Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Lahan gambut adalah lahan yang ketebalan gambutnya lebih dari 50 cm. Lahan yang
ketebalan gambutnya kurang daripada 50 cm disebut lahan bergambut.Gambut terbentuk dari
hasil dekomposisi bahan-bahan organik seperti dedaunan, ranting serta semak belukar yang
berlangsung dalam kecepatan yang lambat dan dalam keadaan anaerob.Berdasarkan
ketebalannya, gambut dibedakan menjadi empat tipe yaitu Gambut Dangkal, dengan
ketebalan 0,5 1,0 m, gambut Sedang, memiliki ketebalan 1,0 2,0 m, gambut Dalam,
dengan ketebalan 2,0 3,0 m, gambut Sangat Dalam, yang memiliki ketebalan melebihi 3,0
m.
Berdasarkan kematangannya, gambut dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: Fibrik,
digolongkan demikian apabila bahan vegetatif aslinya masih dapat diidentifikasikan atau
telah

sedikit

mengalami

dekomposisi,

Hemik,

disebut

demikian

apabila

tingkat

dekomposisinya sedan Saprik, merupakan penggolongan terakhir yang apabila telah


mengalami tingkat dekomposisi lanjut.
Tanah Gambut secara umumnya memiliki kadar pH yang rendah, memiliki kapasitas
tukar kation yang tinggi, kejenuhan basa rendah, memiliki kandungan unsur K, Ca, Mg, P
yang rendah dan juga memiliki kandungan unsur mikro (seperti Cu, Zn, Mn serta B) yang
rendah pula.Pendapat lain tentang Gambut adalah merupakan tanah yang terbentuk dari bahan
organik pada fisiografi cekungan atau rawa, akumulasi bahan organik pada kondisi jenuh air,
anaerob, menyebabkan proses perombakan bahan organik berjalan sangat lambat, sehingga
terjadi akumulasi bahan organik yang membentuk tanah gambut. Di Kalimantan Proses
pembentukan gambut terjadi baik pada daerah pantai maupun di daerah pedalaman dengan
fisiografi yang memungkinkan terbentuknya gambut, oleh sebab itu kesuburan gambut sangat
bervariasi, gambut pantai yang tipis umumnya cukup subur, sedang gambut pedalaman
seperti di Bereng Bengkel Kalimantan Tengah kurang subur (Tim Fakultas Pertanian IPB,
1986; Harjowigeno, 1996; dan Noor, 2001).
Bertani di lahan gambut harus dilakukan secara hati-hati karena menghadapi banyak
kendala antara lain kematangan dan ketebalan gambut yang bervariasi, penurunan permukaan
gambut, rendahnya daya tumpu, rendahnya kesuburan tanah, dan pH yang sangat masam.
Selama ini, untuk mengatasi kendala kesuburan lahan gambut pada umumnya dilakukan

