DI
Gedung Academic Activity Center (MC) Dayan Dawood
Universitas Syiah Kuala
Ecfltor:
Syakur
Suwardi
Fikrinda
Manfarizah
Halaman
Kata Pengantar
Kata Sambutan Ketua Panttla
Potensi dan Keberlanjutan Budidaya Padi Sawah di lahan Gambut Pantai TImur 1
Sumatera Utara, Abdul Rauf dan Rahmawaty
Aliran Permukaan, Erosi dan Kadar Hara Sedimen aklbat TIndakan Konservasi 27
Tanah Vegetatif pada Pertanaman Kelapa Sawit, Zahrul Fuady, Halus Satriawan,
dan Nanda Mayani
Efek Sallnltas pada Pertumbuhan dan Produksl Beberapa Varletas Padi Sawah dl 47
Kecamatan Percut Sel Tuan Kabupaten Deli Serdang, Wan Arflanl Barus, Abdul
Rauf, B. Sengli J. Damanik('t), dan Rosmayati
Panen Air Hujan Menggunakan Rorak dan Saluran Resapan dalam Pengelolaan 54
Lahan Pala Berkelanjutan Kabupaten Aceh Selatan, Fachruddin, Mustafril, Budl
Indrs Setiawan, dan Prastowo
Analisis Kualttas Tanah yang Telah Mengalami Konversi Lahan Menjadi Lahan 65
Industri Batu Bata di Kabupaten Serdang Bedagai, Muhammad Rlzwan, dan Abdul
Rauf
Manajemen Restorasi Rawa Tripa di Provinsi Aceh, Halrul Basrl dan Ahmad Reza 88
Kasun
Pengaruh Pemberian Azospiril/um Sp. Menggunakan Carrier Kompos dan Pupuk 109
Urea dalam Meningkatkan Serapan Nitrogen serta Pertumbuhan Tanaman Tebu
(Saccharum officinarum L), Wanda Syahdul Haq, Sarlfudln, dan T. Sabrina
Peningkatan Ketahanan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) terhadap 118
Cekaman Air Melalui Penggunaan Va-Mikoriza Di Rumah Kasa, Asmartaill Sahar
t-;anaflah, T. Sabrina, Diana Sofia Hanafiah dan Vossl C Manurung
Dampak Pemupukan Nitrogen Terhadap Hama Penggerek Satang dan Pelipat 125
Daun Padi, Hendrival
Pengaruh Gulma Siam Terhadap Kandungan Bahan Organlk Tanah dan 134
Pertumbuhan Sawi di Entisol, Fikrinda dan Nazlr Akhmad
Pemanfaatan Kompos Jerami Dan Biochar pada Dosis Pupuk NPK yang Berbeda 142
untuk Meningkatkan Kesehatan Tanah dan Hasil Tanaman Padi Berbasis
Teknologi IPAT-BO, Anla Citraresmlni, Bobby Clinton Siregar, Emma Trtnuranl
Sofyan, Tien Turmuktini dan Tualar SimaTmata
Efek Residu Pupuk Organik dan Penambahan Pupuk Anorganik terhadap Sifat 160
Kimla dan Biologi Tanah pada tahan Sawah Tadah Hujan, EIIl Afrida, Abdul Rauf,
Hamidah Hanum, dan Didik Hamowo
Kandungan P Tanah dan Pertumbuhan Jagung yang Olpengaruhi Oleh Aplikasi 167
Mikroba Pelarut Fosfat dan Pupuk P pada Tanah Marginal, Betty Natalie Fltrlatln,
Anny Vuniartl, dan Tlen Turmuktini
Seleksi Isolat Bakteri Penambat Nz Asal Tanah dan Tanaman Padi Sawah dalam 175
Menlngkatkan Pertumbuhan dan Kandungan N Planlet Pad! Sawah, Mleke
Rochlml Setiawati, Pujawatl Suryatmana, dan Dlyan Herdlyantoro
Pertumbuhan dan Produksi Kedelai (Glycine max (L) Me" ) pada Ultisol Yang 182
Oiinokulasi dengan Rhizobakteri Penghasil Fitohormon IAA, Agustian, Muthia
Oktavtana, dan Lusi Maira
Dampak Inkubasi Kombinasi Kompos Jerami dan Biochar pada Berbagai Oosis 190
Pupuk NPKterhadap C-Organik dan Populasi M!kroba Tanah serta Hasil Tanaman
Padi Berbasis Teknologi Budidaya IPAT-BO,Ania Citraresmlnl, Ivan Ezer Barus,
Yullatl Machfud, dan Tualar Simarmata
BIDANG KESUBURANTANAH
Biochar dan Kompos Memperbaiki Sifat Kimia dan Biologi Tanah Andisol pada 201
Dataran Tlnggi Aceh Tengah, Sufardl, Muyasslr, dan Darwin Efendl
Ameliorasi Air laut Untuk Tanah Gambut Dataran Rendah Sumatera, Sarifuddln, 213
Zulkifli Nasution, A. Rauf dan B. Mulyanto
Fosfor Total, P Tersedia Tanah dan Serapan P Tanaman Jagung akibat Pemberian 221
Kompos Sampah Pasardan Pupuk Fosfat pada Fluventic Eutrudepts, Yusra
Formula Pupuk untuk lahan Padi Sawah Tercemar Kadmium dan Timbal, Rlja 230
Sudlrja, Benny Joy, Santi Rosniawaty, Ade Setiawan, dan Dadang Supriatna
Pengaruh Bahan Organik Terhadap Sifat Kimia Tanah Abu Vulkanis yang Dikapur 239
serta Produksi tanaman gandum (Triticum oestivum L) OJ Alahan Panjang,
Syafrlmen Yasin, Irfan Suliansyah, Gusnldar, Junlartl, dan Irwan Darfis
Peningkatan Fosfat Larut dari Batuan Fosfat dengan Campuran Limbah Cair 248
Industri Tapioka dan Asam Sulfat pada Waktu Ihkubasi Berbeda, Alnln Niswati,
Riana Maullda, Abdul Kadlr Salam, dan Sri Yusnalnl
Hasil Dan Kadar Gula Jagung Manis Dengan Aplikasi Pupuk Hayati dan berbagai 271
Sumber Pupuk P , Asrltanarni Munar, Alridiwirsah, dan Dani Prayoga
Keragaman Genetik Padi Lokal Aceh Toleran Nitrogen Rendah, Bakhtlar, 278
