Anda di halaman 1dari 8

Pertumbuhan Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum syn) Dan

Cabai Rawit (Capsicum frutescens L) Pada Tanah Ultisol di


Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Andalas

Tari Mulyan1, Huriyan Khairunnisa1, Azril Pohan1, Suryadi Yakub Nasution1, Ahmad Nauval Al-Fatah1
Kelompok 3, Teknologi Produksi Tanaman Hortikultura Utama Agro D, Fakultas Pertanian , Universitas Andalas
Email: tarimulyani996@gmail.com

ABSTRAK

Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) yang berasal dari famili Solanaceae merupakan tanaman salah
satu hortikultura memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Produktivitas cabai dikategorikan masih rendah
dibandingkan dengan potensinya. Tomat (Solanum Lycopersicon syn.) adalah komoditas hortikultura
yang dapat digunakan sebagai sayuran, bahan baku industri obat-obatan dan kosmetik. serta bahan baku
olahan makanan. Ultisol merupakan tanah yang memiliki masalah keasaman pada tanah tersebut, bahan
organik rendah dan nutrisi makro rendah dan memiliki ketersediaan P sangat rendah. Praktikum ini
dilaksanakan dari tanggal 3 Maret sampai dengan 4 juni 2022 di Lahan Atas Kebun Percobaan
Universitas Andalas. Dari hasil percobaan yang telah dilakukan maka hasil yang diperoleh pada
pelaksanaan kegiatan budidaya tanaman tomat dan cabe rawit pada tanah ultisol yaitu: Untuk tanaman
tomat pada pengamatan fase vegetative dengan variable pengamatan tinggi tanaman dan jumlah daun
maka didapatan tinggi rata-rata dari kelima sampel yaitu 33, 63 cm dan rata-rata jumlah daun dari kelima
sampel 9,7 helai. Sedangkan untuk pengamatan fase generative dengan variable Jumlah Rangkaian
Bunga (JRB), Jumlah Bunga Dalam Rangkaian (JBR), dan Jumlah Buah (JB) dari kelima sampel
didapatkan nilai rata-rata JRB yaitu 5,15, JBR yaitu 9,8 dan JB yaitu 7,25. Sedangkan untuk tanaman
cabe rawit Setelah dilakukan Perata-rataan untuk pengamatan tanaman cabe rawit maka didapat nilai rata
rata tinggi tanaman dari kelima sampel yaitu 11 cm dan rata-rata jumlah daun dari kelima sampel 17, 5
helai. Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil praktikum yang dilakukan adalah tanaman tomat dan
cabe rawit dapat tumbuh pada tanah ultisol dengan dilakukannya perawatan secara yang baik dan benar,
serta untuk menunjang dan memenuhi kebutuhan hara tanaman diperlukan pemupukan secara rutin agar
pertumbuhan tanaman tomat dan cabe rawit optimal

