Oleh :
A. Harijanto. S1, Dudung Abd 1 dan Ipan Kurniawan 2
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan konsentrasi pupuk
organik cair terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman buncis (Phaseolus vulgaris L.) Kultivar Pasira
dan Lebat-3. Percobaan dilaksanakan di lahan sawah UPT BP3K Jalaksana, Desa Manislor, Kecamatan
Jalaksana, Kabupaten Kuningan. Lokasi penelitian memiliki Jenis tanah lempung berliat, pH 5,88 (agak
masam), suhu 220C – 260C, ketinggian 600 m dpl (di atas permukaan laut), kelembaban udara 60 %
dan curah hujan 2030 mm/tahun. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai dengan
Agustus 2013.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan menggunakan Rancangan
Acak Kelompok (RAK). Faktor perlakuan adalah konsentrasi pupuk organik cair yang terdiri dari 5
taraf terhadap dua kultivar tanaman buncis, yaitu : 0 ml/l, 1 ml/l, 2 ml/l, 3 ml/l, dan 4 ml/l.
Variabel yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah daun per rumpun, jumlah polong per
rumpun, panjang polong, bobot polong per rumpun dan bobot polong per petak.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kombinasi perlakuan pupuk organik cair dan kultivar buncis
berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun per rumpun (30 HST, 35 HST dan 45 HST),
jumlah polong, bobot polong per rumpun dan bobot polong per petak.
Pada kultivar Pasira, pemberian pupuk organik cair dengan konsentrasi 2 ml/l menghasilkan
tinggi tanaman tertinggi yaitu 214,2 cm pada umur 35 HST, 236,33 cm pada umur 40 HST, dan
237,27 cm pada umur 45 HST, serta bobot polong per petak 3,22 kg/petak yang setara dengan 8,59
ton/ha. Sedangkan pada kultivar Lebat-3, pemberian pupuk organik cair dengan konsentrasi 2 ml/l
menghasilkan tinggi tanaman tertinggi yaitu 225,73 cm pada umur 35 HST, 253,93 cm pada umur 40
HST dan 254,53 cm pada umur 45 HST, serta bobot polong per petak 3,94 kg/petak yang setara dengan
10,51 ton/ha.
Terdapat korelasi antara tinggi tanaman umur 35 HST, dengan bobot polong buncis per petak
dan tidak terdapat korelasi antara jumlah daun dengan bobot polong buncis per petak pada Kultivar
Pasira. Sedangkan pada Kultivar Lebat-3, terdapat korelasi antara tinggi tanaman umur 35 HST, 40
HST, dan 45 HST dengan bobot polong buncis per petak dan terdapat korelasi antara jumlah daun
umur 35 HST dengan bobot polong buncis per petak.
Kata Kunci : Pupuk Organik Cair, Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Buncis
1 Dosen Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Swadaya Gunung Jati
2 Mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Swadaya Gunung Jati
484
Pupuk Organik Cair, Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Buncis
A. Pendahuluan
Kacang buncis (Phaseolus vulgaris terkandung dalam buah muda
L) bukan tanaman asli Indonesia, tetapi merupakan serat yang larut dalam air
berasal dari benua Amerika, tepatnya di dan dapat memperlambat penyerapan
Amerika Utara dan Amerika Selatan. glukosa dan mempengaruhi penyerapan
Penyebarluasan tanaman buncis dari lemak dari saluran pencernaan
kawasan Amerika ke Eropa berlangsung (Dalimartha Setiawan, 2008).