Muyasslr, dan Chairunas
Respons Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max (L) Merr.) Terhadap Intensitas 285
Cahaya Rendah, Taufan Hidayat, Zaitun, Hasanuddln
81DANGKLASIFIKASITANAHDAN EVALUASILAHAN
Karakterisasl Ultisol Oi Perkebunan Kelapa Sawit PTPNI Pulau Tiga Aceh Tamiang, 291
Teti Arabia, AshabuJ Anhar, Fikrinda, dan Noor Falqoh Mardatln
Karakteristik dan Kriteria KesesuaianLahan Untuk Jagung(Zea mays L.) di Oaerah 301
Tropika Basah SuJawesi Selatan, Risma Neswatl, Chrlstlanto lopulisa, dan
Hemusye Husnl
Aplikasi Sistem Informasi Geografis untuk Memetakan Daya Dukung Lahan 309
Permukiman di Banda Aceh, Indonesia, Muhammad Rusdi, Ruhlzal RooslI, dan
Mohd Sanusl S. Ahamad
Evaluasi Kemampuan lahan untuk Pertanian di Sub Das Krueng Sieumpo Aceh, 317
Halus Satrlawan, Erwin Masruliiarahap, Rahmawaty, dan Abubakar Karim
Analisis Kesesuaian lahan Tanaman Padi Sawah sebagai lahan Pertanian Pangan 327
Berkelanjutan di Kabupaten Aceh Selatan, Mustafrll
Auks C02 Andisol dari Tanaman Hortikultura di Bogor Jawa Barat, Jon Hendri, 337
Suwardl, Basukl Sumawinata, dan Owl Putro Tejo Baskoro
Karakteristik Kimia dan Total Elemental Oksida Abu Vulkanis Gunung Sinabung 356
Kabupaten Karo PascaErupsi Januari 2014, Dian Flantls, Shamshuddin Jusop, dan
Eric Van Ranst
Effect 0/ Slam Weed Application on Soil Organic Motter And The Growth 0/ Mustord on
Entisol
A8STRAK
Ametiorasl tanah dengan memanfaatkan bahan organik yang berasal dari gulma slam dilakukan
dalam penelitian Inj untuk mengetahui dampaknya terhadap kandungan bahan organik dan
pertumbuhan sawl dl Entlsol. Rancangan acak kelompok dlgunakan dengan gulma slam dalam
bentuk pupuk hljau dan kompos sebagai faktor pertama dan dosis bahan organik tersebut (5, 10,
15, 20, and 25 Mg ha·1)sebagai faktor kedua yang diujl. Hasil penelitlan menunjukkan tidak
adanya interaksl yang nyata di antara faktor yang diuji terjadl semua faktor yang diamati.
Kandungan bahan organik tanah lebih tinggi akibat apllkasi kompos gulma siam sedangkan pup uk
hljau memberikan pengaruh lebih balk terhadap penlngkatan pertumbuhan sawi Oumlah daun,
panjang tajuk, kadar hijau daun, dan berat basah berangkasan). Aplikasl 15 Mg ha" gulma slam
meningkatkan secara nyata jumlah daun sawl.
Kata kunci: gulma slam, pupuk hijau, kompos, bahan organik, dan Entlsol
ASTRACT
5011amelioration using siam weed as organic manure were done to investigate its effects on soil
organic matter and the growth of mustard on Entisol. ThIs study was arranged in block
randomized design. The examtned factors were type of organic manures (green manure and
compost) and the dose of them (5, 10, 15, 20, and 25 Mg ba"]. The result indicated that there
were no Significant interactions of both treatments found on all parameters. Compost of siam
weed Influenced soli organic matter of Entisol better than the other while the green manure af
the weed increased the grawth of mustard (the number of leaf, the shoot length, leaf green
content, and wet weight of mustard shoot). Application of lS Mg ha·J oj siam weed increased the
number of mustard leaf significantly.
Key words; siam weed, green manure, compost, organic matter, and Entisol
PENDAHULUAN
Bahan organik tanah memegang peranan penting terhadap kesuburan tanah (Styger et 01.,
2009) karena kemampuannya mempengaruhi pertumbuhan tanaman (Walpola &
Arunakumara 2011). Menurut Okoye et 01. (2008), selain pH, kadar bahan organik tanah
mempengaruhi tingkah laku unsur hara di tanah dan ketersediaannya bagi tanaman untuk
mengabsorbsinya. Komponen tanah ini merupakan sumber (1) hampir 90-95% nitrogen, (2) 5-
60% fosfor, (3) 80% sulfur, serta boron dan molibdenum dalam jumlah besar (Donahue et 0/.,
1990). Karena itu peningkatan bahan organik sebagai sumber pembentukan humus
(KriauciUniene et a/., 2012) diperlukan untuk memperbaiki kesuburan Entisol sebagai media
pertumbuhan tanaman.
134
Upaya meningkatkan bahan organik tanah sekaligus kesuburan tanah dapat dilakukan dengan
penambahan amandemen organik seperti pupuk hijau, pupuk kandang, dan kompos (Maiti,
2013). Kualitas bahan organik yang diaplikasikan ke tanah sebagai amandemen sangat
penting, karena mempengaruhi sifat-sifat fisik, kimia, dan biologi tanah (Baldi et al., 2010).
