Anda di halaman 1dari 15

Seminar Nasional BKS PTN Barat

Bandar Lampung, 19-21 Agustus 2014

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR KETUA PANITIA

KATA PENGANTAR KETUA BKS-PTN WILAYAH BARAT

ABSTRAK KEYNOTE

I. BUDIDAYA PERTANIAN
Evaluasi Viabilitas Benih Padi Berdasarkan Karakter Kuantitatif Jumlah Anakan dan Jumlah
Bulir pada Tanaman Induknya 1-8
Ade Yunike Larassati, Paul Benyamin Timotiwu, dan Agustiansyah
Studi Respon Dua Varietas Jagung Manis pada Berbagai Formula Media Tumbuh Selama Dua
Periode Tanam 9-16
Adiwirman, Muhammad Saleh, dan Nelvia
Perubahan Suhu Permukaan Akibat Perubahan Penutupan Lahan di Kecamatan Kubu
Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat 17-20
Agus Ruliyansyah
Keberhasilan Aklimatisasi dan Pertumbuhan Planlet Dua Spesies Kantong Semar (Nepenthes
spp.) pada Berbagai Media 21-29
Alawiyah, Fitri Yelli, Tri Dewi Andalasari, Rugayah
Pengaruh Pemberian Berbagai Dosis Nitrogen Terhadap Hasil dan Kandungan Protein pada
Beberapa Varietas Sorgum (Sorghum bicolor L.) 30-36
Erlida Ariani, Deviona dan Rochmad Setiawan
Aplikasi Kompos Brangkasan Jagung dan Pupuk N, P, K pada Tanaman Jagung Manis (Zea
mays saccharata sturt) 37-43
Arnis En Yulia, Fetmi Silvina, dan Frima Setyaningsih
Seleksi Karakter Ketahanan Terhadap Soybean Mosaic Virus dan Karakter Agronomi Kedelai
Generasi F Hasil Persilangan Tanggamus dan Taichung 44-50
2
Nurrul Aslichah, Maimun Barmawi, Hasriadi Mat Akin, dan Nyimas Sadiyah
Respon Pertumbuhan dan Hasil Kailan Terhadap Pupuk Organik Cair Limbah Sayuran pada
Tanah Aluvial 51-55
Asnawati
Multiplikasi dan Penguatan Planlet Hasil Selfing Mutan Anggrek Spathoglottis plicata Blume
(M2s2v1) Secara In Vitro 56-63
Atra Romeida, Dwi Wahyuni Ganefianti, dan Rustikawati
Evaluasi Produktivitas Lahan Persawahan di Daerah Aliran Sungai Batang Anai Bagian Tengah
64-71
Azwar Rasyidin, Gusnidar, Emni Salvia Putri, dan Kristina Lusiana Situmorang
Aplikasi Beberapa Dosis Pupuk Fosfor Terhadap Mutu Benih Berbagai Kultivar Kedelai
(Glycine max (L.) Merril) Selama Perkembangan Biji 72-77
Elza Zuhry, Aslim Rasyad, dan Jansen Lea Perdana
Pengaruh Pemberian Berbagai Dosis Nitrogen Terhadap Hasil dan Kandungan Protein pada
Beberapa Varietas Sorgum (Sorghum bicolor L.) 78-83
Erlida Ariani, Deviona, dan Rochmad Setiawan
Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit dan Volume Media Untuk Pertumbuhan dan
Perkembangan Bibit Kelapa Sawit 84-91
Fetmi Silvina, Murniati, dan Arnis En Yulia
Karakteristik Gulma dan Hasil Jagung Akibat Pemberian Herbisida Glifosat dan Paraquat pada
beberapa Dosis 92-95
Hasanuddin, Siti Hapsah, Marista Vona Permata Nandi
Pemberian Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit dan Mikoriza Arbuskula Untuk
Meningkatkan Pertumbuhan Bibit Manggis (Garcinia mangostana L.) 96-103
Husna Yetti, Jurnawaty Sjofjan, Mauli Serlina
Seminar Nasional BKS PTN Barat
Bandar Lampung, 19-21 Agustus 2014

Respon Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza sativa L.) Terhadap Pemupukan N, P dan K di
Tanah Inceptisol 104-114
Idwar, Sri Yoseva, dan Siti Norkhalimah

Pengaruh Peningkatan Dosis Pupuk Npk (16:16:16) dan Konsentrasi Pupuk Hayati Terhadap 115-121
Pertumbuhan dan Hasil Cabai Keriting (Capsicum annuum L.)
Kus Hendarto, Ari Wibowo, dan R. A. Diana Widyastuti
Evaluasi Karakter Fisiologi dan Anatomi Daun Klon Pb 260 Belum Menghasilkan di Elevasi
Tinggi 122-126
Lucy Robiartini Busroni, M.Umar Harun, Renih Hayati, dan Yakup Parto
Efektifitas Urin Sebagai Pengganti Pupuk Nitrogen pada Pembibitan Tanaman Kakao
(Theobrema cacao, L) 127-132
M.Amrul Khoiri, Elza Zuhry, dan Arnadi Gunawan
Pemanfaatan Limbah Jerami Padi Untuk Pembuatan Mikrokristal Selulosa 133-138
Mohamad ana Syabana, dan Irhamni
Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Jagung Manis Dengan Pemberian Kompos Tandan
Kosong Kelapa Sawit dan Pupuk Majemuk NPK 139-145
Murniati, Arnis En Yulia, dan Fetmi Silvina
Optimasi Pembungaan Dini Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) Terhadap
Pemberian Paclobutrazol Melalui Daun Dalam Berbagai Frekuensi Aplikasi 146-152
Mustika Adzania Lestari, Ardian dan Erwin Yuliadi
Respon Dua Varietas Tanaman Padi Terhadap Pemberian Amelioran pada Lahan Gambut 153-157
Nelvia
Peningkatan Produksi Persawahan Pasang Surut di Sumatera Selatan Dengan Varietas Padi
Potensial dan Pengaturan Ketinggian Pemotongan Singgang 158-164
Novisrayani Kesmayanti dan Evriani Mareza
Lada (Piper nigrum Linn) Sambung Sirih (Piper betle Linn) pada Berbagai Perlakuan Nomor
Ruas Lada 165-172
Nyayu S. Khodijah, dan Muntoro
Seleksi dan Kemajuan Genetik pada Generasi F Tanaman Kacang Panjang
1 173-181
Nyimas Sa’diyah
Efisiensi Pupuk Urea dan Lahan Dalam Meningkatkan Hasil Jagung pada Sistem Tumpangsari
Dengan Kacang Tanah 182-186
Fina Destria Rahmawati, Herawati Hamim, dan Niar Nurmauli
Pertumbuhan Bibit Karet (Hevea brasiliensis Muell Erg)Klon Unggul Penghasil Lateks-Kayu
pada Medium yang Menggunakan Kompos Sampah Kota 187-192
Sampurno, M.Amrul Khoiri dan Hotni Mutiara Purba
Pengaruh Pemberian Pupuk Hayati Mikoriza dan Rock Phosphate Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt) 193-200
Sri Yoseva, Hapsoh, dan Ima Hartanti
Hijauan Pakan yang Edibel di Bawah Naungan Buatan 201-207
Hutwan Syarifuddin, Rahmi Dianita dan M. Ridwan
Pengaruh Sukrosa dan Ekstrak Malt Terhadap Maturasi Embrio Somatik Jeruk Keprok Batu 55
(Citrus apid an n Blanco.) 208-212
Wahyu Widoretno, Serafinah Indriyani, Chaireni Martasari
Uji Volume Air pada Berbagai Varietas Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) 213-218
Ardian, Adiwirman, & July Riskiyah
Viabilitas Biji Anggrek C. ruchussenii dan C. swaniana Berdasarkan Tipe Transfer Polen 219-222
Agustina Listiawati, Asnawati, & FX. Widadi Padmarsari
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit di Medium Gambut yang Tergenang yang Dipupuk Dengan
Pupuk Pelengkap Cair Dengan Beberapa Frekuensi Penyemprotan 223-230
Gunawan Tabrani, Nurbaiti, Adiwirman
Aplikasi Pupuk Kascing pada Berbagai Umur Transpanting Tanaman Padi di Polybag dengan
Sistem Organik 231-236
Holidi, Etty Safriyani dan Adhitya Permana
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) dengan Aplikasi Jenis Fungi 237-243
Seminar Nasional BKS PTN Barat
Bandar Lampung, 19-21 Agustus 2014

