Anda di halaman 1dari 19

Nama : Jacky Alfredo Dama

NIM : P07220214023
MatKul : Askep Gadar Endokrin Digesif
Kelas/Semester : D-IV Keperawatan / VII (7)

Jawaban tugas no. 1,2,3,4,5

Berikut adalah hormon-hormon yang dihasilkan kelenjar endokrin,bagaimana hormone itu


dihasilkan, fungsi, letak,dan jenis penyakit yang ditimbulkan akibat gangguan hormone tersebut:

Hormon dihasilkan oleh kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin tidak mempunyai saluran khusus
sehingga juga disebut kelenjar buntu. Hormon dihasilkan oleh sel-sel kelenjar endokrin bila ada
rangsangan saraf yang sesuai. Hormon diproduksi dalam jumlah yang sangat sedikit. Kemudian
hormon diangkut oleh darah menuju ke sel, jaringan, atau organ target. Pada organ target,
hormon mempengaruhi aktivitas enzim khusus, sehingga dapat mengatur berbagai aktivitas
tubuh seperti metabolisme, reproduksi, pertumbuhan, dan perkembangan. Kelenjar endokrin
pada manusia meliputi kelenjar hipofisis, tiroid, paratiroid, kelenjar adrenal, kelenjar kelamin,
dan pankreas (kelenjar pulau-pulau langerhans).

A. Kelenjar Hipofisis
Hipotalamus memainkan peranan penting dalam koordinasi sistem saraf dan hormone. Misalnya,
otak mengirimkan informasi sensoris mengenai perubahan musim dan ketersediaan pasangan
kawin ke hipotalamus melalui sinyal saraf. Kemudian, hipotalamus akan memicu pembebasan
hormone reproduksi yang diperlukan untuk perkawinan.
Kelenjar hipofisis terletak di dasar otak, ukurannya sebesar biji ercis. Meskipun ukurannya kecil,
kelenjar hipofisis berperan penting dalam sistem koordinasi tubuh. Kelenjar hipofisis
mensekresikan berbagai macam hormon yang mengatur berbagai kegiatan dalam tubuh
(mastergland).
Hipotalamus menyekresikan dua buah hormone, yaitu hormon pembebas (releasing hormone)
yang memacu kelenjar hipofisis untuk menyekresikan hormon-hormonnya dan hormon
penghambat (inhibiting hormone) yang membuat kelenjar hipofisis berhenti menyekresikan
hormon. Setiap hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis dikontrol oleh paling tidak satu
hormone pembebas dan penghambat yang dihasilkan oleh hipotalamus.
Kelenjar hipofisis terdiri atas tiga lobus, yaitu lobus anterior, intermediate, dan posterior. Ketiga
lobus ini menghasilkan banyak hormon yang sangat penting bagi tubuh kita. Karena itu, kelenjar
hipofisis disebut juga master of gland. Hormon-hormon yang disekresikan oleh hipofisis dan
fungsinya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel hormon-hormon yang dihasilkan kelenjar hipofisis

Hormon Fungsi

Lobus anterior

Memicu pertumbuhan dengan


Hormone
meningkatkan laju pembentukan
pertumbuhan
protein di dalam sel.

Laktotropik
Merangsang produksi air susu
hormone (LTH)

Thyroid stimulating Mengontrol sekresi hormone oleh


hormone (TSH) kelenjar tiroid

Adrenocorticotropic Mengontrol sekresi hormone oleh


hormone (ACTH) korteks adrenal

Pada wanita, merangsang


perkembangan folikel pada
Follicle stimulating ovarium dan sekresi estrogen
hormone (FSH)
Pada pria, memicu testis untuk
menghasilkan sperma
Pada wanita, menstimulasi
ovulasi dan sekresi progesterone
Luiteinizing
hormone (LH) Pada pria, menstimulasi sel
interstisial untuk menghasilkan
testosteron

Lobus Intermediat

Melanosit
stimulating Mempengaruhi pigmentasi kulit
hormone (MSH)

Lobus posterior

Hormon Menurunkan volume urin dengan


antidiuretik (ADH) cara menyerap air dari ginjal dan
atau vasopresin meningkatkan tekanan darah

Memacu kontraksi uterus selama


Oksitosin proses melahirkan dan kelenjar
susu agar mengeluarkan air susu.