Banyak tanaman yang dijumpai di alam berpotensi sebagai sumber bahan organik baik dalam
bentuk segar (bahan pupuk hijau) maupun kompos. Efektivitas kedua bentuk bahan organik
tersebut sangat tergantung tujuan. Menurut Cooperband (2002) dan Crow &. Dunn (2013),
bahan organik segar seperti pupuk hijau lebih banyak berperan dalam menyumbang unsur-
unsur hara esensial bagi tanaman dan mikroorganisme tanah ketika bahan tersebut
terdekomposlst di tanah. Selain ltu, bentuk aplikasi bahan organik lainnya dapat berupa
kompos yang merupakan produk humifikasi bahan organik (Sharma et 01. 2013). Pupuk
organik Ini memiliki kemampuan untuk memperbalki sifat-sifat fisik, kimia, dan biologi tanah
(Ozores-Hampton et 01., 2011).
Berbagai jenls tumbuhan yang dianggap tidak diinginkan atau menimbulkan masalah (yang
dikenal sebagai guima) berpotensi sebagai bahan organik. Tumbuhan ini banyak dijumpai di
pegunungan, habitat terganggu dan pada laban-laban pertanian. Pemanfaatan gulma sebagai
sumber bahan organik, sekaJigusdapat mengurangi pengaruh buruk yang ditimbulkan pada
tanaman yang dibudldayakan.
Gulma siam (Chromolaena odorato) merupakan salah gulma penting pada lahan pertanian.
Menurut Kone et al (2012) C. odorata memperbaiki bahan organik tanah, aktvitas biologi
tanah, dan ketersediaan hara tanaman akibat tingginya produksi biomassa (Nawaz &Georgev,
2004; Kastono, 2005; Roder et 01. 2004). Karena itu, gulma ini berpotensi sebagai sumber
bahan organik, bahkan kandungan N, K, dan Ca pada bahan organik ini lebih tinggi daripada
pupuk kandang sapi (Suntoro er 01., 2001). Menurut Tetteh et 01. (2008) apllkasi C. odorata
sebagai bahan organik dapat dilakukan sebagai pupuk hijau, mulsa, atau kompos.
Besarnya potensi gulma siam tersebut mendorong dilakukannya penelitian ini untuk
mengetahui pengaruh pupuk hijau dan kompos dengan bahan baku gulma siam terhadap
kandungan bahan organik tanah dan pertumbuhan sawi pada Entisol.
METODE PENEllTlAN
Bahan tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Entisol dari Desa Kajhu, Aceh Besar.
Penelitian berlangsung sejak Mei hingga Oktober 2010 di Desa Kopelma Darussalam, Banda
Aceh.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan pola faktorial. Faktor
pertama yang diteliti adalah gulma siam dalam bentuk segar dan kompos sedangkan faktor
kedua adalah dosis gulma tersebut yang terdiri atas empat taraf (5, 10, 15, dan 20, dan 25
Mg ha"). Perlakuan ini diulang tiga kali sehingga diperoleh 30 satuan percobaan.
135
--- ------------------_-
Gutma siam yang akan digunakan dalam penelitian inl dianalisis beberapa sifat kimianya (Taber
2) dan dipersiapkan dalam dua bentuk, yaitu dalam bentuk segar dan kompos. Sebelum
digunakan, kompos yang dihasilkan diayak dengan lubang ayakan 2 mm. Selanjutnya bahan
organik yang telah dipersiapkan dicampur secara mereta sesuai perlakuan dengan tanah yang
terdapat di dalam pot dan diberi air hingga kapasitas lapang dan diinkubasikan selama sepuluh
hari sebelum ditanami sawi.
Analisis data
Data hasil analisis dan pengamatan dianalisis dengan ANOVA dan BNT5%.
136
sangat rendah (label 1). Tekstur paslr berlempung pada Entisol yang digunakan dalam
penelitian ini ini diduga menyebabkan bahan organik yang ditambahkan mudah mengalami
pencucian sehingga mempengaruhi kandungan bahan organik tanah. Tekstur tanah kasar
menyebabkan kehilangan C-organik lebih besar (Dlamini et 01., 2014).
label 3 menunjukkan aplikasi kompos gulma siam meningkatkan kandungan bahao organik
tanah lebih banyak (176%) daripada dalam bentuk pupuk hijau (172%). lebih rendahnya C/N
gulma siam dalam bentuk kompos menyebabkan bahan organik ini lebih cepat membentuk
bahan organik tanah. Selain itu, rendahnya C/N meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah
dalam mempercepat terbentuknya bahan organik tanah. Menurut Kriauciuniene (2012) laju
dekomposlsi residu tanaman tergantung pada komposisi kimianya seperti rasio C/N,
konsentrasl N dan lignin.
Tabel 3. Kandungan bahan organik tanah akibat pengaruh gulma siam sebagai bahan organik
Pertumbuhan Tanaman
Hasil penelitian menunjukkan bentuk aplikasl gulma siam sebagai bahan organik
mempengaruhi secara nyata jumlah daun, Kadar hljau daun, dan berat basah berangkasan atas
tanaman, namun berpengaruh tidak nyata terhadap panjang tajuk. Berbeda halnya dengan
bentuk aplikasi, perlakuan dosis aplikasi hanya berpengaruh nyata terhadap jumlah daun sawi.
Tabel 4 menunjukkan jumlah daun terbanyak dijumpai akibat aplikasi gulma siam dalam
bentuk segar dan dosis yang digunakan sebanyak 15 Mg ha". Adanya nitrogen pada gulma
siam (label 1) diduga mampu menyuplai unsur hara tersebut untuk menunjang pertumbuhan
sawl pada tanah yang dicobakan.
Rendahnya unsur hara terutama nitrogen maupun kandungan bahan organik dan kondisi
tanah berpasir pada Entisol yang dicobakan (Tabel 1) juga diduga menyebabkan tanaman
memberikan respon yang lebih besar terhadap penambahan gulma siam dalam bentuk segar.
Nitrogen merupakan unsur hara makro yang diperlukan untuk pertumbuhan vegetatif
tanaman. Menurut TIsdale et 01. (1990) unsur Ini meningkatkan pertumbuhan vegetatif, Kadar
protein, dan organ-organ vegetatif tanaman. Daun merupakan salah satu organ vegetatif dan
sawi merupakan tanaman sayuran yang dikonsumsi bagian daunnya.