Mikoriza Arbuskular (FMA) pada Berbagai Dosis Bahan Organik


Krisnarini, M.V. Rini, & P.B. Timotiwu
Respon Morfologis dan Fisiologis Bibit Berbagai Genotipe Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)
terhadap Cekaman Kekeringan 244-251
Sartika Syafi
Status Pengembangan dan Adopsi Varietas Tanaman Biotek 252-260
Setyo Dwi Utomo
Perubahan Air Genangan, Media Tanam serta Jaringan Tanaman Cabai yang Diberi Pupuk
Tambahan Sebelum Digenangi 261-266
Susilawati, Rujito Agus Suwignyo, Munandar dan M. Hasmeda
Subtitusi Pupuk Anorganik Dengan Pupuk Kandang Sapi Dan Cendawan Mikoriza Pada
Tanaman Padi Gogo 267-273
Ardiyaningsih Puji Lestari dan Yulia Alia
Npk Tanah Pada Perkebunan Kelapa Sawit Menghasilkan Dengan Peningkatan Keragaman
Vegetasi 274-277
Chairani Hanum, Abdul Rauf, & Dina Arsyi Fazrin
dinamika populasi gulma tanaman kelapa sawit pada berbagai jenis tanah
Edi Santosa, Ratih Larasati, Dwi Guntoro dan Herdhata Agusta 278-286
Evaluasi Daya Hasil Genotif Jagung Komposit Efisien Hara Berkebutuhan Pupuk Kimia
Rendah Untuk Daerah Pasang Surut Dan Lahan Kering Yang Marginal 287-297
Munandar, Renih Hayati, & Dedeh Hadianti

II. BUDIDAYA IKAN & TERNAK

Strategi Peningkatan Kapasitas Peternak dalam Adopsi Teknologi Jerami Padi Sebagai Pakan
Ternak pada Pola Zero Waste 299-301
Agustina Abdullah, Hikmah.M.Ali, dan J. A.Syamsu
Pengaruh Jenis Kelamin dan Umur Terhadap Karkas dan Sisa Karkas Kerbau Lumpur 302-304
Cut Aida Fitri dan Amhar Abubakar
Kandungan Nutrisi Jerami Jagung Sebagai Makanan Ternak yang Ditanam di Lahan Gambut
dengan Penambahan Abu Janjang Kelapa Sawit (Ajks) Sebagai Pengganti Pupuk KCL 305-312
Dewi Ananda Mucra
Suplementasi Kulit Nenas Sebagai Sumber Antioksidan dalam Ransum terhadap Performans
Kambing Perah 313-319
Mardalena, S. Syarif dan A. Latief
Suplementasi Probiotik Bioplus Terhadap Pertumbuhan Sapi Bali dengan Pakan Dasar
Fermentasi Rumput Kumpai Tembaga (Hymenachne acutigluma) 320-324
Muhakka, Riswandi dan AIA. Munawar
Optimalization Utilization of Agroindustry by Product Throught Restricted Amino Acid and
Organic Mineral Supplementation to Increasing Ruminant Production 325-329
Muhtarudin, Yusuf Widodo, Liman, Reza Kurniawan, Dimas Angger Kusuma, dan Rahadian Martha
Analisa Bakteria pada Ikan Payus Elops hawaiensis dari Desa Domas, Kecamatan Potang,
Kabupaten Serang, Banten 330-333
Mustahal, Saifullah dan M. Isep Nurhamid
Efektifitas Fermentasi Biji Karet dengan Ragi Tape dalam Upaya Menurunkan Kandungan
Asam Sianida 334-338
Rasmi Murni, Yatno, Nelwida dan A. Rahmat
Pengaruh Penambahan Tepung Spirulina sp. Pada Pakan Terhadap Peningkatan Intensitas
Warna Ikan Komet 339-344
Tri Agusaputra
Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Kakao (Theobroma cacao) Sebagai Sumber Nutrien dalam
Kultur Spirulina sp. 345-351
Yuli Widayati
Aplikasi Prebiotik untuk Meningkatkan Nilai Kecernaan Nutrien pada Benih Ikan Mas
352-356
(Cyprinus carpio)
Seminar Nasional BKS PTN Barat
Bandar Lampung, 19-21 Agustus 2014

