Anda di halaman 1dari 10

Stock Peternakan Vol. 1 No.

1 , 2019 ISSN 2599-3119

PENGARUH PEMBERIAN FOSFAT TERHADAP PERTUMBUHAN


RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum) DITANAH ULTISOL
PADA PEMOTONGAN KEDUA

Haryadi1*, Supriyono2 dan Bela Putra2


1
Alumni Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian
2
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Muara Bungo

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian fosfat dan


mendapatkan mendapatkan perlakuan terbaik fosfat terhadap pertumbuhan rumput
gajah pada pemotongan kedua. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Percobaan
Fakultas Pertanian Universitas Muara Bungo yang terletak di Kecamatan Bathin
III Kabupaten Bungo Provinsi Jambi, dengan ketinggian tempat ±101 m dpl, jenis
tanah ultisol dengan pH ±4,5 (marfologi dusun Sungai Binjai 2014). Penelitian
dilaksanakan mulai Juni 2017 sampai dengan Agustus 2017.
Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK),
yang terdiri dari 5 perlakuan dan 4 kelompok yaitu : F0 (Tanpa Pupuk SP36), F1
(80 kg (SP-36)/ha), F2 (100 kg (SP-36)/ha), F3 (120 kg (SP-36)/ha) dan F4 (140
kg (sp-36)/ha). Sedangkan Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah
jumlah anakan (batang), panjang daun, tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai),
luas daun total (cm2) dan produksi segar (Kg/petak). Data yang diperoleh dari
pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisis ragam, bila hasil analisis
berpengaruh nyata maka dilanjutkan dengan uji Duncan News Multiple Range
Test (DNMRT) pada taraf 5 %.
Hasil penetian menunjukkan bahwa pupuk Fosfat tidak berpengaruh nyata
terhadap jumlah anakan (batang), panjang daun (cm), tinggi tanaman (cm), jumlah
daun (helai), luas daun total (cm2) dan produksi segar (Kg/petak). Pemberian
fosfat dengan perlakuan F0 (tanpa pupuk SP-36)/ha merupakan perlakuan yang
cenderung mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman rumput gajah
(Pennisetum purpureum).

Kata Kunci : Fosfat, Pertumbuhan dan Rumput gajah

PENDAHULUAN rumiansia yang setiap harinya


membutuhkan cukup banyak hijauan.
Hijauan merupakan salah satu Kebutuhan hijauan akan semakin
bahan makanan ternak yang sangat banyak sesuai dengan bertambahnya
diperlukan bagi kehidupan dan jumlah populasi ternak yang dimiliki.
kelangsungan populasi ternak. Produktifitas ternak akan mudah
Sehingga hijauan dijadikan sebagai tercapai dengan adanya pakan yang
pakan utama untuk mendukung mengandung nutrisi yang tinggi,
usaha peternakan, terutama bagi salah satu tanaman yang
peternak yang memelihara ternak mengandung nutrisi yang tinggi

*
Korespondensi
(corresponding author):
haryadiumb001@gmail.com
Stock Peternakan Vol. 1 No. 1 , 2019 ISSN 2599-3119