Perlakuan dosis gulma siam 15 Mg ha? memberikan efek terbaik terhadap jumlah daun yang
hanya berbeda nyata dengan perlakuan dosis 20 dan 25 Mg ha-1• Tingginya kandungan
nitrogen pada bahan organik tersebut diduga menyebabkan pemberian 15 Mg ha-~ bahan
137
organik tersebut dapat menyumbang nitrogen untuk memenuhi kebutuhan sawi. Selain itu,
kondisi tersebut diduga juga meneiptakan kondisi tanah terbaik untuk pertumbuhan sawi.
Tabel 4. Jumlah daun akibat pengaruh gulma siam sebagai bahan organik
Peningkatan dosis aplikasi gulma siam menyebabkan jumlah daun yang terbentuk lebih sedikit.
Hal ini diduga berhubungan dengan meningkatnya kontribusi senyawa alelopati yang
terkandung pada bahan organik tersebut sehingga dapat menghambat pertumbuhan tanaman.
Nawaz dan George (2004) menyatakan bahwa gulma siam banyak mengandung senyawa
alelopati dan menurut Suwal et 01., (2010) senyawa tersebut lebih tinggi dijumpai pada bagian
daun dibandingkan batang dan akar.
Tldak seperti halnya terhadap jumlah daun, perlakuan gulma siam sebagai bahan organik tidak
memberikan pengaruh yang nyata terhadap panjang tajuk. Hasil ini menunjukkan sumbangan
hara oleh bahan organik tersebut lebih banyak berperan untuk pembentukan daun
dibandingkan untuk meningkatkan panjang tajuknya.
Tabel 4 menunjukkan gulma siam dalam bentuk segar memberikan perbedaan yang nyata
dengan bentuk kompos terhadap kadar hijau daun. Terjadinya perbedaan tersebut diduga
berhubungan dengan lebih tingginya kandungan nitrogen pada gulma segar. Nitrogen
merupakan salah satu unsur hara pembentuk klorofil yang menyebabkan daun menjadi hijau.
Menurut Pagola et 01. (2009) nitrogen merupakan salah satu komponen struktur utama dari
klorofil dan status hara tersebut berkorelasi dengan kehijauan daun.
Selain nitrogen, kandungan Mg yang relatif lebih tinggi (Tabel 2) diduga menjadl penyebab
lebih hijaunya daun yang mendapat perlakuan gulma siam segar. Magnesium merupakan
komponen mineral penyusun klorofil (Laegreid et 01., 1999) sehingga pemberian gulma siam
dalam bentuk bahan organik segar dapat meningkatkan kandungan klorofil daun.
Perlakuan dosis siam tidak memberlkan pengaruh yang nyata terhadap tingkat hijau daun
dlduga karena sumbangan N oleh gulma inl sebagai bahan organik menyebabkan kadar N total
tanah setiap perlakuan memiliki nilai yang relatif sama yaltu pada kisaran 0,09-0,1% (data tidak
ditunjukkan) sehlngga berdampak terhadap kadar hijall daun.
138
Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan gulma siam dalam bentuk pupuk hijau (segar)
menghasilkan berat basah berangkasan atas tanaman lebih tinggi dibandingkan perlakuan
kompos. Hal ini diduga berhubungan dengan lebih banyaknya jumlah daun dan kadar klorofil
akibat perlakuan tersebut sehingga fotosintat yang dihasilkan juga lebih banyak yang
menyebabkan bobot tanaman menjadi lebih besar. Daun merupakan organ tanaman yang
berfungsi untuk melakukan proses fotosintesis dan proses tersebut dibantu oleh adanya
klorofil.
Penyebab lain diduga berhubungan dengan kandungan hara yang dimi!jld bahan organik
tersebut. Selain fosfor, kandungan hara pada gulma siam segar lebih tinggi dibandingkan
dalam bentuk kompos sehingga hal tersebut menyebabkan bobot tanaman menjadi lebih
tlnggi. Nwinuka i2009) menyatakan bahwa daun Chromo/aena odorata kava akan minerai
seperti Ca, Na, K, Fe, Mn,ln, Cu, P, dan Mg.
Tldak nyatanya pengaruh dosl ...hahan orgrlnlk tp.rhrldar klnrofil daun (Tabel 4) juga berdampak
terhadap tidak nyatanya berat basah berangkasan atas tanaman karena klorofil merupakan
prasyarat terjadinya fotosintesis yang menghasilkan peningkatan karbohidrat bagi tanaman.
Menurut Channappagoudar et JI. (2007) l.:lju futosintl:sjs Ja(, kader klofOfil Yii,lg ~bih tinggi
meningkatkan total akumulasi bahan kering.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penelitian ini di(i~nai g~ri DIPA l)n~yiah Tahun Anggaran 20l0, No.: 00117/023-04.2/112Q10
Tanggal 31 Desember 2009 dan untuk itu penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan
dana tersebut. Selain itu juga kepada Sdr. Wan Muhammad Ikhsan yang telah membantu
pelaksanaan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Baldi, E., Toselli, M., Marcolini, G., Quartieri, M., Cirillo, E., Innocenti, A., Marangoni, B., 2010.
Compost can successfully replace mineral fertilizers in the nutrient management of
commercial peach orchard. Soil Use Manage. 26, 346-353
Channappagoudar, B.B., N.R.Biradar, J.B.P & C.A.A. Gasimani. 2007. Utilization of Weed
Biomass as an Organik Source in Sorghum. Karnataka 1. Agric. Scl., 20(2): 245-24
139
Cooperband, L. 2002. Building Soil Organic Matter with Organic Amendments. Center for
Integrated Agricultural Systems. University of Wisconsin-Madison.
http://www .das.wisc.edu/wp-content/ uploadstl008/07/soi lorgmtr. pdf
W. T. Crow and R. A. Dunn. 2013. Soil Organic Matter, Green Manures and Cover Crops For
Nematode Management. UF/IFAS Extension. University of Florida.
http://edis.ifas.ufl.edu/vh037
Dlamini, P., P. Chivenge, A. Manson, & V. Chaplot. 2014. land degradation impact on soil
organic carbon and nitrogen stocks of sub-tropical humid grasslands in South Africa
Geoderma 235-236 :372-381
Donahue, R.L., R.W. Miller, & J.c. Shickluna. 1990. Soils-An introduction to soils and plant
growth. 5th Ed. PHI, New Delhi
Kastono, D. 2005. Tanggapan pertumbuhan dan hasil kedelai hitam terhadap penggunaan
pupuk organik dan biopestisida gulma siam (Chromo/aena odorata). IImu Pertanian Vol.