Achmad Noerkhaerin Putra, Suherna


Evaluasi Keasaman dan Mikrobiologi Minuman Susu Kambing Fermentasi dengan Penambanan
Kacang Hijau (Vigna apid a) 357-362
Yurliasni, Cut Intan Novita, dan Yusdar Zakaria
Penggunan Bakteri Bacillus dan Bakteri Asam Laktat Sebagai Sumber Probiotik Dalam Air
Minum terhadap Performa Itik Kerinci 363-366
Fahmida Manin , Ani Insulistyowati, & Maksudi
Titer Antibodi Penyakit Septicaemia Epizootica pada Sapi di Kabupaten Muaro Jambi 367-370
Pudji Rahaju, R.A. Muthalib, & Fahmida Manin
Kajian Peningkatan Kualitas Ransum Ayam Petelur Berbasis Pakan Lokal dengan Aplikasi
Enzim Cairan Rumen Sapi Asal Rumah Potong Hewan (Hidrolisis Karbohidrat dan Fitat Pakan 371-380
oleh Enzim Cairan Rumen)
Resmi, Agus Budiansyah, & Heru Handoko
Karakteristik Bontot dengan Perbedaan Konsentrasi Tepung Terigu dan Dagingikan Payus
(Elops hawaiensis) 381-385
Sakinah Haryati, Mustahal & Dede Samsul Fuad
Pemanfaatan Kacang Merah (Phaseolus vulgaris L) untuk Meningkatkan Penampilan dan Nilai
Gizi Minuman Fermentasi 386-391
Yusdar Zakaria, Dzarniza, & Yurliasni
Pengaruh Pemberian Hormon Eksogen Terhadap Estrus dan Keberhasilan Kebuntingan
Kambing Peranakan Etawah 392-395
Adriani, S. Fachridan, dan I. Sulaksana
Tingkat Kesesuaian Perairan Teluk Cikunyinyi untuk Pengembangan Budidaya Teripang Pasir
(Holothuria scabra) 396-403
Agung Kusuma, Herman Yulianto, dan Berta Putri
Karakteristik Enzim Xilanase dan Mannanase Cairan Rumen Kerbau 404-412
Agus Budiansyah, Wiwaha Anas Sumadja, dan Ucop Haroen
Penggunaan Fitobiotik Temulawak dan Kunyit Sebagai Alternative Growth Promoter
Terhadap Hemogram Ayam Broiler 413-418
Anie Insulistyowati, Maksudi, Fahmida Manin, dan Sri Wigati
Isolasi Dan Identifikasi Listeria Monocytogenes Dari Susu Segar Di Sulawesi Selatan 419-426
Ratmawati Malaka, Farida Nur Yuliati, Kusumadari Indah Prahesti, & Endah Murpiningrum
Mitigasi Gas Metan (Ch4) Dengan Pemberian Komposisi Pakan Hijauan Dan Konsentrat
Pada Ternak Sapi 427-435
Fitra gustiar, Rujito A. Suwignyo, & Suheryanto
Pemanfaatan Kepala Ikan Teri Jengki (Stelophorus Insularis) Sebagai Bahan Substitusi Tepung
Ikan Untuk Bahan Baku Pakan Lele Masamo (Clarias Sp.) 436-441
Mahrus Ali, Afrima Nur Darajatun, & Siti Hudaidah
Kajian Sifat Elektro-Optik Pakan Ternak Dengan Metode Near Infrared Reflectance
Spectroscopy (Nirs) 442-448
Samadi & Agus Arif Munawar
Perbaikan Managemen (Pakan) Untuk Meningkatkan Kondisi Tubuh Dan Kinerja Reproduksi
Sapi Bali Yang Dipelihara Secara Intensif 449-455
Sudirman Baco, Ratmawati Malaka dan Muhammad Hatta
Dosis Inokulum dan Lama Fermentasi Jamur Pleurotus ostreatus terhadap Kandungan Nutrisi
Azolla microphylla 456-461
Noferdiman, H. Syafwan dan Sestilawarti

III. PENGELOLAAN TANAH

Populasi Dan Keragaman Mikroorganisme Tanah Gambut Alami Dan Setelah Didrainase 463-470
Oktanis Emalinda, Lusi Maira, Yesri Girsang dan Juniarti
Aplikasi Mulsa dan Pembenah Tanah untuk Perbaikan Sifat Fisik Tanah dan Hasil Jagung
di Lahan Kering Iklim Kering 471-476
Neneng L. Nurida, A.Dariah dan I. Juarsah
Seminar Nasional BKS PTN Barat
Bandar Lampung, 19-21 Agustus 2014

Mekanisme Toleransi Tanaman Tembakau (Nicotiana tabacum) terhadap Cekaman Kekeringan


(Korelasi: Struktur Daun dan Kandungan Prolin) 477-482
Nurhayati
Uji Efektivitas Kombinasi Pupuk Organonitrofos dengan Pupuk Anorganik terhadap Tanaman
Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) pada Tanah Ultisol 483-489
Oktarina Maulidia, Jamalam Lumbanraja, Mamat Anwar Pulung, Dermiyati, dan Sutopo Ghani Nugroho
Peningkatan Unsur Hara Tanah dengan Asap Cair dari Pelepah Kelapa Sawit untuk
Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman Kelapa Sawit 490-495
Rudianda Sulaeman
Pengaruh Kompos Limbah Media Jamur Tiram Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang
Tanah pada Tanah Aluvial 496-498
Yandi Arman, Astina, dan Henny Sulistyowati
Isolasi Bakteri Selulolitik dari Kotoran Sapi Pendegradasi Bahan Organik 499-505
Isna Rahma Dini dan Gusmawartati
Uji Carrier dalam Pengembangan Pupuk Hayati Mikoriza Arbuskula Spesifik Gambut 506-510
Iwan Sasli & Radian
Studi Karakteristik Lahan untuk Tanaman Karet dan Produktivitasnya (Studi Kasus Tanah
Ultisol di Provinsi Jambi) 511-517
M. Syarif
Potensi Pengembangan Tanaman Padi di Kecamatan Segedong dan Kecamatan Siantan
Kabupaten Pontianak 518-526
Rini Hazriani & Maulidi
Faktor Biokonsentrasi dan Transfer Kadmium (Cd) pada Tiga Stadia Tumbuh Aloe vera Var.
Chinensis di Tanah Gambut 527-532
Rini Susana, Denah Suswati dan Dini Anggorowati
Peningkatan Kualitas Kesuburan Tanah, Kadar N, P, K Daun, dan Hasil Tanaman Jagung
Organik dengan Pupuk Kompos pada Tanah Marjinal 533-539
Riwandi, Merakati Handajaningsih, dan Hasanudin
Pengaruh Unsur Mikro terhadap Peningkatan Hasil Padi Sawah Intensifikasi yang Diberi
Pupuk Organik Titonia Plus 540-546
Yulnafatmawita, Sandra Prima, Aprisal, Nurhajati Hakim
Infektivitas Fungi Mikoriza Arbuskula Indigenous Rhizosfer Tanaman Inang Pioner Tanah
Gambut 547-550
Dwi Zulfita
apid an n Seleksi Padi Gogo Varietas Lokal Asal Provinsi Jambi Potensi Produksi Tinggi
pada Lahan Masam Podsolik Merah Kuning (PMK) 551-558
Ahmad Riduan, Rainiyati dan Eliyanti
Perbaikan Kualitas Tanah dan Peningkatan Produksi Kedelai Melalui Pemanfaatan Pupuk
Organik Trichokompos Chromolaena Plus pada Lahan Kering 559-565
Ajidirman, Endriani, dan Zurhalena
Pengaruh Pupuk NPK dan Arang Sekam terhadap Pertumbuhan Bibit Karet (Hevea brasilliensis
Muell.Arg) Hasil Approach Grafting dengan Bibit Jelutung (Dyera lowii) 566-571
Anis Tatik Maryani, Akmal, dan Erik Herpada Tarigan
Hubungan Beberapa Karakteristik Fisik dan Biologi Tanah dengan Tampilan Vegetatif dan
Produksi Kelapa Sawit Menghasilkan 572-578
Bandi Hermawan, Yudhi H. Bertham dan Deni E. K. Simamora
Karakteristik Biochar Beberapa Limbah Pertanian dalam Upaya Pemulihan Lahan Suboptimal
untuk Kedelai 579-584
Endriani, Yulfita Farni, dan Madyawati Latief
Pengaruh Bahan Humat dari Batubara Subbituminus terhadap Ciri Kimia Tanah dan
Pertumbuhan Tanaman Jagung pada Oxisols 585-591
Gusnidar, Herviyanti, Mimien Harianti dan Rendy Marciano
Pengaruh Pupuk Organonitrofos dan Kombinasinya dengan Pupuk Kimia terhadap Populasi dan
Keanekaragaman Mesofauna Tanah pada Pertanaman Jagung (Zea mays L.) Musim Tanam 592-597
Kedua
Intan Purnama Nursadi, Dermiyati, Ainin Niswati, dan M. A. Syamsul Arif
Seminar Nasional BKS PTN Barat
Bandar Lampung, 19-21 Agustus 2014