Hormone diperlukan dalam jumlah tertentu. Jika suatu hormon yang dihasilkan berkurang atau
berlebih akan membawa dampak-dampak yang tidak diinginkan. Jika pada masa anak-anak,
sekresi hormon pertumbuhan berlebih (hipersekresi) akan menyebabkan pertumbuhan raksasa
(gigantisme). Bila hipersekresi hormon pertumbuhan terjadi pada di usia dewasa, dapat
menyebabkan pertumbuhan tulang abnormal di lengan, kaki, dan kepala. Kondisi ini dikenal
sebagai akromegali. Sebaliknya, bila kekurangan hormon pertumbuhan pada masa kanak-kanak
menyebabkan kekerdilan
B. Kelenjar Tiroid

Kelenjar tiroid di leher bagian depan dan terdiri atas dua lobus. Kelenjar tiroid menyekresikan
hormon tiroksin dan kalsitonin. Fungsi dari kedua hormon ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel hormon-hormon yang dihasilkan oleh kelanjar tiroid

Hormon Fungsi

Mengatur metabolisme tubuh (memacu kecepatan


Tiroksin reaksi kimia dalam sel tubuh, sehingga meningkatkan
metabolisme tubuh)

Menurunkan kadar kalsium darah dengan cara


meningkatkan penimbunan kalsium pada tulang
Kalsitonin
keras, mengurangi pengambilan kalsium dalam usus,
atau mengurangi pengambilan kalsium dalam ginjal.

Dalam memproduksi tiroksin, kelenjar tiroid memerlukan iodium. Kekurangan iodium dalam
jangka waktu yang lama mengakibatkan pembesaran kelenjar.
Hipotirioditisme (Kekurangan produksi hormon tiroksin menyebabkan penyakit kretinisme
(kerdil pada anak-anak) dan miksedema (pada orang dewasa). Miksedema ditandai dengan laju
metabolisme rendah, berat badan berlebihan, rambut rontok, dan bentuk tubuh menjadi kasar.
Kelebihan hormon tiroksin menyebabkan penyakit basedow, yang ditandai mudah gugup, nadi
dan napas cepat dengan tidak teratur, mulut menganga, dan mata lebar.
C. Kelenjar Paratiroid (Kelenjar Anak Gondok)
Kelenjar paratiroid terletak di dekat kelenjar tiroid dan menghasilkan hormon paratiroid
(parathormon). Parathormon berperan untuk meningkatkan pengeluaran fosfor oleh ginjal dan
meningkatkan penyerapan kalsium dari tulang.

D. Kelenjar Adrenal

Kelenjar adrenal berupa struktur kecil yang terletak di atas ginjal, sehingga disebut juga kelenjar
anak ginjal (suprarenalis). Kelenjar adrenal terdiri dari bagian luar dan bagian dalam. Bagian luar
(korteks) menghasilkan hormon kortison yang terdiri dari mineralokortikoid dan glukokortikoid.
Mineralokortikoid berfungsi untuk membantu metabolisme garam natrium dan kalium serta
menjaga keseimbangan hormon kelamin. Glukokortikoid berfungsi membantu metabolism
karbohidrat. Kekurangan hormon kortison menyebabkan penyakit adison yang ditandai dengan
kelelahan, nafsu makan berkurang, mual, dan muntah-muntah.
Bagian dalam (medula) menghasilkan hormon adrenalin (epinefrin). Hormon adrenalin
memengaruhi peningkatan denyut jantung, kecepatan pernapasan, dan meningkatkan tekanan
darah (menyempitkan pembuluh darah). Adrenalin bersama insulin berpengaruh terhadap
perubahan glikogen (gula dalam otot) menjadi glukosa (gula dalam darah).
E. Kelenjar Pulau-Pulau Langerh

Kelenjar pulau-pulau langerhans merupakan sekelompok sel yang terletak di dalam kelenjar
pankreas. Hormon yang dihasilkan adalah insulin dan glukagon. Hormon insulin dan glukagon
bekerja sama untuk mengatur kadar glukosa dalam darah. Bila kadar glukosa dalam darah tinggi,
insulin disekresikan sehingga glukosa diubah menjadi glikogen. Sebaliknya, jika kadar glukosa
dalam darah menurun, glukagon disekresikan yang akan mengubah glikogen menjadi glukosa.
Kekurangan hormon insulin akan menyebabkan penyakit diabetes melitus (kencing manis) yang
ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa dalam darah. Kelebihan glukosa akan dikeluarkan
bersama urin. Tanda-tanda diabetes melitus yaitu sering mengeluarkan urin dalam jumlah
banyak, sering merasa haus dan lapar, serta badan terasa lemas.

F. Kelenjar Kelamin
Kelenjar kelamin terdiri atas testis sebagai kelenjar kelamin jantan (pria) dan ovarium sebagai
kelenjar kelamin betina (wanita). Jadi testis dan ovarium mempunyai kegiatan endokrin selain
fungsi utamanya untuk memproduksi selsel kelamin.
1) Ovarium, menghasilkan hormon estrogen dan progesteron. Sekresinya diatur oleh hormon
yang dihasilkan kelenjar hipofisis. Estrogen berfungsi untuk menimbulkan dan mempertahankan
tanda-tanda kelamin sekunder pada wanita, misalnya perkembangan pinggul, payudara, serta
kulit menjadi halus. Progesteron berfungsi untuk mempersiapkan dinding uterus agar dapat
menerima ovum yang sudah dibuahi.
2) Testis, menghasilkan hormon testosteron yang berfungsi merangsang pematangan sperma
(spermatogenesis) dan pembentukan tanda-tanda kelamin sekunder pada pria, misalnya
pertumbuhan kumis, janggut, bulu dada, jakun, dan membesarnya suara. Sekresi hormon tersebut
juga dirangsang oleh hormon yang dihasilkan oleh hipofisis.
Jawaban no. 6

