Anda di halaman 1dari 52

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanah merupakan hasil transformasi zat-zat mineral dan organik di muka

daratan bumi. Dapat dikatakan bahwa tanah adalah sumber utama penyedia zat hara

bagi tumbuhan. Tanah juga adalah tapak utama terjadinya berbagai bentuk zat

didalam daur makanan. Tanah dikenal manusia sejak pertama kali manusia mengenal

budi daya pertanian. Sampai sekarang manusia masih mempelajari tanah karena

masih banyak hal yang perlu dikaji dari tanah agar budi daya pertanian lebih

berkembang. Tanah menjadi tumpuan hidup manusia karena sampai sekarang belum

ada yang menggantikan posisi tanah sebagai media tanam, meskipun sekarang sedang

dikembangkan media tanam secara hidroponik (Abadi et al., 2016).

Kesuburan tanah adalah potensi tanah untuk menyediakan unsur hara dalam

jumlah yang cukup dalam bentuk yang tersedia dan seimbang untuk menjamin

pertumbuhan dan produksi tanaman yang optimum Tanah yang diusahakan untuk

bidang pertanian memiliki tingkat kesuburan yang berbeda-beda. Pengelolaan tanah

secara tepat merupakan faktor penting dalam menentukan pertumbuhan dan hasil

tanaman yang akan diusahakan. Evaluasi kesuburan tanah adalah proses penilaian

masalah-masalah keharaan yang terdapat dalam tanah dan pembuatan rekomendasi

pemupukan (Yamani, 2010).

Kebutuhan unsur hara yang diperlukan tanaman untuk pertumbuhan dan

produksinya ditentukan oleh kemampuan tanah dalam menyediakan unsur hara bagi

tanaman dan tidak selalu dapat terpenuhi. Intensifnya penggunaan lahan tanpa adanya

pergiliran tanaman dapat menyebabkan terkurasnya unsur hara esensial dari dalam
2

tanah pada saat panen dan kesuburan tanah akan menurun secara terus menerus.

Menurunnya kesuburan tanah dapat menjadi faktor utama yang mempengaruhi

produktivitas tanah, sehingga penambahan unsur hara dalam tanah melalui proses

pemupukan sangat penting dilakukan agar diperoleh produksi pertanian yang

menguntungkan (Pinatih, 2015).

Evaluasi status kesuburan untuk menilai dan memantau kesuburan tanah

sangat penting dilakukan agar dapat mengetahui unsur hara yang menjadi kendala

bagi tanaman.Penilaian evaluasi status kesuburan tanah dapat dilakukan melalui

pendekatan uji tanah dimana penilaian dengan menggunakan metode ini relatif lebih

akurat dan cepat.Pengukuran sifat-sifat kimia dan biologi tanah sebagai parameter

kesuburan tanah (Munthe, 2022).

Evaluasi kesuburan tanah merupakan proses pendiagnosaan masalah -

masalah keharaan dalam tanah dan pembuatan anjuran pemupukan .Salah satu cara

yang sering digunakan dalam menilai kesuburan suatu tanah adalah melalui

pendekatan dengan analisis tanah atau uji tanah. Terdapat lima parameter kesuburan

tanah yang digunakan dalam penelitian ini untuk menilai status kesuburan tanah,

yaitu KTK; KB; C-organik; kadar P dan K total tanah sesuai petunjuk teknis evaluasi

kesuburan tanah (Susila,,2013).

Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui status unsur hara

dari tanah andisol tuntungan dengan menggunakan metode Substraksi (minus one

test).
3

Hipotesis Praktikum

Pada tanah andisol yang diambil dari daerah Tungungan, Sumatera Utara

mengalami defisiensi hara N, P, K, Ca atau Mg.

Kegunaan penulisan

Adapun kegunaan dari penulisan jurnal ini adalah untuk memenuhi komponen

penilaian di Laboratorium Kesuburan Tanah Program Studi Agroteknologi Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang

membutuhkan.
4

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Jagung (Zea mays L.)

Jagung (Zea mays L.) adalah tanaman semusim, yang tinggi, tegap, biasanya

dengan batang tunggal yang dominan, walaupun mungkin ada beberapa cabang

pangkal (anakan) pada beberapa genotipa dan lingkungan. Kedudukan daunnya distik

(dua baris daun tunggal yang keluar dalam kedudukan berselang), dengan pelepah-

pelepah daun yang saling bertindih dan daundaun lebar yang relatif panjang. Jagung

merupakan salah satu spesies pertama yang ditunjukkan memiliki lintasan asam

dikarboksilat C4. Secara sistematika tanaman jagung memiliki klasifikasi antara lain

yaitu sebagai berikut; Kingdom : Plantae ; Divisi : Spermatophyta ; Sub Divisi :

Angiospermae ; Kelas Monocotyledone; Ordo : Graminae ; Famili : Graminaceae ;

Genus : Zea ; Species : Zea mays L. (Rukmana, 2010).

Perakaran tanaman jagung terdiri dari 4 macam akar, yaitu akar utama, akar

cabang, akar lateral, dan akar rambut. Sistem perakaran tersebut berfungsi sebagai

alat untuk mengisap air serta garam-garam mineral yang terdapat dalam tanah,

mengeluarkan zat organik serta senyawa yang tidak diperlukan dan alat pernapasan.

