Anda di halaman 1dari 10

EFISIENSI PUPUK POSFAT AKIBAT KOMBINASI

INOKULASI MIKORIZA ARBUSKULA (FMA)-SP-


36TERHADAP ARSITEKSTUR AKAR KELAPA SAWIT
(Elaeis quineensis Jacq)
DI MAIN NURSERY

SRI UTAMI LESTARI1 , MURYANTO1 , ENNY MUTRYARNY1


1
Prodi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lancang Kuning
Jl.Yos Sudarso Km.8 Rumbai-Pekanbaru
Email : uut76solo@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi Fungi Mikoriza


Arbuskula (FMA) – Pupuk SP-36 terhadap pertumbuhan tanaman kelapa sawit (Elaeis
guineensis Jacq) di main nursery. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini disusun dalam
Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial, yang terdiri dari 9 (sembilan) taraf dan3 (tiga)
ulangan. Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan sidik ragam, apabila F hitung ≥
F table 5% maka dilakukan uji lanjut dengan Duncant Multiple Range Test (DMRT) pada taraf
5%. Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman (cm), jumlah daun
(helai), panjang akar (cm), jumlah akar lateral (helai), luas daun (cm2 ) dan diameter batang
(cm), arsitektur akar, serapan P. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kombinaSI
FMA dan Pupuk SP-36 berpengaruh bernyata terhadap tinngi tanaman, luas daun dan panjang
akar, namun tidak berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun, dan jumlah akar lateral.
Hasil terbaik pemberian kombinasi FMA dan Pupuk SP-36 terdadap ada taraf perlakuan M4
dengan dosis FMA 15 gram/polybag dan dosis 2,25 gram/polybag. Kombinasi antara inokulasi
FMA dan Pupuk SP-36 mempengaruhi arsitektur akar bibit kelapa sawi di main nursery,
Kombinasi antara inokulasi FMA dan Pupuk SP-36 mempengaruhi serapan P tanaman kelapa
sawit di main nursery

Kata Kunci :arsitektur,kelapa sawit,mikoriza, serapan P,SP-36

Diterima: 1 Juni 2018, disetujui: 21 Juli 2018.

PENDAHULUAN
Kelapa sawit (Elaeis quineensis menambah devisa dan menciptakan
Jacq) merupakan tanaman palma yang lapangan kerja.
termasuk komoditi andalan di sektor Khusus untuk perkebunan sawit
perkebunan .Hal ini dikarenakan ini permasalahan umum yang dihadapi
permintaan minyak sawit yang semakin antara lain rendahnya produktivitas dan
meningkat, selain itu sebagai salah satu mutu produksinya. Dengan luas areal
komoditi andalan ekspor non migas. perkebunan kelapa sawit di Indonesia
Tanaman kelapa sawit saat ini merupakan pada tahun 2012 adalah 9.074.621 Ha
salah satu jenis tanaman perkebunan yang dengan total produksi 23.521.071 ton
menduduki posisi penting di sektor CPO, meningkat 1.84% dari produksi di
pertanian disebabkan kelapa sawit dapat tahun 2011 (Direktorat Jenderal

