Farm
4. Penyiangan
Adapun penyiangan merupakan kegiatan membersihkan gulma/rumput
pengganggu di sekitar tanaman. Penyiangan harus dilakukan secara intensif pada
masa pertumbuhan vegetatif.
5. Menyulam
Menyulam dilakukan terhadap tanaman yang tidak tumbuh (mati). Untuk kegiatan
menyulam di perlukan :
a) Bibit telah siap tanam dalam polybag dan tidak mengalami stagnasi.
b) Bibit berumur sama, karena penyulaman dari bibit yang relatif lebih kecil
lebih mudah dari tanaman yang disulam berakibat pertumbuhan yang tidak
seragam.
c) Monitoring/pengawasan, semakin sering dilakukan monitoring terhadap bibit
yang tidak tumbuh, maka kegiatan penyulaman akan lebih intensif, sehingga
pertumbuhan semakin seragam .
6. Pengendalian hama dan penyakit
Hama dan penyakit yang sering ditemui dalam budidaya tanaman obat antara lain berupa
insekta/nematoda, bakteri dan fungi/jamur.
a) Busuk batang karena jamur.
Busuk batang umumnya timbul pada daerah pangkal batang dekat permukaan tanah,
untuk menecegah serangan ini dapat digunakan daun cengkeh yang diserbuk lebih dahulu
lalu ditaburkan di sekitar perakaran sebanyak 50-100 g/ rumpun.
b) Bakteri Rizoktonia solanacearum (busuk rimpang).
Umumnya terdapat gejala serangan pada akar/rimpang, dimana rimpang menjadi busuk.
c) Nematoda penggerek batang.
Pencegahan dilakukan dengan menggunakan biji mimba 50 g, daun tembakau 50 g,
alkohol 10 cc, yang diencerkan dengan air hingga volume 1 liter, lalu didiamkan selama
24 jam, dan disaring. Cairan hasil penyaringan disemprotkan ke bagian tanaman yang
diserang.
d) Ulat daun.
Penyemprotan dilakukan dengan menggunakan daun sirsak 50 g, daun tembakau 1
genggam, deterjen colek 20 gr, air 20 liter. Bahan diserbuk lalu direndam dengan
air selama 24 jam, dan disaring. Cairan filtrat hasil penyaringan disemprotkan ke
bagian tanaman yang diserang hama.
e) Hama umum (walang sangit, belalang, kutu dsb).
Daun mimba 8 kg, lengkuas 6 kg, serai 6 kg, deterjen colek 20 gr, air 20 liter.
Bahan diserbuk, direndam 24 jam, disaring kemudian diencerkan dengan 60 liter
air, lalu disemprotkan. Satu paket formulasi ini digunakan untuk penyemprotan 1
hektar lahan budidaya .
Dokumentasi dilakukan untuk menyediakan data awal dari silsilah tanaman.
Pencatatan dilakukan dalam formulir isian tentang data tanaman yang telah
disediakan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pendokumentasian hasil
pekerjaan adalah:
1. Kegiatan pengolahan lahan,
2. Waktu pelaksanaan penanaman,
3. Kegiatan pemeliharaan, yang meliputi: pemupukan, penyiangan, pendangiran,
pengairan dan pemberantasan hama penyakit tanaman,
4. Kegiatan pemanenan
1. WAKTU PANEN
2. USIA TANAMAN
3. TEKNIK PEMANENAN
4. PERALATAN PEMANENAN
5. BAGIAN TANAMAN YANG DIPANEN
Waktu yang tepat untuk panen tanaman obat disesuaikan dengan :
1. Kadar kandungan senyawa aktif
2. Bagian tanaman yang akan dipanen
3. Kondisi iklim untuk menghindari pengeringan, fermentasi,
pertumbuhan jamur, atau pembusukan bahan
4. Jumlah biomasa bagaimana pedoman panen tanaman obat yang
baik dengan mempertimbangkan faktor waktu pemanenan
Tanaman obat dipanen pada saat tanaman memiliki kandungan senyawa aktif pada kadar optimal
yang diperoleh pada umur, bagian tanaman dan waktu tertentu, misalnya:
1. Tanaman yang mengandung minyak atsiri dipanen pada pagi hari karena molekul minyak atsiri
masih stabil sebelum proses fotosintesis berlangsung
2. Daun salam yang masih muda memiliki kandungan senyawa aktif hipoglikemik lebih tinggi
dibandingkan daun tua.
3. Rimpang dipanen pada akhir masa vegetatif atau saat daun mulai menguning (musim kemarau).
4. Akar dipanen pada tanaman yang sudah tua pada akhir masa vegetatif.
5. Kulit batang dipanen saat aktivitas kambium maksimal, sel-sel parenkim belum mengalami
diferensiasi, umumnya pada musim penghujan.
6. Daun dan herba pada umumnya dipanen saat tanaman menjelang berbunga.
7. Bunga dipanen saat mahkota bunga mekar sempurna, kecuali cengkeh dipanen sebelum tunas
membuka.
