Proses produksi suatu tanaman dapat dikatakan berjalannya secara efisien, jika proses
produksi mampu menghasilkan output tertentu dengan input minimum atau dengan kata
lain dapat menghasilkan output maksimum dengan input tertentu.
Produksi hasil pertanian dalam arti luas tergantung dari faktor genetik/varietas yang
ditanam, lingkungan termasuk antara lain tanah, iklim dan teknologi yang dipakai.
Sedangkan dalam arti sempit terdiri dari variditas tanaman, tanah, iklim, dan faktor-faktor
non teknis seperti ketrampilan petani, biaya/sarana produksi pertanian dan alat-alat yang
digunakan. Faktor yang mempengaruhi produksi pertanian terbagi atas faktor genetik,
faktor alam, faktor tenaga kerja, faktor modal dan faktor menejemen.
Lingkungan terdiri dari komponen abiotik dan biotik. Komponen abiotik adalah segala
yang tidak bernyawa seperti tanah, udara, air, iklim, kelembaban, cahaya, bunyi.
Sedangkan komponen biotik adalah segala sesuatu yang bernyawa seperti tumbuhan,
hewan, manusia dan mikro-organisme (virus dan bakteri).
2. Ada banyak sistem produksi tanaman di Indonesia, tergantung dengan jenis tanamannya
itu sendiri atau komoditasnya.
a. Komoditas perkebunan
Contohnya : teh, jeruk, tebu, kopi, jambu, mangga dan jenis buah lainnya.
b. Komoditas tanaman pangan
Contohnya : padi, jagung, gandum
c. Hortikula
Contohnya : semua jenis sayur-sayuran
Untuk lahannya terdiri dari lahan kering dan lahan basah (sawah, lebak, rawa, dan lahan
pasang surut). Curah hujan humid, semi humid, dan semi arid. Untuk ketinggan
tempatnya terdiri dari dataran tinggi, menengah dan rendah. Dan teknik/type
penggunaaan budidaya terdiri dari pekarangan, tumpang sari, monokultur, agrofresty, dan
tanaman semumin, hidroponik, rumah kaca dll.
3) Pemupukan Tanaman
Tujuan pemupukan adalah memberi nutrisi pada tanaman agar bisa tumbuh dan
berkembang dengan optimal. Pemupukan harus dilakukan secara tepat, dengan
memperhatikan ketepatan jenis, mutu, waktu, dosis, hingga cara pemupukannya.
Pertama, tepat jenis: pupuk harus mengandung unsur hara makro dan
mikro yang disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan kondisi kesuburan
tanah.
Kedua, tepat mutu: pupuk yang digunakan harus memiliki mutu yang baik
dan sesuai standar.
Ketiga, tepat waktu: pupuk diberikan sesuai kebutuhan dengan
memperhatikan stadia/fase pertumbuhan tanaman dan kondisi lapangan.
Keempat, tepat dosis: pupuk diberikan sesuai dengan jumlah yang
dianjurkan.
Kelima, tepat cara: aplikasi pemberian pupuk sesuai dengan tanaman dan
kondisi tanah. Selain itu, pemberian pupuk juga sebaiknya mengacu pada
analisis kesuburan tanah dan tanaman.
4) Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman, penyulaman (mengganti tanaman
mati/rusak), dan pembumbunan (tanah digundukkan di pangkal batang tanaman).
Setiap tanaman memiliki kekhasan masing-masing. Pemeliharaan harus dilakukan
sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan spesifik tanaman pangan. Hal ini
berguna agar tanaman dapat tumbuh secara optimal dan menghasilkan produk
pangan bermutu tinggi. Pemeliharaan juga dilakukan dengan menjaga tanaman
agar terhindar dari gangguan hewan, baik hewan liar, ternak, atau hewan lainnya.
Produk organik adalah produk (hasil tanaman/ternak yang diproduksi melalui praktek-
praktek yang secara ekologi, sosial ekonomi berkelanjutan, dan mutunya baik (nilai gizi
dan keamanan terhadap racun terjamin). Oleh karena itu pertanian organik tidak berarti
hanya meninggalkan praktek pemberian bahan non organik, tetapi juga harus
memperhatikan cara-cara budidaya lain, misalnya pengemdalian erosi,
penyiangan pemupukan, pengendalian hama dengan bahan-bahan organik atau non
organik yang diizinkan. Dari segi sosial ekonomi, keuntungan yang diperoleh dan
produksi pertanian organik hendaknya dirasakan secara adil oleh produsen, pedagang dan
konsumen. Budidaya organik juga bertujuan untuk meningkatkan siklus biologi dengan
melibatkan mikro organism, flora, fauna, tanah, mempertahankan dan meningkatkan
kesuburan tanah, meningkatkan segala bentuk polusi dan mempertimbangkan dampak
social ekologi yang lebih luas.