Anda di halaman 1dari 25

BUDIDAYA TANAMAN HORTIKULTURA KOMODITAS STRATEGIS

DI INDONESIA
(CABAI, BAWANG MERAH, JAHE, JAMUR TIRAM, JERUK, MELON,
AGLONEMA)

RIKA DESPITA
IQOMATUS SA’DIYYAH

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG


BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2020
IV. PERSIAPAN MEDIA TANAM PRODUKSI HORTIKULTURA

4.1 Deskripsi
Materi pengolahan lahan produksi hortikultura sangat beragam, dipengaruhi
oleh komoditas dan sistem budidaya yang dipilih. Persiapan media tanam di lahan
budidaya akan berbeda dengan budidaya di polybag atau hidroponik. Mahasiswa
diharapkan mampu menyiapkan media tanam tanaman hortikultura sesuai dengan
sistem budidaya yang dipilih dan komoditas yang akan dibudidayakan.
4.2 Kegiatan Pembelajaran
1. Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa dapat memahami pentingnya persiapan media tanam dan mampu
melakukan persiapan media tanam sesuai dengan komoditas yang dipilih.
2. Uraian Materi
Persiapan media tanam/persiapan lahan untuk produksi tanaman hortikultura
beragam sesuai dengan sistem dan komoditas yang dipilih. Persiapan lahan di
lahan sawah berbeda dengan persiapan lahan kering yang diperuntukkan untuk
tanaman hortikultura. Pada lahan kering dengan komoditas yang berbeda
persiapan lahannya juga berbeda. Contohnya persiapan lahan untuk produksi
cabai akan berbeda dengan persiapan lahan untuk tanaman jeruk. Pengolahan
lahan untuk tanaman cabai cocok dilakukan olah tanah sempurna, sedangkan
untuk tanaman jeruk perlu dilakukan pembuatan lobang tanam dan jarak
tanaman juga lebih lebar. Persiapan media tanam untuk aglonema yang pada
umumnya ditanam di pot merupakan campuran beberapa bahan tanam seperti
tanah, arang sekam, pupuk kandang. Budidaya jamur lebih khas lagi media
tanam yang disiapkan perlu di strerilisasi terlebih dahulu. Media tanam jamur
kayu seperti jamur tiram merupakan campuran dari serbuk gergaji, bekatul,
beras jagung dan kapur pertanian. Persiapan lahan pada musim kemarau
memungkinkan untuk dilakukan pengolahan tanah sempurna atau pembalikan
tanah untuk komoditas cabai, melon, jahe dan bawang merah, namun pada saat
tertentu perlu dilakukan pengolahan tanah konservasi.
1) Olah Tanah Sempurna Pengolahan tanah konvensional dilakukan secara
intensif dengan melakukan pengolahan setiap melakukan penanaman.
Pengolahan merupakan proses pembukaan lahan atau menciptakan kondisi
tanah yang gembur pada ke dalam yang cukup (20-30 cm) agar aerasi dan
drainasi tanah menjadi lebih baik. Pengolahan tanah yang baik daya jelajah
akar tidak akan terganggu dan tanaman tumbuh dengan baik. Beberapa
kelemahan pengolahan tanah sempurna menurut Yunizar (2010) sebagai
berikut: - Pengolahan tanah sempurna memacu terjadinya degradasi
berlebihan sehingga menamucu dekomposisi aerobik terhadap senyawa
tanah yang ada di dalam tanah sehingga menjadikan rendahnya stabilitas
tanah. - Tidak cocok untuk tanah rawa karena dapat mengakibatkan
keracunan bagi tanaman.
2) Olah tanah konservasi Menurut Rahchmad (2004) Pengolahan tanah
konservasi adalah yang menyisakan vegetasi tanaman diatas tanah sehingga
dapat mengurangi penguapan dan erosi. Pengolahan tanah konservasi dapat
berupa tanpa olah tanah; olah tanah strip; olah tanah minimum. Olah tanah
strip (strip tillage) pengolahan tanah yang hanya dilakukan pada strip-strip
atau alur-alur yang akan ditanami. Tanpa olah tanah dimana penanaman
yang tidak memerlukan penyiapan tanah, kecuali membuka lubang kecil
untuk meletakkan benih. Olah tanah minimum dimana cara penanaman yang
dilakukan dengan mengurangi frekuensi pengolahan tanah hanya dilakukan