Baku Mutu Logam Berat Tanah untuk Produktivitas Lahan Pertanian dan Lingkungan 598-604
Ishak Juarsah dan Subowo
Keragaman Sifat-Sifat Tanah dalam Sistim Alley Copping dan Penutup Tanah untuk
Peningkatan Produksi Tanaman 605-611
Ishak Juarsah
Respon Tanaman Sawi (Brassica Juncea L.) Terhadap Pemberian Beberapa Dosis Bokashi
Sampah Pasar Dengan Dua Kali Penanaman Secara Vertikultur 612-619
Aulia Rani Annisava, Lesti Anjela, Bakhendri Solfan
Pemberian Mikroorganisme Selulolitik Dan Frekuensi Penyiraman Pada Tanah Gambut
Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Di Main-Nursery 620-626
Gusmawartati, Islan, Wardati dan Aulia Rahman
Alternatif Pengelolaan Lahan Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas
Lampung Dengan Pendekatan Satuan Lahan 627-636
Iskandar Zulkarna, Irwan sukri Banuwa, Tamaluddin Syam, & Henrie Buchari
Performan Tbs Dan Minyak Cpo Dxp Unggul Topaz Di Tanah Mineral Dan Gambut
Kukuh Setiawan, Sr Purwanti, Izharul Ihsan, Erta O Ginting, Rizki Akbar , 637-642
Eko Suprihanto, Abdur Rahman, & Ang Boon Beng
Implementasi Pemupukan Kelapa Sawit(Elaeis guineensis Jacq) Pola Masyarakat pada Lahan
Pasang Surut di Desa Bangko Kanan dan Bangko Kiri Kecamatan Bangko Pusako Kabupaten 643-647
Rokan Hilir
Gulat ME Manurung, Armaini dan Nurlela
Pengaruh Penambahan Aktivator Organik Asal Limbah Kotoran Ternak apid an Ayam
terhadap Nilai pH, Kandungan N, P O , dan K O Total pada Pembuatan Pupuk Organik Cair
2 5 2 648-652
Asal Sampah Organik Pasar dan Daun Lamtoro
Kurniawan Subatra, Dedik Budianta, dan A. Halim PKS
Aplikasi Konsentrasi dan Frekwensi Pupuk Pelengkap Cair pada Bibit Kelapa Sawit di Medium
Gambut dengan Kondisi Lingkungan Tergenang Secara Periodik 653-656
Nurbaiti, Gunawan Tabrani dan Ardinal
HASIL DISKUSI
Seminar Nasional BKS PTN Barat
Krisnarini et al.: Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit
Bandar Lampung, 19-21 Agustus 2014
237

PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)


DENGAN APLIKASI JENIS FUNGI MIKORIZA ARBUSKULAR (FMA)
PADA BERBAGAI DOSIS BAHAN ORGANIK

Krisnarini1, M.V. Rini2, & P.B. Timotiwu2

1
STIPER Dharma Wacana, Lampung
2
Fakultas Pertanian Universitas Lampung

ABSTRAK

Efektivitas FMA selain tergantung dari jenis FMA juga tergantung jenis tanaman, dan bahan organik (BO). Tujuan penelitian
yaitu menentukan (1) jenis FMA terbaik untuk pertumbuhan bibit; (2) dosis BO terbaik untuk pertumbuhan bibit; (3) apakah
respons bibit terhadap pemberian jenis FMA ditentukan oleh dosis BO; 4) kombinasi perlakuan yang paling baik untuk
pertumbuhan bibit. Penelitian dalam faktorial (4x3) dengan 5 ulangan. Faktor pertama jenis FMA (M) dalam 4 taraf yaitu tanpa
FMA (m0), Gigaspora sp. MV16 (m1), Glomus sp. MV7 (m2), Gigaspora sp. MV16 + Glomus sp. MV7 (m3). Faktor kedua bahan
organik : subsoil (B) dalam 3 taraf yaitu 1 : 3 (b1), 1: 2 (b2), 1: 1 (b3). Perlakuan diterapkan dalam RKTS. Kehomogenan ragam
dan keaditifan data diuji dengan uji Bartlet dan uji Tukey, Bila asumsi tidak terpenuhi data akan ditransformasi, selanjutnya
data dianalisis ragam dan diuji BNT pada taraf 5%. Hasil penelitian (1) semua jenis FMA menghasilkan pertumbuhan bibit
yang lebih baik dibandingkan kontrol; (2) setiap dosis bahan organik tidak mempengaruhi pertumbuhan bibit; (3) Pertumbuhan
bibit tidak bermikoriza dipengaruhi oleh dosis bahan organik, bibit bermikoriza tidak dipengaruhi oleh dosis bahan organik; (4)
jika tanaman tidak bermikoriza, maka dosis BO terbaik 1:1 dan 1:2.
Kata kunci : Bibit kelapa sawit, jenis FMA, bahan organik.