Jurnal Ilmiah Pertanian Volume 15, No. 1, Agustus , 2018 13


Perkebunan, 2012). Meskipun mengalami rendah, mempunyai sifat asam dengan
peningkatan, namun produktivitas kebun kelarutan unsur aluminiumdan besi tinggi
kelapa sawit di Indonesia rata-rata hanya yang cenderung mengikat ion fosfat
mampu menghasilkan 16 ton Tandan menjadi fosfat tidak larut dan tidak
Buah Segar (TBS)/ha/tahun, sementara tersedia bagi tanaman. Maka dari itu
potensi produksi bila menggunakan bibit upaya untuk meningkatkan unsur P
unggul bisa mencapai 30 ton didalam tanah adalah dengan melakukan
TBS/ha/tahun(Sunarko, 2010 dalam Gede, pemupukan P.Jenis pupuk yang dapat
2015). Produktivitas yang tinggi menambah unsur P dalam tanah antara
merupakan impian yang sangat diinginkan lain pupuk Super Phosphate 36 (SP-36).
oleh para pengusaha kelapa sawit, karena Mengingat semakin
hal tersebut akan meningkatkan meningkatnya harga pupuk buatan dan
keuntungan bagi mereka. ditambah dengan kebijakan pemerintah
Melihat permasalahan ini perlu yang menghapus sistem subsidi pupuk,
dilakukan upaya untuk meningkatkan menjadi salah satu permasalahan ekonomi
produktivitas dan mutu produksinya, untuk mendapatkan pupuk tersebut bagi
untuk memperoleh hasil para petani. Apabila dilihat dari
tersebut,peningkatan dapat dilakukan persediaan bahan baku yang tidak dapat
dengan perbaikan mutu di pembibitan dan diperbaharui, bahan baku pembuatan
juga pemupukan karena pembibitan pupuk posfor semakin hari semakin
memiliki peran yang sangat penting untuk menipis dan semakin besar kemungkinan
menghasilkan tanaman kelapa sawit yang terjadi kelangkaan bahan baku.
baik dan bermutu. Untuk itu, dalam mengefisiensi
Usaha untuk memperbaiki pemupukan khususnya P dan
kualitas bibit tanaman kelapa sawit menyediakan hara bagi tanah dan
mempunyai efek yang terhadap tanaman, maka perlu dikembangkan
pertumbuhan tanaman selanjutnya, untuk bioteknologi tanah, yaitu salah satu
itu sangat diperlukan pengetahuan contohnya pemanfaatan fungi atau
didalam pembibitan, sehingga bibit yang cendawan yang berperan dalam
dihasilkan berkualitas. Selama pembibitan menyediakan unsur hara P di dalam tanah
media tumbuh harus dapat menyediakan yang dikenal dengan Fungi Mikoriza
zat hara optimal, sehingga bibit dapat Arbuskula (FMA). Fungi Mikoriza
tumbuh semestinya. Pembibitan kelapa Arbuskula (FMA) adalah suatu bentuk
sawit di main- nursery juga sebagai tolak hubungan simbiosis mutualisme antara
ukur keberhasilan pertumbuhan tanaman fungi atau cendawan dengan perakaran
dilapangan. Penyediaan bibit yang baik tanaman tingkat tinggi yang dapat
dan sehat selama di pembibitan juga membantu penyedia unsur hara, terutama
merupakan titik awal yang paling unsur hara phospat (P).
menentukan masa depan pertumbuhan Efisiensi mikoriza pada tanaman
kelapa sawit. dipengaruhi oleh jumlah inokulum yang
Ketersediaan unsur hara diberikan dalam proses penginfeksian.
merupakan factor lingkungan yang sangat Semakin banyak inokulan yang diberikan,
penting dalam mempengaruhi maka kemungkinan akar tanaman
pertumbuhan bibit kelapa sawit. terinfeksi akan semakin tinggi.
Sementara Propinsi Riau banyak di Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik
dominasi oleh tanah Podzolik Merah untuk melakukan penelitian yang berjudul
Kuning (PMK) yang “Efisiensi Pupuk Posfat Akibat Kombinasi
memilikitingkatkesuburan tanahnya Inokulasi Mikoriza Arbuskula (FMA) –

Jurnal Ilmiah Pertanian Volume 15, No. 1, Agustus , 2018 14


SP-36Terhadap Arsitekstur Akar Kelapa Mikoriza Arbuskula (FMA) – Pupuk SP-36
Sawit (Elaeis guineensis Jacq) Di Main terhadap pertumbuhan tanaman kelapa sawit
Nursery”. Tujuan penelitian adalah untuk (Elaeis guineensis Jacq) di main nursery
mengetahui pengaruh kombinasi Fungi

