Mashudi
Abstrak
PMR adalah suatu prosedur untuk mendapatkan relaksasi pada otot melalui pemberian
tegangan pada suatu kelompok otot dan menghentikan tegangan tersebut kemudian
memusatkan perhatian untuk mendapatkan sensasi rileks. Tujuan penelitian ini adalah
teridentifikasikannya pengaruh progressive muscle relaxation(PMR) terhadap
penurunan kadar glukosa darah (KGD) pada pasien diabetes melitus tipe 2 (DMT2) di
RSUD Raden Mattaher Jambi. Penelitian ini menggunakan desain kuasi eksperimen
dengan pre and post with control group, masing-masing kelompok terdiri dari 15 orang
responden. Data dianalisis secara univariat dan bivariat. Hasil analisis menunjukkan
adanya pengaruh PMR secara signifikan dalam menurunkan KGD pasien DMT2 di
RSUD Raden Mattaher Jambi. Sedangkan variabel umur, jenis kelamin, penyakit
penyerta, dan lama menderita DMT2 tidak mempunyai hubungan dengan rata-rata
penurunan kadar glukosa darah setelah intervensi. Hasil penelitian ini dapat menjadi
masukan bagi perawat untuk menjadikan PMR sebagai salah satu intervensi
keperawatan mandiri dan memasukkan PMR dalam protap penatalaksanaan pasien
DMT2.
Relaksasi otot progresif merupakan salah dapat dilakukan bersamaan dengan terapi
satu teknik relaksasi yang mudah dan medis (Moyad & Hawks, 2009).
sederhana serta sudah digunakan secara PMR merupakan salah satu intervensi
luas. PMR merupakan suatu prosedur keperawatan yang dapat diberikan kepada
untuk mendapatkan relaksasi pada otot pasien DM untuk meningkatkan relaksasi
melalui dua langkah, yaitu dengan dan kemampuan pengelolaan diri. Latihan
memberikan tegangan pada suatu ini dapat membantu mengurangi
kelompok otot, dan menghentikan ketegangan otot, stres, menurunkan
tegangan tersebut kemudian memusatkan tekanan darah, meningkatkan toleransi
perhatian terhadap bagaimana otot terhadap aktivitas sehari-hari,
tersebut menjadi rileks, merasakan sensasi meningkatkan imunitas, sehingga status
rileks, dan ketegangan menghilang fungsional dan kualitas hidup meningkat
(Richmond, 2007). (Smeltzer & Bare, 2002).
Relaksasi merupakan salah satu bentuk PMR telah menunjukkan manfaat dalam
mind-body therapy dalam terapi mengurangi ansietas atau kecemasan, dan
komplementer dan alternatif berkurangnya kecemasan ini
(Complementary and Alternative Therapy mempengaruhi berbagai gejala psikologis
/CAM) (Moyad & Hawks, 2009). Terapi dan kondisi medis. Yildirim & Fadiloglu
komplementer adalah pengobatan (2006) dari hasil penelitiannya
tradisional yang sudah diakui dan dapat menyebutkan bahwa PMR menurunkan
dipakai sebagai pendamping terapi kecemasan dan meningkatkan kualitas
konvensional medis. Pelaksanaannya hidup pasien yang menjalani dialisis.
Penelitian yang dilakukan oleh Sheu, et al,
686
Jurnal Health & Sport, Volume 5, Nomor 3, Agustus 2012 687
kelompok intervensi dan 53,3% untuk 168,27 mg/dl, dengan standar deviasi
kelompok kontrol. 54,293 mg/dl. rata-rata KGD jam 11.00
Untuk KGD dapat disimpulkan bahwa adalah 226,80 mg/dl, dengan standar
rata-rata KGD jam 06.00 sebelum deviasi 62,065 mg/dl, dan rata-rata KGD
dilakukan PMR pada kelompok intervensi jam 16.00 sebelum intervensi pada
adalah 182,20 mg/dl, dengan standar kelompok kontrol adalah 206,00 mg/dl,
deviasi 69,104 mg/dl, rata-rata KGD jam dengan standar deviasi 75,277 mg/dl.