adalah rumput gajah. Kandungan Ultisol bisa ditingkatkan, salah satu


nutrient rumput gajah terdiri atas: caranya adalah dengan pemberian
bahan kering (BK) 19,9%; protein pupuk fosfat.
kasar (PK) 10,2%; lemak kasar (LK) Pemberian fosfat merupakan
1,6%; serat kasar (SK) 34,2%; abu salah satu cara mengelola tanah
11,7%; dan bahan ekstrak tanpa ultisol, karena di samping kadar P
nitrogen (BETN) 42,3% (Rukmana, rendah, juga terdapat unsur-unsur
2005). yang dapat meretensi Fosfat yang
Rumput gajah (Pennisetum ditambahkan. Kekurangan P pada
purpureum) berasal dari Afrika, tanah ultisol dapat disebabkan oleh
tanaman ini diperkenalkan di kandungan P dari bahan induk tanah
Indonesia pada tahun 1962, dan yang memang sudah rendah, atau
tumbuh alami di seluruh dataran Asia kandungan P sebetulnya tinggi tetapi
Tenggara. Di Indonesia sendiri, tidak tersedia untuk tanaman karena
rumput gajah merupakan salah satu diikat oleh unsur lain seperti Al dan
tanaman hijauan pakan ternak yang Fe. Ultisol pada umumnya
memegang peranan yang amat memberikan respons yang baik
penting, karena hijauan mengandung terhadap pemupukan fosfat (Prasetyo
hampir semua zat yang diperlukan dan Suriadikarta, 2006).
hewan (Mihran, 2008).
Kendala perkembangan METODE PENELITIAN
rumput gajah di Indonesia adalah Alat dan Bahan
lahan subur yang sedikit karena Alat dan bahan yang
banyak lahan yang di gunakan untuk digunakan dalam penelitian ini
lahan pertanian, salah satu alternatif adalah: cangkul, parang, penggaris,
yang bisa di manfaatkan adalah tanah meteran, alat tulis, tali rafia, dan plat
ultisol. papan merek serta timbangan.
Tanah Ultisol termasuk Penelitian ini dilakukan
bagian yang luas dari lahan kering mengunakan Rancangan Acak
yang ada di Indonesia yaitu Kelompok (RAK) dengan 5
45.794.000 ha atau sekitar 25 % dari perlakuan dan 4 kelompok yaitu F0
total luas daratan Indonesia (Tanpa pupuk SP-36), F1 (80 kg (SP-
(Subagyo, dkk, 2000). Tanah Ultisol 36)/ha setara dengan 44,8 g/petak),
memiliki kandungan bahan organik F2 (100 kg (SP-36)/ha setara dengan
yang sangat rendah sehingga 56 g/petak), F3 (120 kg (SP-36)/ha
memperlihatkan warna tanahnya setara dengan 67,2 g/petak) dan F4
berwarna merah kekuningan, tekstur (140 kg (sp-36)/ha setara dengan
tanah ini adalah liat hingga liat 78,4 g/petak)
berpasir (Hardjowigeno, 1993). Setiap perlakuan
Tanah ultisol sering diidentikkan dikelompokkan atas 4 kelompok
dengan tanah yang tidak subur, sehingga jumlah seluruh petak
dimana mengandung bahan organik percobaan adalah 20 petak. Ukuran
yang rendah, nutrisi rendah dan pH setiap petak adalah 2,8 m x 2 m
rendah (kurang dari 5,5) tetapi dengan jarak antara petakan 60 cm
sesungguhnya lahan ini bisa dan jarak antar kelompok 100 cm
dimanfaatkan jika dilakukan jarak tanaman 50 cm x 70 cm
pengelolaan (Munir, 1996). sehingga dalam petak percobaan
Kekurangan unsur hara pada tanah terdapat 16 tanaman dan jumlah

*
Korespondensi
(corresponding author):
haryadiumb001@gmail.com
Stock Peternakan Vol. 1 No. 1 , 2019 ISSN 2599-3119