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan secara dengan menaburkan Fungi Mikoriza
eksperimen dengan menggunakan Arbuskula (FMA) dilubang tanam bibit.
Rancangan Acak Lengkap (RAL) non Perlakukan pupuk SP-36 diberikan
faktorial, yang terdiri dari 9 (sembilan) sekali aplikasi yaitu pada saat pemindahan
taraf dan3 (tiga) ulangan, sehingga tanaman ke polybag besar.Pemberian
terdapat 27 plot percobaan. Tiap plot dilakukan secara tugal mengelilingi
terdiri dari 3 (tiga) tanaman dan 2 (dua) batang dengan kedalam 7 cm.
tanaman dijadikan sampel, sehingga Seluruh pengamatan dilakukan
jumlah keseluruhan tanaman 27x3 = 81 pada akhir penelitian, adapun parameter
tanaman. Adapun taraf dari kombinasi yang diamati yaitu :
perlakuan sebagai berikut : M0 : Tanpa 1. Tinggi Tanaman (cm)
Inokulasi Mikoriza (FMA) dan Tanpa SP- Pengukuran tinggi tanaman dilakukan
36,M1 :Tanpa Inokulasi Mikoriza (FMA) dengan menggunakan meteran,
dan Pemberian SP-36 2,25 gr poly- pengukuran dimulai dari pangkal batang
1
,M2 :Tanpa Inokulasi Mikoriza (FMA) hingga ujung daun terpanjang secara tegak
dan Pemberian SP-36 4,5 gr poly-1,M3 lurus dengan batang.
: Inokulasi Mikoriza 15 gr poly-1 2. Jumlah Daun (Helai)
(FMA) dan Tanpa SP-36,M4 : Inokulasi Jumlah daun yang dihitung adalah semua
Mikoriza 15 gr poly-1 (FMA) dan daun yang telah terbuka sempurna pada
Pemberian SP-36 2,25 gr poly-1 ,M5 : tiap tanaman sampel.
Inokulasi Mikoriza 15 gr poly-1 (FMA) 3. Luas Daun (cm2 )
dan Pemberian SP-36 4,5 gr poly-1 ,M6 : Pengukuran luas daun, yaitu mengukur
Inokulasi Mikoriza 30 gr poly-1 (FMA) daun yang paling luas diantara yang
dan Tanpa SP-36,M7 :Inokulasi Mikoriza terbuka sempurna. Pengukuran dilakukan
30 gr poly-1 (FMA) dan Pemberian SP-36 terhadap panjang dan lebar dangan rumus
2,25 gr poly-1 ,M8 : Inokulasi L = P x l x 0,57 cm (Lubis, 2000).
Mikoriza 30 gr/poly (FMA) dan 4. Diameter Batang (cm)
Pemberian SP-36 4,5 gr poly=-1. Diameter batang diukur dengan
Data hasil pengamatan yang menggunakan jangka sorong, yaitu dari
diperoleh dianalisis secara statistik dengan sisi pangkal batang.
menggunakan analisis sidik ragam. F 5. Panjang Akar (cm)
Hitung ≥ dari F Tabel maka dilanjutkan Pengukuran panjang akar dilakukan
dengan uji lanjut Duncan’s New Multiple dengan cara membongkar bibit dengan
Range Test (DMRT) pada taraf 5 % hati-hati, kemudian akar dibersihkan dari
(Surtinah, 2013) sisa-sisa tanah dan diukur mulai dari
pangkal akar sampai ujung akar
Perlakuan terpanjang dengan menggunakan
Perlakukan Fungi Mikoriza penggaris.
Arbuskula (FMA) diberikan sekali 6. Arsitektur Akar
aplikasi yaitu pada saat pemindahan bibit Pengamatan arsitektur akar
ke polybag besar.Pemberian dilakukan dilakukan secara visual dengan cara
membentang akar secara lebar dengan

Jurnal Ilmiah Pertanian Volume 15, No. 1, Agustus , 2018 15


bantuan papan yang telah dipaku untuk meliputi pola penyebaran akar serta
membentangkan akar kemudian diambil morfologi akar yang diinokulasi FMA.
fotonya lalu dianalisis arsitekturnya

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Tinggi Tanaman (cm) tanaman bibit kelapa sawit main nursery,
Hasil analisis sidik ragam sedangkan rerata tinggi tanaman dapat
memperlihatkan bahwa Pemberian dilihat pada tabel 1 di bawah ini.
kombinasi FMA dan Pupuk SP-36
berpengaruh nyata terhadap tinggi

Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman (cm) Bibit Kelapa Sawit A kibat Pemberian Ko mbinasi FMA dan Pupuk
SP-36
Perlakuan Rerata
M 0 = Tanpa pemberian FMA dan Tanpa SP-36 39,93 a
M 1 = Tanpa pemberian FMA dan SP-36 2,25 g polybag -1 46,00 b
M 2 = Tanpa pemberian FMA dan SP-36 4,5 g polybag -1 48,30 b
M 3 = Pemberian FMA 15g polybag -1 dan Tanpa SP-36 45.48 b
M 4 = Pemberian FMA 15 g polybag -1 dan SP-36 2,25 g polybag -1 55,55 c
M 5 = Pemberian FMA 15g polybag -1 dan SP-36 4,5 g polybag -1 47,20 b
M 6 = Pemberian FMA 30g polybag -1 dan Tanpa SP-36 49,72 b
M 7 = Pemberian FMA 30 g polybag -1 dan SP-36 2,25 g polybag -1 48,55 b
M 8 = Pemberian FMA 30g polybag -1 dan SP-36 4,55 g polybag -1 50,43 b
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama artinya berbeda tidak nyata menurut uji
lanjut DMRT pada taraf 5%.
Pada tabel diatas hasil uji lanjut FMA dan Pupuk SP-36 tidak berpengaruh
DMRT 5% bahwa pada taraf perlakuan nyata terhadap jumlah daun bibit kelapa
M4 dengan dosis FMA 15 g/polybag sawit, sedangkan rerata jumlah daun dapat
dengan SP-36 2,25 g/polybag memberikan dilihat pada tabel 2 di bawah ini.
tinggi tanaman terbaik dan berbeda nyata 3. Luas Daun (cm2 )
dengan semua taraf perlakuan. Rerata Berdasarkan uji analisis sidik ragam
tinggi tanaman terbaik pada taraf M4 bahwa pemberian kombinasi FMA dan
sebesar 55,55 cm, sedangkan terendah Pupuk SP-36 berpengaruh nyata terhadap
terlihat pada perlakuan M0 yaitu 39,93 cm. luas daun tanaman bibit kelapa sawit.Data
2. Jumlah Daun (Helai) rerata luas daun bibit kelapa sawit
Hasil analisis sidik ragam disajikan pada tabel 3 di bawah ini
mnunjukkan bahwa pemberian kombinasi

