumbuhan. Gramedia, Jakarta.
Rinsema, T. 1993. Pupuk dan Pemupukan.
Gomez. K.A. and Arturo A Gomez. 1995.
Bharata Media, Jakarta.
Prosedur Statistik Untuk Penelitian
Pertanian. Terjamahan Syamsudin E
Rismunandar. 2003. Tanah Seluk Beluknya
dan Baharsjah JS.UI Press, Jakarta.
Bagi Pertanian, Sinar Baru,
Algesindo, Bandung.
Fauzi, YE Widyastuti, I Satyawibawa, R
Hartono, 2004. Kelapa Sawit.
Risza. 1994. Kelapa Sawit, usaha
Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan
peningkatan produktivitas. Kanisius,
Limbah, Analisis Usaha dan
Pemasaran. Penebar Swadaya, Yogyakarta.
Jakarta.
Sarief, E.S. 1986. Kesuburan dan
Pemupukan Tanah Pertanian.
Hakim N,. M.Y. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G.
Pustaka Buana, Bandung.
Nugroho, M.R.Saul, M.A.Diha,
G.B.Hong, H.H.Baoley, 1986.
Sastrosayono, S. 2005. Budidaya Kelapa
Dasar-dasar Ilmu Tanah, Unila,
Sawit, Agromedia Pustaka,
Lampung.
Purwekerto
Hanafiah, K.A. 2003. Rancangan Percobaan,
Sutedjo, MM. 1997. Pupuk dan Cara
Teori dan Aplikasi. Raja Grafindo,
Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta.
Jakarta.
Suyatno Risza. 1995. Upaya Peningkatan
Harjadi, M.S.S. 1993. Pengantar Agronomi.
Produktivitas. Kanisius.
Gramedia, Jakarta.
Yogyakarta.
Islami, T. dan W.H. Utomo. 1995.
Hubungan Tanah, Air dan Tanaman.
IKIP Press, Semarang.
1
ZIRAA’AH, Volume 36 Nomor 1, Pebruari 2013 Halaman 25-31 ISSN 1412-1468

Anda mungkin juga menyukai