Anda di halaman 1dari 17

BUDIDAYA TANAMAN HORTIKULTURA KOMODITAS STRATEGIS DI

INDONESIA
(CABAI, BAWANG MERAH, SLADA, JERUK, MELON, JAHE,
AGLONEMA, JAMUR TIRAM)

RIKA DESPITA
IQOMATUS SA’DIYYAH

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG


BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2020

0
II. SARANA PRODUKSI TANAMAN HORTIKULTURA

2.1 Deskripsi
Materi sarana produksi tanaman hortikultura meliputi alat pelindung diri
(APD), benih, pupuk dan pestisida serta sarana khusus lainnya yang digunakan.
Sarana produksi sangat penting dalam produksi tanaman hortikultura karena
sangat berkaitan dengan keberhasilan dalam proses produksi. Mahasiswa
diharapkan mampu mengidentifikasi sarana produksi yang akan digunakan dalam
proses produksi komoditas hortikultura tertentu.

2.2 Kegiatan Pembelajaran


1. Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa dapat memahami pentingnya sarana produksi dan mampu
mengidentifikasi dan memilih sarana produksi yang akan digunakan dalam proses
produksi tanaman hortikultura yang telah ditetapakan.
2. Uraian Materi
Sarana produksi tanaman hortikultura penting untuk di perhatikan. Sarana
produksi akan menjadi faktor penyumbang tingkat keberhasilan produksi tanaman
hortikultura. Beberapa contoh sarana produksi adalah alat pelindung diri (APD),
benih, pupuk, pestisida, peralatan khusus lainnya seperti lanjaran untuk budidaya
kacang panjang.
a. Alat Pelindung Diri
Alat pelindung diri (APD) adalah alat yang mampu melindungi diri dengan
cara mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di lokasi bekerja
(Permenakertrans No.Per.08/Men/VII/2010). Setiap individu yang bergerak di
bidang usaha pertanian diwajibkan untuk menggunakan alat pelindung diri. Alat
pelindung diri terdiri dari: pelindung kepala, pelindung mata dan muka, pelindung
telinga, pelindung pernapasan dan pelindung tangan dan kaki. Alat pelindung diri
pada usaha di bidang pertanian sangat penting digunakan. Alat pelindung diri
perlu digunakan mulai dari kegiatan pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan

1
tanaman, panen maupun pasca panen. Pada saat pengolahan lahan contoh alat
pelindung diri yang perlu digunakan adalah pelindung kepala yaitu topi,
pelindung pernafasan yaitu masker, pelindung mata yaitu kaca mata, pelindung
tangan adalah sarung tangan dan pelindung kaki adalah sepatu bot. Begitu juga
untuk tahapan budidaya tanaman lainnya juga membutuhkan alat pelindung diri.
Salah satu contoh jenis-jenis alat pelindung diri yang wajib digunakan dalam
penyemprotan pestisida menurut Diyasti (2018) adalah:
a. Topi : yang digunakan adalah topi berbahan plastik dengan tujuan dapat
menlindungi kulit kepala dan tengkuk dari percikan pestidisa.
b. Kacamata: kacamata digunakan untuk melindungi mata dari debu dan
semprotan pestisida yang diterbangkan angin. Kacamata yang digunakan
biasanya yang berbahan plastik.
c. Masker: melindungi hidung dan mulut dari percikan pestisida. Bahan masker
yang digunakan harus bahan yang tidak tembus air, sehingga pertisida tidak
ikut terhirup.
d. Sarung tangan: sarung tangan yang digunakan adalah sarung tangan dari bahan
plastik sehingga dapat melindungi tangan kontak dengan pestisida secara
langsung atau terkena percikan pestisida.
e. Pakaian praktek dengan lengan panjang dan celana panjang: melindungi tubuh
dari percikan pestisida.
f. Sepatu bot: sepatu bot akan sangat berguna melindungi kaki dari pestisida.
Apalagi pestisida yang disemprotkan dipermukaan tanah.
Selain dari penggunaan perawatan alat pelindung diri juga menjadi hal yang
penting. Apabila alat pelindung diri tidak pernah di rawat, contoh pakaian praktek
maka, pengguna akan tidak merasa nyaman dan manfaatnya yang dapat
melindungi tubuh akan kurang berfungsi. Berdasarkan hasil penelitian Minaka,
dkk (2016) bahwa pada umumnya pengetahuan petani Indonesia tentang alat
pelindung diri sudah baik, namun dalam pelaksanaannya masih buruk.
Penggunaan APD ketika pencampuran pestisida hanya 34% dan penggunaan APD
ketika pencucian peralatan hanya 5%. Penggunaan APD ketika penyemprotan
pestisida 60%. Akibatnya keluhan kesehatan yang diderita oleh petani mencapai

