Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMBUATAN DAN PENGUJIAN TANAH HUMUS


MATA KULIAH

PERLINDUNGAN TANAMAN RAMAH LINGKUNGAN

Dosen Pengampu:

1. Dr . Eny Wahyuning Purwanti , SP.,MP.

2. Dr . Lisa Navitasari,SP.,MP.

3. Iqomatus Sa’diyyah,SST.

SYAHRU RAMADHAN

04.01.21.724
PPB 4A

PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN


BERKELANJUTAN JURUSAN PERTANIAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN
MALANG 2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Dalam proses budidaya tanaman perlu dilakukan teknik budidaya secara baik
dan benar yang ramah lingkungan untuk mengatasi timbulnya berbagai masalah yang
dapat menurunkan produktivitas tanaman. Salah satu hal penting yang dapat
menunjang keberhasilan budidaya tersebut yaitu dapat dilakukan dari proses awal
penanaman termasuk pengolahan lahan. Pengolahan lahan pada budidaya tanaman
cabai kali ini dilakukan dengan pembuatan bedengan.
Bedengan dibuat pada lahan yang sebelumnya telah di gembur guna
mengembalikan kesuburan tanah dan membuat tanah menjadi halus sehingga akar
tumbuhan yang akan ditanam nantinya dapat menembus tanah dengan mudah.
Pembuatan bedengan dilakukan untuk pengaturan masuknya sinar matahari dan
perawatan tanaman. Dengan sinar matahari yang cukup maka tanaman dapat
melakukan proses fotosintesis dengan baik Bedengan dibuat bertujuan untuk
mempermudah perawatan tanaman. Sehingga tidak ada bagian tanaman yang terlewat
mendapatkan pemeliharaan. Keterbatasan jangkauan tangan manusia menjadi hal yang
dipertimbangkan. Lebar bedengan 100 cm untuk tanaman sayuran agar tanaman dari
sisi kiri atau sisi kanan dapat dijangkau saat pemeliharaan.Tinggi bedengan agar
pertumbuhan dan perkembangan akar tidak terhambat.Rongga – rongga udara tidak
terisi air akibat tergenang. Dengan demikian tanaman cukup mendapatkan udara dari
dalam tanah.
Kedalaman olah tanah pada bedengan yaitu 20 cm – 25 cm. Dengan populasi
yaitu sebanyak 40 tanaman. Jenis tanaman menjadi salah satu yang harus diperhatikan
dalam pembuatan bedengan. Jenis tanaman yang harus diperhatikan yaitu berkenaan
dengan perkembangan dan pertumbuhan perakaran. Perakaran tanaman tumbuh dan
berkembang dapat dilihat dari luas dan bentuknya tajuk tanaman. Tajuk tanaman
terluar itu menjadi indicator jauhnya jangkauan perakaran. Bentuk tajuk tanaman
semakin lebar maka pertumbuhan perakaran juga semakin lebar atau jauh dari pangkal
batang.
Kesuburan tanah sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Untuk menjaga serta meningkatkan kesuburan tanaman dapat dilakukan
dengan penambahan bahan organik pada tanah. Bahan organik yang harus tersedia di
lahan cabai agar menunjang pertumbuhan tanaman yang optimal yaitu 5%. Pada
praktik kali ini dilakukan pembuatan humus dari dedaunan atau rumput guna
meningkatkan proporsi bahan organik.
Humus merupakan unsur organik yang berasal dari proses dekomposisi atau
pelapukan dari daun-daunan dan ranting tanaman yang membusuk. Humus dapat
membantu meningkatkan kadar air tanah, mencegah erosi, serta mempercepat proses
penghancuran senyawa beracun dalam tanah.

1.2 Tujuan

Berdasarkan latar belakang tersebut maka tujuan dari pembuatan tanah humus
yaitu untuk sumber makanan bagi tanaman dan akan berperan baik bagi pembentukan
dan menjaga struktur tanah agar tetap terjaga kandungan organik yang ada di lahan
cabai tersebut tentunya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bahan Organik