PENDAHULUAN Aplikasi fungi mikoriza arbuskular (FMA) pada


akar tanaman kelapa sawit akan menghasilkan simbiosis
Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak mutualisme antara kelapa sawit dengan FMA. Pada
sawit dan inti sawit merupakan salah satu primadona simbiosis tersebut hifa FMA akan membantu akar kelapa
tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil sawit dalam meningkatkan serapan unsur fosfor (P) pada
devisa non migas bagi Indonesia (Departemen masa pembibitan. Peningkatan serapan unsur P pada
Perindustrian, 2007). Industri minyak kelapa sawit awal pertumbuhan diharapkan mampu membantu
merupakan salah satu industri strategis, karena serapan unsur P pada pertumbuhan kelapa sawit
berhubungan dengan sektor pertanian (agro based selanjutnya. Hal ini karena infeksi FMA pada bibit
industry) yang banyak ber-kembang di negara negara kelapa sawit akan memperbaiki sistem morfologi dan
tropis seperti Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Hasil arsitektur akar sehingga terjadi peningkatan penyerapan
industri minyak kelapa sawit bukan hanya minyak goreng unsur P yang secara umum tidak mudah bergerak atau
saja, tetapi juga bisa digunakan sebagai bahan dasar tersedia dalam tanah masam. Menurut Sieverding
industri lainnya seperti industri makanan, kosmetika, dan (1991), proses kolonisasi FMA akan mudah terjadi pada
industri sabun (Departemen Perindustrian, 2007). akar-akar dengan permeabilitas membran yang tinggi.
Untuk meningkatkan produksi dan produktivitas Efektivitas FMA selain tergantung dari jenis FMA
tanaman salah satu aspek agronomi yang sangat berperan juga sangat tergantung dari jenis tanaman dan jenis tanah
adalah pembibitan. Produktivitas yang tinggi berawal serta interaksi antara ketiganya (Brundrett dkk., 1996).
dari kualitas bibit yang baik. Demikian halnya dengan Setiap jenis tanaman memberikan respons yang berbeda
komoditi kelapa sawit, komoditi yang tengah menjadi terhadap FMA, demikian juga dengan jenis tanah yang
primadona ini diharapkan mampu member ikan berhubungan erat dengan pH dan tingkat kesuburan
keuntungan ekonomis bagi petani Indonesia. Pahan tanah. Keefektifan FMA ditentukan oleh karakteristik
(2011) menyatakan bahwa investasi yang sebenarnya FMA yaitu kemampuan untuk menginfeksi akar secara
bagi perkebunan komersial terletak pada bahan tanaman cepat agar simbiosis sudah terbentuk saat umur
(benih/bibit) yang akan ditanam, karena merupakan tanaman masih relatif muda. Menurut Heijden (2001)
sumber keuntungan pada perusahaan kelak. yang dikutip oleh Muzakkir (2011), efektivitas FMA
238 Prosiding Seminar Nasional BKS PTN Barat : 237-243, 2014

bergantung pada kompatibilitas antara fungi dan Penelitian menggunakan rancangan faktorial
tanaman. Oleh karena itu, variasi genetik tanaman (4x3) dengan 5 ulangan. Faktor pertama yaitu jenis
maupun fungi mempengaruhi efektivitas simbiosis. Oleh mikoriza (M) yang terdiri dari 4 taraf yaitu tanpa
sebab itu, apabila kolonisasi telah terjadi dengan baik inokulasi mikoriza (m0), Glomus sp. Isolat MV7 (m1),
maka akan terjadi simbiosis mutualistik untuk Gigaspora sp. Isolat MV16 (m2), Glomus sp. Isolat
pertumbuhan tanaman dan FMA. MV7 + Gigaspora sp. Isolat MV16 (m3). Faktor kedua
Simbiosis FMA dengan akar dapat meningkatkan yaitu pemberian bahan organik : subsoil (B) yang terdiri
kemampuan tanaman menyerap unsur hara makro, dari 3 taraf yaitu 1: 3 (b1), 1: 2 (b2), 1: 1 (b3).
terutama unsur fosfat (P), maupun unsur hara mikro Perlakuan diterapkan ke dalam satuan percobaan
dari dalam tanah (Gunawan, 1993). Hal ini karena menggunakan Rancangan Kelompok Teracak Sempurna
benang-benang hifa FMA memiliki akses dan jangkauan (RKTS). Kehomogenan ragam diuji dengan uji Bartlet
lebih luas dalam mengeksploitasi nutrisi di dalam tanah dan keaditifan data diuji dengan uji Tukey. Bila asumsi
(Smith dan Read, 2008). tidak terpenuhi data akan ditransformasi, selanjutnya data
Selain aplikasi FMA, upaya lain yang dapat dianalisis ragam dengan membandingkan F hitung
dilakukan untuk meningkatkan kualitas bibit pada dengan F tabel pada taraf 5% dan dilanjutkan dengan
pembibitan kelapa sawit adalah pemberian bahan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%.
organik. Usaha untuk meningkatkan kandungan C Benih kelapa sawit disemaikan dalam bak
organik tanah yaitu dengan penambahan bahan organik persemaian menggunakan media pasir steril selama 1
ke dalam tanah. Kompos adalah bahan organik yang bulan. Benih kelapa sawit yang sudah berkecambah
berasal dari bermacam-macam sumber yang telah (ger minated seed) disemaikan dengan cara
mengalami proses dekomposisi di bawah kondisi membenamkan benih ke dalam media lebih kurang 1
mesofilik dan termofilik (Sutanto, 2002). Kompos cm dengan radikula menghadap ke bawah dan plumula
merupakan salah satu sumber pupuk organik bagi ke atas.
tanaman. Telah terbukti penggunaan kompos hingga Media tanam yang digunakan terdiri dari tanah
takaran tertentu dapat meningkatkan hasil tanaman. subsoil dan bahan organik. Tanah diayak terlebih dahulu,
Karbon merupakan komponen paling besar dalam kemudian difumigasi dengan menggunakan Basamid.
bahan organik sehingga pemberian bahan organik akan Kemudian tanah dimasukkan ke dalam polibag yang
meningkatkan karbon tanah. Tingginya karbon tanah memiliki kapasitas ± 6 kg sebanyak 60 polibag. Polibag
ini akan mempengaruhi sifat tanah menjadi lebih baik disusun dan ditutup dengan plastik selama 1 bulan,
secara fisik, kimia, dan biologi (Utami, dan Handayani, kemudian setelah 1 bulan tanah dalam polibag disiram
2003). Sieverding (1991) menyatakan adanya tambahan sampai jenuh air. Setelah 2 minggu, tanah dalam polibag
bahan organik akan meningkatkan jumlah mikoriza akibat dicampur dengan bahan organik (kompos) yang sudah
peningkatan aerasi tanah. diautoclave dengan komposisi sesuai dengan perlakuan.
Pada dasarnya kandungan bahan organik dalam Aplikasi mikoriza dilakukan pada saat
tanah dapat ditingkatkan dengan pemberian pupuk pemindahan benih sawit yang sudah disemaikan selama
organik. Bahan organik akan meningkatkan kinerja kurang lebih 1 bulan ke dalam polibag. Pada bagian
FMA, karena karena pemberian bahan organik akan tengah polibag yang telah berisi media tanam dibuat
membuat aerasi dan perakaran tanaman menjadi lebih lubang dengan diameter ± 6 cm dengan kedalaman ±
baik, serta eksudat yang dibutuhkan FMA tersedia. Hal 10 cm. Pada dasar lubang diletakkan inokulan mikoriza
ini akan memberikan kesempatan yang lebih tinggi bagi (dengan pembawa pasir) yang mengandung 500 spora
FMA untuk bersimbiosis dengan tanaman. sesuai dengan perlakuan, lalu bibit dari pesemaian
Berdasarkan hal tersebut di atas, perlu dilakukan dimasukkan ke dalam lubang tersebut, kemudian lubang
pengujian untuk mencari jenis mikoriza, dan dosis bahan penanaman tersebut ditutup dengan media tanam.
organik yang tepat pada pembibitan kelapa sawit. Pemupukan dilakukan dengan menggunakan
pupuk NPK. Pemupukan pada penelitian ini diterapkan
BAHAN DAN METODE sesuai perlakuan dengan mengikuti standar dosis
pemupukan bibit kelapa sawit sedangkan untuk
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium pelaksanaan pemupukan pada penelitian ini seperti
Produksi Perkebunan dan rumah kaca Fakultas Pertanian terlihat pada Tabel 1.
Unila Bandar Lampung antara bulan Desember 2010 Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan
sampai dengan September 2012. penyiraman setiap hari. Pengendalian penyakit
Krisnarini et al.: Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit 239