2
50%. Keluhan kesehatan berupa sakit kepala, kelelahan, gatal-gatal pada kulit,
mual, batuk, mata berair dan tangan gemetar. Novizan (2003) dalam Diyasti
menyatakan juga bahwa organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) dan Program
Lingkungan Persatuan Bangsa-Bangsa (UNEP) memperkirakan 1,5 juta kasus
keracunan pestisida terjadi pada pekerja di sektor pertanian, sekitar 5000-10.000
orang per tahun diantaranya mengalami dampak yang sangat fatal, seperti kanker,
cacat, kemandulan dan liver. Tingkat keracunan dapat dikategorikan menjadi
sebagai berikut:
a. Keracunan ringan (4-24 jam) : menimbulkan gejala lelah, pusing, lemah,
pandangan kabur dan mual. Pelaksana disarankan istirahat lebih kurang 2
minggu.
b. Keracunan moderat/sedang (4-24 jam) : berkeringat, sakit kepala, air mata
berlinang, pandangan terbatas dan mual. Pengguna diharapkan menghentikan
penyemprotan.
c. keracunan berat (4-24 jam) : berkemih, diare, kram perut, tremor, hipotensi
berat, sempoyongan, dan denyut jantung melambat (Priyanto 2009 dalam
Diyasti, 2018). Pengguna disarankan untuk menghentikan penyemprotan.
Hasil penelitian Hamidun (2017) bahwa petani sudah memahi jenis APD dan
akibat jika tidak mengunakan APD namun dalam pelaksanaannya petani belum
patuh dalam penggunaannya.

3
Sumber: http://perlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id
Gambar 1. Alat Pelindung Diri untuk kegiatan aplikasi pestisida

b. Benih
Benih adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak
dan atau mengembangbiakan tanaman (Undang-undang no 12 tahun 1992). Benih
dapat diartikan sebagai bahan tanam baik berupa biji atau bagian tanaman seperti
stek batang, umbi dalam bagian lainnya. Tanaman cabai, slada, melon
diperbanyak dengan biji. Bawang merah dapat diperbanyak dengan umbi atau
dengan biji. Jeruk pada dapat diperbanyak dengan menggunakan okulasi, atau
dengan biji. Secara umum jeruk varietas-varietas unggul adalah hasil dari
perbanyakan vegetative tanaman. Jahe diperbanyak melalui potongan rimpang.
Aglonema dapat diperbanyak menggunakan stek batang atau anakan. Jamur
berbeda dengan tanaman sebelumnya, jamur diperbanyak menggunakan spora
atau jaringan jamur.
Pada persiapan benih yang perlu diperhatikan adalah komoditas, varietas, dan
untuk biji apakah benih hibrida atau inbrida. Komoditas dapat diartikan jenis
tanaman. contohnya cabai, melon, jahe, jeruk dan lain-lain. Varietas adalah bagian
dari suatu jenis yang ditandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan, daun, bunga,
4
bua, bii dan sifat-sifat yang lainnya dapat dibedakan dalam jenis yang sama.
Sedangkan varietas lokal adalah benih yang diproduksi dari varietas lokal yang
telah berkembangbiak dan beradaptasi dengan lingkungan tertentu. Pada
komoditas yang sama, varietas yang berbeda belum dapat dianggap cocok untuk
ditaman pada ketinggian tempat yang berbeda.
Hibrida adalah produk persilangan antara dua tetua padi yang berbeda secara
genetik. Apabila tetua-tetua diseleksi secara tepat maka hibrida turunannya akan
memiliki vigor dan daya hasil yang lebih tinggi daripada kedua tetua tersebut.
Kelemahan dari benih ini adalah petani harus membeli setiap akan meman
kembali. Hal ini karena benih hibrida dikhawatirkan tidak memiliki sepenuhnya
sifat baik seperti induknya.
Inbrida adalah varietas yang dikembangkan dari satu tanaman melalui
penyerbukan sendiri sehingga memliki tingkat kemurnian
atau homozigositas yang tinggi. Benih inbrida dapat diperbanyak sendiri oleh
petani sehingga tidak mempunyai ketergantungan terhadap produsen benih.
Pada penyusunan perencanaan produksi tanaman hortikultura maka perlu
dilakukan perhitungan sarana yang digunakan. Sebelum menghitung benih kita
perlu mengetahui populasi tanaman. populasi tanaman adalah jumlah tanaman
dalam satu satuan luas (misalnya 1 ha). Berikut adalah cara menghitung populasi
tanaman dan menghitung kebutuhan benih.

