Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN HOLTIKULTURA

TANAMAN BIOFARMAKA DATARAN TINGGI

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah: Teknologi Produksi Tanaman Holtikultura

Dosen Pengampu:Ir. Yulia Eko Susilowati, M.P.

DISUSUN OLEH :

Hastina Widyasti

Alfi Zuhrotul Wafiya

Muttamima Aufa Milzam

Dikha Inziwi Novia S

Muhammad Zilda Arif

Dewarani Ainunazim U.

(2120401057)

(2120401062)

(2120401073)

(2120401086)

(2140401094)

(2140401104)
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

UNIVERSITAS TIDAR

2023

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman biofarmaka merupakan tanaman yang mempunyai senyawa kimia yang mampu meningkatkan
daya tahan tubuh sehingga banyak digunakan sebagai bahan baku obat tradisional (R. S. Siregar, et al.,
2020). Berdasarkan Peraturan menteri kesehatan No 9 Tahun 2016, menangani Penggunaan tanaman
biofarmaka diharapkan dapat berperan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan, serta
mencegah dan mengatasi gangguan kesehatan ringan. Pemanfaatan tanaman biofarmaka sudah
dilakukan sejak dahulu sebelum adanya obat modern yang banyak dikonsumsi seperti sekarang ini.
Sampai saat ini tanaman biofarmaka dimanfaatkan sebagai obat alternatif penyembuhan penyakit selain
mengkonsumsi obat sintesis (Salim & Munadi, 2017). Hal ini dikarenakan tanaman biofarmaka
mempunyai populasi yang cukup melimpah di Indonesia serta manfaat dan khasiatnya dapat dirasakan
secara nyata bagi mereka yang mengkonsumsinya sebagai obat.

Tanaman biofarmaka merupakan tanaman yang berbentuk perdu, rimpang dan rumput-rumputan.
Komoditas tanaman biofarmaka terbagi menjadi 2 klasifikasi, yakni rimpang dan yang bukan rimpang.
Tanaman biofarmaka yang termasuk dalam golongan rimpang meliputi, jahe, laos, kencur, kunyit,
temulawak, temuireng, temu kunci dan dringo. Sedangkan tanaman biofarmaka yang non rimpang,
meliputi, kapulaga, mengkudu, mahkota dewa, kejibeling, adas, lidah buaya dan sambiloto (BPS 2018).
Tanaman biofarmaka yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia seperti kapulaga dan adas.

Tanaman kapulaga dalam bijinya terkandung senyawa alkaloid, flavonoid, terpenoid dan tanin yang
bermanfaat dalam menghambat dan membunuh bakteri yang masuk ke dalam tubuh manusia. Oleh
karena itu kapulaga banyak dimanfaatkan sebagai bahan jamu atau diambil minyak atsirinya, sebagai
bahan baku atau campuran di dalam industri makanan, parfum dan obat (Direktorat Jenderal
Hortikultura, 2019). Tanaman adas (Foeniculum vulgare Mill.) pada bidang industri, tanaman ini banyak
dimanfaatkan sebagai bahan baku farmasi, kosmetik, jamu, dan bumbu masak. Tanaman adas umumnya
diolah menjadi minyak atsiri. Hampir seluruh bagian tanaman adas menghasilkan minyak atsiri. Minyak
atsiri yang terdapat dalam tanaman adas merupakan salah satu senyawa aktif yang dapat dimanfaatkan
sebagai bahan dasar pembuatan obat, disamping itu minyak atsiri adas juga dapat dijadikan sebagai
bahan baku industri minyak telon (Kridati, E, M., dkk., 2012).
Dari uraian tersebut, terdapat banyak sekali manfaat tanaman biofarmaka bagi kesehatan manusia
terutama tanaman kapulaga dan tanaman adas. Seiring berjalannya waktu semakin beragam cara untuk
memanfaatkan tanaman tersebut. Oleh karena itu diperlukan orang-orang agronomi yang mumpuni
dalam membudidayakan tanaman-tanaman tersebut guna memenuhi kebutuhan akan tanaman
biofarmaka tersebut.

Rumusan masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, rumusan masalah pada makalah ini adalah bagaimana cara
budidaya tanaman kapulaga daan tanaman adas yang merupakan tanaman biofarmaka di dataran tinggi.

Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana budidaya
tanaman kapulaga dan tanaman adas yang merupakan tanaman biofarmaka pada dataran tinggi.

BAB 2

Pengertian dan Klasifikasi Tanaman Adas

Syarat Tumbuh Tanaman Adas

Perbanyakan Tanaman Adas

Pengolahan Lahan Tanaman Adas

Teknik Penanaman Tanaman Adas


Budidaya tanaman hortikultura khususnya tanaman obat memiliki teknik penanaman yang mendukung
untuk menghasilkan kualitas dan kuantitas produk. Adapun beberapa teknik penanaman sebagai
berikut:

1. Persiapan Bibit Tanaman Adas

Bibit menjadi penunjang keberlangsungan budidaya tanaman obat agar tetap mengalami pertumbuhan
yang optimal. Pemilihan bibit akan menentukan hasil produk yang dapat disesuaikan dengan kondisi
lingkungan sekitar lahan. Adanya persiapan bibit akan menciptakan bahan tanam yang berkualitas
dengan memiliki pertumbuhan yang baik, hasil yang tinggi, mutu yang berkualitas, dan tahan hama
maupun penyakit. Ada beberapa cara dalam mempersiapkan bibit tanaman obat meliputi:

a. Perbanyakan Generatif

Perbanyakan generatif merupakan suatu cara untuk menghasilkan anakan melalui biji. Biji disemaikan
untuk dijadikan tanaman baru, ini bisa dijadikan bibit. Tanaman baru dari biji meskipun telah diketahui
jenisnya terkadang sifatnya menyimpang dari pohon induknya, dan bahkan banyak tanaman yang tidak
menghasilkan biji atau jumlah bijinya yang sedikit (Suwandi, 2014). Upaya yang perlu diperhatikan agar
hasil biji yang digunakan dalam perbanyakan generatif ini tumbuh optimal meliputi pemilihan biji yang
bebas hama dan penyakit, media tanam, pemupukan, dan penyiraman.

b. Perbanyakan Vegetatif

Perbanyakan vegetatif merupakan teknik untuk mendapatkan anakan secara aseksual. Teknik ini
memberikan kelebihan karena waktu produksi tanaman lebih cepat dan memiliki sifat-sifat sama seperti
induknya. Namun, kekurangan dari teknik ini yaitu perakaran tanaman yang lemah sehingga tanaman
mudah roboh.

2. Pengolahan Tanah

Tanah menjadi faktor penting bagi pertumbuhan tanaman obat karena berperan sebagai media tanam.
Laju pertumbuhan dan perkembangan tanaman sangat memperhatikan kondisi tanah yang akan
digunakan. Kebutuhan unsur hara dan kehidupan mikroorganisme bergantung dengan cara pengolahan
tanah baik sebelum maupun sesudah penanaman. Pengolahan tanah menjadi kebutuhan yang harus
diperhatikan mengingat tanah mengandung sifat fisik, kimia, dan biologi. Pengolahan tanah yang tepat
akan berdampak pada kesuburan tanah. Adapun teknik pengolahan lahan yang dilakukan sebagai
berikut:

a. Pembersihan lahan sisa hasil tanaman dan gulma dengan pencabutan dan pembajakan dengan
traktor

b. Penggaruan tanah untuk menggemburkan tanah sehingga didapatkan porositas tanah yang
diinginkan.

c. Pembuatan lubang tanam dengan ukuran jarak antar lubang 1 m x 1 m.


3. Penanaman Tanaman Adas

Bibit yang telah dipersiapkan akan dilakukan proses penanaman pada areal lahan budidaya. Tentunya,
telah mendapatkan benih maupun bibit yang berkualitas, bermutu, dan tahan hama dan penyakit.
Proses penanaman sebaiknya dilakukan pada waktu pagi atau sore hari, hal ini dilakukan agar tidak
mengganggu proses metabolisme pada tanaman. Adapun beberapa tahapan-tahapan proses pindah
tanam sebagai berikut:

a. Persemaian bibit dengan polybag mengharuskan menyobek sisi polybag secara hati-hati agar
tidak melukai akar, kemudian dimasukan ke lubang tanam yang telah diberi pupuk

b. Lakukan penimbunan tanah di lubang tanam dan padatkan

c. Lakukan penyiraman agar tanah menjadi lembab.