8. Biji dipanen saat buah masak sempurna sebelum pecah secara alami.
9. Tanaman obat yang mengandung alkaloid dipanen pada musim kemarau di mana kandungannya
berada pada kondisi optimal.
Teknik panen bahan simplisia nabati tergantung dari bagian tanaman yang dipanen, sebagai berikut :
1. Kulit batang (cortex) : dari batang utama atau cabang, dikelupas dengan ukuran panjang dan lebar tertentu. Untuk bahan
yang mengandung minyak atsiri atau senyawa fenol sebaiknya digunakan alat pengelupas bukan logam.
2. Batang (caulis) : dari cabang tanaman dipotong sepanjang ± 50 cm.
3. Kayu (lignum) : dari batang atau cabang, dikelupas kulitnya dan dipotong sepanjang ± 50 cm.
4. Daun (folium) : dipilih daun tua sebelum menguning, dipetik secara manual (dipetik satu per satu dengan tangan).
5. Bunga (flos) : dari kuncup bunga atau bunga yang telah mekar atau mahkota bunga, dipetik secara manual.
6. Pucuk (shoot) : pucuk daun yang masih muda beserta bunganya (tanaman yang berbunga di ujung) dipetik dengan tangan.
7. Akar (radix) : diambil dari bagian batang di bawah tanah, dipotong dengan ukuran 5-10 cm dari pangkal batang agar anaman
tidak mati.
8. Rimpang (rhizoma) : digali atau dicabut dan dibuang akarnya.
9. Buah (fructus) : dipilih yang tua hampir masak atau telah masak, dipetik dengan tangan atau gunting.
10. Biji (semen) : dipilih buah yang tua/ masak, dikupas kulit buahnya, dikeluarkan bijinya.
11. Herba : tanaman dipotong pada pangkal batang (2-10 cm) dan dibersihkan dari daun dan akar kemudian dibersihkan.
12. Umbi dan umbi lapis (bulbus) : tanaman dicabut, umbi dipisahkan dari daun dan akar kemudian dibersihkan.
13. Kulit buah (pericarpium) : buah yang sudah masak dipetik dan dikupas kulit buahnya sedangkan biji dan isi buah dibuang.
Alat dan wadah yang digunakan untuk panen tanaman obat harus bersih dan
bebas dari sisa tanaman yang dipanen sebelumnya
Jika wadah yang digunakan berupa plastik harus dipastikan memiliki sirkulasi
udara yang baik sehingga kelembaban di dalam wadah terjaga
Ketika wadah tidak digunakan, dijaga agar tetap kering dan diletakkan dalam
ruang yang bersih, terhindar dari serangga, burung dan binatang lain.
Dalam rangka memastikan keberlangsungan panen bahan berupa akar,
disarankan teknik sebagai berikut :
1. Akar digali pada jarak minimal 30 cm dari batang atau akar utama
2. Hanya akar pada bagian tepi yang dipanen
3. Setelah penggalian, lubang ditutup kembali untuk perlindungan dari infeksi
dan hama
Kulit kayu secara tradisional dipanen dengan parang atau pisau. Dalam rangka memastikan
keberlangsungan panen bahan berupa kulit kayu, disarankan teknik sebagai berikut :
1. Kulit kayu dikelupas dalam potongan-potongan kecil memanjang arah vertikal
menggunakan pisau yang sesuai
2. kulit kayu tidak dikelupas secara melingkar mengelilingi pohon
3. Kulit kayu tidak dipotong bagian tepinya dengan kapak karena dapat mengakibatkan
kulit kayu yang tersisa terkelupas dan mengering
4. Jika memungkinkan gunakan “tree seal” atau segel khusus pohon, misal menempelkan
pupuk kandang basah pada bekas potongan kulit kayu. Hal ini mencegah bekas potongan
mengering
Pada panen daun harus dihindari terjadinya kerusakan tanaman. Berikut pedoman untuk
panen daun :
1. Daun dari tanaman herba harus dipanen sebelum tanaman berbunga, kecuali jika
ditentukan lain. Sebisa mungkin daun dipanen dari tanaman dewasa
2. Untuk tanaman berupa pohon, dihindari memanen keseluruhan daun yang ada pada
tanaman sehingga proses fisiologi tidak terganggu
3. Dihindari memanen daun yang masih muda kecuali sudah diketahui terdapat kandungan
kimia yang diinginkan
4. Apabila biomassa daun yang dipanen menurun dari periode sebelumnya, maka frekuensi
panen harus dikurangi.
Panen buah dan biji harus memperhatikan regenerasi tanaman, dengan cara menyisakan
sebagian biji sebagai sumber benih. Berikut adalah pedoman pemanenan buah :
1. Buah dan biji dipanen saat masak kecuali dinyatakan buah dan biji muda mengandung
senyawa aktif yang dimaksud
2. Jika diperlukan, biji dapat dipisahkan langsung dari buahnya