Akar jagung termasuk dalam akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m

meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang cukup dewasa

muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu

menyangga tegaknya tanaman (Sihotang, 2010).

Tinggi batang jagung berkisar antara 150 sampai dengan 250 cm yang

terbungkus oleh pelepah daun yang berselang-seling berasal dari setiap buku. Ruas-
5

ruas bagian atas berbentuk silindris, sedangkan bagian bawah agak bulat pipih. Tunas

batang yang telah berkembang menghasilkan tajuk bunga betina. Percabangan

(batang liar) pada jagung umumnya terbentuk pada pangkal batang. Batang liar

adalah batang sekunder yang berkembang pada ketiak daun terbawah dekat

permukaan tanah (Riwandi, 2014).

Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang antara pelepah

dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun.

Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada daun jagung

berbentuk halter, yang khas dimiliki familia poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel–sel

epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam repon tanaman

menangani defisit air pada sel–sel daun. Jumlah daun tanaman jagung pada umunya

berkisar antara 10–18 helai, walauapun tanaman jagung mampu memproduksi 20-21

helai daun, namun tanaman jagung hanya 1–15 helai daun saja yang menyelesaikan

stadi vegetatif. Daun jagung tumbuh disetiap buku batang dan saling berhadapan satu

sama lain. Setiap pelepah daun jagung dibatasi oleh spikula yang berguna melindungi

dari air hujan serta embun agar tidak masuk kedalam pelepah (Dongoran, 2009).

Biji jagung terletak dan berkembang pada tongkol jagung. Letak biji jagung

dibagi menjadi 3 tempat, yaitu 20% bagian pangkal, 60% bagian tengah, dan 20%

bagian ujung tongkol. Pada umumnya biji yang digunakan sebagai benih hanya

bagian tengahnya sekitar 60% dan yang bagian pangkal serta ujung masing- masing

20% dijadikan sebagai bahan konsumsi (Riwandi, 2014).

Tanaman jagung disebut juga tanaman berumah satu, karena bunga jantan dan

betina terdapat dalam satu tanaman, tetapi letaknya terpisah. Bunga jantan dalam
6

bentuk malai terletak di pucuk tanaman, sedangkan bunga betina pada tongkol yang

terletak kira-kira pada pertengahan tinggi batang. Biji jagung mempunyai bagian kulit

buah, daging buah, dan inti buah (Ridwan et al., 2014).

Syarat Tumbuh Tanaman Jagung (Zea mays L.)

Iklim

Tanaman jagung dapat tumbuh baik pada daerah yang beriklim sedang hingga

subtropik atau tropis yang basah dan di daerah yang terletak antara 0- 50°LU hingga

0-400 LS. Tanaman jagung menghendaki penyinaran matahari yang penuh dan suhu

yang diinginkan berkisar 21-34°C akan tetapi bagi pertumbuhan tanaman yang ideal

memerlukan suhu optimum 23-27°C (Budiman 2016). Tanaman jagung

membutuhkan sinar matahari penuh, suhu optimum antara 26°C-30°C, curah hujan

yang dikehendaki 8 -200 mm/bulan dengan curah hujan yang optimal adalah 1200-

1500 mm/tahun. Tanaman jagung yang ternaungi, pertumbuhannya maka akan

menjadi terhambat (Barnito, 2009).

Tanaman jagung menghendaki tempat terbuka dan menyukai cahaya.

Ketinggian tempat yang cocok untuk tanaman jagung dari 0 sampai dengan 1300 m di

atas permukaan laut. Temperatur udara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman

jagung adalah 23 – 27°C. Curah hujan yang ideal untuk tanaman jagung pada

umumnya antara 200 sampai dengan 300 mm per bulan atau yang memiliki curah

hujan tahunan antara 800 sampai dengan 1200 mm. Tingkat kemasaman tanah tanah

yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung berkisar antara

5,6 sampai dengan 6,2. (Riwandi, 2014).


7

Perubahan iklim yang terjadi dapat berpengaruh pada produktivitas

tanamanjagung. Salah satu upaya adaptasi yang paling jitu dalam menghadapi

dampakperubahan iklim, seperti kondisi iklim yang tidak menentu dan pergeseran

musim, adalah melakukan penetapan pola tanam dan kalender

tanamdenganmempertimbangkan kondisi iklim (Suliswaty, 2016).

Tanaman jagung berasal dari daerah tropis yang dapat menyesuaikandiri

dengan lingkungan di luar daerah tersebut. Jagung tidak menuntut

persyaratanlingkungan yang terlalu ketat, dapat tumbuh pada berbagai macamkondisi.

Iklimyang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung adalah daerah-

daerahyangberiklim sedang hingga daerah beriklim sub tropis/tropis yang basah.

Jagungdapat tumbuh di daerah yang terletak antara 0-50 derajat LU hingga 0-40

derajat LS (Izah, 2009).

Pertumbuhan tanaman jagung manis sangat membutuhkan sinar matahari.

Tanaman jagung manis yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat

danmemberikan hasil biji yang kurang baik bahkan tidak dapat membentuk buah.