keseluruhannya adalah 320 tanaman, dengan uji Duncan New Multiple


jumlah tanaman sampel yang diamati Range Test (DNMRT) pada taraf 5
4 tanaman setiap petak. Sehingga % (Steel and Torrie, 1994).
jumlah tanaman sampel 80 tanaman.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelaksanaan Penelitian
Adapun pemeliharaan yang Jumlah Anakan (batang)
dilakukan adalah berupa penyiangan Analisis ragam menunjukkan
dan penyiraman. penyiangan bahwa pemberian fosfat tidak
dilakukan pada daerah sekitar media berpengaruh nyata terhadap jumlah
tanam dari gulma dan rumput- anakan (batang) rumput gajah di
rumputan yang tumbuh disekitar tanah ultisol pada pemotongan
penanaman. Penyiangan dilakukan kedua. Rataan jumlah anakan
sekali yaitu pada 28 hari setelah tanaman rumput gajah pada masing-
pemotongan pertama. Tujuan dari masing perlakuan fosfat di tanah
penyiangan yaitu untuk ultisol pada pemotongan kedua dapat
membersihkan tanaman dari gulma. dilihat pada Tabel 1.
Cara penyiangan dilakukan dengan Tabel 1. Rataan jumlah anakan
cara pencabutan gulma tersebut. rumput gajah pada perlakuan
Sedangkan Penyiraman tanaman pemberian fosfat di tanah ultisol
dilakukan dua kali sehari yaitu pada pada pemotongan kedua
pagi hari antara pukul 7.00 – 9.00 Perlakuan Rataan (Batang)
Wib dan sore hari antara pukul 16.00 F0 2,81
– 18.00 Wib. Penyiraman dilakukan F1 3,19
dengan menggunakan gembor dan
pada musim hujan tidak di lakukan F2 2,56
penyiraman. F3 3,44
Tanaman rumput gajah F4 3,38
dipanen pada umur 56 hari setelah KK = 24,59 %
pemotongan pertama. Waktu yang Keterangan : Perlakuan tidak berpengaruh
terbaik untuk memotong tanaman nyata terhadap jumlah anakan (P>0,05)
adalah pada fase vegetatif, sebelum
pembentukan bunga. Pemotongan Dari Tabel 1 dapat dijelaskan
batang rumput gajah ditinggalkan 10 bahwa perlakuan pemberian fosfat
cm dari permukaan tanah karena tidak berpengaruh nyata terhadap
pemotongan batang tanaman yang jumlah anakan rumput gajah di tanah
terlalu pendek menyebabkan ultisol pada pemotongan kedua
semakin lambatnya pertumbuhan (P>0,05). Hal ini diduga fosfat yang
kembali. diberikan masih terjerap oleh Al
Peubah yang diamati dalam yang tinggi pada tanah ultisol,
penelitian ini adalah Jumlah Anakan sehingga P menjadi tidak tersedia
(batang), Panjang daun (cm), tinggi bagi tanaman yang berdampak pada
tanaman (cm), Jumlah Daun (helai), jumlah anakan.
Luas Daun Total (cm2), dan Produksi Menurut Hakim et al, 1986
Segar. Untuk melihat pengaruh pada tanah ultisol ketersediaan unsur
perlakuan, data hasil pengamatan hara sangatlah kecil. Hal ini
dianalisis dengan analisis ragam, bila disebabkan rendahnya pH yang
berpengaruh nyata maka dilnjutkan mengakibatkan reaksi-reaksi pada
tanah tidak dapat berlangsung
*
Korespondensi
(corresponding author):
haryadiumb001@gmail.com
Stock Peternakan Vol. 1 No. 1 , 2019 ISSN 2599-3119

dengan baik serta kelarutan Al dan Perlakuan Rataan (cm)