PEMERIKSAAN FISIK KELENJAR ENDOKRIN

1.1 Pemeriksaan Fisik Sistem Endokrin


Sebelum masuk dalam pemeriksaan fisik sistem endokrin, ada beberapa kelenjar
yang perlu diketahui dalam sistem endokrin ini, diantaranya :
1. Kelenjar Tiroid
TRIIODOTHYRONIN (T3) & TIROKSIN (T4), berfungsi untuk:
1. Proses metabolisme sel
2. Menginduksi konsumsi oksigen & pembentukan sel darah merah
3. Proses tumbuh-kembang
4. Aktivitas sistim saraf & fungsi otak
KALSITONIN berfungsi untuk Menghambat resorpsi kalsium tulang

2. KELENJAR PARATIROID; menghasilakan hormon :


KALSITONIN vs PARATHORMONE
PARATHORMONE berfungsi untukmetabolisme kalsium tulang pada 3 organ:
tulang
ginjal
usus
3. KELENJAR PANKREAS; menghasilkan hormon :
INSULIN
GLUKAGON
SOMATOSTATIN berfungsimengatur motilitas GI dan kontraregulator dng GH
POLIPEPTIDE PANKREAS berfungsimengatur sekresi GI
4. KELENJAR ADRENAL; terdiri dari 2 bagian yaitu
KORTEK ADRENAL; yang terdiri dari :
GLUKOKORTIKOID menghasilkan hormon kortisol yang berfungsi
untukmetabolisme KH & Hormone related stress
MINERALOKORTIKOID yang menghasilkan hormonaldosteronfungsinya
untuk keseimbangan elektrolit
ANDROGEN; fungsinya untuk Modulasi karakteristik seks sekunder.
MEDULA ADRENAL; menghasilkan hormon :
EPINEFRIN; fungsinya untukmodulasi respons KV & respons metabolik
terhadap stress.
NOR EPINEFRIN; fungsinya untuk Neurotransmitter pada sistem saraf perifer
DOPAMIN; fungsinya untuk Neurotransmitter pada sistem saraf otonom
1.1.1 Pemeriksaan Fisik Kelenjar Tiroid
Melalui pemeriksaan fisik ada dua aspek utama yang dapat di gambarkan yaitu:
1. Kondisi kelenjar endokrin
2. Kondisi jaringan atau organ sebagai dampak dari kondisi endokrin
Pemeriksaan fisik terhadap kondisi kelenjar hanya dapat dilakukan terhadap kelenjar
tiroid dan kelenjar gomad pria (testis).Secara umum,tekhnik pemeriksaan fisik yang dapat
dilakukan dalam memperoleh berbagai penyimpangan fungsi adalah :
A. Inspeksi
Disfungsi sistem endokrin akan menyebabkan perubahan fisik sebagai dampaknya
terhadap pertumbuhan dan perkembangan, kesembangan cairan dan elektrolit , seks dan
reproduksi, metabolisme dan energi.Berbagai perubahan fisik dapat berhubungan dengan
satu atau lebih gangguan endokrin, oleh karena itu dalam melakukan pemeriksaan fisik,
perawat tetap berpedoman pada pengkajian yang komprehensif dengan penekanan pada
gangguan hormonal tertentu dan dampaknya terhadap jaringan sasaran dan tubuh secara
keseluruhan. Jadi menggunakan pendekatan head-to-toe saja atau menggabungkannya
dengan pendekatan sistem, kedua-duanya dapat digunakan Pertama-tama, amatilah
penampilan umum klien apakah tampak kelemahan berat, sedang dan ringan dan
sekaligus amati bentuk dan proporsi tubuh. Pada pemeriksaan wajah, fokuskan pada
abnormalitas struktur, bentuk dan ekspresi wajah seperti bentuk dahi, rahang dan
bibir.pada mata amati adannya edema periorbita dan exopthalmus serta apakah ekspresi
wajah datar atau tumpul. Amati lidah klien terhadap kelainan bentuk dan penebalan, ada
tidaknya tremor pada saat diam atau bila digerakkan. Kondisi ini biasanya terjadi pada
gangguan tiroid. Didaerah leher, apakah leher tampak membesar, simetris atau tidak.
Pembesaran leher dapat disebabkan pembesaran kelenjar tiroid dan untuk meyakinkannya
perlu dilakukan palpasi.Distensi atau bendungan pada vena jugularis dapat
mengidentifikasikan kelebihan cairan atau kegagalan jantung. Amati warna
kulit(hiperpigmentasi atau hipopigmentasi) pada leher, apakah merata dan cacat
lokasinya dengan jelas. Bila dijumpai kelainan kulit leher, lanjutkan dengan memeriksa
lokasi yang lain di tubuh sekaligus. Infeksi jamur, penumbuhan luka yang lama, bersisik
dan petechiae lebih sering dijumpai pada klien dengan hiperfungsi adrenokortikal.
Hiperpigmentasi pada jari, siku dan lutut dijumpai pada klien hipofungsi kelenjar
adrenal.Vitiligo atau hipopigmentasi pada kulit tampak pada hipofungsi kelenjar adrenal
sebagai akibat destruksi melanosit dikulit oleh proses autoimun. Hipopigmentasi biasa
terjadi di wajah, leher, dan ekstremitas. Penumpukan masa otot yang berlebihan pada
leher bagian belakang yang biasa disebut Bufflow neck atau leher/punuk kerbau dan terus
sampai daerah clavikula sehingga klien tampak seperti bungkuk, terjadi pada klien
hiperfungsi adrenokortikal. Amati bentuk dan ukuran dada, pergerakan dan simetris
tidaknya. Ketidakseimbangan hormonal khususnya hormon seks akan menyebabkan
perubahan tanda seks sekunder, oleh sebab itu amati keadaan rambut axila dan dada.
Pertumbuhan rambut yang berlebihan pada dada dan wajah wanita disebut hirsutisme.
Pada buah dada amati bentuk dan ukuran, simetris tidaknya, pigmentasi dan adanya
pengeluaran cairan. Striae pada buah dada atau abdomen sering dijumpai pada
hiperfungsi adrenokortikal.Bentuk abdomen cembung akibat penumpukan lemak
centripetal dijumpai pada hiperfungsi adrenokortikal.Pada pemeriksaan genetalia, amati
kondisi skrotum dan penis juga klitoris dan labia terhadap kelainan bentuk.
B. Palpasi
Kelenjar tiroid dan testes, dua kelenjar yang dapat diperiksa melalui rabaan. Pada
kondisi normal, kelenjar tiroid tidak teraba namun isthmus dapat diraba dengan
menengadahkan kepala klien. Lakukan palpasi kelenjar tiroid perlobus dan kaji ukuran,
nodul tinggal atau multipel, apakah ada rasa nyeri pada saat di palpasi. Pada saat
melakukan pemeriksaan, klien duduk atau berdiri samasaja namun untuk menghindari
kelelahan klien sebaiknya posisi duduk.Untuk hasil yang lebih baik, dalam melakukan
palpasi pemeriksa berada dibelakang klien dengan posisi kedua ibu jari perawat dibagian
belakang leher dan keempat jari-jari lain ada diatas kelenjar tiroid.
Selain itu, cara palpasi pada kelenjar tiroid ini dilakukan dengan pendekatan anterior
dan posterior yaitu:
1. Pendekatan posterior
perawat meminta klien untuk duduk dengan leher pada tinggi yang nyaman.
kedua tangan perawat ditempatkan disekeliling leher, dengan dua jari dari setiap
tangan pada kedua sisi trakea tepat dibawah kartilago krikoid.
pada saat klien menelan, perawat merasakan gerakan istmus tiroid. Tiroid akan
bergerak dibawah jari pada saat menelan.
untuk memeriksa setiap lobus, perawat meminta klien untuk menelan sementara
perawat menggeser trakea kekiri atau kekanan.
2. Pendekatan anterior
Pada pendekatan ini mengharuskan klien duduk dan perawat berdiri
disampingnya. Dengan menggunakan buku-buku jari telunjuk dan jari tengah,
perawat memalpasi lobus kiri dengan tangan kanan dan lobus kanan dengan tangan
kiri pada saat klien menelan.
Jika kelenjar tampak membesar, perawat menempatkan diafragma stetoskop
diatas tiroid. Jika kelenjar tsb membesar, darah yang mengalir melewati arteri tiroid
bertambah dan akan terdengar bunyi bruit.
Palpasi tes di lakukan dengan posisi tidur dan tangan perawat harus dalam
keadaan hangat. Perawat memegang lembut dengan ibu jari dan dua jari lain,
bandingkan yang satu dengan yang lainnya terhadap ukuran/besarnya, simetris
tidaknya nodul. Normalnya testes teraba lembut, peka terhadap sinar dan sinyal
seperti karet.

C. Auskultasi
Mendengarkan bunyitertentu dengan bantuan stetoskop dapat menggambarkan
berbagai perubahan dalam tubuh.Auskultasi pada daerah leher, diatas kelenjar tiroid
dapat mengidentifikasi bruit. Bruit adalah bunyi yang dihasilkan oleh karena
turbulensi pada pembuluh darah tiroidea. Dalam keadaan normal, bunyi ini tidak
terdengar. Dapat diidentifikasi bila terjadi peningkatan sirkulasi darah ke kelenjar
tiroid sebagai dampak peningkatan aktivitas kelenjar tiroid. Auskultasi dapat pula
dilakukan untuk mengidentifikasi perubahan pada pembuluh darah dan jantung
seperti tekanan darah, ritme dan rate jantung yang dapat menggambarkan gangguan
keseimbangan cairan, perangsangan katekolamin dan perubahan metabilisme tubuh.