12 (2): 103 -116
Kone, A.W., E. F. Edoukou, J. T. Gonnety, A. N. A. N'Dri, L. F. E.Assemien, P. K. T. Angui, & J. E.
Tondoh. 2012. can the shrub Chromo/aena odorata (Asteraceae) be considered as
improving soil biology and plant nutrient availability? Agroforest Syst 85:233-245
KriauciUniene, Z., R.Velicka,& S. Raudonius. 2012. The influence of crop residues type on their
decomposition rate in the soil: a litterbag study. Zemdirbyste=Agriculture. Vol. 99(3):
227-236
Laegreid, M., O.C. Bockman, O. Kaarstad. 1999. Agriculture, Fertilizers, and the Environment.
CABI Publishing, New York
MaitiS.K. 2013. Ecorestoration of the coalmine degraded lands. Springer, New Delhi. 361 p.
Nawaz, M. & S. George. 2004. Eupatorium [Chromo/aena odorota (L.) King and Robinson]
biomass as a source of organik manure in okra cultivation. Short communication.
Journal ofTropical Agriculture 42 (1-2): 33-34
Nwinuka, N., B Nwlloh, J Eresama. 2009. Nutritional and potential medicinal value of
Chromo/aena odorata leaves. International Journal of Tropical Agriculture and Food
Systems. Vol 3, No 2
Okoye, N.H., IJ. Chuku., & PAC. Okoye. 2008. Bloremediation of metals by cassava stems
and leaves. /n proceedings of annual international conference and exhibition of chemical
society of Nigeria. 22-26/09/08. Warri-Delta State, Nigeria P 423-428
Ozores-Hampton, M., Stansly, P.A., Salame, T.P., 2011. Soil chemical, physical, and biological
properties of a sandy soil subjected to long-term organic amendments. 1. Sustain. Agric.
35, 243-259. http://dx.doi.org!10 1080/10440046.2011.554289.
Pagola, M., R. Ortiz, I. Irigoyen, H. Bustince, E. Barrenechea, P. Aparicio-Tejo, C. lamsfus & B.
tasa- 2009. New method to assess barley nitrogen nutrition status based on image
colour analysis: Comparison with SPAD-S02. Computers and Electronics in Agriculture.
Volume 65 (Issue 2): 213-218
Reeves, D.W. 1997. The role of soil organic matter in maintaining soil quality in continuous
cropping systems. Soil TIllage Res.43,131-167
Roder, W., S, Maniphone, B. Keoboualapha, & K. Fahrney. 2004. Fallow improvement in
upland rice systems with Chromo/aena odorota. /n cairns M (Ed.). Voices from the
140
forest:integrating indigenous knowledge into sustainable upland farming. John Hopkins
University Press,Baltimore. Pp 134--143
Sharma, N., P. Buragohain, D.Tandon, & R. Kaushal. 2013. Comparative study of potential
cellulolytic and xylanolytic bacteria isolated from compost and their optimization for
industrial use. Journal of Agroalimentary Processesand Technologies 19(3), 284-297
Styger, E., E. C. M. Fernandes, H. M. Rakotondramasy, & E. Rajaobelinirina. 2009. Degrading
uplands in the rainforest region of Madagascar: Fallow biomass, nutrient stocks, and soil
nutrient availability. Agroforest Syst 77:107-122
Suntoro, Syekhfani, E. Handayanto & Soemarno. 2001. Penggunaan Bahan Pangkasan Krinyu
(Chromo/aena odorata) untuk Meningkatkan Ketersediaan P, K, Ca, dan Mg pada Oxic
Dystrudepth di Jumapolo, Karanganyar, Jawa Tengah. Agrivlta. XXIII (1): 20-26
Suwal, M.M., A. Devkota, & H.D. lekhak. 2010. Allelopathic effects of Chromo/aena odorato
(l.) King & Robinson on seed germination and seedlings growth of paddy and barnyard
grass. SCientific World, Vol. 8, No.8: 73-75
Tetteh, F. M., E.V.Safo, & c. Quansah. 20OS. Decomposition and fertilizing effects of maize
stover and Chromotaena odorata on maize yield. Agricultural and Food Science Journal
of Ghana. Vol. 7: 541-560
TIsdale, S.L, W.l. Nelson, & J.D. Beaton. 1990. Soil Fertility and Fertilizers. 4th Ed. Macmillan
Publ. Co., New Vorl<
Walpola, S.c. & K.K.I.U. Arunakumara. 2011. Carbon and nitrogen mineralization of a plant
residue anmended soil. The effect of salinity sress. Sangladish J. Scientific and Industrial
Research46(4): 565-572
141
KARAKTERISASI ULTJSOL 01 PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PTPN 1
PULAU T1GA ACEH TAMIANG
ABSTRAK
Penelltlan ini bertujuan untuk mengetahul karakterlstik Ultisol dl perkebunan kelapa sawit PTPN
I, Kecamatan Pulau Tlga, Kabupaten Aceh Tamiang. Di lapangan diamatl sifat-slfat morfologinya,
kemudian diambil bahan tanahnya dari setiap horison dan dianalisis sifat fisika dan kimia dl
laboratorium. Pada permukaan ped terdapat deplesi redoks kroma 1, hal Ini menunjukkan
reduksi yang kuat. Pada penggal penentu (horison Bt) terdapat peningkatan lIat (horison argilik).