Fe yang terlalu tinggi sehingga F0 116,54
mengikat unsur hara P menjadi 116,65
F1
bentuk yang tidak tersedia bagi
F2 114,33
tanaman. Buckman dan Brady,
(1982) juga menyatakan bahwa F3 119,16
kejenuhan Al yang tinggi pada F4 117,16
ultisol, maka fosfor yang ada dalam KK = 6,88 %
tanah atau yang ditambahkan dalam Keterangan : perlakuan tidak berpengaruh
bentuk pupuk akan diikat oleh Al nyata terhadap panjang daun (P> 0,05).
menjadi bentuk yang tidak larut dan
ketersediannya rendah bagi tanaman. Berdasarkan Tabel 2 diatas
Sedangkan Prasetyo dan Suriadikarta dapat dilihat bahwa pemberian fosfat
(2006) Kekurangan P pada tanah tidak berpengaruh nyata terhadap
Ultisol dapat disebabkan oleh panjang daun rumput gajah di tanah
kandungan P dari bahan induk tanah ultisol pada pemotongan kedua
yang memang sudah rendah, atau (P>0,05). Hal ini diduga pupuk fosfat
kandungan P sebetulnya tinggi tetapi belum dapat bereaksi sepenuhnya
tidak tersedia untuk tanaman karena pada tanah ultisol yang mempunyai
diserap oleh unsur lain seperti Al dan pH rendah sehingga perolehan semua
Fe. faktor pertumbuhan akan tiap-tiap
Penelitian Vanis (2007) pada tanaman masih dalam jumlah yang
rumput gajah yang diberi pupuk urea sama untuk kehidupan terutama
100 kg/ha dan pupuk kandang 14 selama fase vegetatif, sehingga
ton/ha dibawah tegakan pohon tanaman menunjukkan penambahan
Sengon tidak menunjukan pengaruh panjang daun yang sama.
yang nyata terhadap jumlah anakan Menurut Lingga dan
pada 60 hari setelah pemtongan Marsono (2013) ketersediaan fosfor
pertama yang menghasilkan jumlah dalam tanah ditentukan oleh banyak
anakan sebesar 2,64 anakan/ rumpun faktor, tetapi yang paling penting
pada 60 hari setelah pemotongan adalah pH tanah. Pertumbuhan
pertama. tanaman sebagai hasil dari suplai
unsur hara termasuk unsur P tidak
Panjang Daun (cm) lepas dari peranan pH tanah yang
Hasil analisis ragam optimum bagi proses penyeyapan
menunjukkan bahwa pemberian unsur P oleh tanaman.
fosfat tidak berpengaruh nyata Menurut Harjadi (1993)
terhadap panjang daun (cm) rumput bahwa kesuburan tanah secara
gajah di tanah ultisol pada tidak langsung berhubungan dengan
pemotongan kedua. Rataan panjang komposisi kimia dari mineral-
daun tanaman rumput gajah pada mineral anorganik primer, sedangkan
masing-masing perlakuan fosfat di faktor yang paling penting adalah
tanah ultisol pada pemotongan kedua tingkatan bentuk hara yang tersedia
dapat dilihat pada Tabel 2. bagi tanaman. Tingkatan tersebut
Tabel 2.Rataan panjang daun rumput tergantung pada banyak faktor di
gajah pada perlakuan pemberian antaranya kelarutan zat hara, pH
fosfat di tanah ultisol pada tanah, kapasitas pertukaran kation,
pemotongan kedua

*
Korespondensi
(corresponding author):
haryadiumb001@gmail.com
Stock Peternakan Vol. 1 No. 1 , 2019 ISSN 2599-3119

