Anda di halaman 1dari 35

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jagung (Zea mays L.) termasuk bahan pangan utama kedua setelah beras.
Jagung termasuk tanaman serealia yang biasa tumbuh hampir di seluruh dunia.
Pada beberapa daerah di Indonesia, jagung dijadikan bahan pangan utama. Selain
sebagai bahan pangan, jagung juga dikenal sebagai salah satu bahan pakan ternak
dan industri (Bakhri, 2007).

Untuk dapat tumbuh dan berproduksi optimal, tanaman jagung


memerlukan hara yang cukup selama pertumbuhannya. Karena itu, pemupukan
merupakan faktor penentu keberhasilan budidaya jagung. Dalam hal pemupukan,
kendala utama yang dihadapi petani dalam penerapan teknologi adalah tingginya
harga pupuk terutama pupuk N, P, dan K. Harga pupuk buatan terus mengalami
kenaikan, sementara harga dasar jagung cenderung stabil malah menurun terutama
pada saat panen raya (Fattah, 2010).

Jagung menghendaki tanah yang subur untuk dapat berproduksi dengan


baik. Hal ini dikarenakan tanaman jagung membutuhkan unsure hara terutaman
nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K) dalam jumlah yang banyak (Balai Besar
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2008).

Tanaman jagung membutuhkan unsur hara makro dan mikro. pada


dasarnya tanah sudah meyediakan unsur hara tersebut. dapat langsung terserdia
bagi tanaman unsur hara makro relatif lebih besar di bandingan dengan unsur hara
mikro tetapi kedua unsur hara tersebut sangat di butuhkan oleh tanaman jagung.
Komposisi cukup baik antara lain unsur N = 1,99%, P = 3,92%, K = 0,69%, S =
0,26%, Cu = 0,045% serta Fe = 0,081% (Kartini, 2000).

Sedangkan media tanam merupakan komponen utama ketika akan


bercocok tanam. Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan dengan
jenis tanaman yang ingin ditanam. Menentukan media tanam yang tepat dan
standar untuk jenis tanaman yang berbeda habitat asalnya merupakan hal yang
sulit. Hal ini dikarenakan setiap daerah memiliki kelembapan dan kecepatan angin
2

yang berbeda. Secara umum, media tanam harus dapat menjaga kelembapan
daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menahan ketersediaan
unsur hara. Untuk itu praktikum ini dilakuan karena ingin membuktikan pengaruh
media tanam bagi pertumbuhan tanaman pangan.

1.2. Tujuan

Tujuan dari praktikum Nutrisi Tanaman adalah :

1. Melihat respon tanaman jagung yang ditanam pada media pasir


2. Melihat respon tanaman akibat kekurangan unsur hara
3. Membandingkan pertumbuhan tanaman dengan diberi perlakuan
pupuk yang berbeda
4. Melihat respon tanaman yang diberi pupuk KCL
3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Budidaya

Tanaman jagung digolongkan kedalam kingdom Plantae (tumbuh-


tumbuhan), divisi Spermatophyta (tumbuhan berbiji), kelas Monocotyledone
(berkeping satu), ordo Graminae (rumput-rumputan), familia Graminaceae, genus
Zea,dan species Zea mays L (Anonima, 2011).

Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya


diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap
pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif.
Susunan morfologi tanaman jagung terdiri dari akar, batang, daun, bunga, dan
buah (Wirawan dan Wahab, 2007).

Tanaman jagung merupakan komoditas pangan terpenting kedua setelah


padi. Tanaman jagung sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan ternak.
Jagung mengandung senyawa karbohidrat, lemak, protein, mineral, air, dan
vitamin. Fungsi zat gizi yang terkandung di dalamnya dapat memberi energi,
membentuk jaringan, pengatur fungsi, dan reaksi biokimia di dalam tubuh. Semua
bagian tanaman jagung dapat dimanfaatkan. Batang dan daun jagung yang masih
muda sangat bermanfaat untuk pakan ternak dan pupuk hijau. Klobot (kulit
jagung) dan tongkol jagung dapat digunakan sebagai pakan ternak, serta dapat
digunakan sebagai bahan bakar. Rambut jagung dapat digunakan sebagai obat
kencing manis dan obat darah tinggi (Retno, 2008).

Tanaman jagung mempunyai kemampuan beradaptasi terhadap jenis


tanah, baik tanah lempung berpasir maupun tanah lempung dengan pH tanah 6‒8.
Temperatur untuk pertumbuhan optimal jagung antara 24‒30° C (Dinas Pertanian
Provinsi Lampung, 2010).
4

2.1.1. Syarat Tumbuh


A. Iklim

Suhu yang dikehendaki tanaman jagung adaah antara 21oC-30oC. Akan


tetapi, untuk pertumbuhan yang baik bagi tanaman jagung khusunya jagung
hibrida, suhu optimum adalah 23oC-27oC. Suhu yang terlalu tinggi dan
kelembaban yang rendah dapat mengganggu peroses persarian. Jagung hibrida
memerlukan air yang cukup untuk pertumbuhan, terutama saat berbunga dan
pengisian biji. Curah hujan normal untuk pertumbuhan tanaman jagung adalah
sekitar 250 mm/tahun sampai 2000 mm/tahun (Warisno, 2007).

Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung adalah


daerah-daerah beriklim sedang hingga daerah beriklim subtropis/tropis yang
basah. Jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 0 o-50o LU hingga 0o-
40o LS. Jagung bisa ditanam di daerah dataran rendah sampai di daerah
pegunungan yang memiliki ketinggian tempat antara 1000-1800 meter dari
permukaan laut. Jagung yang ditanam di dataran rendah di bawah 800 meter dari
permukaan laut dapat berproduksi dengan baik (AAK, 2006).

Waktu fase pembungaan dan pengisian biji tanaman jagung perlu


mendapatkan cukup air. Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar
matahari. Tanaman jagung yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan
memberikan hasil biji yang kurang baik bahkan tidak dapat membentuk buah
(AAK, 1993).

B. Tanah

Tanah sebagai tempat tumbuh tanaman jagung harus mempunyai


kandungan hara yang cukup. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah yang
khusus, hampir berbagai macam tanah dapat diusahakan untuk pertanaman
jagung. Tanah yang gembur, subur, dan kaya akan humus dapat memberi hasil
yang baik. Drainase dan aerasi yang baik serta pengelolaan yang bagus akan
membantu keberhasilan usaha pertanaman jagung. Jenis tanah yang dapat
ditanami jagung adalah tanah andosol, tanah latosol, tanah grumosol, dan tanah
berpasir (AAK, 2006).
5

Tanaman jagung toleran terhadap reaksi keasaman tanah pada kisaran pH


5,5 - 7,0. Tingkat keasaman tanah yang paling baik untuk tanaman jagung adalah
pada pH 6,8. Pada tanah yang memiliki keadaan pH 7,5 dan 5,7 produksi jagung
cenderung turun (Wakman dan Burhanuddin, 2007).