Nilai bobot isi berbanding terbalik dengan permeabilitas dan porositas. NUai kadar air pada
kapasltas lapang adalah 22 - 24%. Reaksi tanah (pH) berbanding lurus dengan kejenuha n basa
(KB), pada semua horison mempunyai nllai KB dan pH yang rendah. C-organlk, N total, P tersedia,
dan K dd rendah. Kapasitas tukar kation dan asam-asam dapat dltukar tinggi. Semua horison
mempunyai nilai A pH yang mendekatl nol, yang merupakan tanah tua dengan kesuburan tanah
rendah. Terdapat faktor-faktor penghambat dalam pengelolaan tanah, yaitu dijumpai lapisan
penghambat perakaran, reaksi tanah masam, C-organik, N total, P tersedla, basa-basa dd, dan KB
yang rendah.
ABSTRACT
Thisstudy was aimed to investigate the characteristicsof Ultisolsin oilpalm plantation at PTPNI,
Sub district of Pulau Tlga, District of Aceh Tam/ong. The study observed its morphological
characteristics and evaluated its physical and chemical characteristics at each horizon. On the
surface of ped, there was a depletion of redox chroma 1 indicating a strong reduction. On the
control section (the Bt horizon) there was an increase in clay (argillichonzon). The soils bulk
density was inversely proportional to the permeability and porostt». The soils water contents 22-
24% of field capadty. Soil reaction (pH) at each horizon was low that was proportional to bose
saturation (8S). Besides, the so/ls organic C, total N, available P, and exchangeable K were low,
while cation exchange capacity and exchangeable acid were hIgh. Horizonshad a L1 pH closing to
zero value, an old soil with low soilfertility. There were limiting factors such as inhibiting rooting
growth, acid soil reaction, and low in organic C, total N, available P, exchangeable bases, 85.
PENDAHULUAN
Pengembangan kelapa sawit rakyat di Aceh umumnya dilakukan pada tanah-tanah sub-
optimal, dimana hampir 50% areal pengembangan adalah pada tanah ordo Ultisol. Di Aceh
terdapat Ultisol seluas 2.763.298 ha (BAPPEDAAceh, 2009).
Ultisol adalah tanah berwarna merah kuning yang sudah mengalami proses hancuran ikllm
yang sudah lanjut, basa-basanya tercuci sehingga tanah bereaksi masam dan memiliid
291
kejenuhan AI yang tinggi serta kandungan unsur hara makro terutama P, K, Ca, dan Mg dan
kandungan bahan organik yang rendah, sehingga diperlukan pengapuran dan pemupukan
serta pengelolaan yang baik. Rendahnya ketersediaan P disebabkan karena terfiksasi liat AI dan
Fe membentuk AI-P dan Fe-Pyang sukar larut (Prasetyo dan Suradikarta, 2006).
Kendala pengembangan Ultisol pada daerah beriklim basah adalah mempunyai topografi
bergelombang yang tukup kompleks. Erosl tanah merupakan salah satu penyebab degradasi
lahan yang dominan di samping penyebab lain seperti peneucian hara dan akumulasi unsur-
unsur beracun. Oleh karena itu lahan ini digolongkan sebagai lahan sub-optimal dengan tingkat
produktivitas yang rendah. Tanaman yang dibudidayakan pada Ultisol yang kritis tldak mampu
berproduksl seeara optimal jlka dikelola secara konvensional (Hakim et 01., 1997).
Penelltian terhadap Ultisol telah banyak dilakukan dl berbagai tempat (Subardja, 1986;
SuhardJo dan Prasetyo, 1998; Prasetyo et 01., 2005; Prasetyo dan Suriadikarta, 2006), namun
demikian karakteristik Ultisol sangat beragam. Ultisol mempunyallima subordo, yaltu: Aquult,
Humult, Udult, Ustult, dan Xerult; masing-masing subordo mempunyai karakterlstik yang
berbeda-beda (Soil Survey Staff, 2010). Selain itu di perkebunan kelapa sawalt PTPN I Pulau
Tiga Aceh Tamiang selama ini belum memiliki data tentang karakterlstlk tanah yang lengkap,
hanya uji kesuburan tanah untuk mengetahui dosis pupuk anjuran.
Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik Ultisol (morfologi,
fisika, dan kimia) di perkebunan kelapa sawit PTPNI Pulau nga Aeeh Tamiang. Diharapkan hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai pengetahuan bagi masyarakat di sekitar perkebunan,
dan sebagai pertlmbangan bagi pemerintah setempat tentang karakteristlk, usaha
pengembangan dan pengelolaan Ultisol untuk perkebunan terutama kelapa sawit,
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di perkebunan sawit rakyat dan PTPN I Pulau Tlga Aceh Tamiang,
Provinsl Aceh. Penelitian Ini dlmulai dan bulan April 2013 sampal dengan November 2013.
292
Persiapan/Pengumpulan Data
Hal-hal yang harus dipersiapkan sebelum penelitian adalah:
1. Studi kepustakaan untuk mendapatkan data, informasi dan laporan-Iaporan yang
berhubungan dengan lokasi penelitian. Data dan informasl tersebut dihimpun dari
berbagai media dan instansi terkait.
2. Penyusunan proposal penelitian.
3. Persiapan perlengkapan dan bahan-bahan penelitian.
4. Pengurusan surat-surat perizinan.
293
diayak dengan ayakan 5 mesh dahulu sebelum dianalisis. Analisis tanah di lapangan dan dl
laboratorium disajikan pada Tabell.
Anallsis Data
1. Analisis data primer, yaitu data yang didapatkan darl hasil pengamatan lahan dl lapangan
dan analisis sampel tanah di laboratorium.
2. Analisis data sekunder yaitu data yang didapat dari instansi terkait (data iklim, peta-peta),
serta wawancara dengan masyarakat dl sekitar lokasi penelitian. Analisis data Inl dilakukan
sebagai data penunjang untuk karakteristik morfologi, fisika dan kimia tanah di Pulau Tlga
Kuala Simpang Aceh Tamiang.