sekali dalam setahun atau sekali dalam dua tahun tergantung pada tingkat
kepadatan tanahnya.
A. PERSIAPAN LAHAN TANAMAN CABAI
Tanaman cabai dapat ditanaman pada berbagai jenis lahan. Komponen yang
tanah ideal adalah udara, air dan padatan, sebiaknya komposisi masing-masing
adalah 1/3 bagian. Hal ini akan menjamin kecukupan udara/aerasi, kebutuhan
air/drinase dan aktivitas biologi tanah. Perbaikan fisik tanah dapat dilakukan
dengan pengolahan tanah, penambahan bahan organik. Penambahan bahan
organik juga dapat memperkaya biologi tanah dan memperbaiki sifat kimia tanah.
Perbaikan sifat kimia tanah dapat dilakukan dengan penambahan unsur
hara/pemupukan dan pengaturan pH tanah. Menurut Swatika, dkk (2017)
kemasaman (pH) tanah mempengaruhi ketersediaan hara bagi tanaman. Pada pH
netral (6,5-7,5) unsur-unsur hara tersedia dalam jumlah yang cukup banyak
(optimal). Pada pH < 6,0 ketersediaan hara P, K, Ca, S dan Mo menurun dengan
cepat. Pada pH > 8 ketersediaan hara N, Fe, Mn, Bo, Cu dan Zn relatif sedikit.
Cabai merah mempunyai toleransi yang sedang terhadap kemasaman tanah,
dan dapat tumbuh baik pada kisaran pH tanah antara 5,5 -6,8. Pada pH > 7,0
tanaman cabai merah seringkali menunjukkan gejala klorosis, yakni tanaman
kerdil dan daun menguning karena kekurangan hara besi (Fe). Pada tanah masam
(pH < 5,5) perlu dilakukan pengapuran dengan kapur pertanian (Kaptan)atau
Dolomit dengan dosis 1-2ton/ha untuk meningkatkan pH tanah dan memperbaiki
struktur tanah. Pengapuran dilakukan 3-4 minggu sebelum tanam, dengan cara
menebarkan kapur secara merata pada permukaan tanah lalu kapur dan tanah
diaduk. Pada tanah masam disarankan tidak menggunakan terlalu banyak pupuk
yang bersifat asam seperti ZA dan Urea. Pupuk N yang paling baik untuk tanah
masam adalah Calcium Amonium Nitrate (CAN). Pupuk yang bersifat masam
akan baik pengaruhnya bila digunakan pada tanah Alkalin.
Tanah yang ideal untuk penanaman cabai adalah tanah yang gembur, remah,
mengandung cukup bahan organik (sekurang-kurangnya 1,5%), unsur hara, dan
air. Salah satu langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah dengan melakukuan
pengolahan tanah. Pengolahan tanah untuk tanaman cabai pada lahan kering
sebagai berikut:
1. Tanah dibalik pada kedalaman 30-40 cm dengan cara dibajak singkal atau
dicangkul.
2. Lahan dirotari sehingga menjadi gembur.
3. Bedengan dibentuk dengan ukuran lebar 100-120, panjang sesuai panjangnya
lahan, tinggi lebih kurang 30-40 cm untuk musim kemaru dan 40-50 cm pada
musim hujan. Lebar bedengan disesuaikan dengan jarak tanam yang akan
digunakan. Jika jarak tanam 60 cm x 60 cm maka lebar bedengan adalah 120
cm.
4. Tambahakan pupuk organik 20-30 ton/ha. Kemudian pupuk kandang
dicampurkan dengan tanah bagian atas.
5. Jika lahan akan ditutupi dengan mulsa plastic maka dapat ditambahkan pupuk
buatan dengan cara membuat larikan dan pupuk dibenamkan di dalam
bedengan.
6. Pasang mulsa plastik hitam perak dengan menggunakan bantuan bambu untuk
merentangkan di bagian ujung dan tusuk/bilah bambu untuk bagian pinggir
bedengan. Usahakan pinggir plastik mulsa ditutupi dengan tanah agar kondisi
di bedengan lebih stabil dan cocok untuk tanaman.
7. Pembuatan lobang tanam dilakukan pada saat akan menanam bibit cabai.
Pengolahan lahan sawah yang akan digunakan untuk tanaman cabai tidak
jauh berbeda dengan lahan kering. Salah satu perbedaannya adalah bedengan lebih
tinggi dan jarak antara bedengan lebih lebar, dan saluran pengiaran lebih dalam
agar air tidak menggenang di dalam lahan. Kaharussamang (2019) menambahkan
penebaran pupuk organik pada lahan sebaiknya tujuh hari sebelum penanaman
