Anda di halaman 1dari 30

Apt. Fitria Ningsih, S.

Farm

STIKES ASSYIFA ACEH


 SISTEM ENDOKRIN, merupakan suatu sistem yang dapat menjaga
berlangsungnya integrasi kegiatan organ tubuh.
 Sistem endokrin yg tdd kelenjar-kelenjar endokrin bekerja sama dengan sistem
syaraf dalam mengendalikan kegiatan organ-organ tubuh.
 Kelenjar Endokrin mengeluarkan suatu zat yg disebut HORMON
 Hormon (dari bahasa Yunani, όρμή: horman - "yang menggerakkan") adalah
pembawa pesan kimiawi antar sel atau antar kelompok sel.
 Hormon adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin,
disekresikan ke darah dan dibawa ke jaringan tertentu untuk menghasilkan
efek fisiologis sebagai pembawa pesan
 Hormon beredar di dalam sirkulasi darah dan fluida sel untuk mencari sel
target. Ketika hormon menemukan sel target, hormon akan mengikat protein
reseptor tertentu pada permukaan sel tersebut dan mengirimkan sinyal.
Reseptor protein akan menerima sinyal tersebut dan bereaksi baik dengan
mempengaruhi ekspresi genetik sel atau mengubah aktivitas protein selular.

 Pada prinsipnya pengaturan produksi hormon dilakukan oleh hipotalamus


(bagian dari otak). Hipotalamus mengontrol sekresi banyak kelenjar yang
lain, terutama melalui kelenjar pituitari, yang juga mengontrol kelenjar-
kelenjar lain. Hipotalamus akan memerintahkan kelenjar pituitari untuk
mensekresikan hormonnya dengan mengirim faktor regulasi ke lobus
anteriornya dan mengirim impuls saraf ke posteriornya dan mengirim impuls
saraf ke lobus posteriornya.
 Mempengaruhi dalam metabolisme tubuh seperti metabolisme glukosa,
protein dan lemak
 Merangsang dalam pembentukan dan pelepasan yang berasal dari kelenjar
tiroid
 Merangsang pembentukan sel darah merah dalam tubuh
 Mengendalikan perkembangan dalam ciri-ciri seksual dalam sistem
reproduksi
 Mengendalikan pembentukan dan dalam pelepasan hormon oleh korteks
adrenal
 Mempertahankan keseimbangan keadaan tubuh dengan lingkungan yang ada
disekitarnya
Kelenjar Hormon yang disekresikan Fungsi
Hormon Pertumbuhan (GH) Merangsang pertumbuhan badan
Merangsang kelenjar tiroid mensekresikan hormon
Hormon Perangsang Tiroid (TSH) tirosin
Merangsang penyerapan semula air dari tubuh
Hormon Antidiuresis (ADH) ginjal atau mencegah pembentukan urin dalam
jumlah banyak
Merangsang produksi estrogen (wanita) dan
Pituitari/ Hormon Perangsang Folikel (FSH) merangsang terjadinya spermatogenesis (pria)
Hipofisis
(terletak di dasar Mempengaruhi terjadinya ovulasi dan
otak besar) pembentukan corpus luteum (pada wanita).
Hormon Peluteinan (LH)
Merangkan pensekresian hormon seks dari ovari
dan testis
Hormon Adrenokortikotrophik Merangsang produksi hormon glukokortikoid
(ACTH)
Hormon Prolaktin Merangsang pensekresian susu oleh kelenjar susu
Merangsang pengecutan otot uterus semasa
Hormon Oksitosin bersalin
Kelenjar Hormon yang Fungsi
disekresikan
Mengawal kadar metabolisme sel badan, khususnya
respirasi dalam mitokondria.
Tiroksin
Tiroid (terletak Mengawal aras aktiviti, menggalakkan pertumbuhan
didaerah leher yang normal bagi rangka dan perkembangan mental
dekat jakun) Tridotironin Distribusi air dan garam didalam tubuh

Kalsitonin Menjaga keseimbangan kalsium dalam darah

Mengubah glukosa menjadi glikogen dalam hati


Kelompok sel Insulin
langerhans dalam
pankreas Mengubah glikogen menjadi glukosa
Glukagon