Bahan organik adalah bahan yang kompleks dan dinamis, berasal dari sisa
tanaman dan hewan di dalam tanah dan mengalami perombakan secara terus menerus
(Konnova1966).
Bahan organik adalah sisa tumbuhan, hewan, dan manusia baik yang telah
mengalami dekomposisi lanjut maupun yang sedang mengalami proses dekomposisi,
yang menyediakan jumlah bahan organik setiap tahunnya. Salah satu usaha untuk
mempertahankan kesuburan tanah adalah dengan penambahan bahan organik.
Pemberian bahan organik ke dalam tanah akan berpengaruh terhadap sifat fisik, sifat
kimia, dan sifat biologi tanah. Bahan organik merupakan perekat butiran tanah dan
sumber unsur hara sehingga bahan organik dapat mempengaruhi sifat fisik dan kimia
tanah (Amrah, 2008).
Bahan organik adalah kumpulan beragam senyawa-senyawa organik kompleks
yang sedang atau telah mengalami proses dekomposisi, baik berupa humus hasil
humifikasi maupun senyawa-senyawa anorganik hasil mineralisasi dan termasuk juga
mikrobia heterotrofik dan ototrofik yang terlibat dan berada didalamnya.
Bahan organik tanah dapat berasal dari: sumber primer, yaitu: jaringan organik
tanaman (flora) yang dapat berupa: (a) daun, (b) ranting dan cabang, (c) batang, (d)
buah, dan (e) akar;. Jaringan tanaman ini akan mengalami dekomposisi dan akan
terangkut ke lapisan bawah tanah. Tumbuhan tidak saja sebagai sumber bahan organik
tanah, tetapi juga sebagai sumber bahan organik dari seluruh makhluk hidup.
Sumber sekunder bahan organik adalah binatang. (1) Fauna atau binatang
terlebih dahulu harus menggunakan bahan organik tanaman. Setelah itu barulah
binatang menyumbangkan pula bahan organik. Berbeda sumber bahan organik tanah
akan berbeda pula pengaruhnya yang disumbangkan ke dalam tanah. Hal ini berkaitan
erat dengan komposisi atau susunan dari bahan organik tersebut. (2) jaringan organik
fauna, yang dapat berupa: kotorannya dan mikrofauna; (3) sumber lain dari luar, yaitu:
pemberian pupuk organik berupa: (a) pupuk kandang, (b) pupuk hijau, (c) pupuk
bokasi (kompos), dan (d) pupuk hayati. Sumber primer bahan organik tanah ialah
jaringan tumbuhan berupa akar, batang.
2.2 Penyerapan Nutrisi dan Keanekaragaman Dekomposer dan Musuh Alami

Sebelumnya sudah dijelaskan bahwasannya humus ini merupakan tanahyang


terbentuk dari proses pelapukan dedaunan atau ranting- ranting pohon yangberjatuhan
ke tanah. Proses terbentuknya tanah humus ini disebut dengan proses humufikasi
proses terbentuknya tanah humus atau humifikasi ini dapat terjadi searaalamiah atau
dengan sendirinya. sekilas, proses ini merupakan proses pegomposan unsur hara alami
atau yang dilakukan oleh alam.
Bahan organik pada humus banyak mengandung mikroorganisme (fungi,
aktinomisetes, bakteri, dan alga). Dengan ditambahkannya kompos ke dalam tanah
tidak hanya jutaan mikroorganisme yang ditambahkan, akan tetapi mikroorganisme
yang ada dalam tanah juga terpacu untuk berkembang. Proses dekomposisi lanjut oleh
mikro-organisme akan tetap terus berlangsung tetapi tidak mengganggu tanaman.
Aktivitas berbagai mikroorganisme di dalam kompos menghasilkan hormon-
hormon pertumbuhan, misalnya auksin, giberelin, dan sitokinin yang memacu
pertumbuhan dan perkembangan akar-akar rambut sehingga daerah pencarian makanan
lebih luas. Pemberian kompos pada lahan sawah akan membantu mengendalikan atau
mengurangi populasi nematoda, karena bahan organik memacu perkembangan musuh
alami nematoda, yaitu cendawan dan bakteri serta memberi kondisi yang kurang
menguntungkan bagi perkembangan nematoda.
BAB III
METODE
3.1 Pembuatan Humus

A. Alat dan
Bahan Alat :
1) Cangkul

2) Sabit

3) Gembor

Bahan :

1) Tanah

2) Rumput

3) Air

4) Dedaunan

B. Langkah Kerja

1. Kumpulkan dedaunan kering dan rumput ke dalam sebuah wadah atau


kantong plastik
2. Cacah dedaunan tersebut menjadi potongan kecil kecil

3. Galilah tanah dengan kedalaman 10 cm dan lebar 1m²

4. Masukkan potongan dedaunan kering yang tetlah dikumpullkan ke dalam


lubang galian.
5. Basahi seluruh tumpukan bahan humus tiap 2 hari sekali

6. Tunggu hingga 1 minggu, tanah humus sudah siap digunakan untuk pupuk
tanaman

3.2 Pengecekan Kolonisasi Mikroba

A. Alat dan
Bahan Alat :
1) Gelas air mineral

2) Plastik

3) Sendok

4) Lidi
5) Cetok
6) Karet

Bahan :