Contoh Soal:
1. Pak Andi mempunyai Luas lahan 1 Ha akan ditanami cabai, jarak tanam
yang digunakan 75 cm x 60 cm, artinya jarak tanam antar barisan 75 cm
dan dalam barisan 60 cm. Hitung populasi, dan berat benih yang
dibutuhkan dalam 1 ha jika setiap lobang tanam di tanami 2 benih dan
berat 1000 benih adalah 20 gram dan daya kecambah 85%?

5
Jawaban:
Diketahui:
Luas lahan 1 ha (10.000 m)
Jarak tanam 75 cm (0,75 m) x 60 cm (0,6) m
Setiap lobang tanam akan ditanami 2 benih.
Berat 1000 biji adalah 20 gram
Daya kecambah 85%
Ditanya:
 Populasi tanaman dan kebutuhan benih
Dijawab:
= 10.000/(0,75 x0, 6)
= 10.000 / 0,45
= 22.222 tanaman lobang tanam
 Berat benih yang dibutuhkan adalah:
= populasi x jumlah benih/lobang x daya kecambah x berat biji
= 22.222 x 2 x 100/85 x 0,02
= 1.045,74 gram

c. Pupuk
Pupuk termasuk salah satu sarana produksi yang berperan penting terhadap
peningkatan produki dan mutu hasil budidaya tanaman. Pupuk harus memenuhi
standar mutu dan menjamin efektivitas pupuk. Pupuk adalah bahan kimian atau
organisme yang berperan dalam penyediaan unsur hara bagi keperluan tanaman
secara langsung atau tidak langsung. Pupuk dapat dikategorikan menjadi pupuk
an-organik, pupuk organik, pupuk hayati, pupuk pembenah tanah. Berdasarkan
unsur hara yang dikandungnya, pupuk dapat dikategorikan menjadi pupuk tunggal
dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal adalah pupuk yang mengandung satu unusur
hara. Sedangkan pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung unsur hara
lebih dari satu.
Pupuk an-organik adalah pupuk hasil proses rekayasa secara kimia, fisik dan
atau biologis, dan merupakan hasil industri atau pabrik pembuat pupuk

6
(Permentan 43 tahun 2011). Pupuk an-orngaik harus memenuhi syarat mutu
pupuk. Menurut Balai Penelitian Tanah (20018) Syarat teknik minimal pupuk
unsur hara makro dapat dilihat pada Tabel 2.1. Syarat teknik minimal pupuk unsur
hara mikro dapat dilihat pada Tabel 2.2. Syarat teknik minimal pupuk campuran
dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.1 Persyaratan Teknik Minimal mutu pupuk An-Organik untuk unsur hara
makro