Mengubah glikogen dalam otot menjadi glukosa


Adrenalin dalam darah
Adrenal
Mengawal tekanan osmosis darah melalui
Aldosteron penyerapan semula ion natrium
Kelenjar Hormon yang Fungsi
disekresikan
Merangsang perkembangan organ seks wanita dan ciri
Estrogen seks sekunder seperti perkembangan kelenjar susu
Ovari dan pembesaran buah dada
Menyebabkan dinding uterus menebal untuk
Progesteron penempelan uterus
Merangsang perkembangan organ seks pria dan ciri
seks sekunder seperti pertumbuhan misai dan suara
Testis Testosteron menjadi kasar
Merangsang spermatogenesis
 Suatu chemical messenger yang dihasilkan oleh endokrin
 Disekresikan langsung kedalam pembuluh darah
 Memiliki organ atau jaringan target tertentu
 Berbentuk amino (hormon tiroid, hormon katekolamin), peptida (polipeptida,
oligopeptida), protein, steroid (glukokortikoid, mineralokortikoid)
 Berfungsi sebagai katalisator reaksi kimia dalam tubuh dan control berbagai
proses metabolisme (reproduksi; pertumbuhan dan perkembangan;
mempertahankan homeostatik; pengadaan; penggunaan dan penyimpanan
energi)
 Klasifikasi hormon berdasarkan senyawa kimia pembentuknya
1. Golongan Steroid→turunan dari kolestrerol
2. Golongan Eikosanoid yaitu dari asam arachidonat
3. Golongan derivat Asam Amino dengan molekul yang kecil →
Thyroid, Katekolamin
4. Golongan Polipeptida/Protein→Insulin, Glukagon, GH, TSH.

 Berdasarkan sifat kelarutan molekul hormon


1. Lipofilik : kelompok hormon yang dapat larut dalam lemak
2. Hidrofilik : kelompok hormon yang dapat larut dalam air
 Berdasarkan lokasi reseptor hormon
1. Hormon yang berikatan dengan hormon dengan reseptor
intraseluler
2. Hormon yang berikatan dengan reseptor permukaan sel (plasma
membran)