Kata Kunci: Hara, Keasaman, Ultisol,

PENDAHULUAN tanaman cabai, teknik budidaya, kondisi geografis, dan


organisme pengganggu tanaman (OPT) (Wardani &
Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) yang berasal Ratnawilis, 2002).
dari famili Solanaceae merupakan tanaman salah satu Tomat (Solanum Lycopersicon syn.) adalah
hortikultura memiliki nilai ekonomi yang tinggi komoditas hortikultura yang dapat digunakan sebagai
(Cahyono, 2003). Budidaya cabai rawit sudah sayuran, bahan baku industri obat-obatan dan
dilakukan secara intensif maupun ekstensif untuk kosmetik. serta bahan baku olahan makanan (Wijayanti
memenuhi kebutuhan konsumen yang terus meningkat & Susila, 2013). Tomat juga mengandung zat
terhadap cabai, namun produktivitasnya hingga saat ini pembangun jaringan tubuh dan zat yang menghasilkan
belum mengalami kenaikan yang signifikan (Girsang, energi untuk bergerak dan berfikir, antara lain
2008). karbohidrat, protein, vitamin, lemak dan kalori
Produktivitas cabai dikategorikan masih rendah (Supriyati dan Siregar, 2009).
dibandingkan dengan potensinya. Padahal Data statistik menunjukkan bahwa produksi tomat
produktivitas cabai dapat mencapai hingga 20 pada tahun 2014 sampai 2016 mengalami fluktuasi
ton/hektar (Syukur et al., 2009). Budidaya tanaman yaitu 916.001 ton/tahun, 877.801 ton/tahun, dan
cabai dihadapkan pada beberapa hambatan. Rendahnya 883.242 ton/tahun (BPS, 2017). Upaya meningkatkan
produktivitas cabai dipengaruhi oleh beberapa faktor produksi tomat untuk mencapai target yang telah
baik dari segi kuantitas maupun kualitas yaitu varietas ditetapkan dapat dilakukan melalui program
1
intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian. Program mutiara dan Phonska), pancang sebagai pembatas
ekstensifikasi pertanian dihadapkan pada semakin petakan satu dengan yang lainnya dan tiang standar
terbatasnya lahan pertanian subur, sehingga untuk yang terbuat dari bambu
memenuhi kebutuhan tomat harus memanfaatkan lahan Sedangkan alat yang digunakan yaitu parang untuk
sub optimal (Haryono, 2013). Lahan yang sub optimal menyiangi rumput dan semak belukar dilahan, cangkul
dan masih tersedia untuk pengembangan budidaya untuk membalikkan, meratakan dan menggemburkan
tomat adalah ultisol dan gambut. Ultisol tanah pada lahan, tali untuk pembatas petakan yang
mempunyasebara luas di wilayah Indonesia mencapai akan diikatkan pada pancang dan untuk mengikat
45,8 juta ha, meliputi hampir 25% dari total luas tanaman yang rebah, meteran untuk mengukur luas
daratan di indonesia (Prasetyo & Suriadikarta, 2006). lahan, label untuk menandai atau memberi nama pada
Ultisol merupakan tanah yang memiliki bedengan, seed bed untuk tempat penyemaian benih
masalah keasaman pada tanah tersebut, bahan cabe rawit dan tomat, sprayer, terpal untuk membuat
organik rendah dan nutrisi makro rendah dan kolam kecil untuk menyediakan air, karung untuk
memiliki ketersediaan P sangat rendah (Fitriatin membawa mulsa ke bedengan, untuk membawa pupuk
kendang dan dolomit, kardus untuk membawa bibit ke
dkk. 2014).
lahan, botol untuk alat pemupukan/pencairan pupuk
Dilihat dari luasan, Ultisol berpotensi untuk
yang akan diberi pada tanaman, timbangan untuk
mendukung perluasan dan pengembangan pertanian di
menimbang tanaman sisipan (kangkong, bayam),
Indonesia. Namun demikian, produksi tanaman pada
gembor untuk menyiram tanaman, alat tulis (rol, pena,
Ultisol umumnya sangat rendah. Pada umumnya
dan buku) untuk mencatat hasil pengamatan.
Ultisol memiliki kemasaman yang relatif tinggi (rata-
rata pH < 4,5), kejenuhan Al tinggi yang dapat
Prosedur Penelitian
mencapai >60%, miskin kandungan hara makro
a. Pengolahan lahan
terutama K, Ca dan Mg, karena pencucian yang
Pengolahan lahan dibagi menjadi 2 tahap, tahap
intensif Disamping sifat kimia, pemanfaatan Ultisol
pertama yakni melakukan pembersihan lahan
untuk pengembangan pertanian juga dihadapkan pada
dengan membersihkan rerumputan yang terdapat
masalah sifat fisik tanah yang kurang mendukung
disekitar lahan menggunakan parang dan cangkul.
pertumbuhan tanaman secara optimal. Yulnafatmawita et
al. (2014), melaporkan bahwa Ultisol mempunyai kandungan Kemudian melakukan pengolahan tanah lanjutan
liat yang tinggi (>70%). Tingginya kandungan liat akan dengan cara pembalikan atau penggemburan tanah
menyebabkan lebih banyak pori mikro dibanding pori menggunakan cangkul dan setelah itu melakukan
makro sehingga membatasi aerasi tanah dan daya resap pemerataan permukaan.
air sehingga menyulitkan akar berkembang untuk Setelah lahan bersih dan tanah sudah
mendapatkan oksigen dan elemen hara. digemburkan dilakukanlah pengukuran agar ukuran
Adanya permasalahan diatas maka dilakukan bedengan sama besar, dimana ukuran untuk satu
pengujian bagaimana pertumbuhan cabe rawit dan bedengan yaitu 2,5 m x 1,2 m. setelah selesai
tomat dilahan ultisol, hal ini bertujuan untuk melakukan pengukuran bedengan selanjutnya
mengetahui pertumbuhan tanaman tomat dan cabe diberikan pupuk kendang dimana untuk satu