7
Tabel 2.2 Persyaratan Teknik Minimal mutu pupuk An-Organik untuk unsur hara
mikro

Tabel 2.3 Persyaratan Teknik Minimal mutu pupuk An-Organik untuk unsur hara
mikro

8
Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari tumbuhan mati, kotoran hewan
dan/atau bagian hewan dan/atau limbah organik lainnya yang telah melalui proses
rekayasa, berbentuk padat atau cair, dapat diperkaya dengan bahan mineral
dan/atau mikroba, yang bermanfaat untuk meningkatkan kandungan hara dan
bahan organik tanah serta memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah
(Permentan no1 tahun 2019). Pupuk organik berfungsi sebagai penambah
kesuburan tanah atas (top soil) dengan meningkatkan populasi jasad renik,
mempertinggi daya serap dan daya simpan air. Dari proses pelapukannya akan
menghasilkan unsur hara yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman.
Menurut Sutedjo, 2010) pupuk organik dapat berasal dari sisa-sisa
(seresah)tanaman dan binatang diantaranya adalah pupuk kandang, pupuk hijau,
kompos, bungkil, tepung tulang dan bahan organik lainnya. Pupuk organik secara
umum dikenal dengan pupuk panas dan pupuk dingin. Istilah pupuk panas
digunakan untuk pupuk-pupuk yang kandungan unsur hara N nya lebih tinggi
sehingga proses pelapukan / penguraian oleh mikroorganisme berjalan lebih cepat
dan menimbulkan panas. Pupuk panas sebaiknya diaplikasikan ke tanaman 1-2
minggu sebelum tanam. Contoh pupuk panas adalah pupuk dari kotoran kuda.
Istilah pupuk organik dingin digunakan untuk pupuk-pupuk yang proses
perubahannya lebih lambat. Aplikasi pupuk sebaiknya 3-4 minggu sebelum
tanam. Contohnya adalah pupuk kandang dari kotoran sapi.
9
Pupuk kandang adalah istilah untuk pupuk dari kotoran hewan. Contohnya
pupuk kandang sapi, kerbau, kambing, kuda, ayam, bebek dan ternak lainnya.
Pada umumnya pupuk kandang segar mempunyai C/N ratio =25. Jika pupuk segar
diaplikasikan ke lahan akan mengakibatkan tanaman kekurangan nitrogen. Hal ini
terjadi karena C/N ratio tinggi akan mempercepat proses penguraian atau
mikroorganisme akan bekerja lebih aktif. Mikroorganimse yang sedang bekerja
ini akan mengambil nitrogen dari dalam tanah. Persaingan mikroorganime dengan
tanaman dalam penyerapan nitrogen tidak dapat dihindari. Oleh karena itu
sebaiknya pupuk kandang disimpan pada tempat yang tepat atau dikomposkan
sampai C/N ratio berkurang. Pengomposan dapat menurunkan C/N ratio pupuk
yang salah satunya telah dibuktikan oleh Trivana dan Pradhana (2017). Tabel 2.4
Menunjukkan penurunan C/N ritio setelah pengomposan pupuk kandang kambing
dengan .
Tabel 2.4 Perbandingan mutu pupuk kotoran kambing dengan SNI pada beberapa
hari pengomposan bioaktivator Orgadec

Proses pengomposan kotoran kambing dan debus abut kelapa setelah 10 hari
C/N ratio telah memenuhi standar SNI dan siap diaplikasikan ke lahan pertanian.
Proses pengomposan dapat dipercepat dengan bantuan mirkoorganime bermanfaat
seperti bioaktivator orgadec.
Pupuk hayati adalah produk biologi aktif terdiri atas mikroba yang dapat
meningkatkan efisiensi pemupukan, kesuburan, dan kesehatan tanah. Pupuk hayati
berperan atau membatu tanaman dalam penambat nitrogen, pelarut P, perombak
bahan organik dan penghasil hormon tumbuh bagi tanaman. Kartikawati, dkk