HASILDAN PEMBAHASAN
WamaTanah
Warna tanah merupakan sifat morfologi tanah yang paling mudah dibedakan. Warna
merupakan petunjuk untuk beberapa slfat tanah. Tanah dengan drainase jelek atau sering
jenuh air berwama kelabu dan menunjukkan adanya reduksi. Dalam Taksonomi Tanah, warna
tanah digunakan sebagai penciri suatu horison, tanah dengan regim kelembaban akuik yang
kuat (tereduksi) mempunyai kroma rendah (s 2) dan value tinggi (t!: 4) (Soil Survey Staff, 2010).
294
Tabel 2 menunjukkan pada pedon Pulau TIga warna tanah pada horison Ap masuk ke dalam
epipedon okrik, walaupun mempunyai C-organik 1.82% (> 0.6%), tetapi mempunyai value
lembab 4 (> 3) dan ketebalan horison Ap < 18 em (17 em), sehingga tidak memenuhi syarat
sebagai epipedon mollik. Pada horlson Ap, Btl, serta horison Bt2 dan BC dijumpai perrnukaan
ped berwarna 5G 6/1 (hijau pucat), lOG 7/1 (kelabu kehijauan terang), serta lOG 8/1 (kelabu
kehijauan terang). Hal ini menunjukkan terjadinya reduksi yang kuat, tereerrnin dari nama
tanahnya Aquic Arenic Hap/udu/t.
Tekstur Tanah
Tekstur adalah perbandingan fraksi pasir, debu, dan Hat dalam massatanah yang ditentukan di
laboratorium. Pada pedon Pulau Tiga memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan jumlah liat
pada penggal penentu/contro/ section (horiscn Btl dan Btl sebagai horison peneiri Ultisol)
yaitu Btl 55% dan menurun pada Bt2 46% dibandingkan dengan horison di atasnya (AB)
sebesar 45%. Pada tingkat great group nama tanah adalah Hap/udult (Hapl = sederhana),
horison berkembang minimum, hanya 111 em, sedangkan kedalaman > 111 em merupakan
horison peralihan dari B ke C (BC), dengan kesuburan yang rendah. Horison B-nya digolongkan
ke dalam horison argilik (harison penimbunan liat).
Pedon Pulau Tlga mempunyai nilai bobot isi pada horison Bt (1.28, dan 1.48 gfcm3) lebih tinggi
dibanding horison AB di atasnya (1.17 g/em3), hal ini menunjukkan bahwa pada harison Bt
tanah paling padat (penimbunan liat). Nilai perrneabllitas berbanding terbalik dengan bobot isi,
yaitu terjadl penurunan dan horison AB menuju Bt2 (1.38, 0.15, dan 0.27 em/jam) dengan
295
kriteria agak lambat - lambat, hal ini disebabkan Makin padat tanah gerakan air menuju ke
horison bawah Makin lambat. Nilai porositas berkisar dari 45.7 - 41.1% yang diisi oleh air dan
udara « 50%), sedangkan sekitar 54.3 - 58.9% diisi oleh bahan padat (mineral dan organik).
Suatu tanah yang ideal umumnya diisi oleh air dan udara sekitar 50%, hal Ini menunjukkan
bahwa di lokasi tersebut terjadi pemadatan tanah. Pemadatan tanah pada horison argilik (Bt)
yaitu horison penimbunan liat, merupakan lapisan penghambat perakaran, terutama untuk
tanaman perkebunan yang mempunyai akar yang lebih dalam. Ultisol merupakan tanah yang
tidak stabil dan terletak di daerah yang berlereng dapat menyebabkan erosi, dan apabila
lapisan tanah yang berada di atas lapisan penghambat perakaran tersebut jenuh air dapat
terjadi longsor.
Karakterlstik KlmiaTanah
Karakteristik kimia tanah di lokasi penelitian dlsajikan pada Tabel 3.
Reaksl Tanah
Nilai angka untuk reaksi tanah dinyatakan sebagai pH. Makin rendah nllal angkanya Makin
tinggi tingkat kemasamannya, Makin tinggi nilai angkanya Makin tinggi nllai alkalinitasnya.
Tabel 3 menunjukkan pada pedon Pulau Tiga pada penggal penentu (horison Btl dan BU) nilai
pH H20 berkisar dari 4.4 - 4.6 (sangat masam - masam), nilai Il pH-nya (selisih pH KCIdengan
pH H20) adalah -0.6 sampai -0.4. Tanah-tanah yang subur umumnya memperlihatkan antara
nilai pH H20 dan pH KCIturun 1 satuan sehingga Il pH -1, sedangkan pada lokasi penelitian nilai
Il pH muatannya hampir mendekati 0 (-0.6 sampal -0.4), bahkan pada lapisan pasir Il pH +0.2
hal ini menunjukkan tanah bermuatan posit if, kesuburan sangat rendah.
C - Organik Tanah
Kandungan C-organik pada tiap horison merupakan petunjuk besarnya akumulasi bahan
organik pada tanah tersebut. Kadar C-organik pada pedon Pulau Tiga berkisar darl 0.25 -
0.51% (sangat rendah), sedangkan pada laplsan top solI (horison A dan AB) mempunyai C-
organik 3.82 - 1.49% (tinggi - rendah), hal ini dlsebabkan pada laplsan tanah atas dijumpai
akar-akar tanaman kelapa sawit yang melapuk dalam jumlah yang banyak, sehingga
mempengaruhi nilai C-organik. Kadar C-organik mengikuti pola menurun menurut ke dalam,
horison Ap 3.82% menurun hingga ke lapisan pasir 0.08%.
296
hara-hara tersebut juga dapat berasal dari pelapukan batuan yang ada pada tanah tersebut.
Fosfor pada pH rendah diikat oleh AI dan Fe, sehlngga ketersediaannya rendah.