rawit tersebut sehingga dapat dijadikan pedoman dan bedengan diberikan 10 kg pupuk kendang, setelah
rekomendasi kedepannya. pemberian pupuk kendang selanjutnya pada
bedengan juga diberi kapur dolomit dengan tujuan
untuk dapat membantu menetralkan pH pada tanah,
BAHAN DAN METODE kemudian tanah, dolomit dan pupuk kandang
dicampur dan dilakukan perataan pada permukaan
Waktu dan Tempat tanah, terkhir diberi label pada masing-masing
Praktikum ini dilaksanakan dari tanggal 3 Maret bedengan
sampai dengan 4 juni 2022 di Lahan Atas Kebun b. Persiapan benih
Percobaan Universitas Andalas Benih yang digunakan adalah benih unggul dan
sudah tersertifikasi, untuk benih tomat varietas
Bahan dan Alat yang digunakan yaitu varietas KARUNA
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini sedangkan untuk benih cabe rawit yang akan
adalah benih cabai rawit varietas BARA, benih tomat ditanam yaitu varietas BARA. Setelah benih
varietas KARUNA, benih kangkung dan bayam didapatkan maka dilakukan lah penyemaian benih,
sebagai tanaman sampingan, pupuk kendang untuk dimana benih tomat maupun cabe rawit di semai
membantu memperbaiki struktur dan kondisi fisik, pada seed bed yang telah disediakan, sebelum
kimia dan biologi tanah, kapur dolomit,untuk disemai benih harus direndam selama lebih kurang
menetralkan pH tanah ,tanah untuk media penyemaian 30 menit terlebih dahulu, tujuannya agar benih
benih pada seed bed, air, mulsa, ajir sebagai media cepat untuk berecambah. Setelah itu barulah benih
sandar/ tegak tanaman agar tidak mudah rebah, lidi disemai dengan cara membuat lubang dengan
untuk memberi tanda antara jarak tanam, pupuk (NPK kedalam lebih kurang 1 cm dan setiap lubang di isi
1 benih, lalu tutup lubang yang telah berisi benih
2
dengan dengan tanah dan siram benih yang telah Sedangkan untuk tanaman cabe rawit, variabel
disemai tersebut menggunakan sprayer. yang diamati yaitu tinggi tanaman dan jumlah daun
Penyiraman rutin dilakukan paling kurang sekali saja
sehari agar benih dapat tumbuh dengan baik.
c. Penanaman HASIL DAN PEMBAHASAN
Sembari menunggu benih cabe rawit dan tomat Hasil
tumbuh, agar bedengan tidak ditumbuhi a. Tomat
gulma/semak belukar maka dilakukan penanaman Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, pada
kangkung dan bayam. Kangkung dan bayam dipilih saat masa fase vegetative didapatkan data pertumbuhan
untuk menjadi tanaman sampingan karena memiliki tanaman tomat yaitu sebagai berikut:
umur panen yang terbilang singkat. Setelah bibit
tomat dan cabe rawit berumur 25-30 hari maka Tabel 1. Pengamatan tomat 1 mst
bibit siap untuk dipindahkan ke bedengan yang Tinggi Jumlah Daun
telah disediakan. Sebelum melakukan penanaman Sampel
Tanaman (cm) (helai)
bedengan disiram terlebih dahulu agar tekstur tanah 1 30 9
tidak kering dan keras dan membantu memudahkan 2 26 8
dalam penanaman. Dimana jarak tanaman untuk 3 30 8
tomat yaitu 20 cm x 20 cm, dimana pada bedengan 4 27 9
yang ditanam tanaman tomat di tancapkan ajir dan 5 26,3 8
diikat dengan tali tujuannya sebagai tempat Rata-rata 27,86 8,4
sandaran bagi tanaman tomat yang rebah. dan
untuk tanaman cabe jarak tanaman yang digunakan
yaitu 50 cmx 50 cm. Grafik 1. Pengamatan tomat 1 MST
d. Penyiraman
Penyiraman dilakukan paling kurang satu kali
sehari, dimana penyiraan dilakukan pagi atau sore
hari menggunakan ember maupun gembor. Jika
musim penghujan maka penyiraman dapat
disesiaukan dengan kondisi tanah pada lahan.
e. Pemupukan
Pada masa vegetative pupuk yang diberikan untuk
tanaman tomat yaitu pupuk NPK Mutiara dengan
dosis 3,5 g per bedengan, dimana pupuk dicairkan
pada botol yang telah diisi air dan baru di
semprotkan pada tanaman, sedangkan pupuk yang
diberikan untuk tanaman tomat pada masa berdasarkan data yang dilihat dari tabel dan grafik 1,
generative yaitu pupuk phonska dengan tujuan terlihat bahwa tanaman tomat terbaik terdapat pada
untuk dapat meningkatkan hasil produksi pada sampel 1 dengan tinggi 30 cm dan jumlah daun 9 helai,
tanaman tomat. Sedangkan pada tanaman cabe dan tanaman yang mengalami pertumbuhan terburuk
rawit pada masa vegetative hanya diberikan pupuk terdapat pada sampel 2 dengan tinggi 26 cm dan
phonska jumlah daun 8 helai.
f. Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan ketika Tabel 2. Pengamatan tomat 2 MST
adanya gejala serangan hama yang mulai tampak, Tinggi Jumlah Daun
pengendalian hama penyakit disesuaikan dengan Sampel
Tanaman (cm) (helai)
kondisi serangan hama terhadap tanaman, dimana 1 43 12
pada tanaman tomat yang terserang penyakit busuk 2 40 11
buah maka pengendalian yang dilakukan dengan 3 42 11
cara membuang buah yang terserang oleh penyakit 4 35 11
tersebut agar nantinya tidak menular pada buah 5 37 10
maupun tanaman tomat yang lainnya Rata-rata 39,4 11
g. Pengamatan
Pada fase pertumbuhan tanaman tomat saat Grafik 2. Pengamatan 2 MST
memasuki fase vegetative yang variable yang
diamati yaitu tinggi tanaman dan jumlah daun,
sedangkan saat tanaman tomat memasuki vase
generative variable yang diamati meliputi jumlah
rangkaian bunga, jumlah bunga pada setiap
rangkaian, dan jumlah buah.

