Anda di halaman 1dari 49

ABSTRAK

Tanah pasir merupakan tanah yang memiliki karakteristik unsur hara rendah,
daya menahan air rendah, porous, dan kurang sesuai bagi pertumbuhan tanaman
kacang panjang. Pemupukan lahan marginal dilakukan untuk meningkatkan
ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk
mengetahui respon pemberian bahan organik bokashidan pupuk NPK majemuk
terhadap pertumbuhan tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.). Praktikum ini
dilakukan dari bulan November sampai Desember di Laboratorium Agrohorti dan
Screen House Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman. Metode yang
digunakan dalam praktikum ini adalah Rancangan Acak Kelompok Lengkap
(RAKL) dengan dua faktorial yaitu faktor pertama adalah pupuk bokashi dengan
konsentrasi B0= 0 gram, B1= 250 gram, B2= 500 gram, sedangkan faktor kedua
adalah pupuk NPK dengan konsentrasi P0= 0 gram, P1= 5,5 gram, dan P2= 11,25
gram. Percobaan menggunakan 5 perlakukan dan diulang sebanyak lima kali.
Parameter yang digunakan dalam praktikum ini adalah tinggi tanaman, jumlah
daun, bobot basah tajuk, bobot basah akar, panjang akar, dan bobot kering
tanaman. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk bokasi,NPK
majemuk dan kombinasi bokashi dan NPK majemuk berpengaruh sangat nyata
terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, bobot basah tajuk, dan panjang akar.
Namun tidak berpengaruh nyata terhadap bobot basah akar dan bobot kering
tanaman.

Kata kunci: tanah pasir, kacang panjang, pupuk bokashi, pupuk NPK majemuk.

2
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lahan marginal merupakan lahan yang memiliki faktor pembatas yang

menyebabkan produktivitas tanahnya kurang baik. Faktor pembatas pada lahan

marginal contohnya kadar garam yang tinggi pada lahan pasir pantai, pH tanah

yang telalu masam, dan masih banyak yang lainnya. Faktor pembatas ini

menjadikan pertumbuhan tanaman dapat terganggu sehingga perlu dilakukan

perlakuan untuk dapat memanfaatkan lahan marginal.

Proses degradasi lahan hampir selalu disertai penurunan status bahan

organik tanah. Lahan yang telah mengalami proses degradasi rata-rata kandungan

bahan organik <2%, sehingga berdampak terhadap penurunan kualitas fisik tanah

karena sangat rendahnya unsur yang dapat berperan dalam perbaikan struktur

tanah. Penambahan bahan organik dengan kualitas yang baik dan dalam jumlah

yang mencukupi merupakan kunci pemeliharaan dan perbaikan kualitas tanah.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian bahan organik nyata

meningkatkan kualitas tanah dan produktivitas tanaman jika diberikan dalam

jumlah yang sangat tinggi, misalnya pada pertanaman sayuran di tanah Andisols

Penambahan bahan organik selain untuk menambah kesuburan tanah dapat

juga memperbaiki agregat tanah sehingga tanah pada lahan marginal dapat

dimanfaatkan untuk budidaya tanaman. Selain itu, perlu dilakukan pemupukan

pada lahan marginal sehingga dapat menambah unsur hara yang dibutuhkan oleh

tanaman.Pemberian bahan organik dan pupuk diperlukan untuk memanfaatkan

lahan pasir pantai yang memiliki banyak faktor pembatas agar dapat digunakan .

3
Hal ini melatarbelakangi praktikum perlakuan bahan organik sebagai pembenah

dan pemupukan pada lahan marginal pasir pantai.

A. Tujuan

Praktikum acara I budidaya tanaman lahan marginal ini bertujuan untuk:

1. Mempelajari cara pemberian pembenah tanah pada lahan marginal

2. Mempelajari cara pemberian pupuk pada lahan marginal

3. Mengetahui pengaruh pemberian pembenah tanah dan pemupukan pada tanah

pasir pantai terhadap pertumbuhan tanaman.

4
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Botani Kacang Panjang

Kacang panjang adalah salah satu jenis sayuran yang sudah populer di

dunia. Plasma nutfah tanaman kacang panjang berasal dari India dan Cina, tetapi

ada juga yang menduga berasal dari kawasan Afrika. Kacang panjang merupakan

tanaman tipe merambat. Menurut Haryanto, dkk. (2007), kacang panjang

diklasifikasikan sebagai berikut :

Kerajaan : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Angiospermae

Ordo : Rosales

Famili : Papilionaceae

Genus : Vigna

Spesies : Vigna sinensis (L.) Savi ex Hassk

Tanaman kacang panjang merupakan tanaman perdu semusim dan daunnya

berupa daun majemuk yang tersusun atas tiga helai, lonjong, berseling, panjang 6

- 8 cm, lebar 3-4,5 cm, tepi rata, pangkal membulat, ujung lancip. Pertulangan

menyirip, tangkai silindris, panjang kurang lebih 4 cm, dan berwarna hijau.

Kacang panjang memiliki batang liat dan sedikit berbulu, batangnya panjang

tumbuh membelit dan berwarna hijau dengan permukaan licin (Hutapea, 1994).

Tanaman kacang panjang memiliki akar tunggang yang terdiri atas satu akar

besar yang merupakan kelanjutan batang. Akar kacang panjang memiliki bintil

akar yang dapat mengikat nitrogen bebas dari udara (Williams, 1993). Sistem

5
perakaran tanaman kacang panjang dapat menembus lapisan olah tanah pada

kedalaman hingga lebih dari 60 cm dan cabang akarnya dapat bersimbiosis

dengan bakteri Rhizobium sp. untuk mengikat unsur nitrogen (N2) dari udara

sehingga bermanfaaat untuk menyuburkan tanah. Kacang panjang dapat

menghasilkan 198 kg bintil akar/tahun atau setara dengan 400 kg pupuk urea (Tim

Karya Tani Mandiri, 2011).

Bunga kacang panjang berbentuk kupu-kupu. Ibu tangkai bunga keluar dari

ketiak daun, dan setiap ibu tangkai mempunyai 3-5 bunga. Warna bunganya ada

yang putih, biru, atau ungu. Bunga kacang panjang menyerbuk sendiri, tetapi

penyerbukan silang dengan bantuan serangga dapat juga terjadi dengan

kemungkinan keberhasilan 10%. Buah kacang panjang berbentuk polong bulat

panjang dan ramping. Panjang polong sekitar 10 - 80 cm. Warna polong hijau

muda sampai hijau keputihan. Setelah tua warna polong putih kekuningan. Polong

biasanya dapat dipanen pertama kali umur 2-2,5 bulan. Pemanenan selanjutnya

seminggu sekali dan dapat berlangsung selama 3,5-4 bulan (Haryanto, 2007).

Syarat tumbuh tanaman kacang panjang yaitusuhu rata-rata harian agar

tanaman kacang panjang dapat beradaptasi baik adalah 20-300C dengan suhu

optimum 25°C. Tanaman ini membutuhkan banyak sinar matahari. Tempat yang

terlindung (teduh) menyebabkan pertumbuhan kacang panjang agak terlambat,

kurus dan berbuah jarang atau sedikit, sedangkan curah hujan yang dibutuhkan

adalah antara 600 - 1500 mm/tahun (Rukmana, 1995).

Unsur-unsur iklim yang perlu diperhatikan dalam pertumbuhan tanaman

antara lain ketinggian tempat, sinar matahari, dan curah hujan. Kacang panjang

dapat tumbuh dan berproduksi di dataran rendah dan dataran tinggi dengan

6
ketinggian 0 - 1500 m diatas permukaan laut. Tanaman kacang panjang tumbuh

baik di dataran rendah sampai menengah hingga ketinggian 600 - 700 meter di

atas permukaan laut.

Tanaman kacang panjang dapat diusahakan hampir pada semua jenis tanah.