Tabel 1. Jadwal Pemupukan

Umur Bibit Kelapa Sawit Jenis dan dosis pupuk (g/bibit)


(Minggu)
Urea NPK 15:15:7 NPK 15:7:8
Pembibitan awal
1-3 2 g/l air/100 bibit -
Pembibitan Utama
5 - 2,5 -
14 (pemupukan ke-1) - 2,5
16 (pemupukan ke-2) - 5
18 (pemupukan ke-3) - 7,5
22 (pemupukan ke-4) - 10
26 (pemupukan ke-5) - 10
28 (pemupukan ke-6) - 10
30 (pemupukan ke-7) - 10
32 (pemupukan ke-8) - 10
33 (Pengamatan)

dilakukan secara manual dengan membersihkan jamur Gigaspora sp. Isolat MV16 pada taraf bahan organik
yang ada di media tanam. 1:3 dan 1:1 memberikan hasil tinggi tanaman yang sama
Penelitian diakhiri setelah bibit berumur 6 bulan dan meningkat dibandingkan kontrol, sedangkan
setelah tanam. Peubah yang diamati adalah (1) tinggi pemberian Glomus sp. Isolat MV7 + Gigaspora sp.
tanaman, (2) bobot kering tajuk, (3) total bobot kering Isolat MV16 pada taraf 1:2 memberikan hasil tinggi
akar, (4) total bobot kering tanaman, dan (5) infeksi akar tanaman terbaik dibandingkan jenis mikoriza yang lain
dan kontrol. Pemberian bahan organik 1:1, 1:2, 1:3 pada
HASIL DAN PEMBAHASAN taraf jenis mikoriza yang sama memberikan hasil tinggi
tanaman yang sama. Sedangkan pada taraf tanpa
Pemberian Glomus sp. Isolat MV7, Gigaspora pemberian mikoriza, tinggi tanaman terbaik terdapat
sp. Isolat MV16, dan Glomus sp. Isolat MV7 + pada pemberian bahan organik 1:1 dan 1:2 (Tabel 2).

Tabel 2. Pengaruh jenis mikoriza dan bahan organik pada tinggi tanaman.
Bahan Organik : Subsoil
Perlakuan
Transformasi vx Detransformasi
Jenis Mikoriza 1:3 1:2 1:1 1:3 1:2 1:1
Tanpa 6,86 A 7,69 A 7,38 A 47,3 59,4 54,7
a b b
Glomus sp. Isolat MV7 8,07 B 7,98 AB 8,06 B 65,1 63,6 65,1
a a a
Gigaspora sp. Isolat MV16 7,90 B 7,66 AB 7,82 B 62,5 58,7 61,3
a a a
Glomus sp. Isolat MV7 + 7,96 B 8,09 B 8,23 B 63,4 65,6 67,7
Gigaspora sp. Isolat MV16 a a a
BNT 0,43
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama (huruf besar dalam kolom, huruf kecil dalam baris) tidak
berbeda nyata pada Uji BNT 5%.
240 Prosiding Seminar Nasional BKS PTN Barat : 237-243, 2014

Pemberian Glomus sp. Isolat MV7, Gigaspora bobot kering tajuk terbaik terdapat pada pemberian
sp. Isolat MV16, dan Glomus sp. Isolat MV7 + bahan organik 1:2 (Tabel 3).
Gigaspora sp pada taraf bahan organik 1:1, dan 1:3 Pemberian mikoriza Gigaspora sp. Isolat MV16,
memberikan hasil bobot kering tajuk yang sama, dan dan Glomus sp + Gigaspora sp. Isolat MV16
meningkat dibandingkan kontrol, sedangkan pada taraf memberikan hasil yang sama pada total bobot kering
1:2, pemberian Glomus sp. Isolat MV7, Gigaspora sp. akar dibandingkan dengan kontrol. Pemberian Glomus
Isolat MV16, dan Glomus sp. Isolat MV7 + Gigaspora sp. Isolat MV7 meningkatan total bobot kering akar 18,06
sp. Isolat MV16 memberikan hasil bobot kering tajuk % dibandingkan dengan kontrol.
yang sama dibandingkan dengan kontrol. Pemberian Pemberian bahan organik berbagai dosis
bahan organik 1:1, 1:2, 1:3 pada taraf jenis mikoriza memberikan total bobot kering akar yang sama (Tabel
yang sama (Glomus sp. Isolat MV7, Gigaspora sp. 4).
Isolat MV16, dan Glomus sp. Isolat MV7 + Gigaspora Pemberian Glomus sp. Isolat MV7, Gigaspora
sp. Isolat MV16) memberikan bobot kering tajuk yang sp. Isolat MV16, dan Glomus sp. Isolat MV7 +
sama. Sedangkan pada taraf tanpa pemberian mikoriza Gigaspora sp pada taraf bahan organik 1:1, dan 1:3

Tabel 3. Pengaruh jenis mikoriza dan bahan organik pada bobot kering tajuk.
Perlakuan Bahan Organik : Subsoil
Jenis Mikoriza 1:3 1:2 1:1
16,68 A 30,2 A 24,44 A
Tanpa
a b ab
40,52 B 35,76 A 39,48 B
Glomus sp. Isolat MV7
a a a
37,76 B 31,32 A 37,76 B
Gigaspora sp. Isolat MV16
a a a
39,84 B 38,32 A 46,22 B
Glomus sp. Isolat MV7 + Gigaspora sp. Isolat MV16
a a a
BNT 8,48
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama (huruf besar dalam kolom, huruf kecil dalam baris)
tidak berbeda nyata pada Uji BNT 5%

Tabel 4. Pengaruh jenis mikoriza dan bahan organik pada total bobot kering akar.