3
Sampel JRB JBR JB
1 9 18 10
2 6 13 5
3 5 10 6
4 7 14 4
5 4 7 5
Rata-rata 6,2 13 6

Grafik 4. Pengamatan tomat 4 MST (JRB), (JBR), dan


(JB)

berdasarkan data yang dilihat dari tabel dan grafik 2,


terlihat bahwa tanaman tomat terbaik terdapat pada
sampel 1 dengan tinggi 43 cm dan jumlah daun 12
helai, dan tanaman yang mengalami pertumbuhan
terburuk terdapat pada sampel 4 dengan tinggi 35 cm
dan jumlah daun 11 helai.

Tabel 3. Pengamatan tomat 3 MST, Jumlah Rangkaian


bunga (JRB), Jumlah bunga Dalam Rangkaian
(JBR), dan Jumlah Buah (JB)
Sampel JRB JBR JB Jika dilihat dari tabel dan grafik 4 hasil tertinggi
1 9 17 9 terdapat pada sampel 1 dengan jumlah rangkaian
2 7 13 5 bunga 9, dengan jumlah bunga dalam ragkaian 18 buah
3 5 8 5 dan jumlah buah yang dihasilkan 10 buah. Sedangkan
4 6 13 5 hasil terendah terdapat pada sampel 5 denhan jumlah
5 4 7 5 rangkaian bunga 4, jumlah bunga per rangkaian 7, dan
Rata-rata 6,2 11,6 5,8 jumlah buah 5 buah.