tekstur tanah, dan jumlah bahan yang memiliki hubungan positif


organik yang ada. dalam hal saling mendukung
proses penyerapan hara secara
Tinggi Tanaman (cm) keseluruhan. Seperti diijelaskan
Analisis ragam menunjukkan Nasution (1990) dalam Purwati
bahwa pemberian fosfat tidak (2011) bahwa didalam tanah yang
berpengaruh nyata terhadap tinggi ideal bagi bercocok tanam kadar
tanaman (cm) rumput gajah di tanah masing-masing unsur hara yang
ultisol pada pemotongan kedua. dibutuhkan tanah harus berimbang.
Rataan tinggi tanaman rumput gajah Lebih lanjut Lingga dan Marsono
pada masing-masing perlakuan fosfat (2013) tercukupinya jumlah unsur
di tanah ultisol pada pemotongan hara lain dapat meningkatkan
kedua dapat dilihat pada Tabel 3. penyerapan fosfor. Sebagai contoh,
Tabel 3. Rataan tinggi tanaman Amonium yang berasal dari nitrogen
rumput gajah pada perlakuan dapat meningkatkan penyerapan
pemberian fosfat di tanah ultisol fosfor.
pada pemotongan kedua
Perlakuan Rataan (cm) Jumlah Daun (helai)
F0 187,42 Hasil analisis ragam
F1 197,30 menunjukkan bahwa pemberian
F2 184,12 fosfat tidak berpengaruh nyata
F3 201,41 terhadap jumlah daun (helai) rumput
F4 202,54 gajah di tanah ultisol pada
KK = 10,23 % pemotongan kedua. Rataan jumlah
Keterangan : perlakuan tidak berpengaruh daun tanaman rumput gajah pada
nyata terhadap tinggi tanaman (P>0,05) masing-masing perlakuan fosfat di
tanah ultisol pada pemotongan kedua
Tabel 3 diatas menunjukan dapat dilihat pada Tabel 4
bahwa pemberian fosfor tidak Tabel 4. Rataan jumlah daun rumput
berpengaruh nyata terhadap tinggi gajah pada perlakuan pemberian
tanaman rumput gajah pada tanah fosfat di tanah ultisol pada
ultisol pada pemotongan kedua yang pemotongan kedua
berarti pertambahan tinggi tanaman Perlakuan Rataan (Helai)
rumput gajah dipengaruhi oleh unsur
F0 20,56
hara tanah. Namun demikian diduga
kondisi tanah penelitian dalam F1 22,06
keadaan sama bagi tanaman sehingga F2 20,44
usaha perbaikan tanah dengan F3 22,31
penambahan pupuk SP-36 F4 22,88
menunjukkan pengaruhnya secara KK = 10,56 %
tidak nyata bagi pertumbuhan Keterangan : perlakuan tidak berpengaruh
maupun perkembangan tinggi nyata terhadap jumlah daun (P>0,05)
tanaman rumput gajah pada tanah
ultisol pada pemotongan kedua. Berdasarkan Tabel 4 terlihat
Kemampuan tanaman rumput bahwa pemberian fosfat tidak
gajah menyerap unsur P yang berpengaruh nyata terhadap jumlah
diberikan juga tidak terlepas dari daun. (P>0,05). Hal ini diduga unsur
peran ketersediaan unsur hara lain hara P yang terdapat dalam pupuk

*
Korespondensi
(corresponding author):
haryadiumb001@gmail.com
Stock Peternakan Vol. 1 No. 1 , 2019 ISSN 2599-3119

SP36 tidak dapat digunakan karena tanaman rumput gajah pada masing-
tanah tempat tumbuh diduga masing perlakuan fosfat di tanah
memiliki pH rendah. Sehingga unsur ultisol pada pemotongan kedua dapat
hara untuk meningkatkan jumlah dilihat pada Tabel 5.
daun rumput gajah pada pemotongan Tabel 5. Rataan luas daun total
kedua belum cukup dan berimbang. rumput gajah pada perlakuan
Hakim et al., (1986) juga pemberian fosfat di tanah ultisol
menyatakan bahwa pemberian pupuk pada pemotongan kedua
pada tanah-tanah yang tidak subur Perlakuan Rataan (cm2)
akan memberikan kotribusi yang F0 5891,37
cukup besar bagi penyediaan hara F1 5995,12
tanaman. Besar dan kecilnya jumlah F2 5662,71
pupuk yang diberikan tidak akan F3 6398,70
berpengaruh langsung pada F4 6571,06
pertumbuhan tanaman bila tanah asal KK = 18,29 %
sebelum dilakukan pemupukan Keterangan : perlakuan tidak berpengaruh
memang tergolong miskin hara. nyata terhadap luas daun total (P>0,05)
Menurut Harjowigeno (1999),
penambahan unsur hara kedalam Dari Tabel 5 diatas dapat
tanah pada prinsipnya adalah dalam dinyatakan bahwa pemberian fosfat
rangka menyediaan hara tersedia tidak berpengaruh nyata terhadap
bagi tanaman. Pada tanah-tanah yang luas daun total. Hal ini diduga fosfat
tidak subur efek perbedaan yang diberikan belum tersedia dan
volume dan satuan berat pupuk masih terjerat oleh Al karena pH
yang diberikan akan kurang terlihat tanah masih rendah sehingga unsur
karena memang pada dasarnya tanah hara untuk pertambahan luas daun
asal yang digunakan miskin terhadap total belum terserap sempurnaoleh
hara tersebut. Suwignyo et al., tanaman rumput gajah pada tanah
(2016) pemberian pupuk fospat tidak ultisol.
berpengaruh terhadap pertumbuhan Jutono (1987) dalam
tanaman disebabkan jumlah Sumaryo dan Suryono (2000)
ketersediaan P relatif sama. menyatakan bahwa pupuk SP-36
Pada tanah-tanah PMK merupakan pupuk P dalam bentuk
ketersediaan unsur phospat biasanya super fosfat yang mengandung 36%
rendah dan cederung mengandung Al P2O5 yang di dalam tanah tidak
yang tinggi sehingga pemberian segera tersedia dan sebagian
pupuk biasanya cenderung tidak terfiksasi. Sedangkan menurut
efektif, karena sebagian besar pupuk Engelstad, (1997), Fosfat umumnya
yang diberikan akan terjerap di diserap oleh tanaman dalam bentuk
dalam koloid tanah. ion ortofosfat primer H2PO4- atau
ortofosfat sekunder HPO42-
Luas Daun Total (cm2) sedangkan PO43- lebih sulit diserap
Analisis ragam menunjukkan oleh tanaman. Bentuk yang paling
bahwa pemberian fosfat tidak dominan dari ketiga fosfat tersebut
berpengaruh nyata terhadap luas dalam tanah bergantung pada pH
daun total (cm2) rumput gajah di tanah. Lebih lanjut Hanafiah (2005)
tanah ultisol pada pemotongan menyatakan bahwa pada pH lebih
kedua. Rataan luas daun total rendah, tanaman lebih banyak