Total Bobot Kering Akar (g)


Perlakuan
Transformasi vx Detransformasi
Jenis Mikoriza
Tanpa mikoriza 3,07 a 9,70
Glomus sp. Isolat MV7 3,62 b 13,23
Gigaspora sp. Isolat MV16 3,49 ab 12,53
Glomus sp. Isolat MV7 + 3,53 ab 12,73
Gigaspora sp. Isolat MV16
Nilai BNT 0,51
Bahan Organik : Subsoil
1:3 3,45 a 12,23
1:2 3,34 a 11,45
1:1 3,49 a 12,48
Nilai BNT 0,59
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom, tidak berbeda nyata pada Uji BNT 5%
Krisnarini et al.: Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit 241

memberikan total bobot kering tanaman yang sama, Pemberian mikoriza berbagai jenis (Glomus sp.
tetapi lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Isolat MV7, Gigaspora sp. Isolat MV16, dan Glomus
Pemberian Glomus sp. Isolat MV7, Gigaspora sp. Isolat sp. Isolat MV7 + Gigaspora sp. Isolat MV16)
MV16, dan Glomus sp. Isolat MV7 + Gigaspora sp memberikan hasil yang sama pada infeksi akar, namun
pada taraf bahan organik 1:2 memberikan total bobot mengalami peningkatan 384,86 %; 384,00 %; dan 416,41
kering tanaman yang sama dengan tanpa inokulasi % secara berurutan dibandingkan dengan kontrol.
mikoriza. Pemberian bahan organik 1:1, 1:2, 1:3 pada Pemberian bahan organik berbagai dosis memberikan
taraf jenis mikoriza yang sama (Glomus sp. Isolat MV7, infeksi akar yang sama (Tabel 6).
Gigaspora sp. Isolat MV16, dan Glomus sp. Isolat MV7 Perlakuan semua jenis mikoriza (Glomus sp. Isolat
+ Gigaspora sp. Isolat MV16) memberikan total bobot MV7, Gigaspora sp. Isolat MV16, Glomus sp. Isolat
kering tanaman yang sama. Sedangkan pada taraf tanpa MV7 + Gigaspora sp. Isolat MV16) menghasilkan
pemberian mikoriza, total bobot kering tanaman terbaik respons pertumbuhan bibit sawit yang sama dan lebih
terdapat pada pemberian bahan organik 1:2, walaupun baik dibandingkan dengan kontrol. Semua jenis FMA
tidak berbeda dengan 1:1 (Tabel 5) yang diaplikasikan memiliki kecocokan dengan bibit

Tabel 5. Pengaruh jenis mikoriza dan bahan organik pada total bobot kering tanaman.
Perlakuan Bahan Organik : Subsoil
Jenis Mikoriza 1:3 1:2 1:1
24,84 A 41,24 A 34,32 A
Tanpa
a b ab
54,24 B 48,72 A 52,52 B
Glomus sp. Isolat MV7
a a a
51,08 B 41,88 A 51,48 B
Gigaspora sp. Isolat MV16
a a a
Glomus sp. Isolat MV7 + Gigaspora sp. 53,56 B 49,54 A 59,48 B
Isolat MV16 a a a
BNT 11,625
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama (huruf besar dalam kolom, huruf kecil dalam baris) tidak
berbeda nyata pada Uji BNT 5%.

Tabel 6. Pengaruh jenis mikoriza dan bahan organik pada infeksi akar.
Infeksi akar (%)
Perlakuan
Transformasi v(x+1) Detransformasi
Jenis Mikoriza
Tanpa mikoriza 1,7 a 6,53
Glomus sp. Isolat MV7 8,2 b 68,70
Gigaspora sp. Isolat MV16 8,2 b 68,43
Glomus sp. Isolat MV7 + 8,7 b 76,47
Gigaspora sp. Isolat MV16
Nilai BNT 1,58
Bahan Organik : Subsoil
1:3 6,7 a 55,95
1:2 7,0 a 57,53
1:1 6,4 a 51,63
Nilai BNT 1,84
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom, tidak berbeda nyata pada Uji BNT 5%.
242 Prosiding Seminar Nasional BKS PTN Barat : 237-243, 2014

kelapa sawit dan meningkatkan pertumbuhan bibit sawit material yang mendorong agregasi tanah sehingga dapat
dibandingkan dengan kontrol yang didukung oleh data meningkatkan aerasi, penyerapan air dan stabilitas tanah
bobot kering akar, dan infeksi akar. Hal ini diduga Pemberian bahan organik berbagai dosis pada jenis
karena adanya kompatibilitas antara FMA dan akar FMA yang sama memberikan pertumbuhan bibit sawit
tanaman. Eksudat yang dikeluarkan akar tanaman yang sama, hal ini terlihat pada variabel tinggi tanaman,
sesuai untuk FMA yang diaplikasikan, sehingga FMA bobot kering tajuk dan total bobot kering tanaman
memanfaatkan eksudat akar tersebut untuk Pemberian dosis bahan organik (1:3; 1:2; 1:1) pada setiap
pertumbuhan hifanya di awal proses infeksi dan jenis FMA memberikan respons pertumbuhan yang
kemudian membentuk jalinan hifa secara intensif sama. Hal ini mengindikasikan bahwa hifa FMA pada
sehingga tanaman yang bermikoriza akan mampu bibit yang bermikoriza mampu memperbaiki sifat tanah
meningkatkan kapasistasnya dalam penyerapan unsur pada tanah dengan bahan organik yang rendah, sehingga
hara terutama P. Dengan demikian FMA mampu pertumbuhan bibit dapat sama dengan pertumbuhan bibit
memperbaiki penyerapan hara dan meningkatkan dengan pemberian bahan organik yang lebih tinggi.
pertumbuhan tanaman. Namun, pemberian bahan organik 1:2, dan 1:1 pada
Pada penelitian ini semua takaran bahan organik perlakuan tanpa FMA memperlihatkan tinggi tanaman,
yang diaplikasikan memberikan hasil yang sama pada bobot kering tajuk dan total bobot kering tanaman yang
pertumbuhan bibit kelapa sawit yang terlihat pada data lebih baik dibandingkan bahan organik 1:3. Hal ini
bobot kering akar, dan infeksi akar. Hal ini diduga memperlihatkan bahwa pertumbuhan bibit yang tidak
karena bahan organik yang diberikan pada berbagai dosis bermikoriza dipengaruhi dosis bahan organik. Atmojo
masih dalam kriteria yang rendah dan tanah yang (2003) menyatakan bahwa kandungan bahan organik
digunakan memiliki C organik (1,443%) dalam kriteria yang cukup di dalam tanah dapat memperbaiki kondisi
rendah. Novizan (1999) menyatakan bahwa tanah sehingga mendukung pertumbuhan tanaman.
penggunaan dosis tertentu pada pupuk organik lebih Penelitian ini sejalan dengan penelitian Sidabutar (2006)
berorientasi untuk memperbaiki sifat fisik dan kimia yang menyatakan bahwa dari tiga dosis pupuk organik :
tanah daripada untuk menyediakan unsur hara. Hakim tanah (1:1), (1:2) dan (1:0) yang diaplikasikan pada
dkk. (1986) juga menyatakan bahwa semakin tinggi tanaman sawi, pupuk organik : tanah (1:2) menghasilkan
kandungan bahan organik suatu tanah makin tinggi pula pertumbuhan sawi (tinggi tanaman dan jumlah daun)
KTKnya. Namun dalam penelitian ini pemberian dosis yang lebih baik dibandingkan perlakuan (1:1), dan
bahan organik pada berbagai level masih dalam kriteria perlakuan pupuk organik tanpa tanah.
yang rendah sehingga memberikan respons pertumbuhan Hasil penelitian memperlihatkan bahwa aplikasi
yang sama. Hal yang sama didapatkan oleh Gusnidar bahan organik berbagai dosis pada setiap jenis FMA
(2011) yang melaporkan bahwa peningkatan takaran menunjukkan pertumbuhan bibit kelapa sawit yang sama.
kompos yang diaplikasikan pada tanaman padi sawah Hal ini diduga karena dosis bahan organik yang diberikan
dari 20 g/pot ke 40 g/pot menghasilkan jumlah anakan masih dalam kriteria yang rendah sehingga belum
produktif, dan bobot gabah yang sama. memperbaiki sifat-sifat tanah dan pada akhirnya belum
Berdasarkan hasil penelitian, pemberian berbagai mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang terlihat pada
jenis mikoriza pada level dosis bahan organik 1:3 dan variabel tinggi tanaman, bobot kering tajuk dan total bobot
1:1 memberikan pertumbuhan bibit sawit yang sama, kering tanaman. Pemberian dosis bahan organik yang
akan tetapi lebih baik dibandingkan kontrol yang terlihat tinggi pada semua jenis FMA tidak selalu berkorelasi
pada variabel bobot kering tajuk dan total bobot kering negatif, hal tersebut berkaitan dengan kompatibilitas
tanaman, sedangkan pemberian berbagai jenis mikoriza antara jenis FMA dan dosis bahan organik. Carrenho
pada level dosis bahan organik 1:2 memberikan dkk. (2001) melaporkan bahwa perkembangan hifa dan
pertumbuhan bibit sawit yang sama dibandingkan kontrol. sporulasi Acaulospora longula dan G. claroideum
Fenomena ini meng-indikasikan bahwa respons dilaporkan berkorelasi negatif sedangkan G. etunicatum
pertumbuhan sawit terhadap pemberian jenis FMA berkorelasi positif dengan kadar bahan organik tanah.
ditentukan oleh takaran bahan organik. Hal ini diduga
karena FMA dan bahan organik akan memperbaiki KESIMPULAN
struktur tanah sehingga perkembangan akar menjadi lebih
baik, namun takaran bahan organik akan mempengaruhi (1) Semua jenis FMA yang diaplikasikan
kerja FMA. Tisdall (2001) melaporkan bahwa hifa memberikan hasil pertumbuhan bibit sawit yang sama,
eksternal di dalam tanah sekitar akar menghasilkan dan lebih baik dibandingkan kontrol, yang didukung oleh
Krisnarini et al.: Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit 243