Tabel 2. Rerata Ju mlah Daun (Helai) Bib it Kelapa Sawit Akibat Pemberian Ko mb inasi FMA
dan Pupuk SP-36
Perlakuan Rerata
M 0 = Tanpa pemberian FMA dan Tanpa SP-36 9,33
M 1 = Tanpa pemberian FMA dan SP-36 2,25 g polybag -1 9,33
M 2 = Tanpa pemberian FMA dan SP-36 4,5 g polybag -1 10,50
M 3 = Pemberian FMA 15g polybag -1 dan Tanpa SP-36 10,60
M 4 = Pemberian FMA 15 g polybag -1 dan SP-36 2,25g polybag -1 10,67
M 5 = Pemberian FMA 15 g polybag -1 dan SP-36 4,5 g polybag -1 11,00
M 6 = Pemberian FMA 30 g polybag -1 dan Tanpa SP-36 10,67
M 7 = Pemberian FMA 30 g polybag -1 dan SP-36 2,25 g polybag -1 10,83
M 8 = Pemberian FMA 30 g polybag -1 dan SP-36 4,5 g polybag -1 10,83
Keterangan : Tidak diuji lanjut DMRT pada taraf 5%.

Jurnal Ilmiah Pertanian Volume 15, No. 1, Agustus , 2018 16


Tabel 3. Rerata Luas Daun (cm2 ) Bibit Kelapa Sawit Akibat Pemberian Kombinasi FMA dan Pupuk SP-
36
Perlakuan Rerata
M0 = Tanpa pemberian FMA dan Tanpa SP-36 178,43 a
M1 = Tanpa pemberian FMA dan SP-36 2,25 g polybag -1 223,41 b
M2 = Tanpa pemberian FMA dan SP-36 4,5 g polybag-1 259,02 bc
M3 = Pemberian FMA 15 g polybag -1 dan Tanpa SP-36 235,60 b
M4 = Pemberian FMA 15 g polybag -1 dan SP-36 2,25 g polybag -1 344,02 e
M5 = Pemberian FMA 15 g polybag -1 dan SP-36 4,5 g polybag -1 274,54 cd
M6 = Pemberian FMA 30 g polybag -1 dan Tanpa SP-36 250,27 bc
M7 = Pemberian FMA 30 g polybag -1 dan SP-36 2,25 g polybag -1 275,73 cd
M8 = Pemberian FMA 30 g polybag -1 dan SP-36 4,5 g polybag -1 307,79 de
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama artinya berbeda tidak nyata menurut uji
lanjut DMRT pada taraf 5%.

Tabel hasil uji lanjut menunjukkan 4. Diameter Batang (cm)


bahwa pada taraf perlakuan M4 dengan
pemberian 15 g/polybag FMA dengan Hasil analisis sidik ragam
2,25 g/polybag SP-36 memberikan hasil menunjukkan bahwa pemberian
terbaik yang berbeda nyata terhadap kombinasi FMA dan Pupuk SP-36
semua taraf perlakuan, namun tidak berpengaruh nyata terhadap diameter
berbeda nyata denga taraf perlakuan M8 . batang tanaman bibit kelapa
Hasil rerata tertinggi terdapat pada M4 sawit.Sedangkan rerata diameter batang
yaitu 344,02 cm2 dan terendah pada M0 tanaman bibit kelapa sawit dapat dilihat
yaitu 178, 42 cm2 . pada tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4. Rerata Diamater Batang (cm) Bibit Kelapa Sawit Akibat Pemberian Ko mb inasi FMA dan
Pupuk SP-36
Perlakuan Rerata
M0 = Tanpa pemberian FMA dan Tanpa SP-36 2,68 a
M1 = Tanpa pemberian FMA dan SP-36 2,25 g polybag -1 2,95 abc
M2 = Tanpa pemberian FMA dan SP-36 4,5 g polybag -1 3,00 bc
M3 = Pemberian FMA 15 g polybag -1 dan Tanpa SP-36 2,90 ab
M4 = Pemberian FMA 15 g polybag -1 dan SP-36 2,25 g polybag -1 3,32 d
M5 = Pemberian FMA 15 g polybag -1 dan SP-36 4,5 g polybag -1 2,87 ab
M6 = Pemberian FMA 30 g polybag -1 dan Tanpa SP-36 3,12 bcd
M7 = Pemberian FMA 30 g polybag -1 dan SP-36 2,25 g polybag -1 3,08 bcd
M8 = Pemberian FMA 30 g polybag -1 dan SP-36 4,5 g polybag -1 3,22 cd
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh yang sama artinya berbeda tidak nyata menurut uji
lanjut DMRT pada taraf 5%.