agar tanaman dapat menyerap unsur hara dengan baik.
Penggunaan mulsa plastik hitam perak memberikan banyak keuntungan
dalam budidaya cabai. Menurut Budianto, dkk (2017) keuntungan menggunakan
MPHP adalah:
1. Pemberian pupuk dapat dilakukan sekaligus total sebelum tanam.
2. Warna hitam dari mulsa menimbul-kan kesan gelap sehingga dapat menekan
rumput-rumput liar atau gulma.
3. Warna perak dari mulsa dapat memantulkan sinar matahari sehingga dapat
mengurangi hama aphis, trips dan tungau, serta secara tidak langsung menekan
serangan penyakit virus.
4. Menjaga tanah tetap gembur, suhu dan kelembaban tanah relatif tetap (stabil).
5. Mencegah tercucinya pupuk oleh air hujan, dan penguapan unsur hara oleh
sinar matahari.
6. Buah cabai yang berada di atas permukaan tanah terhindar dari percikan air
tanah sehingga dapat mengurangi resiko berjangkitnya penyakit busuk buah.
7. Kesuburan tanah karena pemupukan dapat merata, sehingga pertumbuhan dan
produksi tanaman budidaya relatif seragam (homogen).
8. Praktis untuk melakukan sterilisasi tanah dengan Secara ekonomis penggunaan
MPHP dapat mengurangi pekerjaan penyiangan dan menggunakan gas fumigan
seperti Basamid-G, karena fungsi MPHP mempercepat proses pembentukan
gas zat fumigan tanpa harus membeli plastik khusus.
9. Penggemburan tanah, sehingga biaya pengadaan MPHP dapat dialokasikan dari
biaya pemeliharaan tanaman.
10. Pada musim kering (kemarau), MPHP dapat menekan penguapan air dari
dalam tanah, sehingga tidak terlalu sering untuk melakukan penyiraman
(pengairan).
Persyaratan lahan untuk kebun cabai hibrida sistem MPHP adalah: 1.
Tempatnya terbuka agar mendapat sinar matahari secara penuh. 2. Lahan bukan
bekas pertanaman yang sefamili, seperti kentang, tomat, terung ataupun
tembakau; guna menghindari risiko serangan penyakit.Lahan yang paling baik
adalah berupa tanah sawah bekas tanaman padi, agar tidak perlu membajak cukup
berat. 3. Lahan tegalan (tanah kering) dapat digunakan, asal cukup tersedia air.
B.
C. PERSIAPAN LAHAN TANAMAN BAWANG MERAH
Pengolahanlahan adalah merupakan kegiatan menyiapkan lahan sehingga layak
sebagai tempat untuk budidaya tanaman. Melalui pengolahan tanah akan
menciptakan kondisi media perakaran yang mampu mendukung pertumbuhan
tanaman secara optimal. Kegiatan persiapan lahan ini berbeda-beda tergantung
pada jenis tanaman yang akan diusahakan, sistem budidaya yang diterapkan,
sehingga tanaman yang dibudidayakan akan tumbuh dengan baik dan mampu
menghasilkan produksi yang optimal.
Pengolahan tanah perlu mendapat perhatian, karena banyak tanaman bawang
merah gagal sebagai akibat pengolahan tanah yang kurang baik. Pengolahan
tanah diperlukan bila kondisi kepadatan, kekuatan tanah, aerasi lagi mendukung
perakaran tanaman, tidak lagi mendukung penyediaan air dan perkembangan akar
serta tingkat kepekaan tanah. Pengolahan tanah bertujuan untuk :
1. Mencampur dan menggemburkan tanah sehingga perakaran tanaman dapat
berkembang dengan optimal.
2. Perubahan fisik, biologi dan kimia tanah
3. Menekan pertumbuhan gulma, perkembangan hama dan panyakit tanaman.
4. Menambahkan bahan organik ke dalam tanah minimal dari sisa tanaman
sebelumnya yang ikut tercangkul/terbajak sehingga meningkatkan
kesuburan tanah.
5. Meningkatkan aktifitas mikroorganisme tanah dengan memacu aktivitas
mikroba.
Pengolahan tanah pada umumnya dimulai dari pembersihan lahan dari gulma,
rumput, sisa tanaman sebelumnya. Kemudian dilakukan pembalikan tanah
menggunakan bajak singkal, atau cangkul, rotari untuk meratakan tanah. Langkah
pengolahan tanah menurut Sumarno (2019) sebagai berikut:
1. Siapkan alat dan bahan