Tanaman jagung toleran terhadap reaksi keasaman tanah pada kisaran pH


5,5 - 7,0. Tingkat keasaman tanah yang paling baik untuk tanaman jagung adalah
pada pH 6,8. Hasil penelitian di luar negeri menunjukkan bahwa reaksi tanah
berpengaruh terhadap hasil jagung. Reaksi tanah yang memberikan hasil tertinggi
pada jagung adalah pH 6,8. Pada tanah yang memiliki keadaan pH 7,5 dan 5,7
produksi jagung cenderung mulai turun. Lahan kering di Indonesia sebagian besar
adalah Podsolik Merah Kuning (PMK) yang pHnya rata-rata rendah (masam).
Bila lahan kering ber-pH masam (pH kurang dari 5,5) dialokasikan untuk
penanaman jagung mg, perlu dilakukan pengapuran terlebih dahulu (Rukmana,
1997)

2.2. Perlakuan
A. Media Tanam

Penggunaan media tanam yang sifatnya menyimpan air lebih banyak akan
mengakibatkan akar dan batang bagian bawah jagung dapat membusuk dan jenis
media tanam yang memiliki sifat kemampuan menahan air rendah akan
mengakibatkan media tanam mudah kering dan tanaman akan cepat mati
(Sudewo, 2005). Prayugo (2007) menyebutkan bahwa media tanam yang baik
harus memiliki persyaratan-persyaratan sebagai tempat berpijak tanaman,
memiliki kemampuan mengikat air dan menyuplai unsur hara yang dibutuhkan
tanaman, mampu mengontrol kelebihan air (drainase) serta memiliki sirkulasi dan
ketersediaan udara (aerasi) yang baik, dapat mempertahankan kelembaban di
sekitar akar tanaman dan tidak mudah lapuk atau rapuh.

Pasir sering digunakan sebagai media tanam alternatif untuk menggantikan


fungsi tanah. Sejauh ini, pasir dianggap memadai dan sesuai jika digunakan
sebagai media untuk penyemaian benih, pertumbuhan bibit tanaman, dan
perakaran setek batang tanaman. Sifatnya yang cepat kering akan memudahkan
6

proses pengangkatan bibit tanaman yang dianggap sudah cukup umur untuk
dipindahkan ke media lain. Keunggulan media tanam pasir adalah kemudahan
dalam penggunaan dan dapat meningkatkan sistem aerasi serta drainase media
tanam. Menurut Hartman dan Kester (1983) pasir umumnya digunakan sebagai
media pembibitan, hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan sebagai pencampur
tanah atau bahan organic untuk mendapatkan struktur media yang baik.

Pasir yang dapat dijadikan media tanam adalah sebagai berikut : tidak
mengandung bahan beracun, pH-nya 6.0-7.5 dan berukuran 0.05-0.8 mm (Sutopo,
1993). Pasir memiliki kapasitas kelembaban yang sangat rendah dan kandungan
hara rendah (Rubatzky, 1995). Pasir cukup baik digunakan sebagai media tanam
karena dapat menciptakan kondisi porous dan aerasi yang baik, hal ini
diungkapkan oleh Ashari (1995).

B. Pupuk KCL

Tanaman jagung membutuhkan unsur hara makro dan mikro. pada


dasarnya tanah sudah meyediakan unsur hara tersebut. dapat langsung terserdia
bagi tanaman unsur hara makro relatif lebih besar di bandingan dengan unsur hara
mikro tetapi kedua unsur hara tersebut sangat di butuhkan oleh tanaman jagung.
Komposisi cukup baik antara lain unsur N = 1,99%, P = 3,92%, K = 0,69%, S =
0,26%, Cu = 0,045% serta Fe = 0,081% (Kartini, 2000)

Hara N, P, dan K merupakan hara esensial bagi tanaman dan sekaligus


menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan tanaman. Peningkatan dosis
pemupukan N di dalam tanah secara langsung dapat meningkatkan kadar protein
(N) dan produksi tanaman jagung, tetapi pemenuhan unsur N saja tanpa P dan K
akan menyebabkan tanaman mudah rebah, peka terhadap serangan hama penyakit
dan menurunnya kualitas produksi (Rauf et al., 2000), pemupukan P yang
dilakukan terus menerus tanpa menghiraukan kadar P tanah yang sudah jenuh
telah pula mengakibatkan menurunnya tanggap tanaman terhadap pemupukan P
(Goenadi, 2006) dan tanaman yang dipupuk P dan K saja tanpa disertai N, hanya
mampu menaikkan produksi yang lebih rendah (Winarso, 2005)
7

Pupuk K merupakan hara makro, yang diserap tanaman dalam jumlah


yang banyak. Hara K berfungsi dalam proses fotosintesis dengan memperlancar
proses masuknya CO2 lewat stomata, transport fotosintat, air dan gula, serta
dalam sintesis protein dan gula (Dibb, 1988). Hara K diserap tanaman dalam
bentuk ion K+ dan jumlahnya dalam tanah cukup bervariasi (Mutscher, 1995;
Havlin et al., 1999). Kalium dalam tanah berada dalam bentuk K dalam larutan, K
dapat dipertukarkan dan K tidak dapat dipertukarkan. Pada tanah lahan kering
hara K dalam kondisi rendah. Pemberian pupuk K dalam bentuk MOP Rusia
dapat meningkatkan kadar K terekstrak HCl 25% dan NH4Oac 1N pH 7
(Nursyamsi et al., 2005)

Beberapa peranan kalium yang perlu diketahui sebagai berikut:

1. Translokasi (pemindahan) gula pada pembentukan pati protein.

2. Membantu proses membuka dan menutup stomata (mulut daun).

3. Efisiensi penggunaan air (ketahanan terhadap kekeringan).

4. Memperluas pertumbuhan akar.

5. Meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama penyakit.

6. Memperbaiki ukuran dan kualitas buah pada masa generatif .

7. Dibutuhkan oleh tanaman seprti buah-buahan dan sayuran yang


memproduksi karbohidrat dalam jumlah banyak,misalnya kentang
(Novizan,2005).