1.1.2 Pemeriksaan Fisik Pada Kelenjar Adrenal


Berikut ini beberapa observasi yang penting dilakukan pada saat melakukan
pengkajian:
1. Penampilan umum : kurus kering (esimiasai) pada Addison disease, sedangkan
pada Cushings Syndrome klien tampak : wajah bulat membesar (moon face),
peningkatan lemak di daerah leher dan punggung
2. Adanya tanda-tanda syok dan kelemahan yang ekstrim.
3. Tanda-tanda vital, lakukan pengecekan nadi setiap 4 jam, catat adanya perubahan
tekanan darah atau adanya perubahan ortostatik (baik penurunan atau peningkatan
tekanan darah). Tekanan darah; adanya hipotensi pada penyakit Addison dan
hipertensi pada Cushings Syndrome.
4. Dehidrasi atau overhidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit karena jika terapi
steroid tidak adekuat maka akan terjadi kehilangan natrium dan retensi kalium,
tetapi jika terapi steroid dosisnya terlalu tinggi, maka jumlah natrium akan
berlebihan dan air diretensi tetapi ekskresi kalium akan tinggi.
5. Kondisi fisik dan emosional atau psikosis karena pasien dengan gangguan cortex
adrenal sangat tidak toleran terhadap stress (Addison crisis).
6. Serak pada tenggorokan dan rasa terbakar pada perkemihan.
7. Timbang berat badan setiap hari, untuk mengukur penambahan atau pengurangan
cairan.
8. Kelumpuhan akibat hipokalemia, fatique, kelemahan, osteoporosis.
9. Penurunan tingkat kesadaran.
10. Distribusi lemak, moon face dan dorsocervical fat pad (buffalo hump) pada
bagian posterior leher serta daerah supraklavikular, badan yang besar serta
ekstremitas yang relatif kurus, truncal obesity.
11. Peningkatan kadar androgen karena menyebabkan virilisme (maskulinisme) pada
wanita, penipisan pada rambut, tetapi menyebabkan hirsutisme pada tubuh dan
wajah).
12. Status mental termasuk kehilangan memory, kurang konnsentrasi dan cognitive,
euporia dan depresi,kadang2 disebut steroid psicosis.
13. Integument : seperti adanya striae, kulit mudah, luka, ekomosis (memar), tipis dan
rapuh.
14. Kaji adanya perubahan warna kulit pada area leher, wajah, tangan area tubuh yang
lain, adakah kulit terlihat terlalu lembab berair atau sangat kering.
15. Kaji apakah klien merasakan terlalu panas atau terlalu dingin.
16. Kaji apakah klien merasakan nervus atau tremor untuk melakukan sesuatu.
Pemeriksaan fisik secara menyeluruh dapat dilakukan secara head to toe atau
secara spesifik menemukan tanda dan gejala akibat penyakit pada korteks adrenal.
Pemeriksaan fisik klien yang dicurigai mengalami gangguan pada korteks adrenal
secara spesifik dilakukan berdasarkan gejala-gejala yang sering ditemukan akibat
kelebihan (Cussing Syndrome) atau kekurangan (Addison Desease) produksi
hormon yang disekresi oleh kelenjar korteks adrenal. Berikut ini metode
pemeriksaan fisik pada klien dengan gangguan pada korteks adrenal :

1. Inspeksi
Pemeriksaan fisik secara inspeksi pada kelenjar adrenal ini, bertujuan untuk mengetahui
apakah ada kelainan yang dialami kllien yang ada kaitannya dengan penyakit pada gangguan
kelenjar adrenal tersebut.
a. Penyakit Addison
Pigmentaasi pada kulit
Buku-kuku jari, lutut, siku, membran mukosa
Warna kulit; pucat, sianosis
RR cepat
Suhu tubuh diatas normal
Tanda-tanda dehidrasi
Bibir tampak kering
Kelemahan umum
Pasien tampak haus
Membran mukosa kering
b. Cushing Sindrom
Kifosis
Buffalo hump
Moon face
Kulit wajah berminyak dan tumbuh jerawat.
Virilitas pada wanita
Hirsutisme (tumbuhnya bulu wajah yang berlebihan)
2. Palpasi
Pemeriksaan fisik secara palpasi pada kelenjar adrenal ini, bertujuan untuk mengetahui
apakah ada kelainan yang dialami kllien yang ada kaitannya dengan penyakit pada gangguan
kelenjar adrenal tersebut.
a. Penyakit Addison
Nadi cepat dan lemah
Nyeri abdomen
Turgor kulit
b. Cushing Sindrom
Kulit tipis, rapuh dan mudah luka
Atropi payudara
Klitoris yang membesar
3. Perkusi
a. Penyakit Addison
b. Cushing Sindrom
4. Auskultasi
a. Penyakit Addison
Tekanan darah rendah
b.Cushing Sindrom
Suara yang dalam