Grafik 3. Pengamatan tomat 3 MST (JRB), (JBR), dan Tabel 5. Pengamatan tomat 5 MST, Jumlah Rangkaian
(JB) bunga (JRB), Jumlah bunga Dalam Rangkaian
(JBR), dan Jumlah Buah (JB)
Sampel JRB JBR JB
1 7 16 11
2 6 11 6
3 5 10 5
4 7 12 6
5 4 6 6
Rata-rata 5,8 11 6,8

Grafik 5. Pengamatan tomat 5 MST (JRB), (JBR), dan


(JB)

Saat memasuki fase generative variable pengamatan


yang diamati pada tomat meliputi, jumlah rangkanian
bunga, jumlah bunga setiap rangkaian dan jumlah
buah. Jika dilihat dari tabel dan grafik 3 hasil tertinggi
terdapat pada sampel 1 dengan jumlah rangkaian
bunga 9, dengan jumlah bunga dalam ragkaian 18 buah
dan jumlah buah yang dihasilkan 9 buah. Sedangkan
hasil terendah terdapat pada sampel 5 denhan jumlah
rangkaian bunga 4, jumlah bunga per rangkaian 7, dan
jumlah buah 5 buah.

Tabel 4. Pengamatan tomat 4 MST, Jumlah Rangkaian Jika dilihat dari tabel dan grafik 5 hasil tertinggi
bunga (JRB), Jumlah bunga Dalam Rangkaian
terdapat pada sampel 1 dengan jumlah rangkaian
(JBR), dan Jumlah Buah (JB)
bunga 7, dengan jumlah bunga dalam ragkaian 16
4
buah dan jumlah buah yang dihasilkan 11 buah.
Sedangkan hasil terendah terdapat pada sampel 5
dengan jumlah rangkaian bunga 4, jumlah bunga per
rangkaian 6, dan jumlah buah 6 buah.

Tabel 6. Pengamatan tomat 6 MST, Jumlah Rangkaian


bunga (JRB), Jumlah bunga Dalam Rangkaian
(JBR), dan Jumlah Buah (JB)
Sampel JRB JBR JB
1 2 6 13
2 4 7 11
3 3 2 9
4 2 5 5 Setelah dilakukan Perata-rataan untuk pengamatan
5 1 1 14 vegetative tomat pada 1 MST dan 2 MST maka dapat
Rata-rata 2,4 4,2 10,4 dilihat hasil pada tabel dan grafik 7. Dimana untuk
hasil terbaik terdapat pada sampel 1 dengan rata-rata
Grafik 6. Pengamatan tomat 6 MST (JRB), (JBR), dan tinggi tanaman yang didapatkan 36,5 cm dan rata-rata
(JB) jumlah daun 10,5 helai. Dan untuk hasil pengamatan
terendah terdapat pada sampel 4 dengan tinggi rata-rata
31 cm dan jumlah daun rata-rata 10 helai.

Tabel 8. Rata-rata pemnagamatan tomat 3 MST, 4


MST, 5 MST dan 6 MST
Sampel JRB JBR JB
1 6,75 14,25 10,75
2 5,75 11 6,75
3 4,25 7,5 6,25
4 5,75 11 5
5 3,25 5,25 7,5
Rata-rata 5,15 9,8 7,25
Jika dilihat dari tabel dan grafik 5 hasil tertinggi
terdapat pada sampel 1 dengan jumlah rangkaian Grafik 8. Rata-rata pemnagamatan tomat 3 MST,
bunga 2, dengan jumlah bunga dalam ragkaian 6 buah 4 MST, 5 MST dan 6 MST
dan jumlah buah yang dihasilkan 13 buah. Sedangkan
hasil terendah terdapat pada sampel 5 dengan jumlah
rangkaian bunga 1, jumlah bunga per rangkaian 1, dan
jumlah buah 1 buah.

