Anda di halaman 1dari 3

Budidaya Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum) dan

Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) Pada Lahan


Ultisol
Yoga Defrialdi1, Feristika Pri Dini2, Khairunnisa3, Rahmat Taufik4
¹Teknologi Produksi Tanaman Hortikultura Utama Agro A
¹Program Studi Agroteknologi, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat
Limau Manis, Kecamatan Pauh, Kota Padang, Sumatera Barat 25175
Email : yogadefrialdi48@gmail.com

ABSTRAK
Tanaman tomat (Solanum lycopersicum) membutuhkan tanah yang gembur, kadar keasaman pH antara 5-6, tanah
sedikit mengandung pasir, banyak mengandung humus, serta pengairan yang teratur dan cukup untuk
pertumbuhannya. Tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.) membutuhkan tanah yang subur dengan pH 6,0-
7,0 dan berstruktur gembur, serta peresapan air dan dan sirkulasi udara lancar. Tanah ultisol tergolong lahan
marginal dengan tingkat produktivitasnya rendah dan kandungan unsur hara tanah ini umumnya rendah. Tanah
ultisol memiliki sifat-sifat yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman seperti pH tanah yang masam, yaitu
dibawah 5.0, dan KTK yang rendah. Cara meningkatkan produktivitas ultisol adalah melalui pemberian kapur untuk
menaikkan pH tanah sekaligus menambahkan pupuk kandang. Untuk menunjang pertumbuhan, tanaman juga rutin
dipupuk menggunakan pupuk NPK Mutiara dan NPK Phonska. Praktikum Teknologi Produksi Tanaman
Hortikultura Utama dilaksanakan dari 13 Maret sampai 5 Juni 2022 di Lahan Atas Fakultas Pertanian, Universitas
Andalas, Padang, Sumatera Barat. Pemberian pupuk merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kesuburan
tanah, salah satunya dengan pemberian pupuk NPK. Peningkatan bahan organik pada tanah juga dapat dibantu
dengan pemberian pupuk kandang. Penggunaan pupuk kandang selain dapat memperbaiki kesehatan dan kualitas
tanah juga bermanfaat memperbaiki pertumbuhan serta jumlah dan mutu hasil tanaman. Untuk itu praktikum ini
bertujuan untuk melihat bagaimana pertumbuhan tomat dan cabai ditanah ultisol.