sejak abad ke-16 oleh orang-orang Polong buncis selain memiliki
Spanyol dan Portugis. Daerah pusat kandungan gizi yang cukup lengkap
penyebarannya mula-mula adalah di (protein, karbohidrat, vitamin, serat
Inggris, yakni sekitar tahun 1594. kasar, dan mineral) juga mengandung
Kemudian menyebar ke negara-negara zat-zat lain yang berkhasiat obat untuk
lainnya di kawasan Eropa, Afrika, dan berbagai macam penyakit. Misalnya
sampai ke Asia. Di kawasan Amerika kandungan gum dan pektin dapat
daerah penyebaran tanaman buncis menurunkan kadar gula darah,
terdapat di New York mulai tahun 1836, kandungan lignin berkhasiat untuk
kemudian meluas ke Wisconsin, mencegah kanker usus besar dan kanker
Maryland, dan Florida (Rahmat payudara. Di samping itu, polong buncis
Rukmana, 1994). juga berkhasiat untuk menurunkan
Budidaya tanaman buncis di kolesterol darah, mencegah penyebaran
Indonesia mula-mula terdapat di daerah sel kanker, menurunkan tekanan darah,
Bogor kemudian menyebar ke daerah- mengontrol insulin dan gula darah
daerah yang sekarang menjadi sentra (menurunkan kadar gula darah),
penghasil sayuran. Saat ini tanaman mengatur fungsi pencernaan, mencegah
buncis banyak dibudidayakan di pulau konstipasi, sebagai antibiotik, mencegah
Sumatra, Jawa dan Sulawesi (Estu hemorhoid, dan masalah penceranaan
Rahayu dan Nur Berlian V.A, 2004). lainnya (Bambang Cahyono, 2003).
Menurut Bambang Cahyono (2003) Pemupukan merupakan salah satu
buncis biasanya dimanfaatkan sebagai usaha yang harus dilakukan untuk
sayuran hijau. Polong muda dan biji mencapai tingkat hasil tanaman yang
yang tua banyak dikonsumsi oleh tinggi dengan kualitas yang baik.
masyarakat dengan berbagai macam Pemupukan adalah kegiatan pemberian
olahan masakan. Di beberapa bagian unsur-unsur hara kedalam tanah dalam
daerah tropik, polong dan daun jumlah yang cukup sesuai dengan yang
mudanya dimanfaatkan sebagai lalap. Di dibutuhkan oleh tanaman buncis baik
wilayah beriklim sedang, buncis unsur makro maupun unsur mikro,
dibudidayakan terutama untuk di ambil sehingga tanaman dapat tumbuh dan
polong mudanya yang masih hijau untuk berproduksi dengan baik. Untuk
dikonsumsi sebagai sayur-sayuran, bisa mencapai tingkat efisiensi yang tinggi
juga di kemas dalam kaleng dan pemupukan harus dilakukan dengan
dibekukan. manajemen lima tepat, yaitu tepat jenis,
Selain dimanfaatkan sebagai sayur, tepat dosis, tepat cara, tepat penempatan
buncis juga dimanfaaatkan dalam bidang dan tepat waktu. Efisiensi pemupukan
pengobatan terutama untuk bertujuan untuk meningkatkan
menurunkan kadar kolesterol. Rebusan kemampuan tanaman menyerap hara
polongnya berkhasiat sebagai yang diberikan dalam usaha mencapai
hipolipidemia, hipoglikemia, dan tingkat produktivitas tanaman
diuretik. Polong muda mengandung (Sunaryono, 1984).
berbagai zat gizi dan glukosida yang Menurut Muhadjir, Darmijati, dan
mampu meningkatkan fungsi limpa dan Ratna (1989) pemupukan melalui daun
berkhasiat anti kanker. Serat yang (pupuk cair) dimaksudkan sebagai
485
Pupuk Organik Cair, Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Buncis
Pasira dan Lebat-3 berpengaruh nyata Hasil analisis data seperti tersaji pada
terhadap jumlah daun umur 35 HST, 40 Tabel 3.
HST dan 45 HST. Hasil analisis data Berdasarkan Tabel 8, ternyata pada
seperti tersaji pada Tabel 2. kultivar Pasira perlakuan C (POC 2 ml/l,
Pasira), D (POC 3 ml/l, Pasira), dan E
(POC 4 ml/l, Pasira) menghasilkan
jumlah polong yang lebih banyak bila
dibandingkan dengan perlakuan A (POC
0 ml/l air) dan B (POC 1 ml/l air).