2.1.3 Pemeriksaan Fisik Pada Kelenjar Pankreas


Cara pemeriksaan fisik pada kelenjar pancreas itu terbagi atas 3 cara :
A. Inspeksi
1. Atur pencahayaan yang baik
2. Atur posisi yang tepat yaitu berbaring terlentang dengan tangan dikedua sisi dan sedikit
menekuk. Bantal kecil diletakkan dibawah lutut untuk menyokong dan melemaskan otot-
otot abdomen.
3. Buka abdomen mulai dari prosessus xifoideus sampai simfisis pubis
4. Amati bentuk perut secara umum, warna kulit, kontur permukaan kulit, adanya retraksi,
penonjolan, adanya ketidaksimetrisan, jaringan parut dan striae
5. Perhatikan posisi, bentuk, warna dan adanya inflamasi atau pengeluaran umbillikus
6. Amati gerakan-gerakan kulit pada perut saat inspirasi dan ekspirasi
B. Palpasi : teraba masa pada abdomen
Teknik palpasi pada perut ini terbagi atas 2 :
A. Palpasi Ringan
- Palpasi ringan abdomen diatas setiap kuadran. Hindari area yang ebelumnya sebagai titik
bermasalah.
- Letakkan tangan secara ringan diatas abdomen dengan jari-jari ekstensi dan berhimpitan.
Tempatkan tangan klien dengan ringan diatas tangan pemeriksa untuk mengurangi
sensasi geli
- Jari-jari telapak tangan sedikit menekan perut sedalam 21 cm.
- Palpasi untuk mendeteksi area nyeri, penegangan abnormal, atau adanya massa
- Selama palpasi, observasi wajah klien untuk mengetahui tanda ketidaknyamanan.
- Jika ditemukan adanya keluhan nyeri, uji adanya nyeri lepas: tekan dalam kemudian
lepas dengan cepat untuk mendeteksi apakah nyeri timbul dengan melepaskan tangan.

B. Palpasi Dalam
- Gunakan metode bimanual
- Tekan dinding abdomen sekitar 4 - 5 cm
- Catat adanya massa dan struktur organ dibawahnya. Jika terdapat massa, catat ukuran,
lokasi, mobilitas, kontur, dan kekakuan
C. Auskultasi :untuk mendengarkanbising usus meningkat.
- Hangatkan bagian diafragma dan bell stetoskop
- Letakkan sisi diafragma stetoskop tadi diatas kuadran kanan bawah pada area sekum.
- Berikan tekanan yang sangat ringan. Minta klien agar tidak berbicara
- Dengarkan bising usus dan perhatikan frekuensi dan karakternya.
- Jika bising usus tidak mudah didengar, lanjutkan pemeriksaan sistematis, dengarkan
setiap kuadran abdomen
- Catat bising usus apakah terdengar normal, tidak ada, hiperaktif atau hipoaktif
- Letakkan bagian bell/sungkup stetoskop diatas aorta, arteri renalis, arteri iliaka dan
arteri femoral.
1.1.3 Pemeriksaan Fisik Pada Kelenjar Paratiroid
Pada pemeriksaan fisik kelenjar paratiroid ini, difokuskan untuk mengetahui gangguan pada
kekuatan otot, persendian yang berkaitan dengan kelenjar paratiroid.
A. Inspeksi otot
- Inspeksi ukuran otot, bandingkan satu sisi dengan sisi yang lain dan amati adanya atrofi
atau hipertrofi
- Jika didapatkan perbedaan antara kedua sisi, ukur keduanya dengan menggunakan mistar.
- Amati adanya otot dan tendo untuk mengetahui kemungkinan kontraktur yang ditujukan
oleh malposisi suatu bagia tubuh
- Lakukan palpasi pada saat otot istrahat dan pada saat otot bergerak secara aktif dan pasif
untuk mengetahui adanya kelemahan (lasiditas), kontraksi tiba-tiba secara involunter(spastisitas)
- Uji kekuatan otot dengan cara menyeluruh klien menarik atau mendorong tangan
pemeriksa, bandingkan kekuatan otot ekstremitas kiri dengan ekstremitas kiri.
- Amati kekuatan suatu bagian tubuh dengan cara memberi penahanan secara resisten
- Amati kenormalan susunan dan deformitas.
- Palpasi untuk mengetahui adanya edema atau nyeri tekan
- Amati keadaan tulang untuk mengetahui adanya pembengkakan.
B. Inspeksi persendian
- Inspeksi persendian untuk mengetahui adanya kelainan persendian
- Palpasi persendian untuk mengetahui adanya nyeri tekan, gerakan, bengkak dan nodul
- Kaji rentang gerak persendian (Range of motion, ROM)