pemberian abu bakaran gambut, kapur dan pemberian pupuk kimia. Penggunaan abu bakaran
gambut sebagai amelioran sangat tidak dianjurkan karena jika dilakukan terus menerus
gambut akan menipis sehingga fungsi gambut sebagai pengatur air/hidrologi, sarana
konservasi keanekaragaman hayati serta sebagai penyerap dan penyimpan karbon yang
mampu meredam perubahan iklim global akan berkurang. Substratum menentukan
kemampuan lahan gambut sebagai media tumbuh tanaman.Lapisan tersebut tidak boleh
terdiri atas pasir kuarsa dan tanah sulfat masam.
Dalam memanfaatkan gambut untuk tanaman hortikultura petani sekitar kota Pontianak
memanfaatkan input usaha tani yang cukup tinggi. Untuk meningkatkan kesuburan tanah
gambut mereka menggunakan abu bakar berasal dari abu kayu (abu sawmill), abu sampah
kebun, kapur, pupuk kandang asal peternakan ayam dan pupuk kimia.
Secara teoritis permasalahan pertanian lahan gambut sesungguhnya disebabkan oleh
drainase yang jelek, kemasaman gambut tinggi, tingkat kesuburan dan kerapatan lindak
gambut yang rendah. Kemasaman gambut yang tinggi dan ketersediaan hara serta kejenuhan
basa (KB)yang rendah menyebabkan produksi pertanian di lahan gambut sangat rendah.
Pemanfatan kapur pertanian, dolomit, untuk memperbaiki kemasaman tanah dan KB
memerlukan input dolomit yang tinggi dan mahal. Abu bakar dapat memperbaiki kesuburan
tanah namun pembakaran harus dilakukan secara terkendali. Berdasarkanuraian diatas, maka
perlu dilihat pengaruh komposisi media tanam terhadap pertumbuhan dan hasil sawi manis
pada tanah gambut.
B. Masalah Praktikum
Luas lahan gambut di Kalimantan Barat yang tersebar luas di Kalimantan Barat 600.00
Hektar merupakan lahan yang potensial untuk budidaya tanaman sawi manis (KOMPAS.com,
1 Mei 2012 ). Namun tanah gambut ini memiliki beberapa kendala, yaitu kematangan dan
ketebalan gambut yang bervariasi, penurunan permukaan gambut, rendahnya daya tumpu,
rendahnya kesuburan tanah, adanya lapisan pirit dan pasir, pH tanah yang sangat masam yang
erat kaitannya dengan ketersediaan unsur hara bagi tanaman, kondisi lahan gambut yang
jenuh air (tergenang) pada musim hujan dan kekeringan saat kemarau. Tanaman sawi manis
dapat tumbuh pada semua jenis tanah asalkan tanahnya gembur, banyak mengandung humus
dan drainase yang baik.
Upaya untuk mengatasi kendala yang ditemukan pada tanah gambut perlu adanya suatu
perlakuan yang dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah agar suplay hara untuk

tanaman dapat mendukung pertumbuhan dan hasil tanaman.Salah satu upaya yang dapat
dilakukan adalah dengan melakukan komposisi media tanam.Dalam penggunaan komposisi
media tanam digunakan pupuk kandang sapi.Pupuk kandang didefenisikan sebagai semua
produk buangan dari binatang peliharaan yang dapat digunakan untuk menambah hara,
memperbaiki sifat fisik, dan biologi tanah.Pupuk kandang memang dapat menambah
tersedianya bahan makanan (unsur hara) bagi tanaman yang dapat diserapnya dari dalam
tanah.Selain itu, pupuk kandang ternyata mempunyai pengaruh yang positif terhadap sifat
fisik dan kimiawi tanah,Mengandung hormon tumbuh, Reaksinya Lambat, mendorong
kehidupan perkembangan jasad renik (Sutedjo, 2008).
Pupuk kandang mengandung unsur hara makro dan mikro.Pupuk kandang padat banyak
mengandung unsur fosfor, nitrogen, dan kalium. Keistimewaan penggunaan pupuk kandang
antara lain yaitu merupakan pupuk lengkap. Karena mengandung hara makro dan mikro yang
dibutuhkan oleh tanaman. Selain itu pupuk kandang mempunyai pengaruh untuk jangka
waktu yang lama dan merupakan gudang makanan bagi tanaman yang berangsur-angsur
menjadi tersedia, memperbaiki struktur tanah, sehingga aerasi di dalam tanah semakin baik,
Pupuk kandang juga meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan air dan
meningkatkan kapasitas tukar kation, sehingga hara yang terdapat di dalam tanah mudah
tersedia bagi tanaman (Mustafa, 2012).
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka dilakukan analisis atau penelitian tentang
pengaruh komposisi media tanam terhadap pertumbuhan dan hasil sawi pakcoy pada tanah
gambut.

C. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan tanaman sawi
manis dengan perlakuan pemberian kotoran sapi dan abu bakar di tanah gambut

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
a. Botani Tanaman sawi manis
Sawi (BrassicarapaL.) adalah tanaman jenis sayur-sayuran yang termasuk dalam keluarga
Brassicaceae. Tumbuhan sawi manis berasal dari China dan telah di budidayakan secara luas
setelah abadke-5 diChina Selatan dan China Pusat serta Taiwan. Sayuran ini merupakan
introduksi baru diJepang dan masih sekeluarga dengan Chinessevegetable.Saat ini sawi
manis dikembangkan secara luas di Filipina, Malaysia, Thailand dan Indonesia (Yogiandreet
al., 2011).
Menurut Paat (2012) tanaman sawi manis dalam sistematik tumbuhan mempunyai klasifikasi
sebagai berikut:
Kingdom

:Plantae,

Divisi

: Spermatophyta,

Kelas

: Dicotyledonae,

Ordo

: Rhoeadales,

Famili

: Brassicaceae,

Genus

: Brassica,

Spesies

: Brassica rapaL.

Rubatzky dan Yamaguchi(1998) cit.Yogiandreetal.(2011) menyatakan tanaman sawi


merupakan salah satu sayuran penting di Asia,atau khususnya di China. Daun sawi manis
bertangkai, berbentuk oval, berwarna hijau tua dan mengkilat, tumbuh agak tegak, tersusun
dalam spiral rapat, melekat pada batang yang tertekan.Tangkai daun berwarna putih atau
hijau muda,gemuk dan berdaging, tinggi tanaman mencapai 15-30 cm. Lebih lanjut
dinyatakan sawi manis kurang peka terhadap suhu dibandingkan sawi putih, sehingga
tanaman ini memiliki daya adaptasi lebih luas. Konon didaerah China tanaman ini telah
dibudidayakan sejak 2500 tahun yang lalu,kemudian menyebar luas ke Filipina dan Taiwan.
Masuknya sawi manis ke Indonesia diduga pada abad ke-19 yang bersamaan dengan lintas
perdagangan jenis sayuran subtropics lainnya, terutama kelompok kubis-kubisan
(Cruciferae) (Suhardianto dan Purnama, 2011).

b. SyaratTumbuh Sawi manis


Pakcoy bukanlah tanaman asli Indonesia. Karena Indonesia mempunyai kecocokan
terhadap iklim, cuaca dan tanahnya sehingga dikembangkan di Indonesia. Daerah
penanaman yang cocok mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan 1200 meter diatas
permukaan laut. Namun tumbuh optimal jika dibudidayakan di daerah yang mempunyai
ketinggian 100 meter sampai 500 meterdpl. Tanaman sawi manis dapat tumbuh baik
ditempat yang berhawa panas maupun yang berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari
dataran rendah maupun dataran tinggi . Menurut Sukmawati (2012), budidaya sawi manis
sebaiknya dipilih daerah yang memiliki suhu 15-30celcius ,dan memiliki curah hujan lebih
dari 200mm/bulan, sehingga tanaman ini cukup tahan untuk dibudidayakan di dataran
rendah.DiIndonesia sawi manis sudah banyak diusahakan oleh petani di daerah Cipanas,
jawa barat dengan pertumbuhan baik.
Sawi manis tumbuh subur pada tanah yang gembur dan kayaakan unsure hara. sawi manis
ditanam dengan kerapatan tinggi yaitu sekita 20-25 tanaman/meter. Pakcoy memiliki umur
panen singkat, tetapi kualitas produk dapat dipertahankan selama 10hari pad suhu 0C dan
RH 95% (Rubatzky danYamaguchi,1998cit. Yogiandre et al., 2011).

