Anda di halaman 1dari 11

Pupuk Organik Cair, Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Buncis

Jurnal AGROSWAGATI 4 (2), September 2016

Pengaruh Konsentrasi Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil


Tanaman Buncis (Phaseolus vulgaris L.)
Kultivar Pasira Dan Lebat-3

Oleh :
A. Harijanto. S1, Dudung Abd 1 dan Ipan Kurniawan 2

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan konsentrasi pupuk
organik cair terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman buncis (Phaseolus vulgaris L.) Kultivar Pasira
dan Lebat-3. Percobaan dilaksanakan di lahan sawah UPT BP3K Jalaksana, Desa Manislor, Kecamatan
Jalaksana, Kabupaten Kuningan. Lokasi penelitian memiliki Jenis tanah lempung berliat, pH 5,88 (agak
masam), suhu 220C – 260C, ketinggian 600 m dpl (di atas permukaan laut), kelembaban udara 60 %
dan curah hujan 2030 mm/tahun. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai dengan
Agustus 2013.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan menggunakan Rancangan
Acak Kelompok (RAK). Faktor perlakuan adalah konsentrasi pupuk organik cair yang terdiri dari 5
taraf terhadap dua kultivar tanaman buncis, yaitu : 0 ml/l, 1 ml/l, 2 ml/l, 3 ml/l, dan 4 ml/l.
Variabel yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah daun per rumpun, jumlah polong per
rumpun, panjang polong, bobot polong per rumpun dan bobot polong per petak.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kombinasi perlakuan pupuk organik cair dan kultivar buncis
berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun per rumpun (30 HST, 35 HST dan 45 HST),
jumlah polong, bobot polong per rumpun dan bobot polong per petak.
Pada kultivar Pasira, pemberian pupuk organik cair dengan konsentrasi 2 ml/l menghasilkan
tinggi tanaman tertinggi yaitu 214,2 cm pada umur 35 HST, 236,33 cm pada umur 40 HST, dan
237,27 cm pada umur 45 HST, serta bobot polong per petak 3,22 kg/petak yang setara dengan 8,59
ton/ha. Sedangkan pada kultivar Lebat-3, pemberian pupuk organik cair dengan konsentrasi 2 ml/l
menghasilkan tinggi tanaman tertinggi yaitu 225,73 cm pada umur 35 HST, 253,93 cm pada umur 40
HST dan 254,53 cm pada umur 45 HST, serta bobot polong per petak 3,94 kg/petak yang setara dengan
10,51 ton/ha.
Terdapat korelasi antara tinggi tanaman umur 35 HST, dengan bobot polong buncis per petak
dan tidak terdapat korelasi antara jumlah daun dengan bobot polong buncis per petak pada Kultivar
Pasira. Sedangkan pada Kultivar Lebat-3, terdapat korelasi antara tinggi tanaman umur 35 HST, 40
HST, dan 45 HST dengan bobot polong buncis per petak dan terdapat korelasi antara jumlah daun
umur 35 HST dengan bobot polong buncis per petak.

Kata Kunci : Pupuk Organik Cair, Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Buncis

1 Dosen Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Swadaya Gunung Jati
2 Mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Swadaya Gunung Jati