Pemeliharaan Tanaman Adas

1. Penyiraman

Pada budidaya tanaman adas perlu dilakukan penyiraman secara teratur agar tetap terjaga ketersediaan
air, suhu, dan kelembaban tanah tetap optimal. Teknik penyiraman dapat dilakukan dengan
memperhatikan luas lahan. Misal, lahan pekarangan hanya menggunakan gembor dan lahan skala luas
bisa menggunakan alat sprinkle dengan dilengkapi sistem irigasi yang dapat mensuplai kebutuhan air.
Penyiraman yang rutin dapat dilakukan di pagi maupun sore hari akan membantu proses metabolisme
pada tanaman adas.

2. Pemupukan

Pemupukan pada setiap budidaya tanaman termasuk tanaman obat menjadi kebutuhan untuk
memperbaiki kondisi tanah. Pemupukan dapat dilakukan dengan menggunakan jenis pupuk organik
maupun anorganik. Namun, pemberian pupuk lebih diutamakan jenis organik seperti pupuk kandang
dan pupuk kompos agar tidak menimbulkan kerusakan lingkungan. Teknik pemberian pupuk dapat
dilakukan dengan cara disiram, ditanam, maupun dicampurkan saat penanaman.

3. Penyiangan

Pemberantasan gulma perlu dilakukan secara intensif dengan melakukan penyiangan. Hal ini, berguna
untuk mencegah terjadinya persaingan antara gulma dengan tanaman obat. Persaingan tersebut dapat
berupa penyerapan unsur hara, penerimaan cahaya, dan mencegah serangan hama akibat kemunculan
gulma. Adapun cara pengendalian gulma dapat dilakukan secara manual, kultur teknis, dan kimiawi.

4. Pembumbunan

Pembumbunan dapat dilaksanakan bersamaan dengan penyiangan gulma. Pembumbunan dilakukan


untuk memperkokoh tanaman, menutup bagian tanaman di dalam tanah , memperbaiki aerasi dan
menggemburkan tanah sekitar perakaran, serta mendekatkan unsur hara dari tanah di sekitar tanaman.
Pembumbunan dapat dilakukan dengan menggunakan alat seperti cangkul

5. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan secara mekanis, kultur teknis, dan kimia.
Pengendalian secara mekanis dapat dilakukan dengan cara menangkap hama yang menyerang tanaman
atau memetik bagian tanaman yang terserang hama atau penyakit. Pengendalian secara kultur teknis
dapat dengan pengaturan jarak tanam yang akan menyebabkan perubahan iklim mikro disekitar
pertanaman seperti suhu, kelembaban udara, dan intensitas sinar matahari. Pengendalian secara kimia
dengan menggunakan insektisida dan fungisida. Namun, pengendalian secara kimia ini tidak dianjurkan
untuk dilakukan karena mengingat tanaman obat sebagai obat herbal.

Panen dan Pasca Panen Tanaman Adas

1. Panen

Proses pemanenan tanaman adas dimulai pada umur 8 tahun dengan ditandai perubahan warna buah
hijau keabu-abuan sampai kehitaman dan memiliki tekstur buah yang keras. Pemanenan adas
membutuhkan waktu cukup lama sekitar 4 bulan dengan 15 kali pemetikan 1-2 minggu karena buah
adas matangnya tidak serempak. Teknik pemanenan dapat dilakukan dengan cara memilih dan memetik
buah yang telah matang kemudian dilakukan proses pengumpulan.

2. Pascapanen

Proses pascapanen tanaman adas meliputi penjemuran buah adas dibawah sinar matahari hingga kadar
air mencapai 12-14%. Buah yang telah kering lalu dibersihkan dari kotoran yang masih menempel.
Pengemasan dapat dilakukan dengan memasukan buah adas ke dalam kantong plastik yang bersih lalu
disimpan dalam gudang.