c. Pupuk Kandang
Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan. Hewan yang kotorannya
sering digunakan untuk pupuk kandang adalah hewan yang bisa dipelihara oleh masyarakat,
seperti kotoran kambing, sapi, domba, dan ayam. Selain berbentuk padat, pupuk kandang
juga bisa berupa cair yang berasal dari air kencing (urine) hewan.
Pupuk kandang mengandung unsur hara makro dan mikro. Pupuk kandang padat (makro)
banyak mengandung unsur fosfor, nitrogen, dan kalium. Unsur hara mikro yang terkandung
dalam pupuk kandang di antaranya kalsium, magnesium, belerang, natrium, besi, tembaga,
dan molibdenum.Kandungan nitrogen dalam urine hewan ternak tiga kali lebih besar
dibandingkan dengan kandungan nitrogen dalam kotoran padat.
Pupuk kandang terdiri dari dua bagian, yaitu:

Pupuk dingin
Adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan yang diuraikan secara perlahan oleh
mikroorganime sehingga tidak menimbulkan panas, contohnya pupuk yang berasal dari
kotoran sapi, kerbau, dan babi.
Pupuk panas
Adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan yang diuraikan mikroorganisme secara
cepat sehingga menimbulkan panas, contohnya pupuk yang berasal dari kotoran kambing,
kuda, dan ayam. Pupuk kandang bermanfaat untuk menyediakan unsur hara makro dan mikro
dan mempunyai daya ikat ion yang tinggi sehingga akan mengefektifkan bahan - bahan
anorganik di dalam tanah, termasuk pupuk anorganik. Selain itu, pupuk kandang bisa
memperbaiki struktur tanah, sehingga pertumbuhan tanaman bia optomal.
Pupuk kandang yang telah siap diaplikasikan memiliki ciri dingin, remah, wujud aslinya
tidak tampak, dan baunya telah berkurang.Jika belum memiliki ciri-ciri tersebut, pupuk
kandang belum siap digunakan.Penggunaan pupuk yang belum matang akan menghambat
pertumbuhan tanaman, bahkan bisa mematikan tanaman.Penggunaan pupuk kandang yang
baik adalah dengan cara dibenamkan, sehingga penguapan unsur hara akibat prose kimia
dalam tanah dapat dikurangi.Penggunaan pupuk kandang yang berbentuk cair paling bauk
dilakukan setelah tanaman tumbuh, sehingga unsur hara yang terdapat dalam pupuk kandang
cair ini akan cepat diserap oleh tanaman.
Dari beberapa pengalaman petani, pemakaian pupuk kandang sapi memang bagus untuk
tanaman sayuran tapi tidak bagus untuk tanaman cabai. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh
kandungan nitrogen yang jauh lebih banyak daripada unsur kalium.Sedangkan fungsi kalium
adalah membentuk pati. Akibatnya, tanaman cabai pohon terlihat subur tapi daging buahnya
tipis).
Hal ini terjadi juga pada tanaman kentang, jika daunnya subur maka umbi kentangnya
kecil. Atau bila tanaman padinya terlalu subur maka bisa mengakibatkan gabug (bulir padi
tidak terisi pati).
Kondisi ini juga diperparah oleh kebiasaan petani menambahkan urea lebih banyak dari
pada KCl atau KNO3. Biasanya perbandingan unsur N dan unsur K pada pupuk kandang sapi
atau ayam adalah 3 : 1. Akan lebih baik jika penambahan urea diganti dengan pupuk unsur P