Sedangkan suhu yang dikehendaki tanaman jagung manis berkisar 21°-34°C,

akantetapi bagi pertumbuhan tanaman yang ideal memerlukan suhu

optimumantara23°-27°C. Pada proses perkecambahan benih jagung manis

memerlukan suhuyangcocok sekitar 30°C (Purnama, 2015).

Jagung manis merupakan tanaman semusim. Jagung manis dapat

tumbuhdengan baik pada ketinggian tempat sampai dengan 3.000 meter di atas

permukaanlaut (mdpl). Jagung manis dapat beradaptasi dengan baik pada iklimantara
8

50°LU- 50°LS. Jagung manis merupakan tanaman yang memerlukan curah hujan

antara300-600 mm/bulan (Gani, 2015).

Tanah

Tanaman jagung tidak membutuhkan persyaratan yang khusus karena

tanaman ini tumbuh hampir pada semua jenis tanah, dengan kriteria umum tanah

tersebut harus subur, gembur, kaya akan bahan organik dan drainase maupun aerase

baik. Kemasaman tanah (pH) yang diperlukan untuk pertumbuhan optimal tanaman

jagung antara pH 5,6 sampai 7,5 (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

Tanah yang baik untuk budidaya jagung manis harus memiliki lahan yang

sesuai untuk menunjang produksi dari jagung manis. Lahan tanahyangbaik untuk

budidaya jagung manis kering yang berpengairan cukup, tadah hujan, terasering,

gambut yang telah di perbaiki, dan sawah bekas menanam padi. Jagung manis harus

ditanam di lahan yang terbuka (Anggraini, 2016)

Tanaman jagung menghendaki tanah yang gembur (lembab), permeabilitas

sedang, drainase agak cepat, tingkat kesuburan sedang, kandungan humus

sedang.Reaksi tanah (pH) berkisar antara 5,2 - 8,5 yang optimal antara 5,8–7,8. Pada

pHnetral, unsurunsur hara yang dibutuhkan tanaman jagung banyak tersedia

didalamnya. pH lebih dari 7,0 unsur P terikat oleh CO sehingga tidak terlarut dalam

air. Hal ini mengakibatkan unsur hara sulit diserap oleh akar tanaman. Jadi, pH tanah

dan unsur hara bagi tanaman saling berkaitan (Dedy, 2018).

Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman jagung adalah subur, gembur,

banyak mengandung bahan organik, aerase dan drainasenya baik. Jagung dapat

tumbuh baik pada berbagai jenis tanah asalkan mendapatkan pengolahan yang baik.
9

Tanah dengan tekstur lempung berdebu adalah yang terbaik untuk pertumbuhannya.

Tanah-tanah dengan tekstur berat masih dapat ditanami jagung dengan hasil yang

baik bila pengelolaan tanah dikerjakan secara optimal, sehingga aerase dan

ketersediaan air di dalam tanah berada dalam kondisi baik dan optimal. Kemasaman

tanah (pH) yang baik dan optimal untuk pertumbuhan tanaman jagung berkisar antara

5,6 sampai 7,5 (Lesicol, 2012).

Tanaman jagung tumbuh optimal pada tanah yang gembur, drainase baik,

dengan kelembaban tanah cukup, dan akan layu bila kelembaban tanah kurangdari

40% kapasitas lapang atau bila batangnya terendam air. Tanaman jagungdapat

ditanam pada lahan kering beriklim basah dan beriklim kering, sawah irigasi

dansawah tadah hujan (Larasati, 2011)

Keasaman tanah erat hubungannya dengan ketersediaan unsure-unsur

haratanaman. Keasaman tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman

jagungmanisadalah pH antara 5,67-7,5. Tingkat keasaman tanah yang paling baik

untuk tanamanjagung manis adalah pada pH 6,8. Bila lahan kering ber-pH

masamdialokasikanuntuk penanaman jagung manis, perlu dilakukan pengapuran leih

dahulu (Purnama, 2015).

Minus One Test

Minus One Test adalah metode yang dilakukan dengan menggunakan

kombinasi antara pupuk yang mengandung N, P dan K atau unsur lainnya dan

menghilangkan salah satu unsur dari unsur-unsur tersebut sehingga didapat perlakuan

yang memberikan suatu hasil (Mualim et al., 2019).


10

Metode petak omisi atau metode minus satu unsur (Minus One Test)

merupakan metode yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang pembatas

hara dalam tanah secara langsung dilapangan. Teori yang relevan dengan metode

petak omisi adalah Hukum Minimum Van Leibig,s dimana hasil gabah ditentukan

oleh faktor yang berada dalam keadaan terbatas. Bila tanah tidak dicukupi dengan

hara yang berasal pupuk, maka hara yang berasal dari tanah saja yang akan

menentukan tingkat hasil (Abdulrachman et al., 2009).

Missing element dikenal juga sebagai omission trial atau minus one

test artinya suatu set percobaan dengan memberikan semua hara yang diperlukan

tanaman (basal elements)  kecuali unsur yang diamati. Prinsip dasar yang digunakan

dalam metode ini adalah hukum Liebig. Perlakuan pemupukan menggunakan teknik

uji kurang satu (minus one test) (Maspeke, et al., 2019).