Pada tabel diatas hasil uji lanjut 5. Panjang Akar (cm)


DMRT 5% menunjukkan bahwa pada Pada analisis sidik ragam
taraf perlakuan M4 dengan pemberian menunjukkan bahwa pemberian
15 g/polybag FMA dengan 2,25 kombinasi FMA dan Pupuk SP-36
g/polybag SP-36 memberikan hasil berpengaruh nyata terhadap panjang
terbaik yang berbeda nyata terhadap akar bibit kelapa sawit di main nursery,
semua taraf perlakuan, tetapi tidak untuk rerata panjang akar bibit kelapa
berbeda nyata dangan taraf M6 , M7 dan sawit disajikan pada tabel 5 di bawah
M8 . Hasil rerata tertinggi terdapat pada ini :
M4 yaitu 3,32 cm dan terendah pada M0
yaitu 2,68 cm.

Jurnal Ilmiah Pertanian Volume 15, No. 1, Agustus , 2018 17


Tabel 5. Rerata Panjang Akar (cm) Bib it Kelapa Sawit Akibat Pemberian Ko mb inasi FMA dan
Pupuk SP-36
Perlakuan Rerata
M0 = Tanpa pemberian FMA dan Tanpa SP-36 33,80 a
M1 = Tanpa pemberian FMA dan SP-36 2,25 g polybag -1 37,10 ab
M2 = Tanpa pemberian FMA dan SP-36 4,5 g polybag -1 40,80 bc
M3 = Pemberian FMA 15 g polybag -1 dan Tanpa SP-36 39,47 bc
M4 = Pemberian FMA 15 g polybag -1 dan SP-36 2,25 g polybag -1 44,73 c
M5 = Pemberian FMA 15 g polybag -1 dan SP-36 4,5 g polybag -1 42,77 bc
M6 = Pemberian FMA 30 g polybag -1 dan Tanpa SP-36 41,07 bc
M7 = Pemberian FMA 30 g polybag -1 dan SP-36 2,25 g polybag -1 42,55 bc
M8 = Pemberian FMA 30 g polybag -1 dan SP-36 4,5 g polybag -1 44,33 c
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama artinya berbeda tidak nyata
menurut uji lanjut DMRT pada taraf 5%.