Kata kunci : Budidaya, Cabai, Tomat, Ultisol

PENDAHULUAN Selain itu di dalam cabai rawit segar juga terkandung


beberapa vitamin seperti vitamin A, vitamin B1 dan
Tomat merupakan tanaman yang bisa tumbuh di vitamin C. Cabai rawit juga mengandung beberapa
segala tempat. Tanaman tomat dapat tumbuh baik di senyawa seperti capsaicin, oleoresin, bioflavonoid,
dataran tinggi, yaitu diatas 700 mdpl, dataran medium minyak atsiri, dan karotenoid.
(200-700 mdpl), dan dataran rendah, yaitu dibawah Cabe rawit merupakan sayur buah yang
200 mdpl. Untuk pertumbuhan yang baik, tomat sangat digemari masyarakat di Indonesia. Cabe
membutuhkan tanah yang gembur, kadar keasaman pH banyak mengandung minyak atsiri yang memberi
antara 5-6, tanah sedikit mengandung pasir, banyak rasa pedas dan panas. Rasa pedasnya disebabkan oleh
mengandung humus, serta pengairan yang teratur dan kandungan capsaisin (C18H27NO3) yang sangat tinggi.
cukup. Pada temperatur di atas 32° C warna buah Buah cabe banyak mengandung vitamin A dan C
tomat cenderung kuning, sedangkan pada temperatur (Safira, 2011).
tidak tetap warna buah cenderung tidak merata. Tanah ordo ultisol merupakan salah satu jenis
Temperatur ideal dan berpengaruh baik terhadap warna tanah yang dijumpai di Indonesia yang penyebarannya
buah tomat adalah antara 24-28° C yang umumnya di beberapa pulau besar mencapai luas sekitar
merah merata. Keadaan temperatur dan kelembaban 45.794.000 ha atau 25% dari luas wilayah daratan
yang tinggi, berpengaruh kurang baik terhadap Indonesia. Tanah ini berkembang pada berbagai
pertumbuhan, produksi, dan kualitas buah tomat. topografi, mulai dari bergelombang hingga bergunung
Kelembaban yang relatif diperlukan untuk tanaman dengan curah hujan yang tinggi (Alibasyah, 2016).
tomat adalah 80%. Tanaman tomat memerlukan Tanah ultisol memiliki banyak permasalahan, yaitu
intensitas cahaya matahari sekitar 10-12 jam tiap hari kandungan bahan organik tanah sangat rendah,
(Distan Kab. Buleleng, 2020). kemasaman tanah yang tinggi, kejenuhan basa kurang
Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) merupakan dari 35%, kejenuhan Al tinggi, KTK tanah rendah,
tanaman yang termasuk dalam famili Solanaceae, dan kandungan N, P, dan K rendah, serta sangat peka
menjadi salah satu komoditas unggulan hortikultura di terhadap erosi (Karo, 2017).
Indonesia yang berpotensi untuk dikembangkan. Ultisol tergolong lahan marginal dengan tingkat
Kandungan gizi cabai rawit meliputi protein, produktivitasnya rendah dan kandungan unsur hara
karbohidrat, lemak, kalsium, fosfor, dan zat besi. tanah ini umumnya rendah. Tanah ultisol memiliki
1
sifat-sifat yang dapat mengganggu pertumbuhan
tanaman seperti pH tanah yang masam, yaitu dibawah Pengolahan Lahan
5.0, dan KTK yang rendah yaitu sebesar 12.6 me/100g Kegiatan pengolahan lahan sendiri terdiri dari
(Alibasyah, 2016). beberapa tahap. Pertama, lahan dibersihkan dari sisa
Menurut Alibasyah (2016) cara meningkatkan penanaman sebelumnya, kemudian bedengan dibuat
produktivitas ultisol adalah melalui pengapuran untuk dengan tinggi kurang lebih 20 cm, panjang 2.5 m, dan
menaikkan pH tanah sekaligus menambahkan hara lebar 1.2 m. Kedua, tanah bedengan tersebut
kalsium. Bahan kapur merupakan pengendali digemburkan dan tanah diratakan menggunakan kayu
kemasaman tanah yang paling tepat karena reaksinya panjang. Ketiga, irigasi dibuat guna untuk memisahkan
cepat dan menunjukkan perubahan kemasaman tanah bedengan satu dan lainnya dan juga sebagai untuk
yang sangat nyata. Pemberian kapur setara 1xAl-dd lewatnya aliran air.
dapat menaikkan pH dari 4,5 - 5,0 menjadi 5,3-5,4 dan Penyemaian Benih
menurunkan kejenuhan Al < 30%. Apabila pemberian Penyemaian benih diawali degan perendaman
kapur setara 2xAl-dd dapat menaikkan pH hingga 5,9 – benih cabai selama kurang lebih 2 jam. Varietas cabai
6,0 dan kejenuhan Al turun hingga 3 – 5%. Kondisi yang digunakan yaitu Cabai Bara. Setelah direndam
tersebut cocok untuk semua jenis tanaman pangan. pindahkan benih tersebut keatas tisu yang dibasahkan
Selain menggunakan kapur, cara meningkatkan dan dibiarkan sampai muncul mata tunas. Setelah itu
produktivitas tanah ultisol adalah dengan pindahkan ke media tanam tanah. Dan disusun
memberikannya pupuk organik. Jenis dari pupuk ditempat yang terkena cahaya matahari. Jangan lupa
organik adalah pupuk kandang. Pupuk kandang adalah untuk selalu disiram agar kondisi tanah tetap lembab
pupuk yang berasal dari kotoran hewan. Hewan yang dan tidak kering.
kotorannya sering digunakan untuk pupuk kandang Pemberian Pupuk Dasar
adalah hewan yang bisa dipelihara oleh masyarakat, Prosedur penelitian selanjutnya yaitu
seperti kotoran sapi, kambing, dan ayam. Kandungan pemberian pupuk kandang dan dolomit, dengan dosis
unsur hara dari ketiga jenis hewan ini pun berbeda- pupuk kandang 9 kg dan dolomit 0.9 kg. Setelah itu
beda, sapi memiliki kandungan Nitrogen sebesar 0,4%, bedengan dibiarkan seminggu agar pupuk dan dolomit
Phospor 0,2%, dan Kalium 0,1%. Sedangkan kambing homogen dengan tanah.
memiliki kandungan Nitrogen sebesar 0,6%, Phospor Pemberian Mulsa
0,3%, dan Kalium 0,17%, serta ayam memiliki Mulsa yang diberikan pada bedengan yaitu
kandungan Nitrogen sebesar 1%, Phospor 0,8%, dan mulsa organik. Adapun tujuan dari pemberian mulsa
Kalium 0,4%. Perbedaan kandungan unsur hara ini organik adalah agar tanaman tidak terlalu kekeringan,
disebabkan oleh beberapa faktor yakni jenis hewan, serta mendorong tanaman cepat tumbuh dan
jenis makanan yang diberikan serta umur dari ternak berkembang. Pembuatan Lobang Tanam Pembuatan
itu sendiri (Prasetyo, 2014). lobang tanam dilakukan dengan cara untuk jarak tanam
Praktikum ini bertujuan untuk melihat bagaimana diukur menggunakan rol dan diberi tanda dengan lidi
pertumbuhan tanaman tomat dan cabai rawit pada atau sedotan. Jarak tanam yang digunakan pada
tanah ultisol yang diberi berbagai perlakuan seperti tanaman cabai yaitu 50 cm x 40 cm, dan jarak tanam
pemberian pupuk sehingga tanaman dapat tumbuh pada tomat yaitu 30 cm x 50 cm.
dengan baik. Penanaman
Penanaman bibit tomat dilakukan dengan cara
BAHAN DAN METODE lobang tanam yang telah dibuat pada kegiatan
sebelumnya disiram terlebih dahulu, selanjutnya
Waktu dan Tempat disiapkan ajir dengan tinggi kurang lebih 1.5 m.
Kegiatan praktikum mata kuliah Teknologi pasang ajir pada lobang tanam dan kaitkan ajir yang
Produksi Tanaman Hortikultura Utama Agro A ini satu dengan yang lainnya menggunakan tali tambang
dilaksanakan mulai dari tanggal 13 Maret 2022 sampai yang kecil, pastikan ajir yang diikat tersebut kokoh.
5 Juni 2022, bertempat di Lahan Atas Universitas Kemudian bibit tomat ditanam pada lobang tanam
Andalas, Kecamatan Pauh, Kota Padang Sumatera yang telah disiram. Bibit tomat tersebut diikatkan pada
Barat. bagian bawah ajir. Dan jangan lupa bibit tomat tersebut
disiram kembali. Penanaman bibit cabai dilakukan
Bahan dan Alat dengan langkah awal yaitu lobang tanam yang telah
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu dibuat disiram terlebih dahulu. Kemudian bibit cabai
cangkul, parang, pancang, pinset, ajir, pipet, alat ukur ditanam pada lobang tanam yang telah ditentukan. Dan
dan tali tambang kecil. terakhir bibit cabai yang telah ditanam disiram
Bahan yang digunakan pada praktikum ini kembali.
yaitu benih cabe, tisu, media penyemaian, air, dolomit, Pemeliharaan
pupuk kandang, pupuk NPK, mulsa organik, benih Kegiatan pemeliharaan terdiri dari
kangkung, benih tomat, dan benih cabai rawit. pembersihan gulma, penyiraman bedengan setia dua
kali sehari, pagi dan sore. Pemupukan Pemupukan
Prosedur Praktikum dilakukan menggunakan pupuk NPK dengan dosis 1
2
liter larutan NPK untuk satu bedengan. Pembuatan Jurnal Agroekoteknologi FP USU, 5(2): 277-
larutannya yaitu dengan cara satu tutup botol NPK 283.
dimasukkan kedalam 1 liter air dan dikocok hingga
larut. Dan cara pengaplikasiannya yaitu disiram pada Prasetyo, Rendy. 2014. Pemanfaatan Berbagai Sumber
bagain bawah tanam, bertujuan untuk mencukupi unsur Pupuk Kandang sebagai Sumber N dalam
hara dalam tanah. Budidaya Cabai Merah (Capsicum annum L.) di
Pengamatan Tanah Berpasir. Planta Tropika Journal of Agro
Pengamatan dilakukan dengan cara mengukur Science, 2(2): 125-130
tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah bunga dan
jumlah buah. Tinggi tanaman diukur dari permukaan Safira, E. U. (2011). Jurus Sukses Bertanam
tanah. 20 Sayuran di Pekarangan Rumah.
Klaten. 53.
HASIL DAN PEMBAHASAN

KESIMPULAN

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Tuhan


Yang Maha Esa, karena atas rahmat, berkat, serta
karunia-Nya artikel saya yang berjudul Budidaya
Tanaman Tomat (Lycopersium lycopersicum) dan
Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) Pada
Lahan Ultisol dapat tersusun hingga selesai saya juga
menyampaikan banyak terima kasih kepada berbagai
pihak yang turut membantu kami dalam menyelesaikan
artikel ini. Pertama, saya ucapkan terima kasih kepada
Ibu Winda Purnama Sari, SP. MP. serta para asisten
Cici Salma, Nisa Haryani dan Wahyu Anggoro yang
telah membimbing saya dalam praktikum dan juga
menyelesaikan artikel ini. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa jurnal ini masih jauh dari kata
sempurna. Penulis mohon maaf apabila ada kesalahan
dalam penulisan jurnal ini. Besar harapan penulis,
semoga jurnal ini dapat bermanfaat dan bernilai positif
bagi semua pihak yang membutuhkan.

DAFTAR PUSTAKA

Alibasyah, M. Rusli. 2016. Perubahan Beberapa Sifat


Fisika dan Kimia Ultisol Akibat Pemberian
Pupuk Kompos dan Kapur Dolomit pada Lahan
Berteras. J. Floratek, 11(1): 75-77.

Bahar, Yul H., et al. 2009. Standar Operasional


Prosedur Budidaya Cabai Rawit. Jakarta:
Direktorat Budidaya Tanaman Sayuran dan
Biofarmaka.

[Dinas Pertanian] Dinas Pertanian Kabupaten


Buleleng. 2020. Budi Daya Tanaman Tomat.
https://distan.bulelengkab.go.id [22 Juli 2020].

Karo, Amanda K., et al. 2017. Perubahan Beberapa


Sifat Kimia Tanah Ultisol Akibat Pemberian
Beberapa Pupuk Organik dan Waktu Inkubasi.

Anda mungkin juga menyukai