2. Bersihkan lahan dari gulma, sisa tanaman sebelumnya dan batu-batuan
3. Bajak tanah sampai kedalaman 30 cm, dan rotary agar tanah menjadi
gembur
4. Buatlah got keliling agar drainase lahan menjadi baik
5. Buatlah bedengan dengan ukuran 100-200 cm dan panjang sesuai bentuk
lahan, jarak antara bedengan 30-50 cm dengan kedalaman 20-30 cm.
6. Bersihkan lahan sekitar dari gulma agar tidak menjadi sarang bagi hama
tanaman bawang merah.
D. PERSIAPAN LAHAN TANAMAN JAHE
Jahe dapat ditanam diberbagai kondisi lahan. Kondisi lahan akan membawa
pengaruh pada pengolahannya. Dengan demikian, harus diketahui terlebih dahulu
kondisi lahannya. Pengolahan lahan yang landai akan berbeda dengan lahan yang
landai. Pengolahan lahan landai lebih mudah dibandingkan lahan yang miring,
biaya pengolahan lahannya akan lebih murah. Pengolahan lahan miring sebaiknya
menggunakan trasering dan dalam bentuk pembuatan bedengan/guludan.
Pengolahan lahan termasuk menjadi faktor penentu terhadap keberhasilan
budidaya tanaman jahe. Tanaman jahe termasuk tanaman yang memiliki
perakaran serabut. Kedalaman perakaran tanaman jahe tidak lebih dari 50 cm,
oleh karena itu pengolahan lahan untuk tanaman jahe tidak perlu terlalu dalam.
Pengolahan lahan untuk tanaman jahe cukup pada kedalaman pada 30-40 cm.
Pengolahan lahan pada tanaman dapat dilakukan dengan cara pembalikan lahan
menggunakan bajak singkal traktor/hand traktor atau menggunakan cangkul
secara konvensional. Setelah bajak singkal perlu diolah lanjutan dengan
menggunakan rotari sehingga bongkahan tanah menjadi hancur.
Menurut Setyaningrum dan Saparinto (2013) untuk lahan yang drainasenya
kurang baik maka perlu dibentuk bedengan /guludan. Ukuran bedengan dapat
disesuaikan dengan jarak tanam yang akan digunakan. Bagi lahan yang
drainasenya baik, dapat tidak menggunakan bedengan/guludan. namun demikian
beberapa keuntungan menggunakan bedengan adalah:
1. bedengan akan mempermudah perawatan tanaman;
2. akar tanaman jahe akan lebih kuat karena sering dilakukan pembumbungan
pada bedengan;
3. pembuatan bedengan selalu disertai dengan pembuatan parit, sekaligus
sebagai tempat memudahkan perawatan tanaman seperti penyiraman
(penyiraman dengan di lab), pemupukan, menyiangi dan pengendalian hama
dan penyakit.
Pada tahap pengolahan tanah perlu dilakukan pengecekan/pengukuran pH
tanah. pH tanah optimum untuk tanaman jahe adalah 4,8-7,4 namun jahe masih
dapat tumbuh pada pH tanah minimal 4,5. Jika pH terlalu rendah maka perlu
ditambahkan kapur dolomit.
E. PERSIAPAN MEDIA BAG LOG JAMUR TIRAM
Bahan yang umum digunakan sebagai media bibit produksi ialah serbuk
gergaji untuk jamur kayu dan jerami untuk jamur kompos. Macam bahan tidak
harus mutlak sesuai dengan jenis jamur. Bahan organik lainnya dapat pula
digunakan sebagai media bibit produksi, bahkan biji-bijian juga dapat digunakan.
Cara pembuatan bibit produksi pada dasarnya sama dengan pembuatan bibit induk
botolan. Hanya supaya lebih murah biasanya digunakan kantong plastik tahan
panas (plastik PP dengan tebal 0,03 s/d 0,05mm) untuk wadahnya. Pengemasan
dengan menggunakan kantong plastik pada prinsipnya membuat plastik menjadi
bentukan seperti kemasan botol. Langkah kerja pembuatan media tanam log jamur
tiram menurut Sule (2016) sebagai berikut:
ALAT DAN BAHAN
Alat:
1. Skop 4. Sendok inokulasi
2. Kayu silindris/pelubang log 5. Lampu spirtus
3. pH tester/alat pengukur pH lainnya 6. Drum/boiler/stim untuk sterilisasi log
Bahan:
1. Serbuk gergaji 80-90% 5. Plasik PP 0,05 uk. 28 x 35 cm
2. Katul 10-19% 6. Cin-cin log
3. Beras jagung 10-19% 7. Kertas sampul
4. Kapur (CaCO3) 1% Karet gelang