Pada tabel diatas hasil uji lanjut hara terutama P, Kekurangan P pada
DMRT 5% bahwa pada taraf perlakuan tanah Ultisol dapat disebabkan oleh
M4 dengan dosis FMA 15 g/polybag kandungan P dari bahan induk tanah yang
dengan SP-36 2,25 g/polybag memang sudah rendah, atau kandungan P
memberikan panjang akar terbaik dan sebetulnya tinggi tetapi tidak tersedia
berbeda nyata dengan semua taraf untuk tanaman karena diikat oleh unsur
perlakuan m0 dan m1, namun tidak lain seperti Al dan Fe (Sipayung,
berbeda nyata dengan taraf perlakuan M2 , Sitanggang, Damanik, 2014).
M3 , M5 , M6 , M7 dan M8 . Rerata panjang Adanya pengaruh nyata pada tinggi
akar tanaman terbaik pada taraf M4 bibit, lebar daun, diameter batang panjang
sebesar 55,55 cm, sedangkan terendah akar akibat pemberian FMA dan SP-36
terlihat pada perlakuan M0 yaitu 39,93 diduga adanya sinergitas/saling
cm. mendukung antara kedua faktor ini,
Hasil analisis data sidik ragam sehingga terjadi peningkatan
menunjukkan bahwa pemberian FMA dan pertumbuhan bibit kelapa sawit. SP-36
pupuk SP-36 menunjukkan pengaruh merupakan pupuk sumber hara P bagi
nyata terhadap parameter tinggi bibit, tanaman.Sedangkan FMA merupakan
lebar daun, diameter batang dan panjang jamur yang bersimbiosis mutualisme
akar, namun berpengaruh tidak nyata dengan akar tanaman yang membentuk
terhadap jumlah daun, dan jumlah akar hifa–hifa eksternal sehingga mampu
lateral bibit kelapa sawit di main nursery. mengambil hara yang terfiksasi menjadi
Kombinasi antara kedua perlakuan unsur yang tersedia bagi tanaman (Setiadi
terhadap keempat parameter diatas 1999 dalam Nurmasita, dkk 2013).
(tinggi, lebar daun, diameter batang, dan Fosfor berperan penting pada
panjang akar) pada rerata perlakuan pertumbuhan dan perkembangan
bahwa tanpa pemberian FMA dan tanpa tanaman, berperan dalam proses
pemberian SP-36 (M0 S0 ) memberikan fotosintesa, metabolisme karbohidrat dan
hasil rerata terendah.Hal ini diduga proses transfer energi dalam tubuh
karena tidak adanya perlakuan FMA dan tanaman (Handayani dan Ernita, 2008).
pupuk SP-36 kedalam media. Media yang Fosfor (P) merupakan unsur hara makro
digunakan pada penelitian ini adalah utama bagi tanaman yang mempunyai
tanah PMK, dimana tanah PMK rendah permasalahan dalam ketersediaannya
bahan organik dan unsur hara terutama P. didalam tanah karena adanya fiksasi oleh
Kondisi Tanah PMK merupakan tanah jerapan P didalam tanah oleh Al, Fe, dan
yang produktivitas rendah apabila tidak Mn (Hutauruk, Simanungkalit,
diberi bahan pembenah, rendah unsur Irmansyah, 2012)

Jurnal Ilmiah Pertanian Volume 15, No. 1, Agustus , 2018 18


Permasalahan unsur P yang kurang waktu yang lebih lama dibandingkan
tersedia ditanah bisa dipenuhi dengan dengan akar yang tidak bermikoriza.
pemupukan SP-36, yang mengandung Fungi Mikoriza Arbuskula dalam akar
36% P. Namun, seiring pemakaian terus tanaman akan membantu tanaman dalam
menerus mengakibatka bahan baku menyerap unsur hara P yang tidak
semakin langka dan tentunya akan tersedia menjadi tersedia bagi tanaman.
berdampak terhadap harga yang semakin Peran FMA meningkatkan penyerapan P
relatif tinggi sehingga akan semakin dan pertumbuhan, serta meningkatkan
susah diperoleh para petani. Pemupukan hasil tanaman demikian unsur hara yang
yang dilakukan setiap musim tanam diserap semakin meningkat (Sartini,
menyebabkan timbunan P yang semakin 2004).
banyak sebagai residu P tanah (Hutauruk Salah satu manfaat yang diharapkan
dkk 2012). Teknologi yang saat ini dalam pengaplikasian FMA terhadap
berkembang untuk menekan penggunaan tanaman adalah fungsinya membantu
SP-36 dengan FMA. dalam penyerapan unsur P, selain P FMA
Fungi Mikoriza Arbuskula juga dapat meningkatkan serapan hara N
merupakan jenis fungi yang dan K yang merupakan hara makro
menguntungkan pertumbuhan tanaman tanaman (Teotia, 2017 dalam Margaretha,
terutama pada tanah yang mengalami Syarif dan Nasution, 2017). Terpenuhinya
kekurangan fosfor. FMA tidak hanya hara–hara untuk tanaman tentunya akan
menguntungkan pertumbuhan tanaman, meningkatkan proses fisiologi sehingga
tetapi juga meningkatkan kebutuhan terjadi peningkatan pertumbuhan dan
fosfat 20% sampai 30% (Sutanto, 2005 perkembangan. Unsur P merupakan hara
dalam Rivana, Indriani, Khairani, 2016). makro yang harus tersedia dalam
Peningkatan pertumbuhan dengan adanya pertumbuhan dan perkembangan
pemberian FMA merupakan hal yang tanaman.Sementara sifat P yang
diharapkan dari pemasukan teknologi ini. bermasalah ditanah PMK yang terjerap
Hal ini di sebabkan karena mikoriza dapat oleh Al dan Fe. Dengan penggunaan
membantu penyerapan unsur hara dengan FMA maka jerapan P dapat dilepaskan
cara memperluas daerah pengambilan secara kimia dengan produksi asam- asam
unsur hara sehingga laju pertumbuhan organik dan secara biologi memproduksi
tanaman lebih cepat karena adanya enzim fosfotase (Handoyo dan Hairah,
infeksi akar yang menyebabkan 2007 dalam Sagala, hanafiah, Razali,
bertambahnya bulu–bulu akar. Hal ini 2013)
sesuai dengan Tirta (2006), FMA adalah Peranan FMA dalam menekan
sejenis jamur yang bersimbiosis dengan penggunaan SP-36 ini terlihat pada hasil
akar tanaman yang mampu meningkatkan kombinasi ketempat parameter (tinggi
serapan unsur hara dan air sehingga bibit, lebar daun, diameter batang dan
mempunyai laju pertumbuhan lebih cepat. panjang akar) bahwa dengan pemberian
Fungi Mikoriza Arbuskula memiliki FMA 15 g/polybag dengan 2,25
struktur hifa yang menjalar luas ke dalam g/polybag (M4 ) memberikan hasil terbaik
tanah, melampaui jauh jarak yang dapat pada keempat parameter, hasil ini lebih
dicapai oleh rambut akar.Pada saat P baik dari pada dosis anjuran pemupukan
berada disekitar rambut akar, maka hifa SP-36 sebesar 4,5 g/polibag terhadap
membantu menyerap P di tempat-tempat bibit kelapa sawit di main nursery.Hal ini
yang tidak dapat dijangkau rambut berarti pemberian FMA dapat
akar.Daerah akar bermikoriza tetap aktif mengefisensi pemupukan SP-36 dari
dalam mengabsorpsi hara untuk jangka rekomendasi pemupukan main nursey