11.00 adalah 262,33 mg/dl, dengan Setelah intervensi rata-rata KGD jam
standar deviasi 77,391 mg/dl, dan rata-rata 06.00 pada kelompok kontrol adalah
KGD jam 16.00 adalah 236,67 mg/dl, 155,53 mg/dl, dengan standar deviasi
dengan standar deviasi 84,641 mg/dl. 46,457 mg/dl, rata-rata KGD jam 11.00
Rata-rata KGD jam 06.00 setelah adalah 206,53 mg/dl, dengan standar
dilakukan PMR pada kelompok intervensi deviasi 45,436 mg/dl, sedangkan rata-rata
adalah 130,67 mg/dl, dengan standar KGD jam 16.00 adalah 197,53 mg/dl,
deviasi 53,581 mg/dl, rata-rata KGD jam dengan standar deviasi 66,517 mg/dl.
11.00 177,00 mg/dl dengan standar Hasil analisis terhadap perbedaan KGD
deviasi 45,530 mg/dl, sedangkan rata-rata sebelum dan setelah intervensi PMR pada
KGD jam 16.00 adalah 148,80 mg/dl, kelompok intervensi dan kelompok
dengan standar deviasi 74,289 mg/dl. kontrol dapat dilihat pada tabel di bawah
ini :
Untuk kelompok kontrol rata-rata KGD
jam 06.00 sebelum intervensi adalah
Tabel 5.7 Hasil Analisis Perbedaan Kadar Glukosa Darah Pasien DMT2 Sebelum Dan Setelah Intervensi PMR Pada
Kelompok Intervensi Dan Kelompok Kontrol Di RSUD Raden Mattaher Jambi April-Mei 2011 (n1=n2=15)
Variabel Mean SD P Value 95% CI
KGD
Intervensi
KGD 06.00
Sebelum 182,20 69,104 0,001* 21,092-
Setelah 130,67 53,581 81,975
Selisih 51,53 54,970
KGD 11.00
Sebelum 262,33 77,391 0,000* 45,031-
Setelah 177,00 45,530 125,636
Selisih 85,33 72,777
KGD 16.00
Sebelum 236,67 84,641 0,003* 34,373-
Setelah 148,80 74,289 141,361
Selisih 87,87 96,598
Kontrol
KGD 06.00
Sebelum 168,27 54,293 0,187 -6,951-
Setelah 155,53 46,457 32,418
Selisih 12,73 35,546
KGD 11.00
Sebelum 226,80 62,065 0,118 -5,834-
Setelah 206,53 45,436 46,367
Selisih 20,27 47,131
KGD 16.00
Sebelum 206,00 75,277 0,565 -22,307-
Setelah 197,53 66,517 39,241
Selisih 8,47 55,571
*signifikan pada =0,05
Hasil analisis perbedaan rata-rata KGD intervensi dan kelompok kontrol dapat
setelah intervensi PMR antara kelompok dilihat pada tabel berikut ini :
Jurnal Health & Sport, Volume 5, Nomor 3, Agustus 2012 689
Tabel 5.8 Hasil Analisis Selisih Rata-Rata Kadar Glukosa Darah Pasien DMT2 Setelah PMR Antara Kelompok
Intervensi Dan Kelompok Kontrol Di RSUD Raden Mattaher Jambi April-Mei 2011 (n1=n2=15)
Dari hasil analisis hubungan antara umur, disimpulkan tidak adanya hubungan. Hasil
jenis kelamin, penyakit penyerta, dan analisis selengkapnya dapat dilihat pada
lama menderita DMT2 dengan penurunan tabel di bawah ini :
KGD setelah intervensi PMR dapat
Tabel 5.9 Hasil Analisis Umur, Jenis Kelamin, Penyakit Penyerta, Dan Lama Menderita DMT2 Dengan Selisih Kadar
Glukosa Darah Jam 06.00, 11.00, Dan 16.00 Di RSUD Raden Mattaher Jambi April-Mei 2011 (n1=n2=15)
P value KGD
Variabel Total (%)
06.00 11.00 16.00
Umur
- 45 tahun 11 (36,7) 0,389 0,533 0,518
- > 45 tahun 19 (63,3)
Jenis Kelamin
- Laki-laki 18 (60,0) 0,019 0,385 0,156
- Perempuan 12 (40,0)
Penyakit penyerta
- Tidak ada 10 (33,3) 0,090 0,826 0,271
- Ada 20 (66,7)
Lama menderita
DMT2
- 8 tahun 17 (56,7) 0,161 0,336 0,477
- > 8 tahun 13 (43,3)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa beberapa alasan, diantaranya penelitian ini
pasien DMT2 yang diberi latihan PMR menggunakan desain kuasi eksperiman
selama tiga hari dengan frekuensi latihan dengan pre and post with control group,
dua kali sehari dan durasi masing-masing variabel karakteristik responden setara
sesi 15 menit memperlihatkan adanya (homogen) antara kelompok intervensi
perbedaan rata-rata KGD baik KGD jam dengan kelompok kontrol, dan variabel
06.00, 11.00, dan 16.00 sebelum dan rata-rata kadar glukosa darah sebelum
setelah latihan PMR, yaitu mengalami intervensi setara antara kelompok
penurunan kadar glukosa darah. intervensi dan kelompok kontrol.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam Mekanisme PMR dalam menurunkan