Sedangkan pada kultivar Lebat-3,
perlakuan H (POC 2 ml/l, Lebat-3), dan
I (POC 3 ml/l, Lebat-3) menghasilkan
jumlah polong yang lebih banyak dan
berbeda nyata dengan perlakuan F (POC
0 ml/l air), G (POC 1 ml/l air) dan J
Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa, (POC 4 ml/l air). Hal ini diduga karena
pada umur 35 HST, 40 HST dan 45 HST pemilihan kultivar dan penyerapan
ternyata pemberian pupuk organik cair unsur hara mikro (terutama Cu yang
Multitonik berpengaruh nyata terhadap berperan dalam perkembangan tanaman
jumlah daun pada kultivar Pasira, secara generatif) yang efektif dapat
dimana perlakuan C (POC 2 ml/l, meningkatkan jumlah polong. Hal ini
Pasira), D (POC 3 ml/l, Pasira), dan E sesuai dengan pendapat Afandie
(POC 4 ml/l, Pasira) berpengaruh nyata Rosmarkam dan Nasih Widya Yuwono
bila dibandingkan dengan perlakuan A (2002), bahwa unsur hara Cu lebih
(POC 0 ml/l air) dan B (POC 1 ml/l air). berperan terhadap perkembangan
Sedangkan pada kultivar Lebat-3 umur tanaman generatif jika dibandingkan
35 HST, 40 HST, dan 45 HST, pemberian dengan organ vegetatif.
pupuk organik cair Multitonik pada
perlakuan H (POC 2 ml/l, Lebat-3), I
(POC 3 ml/l, Lebat-3), dan J (POC 4
ml/l, Lebat-3) berpengaruh nyata bila
dibandingkan dengan perlakuan F (POC
0 ml/l air) dan G (POC 1 ml/l air). Hal
ini diduga karena penyerapan unsur
hara mikro (terutama Fe sebagai
penyusun klorofil dan Co yang
membantu dalam fiksasi N di udara)
yang efektif dapat meningkatkan jumlah
daun. Selain itu, disebabkan karena
pemberian pupuk organik cair dalam
jumlah yang sedikit tidak berpengaruh
terhadap jumlah daun. Menurut
Sukamto Hadisuwito (2012), semakin Panjang Polong (cm)
banyak pemberian pupuk organik dan Berdasarkan analisis data hasil
semakin sering penggunaannya, maka penelitian, menunjukan bahwa
tanaman dapat menghasilkan konsentrasi pupuk organik cair
pertumbuhan yang lebih baik. Multitonik pada tanaman buncis kultivar
Berdasarkan analisis data hasil Pasira dan Lebat-3 tidak berpengaruh
penelitian, menunjukkan bahwa nyata terhadap panjang polong yang
konsentrasi pupuk organik cair dihasilkan. Hasil analisis data seperti
Multitonik pada tanaman buncis kultivar tersaji pada Tabel 4.
Pasira dan Lebat-3 berpengaruh nyata
terhadap jumlah polong yang dihasilkan.
488
Pupuk Organik Cair, Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Buncis
489
Pupuk Organik Cair, Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Buncis
Pada Tabel 5 di atas dapat dilihat, air) dengan hasil 3,94 kg/petak setara
bahwa bobot segar polong per petak yang dengan 10,51 ton/ha, I (POC 3 ml/l air)
dihasilkan oleh perlakuan C (POC 2 ml/l dengan hasil 3,86 kg/petak setara dengan
air) pada kultivar Pasira, menghasilkan 10,29 ton/ha, dan J (POC 4 ml/l air)
bobot polong per petak tertinggi yaitu dengan hasil 3,52 kg/petak setara dengan
3,22 kg/petak setara dengan 8,59 ton/ha 9,39 ton/ha menghasilkan bobot yang
dan berbeda nyata jika dibandingkan lebih tinggi dan berbeda nyata bila
dengan perlakuan A (POC 0 ml/l,Pasira), dibandingkan dengan perlakuan F (POC
B (POC 1 ml/l, Pasira), D (POC 3 ml/l, 0 ml/l air) dan G (POC 1 ml/l air). Hal ini
Pasira), dan E (POC 4 ml/l, Pasira). Pada membuktikan bahwa hasil per petak
perlakuan D (POC 3 ml/l, Pasira) dan E selain dipengaruhi oleh pemilihan
(POC 4 ml/l, Pasira), jika dilihat dari kultivar yang ditanam juga dipengaruhi
jumlah polong tidak berbeda nyata oleh konsentrasi pupuk organik cair yang
dengan perlakuan C (POC 2 ml/l, Pasira), diberikan.