d. Tanah Gambut
Gambut terbentuk dari seresah organik yang terdekomposisi secara anaerobik dimana
laju penambahan bahan organik lebih tinggi daripada laju dekomposisinya. Di dataran
rendah dan daerah pantai, mula-mula terbentuk gambut topogen karena kondisi anaerobik
yang dipertahankan oleh tinggi permukaan air sungai, tetapi kemudian penumpukan
seresah tanaman yang semakin bertambah menghasilkan pembentukan hamparan gambut
ombrogen yang berbentuk kubah (dome) . Gambut ombrogen di Indonesia terbentuk dari
seresah vegetasi hutan yang berlangsung selama ribuan tahun, sehingga status keharaannya
rendah dan mempunyai kandungan kayu yang tinggi (Radjagukguk, 1990).
Di daerah tropis, penggunaan lahan gambut dimulai pada tahun 1900-an. Penebangan
hutan, pembakaran dan pengatusan lahan dilakukan untuk tujuan pertanian dan
pemukiman. Untuk tujuan perdagangan, 150.000 km2 per tahun dari lahan gambut dibuka
dan diambil hasil kayunya, sedangkan di beberapa negara gambut digunakan sebagai
energi sumber panas (Anonim, 2002). Hal ini tentu saja akan memberikan dampak yang
sangat kuat bagi penurunan stabilitas gambut.
Pemanfaatan gambut dan lahan gambut untuk dan usaha-usaha yang berkaitan dengan
berkembang cukup pesat. Berbagai tanaman semusim dan tanaman tahunan dapat
dibudidayakan pada lahan gambut tetapi yang paling berhasil atau menunjukkan harapan
adalah tanaman sayuran, tanaman buah-buahan (seperti nanas, pepaya dan rambutan) dan
tanaman perkebunan (terutama kelapa, kelapa sawit, kopi dan karet).
Pengembangan

pada lahan gambut menghadapi banyak kendala yang berkaitan

dengan sifat tanah gambut. Menurut Soepardi (1979) dalam Mawardi et al, (2001), secara
umum sifat kimia tanah gambut didominasi oleh asam-asam organik yang merupakan
suatu hasil akumulasi sisa-sisa tanaman. Asam organik yang dihasilkan selama proses
dekomposisi tersebut merupakan bahan yang bersifat toksid bagi tanaman, sehingga
mengganggu proses metabolisme tanaman yang akan berakibat langsung terhadap
produktifitasnya. Sementara itu secara fisik tanah gambut bersifat lebih berpori
dibandingkan tanah mineral sehingga hal ini akan mengakibatkan cepatnya pergerakan air
pada gambut yang belum terdekomposisi dengan sempurna sehingga jumlah air yang
tersedia bagi tanaman sangat terbatas.

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
Praktikum dilaksanakan di lahan areal Fakutas Pertanian Universitas Tanjungpura
Pontianak yang berlangsung selama 1 bulan.

B. Bahan dan Alat Penelitian


1. Bahan-bahan
a. Benih sawi
Benih sawi yang digunakan dakam penelitian ini adalah varietas sawi manis
b. Pupuk
Pupuk yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk kandang kotoran
sapi.
c. Amelioran
Amelioran yang digunakan dalam penelitian ini adalah abu.
d. Tanah
Tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah gambut.
2. Alat-alat
Alat-alat yang digunakan yaitu : cangkul, parang, polibag, karung, gelas aqua, alat tulis,
alat dilaboratorium, alat dokumentasi serta peralatan lain yang mendukung praktikum ini.

C. Perlakuan
1. P0 = pukan 500 gr + abu 0 gr
2. P1 = pukan 400 gr + abu 50 gr
3. P2 = pukan 300 gr + abu 100 gr
4. P3 = pukan 200 gr + abu 150 gr
5. P4 = pukan 100 gr + abu 200 gr
6. P5 = pukan 0 gr + abu 250 gr
D. Pelaksanaan Praktikum
1. Persiapan media tanam
Persiapan media tanam dilakukan dengan menyiapkan tanah gambut sekitar 55kg dan
dikering anginkan selama 1 minggu dan tanah dimasukan kedalam polibag, kemudian