*
Korespondensi
(corresponding author):
haryadiumb001@gmail.com
Stock Peternakan Vol. 1 No. 1 , 2019 ISSN 2599-3119

menyerap ion ortofosfat primer, dan gajah. Penyerapan unsur hara oleh
pada pH yang lebih tinggi ion tanaman dipengaruhi oleh beberapa
ortofosfat sekunder yang lebih faktor yaitu pH tanah, Kapasitas
banyak diserap oleh tanaman. Tukar Kation (KTK) dan bahan
Menurut Sutopo (2003), organik tanah. Tanah ultisol adalah
penambahan unsur hara P pada tanah yang bersifat masam dan
tanaman jagung tidak mendorong mempunyai pH yang rendah
meningkatnya pertambahan luas sehingga pupuk fosfat yang
daun karena unsur hara P bukanlah diberikan tidak dapat diserap
faktor pembatas indeks luas daun. tanaman rumput gajah secara optimal
Menurut Goldsworthy dan Fisher karena ketersediaan P sangat
(1992), faktor yang dapat dipengaruhi oleh pH tanah.
mempengaruhi besarnya indeks luas Terbatasnya unsur P pada
daun antara lain adalah jarak tanam tanah percobaan adalah memang
dan penyediaan unsur hara nitrogen. merupakan salah satu ciri jenis
1. Produksi Segar (kg/petak) tanah setempat, seperti dijelaskan
Hasil analisis ragam Prasetyo dan Suriadikarta (2006)
menunjukkan bahwa pemberian bahwa kandungan hara pada tanah
fosfat tidak berpengaruh nyata ultisol umumnya rendah. Kondisi
terhadap produksi segar (kg/petak) ini diperburuk oleh kemasaman
rumput gajah di tanah ultisol pada tanah, pada kondisi masam,
pemotongan kedua (Lampiran 9). kebanyakan unsur hara di tanah tidak
Rataan produksi segar tanaman atau kurang tersedia bagi tanaman.
rumput gajah pada masing-masing Selain dapat meracuni tanaman,
perlakuan fosfat di tanah ultisol pada kandungan Aluminium yang tinggi
pemotongan kedua dapat dilihat pada dapat pula mengendapkan anion-
Tabel 6. anion yang dibutuhkan tanaman
Tabel 6. Rataan produksi segar terutama senyawa fosfat, sehingga
rumput gajah pada perlakuan senyawa fosfat tidak tersedia bagi
pemberian fosfat di tanah ultisol tanaman.
pada pemotongan kedua Meskipun secara statistik
Perlakuan Rataan (kg/petak) tidak berpengaruh nyata terhadap
F0 4,40 pertumbuhan dan produksi tanaman
4,08 rumput gajah secara keseluruhan tapi
F1
jika dilihat dari rataan yang
F2 3,06 dihasilkan pemberian fosfat
F3 4,53 cenderung meningkatkan
F4 3,45 pertumbuhan dan produksi rumput
KK = 34,54 % gajah dimana perlakuan F3
Keterangan : perlakuan tidak berpengaruh mempunyai produksi yang lebih
nyata terhadap luas daun total (P>0,05) tinggi yaitu 4,53 Kg/petak sedangkan
rata-rata terendah terdapat pada
Berdasarkan Tabel 6 dapat perlakuan P0 (tanpa perlakuan). Hal
dinyatakan bahwa pemberian fosfat ini diduga bahwa tingginya produksi
tidak berpengaruh nyata terhadap rumput gajah pada perlakuan F3 di
produksi segar rumput gajah. Hal ini sebabkan oleh pertumbuhan tanaman
diduga fosfat yang diberikan tidak seperti jumlah anakan yang lebih
dapat diserap oleh tanaman rumput banyak, panjang tanaman yang lebih