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengetahui peranan fungsi N, P

dan K bagi tanaman adalah dengan melakukan uji Minus One Test. Metode ini

dilakukan dengan menggunakan kombinasi anatara pupuk yang mengandung N, P

dan K dengan menghilangkan salah satu unsur dari ketiga unsur tersebut sehingga

didapat perlakuan yang memeberikan hasil terendah. Perlakuan yang yang terdiri dari

kombinasi dua unsur dan kemudian memberikan produksi terendah menunjukkan

bahwa unsur yag hilang merupakan faktor pembatas pertumbuhan dan produksi pada

suatu tanaman (Atmaja, 2017).

Penggunaan lahan secara terus menerus untuk kegiatan budidaya tanaman

seperti lahan percobaan diduga mengalami penurunan produktivitas lahan dari

pertumbuhan tanaman. Dengan demikian untuk mengetahui pembatas hara makro


11

penting seperti N, P, K bagi pertumbuhan tanaman diperlukan pengujian biologis

melalui teknik Minus One Test. Pengujian biologis dengan metode minus one test

menggunakan konsep pertumbuhan tanaman merespons nutrisi yang paling

membatasi. Respon tersebut dimanifestasikan sebagai penurunan tinggi tanaman dan

jumlah anakan, keterlambatan kematangan, malai yang lebih kecil dan dengan adanya

perubahan warna seperti klorosis atau nekrosis (Descalsota et al., 2019).

Unsur Hara Nitrogen

Nitrogen merupakan unsur penting dalam pembentukan klorofil, protoplasma,

protein, dan asam-asam nukleat. Unsur ini mempunyai peranan yang penting dalam

pertumbuhan dan perkembangan semua jaringan hidup. Nitrogen pada umumnya

diserap tanaman dalam bentuk NH4+ atau NO3, yang dipengaruhi oleh sifat tanah,

jenis tanaman dan tahapan dalam pertumbuhan tanaman. Pada tanah dengan

pengatusan yang baik N diserap tanaman dalam bentuk ion nitrat, karena sudah

terjadi perubahan bentuk NH4+ menjadi NO3, sebaliknya pada tanah tergenang

tanaman cenderung menyerap NH4+ (Havlin et al., 2005).

Kekurangan unsur Nitrogen pertumbuhan tanaman lambat dan kerdil, mula-

mula daun menguning dan mengering lalu daun akan rontok dimana daun yang

menguning diawali dari daun bagian bawah, lalu disusul daun bagian atas. didalam

tubuh tanaman nitrogen bersifat dinamis sehingga jika terjadi kekurangan nitrogen

pada bagian pucuk nitrogen yang tersimpan pada daun tua akan dipindahkan ke organ

yang lebih muda, dengan demikian pada daun-daun yang lebih tua gejala kekurangan

nitrogen akan terlihat lebih awal (Nugroho, 2013).


12

Unsur Hara Fosfor

Fosfor merupakan komponen penting penyusun senyawa untuk transfer energi

(ATP dan nukleoprotein lain), untuk sistem informasi genetik (DNA dan RNA),

untuk membran sel (fosfolipid), dan fosfoprotein. Tanaman menyerap P dalam bentuk

ortofosfat primer (H2PO4) dan sebagian kecil dalam bentuk ortofosfet sekunder

(HPO4). Bentuk P dalam tanah dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu organik dan

anorganik. Proporsi kedua bentuk P tersebut sangat bervariasi. Nilai P-organik

dilaporkan antara 5-80% (Fahmi, 2010).

Fosfor adalah unsur hara esensial dalam reaksi biokimia termasuk fotosintesis

dan respirasi. Fosfor merupakan komponen utama dari adenosin difosfat (ADP) dan

adenosin trifosfat (ATP) digunakan untuk mensuplai energi dalam reaksi biokimia

pada tumbuhan. Defisiensi P dalam tanaman menyebabkan ratio akar terhadap pucuk

lebih besar yang disebabkan oleh proporsi asimilat untuk partumbuhan akar yang

dialokasikan lebih besar dibandingkan dengan pucuk (Goh dan Hardter, 2007).

Unsur fosfor (P) adalah unsur esensial kedua setelah N yang berperan penting

dalam fotosintesis dan perkembangan akar. Ketersediaan fosfat dalam tanah jarang

yang melebihi 0,01% dari total P. Sebagian besar bentuk fosfat terikat oleh koloid

tanah sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Tanah dengan kandungan organik rendah

seperti Oksisol dan Ultisol yang banyak terdapat di Indonesia kandungan fosfat dalam

organik bervariasi dari 20-80%, bahkan bisa kurang dari 20% tergantung tempat

(Herman dan Pranowo, 2013).

Pengamatan secara visual pada tanaman yang kekurangan unsur hara P akan

menunjukkan gejala berupa daun tua akan menjadi berwarna ungu atau kemerahan.
13

Hal ini disebabkan karena terbentuknya pigmen antosianin karena terjadinya

akumulasi gula pada daun sebagai akibat dari terhambatnya proses sintesis protein

pada tanaman (Tamad et al., 2013).