LANGKAH KERJA
a. Langkah Kerja Pembuatan Log/Media
No Langkah Kerja Uraian Kerja
1. Persiapan Ayak serbuk kayu (lembab) sesuai kebutuhan (80-
90%).
2. Semua bahan Serbuk kayu 80%-90%, beras jagung 10-19%,
dicampur/diaduk dedak/bekatul 10% -19% dan kapur (CaCo3) 1%,
hingga betul-betul diaduk menggunakan skop atau peralatan lain.
homogen
3. Diukur Dengan menggunakan hygrometer atau dengan
kelembaban mengepal media (dikepal tidak keluar air, dilepas
media menggumpal) kelembaban 68%
4. pH media diukur pH berkisar antara 5,5 – 6,5 jika kurang ditambah
dengan pH tester kapur tambahkan cuka jika lebih.
5. Media Masukkan media kedalam plastik sampai 2/3 bagian,
dimasukkan ke lipat bagian sudut plastik sehingga log mulai
dalam bag log terbentuk bulat/silindris, padatkan media, tambahkan
media sedikit demi sedikit sambil dipadatkan sampai
setinggi ¾ plastik. Rapihkan media agak cembung.
6. Cin-cin log Pasang cincin log, kemudian tarik kencang ujung
dipasang plastik dan lipat ke arah luar cincin log.
7. Media dalam log Lubangi media tegak lurus sedalam 10 cm
dilubangi dan log menggunakan kayu silindris berdiameter 2 cm.
ditutup. Tutup log dengan kertas sampul dan ikat dengan
karet.
8. Log disterilkan Log dikukus di dalam drum atau alat lain (ruang
steam dengan boiler) selama 8-9 jam pada suhu
minimal 900C.
9. Log didinginkan Log dibiarkan pada drum atau dalam ruang steam
12 jam selama 1 malam.
10. Pengakhiran Log yang rusak dan terkontaminasi dibuang.
Bersihakn tempat dan semua peralatan yang telah
digunakan.
11. Log siap
diinokulasi
Catatan:
Jika sterilisasi dengan steam (dalam jumlah besar), log dikeluarkan setelah 1
malam kemudian masuk di ruang isolasi yang terlebih dahulu telah distrilkan
misalnya dengan menyalakan lampu UV. Maka log siap diinokulasi diruang
isolasi tersebut.
F.
E. PERSIAPAN LAHAN TANAMAN JERUK
Tanaman jeruk dapat ditanam di tegalan, tanah sawah, maupun di lahan
berlereng. Jika ditanam di suatu bukit perlu dibuat sengkedan/ teras supaya system
drainase dan perawatan tanaman dapat berlangsung dengan baik. Lahan yang akan
ditanami dibersihkan dari tanaman lain atau sisa-sisa tanaman (land clearing).
Sebelum tanam, lahan dibebaskan dari batuan dan pohon besar. Untuk lahan
sawah dan pasang surut, bidang tanam diolah menjadi surjan atau tukungan
(gundukan = Jawa), sedangkan di lahan kering dibuat lubang tanam (dalam =
0,75 m, lebar atau panjang = 0,6 m). Jarak tanam 5 x 4 m2 (jeruk keprok), 5 x 6
m2 (jeruk manis), dan 6 x 7 m2 (pamelo).
Baris tanam diatur sejajar arah timur – barat agar penyebaran sinar matahari
optimal. Penutup lubang tanam dicampur pupuk kandang ± 20 kg/lubang atau
dibuat campuran 3 bagian tanah + 1 bagian pasir + 2 bagian pupuk kandang jika
tanahnya berat. Tambahkan 1 kg dolomite jika pH tanah < 5,5 (Sutopo, 2014).
Pada lahan pasang surut, terdapat dua sistem penataan lahan untuk tanaman
jeruk:
a. Untuk penanaman jeruk berbasis padi perlu dibuat surjan dengan jarak
antar surjan 15 m. agar kanopi jeruk nantinya tidak menaungi pertumbuhan
padi sehingga padi dan jeruk masing-masing dapat memberikan hasil yang
baik. Populasi sekitar 120 pohon/ha
b. Jeruk monokultur, jarak surjan bisa 5-10 meter sehingga dalam satu hektar
terdapat pohon jeruk populasi 200-400 pohon/ha. Umumnya populasi 200
pohon/ha banyak dipilih.
Pada prinsipnya, pembuatan surjan adalah untuk menghindarkan system
perakaran jeruk terjenuhi oleh air dan terhindar dari lapisan pirit yang bisa
mengganggu pertumbuhan tanaman. Terdapat dua macam cara membuat
surjan:
- Surjan bertahap disebut sebagai system tukungan
- Surjan sekali jadi. Surjan sekali jadi mengandung resiko terjadinya pirit ke
permukaan surjan kalau tidak hati-hati menyebabkan pada tahun pertama
tidak bisa ditanami karena tercemar oleh racun pirit sehingga system surjan
bertahap merupakan pilihan yang lebih aman dan dapat disempurnakan
setiap musim sehingga lebih ekonomis sesuai kemampuan dana petani.
Surjan bertahap dibuat dengan dimensi awal sekitar 1,7-2,0 m x 1,7-2,0 m,
tinggi disesuaikan tinggi maksimum genangan akibat air pasang dengan
jarak antar surjan tergantung pola tanam yang akan dipilih. Untuk
penyempurnaan surjan dilakukan secara bertahap setiap tahun (Raihan,
dkk. 2011).
- Read more http://balitjestro.litbang.pertanian.go.id/panduan-budidaya-
tanaman-jeruk/
F. PERSIAPAN LAHAN TANAMAN MELON