484
Pupuk Organik Cair, Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Buncis

A. Pendahuluan
Kacang buncis (Phaseolus vulgaris terkandung dalam buah muda
L) bukan tanaman asli Indonesia, tetapi merupakan serat yang larut dalam air
berasal dari benua Amerika, tepatnya di dan dapat memperlambat penyerapan
Amerika Utara dan Amerika Selatan. glukosa dan mempengaruhi penyerapan
Penyebarluasan tanaman buncis dari lemak dari saluran pencernaan
kawasan Amerika ke Eropa berlangsung (Dalimartha Setiawan, 2008).
sejak abad ke-16 oleh orang-orang Polong buncis selain memiliki
Spanyol dan Portugis. Daerah pusat kandungan gizi yang cukup lengkap
penyebarannya mula-mula adalah di (protein, karbohidrat, vitamin, serat
Inggris, yakni sekitar tahun 1594. kasar, dan mineral) juga mengandung
Kemudian menyebar ke negara-negara zat-zat lain yang berkhasiat obat untuk
lainnya di kawasan Eropa, Afrika, dan berbagai macam penyakit. Misalnya
sampai ke Asia. Di kawasan Amerika kandungan gum dan pektin dapat
daerah penyebaran tanaman buncis menurunkan kadar gula darah,
terdapat di New York mulai tahun 1836, kandungan lignin berkhasiat untuk
kemudian meluas ke Wisconsin, mencegah kanker usus besar dan kanker
Maryland, dan Florida (Rahmat payudara. Di samping itu, polong buncis
Rukmana, 1994). juga berkhasiat untuk menurunkan
Budidaya tanaman buncis di kolesterol darah, mencegah penyebaran
Indonesia mula-mula terdapat di daerah sel kanker, menurunkan tekanan darah,
Bogor kemudian menyebar ke daerah- mengontrol insulin dan gula darah
daerah yang sekarang menjadi sentra (menurunkan kadar gula darah),
penghasil sayuran. Saat ini tanaman mengatur fungsi pencernaan, mencegah
buncis banyak dibudidayakan di pulau konstipasi, sebagai antibiotik, mencegah
Sumatra, Jawa dan Sulawesi (Estu hemorhoid, dan masalah penceranaan
Rahayu dan Nur Berlian V.A, 2004). lainnya (Bambang Cahyono, 2003).
Menurut Bambang Cahyono (2003) Pemupukan merupakan salah satu
buncis biasanya dimanfaatkan sebagai usaha yang harus dilakukan untuk
sayuran hijau. Polong muda dan biji mencapai tingkat hasil tanaman yang
yang tua banyak dikonsumsi oleh tinggi dengan kualitas yang baik.
masyarakat dengan berbagai macam Pemupukan adalah kegiatan pemberian
olahan masakan. Di beberapa bagian unsur-unsur hara kedalam tanah dalam
daerah tropik, polong dan daun jumlah yang cukup sesuai dengan yang
mudanya dimanfaatkan sebagai lalap. Di dibutuhkan oleh tanaman buncis baik
wilayah beriklim sedang, buncis unsur makro maupun unsur mikro,
dibudidayakan terutama untuk di ambil sehingga tanaman dapat tumbuh dan
polong mudanya yang masih hijau untuk berproduksi dengan baik. Untuk
dikonsumsi sebagai sayur-sayuran, bisa mencapai tingkat efisiensi yang tinggi
juga di kemas dalam kaleng dan pemupukan harus dilakukan dengan
dibekukan. manajemen lima tepat, yaitu tepat jenis,
Selain dimanfaatkan sebagai sayur, tepat dosis, tepat cara, tepat penempatan
buncis juga dimanfaaatkan dalam bidang dan tepat waktu. Efisiensi pemupukan
pengobatan terutama untuk bertujuan untuk meningkatkan
menurunkan kadar kolesterol. Rebusan kemampuan tanaman menyerap hara
polongnya berkhasiat sebagai yang diberikan dalam usaha mencapai
hipolipidemia, hipoglikemia, dan tingkat produktivitas tanaman
diuretik. Polong muda mengandung (Sunaryono, 1984).
berbagai zat gizi dan glukosida yang Menurut Muhadjir, Darmijati, dan
mampu meningkatkan fungsi limpa dan Ratna (1989) pemupukan melalui daun
berkhasiat anti kanker. Serat yang (pupuk cair) dimaksudkan sebagai

485
Pupuk Organik Cair, Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Buncis

tambahan dari pemberian pupuk ke sebagai taraf perlakuan terhadap dua


dalam tanah, sebab unsur hara dalam kultivar tanaman buncis, yaitu :
pupuk yang diberikan ke dalam tanah A = Kultivar Pasira tanpa pupuk
tidak selengkap yang dikandung oleh organik cair
pupuk daun. Menurut Pinus Lingga B = Kultivar Pasira dengan konsentrasi
(1999) selain mengandung unsur hara POC
makro, pupuk daun juga mengandung 1 ml/l air
unsur hara mikro. Pupuk organik cair C = Kultivar Pasira dengan konsentrasi
dapat meningkatkan efisiensi POC
penggunaan pupuk organik. Selain itu, 2 ml/l air
pemupukan melalui daun dapat D = Kultivar Pasira dengan konsentrasi
mengurangi kerusakan pada daerah POC
perakaran akibat pemberian pupuk 3 ml/l air
melalui tanah. E = Kultivar Pasira dengan konsentrasi
POC
B. Metode Penelitian 4 ml/l air
Waktu Dan Tempat Penelitian F = Kultivar Lebat-3 tanpa pupuk
Percobaan dilaksanakan di lahan organik cair
sawah UPT Balai Penyuluhan Pertanian, G = Kultivar Lebat-3 dengan
Perikanan, Dan Kehutanan (BP3K) konsentrasi POC
Kecamatan Jalaksana – Kuningan, yang 1 ml/l air
beralamat di Jalan Raya Ciputih No. 1 H = Kultivar Lebat-3 dengan
Desa Manislor Kecamatan Jalaksana konsentrasi POC
Kabupaten Kuningan yang terletak pada 2 ml/l air
ketinggian 600 m di atas permukaan laut I = Kultivar Lebat-3 dengan
(dpl), dengan jenis tanah lempung konsentrasi POC
berliat, suhu 220C – 260C, curah hujan 3 ml/l air
2030 mm/tahun, kelembaban 60% dan J = Kultivar Lebat-3 dengan
pH 5,88 (agak masam). Berdasarkan data konsentrasi POC
yang diperoleh di tempat penelitian yang 4 ml/l air
terletak di BP3K Jalaksana maka dapat Dari 10 perlakuan tersebut masing-
disimpulkan, bahwa syarat tumbuh masing diulang tiga kali dengan
tanaman buncis (Phaseolus vulgaris L) demikian seluruhnya terdapat 30 petak
telah sesuai dengan keadaan tempat satuan percobaan.
penelitian. Waktu percobaan dimulai Pelaksanaan percobaan yang
pada bulan Juni 2013 sampai dengan dilakukan di lapangan meliputi kegiatan
bulan Agustus 2013. : pengolahan lahan, penanaman,
Bahan-bahan yang digunakan pemeliharaan, dan panen.
dalam percobaan ini meliputi benih Pengamatan penunjang dilakukan
buncis kultivar Pasira dan kultivar terhadap analisis tanah, data curah
Lebat-3, pupuk urea (45 % N) 50 kg /ha, hujan, gulma yang tumbuh di areal
pupuk SP-36 (36 % P2O5) 200 kg/ha, KCl tanaman dan ketahanan tanaman
(60 % K2O) 100 kg/ha, pupuk organik terhadap serangan hama dan penyakit.
cair (Multitonik) sesuai perlakuan, Pengamatan utama meliputi :
perekat dan pestisida. Alat-alat yang Tinggi Tanaman (cm), Jumlah Daun per
digunakan meliputi cangkul, ajir, papan Rumpun (helai), Jumlah Polong (buah),
nama, timbangan, hand sprayer, gelas Panjang Polong (cm), Bobot Segar Polong
ukur, penggaris, tali rapia, alat tulis dan per Rumpun (g) dan Bobot Segar Polong
lain-lain. per Petak (Kg). Bobot tanaman per petak
Rancangan percobaan yang merupakan bobot tanaman rata – rata
digunakan adalah Rancangan Acak dari tiap petak percobaan. Penimbangan
Kelompok (RAK). Penelitian ini terdiri dilakukan setelah tanaman dipanen dan
dari 5 konsentrasi pupuk organik cair telah disortir.
486
Pupuk Organik Cair, Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Buncis