2.2 Pemeriksaan Penunjang Sistem Endokrin


Pemeriksaan Kelenjar Hipofise
a. Foto Tengkorak (Kranium)
Dilakukan untuk melihat kondisi seila tursica (tumor atau atrofi).Tidak di butuhkan persiapan
fisik secara khusus
b. Foto Tulang (Osteo)
Untuk melihat kondisi tulang
Pada gigankisme pertambahan ukuran dan panjang tulang
Pada akromegali pertambahan kesamping tulang-tulang ferifer
Persiapan fisik khusus tidak ada
c. Ct Scan Otak
Untuk melihat kemungkinan adanya tumor pada hipofisis atau hipotalamus
Persiapan fisisk tidak ada.
d. Pemeriksaan Darah dan Urine
Kadar Growth hoemone (GH)
Nilai normal 10 pg/ml
Meningkat pada bulan-bulan pertama kelahiran
Spesimen darah vena 5 cc
Tanpa persiapan khusus
Kadar thyroid stimulatin hormone (TSH)
Nilai normal 6-10 pg/ml

Untuk menentukan apakah gangguan tiroid bersifat primer atau sekunder


Spesimen vena 5 cc
Tanpa persiapan khusus.Kadar adrenocotricotropine hormon (ACTH)
Pengukuran dilakukan dengan tes supresi deksametason
Spesimen darah vena kurang lebih 5 cc dan urine 24 jam
Persiapan :
1. Tidak ada pembatasan makanan dan minuman
2. Bila klein menggunakan obat-obatan kortisol atau antagonisnya dihentikan dulu 24 jam
sebelumnya
3. Bila obat harus diberikan lampirkan sejenis obat dan dosisnya pada lembaran
pengiriman specimen
4. Cegah stres fisik dan fisikologis
Pelaksanaan :
1. Klien diberikan deksametason 4x0,5 ml/hari selama lamanya 2 hari
2. Besok paginya darah vena diambil kurang lebih 5 cc
3. Urine ditampung selama 24 jam
4. Spesimen dikirim ke laboratorium
Hasil :
Normal bila
1. Kadar ACTH dalam darah menurun kortisol darah kurang dari 5 mg/dl
2. 17-hydroxy-cortico-streroid (17 OHCS) dalm urine kurang dari 2,5 mg
Cara sederhana
1. Pemberian deksametason 1 mg per oral tengah malam
2. Pada pagi hari, darah vena diambil kurang lebih 5 cc
3. Urine ditampung selama 5 hari

1. Spesimen dikirim ke laboratorium


Hasil :
1. Normal bila kadar kortisol darah lebih kecil sama dengan 3 mg/dl
2. Ekskresi 17 OHCS dalm urine kurang dari 2,5 mg
Pemeriksaan Diagnostik Kelenjar Tiroid
a. Uptake Radioaktif (Ray)
Tujuan : menukur kemampuan kelenjar tiroid dalam menangkap yodium
Persiapan :
1. Klien puasa 6-8 jam
2. Jelaskan tujuan dan prosedur
Persiapan klien :
1. Klien diberikan yodium radioaktif 50 microcuri per oral
2. Dengan alat pengukur (di taruh di atas klenjer tiroid) di ukur radioaktif yang bertahan
3. Dapat pula di ukur clearance yodium melalui ginjal dengan mengumpul kan urine selama
24jam dan di ukur kadar radioaktif yodium
Hasil
Banyak yodium yang ditahan oleh kalenjer tiroid di hitung dalam persentase
1.Normal : 10-35%
2. Menurun :< 10% (pada hipotiroidisme)
3. Meningkat > 35% (pada tirotoksis,pengobatan panjang hipertiroidisme)
b. T3 dan T4 Serum
Pemeriksaan fisik secara khusus tidak adaSpesimen darah vena 5-10 cc
Nilai normal pada dewasa: yodium bebas 0,1-0,6 mg/dl
T3 0,2-0,3 mg/dl , T4 6-12 mg/dl
Pada anak T3180-240 mg/dl
c. Upatake T3 Resin
Tujuan mengukur jumlah hormon tiroid (T3) atau thyrcid binding globulin (TBG) tak jenuh
TBG meningkat pada hippertirodisme menurun pada hipotiroidisme
Spesimen darah vena 5cc
Persiapan:
puasa 6-8 jam
Nilai normal
Dewasa : 25-35% uptake oleh resin
Anak :(-)