Pengertian dan Klasifikasi Tanaman Kapulaga

Tanaman kapulaga yang memiliki nama ilmiah Amomum compactum Soland. merupakan suatu jenis
tumbuhan yang termasuk ke dalam keluarga zingiberaceae atau jahe-jahean. tumbuhan ini memiliki
umbi, batang, daun, dan buah. Bagian yang paling sering dimanfaatkan adalah buah kapulaga yang
digunakan sebagai bumbu rempah penyedap rasa makanan dan minuman (Tarigan dan Saragih, 2023).
Selain itu, buahnya juga seringkali digunakan sebagai obat terapi herbal untuk mengobati beberapa
penyakit, seperti malaria, hepatitis, sakit lambung, implamasi, dan bahkan kanker.

Tanaman kapulaga memiliki tinggi 1,5 meter dengan daun tunggal yang tersebar, berbentuk lanset,
ujung runcing dengan tepi rata, pangkal daun berbentuk runcing, pertulangan menyirip dan berwarna
hijau. Batang tanaman kapulaga disebut batang semu, karena terbungkus oleh pelepah daun yang
berwarna hijau, bentuk batang bulat, tumbuh tegak, tingginya sekitar 1-3 meter. Batang tumbuh dari
rizoma yang berada di bawah permukaan tanah, satu rumpun bisa mencapai 20-30 batang semu, batang
tua akan mati dan diganti oleh batang muda yang tumbuh dari rizoma lain. Bunga tanaman kapulaga
merupakan majemuk, berbentuk bonggol yang terletak di pangkal batang dengan panjang kelopak
bunga 12,5 cm di kepala sari terbentuk elips dengan panjang 2 mm, tangkai putik tidak berbulu, dan
berbentuk mangkok. Mahkota berbentuk tabung dengan panjang 12,5 mm, berwarna putih atau putih
kekuningan. Mahkota berbuah kotak dengan biji kecil berwarna hitam. Buah kapulaga berbentuk bulat
memanjang, berlekuk, berbentuk segitiga, pipih, berwarna putih kekuningan atau kuning kelabu. Buah
kapulaga berupa buah kotak terdapat dalam tandan kecil dan pendek. Buah tersusun rapat pada,
tandan terdapat 5-8 buah pada setiap tandannya (Maranatha, 2019).

Menurut Hidayat (2013), tanaman kapulaga (Amomum compactum Soland.) diklasifikasikan sebagai
berikut:

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Subkelas : Commelinidae

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Genus : Amomum

Spesies : Amomum compactum Soland.

Syarat Tumbuh Tanaman Kapulaga

Tanaman kapulaga dibudidayakan pada daerah dataran tinggi dengan ketinggian 750-1400 m
dari permukaan laut. Curah hujan yang efektif untuk pertumbuhan kapulaga kurang lebih sekitar 1500-
7000 mm per tahun, namun curah hujan optimum sekitar 2000-3000 mm per tahun dengan bulan kering
tidak lebih dari 3 bulan. Suhu yang efektif berkisar antara suhu 10- 35°C. Tanaman kapulaga lokal
tumbuh pada ketinggian tempat 200-1000 m dari permukaan laut, dengan elevasi optimal 300-500 m
dari permukaan laut, iklim tipe A, B, dan C menurut Schmidt dan Ferguson. Selain itu, tanaman kapulaga
dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti latosol, podsolik, andosol, dari tanah yang berhumus
tebal dari bukaan hutan sampai tanah yang humusnya telah tipis (Evizal, 2013).

Tanaman kapulaga peka terhadap angin kencang, dan suhu udara yang terlalu tinggi akibat sinar
matahari langsung. Kapulaga tumbuh dengan subur di bawah naungan alami baik berupa hutan maupun
tanaman pohon dengan tingkat penaungan moderat 30-50%. Oleh karena itu, tanaman kapulaga
diusahakan sebagai tanaman sela pada kebun buah-buahan seperti pisang, kelengkeng, rambutan, duku,
mangga, durian, atau di perkebunan tanaman industri seperti lada, kopi, kayu manis, cengkeh, kelapa,
pinang, kelapa sawit, atau di hutan budidaya seperti sengon, akasia, lamtoro gung, jati, dan damar
(Evizal, 2013).