Namun, untuk memperoleh hasil optimal, akan lebih baik bila ditanam pada tanah

yang subur. Jenis tanah yang paling cocok bagi pertumbuhan tanaman kacang

panjang adalah tanah berstruktur liat dan berpasir. Jenis tanah yang baik adalah

tanah latosol atau lempung berpasir, subur, gembur, banyak mengandung bahan

organik dan drainasenya baik. Derajat keasaman tanah (pH) yang 7 dibutuhkan

adalah 5,5 - 6,5. Bila pH dibawah 5,5 dapat menyebabkan tanaman tumbuh kerdil

karena teracuni garam aluminium (Al) yang larut dalam tanah. Bila pH terlalu

basa (diatas pH 6,5) menyebabkan pecahnya nodula-nodula akar (Haryanto,

2007).

B. Bahan Pembenah Tanah

Aplikasi pembenah tanah sangat diperlukan pada tanah yang didominasi

oleh fraksi pasir. Pembenah tanah berbahan dasar bahan organik, baik berupa

kompos maupun biochar telah terbukti efektif untuk mempercepat pemulihan

lahan kering terdegradasi yang didominasi fraksi liat. Penambahan unsur hayati

diharapkan dapat meningkatkan efektivitas pembenah tanah (Dariah, 2010).

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 02 Tahun 2006, yang

dimaksud dengan pembenah tanah adalah bahanbahan sintetis atau alami, organik

atau mineral yang berbentuk padat atau cair yang mampu memperbaiki sifat

fisika, kimia, dan biologi tanah. Sedangkan dikalangan ahli tanah, pembenah

tanah dikenal sebagai soilconditioner yang secara lebih spesifik diartikan sebagai

7
bahan-bahan sintetis atau alami, organik atau mineral, berbentuk padat maupun

cair, mampu memperbaiki struktur tanah, dapat merubah kapasitas tanah menahan

dan melalukan air, serta dapat memperbaiki kemampuan tanah memegang unsur

hara, sehingga unsur hara tidak mudah hilang, dan tanaman masih mampu

memanfaatkannya (Tala’ohu, 2008).

Inovasi teknologi untuk memformulasi dan memperkaya bahan organik juga

sangat diperlukan, sehingga efektivitas bahan organik sebagai pembenah tanah

atau pupuk organik menjadi lebih tinggi dan dosis yang diperlukan dapat ditekan.

Pengayaan pupuk atau pembenah organik dapat dilakukan dengan menambahkan

bahan-bahan tertentu seperti rock fosfat, dolomit, zeolit, abu sekam, pupuk hayati,

senyawa humat, dan lain sebagainya (Dariah, 2010).

Kunci perbaikan lahan pasir adalah penambahan pembenah tanah.Bahan

pembenah tanah merupakan bahan-bahan sintetis atau alami yang berpotensi

untuk memperbaiki sifat fisika dan kimia tanah. Tujuan penggunaan bahan

pembenah tanah adalah : 1. Memperbaiki agregat tanah, 2. Meningkatkan

kapasitas tanah menahan air (water holding capacity), 3. Meningkatkan kapasitas

pertukaran kation (KPK) tanah dan 4.Memperbaiki ketersediaan unsur hara

tertentu. Pemanfaatan pembenah tanah harus memprioritaskan pada bahan-bahan

yang murah, bersifat insitu, dan terbarukan.

Beberapa pembenah tanah yang dapat dimanfaatkan di lahan pasir pantai

antara lain pupuk kandang, blotong, tanah grumusol, lumpur sungai dan limbah

karbit. Tanah Grumusol dan lumpur adalah tanah yang didominasi fraksi lempung

lebih dari 40%. Grumusol merupakan tanah yang bertekstur lempung, daya hantar

air rendah (0,1 cm.jam-1), kapasitas menyimpan air 24%, pH 7,48; KPK 50,26

8
cmol(+).kg-1 tanah; kandungan CaCO3 2,86%; dan bahan organik 1,07%).

Lumpur sungai Oyo mengandung bahan organik 3,8%, N-total 0,2%, P2O5 0,51

ppm dan K2O 0,63 mg.100 g-1, sedangkan lumpur sungai Code mengandung

bahan organik 4,12%, N-total 0,14%, P2O5 0,32 ppm dan K2O 0,46 mg.100 g-1

(Sutanto, 2002)

Pupuk kandang sapi adalah pupuk yang berasal dari sisa bahan makanan

ternak yang bercampur dengan kotorannya, baik dalam bentuk cair atau padat.

Pupuk kandang akan menghasilkan humus yang berperanan penting dalam

menentukan penyediaan hara dan air bagi tanaman. Blotong merupakan salah satu

limbah padat pabrik gula yang dihasilkan dari proses pengolahan tebu. Produksi

blotong mencapai 3,5-7,5% dari berat tebu giling. Sifat blotong yang mendukung

perbaikan sifat tanah antara lain daya menahan air tinggi, berat volume rendah,

porous, KPK tinggi (Muhammad et al., 2003).

Limbah karbit adalah produk sampingan gas asetilen yang merupakan hasil

reaksi antara kalsium karbida (CaC2) dengan air (H2O). Limbah karbit berbentuk

padat, didominasi kalsium yang berperan untuk memperbaiki struktur dan

kesuburan tanah. Di Iran pemberian kalsium karbonat 30-50% mempercepat

proses agregasi tanah dengan cara memperkuat ikatan partikel lempung. Kalsium

pada pencampuran lempung dan pasir dapat berperan dalam membentuk pori

mikro (Rajiman, 2014).

Manfaat langsung penggunaanPembenah tanah bagi pembangunanpertanian

adalah memperbaiki/meningkatkanproduktivitas lahan kritis, sehingga

produksitanaman pangan (padi, jagung, dan kedelai)dan tanaman lainnya dapat

ditingkatkan danketergantungan impor komoditas terutamatanaman pangan secara

9
bertahap dapatdikurangi (Rachman et al. 2006).Arsyad (2000) mengemukakan

bahwa konseppenggunaan pembenah tanah untukmerehabilitasi lahan terdegradasi

adalah: (1)pemantapan agregat tanah guna mencegaherosi dan pencemaran, (2)

merubah sifathydrophobic atau hydrophilic, sehinggamampu meningkatkan

kapasitas tanahmenahan air (water holding capacity), (3)meningkatkan kapasitas

tukar kation (KTK),sehingga unsur hara dalam tanah tidakmudah tercuci dan

dapat diserap akartanaman.

C. Pupuk Bokashi

Bokashi adalah jenis pupuk organik merupakan bahan organik yang telah

difermentasikan dengan EM4. Bokashi dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan

biologi tanah (Edison, 2000). Secara biologis dapat mengaktifkan mikroorganisme

tanah yang berperan dalam transformasi unsur sehingga dapat meningkatkan

ketersediaan hara tanaman (Zahrah, 2012). Soleh (2005) dalam Zahrah (2012)

menyatakan bahwa pupuk bokashi mengandung mikroorganisme bermanfaat yang

merupakan bagian integral dari tanah, mampu menyediakan hara tanaman melalui

proses daur ulang serta membentuk struktur tanah yang sesuai untuk pertumbuhan

tanaman. Bokashi mengandung mikroorganisme tanah efektif mempercepat

proses dekomposisi bahan organik dalam tanah, sehingga dapat meningkatkan

ketersediaan unsur hara N, P, dan K bagi tanaman (Wididana, 1998). Jika

ketersediaan dan serapan hara lebih baik tentu akan memberikan pertumbuhan

yang lebih baik serta menghasilkan produksi yang lebih tinggi seperti apa yang

diharapkan (Zahrah, 2012).

D. Pupuk NPK Majemuk

10
Pupuk majemuk merupakan pupuk campuran yang umumnya mengandung

lebih dari satu macam unsur hara tanaman (makro maupun mikro) terutama N, P,

dan K (Rosmarkam dan Yuwono, 2002). Kelebihan pupuk NPK yaitu dengan satu

kali pemberian pupuk dapat mencakup beberapa unsur sehingga lebih efisien

dalam penggunaan bila dibandingkan dengan pupuk tunggal (Hardjowigeno,

2003).