penelitian ini, terlihat bahwa latihan PMR KGD pada pasien DMT2 erat kaitannya
mempunyai pengaruh yang signifikan dengan stres yang dialami pasien baik
terhadap penurunan kadar glukosa darah fisik maupun psikologis. Selama stres,
pada pasien DMT2. Peneliti meyakini hormon-hormon yang mengarah pada
bahwa PMR memberikan pengaruh yang peningkatan KGD seperti epineprin,
signifikan dalam menurunkan KGD kortisol, glukagon, ACTH, kortikosteroid,
pasien DMT2 dalam penelitian ini dengan dan tiroid akan meningkat. Selain itu
Mashudi : Pengaruh Progressive Muscle Relaxation Terhadap Kadar Glukosa Darah 690
peristiwa kehidupan yang penuh stres sama yaitu terapi PMR ternyata rentang
telah dikaitkan dengan perawatan diri penurunan KGD jam 06.00, 11.00, dan
yang buruk pada penderita diabetes seperti 16.00 setiap responden berbeda-beda.
pola makan, latihan, dan penggunaan Responden dalam penelitian ini
obat-obatan (Smeltzer & Bare, 2008; Price melaporkan bahwa pada saat melakukan
& Wilson, 2006). PMR ada dua sensasi yang berbeda yaitu
Stres fisik maupun emosional merasakan ketegangan otot ketika bagian
mengaktifkan sistem neuroendokrin dan otot-otot tubuhnya diteganggkan dan
sistem saraf simpatis melalui hipotalamus- merasakan sesuatu yang rileks, nyaman,
pituitari-adrenal (Price & Wilson, 2006; enak, dan santai ketika otot-otot tubuh
Smeltzer, 2002; DiNardo, 2009). yang sebelumnya ditegangkan tersebut
Relaksasi PMR merupakan salah satu direlaksasikan. Namun ada beberapa
bentuk mind-body therapy (terapi pikiran responden yang melaporkan kurang bisa
dan otot-otot tubuh) dalam terapi merasakan sensasi dari latihan PMR yang
komplementer (Moyad & Hawks, 2009). dilakukannya karena mereka kurang bisa
Brown 1997 dalam Snyder & Lindquist berkonsentrasi dalam melakukan PMR
(2002) menyebutkan bahwa respon stres tersebut, meskipun dirinya bisa
merupakan bagian dari jalur umpan balik melakukan semua langkah atau prosedur
yang tertutup antara otot-otot dan pikiran. PMR. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Penilaian terhadap stressor mengakibatkan Richmond (2007), bahwa PMR
ketegangan otot yang mengirimkan merupakan salah satu bentuk mind-body
stimulus ke otak dan membuat jalur therapi, oleh karena itu saat melakukan
umpan balik. Relaksasi PMR akan PMR perhatian diarahkan untuk
menghambat jalur tersebut dengan cara membedakan perasaan yang dialami saat
mengaktivasi kerja sistem saraf kelompok otot dilemaskan dan
parasimpatis dan memanipulasi dibandingkan ketika otot-otot dalam
hipotalamus melalui pemusatan pikiran kondisi tegang.
untuk memperkuat sikap positif sehingga Penelitian ini sejalan dengan pernyataan
rangsangan stres terhadap hipotalamus Dunning (2003) bahwa terapi
berkurang. komplementer memberikan manfaat pada
Hasil penelitian ini sejalan dengan temuan pasien diabetes diantaranya meningkatkan
Ghazavi, et al (2007), bahwa latihan PMR penerimaan kondisi DM saat ini,
yang diberikan kepada pasien DM dapat menurunkan stres, kecemasan, dan
menurunkan kadar HbA1C. Perbedaannya depresi, mengembangkan strategi untuk
dengan penelitian ini adalah, pada mencegah stres berkelanjutan,
penelitian tersebut peneliti meningkatkan keterlibatan pasien dalam
membandingkan PMR dengan terapi proses penyembuhan. Keuntungan terapi
masase dan kelompok kontrol pada pasien komplementer secara spesifik bagi pasien
DMT1 (anak-anak) untuk mengukur diabetes juga dikemukakan oleh Riyadi &
HbA1C bukan KGD. Sukarmin (2008) yaitu menurunkan KGD,
Individu mempunyai sifat yang meningkatkan kontrol metabolik,
multidimensi, respon individu dalam mencegah neuropati perifer, menurunkan
mengatasi masalah berbeda-beda. Tampak kadar katekolamin dan aktivitas otonom.