Dari hasil pengolahan data atau Tinggi Tanaman (cm)


analisis sidik ragam, apabila terdapat Berdasarkan analisis data hasil
perbedaan yang nyata dari perlakuan penelitian menunjukkan, bahwa
atau nilai F-hitung lebih besar dari F- konsentrasi pupuk organik cair
tabel pada taraf nyata 5 % maka Multitonik pada tanaman buncis kultivar
pengujian dilanjutkan dengan Pasira dan Lebat-3 berpengaruh nyata
menggunakan Uji Gugus Scott-Knott. terhadap tinggi tanaman umur 35 HST,
40 HST dan 45 HST. Hasil analisis data
C. Hasil Dan Pembahasan tersaji pada Tabel 1.

Tabel 1. Pengaruh Konsentrasi Pupuk Organik Cair Multitonik terhadap Tinggi


Tanaman pada Buncis Kultivar Pasira dan Lebat-3 Umur 35 HST, 40
HST, dan 45 HST.
Tinggi Tanaman (cm) Umur :
No Perlakuan
35 HST 40 HST 45 HST
1 A = POC 0 ml/l air, Pasira 182,53 a 210,53 a 211,47 a
2 B = POC 1 ml/l air, Pasira 179,07 a 198,53 a 200,00 a
3 C = POC 2 ml/l air, Pasira 214,20 b 236,33 c 237,27 c
4 D = POC 3 ml/l air, Pasira 191,47 a 220,67 b 221,67 b
5 E = POC 4 ml/l air, Pasira 189,13 a 219,80 b 221,00 b
6 F = POC 0 ml/l air, Lebat-3 175,93 a 207,87 a 208,73 a
7 G = POC 1 ml/l air, Lebat-3 180,13 a 232,53 c 233,40 c
8 H = POC 2 ml/l air, Lebat-3 225,73 b 253,93 c 254,53 c
9 I = POC 3 ml/l air, Lebat-3 191,33 a 238,80 c 239,53 c
10 J = POC 4 ml/l air, Lebat-3 215,27 b 257,27 c 257,93 c
Keterangan : Angka rata-rata dengan disertai huruf yang sama pada kolom yang
sama, menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Gugus
Scott-Knott pada taraf nyata 5 %.

Pada umur 35 hari setelah tanam tanaman tertinggi bila dibandingkan


(HST), ternyata penggunaan pupuk dengan perlakuan A (POC 0 ml/l air), B
organik cair Multitonik dengan (POC 1 ml/l air), D (POC 3 ml/l air), dan
konsentrasi 2 ml/l air pada kultivar E (POC 4 ml/l air). Sedangkan pada
Pasira (perlakuan C) menghasilkan kultivar Lebat-3, pemberian pupuk
tinggi tanaman yang lebih tinggi bila organik cair pada berbagai konsentrasi
dibandingkan dengan perlakuan A, B, D, yaitu pada perlakuan B (POC 1 ml/l air),
dan E. Sedangkan pada kultivar Lebat-3, C (POC 2ml/l air), D (POC 3 ml/l air),
pemberian pupuk organik cair dan E (POC 4 ml/l air) tidak
Multitonik pada perlakuan H (POC 2 memberikan pengaruh yang nyata. Hal
ml/l air) dan perlakuan J (POC 4 ml/l ini membuktikan bahwa pemilihan
air) menghasilkan tinggi tanaman yang kultivar yang tepat dapat mempengaruhi
lebih tinggi bila dibandingkan dengan pertumbuhan tanaman. Menurut Titi
perlakuan F, G, dan I. Hal ini disebabkan Setianingsih dan Khaerodin (2005),
karena penyerapan unsur hara mikro setiap kultivar buncis memiliki sifat
yang efektif dapat berpengaruh terhadap genetik yang berbeda-beda, baik dari
perkembangan tanaman secara vegetatif segi pertumbuhan, waktu berbunga,
(Afandie Rosmarkam dan Nasih Widya maupun produksinya.
Yuwono, 2002).
Selanjutnya pada umur 40 HST Jumlah Daun (helai)
ternyata pada kultivar Pasira, pemberian Berdasarkan analisis data hasil
konsentrasi pupuk organik cair penelitian, menunjukkan bahwa
Multitonik dengan konsentrasi 2 ml/l air konsentrasi pupuk organik cair
pada perlakuan C menghasilkan tinggi Multitonik pada tanaman buncis kultivar
487
Pupuk Organik Cair, Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Buncis

Pasira dan Lebat-3 berpengaruh nyata Hasil analisis data seperti tersaji pada
terhadap jumlah daun umur 35 HST, 40 Tabel 3.
HST dan 45 HST. Hasil analisis data Berdasarkan Tabel 8, ternyata pada
seperti tersaji pada Tabel 2. kultivar Pasira perlakuan C (POC 2 ml/l,
Pasira), D (POC 3 ml/l, Pasira), dan E
(POC 4 ml/l, Pasira) menghasilkan
jumlah polong yang lebih banyak bila
dibandingkan dengan perlakuan A (POC
0 ml/l air) dan B (POC 1 ml/l air).
Sedangkan pada kultivar Lebat-3,
perlakuan H (POC 2 ml/l, Lebat-3), dan
I (POC 3 ml/l, Lebat-3) menghasilkan
jumlah polong yang lebih banyak dan
berbeda nyata dengan perlakuan F (POC
0 ml/l air), G (POC 1 ml/l air) dan J
Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa, (POC 4 ml/l air). Hal ini diduga karena
pada umur 35 HST, 40 HST dan 45 HST pemilihan kultivar dan penyerapan
ternyata pemberian pupuk organik cair unsur hara mikro (terutama Cu yang
Multitonik berpengaruh nyata terhadap berperan dalam perkembangan tanaman
jumlah daun pada kultivar Pasira, secara generatif) yang efektif dapat
dimana perlakuan C (POC 2 ml/l, meningkatkan jumlah polong. Hal ini
Pasira), D (POC 3 ml/l, Pasira), dan E sesuai dengan pendapat Afandie
(POC 4 ml/l, Pasira) berpengaruh nyata Rosmarkam dan Nasih Widya Yuwono
bila dibandingkan dengan perlakuan A (2002), bahwa unsur hara Cu lebih
(POC 0 ml/l air) dan B (POC 1 ml/l air). berperan terhadap perkembangan
Sedangkan pada kultivar Lebat-3 umur tanaman generatif jika dibandingkan
35 HST, 40 HST, dan 45 HST, pemberian dengan organ vegetatif.
pupuk organik cair Multitonik pada
perlakuan H (POC 2 ml/l, Lebat-3), I
(POC 3 ml/l, Lebat-3), dan J (POC 4
ml/l, Lebat-3) berpengaruh nyata bila
dibandingkan dengan perlakuan F (POC
0 ml/l air) dan G (POC 1 ml/l air). Hal
ini diduga karena penyerapan unsur
hara mikro (terutama Fe sebagai
penyusun klorofil dan Co yang
membantu dalam fiksasi N di udara)
yang efektif dapat meningkatkan jumlah
daun. Selain itu, disebabkan karena
pemberian pupuk organik cair dalam
jumlah yang sedikit tidak berpengaruh
terhadap jumlah daun. Menurut
Sukamto Hadisuwito (2012), semakin Panjang Polong (cm)
banyak pemberian pupuk organik dan Berdasarkan analisis data hasil
semakin sering penggunaannya, maka penelitian, menunjukan bahwa
tanaman dapat menghasilkan konsentrasi pupuk organik cair
pertumbuhan yang lebih baik. Multitonik pada tanaman buncis kultivar
Berdasarkan analisis data hasil Pasira dan Lebat-3 tidak berpengaruh
penelitian, menunjukkan bahwa nyata terhadap panjang polong yang
konsentrasi pupuk organik cair dihasilkan. Hasil analisis data seperti
Multitonik pada tanaman buncis kultivar tersaji pada Tabel 4.
Pasira dan Lebat-3 berpengaruh nyata
terhadap jumlah polong yang dihasilkan.
488
Pupuk Organik Cair, Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Buncis

rumpun dan per petak. Hasil analisis


data seperti tersaji pada Tabel 5.
Pada Tabel 5 di bawah ini dapat
dilihat, bahwa pada kultivar Pasira,
bobot segar polong per rumpun tertinggi
dihasilkan oleh perlakuan C (POC 2
ml/l, Pasira), D (POC 3 ml/l, Pasira),
dan E (POC 4 ml/l, Pasira). Sedangkan
pada kultivar Lebat-3, bobot segar
polong per rumpun tertinggi dihasilkan
oleh perlakuan H (POC 2 ml/l, Lebat-3),
dan I (POC 3 ml/l, Lebat-3). Hal ini
Berdasarkan Tabel 4, ternyata diduga, karena pada perlakuan tersebut
panjang polong yang dihasilkan oleh memiliki jumlah polong yang lebih
berbagai konsentrasi pupuk organik cair banyak dibandingkan dengan perlakuan
Multitonik tidak berpengaruh nyata lainnya yaitu pada perlakuan A (POC 0
pada kultivar Pasira dan Lebat-3. Hal ini ml/l, Pasira), B (POC 1 ml/l, Pasira), E
diduga, karena secara genetik panjang (POC 4 ml/l, Pasira), F (POC 0 ml/l,
polong tidak dipengaruhi oleh Lebat-3), G (POC 1 ml/l, Lebat-3), dan J
pemberian pupuk organik cair pada (POC 4 ml/l, Lebat-3) sehingga bobot
berbagai konsentrasi. Sesuai dengan segar polong per rumpun juga berada
pendapat Setijo Pitojo (2004), bahwa pada perlakuan yang sama. Selain itu,
secara genetik panjang polong kultivar diduga karena adanya kondisi yang
Pasira ± 15 cm dan panjang polong saling mendukung antara pemberian
kultivar Lebat-3 ± 16 cm. hara yang dilakukan melalui tanah
dengan pupuk organik cair yang
Bobot Polong per Rumpun (g) dan per diberikan melalui daun. Hal ini sesuai
Petak (kg) dengan pendapat Bambang Cahyono
Berdasarkan analisis data hasil (2003), bahwa pemakaian pupuk N, P,
penelitian, menunjukan bahwa dan K yang diberikan lewat akar perlu
konsentrasi pupuk organik cair diimbangi dengan penggunaan pupuk
Multitonik pada tanaman buncis kultivar daun yang banyak mengandung unsur
Pasira dan Lebat-3 berpengaruh nyata hara mikro.
terhadap bobot segar polong per

Tabel 5. Pengaruh Konsentrasi Pupuk Organik Cair Multitonik terhadap Bobot


Polong per Rumpun (g) dan per Petak (kg) pada Buncis Kultivar Pasira
dan Lebat-3.
Bobot Segar Bobot Segar Polong per
No Perlakuan Polong per Petak (kg)
Rumpun (g)
1 A = POC 0 ml/l air, Pasira 156,93 a 1,99 a
2 B = POC 1 ml/l air, Pasira 192,27 a 2,57 a
3 C = POC 2 ml/l air, Pasira 223,13 b 3,22 b
4 D = POC 3 ml/l air, Pasira 238,53 b 2,81 a
5 E = POC 4 ml/l air, Pasira 207,20 b 2,79 a
6 F = POC 0 ml/l air, Lebat-3 176,20 a 2,96 a
7 G = POC 1 ml/l air, Lebat-3 189,13 a 3,01 a
8 H = POC 2 ml/l air, Lebat-3 226,80 b 3,94 b
9 I = POC 3 ml/l air, Lebat-3 232,87 b 3,86 b
10 J = POC 4 ml/l air, Lebat-3 199,20 a 3,52 b

489
Pupuk Organik Cair, Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Buncis

Keterangan : Angka rata-rata dengan disertai huruf yang sama, menunjukkan


tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Gugus Scott-Knott pada taraf
nyata 5 %.

Pada Tabel 5 di atas dapat dilihat, air) dengan hasil 3,94 kg/petak setara
bahwa bobot segar polong per petak yang dengan 10,51 ton/ha, I (POC 3 ml/l air)
dihasilkan oleh perlakuan C (POC 2 ml/l dengan hasil 3,86 kg/petak setara dengan
air) pada kultivar Pasira, menghasilkan 10,29 ton/ha, dan J (POC 4 ml/l air)
bobot polong per petak tertinggi yaitu dengan hasil 3,52 kg/petak setara dengan
3,22 kg/petak setara dengan 8,59 ton/ha 9,39 ton/ha menghasilkan bobot yang
dan berbeda nyata jika dibandingkan lebih tinggi dan berbeda nyata bila
dengan perlakuan A (POC 0 ml/l,Pasira), dibandingkan dengan perlakuan F (POC
B (POC 1 ml/l, Pasira), D (POC 3 ml/l, 0 ml/l air) dan G (POC 1 ml/l air). Hal ini
Pasira), dan E (POC 4 ml/l, Pasira). Pada membuktikan bahwa hasil per petak
perlakuan D (POC 3 ml/l, Pasira) dan E selain dipengaruhi oleh pemilihan
(POC 4 ml/l, Pasira), jika dilihat dari kultivar yang ditanam juga dipengaruhi
jumlah polong tidak berbeda nyata oleh konsentrasi pupuk organik cair yang
dengan perlakuan C (POC 2 ml/l, Pasira), diberikan.
tetapi jika dilihat dari bobot segar polong
per petak, perlakuan D (POC 3 ml/l, Analisis Korelasi antara Komponen
Pasira) dan E (POC 4 ml/l, Pasira) Pertumbuhan dan Hasil
berbeda nyata dengan perlakuan C (POC Hasil uji Korelasi Moment Product
2 ml/l, Pasira) atau terjadi penurunan antara tinggi tanaman dengan bobot
pada bobot segar polong per petak. Hal polong per petak seperti tersaji pada
ini diduga karena pemberian pupuk Tabel 6.
organik cair Multitonik sampai batas Berdasarkan hasil analisis korelasi
tertentu dapat menyebabkan peningkatan seperti tercantum pada Tabel 6, ternyata
hasil yang makin berkurang pada nilai korelasi antara tinggi tanaman umur
tanaman buncis kultivar Pasira. Sesuai 35 HST berkorelasi positif nyata dengan
dengan pendapat Mitcherlich (1909) bobot polong per petak pada kultivar
dalam Lily Agustina (2004) yang Pasira, dengan tingkat keeratan
mengemukakan hukum peningkatan hubungan yang sedang dan pada umur
hasil yang makin berkurang (The Law of 35 HST ternyata tinggi tanaman
Diminishing Returns) yang isinya mempengaruhi bobot segar polong per
“penambahan hasil tanaman sebagai petak sebesar 28,6% dan sisanya
respon penambahan pupuk berbanding dipengaruhi oleh faktor lain. Artinya
lurus dengan selisih hasil maksimum terdapat hubungan positif yang nyata
dengan hasil aktual”. antara tinggi tanaman dengan bobot
Sedangkan pada kultivar Lebat-3, polong per petak.
bobot segar polong per petak yang
dihasilkan oleh perlakuan H (POC 2 ml/l

Tabel 6. Hasil Analisis Korelasi antara Tinggi Tanaman Umur 35 HST, 40 HST, dan
45 HST dengan Bobot Polong per Petak pada Kultivar Pasira.
Korelasi Antara Tinggi Tanaman dengan Bobot Polong per
Uraian Petak pada Kultivar Pasira Umur :
35 HST 40 HST 45 HST
Nilai r 0,535 0,401 0,406
Kategori r Sedang Sedang Sedang
Nilai r2 0,286 0,161 0,165
Nilai t 2,282 1,578 1,602
Nilai ttabel 2,160 2,160 2,160
Kesimpulan Nyata Tidak Nyata Tidak Nyata

490
Pupuk Organik Cair, Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Buncis

Tabel 7. Hasil Analisis Korelasi antara Tinggi Tanaman Umur 35 HST, 40 HST, dan
45 HST dengan Bobot Polong per Petak pada Kultivar Lebat-3.
Korelasi Antara Tinggi Tanaman dengan Bobot
Uraian Polong per Petak pada Kultivar Lebat-3 Umur :
35 HST 40 HST 45 HST
Nilai r 0,636 0,667 0,665
Kategori r Tinggi Tinggi Tinggi
Nilai r2 0,405 0,444 0,441
Nilai t 2,973 3,224 3,208
Nilai ttabel 2,160 2,160 2,160
Kesimpulan Nyata Nyata Nyata

Berdasarkan hasil analisis korelasi Artinya terdapat hubungan positif yang


seperti tercantum pada Tabel 7, ternyata nyata antara tinggi tanaman dengan
nilai korelasi antara tinggi tanaman umur bobot polong per petak. Hal ini
35 HST, 40 HST, dan 45 HST berkorelasi menunjukan bahwa semakin tinggi
positif nyata dengan bobot polong per tanaman semakin banyak cabang yang
petak pada kultivar Lebat-3, dengan dihasilkan, maka bobot polong per petak
tingkat keeratan hubungan yang tinggi yang dihasilkan semakin tinggi. Hal ini
dan pada umur 35 HST, 40 HST, dan 45 sesuai dengan pendapat Estu Rahayu dan
HST ternyata tinggi tanaman Nur Berlian V.A (2004), bahwa cabang
mempengaruhi bobot segar polong per tanaman buncis yang dihasilkan pada
petak sebesar 40,5%, 44,4%, dan 44,1% umur tertentu akan aktif menghasilkan
dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. bunga.

Tabel 8. Hasil Analisis Korelasi antara Jumlah Daun Umur 35 HST, 40 HST, dan 45
HST dengan Bobot Polong per Petak pada Kultivar Pasira.

Korelasi Antara Jumlah Daun dengan Bobot Polong


Uraian per Petak pada Kultivar Pasira Umur :
35 HST 40 HST 45 HST
Nilai r 0,441 0,446 0,478
Kategori r Sedang Sedang Sedang
Nilai r2 0,194 0,199 0,228
Nilai t 1,770 1,797 1,962
Nilai ttabel 2,160 2,160 2,160
Kesimpulan Tidak Nyata Tidak Nyata Tidak Nyata

Berdasarkan hasil analisis korelasi seperti petak pada kultivar Pasira. Artinya tidak
yang tercantum pada Tabel 8 diatas, terdapat hubungan yang nyata antara
ternyata nilai korelasi jumlah daun umur jumlah daun dengan bobot polong per
35 HST, 40 HST, dan 45 HST tidak petak.
berkorelasi dengan bobot polong per

Tabel 9. Hasil Analisis Korelasi antara Jumlah Daun Umur 35 HST, 40 HST, dan 45 HST
dengan Bobot Polong per Petak pada Kultivar Lebat-3.
Korelasi Antara Jumlah Daun dengan Bobot Polong per Petak
Uraian pada Kultivar Lebat-3 Umur :
35 HST 40 HST 45 HST
Nilai r 0,639 0,216 0,253
Kategori r Tinggi Lemah Lemah
Nilai r2 0,409 0,047 0,064
Nilai t 2,999 1,797 1,944

491
Pupuk Organik Cair, Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Buncis

Nilai ttabel 2,160 2,160 2,160


Kesimpulan Nyata Tidak Nyata Tidak Nyata

Berdasarkan hasil analisis korelasi bagian organ tanaman lainnya termasuk


seperti tercantum pada Tabel 9, ternyata polong, sehingga jumlah polong menjadi
nilai korelasi antara jumlah daun umur 35 banyak dan bobot polong per petak pun
HST berkorelasi positif nyata dengan menjadi lebih berat. Hal ini sesuai dengan
bobot polong per petak pada kultivar pendapat Dwidjoseputro (1986), bahwa
Lebat-3, dengan tingkat keeratan proses fotosintesa dapat mengubah 50%
hubungan yang tinggi dan pada umur 35 karbohidrat hasil fotosintesa kembali
HST ternyata jumlah daun menjadi CO2 dengan peningkatan CO2
mempengaruhi bobot segar polong per fotorespirasi diperkirakan akan menurun.
petak sebesar 40,9% dan sisanya Selanjutnya dinyatakan bahwa, dampak
dipengaruhi oleh faktor lain. Artinya langsung yang dapat dijejaki dari
terdapat hubungan positif yang nyata peningkatan CO2 adalah peningkatan
antara jumlah daun dengan bobot polong tingkat fotosintesa daun dan kanopi.
per petak. Hal ini menunjukan bahwa Peningkatan fotosintesis akan meningkat
jumlah daun merupakan karakteristik sampai kadar CO2 mendekati 1000 ppm,
tanaman yang mempengaruhi kecepatan sehingga tanaman tumbuh cepat dan
proses fotosintesis, yang mana hasil dari lebih besar.
proses fotosintesis tersebut disalurkan ke

D. Kesimpulan dan Saran tertinggi terdapat pada konsentrasi 2,


Kesimpulan 3, dan 4 ml, sedangkan pada kultivar
Berdasarkan hasil dan pembahasan Lebat-3 terdapat pada konsentrasi 2
yang diperoleh, maka dapat ditarik ml/l dan 3 ml/l. Bobot polong per
kesimpulan sebagai berikut : petak tertinggi pada kultivar Pasira
1. Pemberian pupuk organik cair terdapat pada konsentrasi 2 ml/l
Multitonik pada tanaman buncis dengan hasil 3,22 kg/petak setara
kultivar Pasira dan Lebat-3, dengan 8,59 ton/ha, sedangkan pada
memberikan pengaruh yang nyata kultivar Lebat-3 terdapat pada
terhadap variabel yang diamati yaitu konsentrasi 2 ml/l dengan hasil 3,94
tinggi tanaman dan jumlah daun per kg/petak setara dengan 10,51 ton/ha,
rumpun (umur 35 HST, 40 HST, dan 45 3 ml/l dengan hasil 3,86 kg/petak
HST), jumlah polong, bobot polong per setara dengan 10,29 ton/ha dan 4 ml/l
rumpun, dan bobot polong per petak. dengan hasil 3,52 kg/petak setara
2. Kombinasi konsentrasi pupuk organik dengan 9,39 ton/ha.
cair Multitonik pada tanaman buncis 3. Terdapat korelasi positif dan nyata
memberikan pengaruh terbaik dengan kategori sedang antara tinggi
terhadap komponen : tanaman umur 35 HST dengan bobot
a) Pertumbuhan polong buncis per petak dan tidak
Pada kultivar Pasira tinggi tanaman terdapat korelasi yang nyata antara
tertinggi dan jumlah daun terbanyak jumlah daun umur 35 HST, 40 HST,
terdapat pada konsentrasi 2, 3, dan 4 dan 45 HST dengan bobot polong
ml/l, sedangkan pada kultivar Lebat- buncis per petak pada kultivar Pasira.
3, tinggi tanaman tertinggi terdapat Sedangkan pada kultivar Lebat-3,
pada konsentrasi 1, 2, 3, dan 4 ml/l, terdapat korelasi positif dan nyata
serta jumlah daun terbanyak terdapat dengan kategori tinggi antara tinggi
pada konsentrasi 2, 3, dan 4 ml/l. tanaman umur 35 HST, 40 HST, dan 45
HST dengan bobot polong buncis per
b) Hasil petak dan terdapat korelasi positif dan
Pada kultivar Pasira, jumlah polong nyata dengan kategori tinggi antara
dan bobot polong per rumpun
492
Pupuk Organik Cair, Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Buncis