Perbanyakan Tanaman Kapulaga

Tanaman kapulaga dikembangbiakkan secara vegetatif dari pohon induk yaitu dengan menggunakan
stek anakan atau rimpang yang bertunas dan berakar. Stek anakan yang dipilih harus memiliki syarat,
antara lain:

Tanaman induk yang sehat dan memiliki umur sekitar 10-12 bulan yang telah berbuah.

Rimpang/rhizoma mempunyai 2-3 helai daun.

Tidak memiliki gejala penyakit.

Terdapat batang semu.

Rimpang yang bertunas.

Mempunyai sedikit akar adventif.

Pengolahan Lahan Tanaman Kapulaga

Penyiapan lahan budidaya tanaman kapulaga dibagi dalam dua sub kegiatan yaitu :

Pembersihan lahan budidaya

Pembersihan lahan dilakukan untuk mendapatkan kondisi lahan /tanah yang siap untuk diolah sampai
ditanami dan terbebas dari gangguan biologis seperti gulma dan sisa tanaman lain, serta terbebas dari
gangguan fisik seperti batu- batuan ,sampah dan lain lain .

Pengolahan tanah dan pembuatan bedengan

Pengolahan tanah dan pembuatan bedengan adalah kegiatan membuat lahan pertanian menjadi siap
ditanami dengan cara mencangkul, menggemburkan dan meratakannya, selanjutnya membuat
bedengan dengan bentuk membujur atau disesuaikan dengan letak lahan. Tujuan dari pengolahan tanah
dan pembuatan bedengan, agar diperoleh media tanam yang optimal bagi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, juga untuk memudahkan pekerjaan berikutnya seperti pemeliharaan,
pemberian pupuk susulan/lanjutan, dan pemanenan. Terdapat persyaratan dalam pengolahan lahan dan
pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman kapulaga.

Tanaman kapulaga menghendaki tanah yang gembur sampai kedalaman ± 30 cm;

Bedengan dengan ukuran tinggi 30–40 cm, lebar 150– 250 cm, panjang disesuaikan dengan kondisi
lahan dan jarak antar bedengan ± 50 cm (dalam setiap bedengan terdiri dari 1 baris tanaman);
Jarak tanam tanaman kapulaga menyesuaikan dengan kondisi lahan (kesuburan, kontur dan kemiringan)
serta jenis tanaman yang ditumpangsarikan. Jarak tanam bisa digunakan dengan : panjang 2 – 2,5 m dan
lebar 1,5- 2 m;

Pemberian kapur pertanian bersamaan dengan pembuatan bedengan atau lubang tanam yang dilakukan
2 minggu sebelum pemberian pupuk dasar. Pemberian kapur pertanian disesuaikan dengan kebutuhan
tanah (pH tanah).

Pemberian pupuk dasar, antara lain:

Pembenah tanah sebanyak 4-6 liter/ha dengan dosis 10 cc/liter air.

Pupuk kandang sebanyak 10 - 20 ton/ha atau setara dengan 5 – 10 kg/lubang tanam;

Jika lahan berupa lereng dengan tingkat kemiringan diatas 30%/trap, perlu ditambahkan perlakuan lain,
misalnya dengan membuat terasering dengan tepi lereng ditanami pohon penguat dan mengikuti kaidah
konservasi lahan;

Alternatif lain tanpa membuat bedengan : tanah dicangkul lalu dibuatkan lubang tanam dengan ukuran
lebar 50 cm, panjang 50 cm dan kedalaman 30 cm. Pada setiap jarak 10 m atau 20 m dibuat saluran
drainase dengan lebar + 50 cm dan kedalaman 30 – 40 cm.

Teknik Penanaman Tanaman Kapulaga

Penanaman adalah kegiatan peletakan benih ke lubang tanam pada umur siap tanam dengan jarak
tanam yang telah ditentukan. Terdapat beberapa ketentuan dalam penanaman benih kapulaga,
diantaranya:

Penanaman tanaman kapulaga sebaiknya pada awal musim penghujan;

Ditanami sebanyak 1 - 3 benih pada setiap lubang tanam;

Benih kapulaga ditanam dalam posisi tegak dan tunas menghadap ke atas;

Penanaman dilakukan sesuai dengan jarak tanam yang sudah ditentukan dengan kedalaman tanam
sekitar 3 – 5 cm;

Menutup lubang tanam dengan tanah dan sedikit dipadatkan disekitar tanaman;

Memasang ajir disamping benih dengan jarak kurang lebih 10 cm, dan diikat agar tanaman tidak
bergerak; dan

Pemasangan ajir dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak tanaman.