*
Korespondensi
(corresponding author):
haryadiumb001@gmail.com
Stock Peternakan Vol. 1 No. 1 , 2019 ISSN 2599-3119

panjang, jumlah daun yang banyak, terbaik mempengaruhi


luas daun yang lebih lebar dan pertumbuhan dan hasil tanaman
jumlah anakan yang lebih banyak rumput gajah (Pennisetum
sehingga pada produksi akan purpureum) pada pemotongan
menunjukan produksi tanaman kedua.
tertinggi pula.
Fitter dan Hay (1998)
dalam Purwati, (2011) menjelaskan DAFTAR PUSTAKA
bahwa proporsi fosfat tanaman yang
berada dalam bentuk anorganik Buckman, H. O., & Brady, N. C.
bertambah dengan meningkatnya (1982). Ilmu tanah. Bhratara
suplai P, dan akibatnya total Karya Aksara.
kandungan fosfat tanaman Engelstad, O. P. (1997). Teknologi
meningkat. Tetapi pengalokasian dan Penggunaan
P dalam tanaman cukup kompleks. Pupuk. Gadjah Mada Univer.
Akar dan pucuk berkompetisi Press. Edisi Ketiga.
secara efektif terhadap hara, yang Terjemahan.
bertingkah laku sebagai dua Goldsworthy, P. R., & Fisher, N. M.
organisme simbiotik dengan (1992). Fisiologi tanaman
produksi hasil fotosintesis oleh budidaya tropik. Universitas
pucuk dan pengangkutannya ke akar Gadjah Mada Press.
menentukan kemampuan akar untuk Yogyakarta.
memperoleh hara; suplai hara ke Hakim, N., Nyakpa, M. Y., Lubis, A.
pucuk mengontrol laju photosintesis, M., Nugroho, S. G., Saul, M.
dan sebaliknnya. R., Diha, M. A., ... & Bailey,
Penelitian Sandiah, dkk H. H. (1986). Dasar-dasar
(2007) menyatakan bahwa produksi ilmu tanah. Universitas
maksimal bobot segar rumput gajah Lampung. Lampung, 488.
diperoleh pada 100 hari (panen
kedua) yakni sebesar 2.178,767 Hanafiah, K. A. (2005). Dasar-dasar
g/rumpun atau 27,235 ton/ha. ilmu tanah. PT RajaGrafindo
Persada.
KESIMPULAN
Hardjowigeno, S. (1999).
Kesimpulan Pengelolaan Kesuburan
Dari hasil dan pembahasan Tanah. PT. Bina Aksara
dapat diambil kesimpulan sebagai Jakarta.
berikut : Harjadi, S. S., Pribadi, F., &
1. Pemberian pupuk Fosfat tidak Koswara, S. (1993,
berpengaruh nyata terhadap September). The effect of K
jumlah anakan (batang), panjang levels on the yield and quality
daun (cm), tinggi tanaman (cm), of fruit and crude papain from
jumlah daun (helai), luas daun 3 papaya cultivars.
total (cm2) dan produksi segar In International Symposium
(Kg/petak) pada pemotongan on Quality of Fruit and
kedua. Vegetables: Influence of Pre-
2. Perlakuan tanpa Pupuk SP-36 and Post-Harvest Factors
(F0) merupakan perlakuan yang