Gejala kekurangan kalium dapt ditunjukkan sebagai berikut :

1. Daun terlihat lebih tua

2. Batang lemah (mudah rebah).

3. Muncul warna kuning di pinggir dan di ujung daun yang sudah tua yang
akhirnya mengering dan rontok.

4. Daun mengerut dimulai dari daun tua.


8

5. Kematangan buah terhambat

6. Biji buah menjadi kisut (Novizan, 2005).

Aplikasi pupuk kalium yang baik dengan cara larikan yaitu, sebelum
pemberian pupuk dibuat parit kecil di samping barisan tanaman sedalam 6-10 cm.
tempatkan pupuk didalam larikan sesuai dengan dosis yang telah ditentukan
tersebut kemudian tutup kembali. Dosis anjuran pupuk kalium untuk tanaman
rosela adalah 30-40 g/lubang tanam (Maryani dan Kristiana, 2005).

C. Pupuk TSP

Fosfor umumnya merupakan unsur hara nomor dua setelah nitrogen yang
paling terbatas untuk pertumbuhan tanaman (Gardner dkk., 1991). Walaupun
sumber fosfor di dalam tanah mineral cukup banyak, tanaman masih bisa
mengalami kekurangan fosfor, karena sebagian besar terikat secara kimia oleh
unsur lain sehingga sukar terlarut di dalam air (Novisan, 2002).

Bentuk dominan dari fosfat tersedia bagi tanaman adalah H2PO4- (Foth,
1988). Pupuk fosfor adalah pupuk yang unsurnya tidak dapat segera tersedia dan
sangat diperlukan pada stadia permulaan tumbuh, sehingga pupuk fosfat
dianjurkan untuk pupuk dasar yang digunakan pada waktu tanam atau pengolahan
tanah (Hakim dkk., 1985). Pupuk fosfor yang mudah tersedia bagi tanaman yaitu
P yang mengandung P2O5 yang larut dalam air dan ammonium sitrat netral
(Hardjowigeno, 1989).

Fosfor memainkan peranan yang sangat diperlukan seperti satu bahan


bakar yang universal untuk semua aktivitas biokimia dalam sel hidup (Foth,
1988). Fosfor merupakan komponen penting penyusun senyawa untuk transfer
energy (ATP dan nucleoprotein lain), untuk system informasi genetik (DNA dan
RNA) (Gardner dkk., 1991).

D. Pupuk UREA

Pupuk urea adalah pupuk yang mengandung nitrogen (N) berkadar tinggi .
Unsur Nitrogen merupakan zat hara yang sangat diperlukan tanaman. Unsur
9

nitrogen di dalam pupuk urea sangat bermanfaat bagi tanaman untuk pertumbuhan
dan perkembangan. Manfaat lainnya antara lain pupuk urea membuat daun
tanaman lebih hijau, rimbun, dan segar. Nitrogen juga membantu tanaman
sehingga mempunyai banyak zat hijau daun (klorofil). Dengan adanya zat hijau
daun yang berlimpah, tanaman akan lebih mudah melakukan fotosintesis, pupuk
urea juga mempercepat pertumbuhan tanaman (tinggi, jumlah anakan, cabang dan
lain-lain). Serta, pupuk urea juga mampu menambah kandungan protein di dalam
tanaman (Suhartono, 2012)

Unsur nitrogen diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian


vegetatif tanaman, seperti daun, batang dan akar. Berperan penting dalam hal
pembentukan hijau daun yang berguna sekali dalam proses fotosintesis, unsur N
berperan untuk mempercepat fase vegetative karena fungsi utama unsur N itu
sendiri sebagai sintesis klorofil. Klorofil berfungsi untuk menangkap cahaya
matahari yang berguna untuk pembentukan makanan dalam fotosintesis,
kandungan klorofil yang cukup dapat membentuk atau memacu pertumbuhan
tanaman terutama merangsang organ vegetative tanaman. Pertumbuhan akar,
batang, dan daun terjadi dengan cepat jika persediaan makanan yang digunakan
untuk proses pembentukan organ tersebut dalam keadaan atau jumlah yang cukup
(Purwadi, 2011).

Tanaman jagung mengambil nitrogen (N) sepanjang hidupnya karena


nitrogen dalam tanah sudah tercuci, maka pemberian dengan cara bertahap sangat
dianjurkan. Nitrogen diserap tanaman selama masa pertumbuhan sampai
pematangan biji, sehingga tanaman ini menghendaki tersedianya N secara terus
menerus pada semua stadia pertumbuhan sampai pembentukan biji (Patola, 2008)

Manfaat dan fungsi pupuk urea yang sangat jelas terlihat pada pertumbuhan
tanaman adalah salah satu penyebab mengapa petani selalu berbondong-bondong
menggunakan pupuk yang proses pembuatannya cukup rumit ini. Selain itu, gejala
kekurangan unsur yang terkandung dalam urea (kahat nitrogen) dapat langsung
terlihat efek buruknya terhadap tanaman menambah ketergantungan petani pada
urea. Fungsinya sebagai berikut :
10

1. Membuat daun lebih rimbun, segar, dan hijau.


2. Mempercepat pertumbuhan tinggi tanaman.
3. Mempercepat pertumbuhan serabut akar.
4. Meningkatkan pertumbuhan lilit batang.
5. Meningkatkan pertumbuhan tunas baru.
6. Memacu adaptasi perumbuhan tanaman pada kondisi aklimatisasi.
7. Mempercepat sintesis protein dalam tanaman.
8. Meningkatkan laju fotosintesis
9. Memperbaiki sifat kimia tanah yang terkait dengan ketersediaan
(Hardjowigeno, 1989).
11

III. BAHAN DAN METODE

3.1. Tempat dan Waktu


Praktikum nutrisi tanaman di laksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian Universitas Riau.
Waktu pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan selama 6 minggu yaitu dari
tanggal 29 Maret – 10 Mei 2016

3.2. Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan dalam praktikum nutrisi tanaman berupa media
pasir, benih kedelai, air, pupuk N, P, dan K.
Sedangkan alat yang digunakan ialah, polybag ukuran 10 kg, pena, buku,
penggaris, wadah untuk menyiram dan tali.

3.3. Metode Praktikum


Penelitian ini disusun dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dalam pola nonfaktorial dengan serta satu faktor perlakuan yaitu pupuk
NPK. Pupuk NPK dengan 8 unit perlakuan, dengan perlakuan diulang sebanyak 3
kali dengan 24 unit percobaan. yaitu:

K0 = Kontrol

K1 = N

K2 = P

K3 = K

K4 = NP

K5 = NK

K6 = PK

K7 = NPK
12

Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan menggunakan


analisis ragam (ANOVA), dengan model linear sebagai berikut :

Yij = 𝜇 + Mi + 𝜀𝑖

Dimana :

Yij : Hasil pengamatan dari perlakuan lahan pangan taraf ke-i dan
ulangan ke-j

𝜇 : Nilai rata tengah

Mi : Pengaruh perlakuan berbagai lahan pada taraf ke-i

𝜀𝑖𝑗 : Pengaruh galat percoban pada perlakuan taraf ke-i dan ulanga ke-j

Hasil analisis ragam dilanjutkan dengan uji Duncan’s New Multiple Range
Test (DNMRT) pada taraf 5 %.

3.4. Pelaksanaan Praktikum

1. Persiapan media tanam


Berikut adalah cara kerja persiapan media tanam :
1) Sebelum benih ditanam, maka perlu dilakukan persiapan media berupa
pasir
2) Media tanah pasir di timbang seberat 5 kg lalu masukkan kedalam
polibag lalu dibiarkan selama 1 minggu.
2. Penanaman benih
Berkut adalah cara kerja dari penanaman benih :
1) Benih di tanam dengan cara manual ke dalam polibag.
2) Setiap polibag ditanami 2 benih jagung
3) Sebelum di tanam benih harus di rendam terlebih dahulu untuk
mendapatkan benih yang baik untuk di tanam.
3. Pemupukan
Berikut adalah cara kerja dari proses pemupukan :
13

1) Pemupukan dilakukan sebanyak 2 x yakni pemupukan pertama


dilakukan pada saat 2 minggu setelah benih di tanam dan pemupukan
kedua diberikan pada saat 4 minggu setelah penanaman.
2) Pupuk yang diberikan adalah Urea, KCl dan TSP
3) Berikan pupuk sesuai dengan perlakuan yaitu N, P, K, NP,NK,PK dan
NPK
4) Berikan pupuk Urea sebanyak 0.625 gr/ polybag, KCl sebanyak 0,25
gr/polybag dan TSP sebanyak 0.25 gr/ polybag.
5) Pupuk dapat diberkan dengan sistem tugal yaitu dengan cara membuat
lubang diantara baris tanaman.
6) Lakukan penyiraman jika pupuk sudah diberikan.
4. Pemeliharaan
Pemeliharaan meliputi penyiraman, penyiangan dan penyulaman. Berikut
adalah langkah kerja dari proses pemeliharaan :
1) Penyiraman dilakukan setiap sore hari untuk mencegah kekurangan air
selama priode tumbuh.
2) Penyiangan dilakukan ketika gulma mulai tumbuh untuk mencegah
persaingan unsur hara pada tanaman.
3) Sedangkan penyulaman dilakukan ketika benih yang ditanam tidak
tumbuh.
5. Pengamatan
1) Pengamatan dilakukan setelah kotiledon muncul dipermukaan tanah.
Adapun yang diamati antara lain jumlah daun, lingkar batang dan
tinggi tanaman setiap minggunya
2) Setelah 5 minggu penanaman lakukan pembingkaran pada tanaman
dengan cara menyemprotkan air pada pasir sampai pasir yang
menempel pada akar tanaman habis
3) Buat sketsa/ replika bentuk daun dari salah satu sampel yang diamati
menggunakan kertas HVS A4
4) Gunting pola daun yang sudah digambar.
5) Timbang berat kertas replika daun
14

6) Potong bagian pangkal batang untuk memisahkan akar dan batang


tanaman
7) Hitung volume akar dari setiap ulangan secara bersamaan
menggunakan gelas ukur
8) Masukkan tanaman jagung beserta akarnya kedalam amplop dan beri
label pada setiap amplop untuk dhitung berat keringnya
9) Masukkan amplop berisi tanaman tersebut kedalam oven dengan suhu
780C selama 48 jam.

3.5. Parameter Pengamatan

Pengamatan dilakukan pada parameter tinggi tanaman, jumlah daun, lingkar


batang tanaman, berat kering, rasio tajuk akar (RTA), volume akar, dan luas daun
tanaman.
1. Tinggi Tanaman
Pengamatan tinggi tanaman dilakukan pada saat tanaman mulai
mengeluarkan malai. Pengukuran dilakukan mulai dari pangkal batang
sampai ujung daun tertinggi yang terdapat pada tanaman dengan
menggunakan penggaris.
2. Jumlah Dauan
Pengamatan jumlah daun dilakukan pada saat tanaman sudah
menghasilkan daun. Daun yang dihitung yaitu daun yang sudah
membentuk malai, dan juga daun yang baru akan tumbuh, sedangkan
untuk daun tanaman yang sudah mati dan layu tidak dihitung lagi pada
pengamatan selanjutnya.
3. Lingkar Batang
Lingkar batang dilakukan bersamaan pada saat pengukuran tinggi
tanaman dan jumlah daun.Pengukuran lingkar batang dilakukan dengan
melilitkan tali rafia kecil pada batang tanaman, kemudian tali yang
terlilit tersebut diukur menggunakan penggaris.
4. Berat Kering
Pengamatan berat kering tanaman dilakukan ketika telah selesai
mengoven tajuk dan akar tanaman yaitu selama 2 x 24 jam pada suhu
15

780 C setelah pembongkaran tanaman. Berat kering tanaman diukur


dengan menjumlahkan berat tajuk dan berat akar setelah dioven.
5. Rasio Tajuk Akar (RTA)
Pengamatan rasio tajuk akar tanaman dilakukan bersamaan dengan
pengamatan berat kering tanaman yaitu ketika telah selesai mengoven
selama 2 x 24 jam dengan suhu 780 C setelah pembongkaran tanaman.
Rasio tajuk akar tanaman dikuru dengan membandingkan(membagi)
berat tajuk dengan berat akar yang telah dioven.
6. Volume Akar
Pengamatan volume akar dilakukan pada saat pembongkaran tanaman
yaitu dengan cara memotong dari bagian tajuk deket akar tanaman
kemudian dimasukkan kedalam gelas ukur yang telah diisi dengan air.
Pengukuran dilakukan dengan mengurangkan volum akhir setelah akar
tanaman dimasukkan dengan volume awal air dalam gelas ukur tersebut.
7. Luas Daun
Pengamatan luas daun dilakukan dengan cara membuat replika daun
terpanjang dan terlebar menggunakan kertas hvs yang telah digambar
menyerupai daun kemudian digunting, setelah itu ditimbang beratnya.
Untuk mencari luas daun digunakan berat replika luas tanaman tersebut
dan dibandingkan dengan berat total kertas kemudian dikalikan dengan
luas kertas yang digunakan untuk membuat replikaan daun tersebut.
16

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Tinggi Tanaman

Hasil sidik ragam menunjukkan perbedaan Tinggi tanaman dalam


perlakuan pemberian pupuk yang berbeda, tidak berpengaruh nyata terhadap
tinggu tanaman jagung. Rata-rata tinggi tanaman dari 8 perlakuan pemberian
pupuk pada media yang homogen setelah dilakukan uji Duncan pada taraf 5%
dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata Tinggi Tanaman Jagung


Kombinasi Pupuk Tinggi Tanaman (cm)
Tanpa Perlakuan 22,007a
N 18,837a
P 17,760a
K 19,853a
NP 25,013a
NK 21,273a
PK 26,277a
NPK 27,567a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama menunjukkan
berbeda tidak nyata menurut uji lanjut Duncan pada taraf 5%.

Tabel 1 menunjukkan bahwa perbedaan pemberian perlakukan pupuk pada


media yang homogen menunjukkan perbedaan yang tidak nyata. Dari tabel
tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata tinggi tanaman tertinggi adalah tanaman
yang diberi perlakukan NPK yaitu mencapai 27,567 cm. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Arafah dan Sirappa (2003) bahwa rata-rata tinggi
tanaman tertinggi diperoleh pada perlakuan kombinasi NPK, hal ini menunjukkan
bahwa tanaman jagung sangat respon terhadap pemupukan, terutama terhadap
hara N dan K karena media pasir yang digunakan dalam percobaan ini miskin
hara.
17

Dimana kita ketahui unsur hara N, P dan K merupakan unsur hara makro
yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Unsur hara N sangat berperan dalam
meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman. Unsur hara P berperan dalam
meningkatkan perkembangan perakaran tanaman, sedangkan unsur hara K dapat
meningkatkan hasil baik mutu maupun jumlahnya (Lingga, 1986).

4.2. Jumlah Daun

Hasil sidik ragam menunjukkan perbedaan jumlah daun dalam perlakuan


pemberian pupuk yang berbeda, berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada
tanaman jagung. Rata-rata tinggi tanaman dari 8 perlakuan pemberian pupuk pada
media yang homogen setelah dilakukan uji Duncan pada taraf 5% dapat dilihat
pada tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Jagung


Kombinasi Pupuk Jumlah Daun
Tanpa Perlakuan 3,5cd
N 4,42ab
P 3,46cd
K 4,42ab
NP 3,66cd
NK 4,25abc
PK 3,13d
NPK 4,50a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama menunjukkan
berbeda tidak nyata menurut uji lanjut Duncan pada taraf 5%.

Tabel 2 menunjukkan bahwa perbedaan pemberian perlakukan pupuk pada


media yang homogen menunjukkan perbedaan yang nyata. Pada tabel 2 dapat
dilihat tanaman dengan perlakuan pupuk NPK adalah tanaman yang memiliki
rata-rata jumlah daun paling banyak diikuti dengan perlakuan pupuk K dan N.
sebagaimana menurut Hardjowigeno (1989), bahwa salah satu fungsi dari unsure
18

N adalah dapat membuat daun lebih rimbun, segar, dan hijau, serta meningatkan
pertumbuhan tunas baru.

Menurut Purwadi (2011), Rata-rata jumlah daun pada tanaman jagung


dengan perlakukan yang berbeda tersebut memperlihatkan bahwa unsur hara yang
dominan diperlukan tanaman pada masa fase vegetative seperti daun, batang dan
akar. Sedangkan posfor menurut Fathia (2011) befungsi untuk pembelahan sel dan
pembentukan albumin. Sehingga menunjang daan meningkatkan organ tanaman
nerupa daun.

4.3. Luas Daun

Tabel 3. Rata-rata Luas Daun Tanaman Jagung


Kombinasi Pupuk Luas Daun (cm2)
Tanpa Perlakuan 21,74bcd
N 16,63cd
P 13,19d
K 21,25bcd
NP 41,58b
NK 34,38bc
PK 24,95bcd
NPK 65,61a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama menunjukkan
berbeda tidak nyata menurut uji lanjut Duncan pada taraf 5%.

Tabel 3 menunjukkan pengaruh bahwa perbedaan perlakuan tidak


berpengaruh nyata terhadap luas daun tanaman jagung. Pada hasil olahan diketaui
perlakuan NPK memiliki rata-rata luas daun yang mencapai 65,61. Hal ini dapat
kembali dirujuk dengan teori yang dikemukakan. Lakitan (2000) mengatakan
bahwa kalium berperan dalam aktivator dari berbagai enzim esensial reaksi
fotosintesis dan respirasi yang akan mempengaruhi pembelahan sel dan membuat
daun semakin luas
19

Hal tersebut dapat dilihat pada tabel, bahwa perlakuan dengan unsure K
akan memperoleh rata-rata luas daun yang cukup tinggi, hal tersebut disebebkan
unsure Kalium dapat berperan penting dalam fotosisntesis karena secara langsung
meningkatkan pertumbuhan dan indeks luas daun (Wolf et al.,1976cit.
Gardneret al.,1991). Selain itu, unsur ini juga diketahui berperan dalam membuka
danmenutupnya stomata, sehingga mempengaruhi proses transpirasi dan
pengikatan karbondioksida (Salisbury dan Ross, 1995). Pendapat Gardner et al.
(1991) bahwa P dan K berperan dalam fotosintesis yang secara langsung
meningkatkan pertumbuhan dan indeks luas daun.

Lukikariati et al. (1996) menyatakan bahwa luas daun yang besar


meningkatkan laju fotosintesis tanaman sehingga akumulasi fotosintat yang
dihasilkan menjadi tinggi. Fotosintat yang dihasilkan mendukung kerja sel-sel
jaringan tanaman dalam berdiferensiasi sehingga akan mempercepat pertumbuhan
dan perkembangan bagian pembentukan tanaman seperti daun, batang, dan akar.
Hal ini sejalan dengan pendapat Lakitan (1996) yang menyatakan bahwa unsur
hara yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan daun
adalah unsur N.

4.4. Lingkar Batang

Tabel 4. Rata-rata Lingkar Batang Tanaman Jagung


Kombinasi Pupuk Lingkar Batang (cm)
Tanpa Perlakuan 1,14c
N 1,26abc
P 1,23abc
K 1,23abc
NP 1,19bc
NK 1,48ab
PK 1,19bc
NPK 1,52a
20

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama menunjukkan
berbeda tidak nyata menurut uji lanjut Duncan pada taraf 5%.

Tabel 4 menunjukkan hubungan antara perlakuan kombinasi pupuk dengan


rata-rata lingkar batang tanaman menunjukkan hubungan tidak berbeda nyata.
Pada data tabel, menunjukkan bahwa rata-rata lingkar batang terendah adalah
pada kombinasi pupuk NP dan PK. Jika di lihat tinjau dari pendapat Suprapto
(1999) bahwa fosofor merupakan salah satu unsur essensial bagi tanaman yang
berfungsi dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Fungsinya antara lain dalam
perkembangan akar, sehingga tanaman akan lebih tahan terhadap kekeringan serta
memperoleh batang yang kokoh. Unsur hara K dapat menguatkan vigor tanaman
yang dapat mempengaruhi besar lilit batang dan unsure hara P sangat berperan
terhadap pertumbuhan dan perkembangannya (Lingga, 1986).

Mamonto (2005) juga melaporkan bahwa pupuk NPK sangat dibutuhkan


untuk merangsang pembesaran diameter batang serta pembentukan akar yang
akan menunjang berdirinya tanaman disertai pembentukan tinggi tanaman pada
masa penuaian atau masa panen.

4.5. Volume Akar

Tabel 5. Rata-rata Volume Akar Tanaman Jagung


Kombinasi Pupuk Volume Akar (ml)
Tanpa Perlakuan 1,330b
N 0,330d
P 0,333d
K 0,827c
NP 2,000a
NK 0,670c
PK 2,000a
NPK 1,300b
21

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama menunjukkan
berbeda tidak nyata menurut uji lanjut Duncan pada taraf 5%.

Tabel 5 menunjukkan hubungan kombinasi pupuk dan volume akar adalah


berpengaruh nyata. Dimana menurut menurut Mapegau (2000) bahwa hara P
diperlukan bagi perkembangan akar. Perakaran yang lebih berkembang akan
memungkinkan bagi penyerapan hara yang lebih banyak. Unsur P tersedia di
dalam tanah bagi tanaman, tetapi Syarief (1989) bahwa pada kondisi pH rendah,
unsur P diikat oleh unsur Fe dan Al, sehingga tidak tersedia untuk tanaman. Hal
itulaj yang menyebabkan tanaman kekurangan P dan pertumbuhan akar menjadi
tidak optimal.

4.6. Rasio Tajuk Akar (RTA)

Tabel 6. Rata-rata Rasio Tajuk Akar (RTA) Tanaman Jagung


Kombinasi Pupuk RTA (g)
Tanpa Perlakuan 0,90d
N 1,57c
P 0,56e
K 0,90d
NP 1,90b
NK 3,00a
PK 0,76d
NPK 0,18f

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama menunjukkan
berbeda tidak nyata menurut uji lanjut Duncan pada taraf 5%.

Gardner et al. (1991) menyatakan bahwa Rasio Tajuk Akar (RTA)


menunjukkan seberapa besar hasil fotosintesis yang terakumulasi pada bagian-
bagian organ tanaman. RTA menunjukkan pertumbuhan ideal tanaman di mana
mencerminkan proses penyerapan unsur hara. Berat kering melalui proses
22

fotosintesis lebih banyak ditranslokasikan ke bagian tajuk dari pada ke akar


tanaman

Tabel 6 menunjukkan hubungan yang nyata mengenai hubungan


kombinasi pupuk dengan rasio tajuk akar tanaman, dari tabel diketahui rata-rata
rasio tajuk akar tertinggi adalah pada kombinasi pupuk NK yaitu 3,00. Menurut
pendapat Gardner et al. (1991) menyatakan bahwa pertumbuhan tajuk tanaman
lebih dipacu apabila tersedia unsur N yang banyak dan tersedia air, sedangkan
pertumbuhan akar dipacu apabila N terbatas dan air tersedia. Tetapi beda halnya
dengan perolehan data, perlakuan NPK memiliki rata-rata tajuk akar paling rendah
yaitu 0,18. Hal tersebut tidak sesuai, seperti pendapat sebelumnya mengenai
unsure N yang menunjang pertumbuhan tajuk akan, kembali didukung oleh
Subroto (1994) menambahkan bahwa unsur P yang cukup bagi tanaman mampu
mengembangkan lebih banyak akar, apabila akar yang terbentuk oleh tanaman
lebih banyak maka akan lebih banyak pula unsur hara yang diserap oleh tanaman

4.7. Berat Kering

Tabel 7. Rata-rata Berat Kering Tanaman Jagung


Kombinasi Pupuk Berat Kering

Tanpa Perlakuan 0,35de


N 0,18f
P 0,30e
K 0,36d
NP 3,42a
NK 0,44c
PK 0,60b
NPK 0,20f

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama menunjukkan
berbeda tidak nyata menurut uji lanjut Duncan pada taraf 5%.
23

Prawiranata et al. (1988) menyatakan berat kering suatu tanaman


merupakan hasil penumpukan fotosintat yang dalam pembentukannya
membutuhkan unsur hara, air, CO2 dan cahaya matahari.

Dari tabel 7 menunjukkan hubungan yang nyata mengenai hubungan


rekomendasi pupuk dan rata-rata berat kering tanaman, diketahui rata-rata berat
kering tertinggi adalah kombinasi pupuk NP yaitu 3,24. Hal tersebut depengaruhi
oleh perolehan unsure hara N yang memiliki peranan dalam mensintesis protein
dan mempercepat laju fotosintesis tanaman (Suhartono, 2012), seperti yang
diketahui bahwa Berat kering tanaman mencerminkan status hara dan banyaknya
unsur hara yang diserap oleh tanaman serta laju fotosintesis (Dwijoseputro, 1992)

Kemudian peran unsure lainnya yang ikut mempengaruh nila dari berat
kering tanaman adalah unsure P. Dimana menurut pendapat Minardi (2002)
melaporkan bahwa P mampu meningkatkan proses fotosintesis yang selanjutnya
akan berpengaruh pula pada peningkatan berat kering tanaman.
24

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Dari hasil pratikum yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa
dengan pemberian perlakuan pupuk N,P, K dapat meningkatkan pertumbuhan
tanaman jagung menjadi lebih baik lagi. Pemberian pupuk NPK dengan dosis
yang tepat akan meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman dan lingkar batang.
Dan dari semua perlakuan pupuk yang diberikan memberikan pengaruh yang
berbeda-beda. Sehingga ketiga unsur ini merupakan unsur essensial yang penting
diberikan, dan jika salah satu tidak diberikan maka akan terjadi ketidak
seimbangan pada tanaman. Seperti kekurangan N maka tanaman akar keras dan
tumbuh kerdil. Kekurangan P yang berperan dalam pemanjangan akar, sehingga
memudahkan akar dalam mencari nutrisi. Dan unsur K yang berperan dalam
pembentukan zat hijau daun (klorofil).
Selain itu, tidak hanya dari pemberian nutrisi saja melainkan faktor lain
juga mendukung dalam pertumbuhan tanaman kedelai yaitu faktor lingkungan.
Faktor lingkungan seperti suhu, cahaya, ketersediaan air, naungan dan berbagai
faktor lainnya. Dalam pemberian pupuk, kita harus tahu bagaimana cara
pemberiannya agar tanaman tidak mengalami kelebihan atau kekurangan unsur
hara. Hal ini dapat diketahui dengan pemberian sesuai dengan 4 T, yaitu tepat
waktu, tepat dosis, tepat guna dan tepat cara.

5.2. Saran
Sebaiknya dalam pemberian pupuk pada tanaman harus dengan dosis yang
tepat. Dan lakukan penyiraman yang rutin pada tanaman jagung, karena tanaman
jagung juga membutuhkan air yang cukup untuk perkembangan dan
pertumbuhannya.
25

DAFTAR PUSTAKA

AAK, 1993. Teknik Bercocok Tanam Jagung. Kanisius. Jogyakarta.

AAK. 2006. Teknik Bercocok Tanam Jagung. Kanisius. Badan Pusat Statistik
Yogyakarta.

Arafah dan M. P. Sirappa. 2003. Kajian Penggunaan Jerami dan Pupuk N, P dan
K Pada Lahan Sawah Irigasi. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 4
(1) pp. 15-24.

Ashari, S. 1995. Hortikultura. Universitas Indonesia. Jakarta. 99 hal.

Bakhri S. 2007. Budidaya Jagung dengan Konsep Pengelolaan Tanaman Terpadu


(PTT). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BTTP). Sulawesi Tengah

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. 2008. Teknologi


Budidaya Jagung. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Lampung Anonym, 2011. Jagung. http://id.wikipedia.org/wiki/Jagung.
Diakses Pada Tanggal 24 mei 2016.

Dibb, D. W. 1988. Potassium for agriculture. Better Crops with Plans Food. No.
3, p. 39

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Lampung


Tengah.2010. Lampung

Fattah. 2010. Efektifitas Pupuk Organik Saputra Nutrient pada Tanaman Jagung.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Selatan.
Dalam: Prosiding Pekan Serealia Nasional : 1-7.

Foth, H.D. 1988. Dasar –dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press.

Gardner, F.P., Pearce, R.B. and Michell, R.L. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
Penerbit Universitas Indonesia.
26

Gardner, F.P., R.B. Pearce., dan R.L. Mitchel. 1991. Fisiologi Tanaman
Budidaya. Universitas Indonesia Press, Jakarta

Goenadi, D.H. 2006. Pupuk dan Teknologi Pemupukan berbasis Hayati dari
Cawan Petri ke Lahan Petani. Edisi Pertama. Yayasan John Hi-Tech
Idetama. Jakarta.

Hakim, N., M. Yusuf, A.M. Lubis, S. Gani, Nugroho, M.R. Saul, M. Amin, G.B.
Hong dan H.H. Bailey. 1983. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas
Lampung.

Hardjowigeno, S. 1989. Pengantar Ilmu Tanah. Medyatama Sarana Perkasa,


Jakarta.

http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/bjagung/satutujuh.pdf Diakses pada tanggal


3 April 2012.

Lingga, P. 1986. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta: Penebar Swadaya.

Lukikariati S., L.P. Indriyani., A. Susilo dan M.J. Anwaruddinsyah. 1996.


Pengaruh naungan konsentrasi indo butirat terhadap pertumbuhan
batang bawah manggis. Jurnal Hortikultura. 6(3):220-226

Mamonto, R. 2005. Pengaruh penggunaan dosis pupuk majemuk NPK Phonska


terhadap pertumbuhan dan produksi jagung manis (Zea mays
Saccharata slurt). Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Icshan,
Gorontalo.

Mapegau. 2000. Pengaruh pemupukan N dan P terhadap hasil jagung Kultivar


Arjuna pada Ultisol Batanghari Jambi. J. Agronomi. 4 (1): 17-18.

Maryani. H. dan.Kristiana. L. 2005. Khasiat dan Manfaat Rosella. Agro Media


Pustaka, Jakarta

Minardi, S. 2002. Kajian terhadap pengaturan pemberian air dan dosis TSP dalam
mempengaruhi keragaan tanaman jagung (Zea mays L.) di Tanah
Vertisol. J. Sains Tanah. 2 (1): 35-40.
27

Mutscher, H. 1995. Measurement and assessment of soil potassium. IPI Research


Tropics No. 4, pp. 102. International Potash Institute Basel/
Switzerland.

Novisan.2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. AgroMedia Pustaka.

Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif, Cetakan Pertama. Agro Media
Pustaka, Jakarta

Nursyamsi, D., Husnaen, A. Kasno, dan D. Setyorini. 2005. Tanggapan tanaman


jagung (Zea Mays, L.) terhadap pemupukan MOP Rusia pada
Inceptisols dan Ultisols. Hal. 13 23. Jurnal Tanah dan Iklim No. 23,
Desember 2005. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian.
Bogor.

Prayugo, S. 2007. Media Tanam untuk Tanaman Hias. Penebar Swadaya. Jakarta

Purwadi, Eko. (2011). Batas Kritis Suatu Unsur Hara dan Pengukuran Kandungan
Klorofil. (URL:/masbied.com/2011/05/19/batas-kritis-suatu-unsur hara-
dan-pengukuran-kandungan-klorofil/

Rauf, A.W., T. Syamsuddin, S. R. Sihombing. 2000. Peranan Pupuk NPK pada


Tanaman Padi. Loka Pengkajian Teknologi Pertanian No.
01/LPTP/IRJA/99-00. Hal. 1-9

Retno. 2008. Bercocok Tanam Palawija. Semarang: CV. Aneka Ilmu

Rubatzky, V.E. dan M. Yamaguchi. 1995. Sayuran Dunia I. Penerbit ITB.


Bandung. 344 hal.

Rukmana, H.R. 1997. Usaha Tani Jagung. Kanisius. Yogyakarta

Sarief, S.E., 1989. Fisika-Kimia Tanah Pertanian.Pustaka Buana, Bandung.

Subroto. 1994. Pengaruh tekstur tanah terhadap panjang dan jumlah akar bibit
kakao. Buletin Budidaya Pertanian. 1(1):13-7.
28

Sudewo, B. 2005. Basmi Penyakit dengan Sirih Merah. Agromedia Pustaka.


Jakarta.

Suhartono. 2012. Komposit Serbuk Kayu Plastik Daur Ulang : Teknologi


Alternatif Pemanfaatan Limbah Kayu dan Plastik. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.

Suprapto. 1999. Perbaikan sifat-sifat penting tanaman kedelai dengan persilangan


dialil dan analisis sidik lintas dalam upaya efisiensi seleksi untuk
perakitan varietas unggul. Ringkasan Hasil Penelitian Hibah Bersaing
Tahun Anggaran 1995/1996

Sutopo, L. 1993. Teknologi Benih. CV. Rajawali. Jakarta. 245 hal.

Wakman, W., dan Burhanuddin. Penyakit bulai pada tanaman jagung di


Kabupaten Bengkayang Propinsi Kalimantan Barat. Prosiding Seminar
Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVIII Komda Sul-
Sel, 2007. Hal. 174-178

Warisno. 2007. Jagung Hibrida. Kanisius. Yogyakarta.

Winarso, S. 2005. Kesuburan Tanah Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah. Edisi
Pertama. Gava Media. Yogyakarta. Hlm 65.

Wirawan, G.N. dan Wahab., M.I. 2007. Teknologi Budidaya Jagung. Diakses dari
(http://www.pustaka-deptan.go.id.), pada tanggal 24 mei 2016
29

Lampiran 1. Dokumentasi

Gambar 1: Keadaan Tanaman Gambar 2: Lingkar Batang

Gambar 3: Pengukuran Tinggi Tanaman Gambar 4: Penggemburan Media

Gambar 5: Penyulaman Benih Gambar 6: Penimbangan Pupuk


30

Gambar 7: Aplikasi Pupuk Gambar 8: Pembuatan Naungan

Gambar 9: Pemasangan Naungan Gambar 10: Gejala Kahat N

Gambar 11: Gejala Terbakar Sinar Gambar 12: Gejala Kahat P

Matahari Langsung
31

Gambar 13: Tanaman Terserang Hama Gambar 14: Gejala Nekrosis


32

Lampiran 2. Data Analisis

RASIO
UL LINGKA
PER TINGGI TAJU BERAT LUAS Volu
AN JUMLA R
LAK TANAM K KERIN DAUN me
GA H DAUN BATANG
UAN AN (CM) AKAR G (gr) (cm2) Akar
N (CM)
(gr)
1 20.225 3.25 1.113 0.9 0.35 18.09 1.33
B0 2 19.350 3.25 1.125 0.9 0.35 16.63 1.33
3 26.438 4 1.188 0.9 0.35 30.49 1.33
1 19.5 4.5 1.616 1.57 0.18 26.334 0.33
B1 2 18.375 5 1.050 1.57 0.18 11.088 0.33
3 18.625 3.75 1.113 1.57 0.18 12.474 0.33
1 19.975 3.875 1.313 0.58 0.3 18.09 0.33
B2 2 16.15 3 1.200 0.58 0.3 12.48 0.33
3 17.15 3.5 1.188 0.58 0.3 9.7 0.33
1 24.9375 5 1.313 0.9 0.36 24.95 0.83
B3 2 19.5375 4.25 1.200 0.9 0.36 19.4 0.83
3 15.075 4 1.188 0.9 0.36 19.4 0.83
1 18.750 3.5 1.050 19.42 3.42 30.49 2
B4 2 26.600 3.975 1.463 19.42 3.42 22.18 2
3 29.688 3.5 1.063 19.42 3.42 72.07 2
1 11.875 3.625 1.400 3 0.44 19.4 0.67
B5 2 33.875 4.875 1.650 3 0.44 54.05 0.67
3 18.063 4.25 1.400 3 0.44 41.58 0.67
1 24.963 3 1.225 0.76 0.6 22.176 2
B6 2 25.875 3.25 1.100 0.76 0.6 18.018 2
3 27.988 3.125 1.250 0.76 0.6 34.65 2
1 29.375 4.5 1.613 0.18 0.2 74.85 1.3
B7 2 27.325 4.625 1.425 0.18 0.2 63.76 1.3
3 25.988 4.375 1.513 0.18 0.2 58.21 1.3
Tabel 8. Analisis Data Kombinasi Pupuk
33

Lampiran 3. Tabel Sidik Ragam

Tabel 9. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Jagung

Source DF Sum of Mean F Value Pr > F


Squares Square

Pupuk 7 271.9260667 38.8465810 1.48 0.2420

Eror 16 418.9726667 26.1857917

Corrected 23 690.8987333
Total

Tabel 10. Sidik Ragam Jumlah Daun Jagung

Source DF Sum of Mean F Value Pr > F


Squares Square

Pupuk 7 6.08896250 0.86985179 4.50 0.0061

Eror 16 3.09533333 0.19345833

Corrected 23 9.18429583
Total

Tabel 11. Sidik Ragam Lingkar Batang Jagung

Source DF Sum of Mean F Value Pr > F


Squares Square

Pupuk 7 0.40913333 0.05844762 2.35 0.0745

Eror 16 0.39800000 0.02487500


34

Corrected 23 0.80713333
Total

Tabel 12. Sidik Ragam Rasio Tajuk Akar Jagung

Source DF Sum of Mean F Value Pr > F


Squares Square

Pupuk 7 17.04746667 2.43535238 204.37 0.0001

Eror 16 0.19066667 0.01191667

Corrected 23 17.23813333
Total

Tabel 13. Sidik Ragam Berat Kering Jagung

Source DF Sum of Mean F Value Pr > F


Squares Square

Pupuk 7 25.16006250 3.59429464 3734.33 0.0001

Eror 16 0.01540000 0.00096250

Corrected 23 25.17546250
Total

Tabel 14. Sidik Ragam Luas Daun Jagung

Source DF Sum of Mean F Value Pr > F


Squares Square

Pupuk 7 6305.618183 900.802598 5,42 0.0025


35

Eror 16 2659.050800 166.190675

Corrected 23 8964.668983
Total

Tabel 15. Sidik Ragam Volume Akar Jagung

Source DF Sum of Mean F Value Pr > F


Squares Square

Pupuk 7 9.45952917 1.35136131 87.49 0.0001

Eror 16 0.24713333 0.01544583

Corrected 23 9.70666250
Total

Anda mungkin juga menyukai