Pemeliharaan Tanaman Kapulaga

Pemeliharaan adalah rangkaian kegiatan yang mencakup pembumbunan, penyulaman, penyiraman,


pembersihan lahan dari gulma (penyiangan), penjarangan, pengaturan pohon naungan serta
pengendalian hama/penyakit tanaman serta pemupukan. Pemupukan adalah kegiatan penambahan
unsur hara ke dalam tanah sekitar tanaman sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Pemeliharaan tanaman kapulaga dapat dilakukan dengan beberapa tahapan diantaranya :

Kondisi pertanaman tumbuh baik apabila daun berwarna hijau segar, rimpang tumbuh tunas baru,
pangkal batang dengan lapisan luar mengkilap, dan bebas dari serangan hama, penyakit dan gulma;

Penyiraman dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan keadaan tanaman;

Penyulaman pada umur 1 BST dianjurkan dengan menggunakan benih yang telah disiapkan dengan
umur yang sama;

Penyiangan secara berkala atau sesuai dengan kebutuhan dengan cara yang aman dan benar (tidak
mengganggu perakaran tanaman), sebaiknya dilakukan secara rutin setiap 3 – 4 bulan sekali;

Penyiangan dilakukan dengan mekanis atau manual, tidak dianjurkan menggunakan herbisida;

Pembumbunan dilakukan pada usia tanaman 3 BST bersamaan dengan penyiangan. Pembumbunan
tidak dilakukan pada saat tanaman mulai berbunga;

Penjarangan dilakukan dengan cara memangkas batang tua/tidak produktif sehingga dapat memicu
pertumbuhan bunga pada batang produktif;

Pengaturan/pemangkasan pohon naungan perlu dilakukan agar tanaman kapulaga mendapatkan sinar
matahari sesuai kebutuhan; dan

Pengaturan saluran drainase sangat penting terutama saat hujan lebat agar lahan tidak jenuh air dan
tergenang yang mengakibatkan perakaran atau rhizoma menjadi busuk.

Pupuk yang di gunakan adalah pupuk organic berupa Pupuk kandang (kambing, ayam, domba, atau sapi)
diberikan pada tahap penyiapan lahan sebagai pupuk dasar sebanyak 10-20 ton/ha atau setara dengan 7
-10 kg/lubang tanam. Pupuk anorganik diberikan jika kondisi tanaman kurang subur dengan
perhitungan: untuk setiap hektar diberikan dengan dosis 100-150 kg Urea + 100-120 kg TSP + 100-200 kg
KCl, NPK 200-360 kg

Panen dan Pasca Panen Tanaman Kapulaga

Pemanenan Tanaman Kapulaga

Tanaman kapulaga mulai berbunga pada umur 7 - 8 bulan, bunga ini merupakan bakal buah dan mulai
dapat dipanen setelah umur 12 - 13 bulan. Pada panen pertama biasanya tanaman kapulaga akan
berbuah dengan jumlah sedikit. Panen pertama ini jarang dilakukan karena biaya untuk pemanenan
tidak sebanding dengan hasil penjualannya. Tanaman kapulaga dapat memberikan hasil setelah
berumur 2 – 3 tahun. Pada umur dua tahun tanaman kapulaga akan panen kembali yang disebut dengan
panen raya. Hasil panen per hektar dapat mencapai 2 – 3 ton buah kering per tahun, berlaku untuk
tanaman yang sudah berumur belasan tahun. Petani pada panen raya bisa memperoleh buah kapulaga
rata-rata sebanyak 1,76 ton/ha/tahun basah. Jika kapulaga dikeringkan maka akan menyusut menjadi
0,53 ton/ha/tahun kapulaga kering.