 Berdasarkan sifat sinyal yang mengantarai kerja hormon di dalam


sel kelompok
Hormon yang menggunakan kelompok second messenger senyawa
cAMP, cGMP,Ca2+, Fosfoinositol, Lintasan Kinase sebagai mediator
intraseluler.
1) Hormon Tiroid
2) Kelenjar Adrenal / Suprarenal / Anak Ginjal
 Kelenjar ini berbentuk bola, menempel pada bagian atas ginjal.
 Kerusakan pada bagian korteks ginjal (bagian luar) mengakibatkan penyakit
Addison dengan gejala sebagai berikut:
a. timbul kelelahan
b. nafsu makan berkurang
c. Mual
d. muntah-muntah
e. terasa sakit di dalam tubuh
 Dalam keadaan ketakutan atau dalam keadaan bahaya, produksi adrenalin
meningkat sehingga denyut jantung meningkat dan memompa darah lebih
banyak.
 Gejala lainnya adalah melebarnya saluran bronkiolus, melebarnya pupil mata,
kelopak mata terbuka lebar, dan diikuti dengan rambut berdiri.
3) Pankreas
 Ada beberapa kelompok sel pada pankreas yang dikenal sebagai pulau
Langerhans berfungsi sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon
insulin.
 Hormon ini berfungsi mengatur konsentrasi glukosa dalam darah. Kelebihan
glukosa akan dibawa ke sel hati dan selanjutnya akan dirombak menjadi
glikogen untuk disimpan.
 Kekurangan hormon ini akan menyebabkan penyakit diabetes.
 Selain menghasilkan insulin, pankreas juga menghasilkan hormon glukagon
yang bekerja antagonis dengan hormon insulin.
4) Ovarium
 Ovarium merupakan organ reproduksi
wanita. Selain menghasilkan sel telur,
ovarium juga menghasilkan hormon.
 Ada dua macam hormon yang dihasilkan
ovarium yaitu sebagai berikut.
1. Estrogen : menimbulkan dan
mempertahankan tanda-tanda kelamin
sekunder pada wanita (dapat
membedakan wanita dengan pria
tanpa melihat kelaminnya. Contohnya,
perkembangan pinggul dan payudara
pada wanita dan kulit menjadi
bertambah halus)
2. Progesteron : menyiapkan dinding
uterus agar dapat menerima telur
yang sudah dibuahi.
5) Hormon Kortisol
 Hormon kortisol adalah hormon yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal.
 Banyak fungsi penting, antara lain menjaga fungsi jantung dan pembuluh
darah, mengurangi peradangan, serta mengontrol tekanan darah dan kadar
gula darah.
 Sindrom Cushing adalah kumpulan gejala yang muncul akibat terlalu tingginya
kadar hormon kortisol di dalam tubuh.
 Penyebab sindrom Cushing yang paling umum adalah penggunaan
obat kortikosteroid dalam dosis tinggi atau untuk jangka panjang.
 Sindrom Cushing juga dapat terjadi akibat tingginya kadar hormon
adrenokortikotropik (ACTH), yaitu hormon yang mengatur pembentukan
hormon kortisol.
 Kadar hormon ACTH yang berlebihan ini dapat disebabkan oleh Tumor di
kelenjar hipofisis atau pituitari, Tumor di pankreas, paru-paru, kelenjar tiroid,
atau kelenjar timus, dll
 Gejalanya antara lain:
1. Berat badan meningkat
2. Penumpukan lemak, terutama di bahu (buffalo hump) dan wajah (moon face)
3. Guratan berwarna ungu kemerahan (striae) di kulit perut, paha, payudara, atau lengan
4. Penipisan kulit, sehingga kulit menjadi mudah memar
5. Luka atau gigitan serangga di kulit sulit sembuh
6. Jerawat
7. Lemah otot
8. Lemas
9. Depresi, cemas, atau mudah marah
10. Gangguan mengingat
11. Tekanan darah tinggi
12. Sakit kepala
13. Pengeroposan tulang
14. Gangguan pertumbuhan pada anak
15. Haid menjadi tidak teratur
6) Kelenjar Pituitari
 Hipopituitarisme adalah gangguan
sistem endokrin yang ditandai oleh
ketidakmampuan kelenjar pituitari
dalam memproduksi hormon-hormon
yang seharusnya dihasilkan.
 Kondisi ini juga akan berpengaruh
terhadap kinerja hormon adrenal dan
juga hormon tiroid
Hormon mempunyai tiga mekanisme kerja utama, yaitu:
1. Mengubah permeabilitas saluran (membran) dengan bekerja pada protein
saluran (protein kanal) yang sudah ada;
2. Bekerja melalui sistem pembawa pesan kedua (second messenger) untuk
mempengaruhi aktivitas sel;
3. Pengaktifan gen spesifik untuk sintesis protein baru.
Hormon dalam bekerja juga memerlukan reseptor spesifik. Reseptor pada
umumnya adalah molekul protein dengan struktur tertentu sehingga hanya
melakukan pengikatan dengan hormon/analog dengan struktur hormon tertentu.
Reseptor hormon terletak di membrane sel/sitoplasma sel. Dengan demikian
hormon yang dibebaskan ke dalam darah hanya bekerja pada sel atau jaringan
tertentu yang mempunyai reseptor spesifik terhadap hormon tersebut.
 Berdasarkan lokasinya, reseptor hormon dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok
yaitu:
1. Reseptor membran (secara umum untuk hormon protein, peptida, dan
katekolamin)
2. Reseptor sitoplasma (steroid)
3. Reseptor nukleus (tiroid dan steroid)
 Selain itu, reseptor hormon juga dibedakan berdasarkan hubungan dengan
kanal ion, protein G, enzim intraseluler pada sel target, yakni:
1. Reseptor hormon terhubung dengan kanal ion
Substansi neurotransmiter seperti asetilkolin, norepinephrine, berkombinasi
dengan reseptor di membran post-sinapsis. Hal tersebut menyebabkan
perubahan struktur reseptor, biasanya terjadi pembukaan atau penutupan
kanal untuk satu atau lebih ion.
Sebagai contoh, pembukaan atau penutupan ion kanal natrium yang terikat
dengan reseptor, kanal lain kalium dan kalsium. Pergerakan ion melalui kanal
selanjutnya menyebabkan efek bertahap pada sel post-sinapsis. Meskipun
sejumlah hormon beraksi melalui aktivasi reseptor ion kanal, kebanyakan
hormon membuka dan menutup kanal ion melakukannya dengan cara tidak
langsung karena terhubung dengan protein G atau reseptor hormon terhubung
enzim.
2. Reseptor hormon terhubung dengan protein G
 Banyak hormon mengaktivasi reseptor yang secara tidak langsung mengatur
aktivitas protein target (contoh: enzim atau kanal ion) dengan melakukan
pasangan dengan sekelompok protein membran sel yang disebut heteromerik
GTP-binding protein (G protein).
 Sebagian sisi reseptor menembus membran sel (khususnya bagian ekor
sitoplasmik dari reseptor) berikatan dengan protein G yang termasuk 3
bagian subunit (trimerik) yaitu subunit: α, β, dan γ.
 Pada saat ligand (hormon) berikatan bagian ekstraseluler reseptor,
perubahan konformasi terjadi di reseptor yang akan mengaktivasi protein G
dan menginduksi signal intraseluler baik membuka atau menutup kanal ion
membran sel atau perubahan aktivitas enzim di sitoplasma sel.
3. Reseptor hormon terhubung enzim
 Beberapa reseptor ketika diaktivasi, berfungsi langsung sebagai enzim atau
berhubungan erat dengan enzim yang diaktifkan.
 Komplek reseptor enzim merupakan protein yang melintasi membran hanya
sekali, berbeda dengan reseptor protein G tujuh transmembran.
 Reseptor komplek enzim mempunyai sisi pengikatan hormon sendiri di bagian
sisi luar membran sel dan sisi katalitik atau pengikatan enzim di sisi dalam.
Pada saat hormon terikat di bagian ekstraseluler reseptor, enzim di dalam
membran sel dengan segera diaktifkan (jarang inaktif). Meskipun banyak
reseptor terikat enzim mempunyai aktivitas enzim intrinsik, yang lainnya
tergantung pada enzim yang berhubungan erat dengan reseptor untuk
menghasilkan perubahan fungsi sel.
1. Melalui “second messenger camp”
 Hormon berikatan pada reseptor nya
yang kemudian berkaitan pada sebuah
protein G
 Protein G kemudian teraktivasi ketika
berkaitan dengan GTP mengaktifkan GDP
 Protein G yang teraktivasi mengaktifkan
enzim efektor berupa adenilat siklase
 Adenilat siklase menghasilkan camp
(second messenger) dari ATP
 Camp mengkatifkan protein kinase yang
kemudian menyebabkan efek seluler
2. Melalui PIP-Calsium
 Hormon berkaitan dengan reseptor
dan mengaktifkan protein G
 Protein G berkaitan dan
mengaktifkan enzim fosfolipase
 Fosfolipase tersebut memecah
fosfolipid PP2 menjadi
diacylglycerol (DAG) dan inositol
trifosfat (IP) dan keduanya bekerja
sebagai second messengers
 DAG mengaktifkan protein kinase,
IP3 memacu pelepasan simpanan
Ca2+
 Ion Ca2+ sebagai third messenger
merubah respon seluler
3. Mekanisme kerja hormon reproduksi
 Hormon steroid dan hormon tiroid berdifusi secara mudah kedalam sel
targetnya
 Ketika berada didalam, hormon berkaitan dan mengaktivasi reseptor
intraseluler
 Komplek hormon reseptor berpindah kedalam inti dan berkaitan pada protein
reseptor didalam DNA
 Interaksi tersebut menyebabkan terjadi transkripsi DNA membentuk mRNA
 mRNA diterjemahkan kedalam protein, yang membawa efek seluler untuk
menjawab isi pesan yang dibawa oleh hormon
Mekanisme Kerja Hormon Steroid