10
(2017) menyebutkan beberapa mikroorganisme penambat nitrogen adalah
Azotobacter chroococcum, Azomonas agilis, Azotobacter beijerinckii,
Azospirillum lipoperum, Azospirillum brasilense, Blue Green Algae,j Rhizobium
japonicum, Rhizobium lupine, dan Rhizobium leguminosarum. Mikroorganisme
pelarut fosfat antara lain Aspergillus niger, Bacillus megatenum, Lolium
multiflorum, Bacillus cereus, Pseudomonas fluorescens, Pseudomonas diminuta,
dan Penicillium (Syarifudin, 2002 dalam kartikawati dkk, 2017). Mikoriza juga
termasuk cendawan pelarut P (Despita, dkk, 2014). Bakteri Azotobacter dan
Azospirillum dapat memacu pertumbuhan tanaman melalui fiksasi nitrogen, dan
menghasilkan hormon pertumbuhan seperti auksin, giberelin, dan sitokinin
(Nasahi, 2010 dalam kartikawati dkk, 2017).
Pembenah tanah adalah bahan-bahan sintetis dan/atau alami, organik dan/atau
mineral berbentuk padat dan/atau cair yang mampu memperbaiki sifat fisik, kimia
dan/atau biologi tanah. Beberapa bahan pembenah tanah adalah yang telah
digunakan dalam penelitian Wibowo, dkk (2016) yaitu biochar dari sekam padi.
Pemberianbiochar 10 tha-1dapat menurunkan pencucianN-total secara stabil jika
dibandingkan denganpelakuan lain. Pencucian terhadap N-total padaperlakuan
biochar 10 tha-1selalu mengalami penurunan dari minggu ke-2 hingga minggu ke-
10 setelah inkubasi dan berkisar antara 0,10-0,29 ppm.

d. Pestisida
Secara harfiah, pestisida berarti pembunuh hama. Berdasarkan SK Menteri
Pertanian RI No. 434.1/Kpts/TP.270/7/2001, tentang Syarat dan Tata Cara
Pendaftaran Pestisida, yang dimaksud dengan pestisida adalah semua zat kimia
atau bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk beberapa tujuan
yaitu memberantas atau mencegah hama dan penyakit yang merusak tanaman,
bagian tanaman, atau hasil-hasil pertanian; memberantas rerumputan; mematikan
daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan; mengatur atau
merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman (tetapi tidak
termasuk golongan pupuk).

11
1) Formulasi Pestisida
No Formulasi
1 Padat Wettable Powder (WP)
Merupakan formulasi bentuk tepung (ukuran partikel
beberapa mikron) dengan aktivitas bahan aktif relatif tinggi
(50-80%), yang jika dicampur dengan air akan membentuk
suspensi. Pengaplikasian WP dengan cara disemprotkan.
2 Soluble Powder (SP)
Merupakan formulasi berbentuk tepung yang jika dicampur
air akan membentuk larutan homogen. Digunakan dengan
cara disemprotkan
3 Water Dispersible Granule (WG atau WDG)
Merupakan formulasi siap pakai dengan konsentrasi bahan
aktif rendah (sekitar 2%)
4 Soluble Granule (SG)
Mirip dengan WDG yang juga harus diencerkan dalam air
dan digunakan dengan cara disemprotkan. Bedanya jika
dicampur dengan air, SG akan membentuk larutan sempurna
5 Cair Emulsifiable Concentrate atau Emulsible Concentrate (EC)
Merupakan formulasi berbentuk pekatan (konsentrat) cair
dengan kandungan bahan aktif yang cukup tinggi. Oleh
karena menggunkan solvent berbasis minyak, konsentrat ini
jika dicampur dengan air akan membentuk emulsi (butiran
benda cair yang melayang dalam media cair lainnya).
Bersama formulasi WP, formulasi EC merupakan formulasi
klasik yang paling banyak digunakan saat ini
6 Water Soluble Concentrate (WCS)
Merupakan formulasi yang mirip dengan EC, tetapi karena
menggunakan sistem solvent berbasis air maka konsentrat ini