Unsur Hara Kalium

Kalium sangat penting dalam proses metabolisme karbohidrat, aktivator

berbagai enzim, mengatur tekanan osmotik, efisiensi penggunaan air, serapan

nitrogen dan sintesis protein, dan translokasi dari asimilat. Kalium dapat diserap dari

larutan tanah sebagai ion K+ , ion kalium relatif rendah berkisar 0,1– 0,2 me/100 g

tanah dan kompleks adsorpsi didominasi oleh Ca dan Mg. Apabila kekurangan ion

kalium menyebabkan daun seperti terbakar dan akhirnya gugur. Ketersediaan hara K

tanah meningkatkan konsentrasi K+ pada daun dan pengaruhnya pada proses

membukanya stomata, penambahan CO2 dan proses fotosintesis (Widowati,2012).

Unsur hara K pada tanaman penting untuk mempengaruhi jumlah daun dan

ukuran. Pemberian K mampu meningkatkan biomassa kering tanaman nilam dengan

sumber K yang berbeda, yaitu KCl dan K 2SO4 Defisiensi unsur hara K terjadi pada

daun tua karena K diangkut ke daun muda. Gejala defisiensi unsur K timbul bercak

transparan pada daun, lalu daun mengering. (Matana dan Nurhaini, 2015).

Gejala yang ditunjukkan oleh tanaman yang mengalami defisiensi unsur K

yaitu daun tuanya menunjukkan gejala daun yang terbakar di bagian ujungnya,

dimulai dari terbentuknya bintik-bintik kuning atau putih seukuran peniti di bagian

ujung daun dewasa yang kemudian akan berubah menjadi coklat. Bintik-bintik

kuning tersebut yang kemudian berkembang menjadi coklat merupakan jaringan daun

yang mati (Armita et al., 2021).


14

Unsur Hara Kalsium

Kalsium termasuk unsur hara yang esensial bagi tumbuhan, unsur ini

mempunyai dua fungsi utama dalam pertumbuhan tanaman yaitu mengatur osmotic

getah sel dan sebagai pengatur metabolisme tanaman. Kalsium sangat penting untuk

pertumbuhan meristem tanaman, terutama untuk memfungsikan ujung-ujung akar.

Kalsium merupakan penyusun kalsium pektat, yang mengisi lamella tengah dinding

sel. Kalsium yang diserap tanama dalam bentuk Ca2+. Kekurangan kalsium

menyebabkan daun kuncup tidak dapat membuka,. Untuk gejala lain kekurangan Ca

dapat menyebabkan gejala pada ujung akar (Afandi, 2005).

Unsur Ca sangat tidak mobil dalam tanaman, alih tempat terbatas dari daun

tua ke bagian yang sedang tumbuh, dapat menyebabkan kekurangan Ca dalam buah,

umbi dan titik tumbuh akar dan batang, kekahatan Ca dapat saja terjadi pada tanah

yang memiliki kadar Ca yang tinggi, terutama jika laju transpirasinya rendah. Gejala

kekahatan pertumbuhan titik tumbuh batang dan akar terhambat, daun pada jagung

lengket (sticky), daun yang baru terbentuk tergulung, gangguan fisiologis pada organ

penyimpanan atau terbakar pada tepi daun serta, cupping pada daun muda, dan ujung

daun (Juandi et al., 2016).

Kekurangan unsur hara kalsium pada tanaman menunjukkan kegagalan tunas-

tunas muda atau bagian pucuk untuk berkembang, hal ini disebabkan terjadinya

penghentian aktivitas meristematik pada titik tumbuh. Kekurangan Ca juga

menyebabkan disintegrasi pada ujung-ujung batang, akar, daun-daun muda sehingga

bentuknya menjadi tidak normal, serta perubahan warna pada tulang daun dan

pengeringan pada ujung sampai ke pangkal daun (Utami, 2018).


15

Unsur Hara Magnesium

Magnesium diserap dalam bentuk Mg2+ dan merupakan bagian dari klorofil.

Kekurangan Mg dapat menyebabkan khlorisis. Gejalanya akan tampak pada

permukaan daun sebelah bawah, Mg sebagai pupuk diberikan dalam bentuk : MgSO 4,

MgCO3 dan Mg(OH)2. Di dalam tanah, Mg berasal dari dekomposisi buatan yang

mengandung mineral, seperti : biotit, terpentin, dan olivine. Ada bebeberapa faktor

yang mempengaruhi ketersediaan magnesium dalam tanah seperti :

temperature,kelembaban, dan pH. Selain itu magnesium bertindak sebagai pembawa

fosfor, khusunya ke dalam biji (Tehubijuluw, 2014).

Kekurangan unsur magnesium (Mg) menyebabkan timbulnya warna

keputihan sepanjang kanan kiri tulang daun dan pada daun tua yang akan mengalami

klorosis dengan warna merah keunguan sepanjang pinggir daun serta tampak

bercakbercak coklat. Gejala ini dapat merupakan indikasi bahwa tanah tersebut

bersifat masam, terutama timbul pada tanaman muda dengan pengolahan tanah yang

kurang intensif. Dengan pemberian dolomit dapat mengatasi masalah kahat Mg ini

untuk musim tanam selanjutnya (Nugroho, 2013).