 Hormon steroid dapat melewati


membran sel dan bersatu dengan
reseptor protein di sitoplasma.
 Komplek steroid protein kemudian
masuk ke nucleus dan mengaktivasi
sintesis mRNA.
 mRNA kemudian menuju sitoplasma
dan mengaktivasi sintesis protein
bersama dengan ribosom.
 Beberapa hormon seperti epinephrine dan norepinephrine
disekresi setelah kelenjar mendapat stimulus, dan akan tanggap
dalam beberapa detik hingga menit. Hormon lain seperti
tiroksin/hormon pertumbuhan mungkin membutuhkan waktu
beberapa bulan untuk menimbulkan efek
 Konsentrasi hormon di dalam darah atau tubuh yang diperlukan
untuk kontrol fungsi metabolik dan fungsi endokrin jumlahnya
sangat sedikit.
 Meskipun konsentrasi hormon dalam plasma darah berfluktuasi dalam
menanggapai respon stimuli yang terjadi tiap hari, namun fluktuasi hormon
tersebut dikarenakan adanya pengendalian umpan balik. Umpan balik yang
biasa terjadi adalah umpan balik negatif, untuk memastikan aktivitas hormon
pada jaringan target tetap pada level yang diperlukan. Setelah adanya
stimulus menyebabkan dibebaskannya hormon dari sel endokrin, produk yang
dihasilkan sel target cenderung untuk menekan pembebasan hormon dari sel
kelenjar. Dengan kata lain, hormon mempunyai efek umpan balik negatif
untuk mencegah over produksi atau overaktivitas dari jaringan target.
Mekanisme umpan balik negatif hormon ini dapat terjadi pada setiap tataran
termasuk ditingkat transkripsi gen, translasi yang terlibat dalam sintesis
hormon dan tahap pematangan hormon serta pembebasan hormon dari
temapt produksinya.
 Selain mekanisme umpan balik negatif, kerja hormon juga dikontrol melalui
umpan balik positif. Umpan balik positif ini akan menyebabkan sekresi
tambahan hormon tersebut.

Anda mungkin juga menyukai