data total bobot kering akar, dan infeksi akar; (2) Setiap Hakim, N., A.M. Lubis, M.A. Pulung, M.Y. Nyakpa,
dosis bahan organik yang diaplikasikan memberikan M.G. Amrah, dan G.B. Hong. 1986. Pupuk
pertumbuhan bibit kelapa sawit yang sama, yang dan pemupukan. Diterbitkan oleh Badan
didukung oleh data bobot kering akar, dan infeksi akar; Penerbit Universitas Lampung untuk BKS-PTN/
(3) Respons bibit kelapa sawit terhadap pemberian jenis USAID WUAE-Project. Bandar Lampung. 288
FMA ditentukan oleh dosis bahan organiknya, yang hlm.
didukung oleh data tinggi tanaman, bobot kering tajuk,
Muzakkir. 2011. Efektivitas Berbagai Fungi
dan total bobot kering tanaman. Pertumbuhan tanaman
Mikoriza Arbuskular Indigenous terhadap
yang tidak bermikoriza dipengaruhi oleh dosis bahan
Pertumbuhan Tanaman Jarak Pagar
organik, sedangkan tanaman yang bermikoriza tidak
(Jatropha curcas L.). Jurnal Jerami, 4(1): 40-
dipengaruhi oleh dosis bahan organik ; (4) Kombinasi
44.
perlakuan terbaik antara FMA dan dosis bahan organik
untuk pertumbuhan bibit kelapa sawit yaitu jika tanaman Novizan. 1999. Pemupukan Yang Efektif. Makalah
tidak bermikoriza, maka dosis bahan organik yang terbaik Pada Kursus Singkat Pertanian. PT Mitratani
adalah 1:1 dan 1:2. Jika tanaman bermikoriza, dosis Mandiri Perdana. Jakarta.
bahan organik tidak mempengaruhi pertumbuhan Pahan, I. 2011. Panduan Teknis Budidaya Kelapa
tanaman. Sawit. Penerbit Swadaya . Jakarta. 218 hlm.
DAFTAR PUSTAKA Sidabutar, R.M. 2006. Pengaruh Pemberian Pupuk
Organik terhadap Produksi Sawi (Brassica
Atmojo, S.W. 2003. Peranan Bahan Organik juncea L.) dan Beberapa Sifat Kimia Tanah
terhadap Kesuburan Tanah dan Upaya Andisol. Skripsi. Universitas Sumatra Utara.
Pengelolaannya. Pidato Pengukuhan Guru Medan.
Besar Ilmu Kesubur an Tanah. Faperta Sieverding, E. 1991. Function of Mycorrhiza Vesicular
Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 36 hlm. Arbuscular Mycorrhiza Management in
Brundrett, M.C., N. Bougherr, B. Dells, T. Grove, and Tropical Agrosystems. Eshborn, Germany. p. 57-
N. Malajczuk. 1996. Working with mycorrhizas 70.
in forestry and agriculture. ACIAR. Peter Siregar, S. 2013. Minyak Sawit Sumbang 39,6%
Lynch (Ed.) Pirie Printers Canberra. Australia. Produksi Minyak Nabati Dunia 2012. http://
374p. www.indonesiafinancetoday.com/read/42570/
Carrenho R., E.S. Silva, S.F.B. Trufem, and V.L.R. Minyak-Sawit-Sumbang-396-Produksi-Minyak-
Bononi. 2001. Successive cultivation of maize Nabati-Dunia-2012. (Diakses tanggal 30 Mei
and agricultural practices on root 2013)
colonization, number of spores and species Smith, S.E. dan D.J. Read. 2008. Mycorrhizal
of arbuscular mycorrhizal fungi. Brazilian J. Symbiosis. London. Academic Press. 90 hlm.
Microbiology, 32: 262-270.
Sutanto, R. 2002. Pertanian Organik Menuju
Departemen Perindustrian. 2007. Gambaran Sekilas Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan.
Industri Minyak Kelapa Sawit. Sekretariat Kanisius. Yogyakarta.
Jenderal Departemen Perindustrian. 23 hlm.
Tisdall, J.M. 2001. Fungal hyphae and structural
Gusnidar, Y. Fatmawita, dan R. Nofianti, 2011. stability of soil. Aust. Journal Soil. Res. 29:729-
Pengaruh kompos asal kulit jengkol 743.
(Phitecolobium jiringa (Jack) Prain ex King)
terhadap ciri kimia tanah sawah dan produksi Utami, S.N., dan S. Handayani. 2003. Sifat Kimia
tanaman padi. Jurnal Solum, 8(2): 17-27. Entisol pada Sistem Pertanian Organik. Ilmu
Pertanian : 10(2): 63-69.

Anda mungkin juga menyukai