tetapi jika dilihat dari bobot segar polong
per petak, perlakuan D (POC 3 ml/l, Analisis Korelasi antara Komponen
Pasira) dan E (POC 4 ml/l, Pasira) Pertumbuhan dan Hasil
berbeda nyata dengan perlakuan C (POC Hasil uji Korelasi Moment Product
2 ml/l, Pasira) atau terjadi penurunan antara tinggi tanaman dengan bobot
pada bobot segar polong per petak. Hal polong per petak seperti tersaji pada
ini diduga karena pemberian pupuk Tabel 6.
organik cair Multitonik sampai batas Berdasarkan hasil analisis korelasi
tertentu dapat menyebabkan peningkatan seperti tercantum pada Tabel 6, ternyata
hasil yang makin berkurang pada nilai korelasi antara tinggi tanaman umur
tanaman buncis kultivar Pasira. Sesuai 35 HST berkorelasi positif nyata dengan
dengan pendapat Mitcherlich (1909) bobot polong per petak pada kultivar
dalam Lily Agustina (2004) yang Pasira, dengan tingkat keeratan
mengemukakan hukum peningkatan hubungan yang sedang dan pada umur
hasil yang makin berkurang (The Law of 35 HST ternyata tinggi tanaman
Diminishing Returns) yang isinya mempengaruhi bobot segar polong per
“penambahan hasil tanaman sebagai petak sebesar 28,6% dan sisanya
respon penambahan pupuk berbanding dipengaruhi oleh faktor lain. Artinya
lurus dengan selisih hasil maksimum terdapat hubungan positif yang nyata
dengan hasil aktual”. antara tinggi tanaman dengan bobot
Sedangkan pada kultivar Lebat-3, polong per petak.
bobot segar polong per petak yang
dihasilkan oleh perlakuan H (POC 2 ml/l
Tabel 6. Hasil Analisis Korelasi antara Tinggi Tanaman Umur 35 HST, 40 HST, dan
45 HST dengan Bobot Polong per Petak pada Kultivar Pasira.
Korelasi Antara Tinggi Tanaman dengan Bobot Polong per
Uraian Petak pada Kultivar Pasira Umur :
35 HST 40 HST 45 HST
Nilai r 0,535 0,401 0,406
Kategori r Sedang Sedang Sedang
Nilai r2 0,286 0,161 0,165
Nilai t 2,282 1,578 1,602
Nilai ttabel 2,160 2,160 2,160
Kesimpulan Nyata Tidak Nyata Tidak Nyata
490
Pupuk Organik Cair, Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Buncis
Tabel 7. Hasil Analisis Korelasi antara Tinggi Tanaman Umur 35 HST, 40 HST, dan
45 HST dengan Bobot Polong per Petak pada Kultivar Lebat-3.
Korelasi Antara Tinggi Tanaman dengan Bobot
Uraian Polong per Petak pada Kultivar Lebat-3 Umur :
35 HST 40 HST 45 HST
Nilai r 0,636 0,667 0,665
Kategori r Tinggi Tinggi Tinggi
Nilai r2 0,405 0,444 0,441
Nilai t 2,973 3,224 3,208
Nilai ttabel 2,160 2,160 2,160
Kesimpulan Nyata Nyata Nyata
Tabel 8. Hasil Analisis Korelasi antara Jumlah Daun Umur 35 HST, 40 HST, dan 45
HST dengan Bobot Polong per Petak pada Kultivar Pasira.