Jurnal Ilmiah Pertanian Volume 15, No. 1, Agustus , 2018 19


kelapa sawit terhadap tinggi bibit, luas bahwa respon pupuk terhadap jumlah
daun, dan diameter batang. daun pada umumnya kurang memberikan
Peningkatan pemberian taraf gambaran yang jelas, karena pertumbuhan
perlakuan kombinasi antara FMA dan SP- daun berhungan erat dengan faktor
36 menunjukan adanya penurunan setelah genetik, demikian halnya dengan jumlah
perlakuan M4 (FMA 15 g/polybag dan akar lateral memberikan hasil tidak
SP-36 2,25 g/polybag) pada parameter adanya kombinasi, kemungkinan
tinggi tanaman, luas daun, diameter diakibatkan faktor genetik.
batang dan panjang akar. Hal ini diduga 6.Arsitektur Akar
dengan peningkatan pemberian mikoriza, Peng
mka terjadi kompetisi antar fungi baik amatan arsitektur akar pada bibit kelapa
dari nutrisi dan oksigen, sehingga akan sawit di main nursery secara visual
mengurangi kinerja mikoriza dirhizosfer. dengan cara membentangkan akar ,
Raj (2015) menyatakan bahwa menunjukkan bahwa akar tanaman yang
meningkatnya jumlah mikoorganisme diinokulasi FMA mempengaruhi
maka akan meningkatkan aktifitas pertumbuhan akar sekunder. Hal ini
mikroorganisme didalam tanah. Hal ini diduga pengaruh mikoriza dalam
mengakibatkan adanya persaingan mempercepat serapan P pada tanaman
mikroorganisme dalam hal makanan dan yang diinokuasi FMA. Pertumbuhan akar
oksigen, sehingga dapat menurunkan sekunder ini akan berpengaruh terhadap
pertumbuhan tamanan lebih besarnya kontak akar dengan tanah.
rendah.Demikian dengan peningkatan Disamping itu lebih banyaknya
pemberian SP-36 yang dikombinasikan pembentukan akar lateral diduga
dengan mikoriza mengalami penurunan, disebabkan oleh peningkatan sintesis IBA
hal ini diduga semakin meningkatnya (Asam Indol Butiral). Lebih lanjut
ketersediaan unsur hara didalam tanah menurut Widiastuti (2003) menerangkan
memberikan pengaruh negative pada bahwa pemberian FMA Gigaspora
perkembangan FMA dimana pemberian margarita mempercepat pembentukan
pupuk P dapat menurunkan akar sekunder.
perkembangbiakan mikoriza. Hal isi Pemberian mikoriza secara
sesuai dengan pendapat Smith dan Read keseluruhan mempengaruhi pertambahan
(2008 dalam Daras, Sobari, Trisilawati akar.Arsitektur perakaran bibit kelapa
dan Towah, 2015) bahwa peningkatan sawit yang diinokulasi FMA lebih baik
Pupuk P akan menurunkan propagul dibandingkan dengan bibit yang tidak
mikoriza seperti spora dan miselium yang diinokulasi.Perbaikan perakaran bibit
efektif. kelasa sawit menghasilkan simbiosis
Penggunaan FMA dan SP-36 dalam hal peningkatan serapan P. Hasil
memberikan pengaruh tidak nyata analisis serapan P terlihat tanaman yang
terhadap parameter jumlah diinokulasi FMA meningkatkan
daun.Parameter jumlah daun berpengaruh pertumbuhan perakaran sehingga
tidak nyata, hal ini diduga bahwa jumlah menyebabkan kemampuan penyerapan P
daun setiap komoditas tanaman lebih meningkat.
dipengaruhi sifat genetis. Martoyo (2001)