Gejala defisiensi Magnesium yang dapat dilihat pada tanaman adalah

timbulnya klorosis pada tepi daun yang tua, daun kecoklat-coklatan dan merah

keungu-unguan. Pada kondisi yang berat, daun tua akan menguning secara merata

tetapi tulang daun berwarna hijau, dan sering terjadi jaringan mati pada sisi pinggir

helaian daun sampai ke masing-masing anak daun (Wahyuni et al., 2014).


16

Tanah Andisol

Tanah Andisol merupakan tanah muda yang berkembang dari bahan induk

vulkanik pada ketinggian tempat di atas 700 meter dari permukaan laut, didaerah

iklim humid dengan curah hujan tinggi, drainase baik dan tidak pernah kering total.

Tanah Andisol berasal dari batuan volkanik yang cukup beragam. Tanah Andisol

adalah salah satu jenis tanah yang relatif subur namun mempunyai tingkat jerapan P

yang tinggi karena dirajai oleh mineral amorf seperti alofan, imogolit, ferihidrit dan

oksida-oksida hidrat Al dan Fe dengan permukaan spesifik yang luas, tanah andisol

juga merupakan tanah yang baik digunakan dalam dunia pertanian (Mukhlis, 2011).

Andisols yang mempunyai sifat-sifat fisik-kimia dan susunan mineral yang

unik, pada umumnya gembur, tekstur sedang (komposisi liat maupun pasir tiak terlalu

besar), dan beberapa unsur kesuburan tanah sangat mendukung untuk tanaman

budidaya pertanian. Penyebaran tanah Andisols tersebut cukup luas di wilayah lereng

atas sampai lereng bawah dari landform kerucut volkan (Purwono dan Hartono,2011).

Permasalahan di Andisol adalah ketersediaan fosfat yang rendah, dikarenakan

oleh sebagian besar (90%) fosfat terikat oleh mineral liat alofan dan Al, sehingga

pasti menyebabkan rendahnya efisiensi pemupukan. Pemberian pupuk P dan

penambahan bahan organik, dapat mengatasi masalah kekahatan P pada Andisol.

Meskipun pada Andisol mengandung bahan organik yang tinggi akan tetapi dengan

penambahan bahan organik ke dalam tanah dapat meningkatkan terlepasnya P dari

tanah oleh proses dekomposisi bahan organik tambahan (Ritonga et al., 2015).
17

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum, yaitu di lahan Fakultas

Pertanian, Universitas Sumatera Utara di Jalan Dr. T. Mansur No. 9, Padang Bulan,

Kecamatan Medan Baru, Kota Medan, Sumatera Utara pada ketinggian ±25 mdpl,

dimulai dari tanggal 8 Oktober sampai 25 November 2022.

Alat dan Bahan

Adapun alat-alat yang digunakan selama praktikum, yaitu cangkul untuk

mengolah tanah, tali plastik pembatas lahan, timbangan, polibag sebagai tempat

penampung tanah, gembor sebagai alat penyiram air, meteran untuk mengukur tinggi

tanaman, jangka sorong untuk mengukur diameter batang, kalkulator untuk

menghitung dosis pupuk, dan oven untuk mengering tajuk dan akar tanaman.

Adapun bahan-bahan yang digunakan untuk praktikum, yaitu pupuk urea

(45%) sebagai sumber N, pupuk KCl (60%) sebagai sumber K, pupuk TSP (46%)

sebagai sumber P, Kaptan (43%) sebagai sumber Ca, Kieserit (16%) sebagai sumber

Mg, tanah entisol kering yang diambil dari Tangkahan sebagai media utama

penanaman, kayu atau bambu sebagai bahan pacak dan plang, bibit jagung sebagai

tanaman indikator defisiensi, kertas label sebagai penanda perlakuan.

Prosedur Kerja

Adapun prosedur percobaan yang dilaksanakan, yaitu:

1. Disediakan alat dan bahan.

2. Disiapkan 24 polibag ukuran 5 kg.

3. Diisikan tanah entisol ke dalam polibag sebanyak 5 kg.


18

4. Ditempelkan kertas label yang dituliskan perlakuan pada masing-masing

polibag.

Tabel 1. Daftar Perlakuan Percobaan


No. Perlakuan Unsur Hara

1 Kontrol -

2 Lengkap N P K Ca Mg

3 -N P K Ca Mg

4 -P N K Ca Mg

5 -K N P Ca Mg

6 -Ca N P K Mg

7 -Mg N P K Ca

8 -NP K Ca Mg

9 -NK P Ca Mg

10 -PK N Ca Mg

11 -KCa N P Mg

12 -CaMg NPK

5. Ditimbang pupuk sesuai dosis dan diaplikasikan pada setiap polibag

berdasarkan perlakuan pada setiap polibag.

6. Ditanamkan 3-4 bibit jagung setelah direndamkan dalam air selama 10 menit.

7. Disiram polibag dengan air.

8. Dilakukan pengamatan dan pendataan parameter setiap 1 minggu selama masa

percobaan sampai 7 MST.