diinkubasi dengan pupuk kandang kotoran sapi selama 1 minggu selanjutnya satu hari
sebelum tanam ditambah abu 1 gelas aqua untuk semua perlakuan.
2. Penyemaian
Sebelum penanaman dipolibag benih sawi perlu disemai terlebih dahulu.Penyemaian
harus disiapkan dengan baik, maksudnya yaitu agar bisa memperoleh bibit yang baik pula
sehingga pertumbuhan tanaman juga baik.
3. Penanaman
Penanaman dilakukan setelah tanaman yang disemai siap dipindahkan kepolibag atau
media tanam dengan cirri-ciri tanaman sudah memiliki 3-4 helai daun.Penanaman
menggunakan tangan sedalam kurang lebih 3 cm.
4. Pemeliharaan
Adapun kegiatan pemeliharaan yang akan dilakukan adalah :
a. Penyulaman
Penyulaman dilakukan untuk mengantikan tanaman yang mati, mengisi sela ruangan
dengan tanaman memperjarang tanaman yang tumbuh menggerembol, serta memindahkan
tanaman yang tumbuh tidak pada tempatnya (Pitojo, 2003:29)
b. Penyiraman
Penyiraman dilakukan dengan tujuan menambahkan peratus air dalam tanah bagi
memberikan kelembapan tanah yang cukup untuk pertumbuhan tanaman yang optimal dan
pengeluaran hasil yang tinggi (maksimal).
c. Pengendalian Gulma
Gulma merupakan tumbuhan penganggu yang hidup bersama tanaman.Adapun cara yang
dilakukan adalah dengan cara mencabut menggunakan tangan.

5. Pemupukan
Unsur hara yang tersedia dalam tanah gambut sangat diperlukan untuk pertumbuhan
tanaman seperti sawi pak coy.Tanah gambut cenderung masam dan PH nya rendah.Oleh

karena itu, diperlukan pengapuran sebelum pemupukan dan pemupukan sangat penting juga
untuk menambah ketersedian unsur hara dalam tanah.
a. Pengapuran dilakukan satu minggu sebelum pemupukan dasar. Pengapuran
menggunakan abu dan tanah diinkubasi selama satu minggu. Dimana setiap satu
polibag ditambah satu Gelas aqua abu.
b. Pemberian pupuk kandang kotoran sapi
E. Parameter praktikum
Parameter yang diamati dalam praktikum ini adalah :
1. Jumlah daun (helai)
Perhitungan jumlah daun dilakukan pada saat panen dan dilakukan terhadap
sampel tanaman dari setiap perlakuan.
2. Luas daun ( P x L cm2)
Pengukuran luas daun dilakukan setelah panen pada setiap sampel tanaman untuk
setiap perlakuan dengan meletakan daun diatas leaf area meter dan kemudian
diukur luas daun tersebut.
3. Berat segar atas tanaman (g)
Penimbangan bobot segar bagian atas tanaman dilakukan pada semua bagian atas
tanaman yang menjadi sampel penelitian pada setiap perlakuan, dengan cara
meletakan semua bagian atas tanaman diatas timbangan.
4. Volume akar (cm3)
Pengukuran volume akar dilakukan pada saat akhir penelitian setelah tanaman
dipanen.Sebelum diukur akar terlebih dahulu dibersihkan dan gelas ukur yang
berisi air untuk mengetahui ukurannya.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 1 --- jumlah daun
Perlakuan