Selama 5-7 hari lahan dibiarkan kering setelah dibajak (atau dibalik). Proses ini
akan membuat tanah yang lengket dan berbongkah sehabis dibajak menjadi
agak hancur karena mengalami proses pengeringan matahari dan penganginan.
Selama proses tersebut beberapa senyawa kimia yang beracun dan merugikan
tanaman akan hilang perlahan-lahan. Setelah kering, bongkahan tanah dibuat
petakan dengan tali raffia untuk membentuk bedengan dengan ukuran panjang
bedengan maksimal 12-15 meter, tinggi bedengan 30-50 cm, lebar bedengan
100-110 cm, dan lebar parit 55-65 cm.
Bedengan dibentuk dengan cara mencangkuli bongkahan tanah menjadi struktur
tanah yang lebih remah/gembur. Bila bedengan sudah terbentuk maka
dikeringanginkan lagi selama seminggu agar terjadi proses oksidasi/penguapan
dari unsur-unsur beracun.
Dengan panjang maksimum 15 meter akan memudahkan perawatan tanaman dan
mempercepat pembuangan air terutama di musim hujan. Tinggi bedengan dibuat
sesuai dengan musim dan kondisi tanah. Pada musim hujan, tinggi bedengan
dibuat sekitar 50 cm agar perakaran tanaman tidak terendam air jika hujan deras
sedangkan tinggi bedengan cukup 30 cm pada musim kemarau untuk
memudahkan perawatan saat bedengan digenangi. Parit dibuat dengan lebar 55-
65 cm untuk memudahkan perawatan pada saat penyemprotan, pemasangan ajir,
maupun penalian (Siswanto, 2020).
G.
G. PERSIAPAN LAHAN TANAMAN SELADA