9. Dilakukan pemanen jagung pada minggu terakhir masa percobaan.


19

10. Diisikan data dan dokumentasi ke dalam laporan.


20

PELAKSANAAN PERCOBAAN

Persiapan Lahan

Persiapan lahan merupakan usaha persiapan media tumbuh agar sesuai dan

mendukung pertumbuhan tanaman. Tujuannya adalah untuk memperbaiki aerasi dan

drainase, menghilangkan kemasaman tanah, mencampur bahan organik, mengurangi

erosi, dan mengendalikan gulma. Besar kecilnya persiapan lahan dipengaruhi oleh

faktor sifat fisik tanah, kemiringan lereng, jenis tanaman, waktu dan alat yang

tersedia, dan biaya. Tahapan pertama yang dilakukan adalah land clearing

(pembersihan lahan). Lahan yang digunakan terlebih dahulu dibersihkan dari gulma

(rumput liar).

Gambar 1. Persiapan lahan

Pengambilan Contoh Tanah Komposit

Tanah diambil secara komposit dari lahan yang cukup luas. Umumnya satu

contoh tanah komposit terdiri dari 20-30 contoh tanah individual dianggap dapat

mewakili tanah seluas 10-15 ha. Hal tersebut tergantung pada keadaan setempat.
21

Makin homogen keadaan daerahnya makin sedikit jumlah contoh tanah individu yang

diperlukan sebaliknya semakin heterogen akan semakin banyak. Agar diperoleh

contoh tanah yang mewakili maka pengambilan tanah komposit dilakukan secara zig-

zag. Pada setiap titik tanah diambil pada kedalaman 0 sampai 20 cm setelah terlebih

dahulu tumbuhan atau vegetasi di atasnya dibersihkan. Lokasi pengambilan contoh

tanah tidak boleh di tepi jalan raya, dekat rumah, dekat saluran drainase, bekas

timbunan dan bekas tumpukan sampah. Bahan tanah yang diambil dari setiap titik

dicampurkan secara merata dan ditempatkan pada wadah atau karung yang bersih

(bukan karung bekas pupuk atau pestisida).

Gambar 2. Pengambilan Sampel Tanah

Gambar 3. Metode Pengambilan Contoh Tanah Komposit (zig-zag)


22

Penanganan Contoh Tanah

Contoh tanah yang telah diambil harus segera dikering-udarakan dengan cara

menganginkannya (jangan dijemur di bawah cahaya matahari langsung dan jangan

terkena hujan). Apabila tanah telah kering udara, maka dilakukan pengayakan dengan

ayakan mesh (ayakan pasir).

Gambar 4. Pengayakan Sampel Tanah

Persiapan Media Tanam

Tanah yang telah dikeringanginkan dan diayak lalu dimasukkan ke dalam 24

polibag masing-masing 5 kg tanah.

Gambar 5. Persiapan Media Tanam


23

Pemberian Label dan Pupuk

Apabila seluruh polibag telah terisi tanah maka dilakukan pemasangan label

pada setiap polibag sesuai dengan perlakuan yang telah ditentukan. Label dibuat

besar dengan huruf yang jelas, jika terbuat dari kertas harus diberi plastic agar tidak

basah dan rusak kena air. 

Pemberian pupuk dilakukan sesuai dengan perlakuan dan dosis dari masing

masing pupuk. Pada saat tanam, seluruh dosis pupuk ditaburkan secara merata di

permukaan tanah dan kemudian di aduk sedikit agar tertimbun tanah.

Gambar 6. Contoh Pemberian Label

Gambar 7. Aplikasi Pupuk dan Pemberian Label Perlakuan


24

Penanaman Tanaman Indikator

Benih tanaman indikator direndam terlebih dahulu dengan air selama kurang

lebih 15-30 menit kemudian ditanam tepat ditengah polibag sebanyak 3 sampai 4 biji

pada kedalaman 2 sampai 3 cm.

Gambar 8. Penanaman Bibit Jagung (Zea mays L.)

Pemeliharaan Tanaman

Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap hari kecuali hari hujan selama penelitian di

lapangan. Air penyiram yang dipakai adalah air bersih atau air hujan yang ditampung

pada wadah plastik. 

Gambar 9. Penyiraman Tanaman


25

Penjarangan

Seminggu setelah tanam dilakukan penjarangan tanaman dalam polibag

dengan meninggalkan 1 tanaman yang kuat dan bagus pertumbuhannya.

Gambar 10. Penjarangan

Penyiangan Gulma

Penyiangan gulma dilakukan terus menerus dan pemberantasan hama

penyakit dilakukan secara preventif dengan menyemprotkan insektisida jika

diperlukan.

Gambar 11. Penyiangan Gulma


26

Pengamatan Parameter

Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman indikator diamati setiap minggu. Diukur mulai dasar batang

sampai daun terpanjang. Agar tidak terjadi perubahan dasar pengukuran akibat

pembumbunan, maka perlu dibuat patok atau pacak dasar pengukuran berupa kayu

kecil yang ditanamkan dekat batang dan diberi tanda tempat awal pengukuran dengan

menggunakan cat atau spidol.

Jumlah Daun (helai) 

Jumlah daun juga diamati setiap minggu. Perhitungan dilakukan langsung dan

daun yang telah dihitung diberikan tanda angka untuk mempermudah perhitungan

dan menghindari pengulangan perhitungan daun yang sama.