12
jika dicampur air tidak membentuk emulsi, melainkan akan
membentuk larutan homogen. Umumnya formulasi ini
digunakan dengan cara disemprotkan
7 Aquaeous Solution (AS)
Merupakan pekatan yang bisa dilarutkan dalam air. Pestisida
yang diformulasi dalam bentuk AS umumnya berupa
pestisida yang memiliki kelarutan tinggi dalam air. Pestisida
yang diformulasi dalam bentuk ini digunakan dengan cara
disemprotkan.
8 Soluble Liquid (SL)
Merupakan pekatan cair. Jika dicampur air, pekatan cair ini
akan membentuk larutan. Pestisida ini juga digunakan dengan
cara disemprotkan.

Bentuk formulasi dan kandungan bahan aktif pestisida dicantumkan di belakang


nama dagangnya. Adapun prinsip pemberian nama dagang sebagai berikut :
a) Jika diformulasi dalam bentuk padat, angka di belakang nama dagang
menunjukkan kandungan bahan aktif dalam persen. Sebagai contoh herbisida
Karmex 80 WP mengandung 80% bahan aktif. Pestisida Furadan 3G berarti
mengandung bahan aktif 3%.
b) Jika diformulasi dalam bentuk cair, angka di belakang nama dagang
menunjukkan jumlah gram atau mililiter (ml) bahan aktif untuk setiap liter
produk. Sebagai contoh, fungisida Score 250 EC mengandung 250 ml bahan
aktif dalam setiap liter produk Score 250 EC.
c) Jika produk tersebut mengandung lebih dari satu macam bahan aktif maka
kandungan bahan-bahan aktifnya dicantumkan semua dan dipisahkan dengan
garis miring. Sebagai contoh, fungisida Ridomil Gold MZ 4/64 WP
mengandung bahan bahan aktif Metalaksil-M 4% dan Mankozeb 64% dan
diformulasikan dalam bentuk WP.
2) Petunjuk Penggunaan Pestisida
Petunjuk penggunaan pestisida adalah sebagai berikut :

13
(a) Formulasi Pestisida
Dalam memformulasikan pestisida, ada beberapa hal yang harus diperhatikan:
- Formulasi pestisida yang dipilih harus sesuai dengan jasad pengganggu yang
akan dikendalikan.
- Memilih pestisida di pasaran banyak dijual formulasi pestisida yang satu sama
lain dapat berbeda nama dagangnya, walaupun mempunyai bahan aktif yang
sama.
- Untuk memilih pestisida, pertama yang harus diingat adalah jenis jasad
pengganggu yang akan dikendalikan. Hal tersebut penting karena masing-
masing formulasi pestisida hanya manjur untuk jenis jasad pengganggu
tertentu.
- Sebaiknya membeli pestisida yang telah terdaftar dan diizinkan oleh
Kementerian Pertanian yang dilengkapi dengan wadah atau pembungkus asli
dan label resmi
- Menyimpan Pestisida
Dalam menyimpan pestisida ada beberapa hal yang harus diperhatikan :
- Pestisida senantiasa harus disimpan dalam keadaan baik, dengan wadah atau
pembungkus asli, tertutup rapat, tidak bocor atau rusak.
- Sertakan pula label asli beserta keterangan yang jelas dan lengkap
- Dapat disimpan dalam tempat yang khusus yang dapat dikunci, sehingga anak-
anak tidak mungkin menjangkaunya, demikian pula hewan piaraan atau ternak.
- Jauhkan dari tempat minuman, makanan dan sumber api.
- Buatlah ruang yang terkunci tersebut dengan ventilasi yang baik. Tidak terkena
langsung sinar matahari dan ruangan tidak bocor karena air

2.3 Latihan soal


1. Apa yang dimaksud dengan APD dan berikan 5 contoh!
2. Mengapa pada kegiatan budidaya pertanian harus menggunakan APD?
3. Jelaskan perbedaan benih hibrida dan inbrida
4. Jelaskan perbedaan pupuk tunggal dan pupuk majemuk!