Pupuk majemuk merupakan pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur

hara, misalnya pupuk NP, NK, PK, NPK ataupun NPKMg. Pupuk ini

mengandung unsur hara makro dan mikro dengan kata lain pupuk majemuk

lengkap bisa disebut sebagai pupuk NPK atau Compound Fertilizer. Pupuk

majemuk NPK adalah pupuk anorganik atau pupuk buatan yang dihasilkan dari

pabrik-pabrik pembuat pupuk, yang mana pupuk tersebut mengandung unsur-

unsur hara atau zat-zat makanan yang diperlukan tanaman (Sutejo, 2002).

Kandungan unsur hara dalam pupuk majemuk dinyatakan dalam tiga angka yang

berturut-turut menunjukkan kadar N, P2O5, dan K2O (Hardjowigeno, 2003).

Salah satu cara dalam memperbaiki kondisi tanah adalah dengan

menambahkan pembenah tanah. Bahan pembenah tanah (soil conditioner) adalah

bahan-bahan alami yang dapat memperbaiki sifat-sifat tanah, sehingga dapat

mendukung pertumbuhan tanaman (Sutono dan Abdurachman, 1997 dalam

Masduqi et al., 2012). Bahan yang berasal dari tanaman dapat digunakan sebagai

pembenah tanah alami. Banyak tanaman yang dapat digunakan sebagai pembenah

tanah khususnya tanaman air (Masduqi et al., 2012). Menurut Pratama (2011),

tumbuhan akuatik memiliki daya retensi air yang tinggi sehingga berpengaruh

terhadap penahanan air di dalam tanah. Pembenah tanah dapat memperbaiki

11
struktur tanah, sehingga air akan dapat tertahan lebih lama di dalam tanah.

Hickman and Whitney (1990) dalam Masduqi et al. (2012) menjelaskan bahwa

pembenah tanah akan menghalangi evaporasi pada tanah, sehingga tanaman tidak

akan banyak kehilangan air, serta mempengaruhi kapasitas lapang dan

pertumbuhan tanaman.

12
III. METODE PRAKTIKUM

A. Tempat dan Waktu

Praktikum Perlakuan Bahan Organik Sebagai Pembenah Tanah Dan

Pemupukan Pada Lahan Marginal dilaksanakan di laboratorium agrohorti 2

Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman danscreen house pada hari

Kamistanggal 12 Oktober 2017 pukul 09.30 WIB.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan yaitu tanah pasir, pupuk bokasi, pupuk NPK, air, dan

benih kacang panjang. Sedangkan alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu

polybag, screen house, tali rafia, timbangan, ember, label, penggaris, lembar

pengamatan dan alat tulis.

C. Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilaksanakan dalam praktikum ini yaitu:

1. Alat dan bahan disiapkan

2. Tanah ditimbang sebanyak 5kg, kemudian tanah dimasukkan kedalam

polybag

3. Perlakuan bokasi diberikan setiap 3 polibag dengan tarap dosis perlakuan

masing-masing 100% dan 50%

4. Benih ditanam pada polibag masing-masing sebanyak 3 benih

5. Setiap polibag dilakukan penyiraman setiap satukali dalam sehari

13
6. Destruksi dilakukan 5 hari setelah tanam dengan menyisakan satu tanaman

per polibag

7. Pengamatan dilakukan setiap 7(tujuh) hari sekali dengan variabel tanaman

tinggi tanaman dan jumlah daun

8. Pemupukan dilakukan 10 hari dan 20 hari setelah tanam sesuai dengan dosis

yang sudah ditentukan

9. Destruksi ke 2 dilakukan pada 30 hari setelah tanam dengan variabel

pengamatan tinggi tanaman, jumlah daun, bobot basah tajuk, bobot basah

akar, panjang akar dan bobot kering tanaman.

Perhitungan

1. Tanah Pasir Pantai

V tanah = L. Permukaan ploybag x kedalaman akar

=𝜋𝑟 2 x 15cm

= [3,14 x (12,5cm)2]x 15cm

= 7359,375

Bobot tanah/Polybag = Vol. Tanah x BJ Pasir

= 7359,375cm3x1,691 cm3

= 11775gram

= 11,775kg

 5kg/polybag

2. Bahan Organik/Polybag

[𝐶𝐻−𝐶𝑇] 1
BO = x BT x
100 𝐶𝐵𝑂

(2,5−0,57) 1
= x 5000 x
100 0,2

14
= 482,5 gram

= 500 gram

3. Pupuk NPK
1
PP = (KH – KT) x Vol tanah x BJ Pasir x 𝐾𝑃

1
= (0,21- 0,065) x (7359,375 x 1,6 x 16

= 0,1069kg

= 106,8 gram

Kebutuhan Pupuk/Polybag

11,78𝑘𝑔 106,8
=
5𝑘𝑔 𝑥

x = 45/4

= 11,25 gram

4. Penyiraman

ETcrop = ET0 x Kc

= 4mm x 1,17

= 4,68mm/tanaman

Air yang dibutuhkan= Etcrop x L. Permukaan polybag

= 4,68 x 3,14 x (12,5)2

= 229,6 cm3

= 0,2 liter/polybag

=200 ml/polybag

15
D. Rancangan Percobaan

I B0P0 B1P0 B2P0 B0P1 B1P1 B2P1 B0P2 B1P2 B2P2

II B1P1 B2P1 B0P1 B2P2 B0P2 B1P2 B1P0 B2P0 B0P0

III B2P2 B0P2 B1P2 B1P0 B2P0 B0P0 B2P1 B0P1 B1P1

16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 1.1. Hasil sidik ragam perlakuan bokhasi dan pupuk NPK majemuk
terhadap pertumbuhan tanaman kacang panjang
Perlakuan
No Variabel
B P BxP
1. Tinggi tanaman Sn n n
2. Jumlah daun Sn tn tn
3. Bobot basah akar tn tn tn
4. Bobot basah tajuk N tn tn
5. Panjang akar tn sn tn
6. Bobot kering tanaman tn tn tn
Keterangan: B = pupuk bokhasi,P= pupuk NPK majemuk, BxP= kombinasi
pupukbokhasi dan pupuk NPK majemuk, Sn= sangat nyata, N =
nyata, tn = tidak nyata

Kesimpulan:

1. Perlakuan pupuk bokhasi memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap

tinggi tanaman, dan jumlah daun serta berpengaruh nyata terhadap bobot

basah tajuk. Namun, tidak berpengaruh terhadap bobot basah akar, panjang

akar, dan bobot kering tanaman.

2. Perlakuan pupuk NPK majemuk memberikan pengaruh yang sangat nyata

terhadap panjang akar. Perlakuan pupuk NPK majemuk tidak memberikan

pengaruh terhadap, bobot basah akar, jumlah daun, bobot basah tajuk dan

bobot kering tanaman. Namun, berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman.

3. Perlakuan kombinasi pupuk bokhasi dan pupuk NPK majemuk memberikan

pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Namun tidak berpengaruhnyata pada

jumlah daun, bobot basah akar, bobot basah tajuk, panjang akar, dan bobot

kering tanaman.

17
Tabel 1.2. Pengaruh perlakuan pupuk bokhasi dan pupuk NPK majemuk terhadap
pertumbuhan tanaman kacang panjang
Variabel
Perlakuan
TT JD BBT BA PA BK
B0 70,38 3,22a 3,10a 0,33 17,50 0,63
B1 131,05 5,22a 11,98a 1,44 18,78 0,97
B2 138,66 5,11a 8,20a 0,82 16,05 1,22
P0 134,72 4,66 8,33 0,82 23,68b 1,28
P1 122,33 5,00 9,12 1,16 17,74ab 0,90
P2 83,056 3,88 5,84 0,61 10,91a 0,64
B0P0 70,66a 3,00 0,50 0,19 22,60 0,60
B0P1 72,66a 3,66 2,83 0,41 16,00 0,46
B0P2 67,83a 3,00 5,99 0,39 13,90 0,83
B1P0 161,50b 5,33 14,00 1,56 25,46 1,63
B1P1 110,00ab 5,00 12,41 1,53 19,90 0,67
B1P2 121,66ab 5,33 9,52 1,22 11,00 0,63
B2P0 172,00b 5,66 10,50 0,70 23,00 1,63
B2P1 184,33b 6,33 12,11 1,55 17,33 1,56
B2P2 59,67a 3,33 2,00 0,22 7,83 0,46
Keterangan : Angka yang diikuti huruf kecil (a,b,ab) yang berbeda pada kolom
dan perlakuan yang sama menunjukkan adanya perbedaan yang
nyata setelah diuji menggunakan DMRT (α= 0,05). TT = Tinggi
tanaman, JD = Jumlah daun, BBT = Bobot basah tajuk, BA = bobot
akar, PA = Panjang akar dan BK = Bobot kering tanaman.