Berdasarkan hasil analisis korelasi seperti petak pada kultivar Pasira. Artinya tidak
yang tercantum pada Tabel 8 diatas, terdapat hubungan yang nyata antara
ternyata nilai korelasi jumlah daun umur jumlah daun dengan bobot polong per
35 HST, 40 HST, dan 45 HST tidak petak.
berkorelasi dengan bobot polong per
Tabel 9. Hasil Analisis Korelasi antara Jumlah Daun Umur 35 HST, 40 HST, dan 45 HST
dengan Bobot Polong per Petak pada Kultivar Lebat-3.
Korelasi Antara Jumlah Daun dengan Bobot Polong per Petak
Uraian pada Kultivar Lebat-3 Umur :
35 HST 40 HST 45 HST
Nilai r 0,639 0,216 0,253
Kategori r Tinggi Lemah Lemah
Nilai r2 0,409 0,047 0,064
Nilai t 2,999 1,797 1,944
491
Pupuk Organik Cair, Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Buncis
jumlah daun umur 35 HST dengan mikro yang rendah seperti di tempat
bobot polong buncis per petak. penelitian, sebaiknya diberikan pupuk
makro sesuai dengan anjuran.
Saran 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, untuk masing-masing kultivar yang
maka penulis dapat memberikan saran ditanam diberbagai kondisi lingkungan
sebagai berikut : yang berbeda dengan perlakuan
1. Untuk memperoleh hasil yang tinggi konsentrasi pupuk organik cair yang
pada tanaman buncis, sebaiknya berbeda pula, sehingga dapat diperoleh
kultivar yang ditanam adalah kultivar rekomendasi penggunaan pupuk
Pasira atau kultivar Lebat-3 dengan organik cair yang tepat pada setiap
menggunakan pupuk organik cair kultivar
Multitonik dengan konsentrasi 2 ml/l
dan apabila kondisi lahan memiliki
kandungan unsur hara makro dan
Estu Rahayu dan Nur Berlian V.A. 2004.
Daftar Pustaka Kacang Buncis. Penebar Swadaya.
Afandie Rosmarkam dan Nasih Widya Jakarta.
Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan
Tanah. Kanisius. Yogyakarta. Evita. 2005. Pengaruh Berbagai
Konsentrasi Pupuk Organik Cair
Ance Gunarsih Kartasapoetra. 1992. Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil
Klimatologi : Pengaruh Iklim Tanaman Kacang Buncis
Terhadap Tanah dan Tanaman. (Phaseolus Vulgaris, L). Jurusan
Bumi Aksara. Jakarta. Budidaya Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Jambi.
Bambang Cahyono. 2003. Kacang Buncis
Teknik Budidaya dan Analisis Goeswono Soepardi. 1983. Sifat dan Ciri
Usaha Tani. Kanisius. Yogyakarta. Tanah. Jilid I. Jurusan Tanah.
Fakultas Pertanian. Institut
Dalimartha Setiawan. 2008. Resep Pertanian Bogor. Bogor. 591 hal.
Tumbuhan Obat Untuk Asam
Urat. Penebar Swadaya. Jakarta. Karsono, Sudarmodjo dan Sutiyoso, Y.
2002. Hidroponik Skala Rumah
Didik Harnowo. 1995. Evaluasi Paket Tangga. Agromedia Pustaka.
Teknoogi Produksi Benih Untuk Jakarta.
Laha Kering. Proseding Seminar
Nasional Pengembangan Wilayah Kemas Ali Hanafiah. 2011. Rancangan
Kering. Penerbit Lembaga Percobaan : Teori dan Aplikasi.
Penelitian Universitas Lampung. Rajawali Pers. Jakarta.
Lampung.
Leiwakabessy, F.M. dan A. Sutandi. 1998.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan. 2007. Pupuk dan Pemupukan. Jurusan
Teknologi Produksi Buncis. Tanah. Fakultas Pertanian. Institut
Provinsi DT. I. Jawa Barat. Pertanian Bogor. Bogor. 210 hal.
Effi Ismawati Musnamar. 2009. Pupuk Lita Sutopo. 2010. Teknologi Benih.
Organik. Penebar Swadaya. Rajawali Pers. Jakarta.
Jakarta.
493
Pupuk Organik Cair, Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Buncis
494