Jurnal Ilmiah Pertanian Volume 15, No. 1, Agustus , 2018 20


Gambar 1. Perbandingan Arsitektur Akar Bibit Kelapa Sawit Akibat Perlakuan Kombinasi FM A dan SP-36

Tabel 6. Serapan P Pada Tanah, Akar dan Daun Bibit Kelapa Sawit d i Main Nursery

Perlakuan % Serapan P
Tanah Akar Daun
M0 = Tanpa pemberian FMA dan Tanpa SP-36 0,1205 0,0960 0,0795
M1 = Tanpa pemberian FMA dan SP-36 2,25 g polybag -1 0,1605 0,1225 0,1070
M2 = Tanpa pemberian FMA dan SP-36 4,5 g polybag -1 0,1740 0,1420 0,1165
M3 = Pemberian FMA 15 g polybag -1 dan Tanpa SP-36 0,1745 0,1365 0,1205
M4 = Pemberian FMA 15 g polybag -1 dan SP-36 2,25 g polybag -1 0,2495 0,1675 0,1445
M5 = Pemberian FMA 15 g polybag -1 dan SP-36 4,5 g polybag -1 0,2665 0,1970 0,1760
M6 = Pemberian FMA 30 g polybag -1 dan Tanpa SP-36 0,2485 0,1850 0,1535
M7 = Pemberian FMA 30 g polybag -1 dan SP-36 2,25 g polybag -1 0,2830 0,2365 0,1865
M8 = Pemberian FMA 30 g polybag -1 dan SP-36 4,5 g polybag -1 0,3320 0,2565 0,2270

KESIMPULAN

Gede Andri Wijaya, Jonatan Ginting dan Handayani dan Ernita,


Haryati, 2015. Respons 2008.Pemanfaatan Jamur Pelarut
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Fosfat dan Mikoriza sebagai
(Elaeis guineensis Jacq.) di Pre Alternatif Pengganti Pupuk Fosfat
Nurseryterhadap Pemberian Limbah Pada Tanah Ultisol Kabupaten
Cair Pabrik Kelapa Sawit dan Pupuk Langkat, Sumatera
NPKMg (15:15:6:4). Jurnal Online Utara.Universitas Muslim
Agroekoteknologi No. 2337- 6597, Nusantara al wasliyah Medan.
Vol.3, No.1. Hal 400 – 415.

Jurnal Ilmiah Pertanian Volume 15, No. 1, Agustus , 2018 21


Hutauruk F I, Simanungkalit T, Irmasyah Sagala, Hanafiah, Razali, 2013) Peranan
T, 2012. Pengujian Pemberian Mikoriza Terhadap Pertumbuhan,
Fungi Mikoriza Arbuskula Dan Serapan P Dan Cd Tanaman Sawi
Pupuk Fosfat Pada Budidaya (Brassica Juncea L.)Serta Kadar
Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor P Dan Cd Andisol Yang Diberi
(L.) Moench).Jurnal Online Pupuk Fosfat Alam.Jurnal Online
Agroekoteknologi Vol 1. Agroekoteknologi.Vol 2.
Martoyo, K. 2001. Peranan Beberapa Sifat Sipayung E S, Sitanggang G, Damanik
Fisik tanah Ultisol pada Penyebaran M M B, 2014. Perbaikan Sifat
Akar Tanaman Kelapa Sawi (Elaeis Fisik Dan Kimia Tanah Ultisol
gueenensis Jacq).Warta Pusat Simalingkar B Kecamatan Pancur
Penelitian Kelapa Sawit. Batu Dengan Pemberian Pupuk
Nurmasyitah, Syafruddin, dan Muhammad Organik Supernasa Dan
Sayuthi, 2013. Pengaruh Jenis Tanah Rockphosphit Serta Pengaruhnya
Dan Dosis Fungi Mikoriza Terhadap Produksi Tanaman
Arbuskular Pada Tanaman Kedelai Jagung (Zea mays L.). Jurnal
Terhadap Sifat Kimia Tanah.Jurnal Online Agroekoteknologi Vol 2
Agrista Vol. 17 No. 3. Hal 103-110.

Jurnal Ilmiah Pertanian Volume 15, No. 1, Agustus , 2018 22

Anda mungkin juga menyukai