1) Tanah Humus
2) Nasi

B. Langkah Kerja

1. Ambil tanah humus yang telah dibuat

2. Masukkan tanah ke dalam gelas air mineral

3. Masukkan nasi ke atas tanah

4. Tutuplah gelas menggunakan plastik

5. Ikat menggunakan karet

6. Lubangi plastic dengan lidi

7. Tunggu sampai 1 ming


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pembahasan Praktikum

Dari kegiatan praktikum yang telah dilakukan,bahwa hasil yang saya dapatkan
dari pembuatan tanah humus berhasil ditandai dengan adanya perubahan warna pada
nasi yang digunakan sebagai indikator keberhasilan humus.
Tanah humus dikenal sebagai tanah yang sangat baik. Bahkan tanah humus ini
dikenal sebagai tanah yang paling baik. Banyak orang mendambakan tempat
tinggalnya memiliki tanah humus agar nantinya bisa ditumbuhi berbagai macam
tumbuhan. Kita semua tahu bahwasannya tumbuhan akan sagat bagi kelangsungan
hidup manusia. Oleh karena itulah tanah humus ini merupakan tanah yang diidam-
idamkan.
Ada beberapa macam manfaat atau kelebihan dari tanah humus ini,
diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Struktur tanah terjaga.

Tanah humus merupakan tanah yang mempunyaistruktur yang stabil atau


terjaga daripada beberapa jenis jenis tanah yang lainnya.
b. Tanah humus merupakan makanan yang baik bagi tumbuh- tumbuhan yang
tumbuh di atas tanah tersebut.
c. Menambah kandungan air tanah.

Karena mempunyai sifat menyerap yang baik, maka tanah humus ini dapat
menambah kadungan air tanah yang nantinya akan berguna sebagai
minuman bagi tumbuhan yang tumbuh di tanah tersebut.
d. Tanah humus mempunyai sifat mengikat toksik ke air dan juga ke dalam
tanah. Tanah humus mempunyai sifat dapat membentengi tanah agar tanah
tidak terkikis atau tergerus. Pada tanah humus ini aerasi tanah menjadi
meningkat.
e. Tanah humus juga bisa digunakan sebagai pupuk sintesis, maka dari itu
tanah humus ini merupakan tanah yang yang sangat baik bagi tanaman.
4.2 Dokumentasi
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan

Humus merupakan unsur organic yang berasal dari proses dekomposisi atau
pelapukan dari daun-daunan dan ranting tanaman yang membusuk. Humus dapat
membantu meningkatkan kadar air tanah, mencegah erosi, serta mempercepat proses
penghancuran senyawa beracun dalam tanah.
Pemberian bahan organik berupa humus pada media tanam merupakan hal yang
perlu dilakukan supaya mendapat hasil panen yang optimal. Manfaat utama dari
humus adalah untuk memperluas areal tumbuh bagi tanaman terutama bagian akar.
Manfaat lainnya yakni untuk memeperbaiki sifat fisik, kimia dan biologis dari tanah
sehingga proses penyerapan nutrisi atau unsur hara tanaman lebih optimal.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Standardisasi Nasional, 2004, Spesifikasi Kompos dari Sampah Organik


Domestik, SNI 19-7030-2004, Jakarta.
Brady, N. C., & Weil, R. R. (2010). The nature and properties of soils. Prentice Hall.

Dultz, S., Steinke, H., Mikutta, R., Woche, S.K., and Guggenberger, G., 2018. Impact
of organic matter types on surface charge and aggregation of goethite. Journal
Colloids and Surface A, vol. 554 : 156-168. Journal homepage :
www.elsevier.com/locate/colsurfa.
Andriyani, 2009, Memanfaatkan sampah organik menjadi hasil olahan kompos pada
skala rumah tangga, UNIB.
Supryono. 2009. Kandungan C- Organik dan N- Total Pada Seresah dan Tanah Pada 3
Tipe Fisiognomi (Studi Kasus di Wanagama, Gunung Kidul, DIY). Jurnal Imu
Tanah. Vol.10, No.22.

Anda mungkin juga menyukai