14
5. Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan ketika akan menggunakan
pestisida?

2.4 Sumber informasi dan Rreferensi

Balai Penelitian Tanah. 20018. Syarat Mutu Pupuk An-organik dan organik.
file:///C:/Users/Umimil~1/Appdata/Local/Temp/Syarat% 20mutu%20pupuk%
20an-Organik%20dan%20organik.Pdf. Diakses tanggal 12 Oktober 2020.
Despita, R., Samanhudi, B. Pujiasmanto. 2014. Pengaruh jenis pupuk kandang
dan dosis vesicular arbuscular myccorrhizal terhadap pertumbuhan, hasil dan
kandungan bahan aktif jahe emprit (Zingiber offisinale Rosc.). Jurnal
Agriekstensia Vol 13. (2).
Diyasti, F. 2018. APD, perisai diri para kesatria pengendali OPT.
http://perlindungan. ditjenbun.pertanian.go.id/web/page/title/313454/apd-
perisai-diri-parakesatria-pengendali-opt. Diakses 3 Oktober 2019
Hamidun, N.I. 2017. Kepatuhan Petani Dalam Pemakaian Alat Pelindung Diri
Dengan Model Health Actioan Process Approach (Kasus Penyemprotan Hama
Pada Tanaman Padi) Di Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros Provinsi
Sulawesi Selatan. Tesis. Pasca sarjana. Universitas Hasanudin. Makasar.
Kartikawati, A., O.Trislawati. I. Darwati. 2017. Pemanfaatan Pupuk Hayati
(Biofertilizer) Pada Tanaman Rempah dan Obat. Jurnal Perspektif Vol. 16 (1).
Minaka, D.A., Sawitri, A.A.S., Wirawan, D.N. 2016. Hubungan Penggunaan
Pestisida dan Alat Pelindung Diri dengan Keluhan Kesehatan pada Petani
Hortikultura di Buleleng, Bali. Public Health and Preventive Medicine
Archive. Juli 2016 Volume 4 Nomor 1.
Permenakertrans No.Per.08/Men/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri
Permentan No. 43/Permentan/SR.140/8/2011tentang Syarat Dan Tata Cara
Pendaftaran Pupuk An-Organik.
Permentan No.1 tahun 2019 tentang Pendaftaran Pupuk Organik, Pupuk Hayati,
dan Pembenah Tanah.
SK Menteri Pertanian RI No. 434.1/Kpts/TP.270/7/2001, tentang Syarat dan Tata
Cara Pendaftaran Pestisida.
Trivana, L. A.Y. Pradhana. 2017. Optimalisasi Waktu Pengomposan dan Kualitas
Pupuk Kandang dari Kotoran Kambing dan Debu Sabut Kelapa dengan
Bioaktivator PROMI dan Orgadec. Jurnal Sain Veteriner. Vol 35 (1).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1992. Tentang Sistem
Budidaya Tanaman.

15
Universitas Sumatera Utara. t.th http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/
123456789/ 61827/Chapter%20II.pdf?sequence=5&isAllowed=y. Diakses 12
Oktober 2020
Wibowo, W.A., B. Hariyono, Z. Kusuma. 2016. Pengaruh Biochar, abu ketel dan
pupuk kandang sapi terhadap pencucian nitrogen tanah berpasir Asembagus
Situbondo. Jurnal Tanah dan Sumberdaya lahan Vol. 3 (1).

2.5 Penilaian
A. Sikap
Mahasiswa aktif dalam kegiatan pembelajaran dan saling menghargai.
B. Pengetahuan
Mahasiswa memahami dan mampu mengidentifikasi sarana produksi pada
tanaman hortikultura.

C. Keterampilan
Ketepatan mahasisiwa dalam mengidentifikasi sarana produksi yang akan
digunakan dalam budidaya tanaman hortikultura.

16

Anda mungkin juga menyukai