B. Pembahasan

Salah satu upaya untuk meningkatkankualitas lahan yang telah terdegradasi

adalahpenggunaan pembenah tanah dikombinasidengan teknik konservasi tanah

dan air,pengelolaan bahan organik, sistempemupukan berimbang spesifik

lokasiberdasarkan hasil uji tanah dan kebutuhantanaman. Manfaat langsung

penggunaanpembenah tanah bagi pembangunanpertanian adalah

memperbaiki/meningkatkanproduktivitas lahan kritis, sehingga produksitanaman

pangan dan tanaman lainnya dapat ditingkatkan danketergantungan impor

18
komoditas terutamatanaman pangan secara bertahap dapatdikurangi (Prihatini et

al. 1987).

Arsyad (2000) mengemukakan bahwa konseppenggunaan pembenah tanah

untukmerehabilitasi lahan terdegradasi adalah: (1)pemantapan agregat tanah guna

mencegaherosi dan pencemaran, (2) merubah sifathydrophobic atau hydrophilic,

sehinggamampu meningkatkan kapasitas tanahmenahan air (water holding

capacity), (3)meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK),sehingga unsur hara

dalam tanah tidakmudah tercuci dan dapat diserap akartanaman.

Salah satu usaha mengatasi keterbatasan lahan pertanian adalah

menggunakan lahan alternatif yang berupa lahan pasir pantai.Lahan pasir pantai

merupakan tanah yang didominasi oleh fraksi pasir dengan klas tekstur pasiran.

Tanah pasir memiliki kandungan bahan organik dan kalsium yang sangat rendah,

aerasi baik, mudah diolah, dan daya memegang air rendah (Rajiman et al., 2008).

Tanah pasir pantai memiliki KPK sangat rendah, bahan organik sangat rendah, C-

organik sangat rendah, N dan K rendah, P-tersedia sedang, dan P total sangat

tinggi (Rajiman et al., 2008) dan daya hantar listrik sangat rendah (Kertonegoro,

2000).Lahan pasir merupakan salah satu asset yang diharapkan dapat

dikembangkan menjadi lahan pertanian yang produktif. Lahan pasir pantai

memiliki keunggulan, yaitu : a) luas, b) permukaan datar, c) Bebas banjir, d) sinar

matahari melimpah, e) Air tanah dangkal, f) pH tanah dan air netral dan g)

pengolahan lahan mudah.

Pengelolaan lahan pasir pantai belum dapat berjalan secara optimal. Hal ini

disebabkan lahan pasir pantai memiliki kualitas tanah yang rendah

untukmendukung pertumbuhan tanaman. Kualitas tanah yang rendah akibat dari

19
struktur tanah lepas-lepas, kemampuan memegang air rendah, infiltrasi dan

evaporasi yang tinggi, kesuburan rendah, bahan organik sangat rendah, suhu

tinggi dan angin kencang bergaram (Kertonegoro, 2000) dan infiltrasi tinggi

(Budiyanto, 2001).

Kunci perbaikan lahan pasir adalah penambahan pembenah tanah.Bahan

pembenah tanah merupakan bahan-bahan sintetis atau alami yang berpotensi

untuk memperbaiki sifat fisika dan kimia tanah. Tujuan penggunaan bahan

pembenah tanah adalah : 1. Memperbaiki agregat tanah, 2. Meningkatkan

kapasitas tanah menahan air (water holding capacity), 3. Meningkatkan kapasitas

pertukaran kation (KPK) tanah dan 4.Memperbaiki ketersediaan unsur hara

tertentu. Pemanfaatan pembenah tanah harus memprioritaskan pada bahan-bahan

yang murah, bersifat insitu, dan terbarukan.

Perlakuan bahan organik sebagai pembenah dan pemupukan pada tanah

pasir pantai ini dilakukan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah pasir sehingga dapat

menjadi media yang optimal bagi pertumbuhan tanaman. Jenis pembenah tanah

yang digunakan pada praktikum ini yaitu bokashi. Bokashi mengandung

mikroorganisme tanah efektif mempercepat proses dekomposisi bahan organik

dalam tanah, sehingga dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara N, P, dan K

bagi tanaman (Wididana, 1998). Sedangkan perlakukan pupuk yang digunakan

pada praktikum ini yaitu pupuk NPK majemuk. Berpengaruh atau tidaknya kedua

perlakuan terhadap pertumbuhan tanaman dapat diketahui dengan melakukan

pengamatan terhadap beberapa variabel tanaman yang meliputi tinggi tanaman,

jumlah daun, bobot basah tajuk, bobot akar, panjang akar, dan bobot kering

tanaman.

20
Perlakuan yang diberikan dalam praktikum yaitu terdiri dari perlakuan

pupuk bokashi, pupuk NPK majemuk, serta kombinasi antara bokashi dan pupuk

NPK majemuk. Langkah yang pertama dilakukan yaitu menimbang tanah pasir

sebanyak 5kg, kemudian tanah dimasukkan kedalam polybag.

Gambar 1.1. Penimbangan tanah pasir Gambar 1.2. Pupuk bokashi dan
pupuk yang digunakan untuk pemupukan

Perlakuan bokasi diberikan setiap 3 polibag dengan tarap dosis perlakuan masing-

masing 100% dan 50%. Sehingga diperoleh perlakuan B0P0, B1P0, B2P0, B0P1, B1P1,

B2P1, B0P2, B1P2, B2P2dan dilakukan ulangan sebanyak 3 kali. Rancangan yang

digunakan yaitu RAK.

Berdasarkan hasil analisis ragam (ANOVA) tinggi tanaman, menunjukkan

bahwa perlakuan bokashi sebagai pembenah tanah memiliki pengaruh yang sangat

nyata terhadap tinggi tanaman. Hal ini dikarenakan bahan pembenah tanah (soil

conditioner) adalah material-material yang ditambahkan kedalam tanah.

Pembenah tanah mampu memperbaiki struktur tanah, mengubah kapasitas tanah

menahan dan melalukan air, sehingga dapat mendukung pertumbuhan tanaman

(Masduki, et al., 2012). Dengan demikian bokhasi tentunya akan membantu tanah

dalam menyediakan hara dan memperbaiki struktur tanah. Menurut Zahrah

(2012), jika ketersediaan dan serapan hara lebih baik tentu akan memberikan

pertumbuhan yang lebih baik serta menghasilkan produksi yang lebih tinggi

seperti apa yang diharapkan.

21
Hasil analisis ragam pada perlakuan pupuk NPK majemuk dan kombinasi

antara pupuk bokhasi dan pupuk NPK majemuk memberikan pengaruh nyata

terhadap tinggi tanaman. Hal ini dapat dikarenakan pemberian bokashi yang

mengandung mikroorganisme tanah efektif mempercepat proses dekomposisi

bahan organik dalam tanah, sehingga dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara

N, P, dan K bagi tanaman, dengan demikian tentunya dapat memacu pertumbuhan

daun pada tanaman kacang panjang. Selain itu, pupuk NPK majemuk juga

membantu dalam memenuhi kebuthan hara bagi tanaman. Perlakuan kombinasi

antara pupuk dan bokhasi tentunya akan memberikan media yang optimal bagi

pertumbuhan tanaman. Menurut Kriswantoro et al. (2016), perlakuan pupuk NPK

memberikan yang sangat nyata terhadap semua peubah yang diamati, meliputi

salah satunya tinggi tanaman.