a) Persiapan Media Tanam Untuk Polybag


Tanah terlebih dahulu digemburkan dengan cara dicangkul dan diayak, kemudian
tanah dimasukkan ke dalam polybag ukuran 25 cm x 25 cm dengan diameter 30
cm. Tanah yang digunakan sebagai media tanam sebanyak 5 kg/polybag. Setelah
selesai membuat media tanam, diberikan aplikasi kotoran ayam hasil fermentasi
berbagai bioaktivator. Kebutuhan kotoran ayam dengan dosis 50g/polybag atau
sekitar 20 ton/ha (Nurmayulis, dkk. 2014).

b) Persiapan Media Tanam di Lahan


Tanah dicangkul sedalam 20-30 cm, kemudian diberi pupuk kandang sebanyak ±
10 ton/ha. Diaduk dan diratakan. Setelah itu tanah dibuat bedengan dengan lebar
100-120 cm. Apabila benih akan ditanam langsung, maka dibuat alur/ garitan
dengan cangkul yang dimiringkan. Jarak antar garitan ± 25 cm. Apabila benih
disemaikan terlebih dahulu maka dibuat lubang tanam dengan jarak 25 cm x 25
cm atau 20 cm x 30 cm (Sumpena, 2020).
G.
H. PERSIAPAN MEDIA TANAM AGLAONEMA