d. Protein Boun Iondine


Tujuan: mengukur yodium yg terikat dengan protein plasma
Nilai normal: 4-8 mg% dalam 100ml darah
Spesimen darah vena 5-10 cc
Klien di puasakan 6-8jam sebelum pemeriksaan
e. Basal Metabolic Rate
Tujuan: pengukuran secara tidak langsung jumlah oksigen yang dibutuhkan di bawah kondisi
basal selama beberapa waktu
Persiapan :
1. Klien puasa 12jam
2. Hindari kondisi yang menimbulkan kecemasan dan stress
3. Klien harus tidur sedikit nya 8 jam
4. Tidak mengkonsumsi analgetik & sedative
5. Jelaskan pada klien tujuan pemeriksaandan prosedur nya
6. Tidak boleh bangun dari tempat tidur sampai pemeriksaan di lakukan
Penatalaksanaan:
Pengukuran kalorimetri dengan menggunakan metabolator nilai normal :
- pria 53 kalori perjam
- wanita 60 kalori perjam
Metode Harris Benedict Untuk Mengukur BMR
Pria:BMR = 66 + (13,7 x BB(kg) ) + ( 5 x TB(cm) ) +(6,8 x U(thn)
WanitaBMR = 665 + (9,6 x BB(kg) + (1,8 x TB (cm) ) + (4,7 x U (thn) )
f. Scanning Thyroid
Radio loding scanning
Untuk menentukan apakah nodul tiroid tunggal atau majemuk dan berfungsi atau tidak berfungsi
Uptake iodine
o Untuk menentukan pengambilan yodium dari plasma
o Nilai normal 10-30% dalam 24jam

Pemeriksaan Diagnostik Kelenjer Paratiroid


a. Percobaan Sulkowitch
Dilakukan untuk memeriksa perubahan jumlah kalsium dalam urine
Menggunakan reagen sulkowitch.
Persiapan
1. Urine 24 jam ditapung
2. Diet rendah kalsium 2 hari berturut-turut.
Penatalaksanaan
1. Masukkan urin 3ml ke dalam tabung (2 tabung)
2. Tabung pertama masukkan reagen sulkowitch, tabung kedua hanya sebagai kontrol.
Pembacaan secara kuantitatif
- Negatif ( - ) juka tidak terjadi keruhan
- Positif ( + ) terjadi keruhan yang halus
- Positif (+ + ) kekeruhan sedang
- Positif ( + + + ) kekeruhan banyak timbul dalam waktu < 20 detik
- Positif ( + + + + ) kekeruhan hebat, terjadi seketika
b. Percobaan Ellwort-Howard
Percobaan didasarkan pada diuresis fosfat yang dipengaruhi oleh parathormon.Pada
hipoparatiroid, diuresis fosfor mencapai 5-6x nilai normalPada hiperparatiroid, diuresis tidak
banyak berubah.
Cara pemeriksaannya :
1. Klien disuntikkan parathormon intravena
2. Urin ditampung dan diukur kadar fosfatnya.
c. Percobaan Kalsium Intravena
Normal bila fosfor serum meningkat dan fosfor diuresis berkurang.

Pemeriksaan Diagnostik Kelenjar Pankreas


a. Pemeriksaan Gula Darah (puasa)
Tujuannya untuk menilai kadar gula darah setelah puasa selama 8-10 jam.
Nilai normal
1. Dewasa : 70-110mg/dl
2. Anak-anak : 60-100mg/dl
3. Bayi : 50-80mg/dl
Persiapan
1. Klien di puasakan 8-10 jam sebelum pemerksaan
2. Jelaskan rtujuan dan prosedur tindakan
Pelaksanaan
1. Spesimen adalah darah vena 5 cc
2. Gunakan antikoagulasi bila pemeriksaan tidak dapat dilakukan
3. Pengobatan insulin atau oral hipoglikemi sementara dihentikan
4. Setelah pengambilan darah, klien diberi minum dan makan serta obat sesuai program.

Pemeriksaan Diagnostik Pada Kelenjar Adrenal


Pemeriksaan Hemokonsentrasi darah
Nilai normal :
Dewasa wanita : 37 47 %
Dewasa pria : 45 54 %
Anak-anak : 31 40 %
Bayi : 30 40 %
Neonatal : 44 62 %
Spesimen darah perifer
Pemeriksaan elektrolit serum (Na, K, Cl)
Nilai normal :
Natrium : 310 335 mg (13,6 14 meq(milliequivalents )/ Liter)
Kalium : 14 0 mg % (3,5-5,0 meq/Liter)
Chlorida : 350 375 mg% (100-106 meq/liter)
Hipofungsi adrenal akan terjadi hipernatremi dan hipokalemi
Hiperfungsi adrenal kebalikan hipofungsi

Percobaan Vanil Mandelic Acid (VMA)


Bertujuan untuk mengukur katekolamin dalam urine.
Spesimen urin 24 jam
Nilai normal : 1 5 mg
Stimulasi Test
Untuk mengevaluasi dan mendeteksi hipofungsi adrenal.
Pemberian ACTH untuk kortisol
Pemberian Sodium untuk aldosteron

Referensi :
https://fembrisma.wordpress.com/science/sistem-koordinasi-manusia/sistem-hormon-manusia/
http://waodesittiekajumriani.blogspot.co.id/2014/01/pemeriksaan-fisik-kelenjar-
endokrin_4691.html
Diakses pada tanggal 17 Agustus 2017 pukul 23:45

Anda mungkin juga menyukai