8asa-basa Tanah Dapat Ditukar
Basa-basa dapat ditukar terdiri dari kation kalium (K), natrium (Na), kalsium (Ca), dan
magnesium (Mg) dengan satuan cmol(+) I(g-l atau me/100 g. Nisbah Ca/Mg merupakan
petunjuk tingkat pelapukan dan perkembangan tanah secara relatlf. Makin rendah nisbah,
makin lanjut pelapukan. Total kation-kation basa dipengaruhi oleh curah hujan dan sifat bahan
induk. Semakin tinggi curah hujan maka kandungan basa-basa semakin rendah akibat proses
pencuclan yang makin intensif (Arlfln, 1994).
Pedon Pulau Tiga pada penggal penentu (horison Btl dan Bt2) nilai pH H20 berkisar dari
sangat masam - masam, kompleks pertukaran tanah ditempati kation-kation basa yang
kandungannya berklsar dari rendah sampal sedang, dengan urutan sebagai berikut: K 0.20 -
0.23 me/100 g (rendah), Na 0.47 - 0.50 me/100 g (sedans), Ca 6.20 - 4.44 me/1OOg (sedang -
rendah), dan Mg 0.80 -1.14 me/100 g (rendah - sedang) (Stat Pusat Penelitian tanah, 1983).
Kandungan kapasitas tukar kation pada pedon Pulau Tlga berkisar 18 - 26 me/100 g tanah
(sedang - tinggi), sedangkan nilai pH-nya sangat masarn - masam, hal ini disebabkan pada
kompleks jerapan tanah yang dijerap bukan hanya kation-kation basa juga kation-kation asam,
sehingga mempunyai nilai KTKsedang - tinggi.
Kejenuhan 8asa
Kejenuhan basa berhubungan erat dengan pH tanah, dimana tanah dengan pH rendah
umumnya mempunval kejenuhan basa rendah, sedangkan tanah pH tinggi mempunyai
kejenuhan basa tinggi pula.
Nilai kejenuhan basa (KB) pada pedon Pulau Tlga berkisar 30 - 35% (rendah), hal ini sejalan
dengan nilai pH tanah yang sangat masam - masam. Menurut Hardjowigeno (2003b)
kejenuhan basa berhubungan erat dengan pH tanah, dimana tanah-tanah dengan pH rendah
mempunyai kejenuhan basa yang rendah, karena tanah didominasi oleh kation-kation asam
seperti AI dan H.
297
rl
m
00
N
o
M
II)
m
00
r-,
ID
III
o en
III m
'o:t CD 00 00 00
N N rl rl
N N
N rtl
CD
N
u:i
o N N
00 o rl
ci ..i ..i
00 o o
r-. N N
-i u:i iii
00
N
ci
00 m N
N N N
ci ci ci
EM 00
III
M
CD
o
rl
c: c.C'I'!
<'II c. m .-l N 00
;e
di r-. CD rl
c: I 10 o o
Q)
C.
Z 0
..
rl
ci ci ci
III III 00
N N o
ci ci ci
III III CD CD
<I ciI ci,
9 9
o o
-i -i
00
en
N
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pedon di daerah penelitian (Pulau Tlga) terdapat deplesi redoks kroma 1 pada permukaan
ped, yang menunjukkan reduksi yang kuat.
2. Pedon Pulau Tlga, penggal penentunya (horison Bt) bertekstur Hat. Pada kedua pedon di
lokasi penelitian terdapat penambahan tiat sehingga termasuk ke dalam horison argillk.
Nilai bobot isi berbanding terbalik dengan permeabilitas dan porositas, serta nila; kadar air
pada kapasitas lapang 22 - 24%.
3. Reaksi tanah berbanding lurus dengan kejenuhan basa, yaitu rendah. C-organik, N total, P
tersedia, dan K dd rendah. Asam-asam dapat ditukar (H dan AI) tinggi - sangat tinggi dan
kapasitas tukar kation sedang - tinggi (18 - 37 me/100 g). Semua horison mempunyai nilai
A pH yang mendekati nol, yang merupakan tanah tua dengan kesuburan tanah rendah.
Saran
Penelitian lnl merupakan sebagian dari penelitian yang didanai oleh: Penelitian Prioritas
Nasional Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomllndonesia 2011- 2025
(PENPRINASMP3EI 2011-2025)
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M. 1994. Pedogenesis Andlsol berbahan induk abu volkan andesit dan basalt pada
beberapa zona agrokfimat di daerah perkebunan teh Jawa Barat. Disertasi Doktor.
Program Pascasarjana,Institut Pertanian Bogor.
BAPPEDAAceh. 2009. Peta Jenis Tanah Provo Aceh Skala 1:1700000. Peta Adm. Provo Aceh,
AGDC/Aceh Geospasial Data Centre.
Cameron, N.R., A. Ojunuddin, SA Ghazali, H. Harahap, W. Keats, W. Kartawa, Miswar, H.
Ngablto, N.M.S. Rock, dan R. Whandoyo. 1981. Peta Geologi ternbar Langsa, Sumatra.
Kerjasama Teknik antara Departemen Pertambangan RI dan Overseas Development
Administration UK.
Hakim, N., G. IsmaiL, Mardinus dan H. Muchtar. 1997. Perbaikan lahan Kritis dengan Rotasi
Tanaman dalam Budidaya Lorong. Prosiding Simposium Penelitian Tanaman Pangan III.
Puslitbangtan. Deptan. Hal. 1656-1664.
Hakim, N., Nyakpa MJ., Lubis, A.M., Nugroho, S.G.,Saul, M.R., Diha, M.A., Go, B.H., dan Bailey,
H.H. 1986. Oasar-dasarIImu Tanah. Unila. Lampung.
Hardjowigeno, S.2oo3a. KlasifikasiTanah dan Pedogenesis.Akademika Pressindo. Jakarta.
Hardjowigeno, S. 2003b. IImu Tanah. Edisi Baru. PT. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.
299
Prasetyo, B. H. dan D. A. Suradikarta. 2006. Karakteristik, potensl, dan teknologi pengelolaan
tanah Ultisol untuk pengembangan pertanian lahan kering di Indonesia. Jurnal litbang
Pertanian 25(2): 39-46.
_____ -r D. Subardja, dan B. Kaslan. 2005. Ultisol dari bahan volkan andesitic di lereng
300