*
Korespondensi
(corresponding author):
haryadiumb001@gmail.com
Stock Peternakan Vol. 1 No. 1 , 2019 ISSN 2599-3119

and Technology 379 (pp. 83- BERBEDA. AVES: Jurnal


88). Ilmu Peternakan, 11(2), 7.
Steel, R. G. D., & Torrie, J. H.
Lingga, P. Dan Marsono. (1960). Principles and
2013. Petunjuk Penggunaan procedures of
Pupuk. Penebar Swadaya. statistics. Principles and
Jakarta. procedures of statistics.
Aritonang, S. N. MIHRANI. 2008. Subagyo, H., Suharta, N., &
Pengaruh pencucian dengan Siswanto, A. B. (2000).
larutan asam asetat terhadap Tanah-tanah pertanian di
nilai pH, kadar protein, Indonesia. Dalam Buku
jumlah koloni bakteri dan Sumber daya Lahan
daya simpan daging ayam Indonesia dan
kampung pada penyimpanan Pengelolaannya. Bogor
suhu ruang. J. (Indones): Pusat Penelitian
Agrisistem, 4(1), 19-25. Tanah dan Agroklimat. hlm,
Kunz, M., Degelmann, H., Wach, 21-66.
W., Munir, M., Kowalczyk, Sumaryo, S. (2000). Pengaruh Dosis
J., & Vogel, M. (1996). U.S. Pupuk Dolomit dan SP–36
Patent No. 5,578,339. terhadap Jumlah Bintil Akar
Washington, DC: U.S. Patent dan Hasil Tanaman Kacang
and Trademark Office. Tanah di tanah Latosol. J.
Prasetyo, B. H., & Suriadikarta, D. Agrosaitn, 2(2).
A. (2006). Karakteristik,
potensi, dan teknologi Sutopo, S. (2013). KAJIAN
pengelolaan tanah Ultisol PENGGLJNAAN BAHAN
untuk pengembangan ORGANIK BERBAGAI
pertanian lahan kering di BENTUK SEKAM PADI
Indonesia. Jurnal Litbang DAN DOSIS PUPUK
Pertanian, 25(2), 39-46. FOSFAT TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN
Purwati, Y. (2011). Standard features HASIL JAGUNG (Zea mays
of e-commerce user interface L). Sains Tanah-Journal of
for the web. Researchers Soil Science and
World, 2(3), 77. Agroclimatology, 3(1), 42-48.
Rukmana, H. R. (2005). Suwignyo, B., Putra, B., Umami, N.,
Asam. Membahas beragam Utomo, R., & Wulandari, C.
potensi dan kegunaan asam, (2016). Effect of phosphate
disertai pengembangan budi fertilizer and arbuscular
dayanya secara intensif mycorrhizal fungi on the
berpola komersial. Penerbit nutrient content, phosphate
Kanisius: Yogyakarta. uptake and in vitro
rukaman Dewi, D. P. (2018). digestibility of alfalfa. Buletin
PRODUKSI RUMPUT Peternakan, 40(3), 203-210.
(Pennisetum purpureum cv.
Mott) DEFOLIASI I VANIS, R. (2007). Pengaruh
PERTAMA DENGAN Pemupukan dan Interval
JENIS PUPUK YANG Defoliasi terhadap

*
Korespondensi
(corresponding author):
haryadiumb001@gmail.com
Stock Peternakan Vol. 1 No. 1 , 2019 ISSN 2599-3119

Pertumbuhan dan
Produktivitas Rumput Gajah
di Bawah Tegakan Pohon
Sengon.

*
Korespondensi
(corresponding author):
haryadiumb001@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai