Anda di halaman 1dari 12

Zuyasna et al. (2011) J.

Floratek 6: 92 - 103

PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR MERANG AKIBAT PERBEDAAN


MEDIA TANAM DAN KONSENTRASI PUPUK SUPER A-1

Effect of Media and Concentration of Super A-1 Fertilizer on


Growth and Yield of Mushrooms

Zuyasna, Mariani Nasution, dan Dewi Fitriani

Prodi Agroteknologi Fakultas Pertanian


Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh

ABSTRACT

The objectives of this study were to investigate several media and liquid
organic fertilizer on the growth and the yield of mushroom (Volvariella Volvaceae
L) and also to identify the interactions between the two factors. The research was
conducted at Lee Guna Gampong Peurada Banda Aceh from 15 June to 23 July
2010. A factorial randomized completely design with three replications was used
in this experiment. The first factor evaluated was medium (dried rice stalks, cane
bagasse, and cardboard), and the second factor was Super A-1 fertilizer
concentrations (0 cc, 7.5, and 15 cc/L). The results showed that media significantly
affected stem weight and cap diameter of mushroom. However, the media did not
influence primordial initiation, the number of mushrooms, length and diameter of
stems. Mushrooms grew best on the medium of cane bagasse. Super A-1
concentration significantly influenced the number of mushrooms, diameter of
mushroom cap, and stem diameter, but did not affect mushroom weight. The best
concentration of Super A-1 for mushrooms growth was 15cc/L. There were no
interactions between the media and concentration Super A-1 based on variables
observed in this experiment.

Keywords: mushroom, rice stalk, cane pulp, cardboard, organic liquid fertilizer

PENDAHULUAN Menurut Nurman dan Kahar (1990),


jamur merang mengandung protein
Jamur merang (Volvariella 2,68%, lemak 2,24%, karbohidrat
volvaceae L) telah dikenal dan 2,6%, vitamin C 206,27 mg, kalsium
dibudidayakan sebelum abad ke-18 di 0,75%, fosfor 36,6% dan kalium
Cina. Tapi baru sekitar tahun 1932- 44,2%. Bahkan Mayun (2007)
1935, jamur merang ini diintroduksi berpendapat bahwa kandungan mi-
oleh orang-orang Cina ke daerah neral yang ada dalam jamur merang
Filipina, Malaysia dan Negara-negara lebih tinggi dibandingkan daging sapi
Asia Tenggara lainnya. Di Indonesia, dan domba.
jamur merang mulai dikembangkan Dengan semakin meningka-
sejak tahun 1955 (Sinaga, 2007). tnya pemahaman masyarakat tentang
Jamur merang merupakan peranan makanan bergizi bagi
bahan makanan yang enak dan kaya kesehatan, maka semakin tinggi pula
akan protein, mineral serta vitamin. kebutuhan masyarakat terhadap

92
Zuyasna et al. (2011) J. Floratek 6: 92 - 103

bahan makanan bergizi terutama kurang atau bahkan tidak tersedia di


sekali bahan makanan yang tanah atau media untuk mendukung
berprotein tinggi. Salah satu usaha pertumbuhan tanaman.
untuk memenuhi kebutuhan protein Berdasarkan komponen pe-
bagi masyarakat adalah mengena- nyusunnya pupuk dapat digolongkan
bangkan budidaya jamur merang. atas dua yaitu pupuk anorganik dan
Pada awalnya, jamur ini hanya pupuk organik. Pupuk organik
dibudidayakan pada media merang merupakan pupuk yang berasal dari
saja atau tangkai padi. Akan tetapi, pelapukan sisa-sisa makhluk hidup,
seiring dengan perkembangannya, seperti tanaman dan kotoran hewan.
ternyata jamur ini juga dapat Pupuk ini umumnya mengandung
dibudidayakan dengan menggunakan unsur hara makro dan mikro yang
media alternatif lain, seperti limbah diperlukan oleh tanaman meskipun
biji kopi, ampas batang aren, ampas dalam jumlah sedikit. Salah satu
tebu, limbah kelapa sawit, limbah bentuk pupuk organik yang banyak
kapas, ampas tebu bahkan limbah beredar di pasaran adalah pupuk
kardus (Agromedia, 2009). organik cair.
Pada musim tertentu jerami Penggunaan pupuk organik
padi sulit di dapat, karena jerami padi cair dewasa ini terus meningkat.
hanya tersedia pada musim panen Salah satu pupuk organik cair yang
saja. Oleh karena terbatasnya keter- beredar di pasaran adalah pupuk
sediaan jerami padi setelah beberapa organik cair super A-1. Keunggulan
bulan panen dan beberapa daerah yang dimiliki pupuk cair super A-1
yang memiliki lahan penanaman padi adalah kandungan haranya yang
yang terbatas, perlu dicari alternatif mengandung unsur hara makro dan
media lain sebagai tempat yang baik mikro, 14 mineral esensial,
untuk pertumbuhan jamur merang. pengendali hama alami, mengandung
Salah satu usaha untuk memenuhi senyawa pengatur tumbuh alami
kebutuhan tersebut adalah melalui giberelin (GA3), Zeatin, 17 macam
pemanfaatan limbah pertanian. asam amino, asam organik, enzim,
Limbah pertanian dapat memberikan vitamin dan mobilisasi nutrisi.
nilai tambah dalam kegiatan usaha Pemberian pupuk organik cair super
tani, antara lain dapat dijadikan A-1 harus memperhatikan kon-
kompos dan digunakan sebagai sentrasi yang diaplikasikan terhadap
media tumbuh jamur merang tanaman. Konsentrasi yang biasa
(Nilawati et al., 2007). digunakan untuk tanaman sayur-
Untuk perkembangan jamur sayuran dan tanaman pangan adalah
diperlukan sumber nutrisi atau 2-4 cc/L air dan untuk jamur tiram
makanan dalam bentuk unsur-unsur dan kayu 3-5 cc/L air (Harsono,
hara yang diperoleh dari bahan 2009).
tambahan lainnya seperti pemakaian Dewasa ini permintaan akan
pupuk untuk kebutuhan nutrisi dan jamur merang makin meningkat,
makanan bagi jamur. Pupuk sangat namun untuk memenuhi permintaan
penting peranannya dalam mening- tersebut diperlukan media tumbuh
katkan produksi dan produktivitas yang sesuai agar diperoleh
tanaman. Marsono (2005) pertumbuhan dan hasil yang baik dan
menyatakan bahwa pupuk bermanfaat dapat dipanen setiap saat tanpa
dalam menyediakan unsur hara yang bergantung pada ketersediaan

93
Zuyasna et al. (2011) J. Floratek 6: 92 - 103

merang. Untuk itu perlu dilakukan adalah media tanam (M) dalam 3
penelitian tentang penggunaan jenis- taraf, yaitu M1=jerami padi,
jenis media pengganti merang yang M2=ampas tebu, dan M3=kardus
dapat digunakan untuk pertumbuhan bekas. Faktor kedua adalah
jamur merang sehingga dapat lebih konsentrasi pupuk organik cair Super
meningkat hasilnya. Sebagai sumber A-1 (P) dalam 3 taraf, yaitu P0 = 0
nutrisi bagi pertumbuhan jamur cc/L air (kontrol), P1 = 7,5 cc/L air,
merang, perlu juga dilakukan dan P2 = 15 cc/L air. Bahan lain
penelitian tentang penggunaan pupuk yang digunakan untuk budidaya
Super A-1 pada pertumbuhan jamur jamur merang dalam penelitian ini
merang. adalah air, kapur, dan dedak.
Penelitian ini bertujuan untuk Kapur (CaCO3) digunakan
mencari jenis media dan konsentrasi sebanyak 10% dari berat media yang
pupuk Super A-1 yang tepat untuk digunakan, yang berguna untuk
pertumbuhan dan hasil jamur merang menetralkan pH media tanam agar
yang maksimal. Di samping itu, sesuai dengan syarat tumbuh jamur
penelitian ini juga bertujuan untuk merang dan sebagai sumber kalsium.
mengetahui ada tidaknya interaksi Bahan lain yang digunakan sebagai
antara kedua faktor tersebut. pelengkap media adalah dedak, yang
dipakai sebanyak 25% dari berat
BAHAN DAN METODE media yang digunakan dan diambil
PENELITIAN dari kilang padi di Indrapuri Aceh
Besar. Dedak kaya akan karbohidrat,
Penelitian dilaksanakan di karbon, nitrogen dan vitamin B
Kumbung Budidaya Jamur Merang kompleks yang bisa mempercepat
Lee Guna, Jalan Kayee Adang, Lr. pertumbuhan misellium dan
Ketapang Wangi No.7 Gampong mendorong perkembangan tubuh
Peurada, Banda Aceh, yang dimulai buah jamur. Dedak yang baik
dari tanggal 14 Juni sampai dengan digunakan sebagai campuran media
22 Juli 2010. Bahan yang digunakan pertumbuhan jamur merang harus
dalam percobaan ini adalah bibit, yang masih baru dan tidak berbau.
yang dipesan 10 hari sebelum Sedangkan alat yang digunakan
melakukan penanaman pada tanggal adalah drum untuk sterilisasi, bak air,
yang direncanakan, sehingga bibit sekop, pipa, Termometer, pH meter,
yang ditanam tidak terlalu muda atau jangka Sorong, sprayer timbangan,
kadaluwarsa. Bibit yang dipakai mistar, timba, alat tulis menulis.
adalah bibit Super F2 hasil Model Matematika dari
pembiakan murni yang dibeli dari rancangan yang digunakan dalam
pengusaha jamur merang di Bogor. penelitian ini adalah:
Jumlah bibit yang digunakan Yijk = μ + Mi + Pj + (MP)ij + εijk
sebanyak 7 bungkus (isi 400 Dimana :
g/bungkus). Bibit yang digunakan Yijk : Nilai pengamatan untuk
untuk setiap unit percobaan sebanyak faktor media tanam (M)
100 g. Penelitian dilakukan dalam pada taraf ke-i dan faktor
bentuk percobaan dengan menggu- konsentrasi pupuk (P)
nakan rancangan faktorial 2 faktor pada taraf ke-j dan
yang disusun dalam pola Rancangan ulangan ke-k
Acak Lengkap. Faktor pertama μ : Nilai tengah umum

94
Zuyasna et al. (2011) J. Floratek 6: 92 - 103

Mi : Pengaruh faktor media KTA : Kuadrat tengah acak


tanam (M) taraf ke-i (i = r : Jumlah ulangan
1, 2, 3)
Pj : Pengaruh faktor konsen- Pembuatan bangunan kumbung
trasi pupuk (P) taraf ke-j (j Kumbung adalah suatu
= 1, 2, 3) bangunan rumah yang digunakan
(MP)ij : Pengaruh interaksi faktor untuk penanaman jamur merang.
media tanam (M) taraf ke- Kumbung jamur merang terdiri dari 2
i dan konsentrasi pupuk bangunan, yaitu bangunan luar dan
(P) pada taraf ke-j bangunan dalam. Bangunan luar
εijk : Galat percobaan terbuat dari rangka bambu dan
Analisis data menggunakan berdinding anyaman bambu dapat
uji F dan BNJ. Apabila uji F dilihat pada Gambar 1 (a) kumbung
menunjukkan pengaruh yang nyata dilihat dari luar dan (b) kumbung
maka dilanjutkan dengan uji Beda dilihat dari dalam.
Nyata Jujur pada level 5% (BNJ0,05) Bangunan kumbung dibuat
dengan rumus : berukuran panjang 7 m, lebar 5 m,
dan tinggi 5 m. Kumbung bagian
KTA
BNJ0,05 = q 0,05 (p ; dbA) dalam terbuat dari rangka bambu
r yang berisi 6 rak yang disusun di
Dimana : bagian kiri dan kanan. Sebagai
BNJ0,05 : Beda Nyata Jujur pada pelindung, rangka dinding dilapisi
level 5% plastik dengan panjang 6 m, lebar 4
q0,05 (p;dbA): Nilai baku q pada level m dan tinggi 4,5 m. Jarak antara
5% (jumlah perlakuan bangunan luar dengan bangunan
dan derajat bebas dalam adalah 30 – 40 cm.
acak)

a b
Gambar 1. Kumbung tempat penelitian

Persiapan Media Tanam dan selama 7 hari, dengan ketebalan


Pengomposan jerami padi untuk pertumbuhan
Media tanam yang digunakan substrat Volvariella adalah 20 cm.
dalam penelitian ini adalah jerami Sedangkan untuk cara penggunaan
padi, kardus bekas, dan ampas tebu. media kardus merujuk kepada cara
Cara pemakaian untuk media jamur Trisno (2009), yaitu kardus disobek-
jerami padi dan ampas tebu merujuk sobek dan direndam dengan air kapur
kepada Makarim et al. (2007). selama 5 hari. Kemudian kardus
Periode pengomposan jerami padi dimasukkan ke dalam kumbung atau

95
Zuyasna et al. (2011) J. Floratek 6: 92 - 103

rak, (tidak perlu dikomposkan seperti Pembangkit Uap


jamur dengan media jerami). Khusus Pembangkit uap dilakukan
untuk media jerami padi dan ampas dengan menggunakan dua buah drum
tebu dikomposkan terlebih dahulu, yang disambung dengan pipa paralon
selanjutnya masing-masing media ke dalam kumbung. Pipa yang
dicampur dengan dedak dan kapur. berada di bagian dalam kumbung
Media tumbuh yang telah dicampur, diberi lubang-lubang untuk
sebelum ditanami jamur merang mengeluarkan uap air panas yang
dipasteurisasi terlebih dahulu dengan berasal dari air di dalam tangki yang
temperatur berkisar 80oC selama 3 dididihkan (Gambar 2).
jam.

Gambar 2. Drum Pembangkit Uap

Pengisian Media dan Pasteurisasi selesai penanaman bibit, jendela dan


Setelah dilakukan pengom- pintu kumbung ditutup selama tiga
posan media, bahan kompos ini hari. Pada hari keempat, setelah
kemudian dimasukkan ke dalam rak- penanaman bibit, jendela ventilasi
rak percobaan setebal 15 cm. dibuka selama 5 menit. Apabila
Kemudian, media dipasteurisasi media terlihat mengalami kekeringan,
dengan cara mengalirkan uap panas maka seluruh permukaan media
ke dalam kumbung melalui pipa disirami air.
hingga suhu dalam ruangan
mencapai 70°C, dibiarkan selama 2-4 Pemeliharaan
jam. Setelah pasteurisasi, jendela Pemeliharaan tanaman jamur
kumbung dibuka agar udara segar meliputi pengaturan suhu dan
dapat masuk dan suhu turun hingga kelembaban udara serta pengendalian
mencapai 32–35°C. Biasanya proses hama dan penyakit. Pengaturan suhu
penurunan suhu memerlukan waktu dan kelembaban udara dilakukan
selama 24 jam. dengan cara sebagai berikut. Jamur
merang membutuhkan suhu 32-38°C
Penanaman Bibit dan kelembaban 80-90% untuk
Bibit yang digunakan setiap menumbuhkan tubuh buahnya.
plot percobaan sebanyak 100 g. Termometer dan higrometer yang
Setelah suhu turun mencapai 32– dipasang di dalam kumbung harus
35°C, bibit jamur merang ditanam selalu diperiksa untuk memastikan
dengan cara menaburkan bibit di suhu dan kelembabannya berada pada
seluruh permukaan kompos. Setelah tingkat yang sesuai. Salah satu cara

96
Zuyasna et al. (2011) J. Floratek 6: 92 - 103

menjaga suhu dan kelembaban (hifa) atau miselium yang kemudian


kumbung adalah dengan melakukan berkembang menjadi primordial atau
pengabutan air menggunakan sprayer disebut juga stadia kepala jarum.
yang dilengkapi dengan nozzle. Pada Peubah ini dihitung sejak penanaman
musim hujan pengabutan cukup bibit sampai terbentuknya gumpalan
dilakukan sekali pada pagi hari. kecil, biasanya berukuran sebesar
Sedangkan pada musim kemarau kepala jarum pentul (pin head).
pengabutan dilakukan dua kali sehari, Pengamatan dimulai sejak hari ke 4
pada pagi dan sore hari. setelah tanam.
Pengendalian hama dan 2. Jumlah Badan Buah (Biji).
penyakit dilakukan dengan prosedur Jumlah badan buah dihitung pada
sebagai berikut. Hama yang banyak saat tahap panen pertama sampai
menyerang jamur merang antara lain tahap panen ketiga, dan dihitung
serangga, kutu, lalat, cacing, dan untuk setiap unit percobaan. Untuk
tikus. Cara mengendalikannya panen pertama data diambil pada hari
adalah (1) pengontrolan kualitas ke 12 setelah tanam, panen kedua
bahan baku media. Media tanam pada hari ke 17 setelah tanam dan
sebaiknya tidak mengandung hama panen ke tiga pada hari ke 22 setelah
dan penyakit jamur. (2) Peralatan tanam.
yang digunakan selama budidaya 3. Berat Badan Buah (g).
harus dalam kondisi bersih. (3) Peubah ini ditimbang pada saat tahap
Membuang jamur yang pertum- panen pertama sampai tahap panen
buhannya berbeda dengan jamur ketiga. Berat badan buah ditimbang
yang ditanam atau jamur yang tidak untuk setiap unit percobaan. Untuk
dikehendaki. (4) Pemanenan dila- panen pertama data diambil pada hari
kukan dengan menggunakan tangan ke 12 setelah tanam, panen kedua
dan peralatan yang steril (sebelum pada hari ke 17 setelah tanam dan
memanen basahi tangan dengan panen ke tiga pada hari ke 22 setelah
menggunakan alkohol 70%). tanam.
4. Diameter Badan Buah
Panen (cm). Diameter badan buah diukur
Pemanenan jamur dilakukan pada saat jamur berada pada stadium
pada hari ke 12 setelah penanaman kancing, diukur pada dua bagian sisi
bibit. Periode panen berlangsung jamur dan kemudian diambil rata-
sekitar satu bulan dengan interval ratanya, diukur pada hari ke 12
waktu 5 hari sekali. Data produksi setelah tanam.
untuk penelitian ini diambil dari 5. Diameter Tudung (cm).
pemanenan sebanyak 3 kali. Diameter tudung diukur pada saat
jamur dewasa yang telah mekar dan
Pengamatan berbentuk seperti payung. Data di
Adapun peubah yang diamati ambil pada hari ke 14 setelah tanam.
pada penelitian ini adalah sebagai 6. Panjang Batang (cm).
berikut: Panjang batang diukur pada saat
1. Pembentukan primordial panen, mulai dari pangkal batang
stadia kepala jarum (hari). sampai tangkai di bawah bilah jamur.
Pembentukan primordial (stadia Data di ambil pada hari ke 14 setelah
kepala jarum) diawali oleh tanam.
terbentuknya benang-benang halus

97
Zuyasna et al. (2011) J. Floratek 6: 92 - 103

7. Diameter Batang (mm). tanam berpengaruh sangat nyata


Diameter batang diukur pada saat terhadap berat buah dan diameter
jamur dewasa, diukur pada bagian tudung, namun berpengaruh tidak
pangkal batang jamur. Data diambil nyata terhadap pembentukan
pada hari ke 14 setelah tanam. primordial, jumlah badan buah,
diameter badan buah, panjang batang
HASIL DAN PEMBAHASAN dan diameter batang jamur merang.
Rata-rata berat badan buah pada
Media Tanam berbagai media tanam disajikan pada
Hasil uji F pada analisis Gambar 3.
ragam menunjukkan bahwa media

Gambar 3. Rata-rata Berat Badan Buah pada Berbagai Media Tanam.

Dari hasil penelitian yang jamur merang membutuhkan nutrisi


telah dilakukan dapat dilihat pada untuk pertumbuhan dan perkem-
Gambar 3, yaitu perlakuan media bangannya. Nutrisi tersebut dapat
tanam yang tepat dijumpai pada diperoleh dari media yang ada di
media ampas tebu (M2) yang sekitarnya secara langsung baik
memberikan pertumbuhan yang lebih dalam bentuk ion, unsur hara maupun
baik terhadap berat badan buah. molekul sederhana. Lebih lanjut
Semakin baik media yang digunakan Nurman dan Kahar (1990) men-
semakin baik pula pertumbuhan jelaskan bahwa pada umumnya unsur
jamur merang yang dihasilkan. Data hara yang dibutuhkan jamur untuk
nilai rata-rata dari semua peubah pertumbuhannya adalah unsur C
yang diamati pada berbagai dalam bentuk karbohidrat dan unsur
perlakuan media tanam disajikan N dalam bentuk amonium yang akan
pada Tabel 1. diubah menjadi protein. Selain itu,
Dari penelitian ini dapat dibutuhkan juga Ca yang sangat
dilihat bahwa jenis media ampas tebu penting untuk menetralkan asam
memiliki nutrisi dan kelembaban oksalat yang dikeluarkan oleh
yang baik untuk pertumbuhan jamur misselium.
merang. Menurut Gunawan (2000),

98
Zuyasna et al. (2011) J. Floratek 6: 92 - 103

Kelembaban media juga bahwa ampas tebu mengandung air


diduga merupakan faktor yang 48 - 52%, gula rata-rata 3,3% dan
mempengaruhi pertumbuhan jamur serat rata-rata 47,7%. Serat ampas
merang. Ampas tebu merupakan tebu tidak dapat larut dalam air dan
salah satu media yang baik untuk sebagian besar terdiri dari selulosa,
pertumbuhan jamur. Hal ini mungkin pentosa dan lignin. Sedangkan
di sebabkan oleh struktur ampas tebu menurut Budiono (dalam Trisno,
yang memiliki banyak rongga yang 2009), ampas tebu mengandung
biasanya diperlukan untuk menyim- 52,67% kadar air; 55,89% C-organik;
pan nira tebu. Adanya rongga N-total 0,25%; 0,16% P2O5; dan
memungkinkan tersimpannya air 0,38% K2O. Dengan demikian dapat
dalam jumlah yang cukup sehingga dikatakan bahwa ampas tebu selain
kebutuhan air untuk pertumbuhan dapat memberikan suplai air, juga
jamur dan kelembaban terpenuhi menyediakan C-organik, N, P dan K
untuk pertumbuhan yang lebih baik. yang sangat dibutuhkan untuk
Hal ini sesuai dengan pernyataan pertumbuhan jamur.
Husin (dalam Anwar, S. 2008),

Tabel 1. Nilai Rata-rata dari peubah yang diamati pada berbagai perlakuan media
tanam
Perlakuan Media
Peubah Rerata
Tanam
(M1) Jerami padi 6,66
Pembentukan Primordial (hari) (M2) Ampas Tebu 7,55
(M3) Kardus Bekas 7,89
(M1) Jerami Padi 30,22
Jumlah Badan Buah (Biji) (M2) Ampas Tebu 42,78
(M3) Kardus bekas 33,78
(M1) Jerami Padi 471,51 ab
(M2) Ampas Tebu 600,65 b
Berat Badan Buah (g)
(M3) Kardus Bekas 369,27 a
BNJ 0,05 136,62
(M1) Jerami Padi 12,48
Diameter Badan Buah (cm)
(M2) Ampas Tebu 11,58
(M3) Kardus Bekas 11,19
(M1) Jerami Padi 12,58 b
(M2) Ampas Tebu 10,36 a
Diameter Tudung (cm)
(M3) Kardus Bekas 12,17 b
BNJ 0,05 1,15
(M1) Jerami Padi 7,93
Panjang Batang (cm) (M2) Ampas Tebu 7,33
(M3) Kardus Bekas 7,62
(M1) Jerami Padi 1,67
Diameter Batang (mm) (M2) Ampas Tebu 1,52
(M3) Kardus Bekas 1,51
Keterangan: angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda
tidak berbeda nyata pada taraf 5% (BNJ 0,05).

99
Zuyasna et al. (2011) J. Floratek 6: 92 - 103

Gunawan (2000) berpen- 1, dimana pertumbuhan jamur pada


dapat bahwa secara umum jamur ketiga media (merang, ampas tebu,
memerlukan kelembaban (RH) yang dan kardus) tidak memberikan
relatif tinggi yaitu 95% sampai perbedaan yang nyata untuk peubah
dengan 100% untuk menunjang Pembentukan Primordial, Jumlah
pertumbuhan yang maksimum. Badan Buah, Diameter Badan Buah,
Kelembaban udara yang dibutuhkan Panjang Batang, dan Diameter
untuk produksi optimum jamur Batang. Jadi dapat dikatakan bahwa
merang adalah 95% untuk per- media kardus dan ampas tebu bisa
kembangan misselium dan 80-85% digunakan sebagai media alternatif
untuk pertumbuhan tubuh buah untuk pertumbuhan jamur merang
jamur. Dalam penelitian yang jika persediaan merang terbatas.
dilakukan kelembaban dalam
kumbung mencapai 80% sehingga Pengaruh Konsentrasi Pupuk
sangat baik untuk pertumbuhan Hasil penelitian menunjukkan
jamur. Hal ini didukung oleh bahwa konsentrasi pupuk
pendapat Sutedjo dan Kartasapoetra berpengaruh sangat nyata terhadap
(1988) bahwa air sebagian besar jumlah badan buah, diameter badan
diserap oleh jamur dari dalam media buah, diameter tudung, dan
dan sebagian lagi diperoleh dari berpengaruh nyata terhadap berat
udara dalam bentuk uap air. badan buah. Nilai rata-rata dari
Pertumbuhan jamur pada peubah yang diamati pada berbagai
media yang berbeda akan perlakuan konsentrasi pupuk Super
memberikan respons pertumbuhan A-1 disajikan pada Tabel 2.
dan hasil yang berbeda pula. Pemberian pupuk yang
Perbedaan ini erat kaitannya dengan terbaik dijumpai pada perlakuan 15
ketersediaan unsur hara yang tersedia cc/L air. Pada konsentrasi 15 cc/L
dalam media. Wihardjo (1997) air, unsur hara yang dibutuhkan oleh
menyatakan bahwa tanaman akan tanaman tersedia dan seimbang di
tumbuh subur apabila semua unsur dalam pupuk organik cair Super A-1.
hara yang dibutuhkan tersedia dalam Ini membuktikan bahwa adanya
jumlah yang cukup. Lebih lanjut peningkatan kebutuhan unsur hara
Buckman dan Brady (1982) yang harus diperoleh oleh tanaman
menambahkan, bahwa suatu tanaman tersebut, sehingga konsentrasi 15 cc/l
akan tumbuh dengan subur dan baik air merupakan konsentrasi optimal
apabila unsur hara yang dibutuhkan untuk fase pertumbuhan jamur
cukup tersedia dan berada dalam merang. Menurut Agussalim et al.
jumlah yang seimbang. (2003) bahwa pertumbuhan dan hasil
Penggunaan kardus sebagai tanaman yang baik dapat tercapai
media pertumbuhan jamur sebenar- apabila unsur hara yang dibutuhkan
nya cukup logis mengingat bahan untuk pertumbuhan dan
dasar kardus mirip dengan perkembangan berada dalam bentuk
kandungan yang terdapat dalam tersedia, seimbang dan dalam
merang atau jerami, yaitu selulosa. konsentrasi yang optimum serta
Hal ini terbukti dari hasil penelitian didukung oleh faktor lingkungannya.
seperti yang dapat dilihat pada Tabel

100
Zuyasna et al. (2011) J. Floratek 6: 92 - 103

Tabel 2. Nilai Rata-rata dari peubah yang diamati pada berbagai perlakuan
konsentrasi pupuk Super A-1
Perlakuan
Peubah Rerata
Konsentrasi Pupuk
P0 (kontrol) 7,11
Pembentukan Primordial (hari) P1 (7,5 cc/liter air) 6,78
P2 (15 cc/liter air) 7,78
P0 (Kontrol) 27,00 a
P1 (7,5 cc/l air) 32,89 a
Jumlah Badan Buah (Biji)
P2 (15 cc/l air) 46,89 b
BNJ 0,05 11,61
P0 (kontrol) 376,09 a
P1 (7,5 cc/l air) 490,82 ab
Berat Badan Buah (g)
P2 (15 cc/ l air) 574,51 b
BNJ 0,05 136,62
P0 (kontrol) 10,89 a
Diameter Badan Buah (cm) P1 (7,5 cc/l air) 11,06 a
P2 (15 cc/l air) 13,30 b
BNJ 0,05 1,26
P0 (kontrol) 10,68 a
P1 (7,5 cc/l air) 11,34 a
Diameter Tudung (cm)
P2 (15 cc/l air) 13,08 b
BNJ 0,05 1,15
P0 (kontrol) 7,29
Panjang Batang (cm) P1 (7,5 cc/l air) 7,39
P2 (15 cc/l air) 8,26
P0 (kontrol) 1,45
Diameter Batang (mm) P1 (7,5 cc/l air) 1,51
P2 (15 cc/l air) 1,74
Keterangan: angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda
tidak berbeda nyata pada taraf 5% (BNJ 0,05).

Hal ini sesuai dengan lebih baik dibanding konsentrasi


pendapat Leiwakabessy (1977) yang lainnya.
menyatakan bahwa suatu tanaman Pertumbuhan, perkembangan
menghendaki konsentrasi atau dosis dan hasil suatu tanaman ditentukan
yang optimum. Bila konsentrasi atau oleh dua faktor utama yaitu faktor
dosis pupuk yang diberikan terlalu genetik dan faktor lingkungan. Salah
tinggi maka laju pertumbuhan akan satu faktor yang menunjang tanaman
terganggu dan jika dosis atau untuk tumbuh dan berproduksi secara
konsentrasi terlalu rendah maka akan optimal adalah ketersediaan unsur
menyebabkan terhambatnya pertum- hara dalam jumlah yang cukup di
buhan. dalam media. Hasil ini sesuai dengan
Terhadap peubah pemben- pendapat Lingga (2005), yang
tukan primordial, panjang batang dan menyatakan bahwa pertumbuhan dan
diameter batang, konsentrasi pupuk hasil tanaman sangat dipengaruhi
tidak berpengaruh nyata. Namun, oleh unsur hara yang tersedia.
secara umum konsentrasi 15 cc/L air Pertumbuhan tanaman akan
memberikan hasil yang cenderung maksimum jika unsur hara yang
tersedia dalam keadaan berimbang.

101
Zuyasna et al. (2011) J. Floratek 6: 92 - 103

Kebutuhan akan unsur hara makro diameter tudung. Media tanam


dan mikro dalam jumlah optimal yang terbaik untuk perkembangan
akan mendorong pertumbuhan dan jamur merang adalah ampas tebu.
hasil tanaman yang lebih baik. 2. Pemberian pupuk super A-1
Komposisi hara yang berpengaruh sangat nyata terha-
dikandung pupuk super A-1 sangat dap, jumlah badan buah, diameter
baik untuk meningkatkan hasil badan buah, diameter tudung, dan
produksi jamur sehingga terlihat jelas berpengaruh nyata terhadap berat
pada penelitian yang dilakukan. badan buah. Konsentrasi pupuk
Jamur yang dihasilkan lebih besar super A-1 yang terbaik untuk
dan padat sehingga menambah berat pertumbuhan jamur merang
badan buah jamur dan jumlah badan adalah 15 cc/L air.
buah yang dihasilkan. Menurut Ibra 3. Terdapat interaksi yang tidak
(2008), pupuk organik memiliki nyata antara media tanam dan
kandungan hara lengkap, bahkan di konsentrasi pupuk yang diberikan
dalam pupuk organik juga terdapat terhadap semua peubah yang
senyawa-senyawa organik lain yang diamati.
bermanfaat bagi tanaman, seperti
asam humik, asam sulvat dan Saran
senyawa organik lain, namun Perlu dilakukan penelitian
kandungan hara tersebut rendah tidak lebih lanjut tentang konsentrasi
seperti kandungan hara pada pupuk pupuk yang diberikan dengan
kimia. Kekurangan salah satu unsur konsentrasi yang lebih tinggi
hara akan mengakibatkan pertum- sehingga memberikan hasil yang
buhan tanaman tidak berkembang lebih baik bagi pertumbuhan dan
dan tumbuh dengan baik, sehingga perkembangan jamur merang.
tanaman cepat sekali memperlihatkan
tanda-tanda kekurangan unsur hara
atau sebaliknya ada yang lambat. DAFTAR PUSTAKA

Agromedia. 2009. Buku Pintar


Interaksi Bertanam Jamur Konsumsi.
Hasil penelitian menunjukkan Agromidia Pustaka. Jakarta.
bahwa terdapat interaksi yang tidak Agussalim, A.; Mustafa dan
nyata antara media tanam dan Suhardi. 2003. Acuan Reko-
konsentrasi pupuk terhadap semua mendasi Pemupukan Spesifik
peubah yang diamati. Lokasi untuk Tanaman Kakao
di Sulawesi Tenggara. Paket
SIMPULAN DAN SARAN Informasi Coklat. 2 (16).
Anwar, S. 2008. Ampas Tebu.
Simpulan Catatan Ringan Nur Hidayat.
1. Media tanam berpengaruh tidak http://bioindustri.blogspot.com
nyata terhadap terbentuknya /2008/04/ampas-tebu.html.
primordial, jumlah badan buah, [diakses 26 Maret 2011].
diameter badan buah, panjang Buckman, H.O. dan N.C. Brady.
batang, dan diameter batang dan 1982. Ilmu Tanah (Terjemahan
berpengaruh sangat nyata Soegiman). Bharata Karya
terhadap berat badan buah dan Aksara. Jakarta.

102
Zuyasna et al. (2011) J. Floratek 6: 92 - 103

Gunawan, A.W. 2000. Usaha volvacea) Pada Berbagai Media


Pembibitan jamur. Penebar Tumbuh. Jurnal AGRITROP Vol
Swadaya. Jakarta. 26 (3):124-128. Fakultas Per-
Harsono, B. 2009. Pupuk Super A1- tanian Universitas Udayana.
Pupuk Hemat Organik. Denpasar. Bali.
http://bim2-pupuksuper- Nilawati E., Abd.Rahman A. dan
a1.blogspot.com. [diakses 23 Syaifuddin. 2007. Pengaruh
Mei 2009]. Panjang Pengomposan Jerami
Ibra. 2008. Gejala Kekurangan Unsur dan Lama Pengomposan Ter-
Hara Bagi Tanaman. http:/ hadap Produksi Jamur Merang.
/www.ibra75’s weblog.com. Jurnal Agrisistem. Vol.3. No.2
[diakses 24 November 2008]. Sekolah Tinggi Penyuluhan
Leiwakabessy, F.M. 1977. Ilmu Pertanian (STPP) Gowa.
Kesuburan Tanah dan Penuntun Nurman dan A. Kahar. 1990.
Pratikum. Departemen Ilmu Bertanam Jamur Merang dan
Tanah. Fakultas Pertanian IPB. Seni Memasaknya. Angkasa.
Bogor. Bandung.
Lingga. 2005. Petunjuk Penggunaan Sinaga. 2007. Jamur Merang dan
Pupuk. Penebar Swadaya. Budidayanya (Edisi Revisi).
Jakarta. Penebar Swadaya. Jakarta.
Makarim, A.K., Sumamo dan Sutedjo, M.M. dan A.G.
Suyamto. 2007. Jerami Padi Kartasapoetra. 1988. Pengantar
Pengelolaan dan Pemanfaatan. Ilmu Tanah. Bina Aksara.
Pusat Penelitian dan Pengem- Jakarta.
bangan Pangan Badan Penelitian Trisno, M. 2009. Budida-
dan Pengembangan Pertanian. ya Jamur Kardus. (http://
Bogor. http://www.pustaka- trisprancis.wordpress.com/2009/
deptan.go.id. 02/20/ budi-daya-jamur-kardus).
Marsono. 2005. Pupuk Akar. Pene- [diakses 20 februari 2009].
bar Swadaya. Jakarta. Wihardjo. 1997. Bertanam Semang-
Mayun, I.A. 2007. Pertumbuhan ka. Kanisius. Yogyakarta.
Jamur Merang (volvariella

103

Anda mungkin juga menyukai