jumlah daun umur 35 HST dengan mikro yang rendah seperti di tempat
bobot polong buncis per petak. penelitian, sebaiknya diberikan pupuk
makro sesuai dengan anjuran.
Saran 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, untuk masing-masing kultivar yang
maka penulis dapat memberikan saran ditanam diberbagai kondisi lingkungan
sebagai berikut : yang berbeda dengan perlakuan
1. Untuk memperoleh hasil yang tinggi konsentrasi pupuk organik cair yang
pada tanaman buncis, sebaiknya berbeda pula, sehingga dapat diperoleh
kultivar yang ditanam adalah kultivar rekomendasi penggunaan pupuk
Pasira atau kultivar Lebat-3 dengan organik cair yang tepat pada setiap
menggunakan pupuk organik cair kultivar
Multitonik dengan konsentrasi 2 ml/l
dan apabila kondisi lahan memiliki
kandungan unsur hara makro dan
Estu Rahayu dan Nur Berlian V.A. 2004.
Daftar Pustaka Kacang Buncis. Penebar Swadaya.
Afandie Rosmarkam dan Nasih Widya Jakarta.
Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan
Tanah. Kanisius. Yogyakarta. Evita. 2005. Pengaruh Berbagai
Konsentrasi Pupuk Organik Cair
Ance Gunarsih Kartasapoetra. 1992. Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil
Klimatologi : Pengaruh Iklim Tanaman Kacang Buncis
Terhadap Tanah dan Tanaman. (Phaseolus Vulgaris, L). Jurusan
Bumi Aksara. Jakarta. Budidaya Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Jambi.
Bambang Cahyono. 2003. Kacang Buncis
Teknik Budidaya dan Analisis Goeswono Soepardi. 1983. Sifat dan Ciri
Usaha Tani. Kanisius. Yogyakarta. Tanah. Jilid I. Jurusan Tanah.
Fakultas Pertanian. Institut
Dalimartha Setiawan. 2008. Resep Pertanian Bogor. Bogor. 591 hal.
Tumbuhan Obat Untuk Asam
Urat. Penebar Swadaya. Jakarta. Karsono, Sudarmodjo dan Sutiyoso, Y.
2002. Hidroponik Skala Rumah
Didik Harnowo. 1995. Evaluasi Paket Tangga. Agromedia Pustaka.
Teknoogi Produksi Benih Untuk Jakarta.
Laha Kering. Proseding Seminar
Nasional Pengembangan Wilayah Kemas Ali Hanafiah. 2011. Rancangan
Kering. Penerbit Lembaga Percobaan : Teori dan Aplikasi.
Penelitian Universitas Lampung. Rajawali Pers. Jakarta.
Lampung.
Leiwakabessy, F.M. dan A. Sutandi. 1998.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan. 2007. Pupuk dan Pemupukan. Jurusan
Teknologi Produksi Buncis. Tanah. Fakultas Pertanian. Institut
Provinsi DT. I. Jawa Barat. Pertanian Bogor. Bogor. 210 hal.

Dwidjoseputro. 1986. Pengantar Fisiologi Lily Agustina. 2004. Dasar Nutrisi


Tumbuhan. Gramedia. Jakarta. Tanaman. Rineka Cipta. Jakarta.

Effi Ismawati Musnamar. 2009. Pupuk Lita Sutopo. 2010. Teknologi Benih.
Organik. Penebar Swadaya. Rajawali Pers. Jakarta.
Jakarta.

493
Pupuk Organik Cair, Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Buncis

Muhadjir, F., S. Darmijati dan F Ratna.


1989. Peranan Pupuk Daun dan Sukamto Hadisuwito. 2012. Membuat
Zat Pengatur Tumbuh pada Pupuk Organik Cair. PT
Tanaman Pangan. Bul. Agr. (Edisi Agromedia Pustaka. Jakarta.
Khusus) : 82-96.
Sunaryono. 1984. Kunci Bercocok Tanam
Novizan. 2000. Petunjuk Penggunaan Sayuran Penting di Indonesia. CV.
Pupuk yang Efektif. Agromedia Sinar Baru. Bandung. P. 132 – 136.
Pustaka. Jakarta.
Titi Setianingsih dan Khaerodin. 2005.
Pinus Lingga. 1999. Petunjuk Penggunaan Pembudidayaan Buncis Tipe
Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. Tegak dan Merambat. Penebar
163 hal. Swadaya. Jakarta.

Rahmat Rukmana. 1994. Bertanam Tjondronegoro, P. D., S. Harran dan


Buncis. Kanisius. Yogyakarta. Hamim. 1999. Fisiologi Tumbuhan
Setijo Pitojo. 2004. Benih Buncis. Kanisius. Jilid I. Jurusan Biologi. Fakultas
Yogyakarta. Matematika dan Ilmu Alam.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Soeprapto. 2000. Bertanam Kedelai. 114 hal.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Wijaya. 2000. Analisis Statistik dengan
Subandi. 2010. Kimia Organik. Dee Program SPSS 10,0. Alfabeta.
Publish. Yogyakarta. Bandung.

494

Anda mungkin juga menyukai