Tanaman kapulaga dapat dipanen ketika tanaman sudah menunjukkan siap panen. Adapun syarat-syarat
pemanenan kapulaga adalah buah harus dipanen sebelum benar-benar matang, bila dipanen terlalu
matang atau kering, buah akan pecah dan warna kapulaga kurang bagus. Adapun ciri buah kapulaga
yang siap panen yaitu, buah sudah berukuran besar, kelopak buah sudah mengelupas, mahkota buah
sudah tampak rontok, butir buah sudah keras dan bernas, kulit buah berubah menjadi putih kemerahan
hingga kecoklatan, warna kulit biji sudah berwarna putih kecoklatan. Waktu panen yang tepat adalah
jika buah sudah berwarna hijau kekuning-kuningan. Cara panen yaitu dengan memotong karangan
bunga di bawah dompolan buah (pangkal tandan) secara hati-hati. Pemanenan dilakukan dengan
menggunakan pisau. Buah kapulaga yang sudah dipanen dikumpulkan pada wadah bersih dan tidak
terkontaminasi. Pemanenan sebaiknya tidak dilakukan saat hujan untuk mencegah pembusukan buah
lebih cepat. Buah yang sudah dipanen kemudian dijemur sampai kering (Diniyati dkk, 2014).

Pasca Panen Tanaman Kapulaga

Buah kapulaga yang sudah dipanen kemudian dilakukan perlakuan pasca panen. Perlakukan pasca
panen kapulaga yaitu pemipilan, pembersihan, penjemuran dan penyimpanan. Pemipilan yaitu
memisahkan buah kapulaga dari tandanya, yang dilakukan secara manual dengan tangan untuk
melepaskan buah kapulaga satu persatu dari tandannya. Sortasi segar, dilakukan dengan tujuan
memisahkan antara buah kapulaga yang baik dengan buah yang tidak baik (rusak, cacat, dan busuk).
Pencucian dilakukan apabila diperlukan, dengan cara menggoyang-goyangkan wadah atau keranjang
panen berisi kapulaga di bawah air yang mengalir. Pengeringan, dilakukan dengan cara menjemur buah
kapulaga segar/basah dibawah terik sinar matahari di atas lantai jemur dan dibolak-balik dengan tangan
menggunakan sarung tangan yang bersih, sampai diperoleh buah kapulaga kering dengan kadar air
maksimal 12 %, yang dicirikan bila ditekan dengan 2 jari akan pecah dan bijinya terpisah-pisah.
Penjemuran dengan menggunakan sinar matahari membutuhkan waktu sekitar 4 - 5 hari. Apabila cuaca
tidak mendukung untuk melakukan pengeringan, pengeringan juga dapat dilakukan dengan
menggunakan alat pengering. Buah yang telah kering dikemas dalam wadah kedap udara (Diniyati dkk,
2014).
BAB III

PENUTUP

Budidaya tanaman adas banyak dilakukan dengan perbanyakan vegetatif nenggunakan stek anakan
atau rimpang yang bertunas dan berakar. Pemeliharaan tanaman dengan penyiraman, pemupukan,
penyiangan, pembumbunan, dan pengendalian hama dan penyakit. Pemupukan menggunakan pupuk
kandang sebagai pupuk dasar dan pupuk makro urea, TSP, KCl, dan NPK. Tanaman kapulaga siap
dipanen pada umur 8 tahun dengan ditandai perubahan warna buah hijau keabu-abuan sampai
kehitaman dan memiliki tekstur buah yang keras. Proses pascapanen tanaman adas meliputi
penjemuran buah adas hingga kadar air mencapai 12-14%, pembersihkan buah dari kotoran yang masih
menempel, dan pengemasan dapat menggunakan kantong plastik yang bersih lalu disimpan dalam
gudang.

Budidaya tanaman kapulaga banyak dilakukan dengan perbanyakan vegetatif nenggunakan stek anakan
atau rimpang yang bertunas dan berakar. Pemeliharaan tanaman dengan pembumbunan, penyulaman,
penyiraman, penyiangan, penjarangan, pengaturan pohon naungan serta pengendalian hama/penyakit
tanaman serta pemupukan. Pemupukan menggunakan pupuk kandang sebagai pupuk dasar dan pupuk
makro urea, TSP, KCl, dan NPK. Tanaman kapulaga siap dipanen pada umur 2 tahun. Pasca panen dari
tanaman kapulaga meliputi pemipilan, pencucian, penjemuran, dan penyimpanan.

Anda mungkin juga menyukai