Tabel 7. Rata-rata Pengamatan tomat 1 mst dan 2 mst


Tinggi Jumlah Daun
Sampel
Tanaman (cm) (helai)
1 36,5 10,5
2 33 9,5
3 36 9,5
4 31 10
5 31,65 9 Setelah dilakukan Perata-rataan pada pengamatan
Rata-rata 33,63 9,7 generated tomat dari 3 MST -6 MST berdasarkan
variable pengamatan Jumlah Rangkaian Bunga (JRB),
Junlah Bunga Dalam Rangkaian (JBR), dan Jumlah
Grafik 7. Rata-rata pengamanatan tomat 1 MST dan 2
Buah (JB). Maka didapatkan nilai terbaik pada sampel
MST
1 dengan rata-rata JRB yaitu 6,75, JBR yaitu 14,25
dan JB yaitu 10,75 buah. Sedangkan nilai terendah
terdapat pada sampel 5 dengan JRB yaitu 3,25, JBR
yaitu 5,25 dan JB yaitu 7,5

b. Cabe rawit
Tabel 9. Pengamatan tanaman cabe rawit 1
Sampel Tinggi Jumlah Daun
5
Tanaman (cm) (helai) Tabel 11. Rata-rata pengamatan cabe rawit
1 7 11 Tinggi Jumlah Daun
Sampel
2 9 19 Tanaman (cm) (helai)
3 7 8 1 9 13,5
4 10 13 2 11,5 25
5 9 10 3 10,5 13,5
Rata-rata 8,4 12,2 4 12,5 19,5
5 11,5 16
Grafik 9. Pengamatan tanaman cabe rawit 1 Rata-rata 11 17,5