pada penelitian ini dengan perlakuan yang
Jurnal Health & Sport, Volume 5, Nomor 3, Agustus 2012 691
based medicine (seri 1), Jakarta: Istiarini, C.H. (2009). Pengaruh terapi
Sagung Seto. refleksologi terhadap kadar
. (2008). Besar sampel glukosa darah pada klien diabetes
dalam penelitian kedokteran dan melitus tipe 2 dalam konteks
kesehatan, Seri evidence based asuhan keperawatan di Sleman
medicine (seri 2), Jakarta: Sagung Yogyakarta, (tesis). Perpustakaan
Seto. FIK-UI.
. (2008). Langkah-langkah Jacobs, G.D., (2001). The Physiology of
membuat proposal penelitian MindBody Interactions: The
bidang kedokteran dan kesehatan, Stress Response and the
Seri evidence based medicine (seri Relaxation Response. The journal
3), Jakarta: Sagung Seto. of alternative and complementary
Di Nardo, M.M. (2009). Mind-bodies research, April 20, 2010,
therapy in diabetes management. (supplement 1): 83-92.
Diabetes spectrum, April 20, 2010. doi:10.1089/ 107555301
http://proquest.umi.com/ pqdweb? 753393841.
Index =8&dib =1662109331& http://gemini.utb.edu/nurs330484/
Srchmode=2&side =14&Fmt. ASSIGNMENTS/Assignment%20
Dunning, T. (2003). Care of people with 7%20Mind%20Body%20Physiolo
diabetes: a manual nursing gy _ 5921200.pdf"
practice. Melbourne : Blackwell Maryani. (2008). Pengaruh progressive
Publishing. muscle relaxation terhadap
Ghazavi, Z., Talakoob, S., Abdeyazdan, kecemasan yang berimplikasi pada
Z., Attari, A., dan Joazi, M. mual dan muntah pada pasien post
(2007). Effects of Massage kemoterapi di poliklinik rumah
Therapy and Muscle Relaxation on sakit Hasan Sadikin Bandung,
Glycosylated Hemoglobin in (tesis). Perpustakaan FIKUI.
Diabetic Children. April 20, 2010 Moyad, M., dan Hawks, J.H. (2009).
http://semj.sums. ac.ir/ Complementary and alternative
vol9/jan2008 /dm.htm therapies, dalam Black, J.M., &
Gunawan, B., dan Sumadiono. (2007). Hawks, J.H. Medical-Surgical
Stres dan Sistem Imun Tubuh; Nursing; Clinical Management for
Suatu Pendekatan Positive Outcomes, (8th edition).
Psikoneuroimunologi. 20 April, Elsevier Saunders.
2010. http:// dennyhendrata. Price, S.A., & Wilson, L.M. (2006).
wordpress.com/2007/07/30/ stres- Patofisiologi konsep klinis proses
dan-sistem-imun-tubuhsuatu- penyakit, Edisi 6. Jakarta : EGC
pendekatan-psikoneuroimu nologi- Ramdhani, N., dan Putra, A.A. (2008).
2/. Pengembangan Multimedia
Hamarno, R. (2010). Pengaruh relaksasi Relaksasi. Diakses tanggal 20
otot progresif terhadap penurunan April 2010.
tekanan darah pada pasien http://neila.staff.ugm.ac.id/wordpr
hipertensi primer di kota malang, ess/ wp-
(tesis). Perpustakaan FIK-UI. content/uploads/2008/05/relaksa
Ignatavicius, D., & Wolkman, M.L. si-otot.pdf.
(2006). Medical surgical nursing, Richmond, R.L. (2007). A guide to
critical thinking for collaborative psychology and its practice. April
care, (5th ed). St. Louis : Missouri.
Jurnal Health & Sport, Volume 5, Nomor 3, Agustus 2012 693