Hasil analisis ragam kemudian diuji lanjut dengan uji Duncan’s Multiple

Range Test (DMRT) dan menunjukkan bahwa dosis bokashi 50% dan 100%

memberikan pengaruh yang berbeda nyata dengan kontrol.Perlakuan pupuk NPK

majemuk P2 menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata dengan kontrol,

sedangkan P1 tidak berbeda nyata dengan kontrol. Sedangkan hasil analisis uji

lanjut dengan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada perlakuan

kombinasi bokashi dan NPK majemuk menunjukkan perlakuan B2P0, B1P0,

B2P1 menunjukan pengaruh yang berbeda nyata dengan kontrol, sedangkan

perlakuan B1P2, B1P1,B2P2,B0P1,B0P2 tidak memberikan pengaruh yang nyata

dengan kontrol.Menurut Zahrah (2012), secara biologis pupuk bokashi dapat

meningkatkan aktifitas mikrorganisme tanah. Mikroorganisme yang

menguntungkan dan senyawa organik lainnya yang terdapat dalam pupuk bokashi

22
dapat meningkatkan keanekaragaman serta aktivitas mikroba dalam tanah

sehingga akan mampu meningkatkan ketersediaan unsur hara dan menunjang

pertumbuhan tanaman. Salah satunya yakni pertumbuhan panjang akar tanaman

kacang panjang.

Berdasarkan hasil analisis ragam (ANOVA) jumlah daun, menunjukkan

bahwa perlakuan bokashi memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap

jumlah daun. Hasil analisis ragam kemudian diuji lanjut dengan uji Duncan’s

Multiple Range Test (DMRT) dan menunjukkan bahwa perlakuan bokashi B1 dan

B2 memberikan pengaruh yang berbeda nyata dengan kontrol. Perlakuan B1

merupakan perlakuan yang memberikan hasil terbaik. Made et al. (2015)

menjelaskan bahwa hasil sidik ragam jumlah daun pada tanaman menunjukkan

perlakuan bokashi memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap jumlah daun

tanaman.Berbeda dengan perlakuan pupuk NPK majemuk serta kombinasi

perlakuan antara pupuk NPK majemuk dengan bokhasi memberikan pengaruh

yang tidak nyata terhadap jumlah daun. Sehingga untuk tanaman yang

dimanfaatkan daunnya, perlakuan ini kurang cocok untuk digunakan.

Berdasarkan analisis ragam (ANOVA) bobot basah tajuk, menunjukkan

bahwa perlakuan bokashi memiliki pengaruh yang nyata terhadap bobot basah

tajuk. Hal ini dikarenakan bokhasi dapat membantu dalam serapan unsur hara

dalam tenah, memperbaiki struktur serta membantu dalam meningkatakan

aktivitas mikrooarganime dalam tanah sehingga pertumbuhan tanaman dapat

membantu pertumbuhan tanaman. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Zahrah

(2012), bahwa secara biologis pupuk bokashi dapat meningkatkan aktifitas

mikrorganisme tanah. Mikroorganisme yang menguntungkan dan senyawa

23
organik lainnya yang terdapat dalam pupuk bokashi dapat meningkatkan

keanekaragaman serta aktivitas mikroba dalam tanah sehingga akan mampu

meningkatkan ketersediaan unsur hara dan menunjang pertumbuhan tanaman.

Hasil analisis ragam kemudian diuji lanjut dengan uji Duncan’s Multiple Range

Test (DMRT) dan menunjukkan bahwa perlakuan B1 berbeda nyata dengan

kontrol sedangkan B2 tidak berbeda nyata dengan kontrol, dan B1 merupakan

perlakuan yang membrikan hasil terbaik. Sedangkan perlakuan pemberian pupuk

NPK majemuk dan kombinasi pupuk NPK dan bokashi memiliki pengaruh yang

tidak nyata terhadap bobot basah tajuk.Hal ini dapat dikarenakan kombinasi

antara bokhasi dan NPK majemuk belum dapat memberikan input yang baik bagi

tanaman.

Berdasarkan analisis ragam (ANOVA) bobot basah akar, menunjukkan

bahwa semua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap bobot basah akar. Hal

ini disebabkan karena adanya kemungkinan faktor didalam tanah pasir yang

belum begitu optimal sehingga pertumbuhan akar tidak begitu baik. Selain itu,

dapat disebabkan pula karena tempat (polibag) pertumbuhan akar tanaman jagung

yang terbatas sehingga pertumbuhan akarpun terbatas. Ketersediaan air pada

tanah juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman serta pertumbuhan (bobot) akar,

hal ini dinyatakan oleh Masduki et.al (2012), pertumbuhan tanaman berbanding

lurus dengan jumlah air yang tersedia, sampai batas tertentu. Besarnya air yang

diserap oleh akar sangat tergantung pada kandungan air tanah. Dengan demikian

penerapan terbaik yang dapat dilakukan pada variabel bobot akar tanaman jagung

ialah tanpa pemberian pupuk.

24
Berdasarkan analisis ragam (ANOVA) panjang akar, menunjukkan bahwa

perlakuan bokashi dan kombinasi pupuk NPK majemuk dengan bokashi

memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap panjang akar. Namun, perlakuan

pupuk NPK majemuk memberkan pengaruh yang sangat nyata terhadap panjang

akar. Hal ini dikarenakan adanya pengaruh pemberian bokhasi dapat berpengaruh

terhadap pertumbuhan dan ruang gerak akar. Sedangkan menurut Cahyono et al.

(2014), dengan pemberian pupuk NPK dalam jumlah yang cukup dan tersedia

bagi tanaman akan memperlihatkan pertumbuhan tanaman yang lebih baik. salah

satunya yakni pertumbuhan panjang akar tanaman. Hasil analisis ragam pupuk

NPK majemuk kemudian diuji lanjut dengan uji Duncan’s Multiple Range Test

(DMRT) dan menunjukkan bahwa perlakuan P2 berbeda nyata dengan kontrol,

sedangkan P1 tidak berbeda nyata dengan kontrol namun memberikan hasil yang

lebih tinggi dibandikan dengan perlakuan P2.

Berdasarkan analisis ragam (ANOVA) bobot kering tanaman, menunjukkan

bahwa perlakuan bokashi, pupuk NPK majemuk, dan kombinasi antara keduanya

tidak memerikan pengaruh yang nyata. Hal ini mungkin saja terjadi karena rata-

rata bobot basah tajuk dan akar juga tidak berbeda nyata dengan perlakuan

kontrol. Bobot basah tajuk dan akar sendiri memiliki massa yang sama jika

kandungan air didalam tanaman hilang. Karena itu, bobot kering tanaman tidak

berbeda nyata baik dari perlakuan bokashi, pupuk NPK majemuk, maupun

kombinasi antara keduanya.

25
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum perlakuan bahan oranik sebagai pembenah tanah

dan pemupukan pada lahan marginal yang telah dilakukan ialah sebagai berikut :

1. Pemberian pembenah tanah pada lahan marginal pasir dapat dilakukan

dengan memberikan bokhasi dengan dosis tertentu yang diberikan secara

merata (diaduk) pada tanah pasir sebelum tanaman ditanam.

2. Pemberian pupuk NPK majemuk pada lahan marginal pasir dapat

memberikan unsur hara dengan dosis tertentu. Pemberian pupuk dengan dosis

tertentu diberikan secara seimbang didekat perakaran tanaman kacang

panjang.

3. Pemberian bokhasi berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman dan

jumlah daun, memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot basah tajuk,

dan memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap bobot basah akar,

panjang akar, dan bobot kering tanaman. Pemberian pupuk NPK majemuk

berpengaruh sangat nyata pada panjang akar, berpengaruh nyata terhadap

tinggi tanaman, dan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun, bobot

basah akar, bobot basah tajuk, serta bobot kering tanaman. Sedangkan

pemberian kombinasi antara bokhasi dan pupuk NPK majemuk berpengaruh

nyata terhadap tinggi tanaman, sedangkan perlakuan lain tidak berpengaruh

nyata.

B. Saran

26
Sebaiknya praktikan lebih rajin dan teliti dalam merawat tanaman sehingga

dapat memperoleh hasil yang baik dan akurat.

27
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah danAir. Penerbit. IPB. Bogor.


Budiyanto.G, 2001. Pemanfaatan Campuran Lempung dan Blotong dalam
Memperbaiki Sifat Tanah Pasir Pantai Selatan Yogyakarta. J. agyUMY.Vol9
No. (1) : 1-12.
Cahyono,E.O., Ardian, dan F. Silvina. 2014. Pengaruh Pemberian Beberapa
Dosis Pupuk Npk Terhadap Pertumbuhan Berbagai Sumber Tunas Tanaman
Nanas (Ananas Comosus (L) Merr) yang Ditanam Antara Tanaman Sawit
Belum Menghasilkan Di Lahan Gambut. Jom Faperta. Vol 1 No. (2) : 1-12.
Dariah, A., Sutono, dan N.L. Nurida. 2010. Penggunaan pembenah tanah organik
dan mineral untuk perbaikan kualitas tanah Typic Kanhapludults, Taman
Bogo,Lampung. Jurnal Tanah dan Iklim. No. 3.

Edison, A. 2000. Pengaruh Pemberian Bokashi dan GA3 terhadap Pertumbuhan


dan Produksi Tanaman Semangka. SKRIPSI. Fakultas Pertanian Universitas
Islam Riau, Pekanbaru.

Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.

Haryanto, Eko, 2007. Teknik Cara Bertanam Kacang Panjang. Semarang: Intan
Persada.

Hutapea, J.R., 1994, Inventaris Tanaman Obat Indonesia (III), Badan


Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Jakarta.

Kertonegoro, B. D. 2000. Marling a Regosol of Central Java and Its Effect on


Maize Crop Performance. TESIS PhD in Soil Science. Faculty of
Agriculture, Universiti Putra Malysia. (Unpublish).

Made, U., et al. 2015. Pengaruh pemberian berbagai jenis bokashi terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis (Zea mays Saccarata). Jurnal
Agrotekbis. Vol 3 No (5): 592-601.

Masduqi, A.F. A.F., M. Izzati, dan E. Saptiningsih. 2012. Pengaruh penambahan


pembenah tanah dari Pistia stratiotes L. dan Ceratophyllum demersum L.
pada tanah pasir dan liat terhadap kapasitas lapang dan pertumbuhan kacang
hijau (Vigna radiata L.). Jurnal Anatomi Fisiologi. Vol 12 No (1): 56-67.

28
Muhammad, H, S. Sabiham, A. Rachim dan H. Adijuwana. 2003. Pengaruh
Pemberian sulfur dan blotong terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang
Merah pad Tanah Incepstisol. J. Hort. Vol 13 No. (2):95-104.

Pratama, R. 2011. Kandungan Hara Makronutrien pada Beberapa Tumbuhan


Akuatik dan Potensinya sebagai Material Pembenah Tanah (Soil conditiner).
SKRIPSI. Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Diponegoro,
Semarang

Prihatini, T., S. Moersidi, dan A. Hamid.1987. Pengaruh zeolit terhadap


sifatTanah dan Hasil Tanaman. PemberitaanPenelitian Tanah dan Pupuk.
No. 7:5-8.Pusat Penelitian Tanah. Badan Litbang Pertanian. Departeme
Pertanian.

Rachman, A., Ai Dariah, dan Djoko Santoso. 2006. Pupuk hijau.


DalamSimanungkali, R. D. M., Didi ArdiSuriadikarta, Rasti Saraswati,
DiahSetyoribi, dan Wiwik Hartatik (Editor). Pupuk Organik dan Pupuk
Hayati.Halaman 41-57. Balai Besar SumberdayaLahan Pertanian. Badan
LitbangPertanian, Departemen Pertanian.

Rajiman, Yudono, P., Sulistyaningsih, E. dan Hanudin, E., 2008. Pengaruh


Pembenah Tanah Terhadap Sifat Fisika Dan Hasil Bawang Merah Pada
Lahan Pasir Pantai Bugel. Jurnal Agrin. Vol 12 No. (1): 67-77.

Rajiman. 2014. Pengaruh Bahan Pembenah Tanah Di Lahan Pasir Pantai


Terhadap Kualitas Tanah. Prosiding Seminar Nasional Lahan. 147-154

Rosmarkam, A. dan Yuwono, N.W. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius.


Yogyakarta.

Rukmana, R. 2005. Rumput Unggul Hijauan Makanan Ternak. Kanisius.


Yogyakarta.

Sutanto, R. 2002. Pertanian Organik Menuju Pertanian Alternatif dan.


Berkelanjutan. Penerbit Kanisius.

Sutejo, M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.

Tala’ohu, S. H. Dan M. Al-Jabri. 2008. Mengatasi Degradasi Lahan Melalui


Aplikasi Pembenah Tanah (Kajian Persepsi Petani Di Kabupaten Malang,
Provinsi Jawa Timur). Jurnal Zeolit Indonesia.Vol. 7 No. 1.

29
Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Budidaya Kopi. CV. Nuansa Aulia.
Bandung.

Wididana, G.N. 1998. Bercocok Tanam Padi dengan Teknologi EM4. Departemen
Kehutanan, Jakarta.

Williams, dkk. 1993. Produksi Sayuran di Daerah Tropika. Gajah Mada.


University Press. Yogyakarta.

Zahrah, S. 2012. Aplikasi Pupuk Bokashi dan NPK Organik pada Tanah Ultisol
untuk Tanaman Padi sawah Dengan Sistem SRI (System of Rice
Intensification). Jurnal Ilmu Lingkungan. Vol 5 No. (2): 114-129.

30
LAMPIRAN

1. Data Pengamatan Tinggi Tanaman

Tinggi
Bokasi NPK Blok
Tanaman
B0 P0 1 11
B0 P1 1 117
B0 P2 1 63
B1 P0 1 100
B1 P1 1 166
B1 P2 1 153
B2 P0 1 187
B2 P1 1 167
B2 P2 1 72
B0 P0 2 137
B0 P1 2 90
B0 P2 2 68,5
B1 P0 2 220
B1 P1 2 117
B1 P2 2 159
B2 P0 2 205
B2 P1 2 213
B2 P2 2 76
B0 P0 3 64
B0 P1 3 11
B0 P2 3 72
B1 P0 3 164,5
B1 P1 3 47
B1 P2 3 53
B2 P0 3 124
B2 P1 3 173
B2 P1 3 31

31
Average of
Tinggi
Tanaman NPK
Bokasi P0 P1 P2 Grand Total
B0 70,66666667 72,66666667 67,83333333 70,38888889
B1 161,5 110 121,6666667 131,0555556
B2 172 146 74 138,6666667
Grand Total 134,7222222 113,2 89,5625 113,3703704

Tabel ANOVA

L.S.D. L.S.D.
EFFECT SS DF MS F ProbF Sign. S.E.M. S.E.D. (0.05) (0.01)
Blok 16602,90741 2 8301,453704 5,296174842 0,017175372 *
Bokasi 25200,68519 2 12600,34259 8,038786919 0,003831314 ** 13,19698319 18,6633526 39,56454009 54,5115773
NPK 13097,01852 2 6548,509259 4,177828514 0,034686547 * 13,19698319 18,6633526 39,56454009 54,5115773
Bokasi x NPK 19626,09259 4 4906,523148 3,130271563 0,04425979 * 22,85784539 32,32587495 68,52779361 94,41682149
Residual 25079,09259 16 1567,443287
Total 99605,7963 26 3830,992165
C.V. (%) =
34.9217784420558
Kesimpulan: F hitung > F tabel, sehingga perlakuan yang diberikan menunjukan pengaruh yang nyata

32
Tabel Uji Lanjut NPK

MULTIPLE COMPARISON TEST


Procedure: Duncan's multiple range test (p= 0.05)
S.E.M.: 13.1969831865596; DF: 16
Critical range; 0; 39.591; 41.57

1 134,7222222 A
2 113,2 Ab
3 89,5625 B

kesimpulan: perlakuan P2 menunjukan pengaruh yang berbeda nyata dengan kontrol, sedangkan perlakuan P1 tidak berbeda nyata
dengan kontrol

Tabel Uji Lanjut Bokasi x NPK

MULTIPLE COMPARISON TEST


Procedure: Duncan's multiple range test (p= 0.05)
S.E.M.: 13.1969831865596; DF: 16
Critical range; 0; 39.591; 41.57

3 138,6666667 A
2 131,0555556 A
1 70,38888889 B
kesimpulan: perlakuan pupuk Bokasi B1 dan B2 memberikan pengaruh yang berbeda nyata dengan kontrol, dan perlakuan B1
merupakan perlakuan yang terbaik.

33
MULTIPLE COMPARISON TEST
Procedure: Duncan's multiple range test (p= 0.05)
S.E.M.: 22.8578453857535; DF: 16
Critical range; 0; 68.574; 72.002; 73.831; 75.431; 76.345; 77.031; 77.488; 77.945

7 172 a
4 161,5 a
8 146 ab
6 121,6666667 abc
5 110 abc
9 74 bc
2 72,66666667 bc
1 70,66666667 bc
3 67,83333333 c

kesimpulan: perlakuan B2P0, B1P0, B2P1 menunjukan pengaruh yang berbeda nyata dengan kontrol, sedangkan perlakuan B1P2,
B1P1,B2P2,B0P1,B0P2 tidak memberikan pengaruh yang nyata dengan kontrol

34
2. Data Pengamatan Jumlah daun

Jumlah
Bokasi NPK Blok
Daun
B0 P0 1 2
B0 P1 1 4
B0 P2 1 2
B1 P0 1 4
B1 P1 1 6
B1 P2 1 8
B2 P0 1 6
B2 P1 1 6
B2 P2 1 4
B0 P0 2 4
B0 P1 2 5
B0 P2 2 4
B1 P0 2 6
B1 P1 2 6
B1 P2 2 5
B2 P0 2 6
B2 P1 2 7
B2 P2 2 4
B0 P0 3 3
B0 P1 3 2
B0 P2 3 3
B1 P0 3 6
B1 P1 3 3
B1 P2 3 3
B2 P0 3 5
B2 P1 3 6
B2 P2 3 2

35
ANALYSIS OF VARIANCE
VARIABLE: Jumlah Daun

Average of
Jumlah Daun NPK
Bokasi P0 P1 P2 Grand Total
B0 3 3,666666667 3 3,222222222
B1 5,333333333 5 5,333333333 5,222222222
B2 5,666666667 6,333333333 3,333333333 5,111111111
Grand Total 4,666666667 5 3,888888889 4,518518519

ANOVA TABLE

L.S.D. L.S.D.
EFFECT SS DF MS F ProbF Sign. S.E.M. S.E.D. (0.05) (0.01)
Blok 11,18518519 2 5,592592593 3,922077922 0,041105908 *
Bokasi 22,74074074 2 11,37037037 7,974025974 0,003957353 ** 0,398040468 0,562914228 1,193324855 1,644149532
NPK 5,851851852 2 2,925925926 2,051948052 0,160960018 0,398040468 0,562914228 1,193324855 1,644149532
Bokasi x NPK 10,14814815 4 2,537037037 1,779220779 0,182376246 0,689426314 0,974996043 2,066899278 2,847750524
Residual 22,81481481 16 1,425925926
Total 72,74074074 26 2,797720798
C.V. (%) =
26.427276959268
kesimpulan: F hitung Bokasi > F tabek, sehingga perlakuan bokasi memberikan pengaruh yang berbeda nyata.

36
MULTIPLE COMPARISON TEST
Procedure: Duncan's multiple range test (p= 0.05)
S.E.M.: 0.398040467781568; DF: 16
Critical range; 0; 1.194; 1.254

2 5,222222222 a
3 5,111111111 a
1 3,222222222 b

kesimpulan: perlakuan pupuk bokasi B1 dan B2 memberikan pengaruh yang berbeda nyata dengan kontrol, dan B1 merupakan
perlakuan yang memberikan hasil terbaik

37
3. Data Pengamatan Panjang Akar

Panjang
Bokasi NPK Blok
Akar
B0 P0 1 10,7
B0 P1 1 24,5
B0 P2 1 8,5
B1 P0 1 18,4
B1 P1 1 26,7
B1 P2 1 9
B2 P0 1 26,5
B2 P1 1 8,5
B2 P2 1 6
B0 P0 2 27,6
B0 P1 2 15,5
B0 P2 2 12,2
B1 P0 2 31
B1 P1 2 19
B1 P2 2 15,5
B2 P0 2 25,5
B2 P1 2 19
B2 P2 2 6,5
B0 P0 3 29,5
B0 P1 3 8
B0 P2 3 21
B1 P0 3 27
B1 P1 3 14
B1 P2 3 8,5
B2 P0 3 17
B2 P1 3 24,5
B2 P2 3 11

38
ANALYSIS OF VARIANCE
VARIABLE: Panjang Akar

Average of
Panjang Akar NPK
Bokasi P0 P1 P2 Grand Total
B0 22,6 16 13,9 17,5
B1 25,46666667 19,9 11 18,78888889
B2 23 17,33333333 7,833333333 16,05555556
Grand Total 23,68888889 17,74444444 10,91111111 17,44814815

ANOVA TABLE

L.S.D. L.S.D.
EFFECT SS DF MS F ProbF Sign. S.E.M. S.E.D. (0.05) (0.01)
Blok 62,50296296 2 31,25148148 0,651261603 0,53466818
Bokasi 33,6562963 2 16,82814815 0,35068823 0,709482582 2,309065824 3,265512205 6,922576627 9,537848035
NPK 735,9074074 2 367,9537037 7,667928286 0,004619844 ** 2,309065824 3,265512205 6,922576627 9,537848035
Bokasi x NPK 59,6237037 4 14,90592593 0,310630305 0,866653284 3,999419325 5,656033051 11,99025444 16,52003739
Residual 767,777037 16 47,98606481
Total 1659,467407 26 63,82566952
C.V. (%) =
39.7016199833428
kesimpulan: F hitung NPK > F tabel, sehingga perlakuan NPK memberikan pengaruh yang sangat berbeda nyata.

39
MULTIPLE COMPARISON TEST
Procedure: Duncan's multiple range test (p= 0.05)
S.E.M.: 2.30906582396948; DF: 16
Critical range; 0; 6.927; 7.274

1 23,68888889 a
2 17,74444444 ab
3 10,91111111 b

kesimpulan: perlakuan P2 berbeda nyata dengan kontrol, sedangkan P1 tidak berbeda nyata dengan kontrol namun memberikan hasil
yang lebih tinggi dibandikan dengan perlakuan P2

40
4. Data Bobot Basah Akar

Bobot
Bokasi NPK Blok Basah
Akar
B0 P0 1 0,09
B0 P1 1 0,54
B0 P2 1 0,79
B1 P0 1 0,66
B1 P1 1 0,37
B1 P2 1 0,42
B2 P0 1 1,01
B2 P1 1 0,22
B2 P2 1 0,22
B0 P0 2 0,3
B0 P1 2 0,4
B0 P2 2 0,2
B1 P0 2 1,53
B1 P1 2 0,59
B1 P2 2 0,74
B2 P0 2 0,59
B2 P1 2 0,73
B2 P2 2 0,25
B0 P0 3 0,2
B0 P1 3 0,3
B0 P2 3 0,2
B1 P0 3 2,5
B1 P1 3 3,65
B1 P2 3 2,5
B2 P0 3 0,5
B2 P1 3 3,7
B2 P2 3 0,2

41
ANALYSIS OF VARIANCE
VARIABLE: Bobot Basah Akar

Average of Bobot
Basah Akar NPK
Bokasi P0 P1 P2 Grand Total
B0 0,196666667 0,413333333 0,396666667 0,335555556
B1 1,563333333 1,536666667 1,22 1,44
B2 0,7 1,55 0,223333333 0,824444444
Grand Total 0,82 1,166666667 0,613333333 0,866666667
ANOVA TABLE

L.S.D. L.S.D.
EFFECT SS DF MS F ProbF Sign. S.E.M. S.E.D. (0.05) (0.01)
Blok 5,957088889 2 2,978544444 3,822901199 0,043946816 *
Bokasi 5,513155556 2 2,756577778 3,538011498 0,053416098 0,29422817 0,416101469 0,882095708 1,215341522
NPK 1,4072 2 0,7036 0,903056286 0,425017628 0,29422817 0,416101469 0,882095708 1,215341522
Bokasi x NPK 1,608644444 4 0,402161111 0,516165605 0,725004724 0,50961814 0,720708885 1,527834584 2,105033265
Residual 12,46611111 16 0,779131944
Total 26,9522 26 1,036623077
C.V. (%) =
101.848212708681
kesimpulan: F hitung bokasi > F tabel sehingga perlakuan yang diberikan berpengaruh nyata.

42
MULTIPLE COMPARISON TEST
Procedure: Duncan's multiple range test (p= 0.05)
S.E.M.: 0.2942281700473; DF: 16
Critical range; 0; 0.883; 0.927

2 1,44 a
3 0,824444444 ab
1 0,335555556 b

kesimpulan: perlakuan B1 memberikan pengaruh yang berbeda nyata dengan kontrol, sedangkan B3 tidak berbeda nyata dengan
kontrol dan B1 merupakan perlakuan yang terbaik

43
5. Data Bobot Basah Tajuk

Bobot
Bokasi NPK Blok Basah
Tajuk
B0 P0 1 0,4
B0 P1 1 5,69
B0 P2 1 13,49
B1 P0 1 7,6
B1 P1 1 2,65
B1 P2 1 2,04
B2 P0 1 12,62
B2 P1 1 1,34
B2 P2 1 1,7
B0 P0 2 0,5
B0 P1 2 0,5
B0 P2 2 4,1
B1 P0 2 16,81
B1 P1 2 11,2
B1 P2 2 8,94
B2 P0 2 14,38
B2 P1 2 17,21
B2 P2 2 4,02
B0 P0 3 0,6
B0 P1 3 2,3
B0 P2 3 0,4
B1 P0 3 17,6
B1 P1 3 23,4
B1 P2 3 17,6
B2 P0 3 4,5
B2 P1 3 17,8
B2 P2 3 0,3

44
ANALYSIS OF VARIANCE
VARIABLE: Bobot Basah Tajuk

Average of Bobot
Basah Tajuk NPK
Bokasi P0 P1 P2 Grand Total
B0 0,5 2,83 5,996666667 3,108888889
B1 14,00333333 12,41666667 9,526666667 11,98222222
B2 10,5 12,11666667 2,006666667 8,207777778
Grand Total 8,334444444 9,121111111 5,843333333 7,766296296

ANOVA TABLE

L.S.D. L.S.D.
EFFECT SS DF MS F ProbF Sign. S.E.M. S.E.D. (0.05) (0.01)
Blok 85,97716296 2 42,98858148 1,047095691 0,373806135
Bokasi 356,9434296 2 178,4717148 4,347130266 0,031059299 * 2,135807545 3,020487996 6,40314851 8,822185831
NPK 52,70491852 2 26,35245926 0,641880834 0,53932892 2,135807545 3,020487996 6,40314851 8,822185831
Bokasi x NPK 200,8376815 4 50,20942037 1,222977496 0,340020076 3,699327183 5,231638673 11,09057855 15,28047409
Residual 656,881037 16 41,05506481
Total 1353,34423 26 52,05170114
C.V. (%) =
82.5029382072007
kesimpulan: F hitung bokasi > F tabel, sehingga perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata.

45
MULTIPLE COMPARISON TEST
Procedure: Duncan's multiple range test (p= 0.05)
S.E.M.: 2.13580754477382; DF: 16
Critical range; 0; 6.407; 6.728

2 11,98222222 a
3 8,207777778 ab
1 3,108888889 b

kesimpulan: perlakuan B1 berbeda nyata dengan kontrol sedangkan B2 tidak berbeda nyata dengan kontrol, dan B1 merupakan
perlakuan yang membrikan hasil terbaik

46
6. Data Bobot Kering Tanaman

Bobot
Bokasi NPK Blok
Kering
B0 P0 1 0,7
B0 P1 1 0,8
B0 P2 1 1,7
B1 P0 1 1
B1 P1 1 0,3
B1 P2 1 0,4
B2 P0 1 1,8
B2 P1 1 0,4
B2 P2 1 0,6
B0 P0 2 0,5
B0 P1 2 0,5
B0 P2 2 0,2
B1 P0 2 2,3
B1 P1 2 1,4
B1 P2 2 1,2
B2 P0 2 2
B2 P1 2 2,5
B2 P2 2 0,5
B0 P0 3 0,6
B0 P1 3 0,1
B0 P2 3 0,6
B1 P0 3 1,6
B1 P1 3 0,3
B1 P2 3 0,3
B2 P0 3 1,1
B2 P1 3 1,8
B2 P2 3 0,3

47
VARIABLE: Bobot Kering
Average of
Bobot Kering NPK
Bokasi P0 P1 P2 Grand Total
B0 0,6 0,466666667 0,833333333 0,633333333
B1 1,633333333 0,666666667 0,633333333 0,977777778
B2 1,633333333 1,566666667 0,466666667 1,222222222
Grand Total 1,288888889 0,9 0,644444444 0,944444444

ANOVA TABLE
L.S.D. L.S.D.
EFFECT SS DF MS F ProbF Sign. S.E.M. S.E.D. (0.05) (0.01)
Blok 1,182222222 2 0,591111111 1,814925373 0,194815668
Bokasi 1,575555556 2 0,787777778 2,418763326 0,120834379 0,190232152 0,269028889 0,570315768 0,785774635
NPK 1,895555556 2 0,947777778 2,910021322 0,083582451 0,190232152 0,269028889 0,570315768 0,785774635
Bokasi x NPK 2,822222222 4 0,705555556 2,166311301 0,119470222 0,329491752 0,465971705 0,987815886 1,361001592
Residual 5,211111111 16 0,325694444
Total 12,68666667 26 0,487948718
C.V. (%) =
60.4266835350493
kesimpulan: F hitung > F tabel, sehingga perlakuan yang diberikan memberikan perngaruh yang berbeda nyata.

48
MULTIPLE COMPARISON TEST
Procedure: Duncan's multiple range test (p= 0.05)
S.E.M.: 0.329491752271305; DF: 16
Critical range; 0; 0.988; 1.038; 1.064; 1.087; 1.101; 1.11; 1.117; 1.124
4 1,633333333 a
7 1,633333333 a
8 1,566666667 ab
3 0,833333333 ab
5 0,666666667 ab
6 0,633333333 ab
1 0,6 ab
2 0,466666667 b
9 0,466666667 b

kesimpulan: perlakuan yang diikuti dengan notasi huruf yang sama menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata.

MULTIPLE COMPARISON TEST


Procedure: Duncan's multiple range test (p= 0.05)
S.E.M.: 0.1902321518696; DF: 16
Critical range; 0; 0.571; 0.599
1 1,288888889 a
2 0,9 ab
3 0,644444444 b
kesimpulan: perlakuan P2 memberikan hasil yang berbeda nyata dengan kontrol sedangkan P1 tidak berbeda nyata dengan kontrol

49
MULTIPLE COMPARISON TEST
Procedure: Duncan's multiple range test (p= 0.05)
S.E.M.: 0.1902321518696; DF: 16
Critical range; 0; 0.571; 0.599

3 1,222222222 a
2 0,977777778 a
1 0,633333333 a

kesimpulan: perlakuan yang diikuti dengan notasi huruf yang sama menunjukan hasil yang tidak berbeda.

50

Anda mungkin juga menyukai