Grafik 11. Rata-rata pengamatan cabe rawit

berdasarkan data yang dilihat dari tabel dan grafik 7,


terlihat bahwa tanaman cabe terbaik terdapat pada
sampel 2 dengan tinggi 9 cm dan jumlah daun 19 helai, Setelah dilakukan Perata-rataan untuk pengamatan
dan tanaman yang mengalami pertumbuhan terburuk tanaman cabe rawit maka dapat dilihat hasil pada tabel
terdapat pada sampel 3 dengan tinggi 7 cm dan jumlah dan grafik 11. Dimana untuk hasil terbaik terdapat
daun 8 helai. pada sampel 2 dan 4 dengan rata-rata tinggi tanaman
yang didapatkan 11,5 dan 12,5 cm dengan rata-rata
Tabel 10. Pengamatan tanaman cabe rawit 2 jumlah daun 25 dan 19,5 helai. Sedangkan untuk hasil
Tinggi Jumlah Daun pengamatan terendah terdapat pada sampel 1 dengan
Sampel
Tanaman (cm) (helai) tinggi rata-rata 9 cm dan jumlah daun rata-rata 13,5
1 11 16 helai.
2 14 31
3 14 19 Pembahasan
4 15 26 Dari hasil percobaan yang telah dilakukan maka
5 14 22 hasil yang diperoleh pada pelaksanaan kegiatan
Rata-rata 13,6 22,8 budidaya tanaman tomat dan cabe rawit pada tanah
ultisol yaitu: Untuk tanaman tomat pada pengamatan
Grafik 10. Pengamatan tanaman cabe rawit 2 fase vegetative dengan variable pengamatan tinggi
tanaman dan jumlah daun maka didapatan tinggi rata-
rata dari kelima sampel yaitu 33, 63 cm dan rata-rata
jumlah daun dari kelima sampel 9,7 helai. Dengan nilai
tertinggi terdapat pada sampel 5 dengan tinggi tanaman
rata-rata 36,5 cm dan rata-rata jumlah daun 10,5 helai,
dan yang terendah pada sampel 4 dengan rata-rata
tinggi tanaman 31 cm dan rata-rata jumlah daun 10
helai. Sedangkan untuk pengamatan fase generative
dengan variable Jumlah Rangkaian Bunga (JRB),
Jumlah Bunga Dalam Rangkaian (JBR), dan Jumlah
Buah (JB) dari kelima sampel didapatkan nilai rata-rata
JRB yaitu 5,15, JBR yaitu 9,8 dan JB yaitu 7,25. Untuk
nilai tertinggi diperoleh pada sampel 1 dengan rata-rata
berdasarkan data yang dilihat dari tabel dan grafik 8,
JRB yaitu 6,75, JBR yaitu 14,25 JB yaitu 10,75. Dan
terlihat bahwa tanaman cabe terbaik terdapat pada untuk nilai terendah diperoleh pada sampel 5 dengan
sampel 2 dengan tinggi 14 cm dan jumlah daun 31
rata-rata JRB yaitu 3,25, JBR yaitu 5,25, dan JB 7,5.
helai, dan tanaman yang mengalami pertumbuhan Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada
terburuk terdapat pada sampel 1 dengan tinggi 11 cm
tanaman tomat terdapat beberapa tanaman yang
dan jumlah daun 16 helai. terganggu pertumbuhannya yang ditandai adanya
tanaman yang kerdil, dan adanya tanaman tomat yang
6
berdaun keriting hal tersebut terjadi karena adanya diamati meliputi Jumlah Rangkaian Bunga (JRB),
factor pengaruh lingkungan seperti efek pencahayaan, Jumlah Bunga pada Rangkaian (JBR), dan Jumlah
kadar air tanah dan kondisi tanah pada tanah tersebut, Buah (JB). Sedangkan untuk tanaman cabe rawit
dimana tanah di lahan atas termasuk tanah ultisol terjadi perubahan pada tinggi tanaman, dan
dimana tanah tersebut memiliki bahan organik rendah bertambahnya jumlah daun berdasarkan pengamatan
dan nutrisi makro rendah dan memiliki ketersediaan P pada masing-masing sampel.
sangat rendah (Fitriatin dkk. 2014). Sehingga dapat
mengganggu pertumbuhan tanaman tomat, untuk UCAPAN TERIMAKASIH
mengatasi hal tersebut maka dilakukan pemupukan
secara rutin dan berkala untuk dapat memperbaiki Saya ucapkan rasa Syukur atas kehadirat Allah
kondisi tanah dan dapat membantu menyediakan SWT yang telah memberikan hidayah-Nya, kemudian
kebutuhan hara pada tanaman, dan juga untuk saya ucapkan terimakasih kepada bapak Prof. Dr. Ir.
memperbaiki kondisi fisik, kimia dan biologi tanah. Zulfadli Syarif, MP. Dan bapak Prof. Dr. Dr. Irfan
Yang mana saat melakukan pengolahan lahan Suliansyah, MS selaku dosen mata kuliah teknologi
ditambahkan pupuk kendang dan kapur dolomit pada produksi tanaman hortikultura utama kelas Agro D.
setiap bedengan. Selain penambahan dolomit dan Kemudian kepada Ibu Shalati Febjislami, SP., M.Si
pupuk kendang pada tanah juga berikan pupuk NPK Sebagai dosen penanggung jawab praktikum teknologi
mutiara pada tomas memasuki fase vegetative dengan produksi pangan utama kelas Agro D. Kepada Siti
tujuan untuk mempercepat pertumbuhan tanaman, saat Rahmah dan Hanifa Rahmani sebagai asisten