Aglaonema dapat tumbuh dengan optimal pada media tanam yang sesuai dan
mendukung proses pertumbuhannya. Menurut Sudaryanto (2007), tanaman ini
dapat tumbuh baik pada tanah yang tumbuh humus. Tanah berhumus adalah tanah
yang kaya unsur hara dan bersifat sangat porous. Komposisi media tanam
Aglaonema tersusun dari bahan-bahan yang ringan tetapi kaya unsur hara seperti
campuran cocopeat, arang sekam, pasir halus dengan perbandingan 2:2:1 dan
dalam media tanamnya dicampur pupuk slow release. Selain itu, menurut
Kurniawan (2006), media tanam yang cocok bagi Aglaonema memiliki kisaran
pH 6-7. Contoh media yang dapat digunakan antara lain: pakis, cocopeat, sekam
bakar, pasir, dan kaliandra dengan kombinasi sebagai berikut:
 Campuran pakis, pasir, dan kaliandra dengan perbandingan 3:2:1
 Campuran pakis, pasir, sekam, dan cocopeat dengan perbandingan 2:1:1:1
 Campuran sekam bakar, cocopeat, dan pasir dengan perbandingan 2:1:1
Aglaonema merupakan tanaman hias berbatang basah yang batangnya bersifat
lunak dan berair sehingga tidak menghendaki media yang terlalu basah karena
dapat menimbulkan bakteri yang menyebabkan pembusukan akar pada tanaman
(Mubarok, dkk. 2012)
4.3 Latihan soal
1. Apakah yang dimaksud dengan pengolahan lahan?
2. Jelaskan jenis pengolahan lahan!
3. Apa fungsi pengapuran dan apa akibat yang akan ditimbulkan jika pH
tanah rendah
4. Bagaimana persiapan lahan untuk tanaman jeruk!
5. Bagaimana perseiapan media tanam untuk tanaman aglonema?

4.4 Sumber informasi dan Referensi


Budianto, R. Despita, A. Pratiwi. 2017. Manajemen Produksi Tanaman
Hortikultura dan Obat-obatan Seri Tanaman Cabai. Malang: STPP
Malang.
Hasaussamang. 20019. Persiapan Lahan Tanaman Cabai.
http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/85470/Persiapan-Lahan-
Tanaman-Cabe. Diakses 3 November 2020.
Kurniawan. 2006. Panduan Praktis Perawatan Aglaonema. Jakarta:
Agromedia Pustaka
Mubarok, S, Salimah A, Farida, Rochayat Y, dan Setiati Y. 2012. Budidaya
Tanaman Hias Daun Anthurium & Aglaonema. J. Hort. 22 (3) : 251-257
Nurmayulis, P. Utama dan R. Jannah. 2014. Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Selada (Lactuca sativa) yang Diberi Bahan Organik Kotoran
Ayam Ditambah Beberapa Bioaktivator. Agrologia Vol. 3 (1) : 44-53
Rachmad, A., Dariah, A., Husen, E. 2004. Olah Tanah Konversi.
http://balittanah. litbang.pertanian.go.id . Diakses tanggal 6 Oktober
2019.
Raihan, S, I Ar-Riza, dan Sardjijo. 2011. Petunjuk Budidaya Jeruk di Lahan
Rawa Pasang Surut. Kalimantan Selatan: Balai Penelitian Tanaman
Rawa.
Siswanto. 2010. Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon. Monograf. Surabaya
: UPN “Veteran” Jawa Timur.
Sudaryanto, B. 2007. Budidaya Tanaman Hias Daun Anthurium &
Aglaonema. Yogyakarta: BPTP Yogyakarta
Sule, S. 2016. Teknologi Budidaya Jamur Tiram. Malang. STPP Malang.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Sumarno. 2019. Pengelolaan lahan pada tanaman bawang merah. Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Temanggung.
Sumpena, U. 2020. Budidaya Selada. Lembang: Balai Penelitian Tanaman
Sayuran.
Swastika, S., D. Pratama, T. Hidayat, K.B. Andri. 2017. Teknologi Budidaya
Cabai Merah. Riau: UR Press.
Yulizar, 2010. Peningkatan Produktivitas Jagung Melalui Pengolahan Tanah
dan Kompos Jerami Padi Sesudah Padi di Bayas Jaya Riau. Prosiding
Pekan Serealia Nasional

4.5 Penilaian
A. Sikap
Mahasiswa aktif dalam kegiatan pembelajaran dan saling menghargai.
B. Pengetahuan
Mahasiswa memahami dan mampu persiapan lahan untuk tanaman
hortikultura.
C. Keterampilan
Ketepatan mahasisiwa dalam melakukan persiapan bahan tanam tanaman
hortikultura.

Anda mungkin juga menyukai