Jumlah daun

P0 = pukan 500 gr + abu 0 gr

P1 = pukan 400 gr + abu 50 gr

10

P2 = pukan 300 gr + abu 100 gr

10

P3 = pukan 200 gr + abu 150 gr

12

P4 = pukan 100 gr + abu 200 gr

P5 = pukan 0 gr + abu 250 gr

Tabel 2 --- luas daun


Perlakuan

Luas daun

P0 = pukan 500 gr + abu 0 gr

258

P1 = pukan 400 gr + abu 50 gr

P2 = pukan 300 gr + abu 100 gr

264

P3 = pukan 200 gr + abu 150 gr

472

P4 = pukan 100 gr + abu 200 gr

448

P5 = pukan 0 gr + abu 250 gr

573

Perlakuan
P0 = pukan 500 gr + abu 0 gr

Berat segar atas tanaman


13

P1 = pukan 400 gr + abu 50 gr

P2 = pukan 300 gr + abu 100 gr

36,72

P3 = pukan 200 gr + abu 150 gr

26,67

P4 = pukan 100 gr + abu 200 gr

52,28
11

P5 = pukan 0 gr + abu 250 gr

43,85

Perlakuan
P0 = pukan 500 gr + abu 0 gr

Volume akar
4

P1 = pukan 400 gr + abu 50 gr

P2 = pukan 300 gr + abu 100 gr

P3 = pukan 200 gr + abu 150 gr

P4 = pukan 100 gr + abu 200 gr

12

P5 = pukan 0 gr + abu 250 gr

B. PEMBAHASAN
Dari hasil praktikum yang didapatkan tanaman sawi terhadap 6 perlakuan pemberian
pupuk kandang kotoran sapi dengan di tambahkan abu dalam 4 minggu terjadi pertumbuhan
yang cukup baik terhadap tanaman sawi tersebut dengan menghasilkan sebanyak 48 helai
daun yang di mana rata rata daun jumlah seluruh daun adalah 8 helai yang dapat di lihat
pada table 1. Dari 6 perlakuan tersebut, perlakuan P 3 menjadi tanaman yang paling subur
dengan menghasilkan 12 helai daun dan perlakuan p 1 menjadi tanaman yang paling buruk
( mati ).
Dengan di dapatkan nya hasil dari table 1 maka di dapatkan hasil luas daun dengan
mengalikan panjang dan lebar tanaman tersebut, yang dapat di lihat pada table 2. Yang di
mana di dapatkan luas daun terbesar pada perlakuan P5 sebesar 573 dan yang paling terkecil
pada P1 yaitu 0 di karenakan tanaman sawi tersebut mati.
Setelah di dapatkan luas daun, maka di dapatkan juga berat segar atas tanaman dengan
cara menimbang bagian atas tanaman tersebut, yang dapat di lihat pada table 3. Yang di mana
dari 6 perlakuan tersebut perlakuan pada P4 yang terbesar dengan berat 52,28 gram, dan yang
terkecil pada perlakuan tersebut adalah P1 dengan berat 0 gram di karenakan tanaman tersebut
mati.
12

Setelah menimbang berat segar tanaman pada table 4, terdapat volume akar tanaman yang
di mana akar tanaman tersebut mempunyai volume akar terbesar adalah perlakuan P 4 dengan
jumlah 12 dan volume akar terkecil terdapat pada perlakuan P1 adalah 0 di karenakan
tanaman tersebut mati.
Maka dari hasil praktikum ini tanaman yang mempunyai pertumbuhan baik adalah P 4 dan
P5, dan tanaman yang mati adalah P1.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Praktikum dilaksanakan di lahan areal Fakutas Pertanian Universitas Tanjungpura
Pontianak yang berlangsung selama 1 bulan dengan bahan Benih sawi, Pupuk kandang,
Tanah, Ameliorant, dan alat berupa cangkul, parang, polibag, karung, gelas aqua, alat tulis,
alat dilaboratorium, alat dokumentasi serta peralatan lain yang mendukung praktikum ini.
Praktikum di laksanakan dengan memberikan 6 perlakuan kepada tanaman sawi yaitu P 0,
P1, P2, P3, P4, P5.
Praktikum di lakukan dengan menghitung jumlah daun, luas daun, berat segar tanaman,
dan volume akar.
Tanaman yang pertumbuhan nya baik adalah tanaman dari perlakuan P 4 dan P5, dan
pertumbuhan tanaman kurang baik adalah P1 di karenakan tanaman tersebut mati.

B. Saran
Semoga praktikum selanjutnya sebaiknya melakukan alat yang lebih modern agar
praktikum berjalan dengan cepat dan lebih baik.
13

DAFTAR PUSTAKA

14

Anda mungkin juga menyukai