tanaman tomat memasuki fase generative ditambahkan praktikum serta ucapan terimakasih kepada teman-
pupuk phonska dengan tujuan untuk meningkatkan teman yang telah turut membersamai dalam praktikum
hasil produksi pada buah tomat. dan semua pihak terkait yang telah membantu penulis
Sedangkan untuk tanaman cabe rawit Setelah dalam menyelesaikan Jurnal Pertumbuhan Tanaman
dilakukan Perata-rataan untuk pengamatan Tanah Ultisol Di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian
tanaman cabe rawit maka didapat nilai rata rata Universitas Andalas
tinggi tanaman dari kelima sampel yaitu 11 cm
DAFTAR PUSTAKA
dan rata-rata jumlah daun dari kelima sampel 17,
5 helai. dimana untuk hasil terbaik terdapat pada Badan Pusat Statistik & Direktorat Jendral
sampel 2 dan 4 dengan rata-rata tinggi tanaman Hortikultura. (2017). Data Produksi Tomat
yang didapatkan 11,5 dan 12,5 cm dengan rata- Nasional. http:/ bps.go.id
rata jumlah daun 25 dan 19,5 helai. Sedangkan Cahyono, B. 2003. Cabai Rawit. Kanisius. P. 28-
untuk hasil pengamatan terendah terdapat pada 32. Yogyakarta.
sampel 1 dengan tinggi rata-rata 9 cm dan jumlah Fitriatin, B. N., A. Yuniarti., T. Turmuktini., dan
daun rata-rata 13,5 helai. Untuk dapat F. K. Ruswandi. 2014. The Effect of
meningkatkan pertumbuhan tanaman cabe rawit Phosphate Solubilizing Microbe Producing
pada tanah ultisol maka sitambahkan pupuk Growth Regulators on Soil Phosphate,
phonska untuk membantu mempercepat Growth and Yield of Maize and Fertilizer
pertumbuhan, dimana pengaplikasiaan pupuk Efficiency on Ultisol. Eurasian J. of Soil
dilakukan dengan melarutkan pupuk dengan air Sci. Indonesia. Hal:101-107.
baru setelah itu dilakukan pemupukan dengan Girsang, Erik M. 2008. Uji ketahanan beberapa
cara menyemrotkan laruran pupuk ke bagian varietas tanaman cabai (Capsicum annum L.)
samping akar tanaman. terhadap serangan penyakit antraknosa dengan
pemakaian mulsa plastik. [skripsi]. Fakulas
KESIMPULAN pertanian. Universitas Sumatera Utara.
Haryono. 2013. Srategi Kebijakan Kementerian
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil praktikum Pertanian Dalam Optimalisasi Lahan
yang dilakukan adalah tanaman tomat dan cabe rawit Suboptimal Mendukung Ketahanan Pangan
dapat tumbuh pada tanah ultisol dengan dilakukannya Nasional. Hlm1- 4 DalamProsiding Seminar
perawatan secara yang baik dan benar, serta untuk Nasional Lahan Suboptimal “Intensifikasi
menunjang dan memenuhi kebutuhan hara tanaman Pengelolaan Lahan Suboptimal Dalam Rangka
diperlukan pemupukan secara rutin agar pertumbuhan Mendukung Kemadirian Pangan Nasional”.
tanaman tomat dan cabe rawit optimal . Tanaman Palembang, 20- 21 September 2013.
tomat dan cabe rawit dapat tumbuh di tanah ultisol Prasetyo, B. H. & Suriadikarta, D.A. 2006.
ditandai dengan meningkatnya hasil pada variable Karakteristik, potensi, dan Teknologi
pengamatan setiap minggunya. Dimana untuk tanaman pengolahan tanah Ultisol untuk pengembangan
tomat terjadi kenaikan pada tinggi tanaman dan pertanian lahan kering di Indonesia. Jurnal
bertambahnya jumlah daun pada fase vegetative. Litbang Pertanian, 25(2), 39-47.
Sedangkan pada masa fase generative variable yang
7
Supriyati, Y dan Siregar, D, 2009. Bertanam
Tomat dalam Pot dan Polibag. Penebar
Swadaya. Jakarta
Syukur, M., Sujiprihati, S., Koswara, J., dan Widodo,
J. 2009. Ketahanan terhadap antraknosa yang
disebabkan oleh Colletotrichum acutatum pada
beberapa genotipe cabai (Capsicumannum L.)
dan korelasinya dengan kandungan kapsaicin
dan peroksidase. Jurnal Agronomi Indonesia.
37 (Placeholder1)(3):233-239.
Wardani, N., & Ratnawilis. 2002. Ketahanan beberapa
varietas tanaman cabai terhadap penyakit
antraknosa (Colletotrichum sp.). Jurnal
Agrotropika, 7, 28.
Wijayanti, E. &. Susila, A.D. 2013. Pertumbuhan
dan produksi dua varietas tomat
(Lycopersicum esculentum Mill.) secara
Hidroponik dengan beberapa komposisi
media tanam. Buletin Agrohorti, 1(1), 104–
112. DOI: https://
doi.org/10.29244/agrob.1.1.104-112 .
Yulnafatmawita, Y., & Adrinal, A. 2014. Physical
Characteristics of Ultisols and the Impact on
Soil Loss During Soybean (Glycine Max Merr)
Cultivation in Wet Tropical Area. AGRIVITA,
Journal of Agricultural Science, 36(1), 57-64.

Anda mungkin juga menyukai