Diameter Batang (mm) 

Diameter batang sama seperti parameter tinggi dan jumlah daun yang diamati

setiap minggu dengan menggunakan alat jangka sorong. Pengukuran diameter batang

dilakukan dari dua sisi batang yang berbeda, dikarenakan tanaman jagung memiliki

batang yang oval (tidak bulat sempurna).

Pengamatan Gejala Defisiensi Hara 

Pengamatan gejala Defisiensi atau kekurangan unsur hara dapat dilakukan

mulai dari 2 sampai 7 minggu setelah tanam (MST) dengan memperhatikan warna

atau corak daun yang muncul.


27

Berat Kering Tajuk (g)

Setelah 7 minggu setelah tanam (MST) (sebelum keluar bunga) dilakukan

pemotongan bagian atas tanaman mulai dari pangkal batang. Batang dan daun dicuci

dengan air, dibiarkan kering udara, baru kemudian dimasukkan ke dalam amplop

coklat yang telah diberi lubang dan label sesuai dengan perlakuan. Selanjutnya batang

dan daun yang telah dimasukkan ke dalam amplop tadi dikeringkan di dalam oven

pada temperatur 70°C selama kurang lebih dua malam (2x24 jam) lalu ditimbang

beratnya. 

Berat Kering Akar (g)

Setelah batang dipotong, maka akar yang tinggal di dalam tanah dikeluarkan

dengan cara mencuci tanah dengan air hingga akar terlepas, kemudian akar dicuci

bersih. Selanjutnya akar di keringkan dengan tisu bersih, selanjutnya diperlakukan

sama seperti parameter berat kering tajuk batang dan daun.

Pemanenan

Setelah 7 minggu pengamatan, maka tanaman dipanen untuk ditimbang bobot

kasar akar dan tajuk tanaman serta bobot kering akar dan tajuk tanaman.

Gambar 12. Pemanenan


28

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Adapun hasil pengukuran tinggi tanaman jagung (Zea mays L.) dari setiap

perlakuan sebagai berikut.

Tabel 2. Rata-Rata Tinggi Tanaman Jagung (Zea mays L.) (cm)


PERLAKUAN
MST - -
Kontrol Lengkap -N -P -K -Ca -Mg -NP -PK -KCa
NK CaMg
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 16 21,7 14,25 23,4 26,5 25,5 25,5 29,25 32,8 24,5 33,25 37,75
3 41 44 38 42 41,5 49 44,5 40,5 43,5 44 50 45,5
4 67,5 77,5 63,5 75 84,5 87,5 89,5 65 62 80,5 83,5 77,5
5 72,5 83,15 70,75 82,3 94,55 93 105,6 71,15 69,4 85 90,4 83,55
6 81 99,5 84 93,5 118 109,5 138 82,5 79,5 102 105,5 95
7 85 101 88,5 95 119,5 110,5 140,5 84 82,5 104,5 109,5 96,5

Gambar 13 . Grafik Rata-rata Tinggi Tanaman Jagung (cm)


160

140
Kontrol
120 Lengkap
-N
100 -P
-K
80 -Ca
-Mg
60 -NP
-NK
40 -PK
-KCa
20 -CaMg

0
14-Oct 21-Oct 28-Oct 7-Nov 11-Nov 21-Nov 25-Nov
29

Adapun hasil pengukuran diameter batang tanaman jagung (Zea mays L.) darri setiap

perlakuan sebagai berikut

Tabel 3. Rata-Rata Diameter Batang Tanaman Jagung (Zea meys L.)(mm)


PERLAKUAN
MS
T -
Kontrol Lengkap -N -P -K -Ca -Mg -NP -NK -PK -KCa
CaMg
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3,70 3,72
2 4,225 4,18 4,45 4,1 3,155 2,65 3,1 2,8 2,675 3,725
5 5
5,92 5,67
3 5,2 7,35 7,15 6,25 6,85 7,35 6,35 5,825 7 5,925
5 5
10,3 16,3 12,1
4 10,35 10,3 11,45 10,22 10,05 13,3 13,3 10,15 11,8
5 2 5
15,3 14,2
5 11,1 13,8 10,9 13,6 16,8 17,2 10,8 10,95 14,3 13,6
5 5
16,4 17,8 14,9
6 12,4 14,6 12 14,65 17,95 11,9 15,95 15,55 14,6
5 5 5
12,3 16,7 18,2 15,3
7 13,05 15 15,25 18,25 13,8 16,25 15,8 14,75
5 5 5 5

Gambar 14. Grafik Rata-rata Diameter Batang Tanaman Jagung (Zea mays L.)(mm)
20

18

16 Kontrol
Lengkap
14 -N
12 -P
-K
10 -Ca
-Mg
8 -NP
-NK
6
-PK
4 -KCa
-CaMg
2

0
14-Oct 21-Oct 28-Oct 7-Nov 11-Nov 21-Nov 25-Nov
30

Adapun hasil perhitungan jumlah daun tanaman jagung (Zea mays L.) dari

setiap perlakuan adalah sebagai berikut.

Tabel 4. Rata-Rata Jumlah Daun Tanaman Jagung (Zea meys L.) (Helai)
PERLAKUAN
MS
T Kontrol Lengkap -N -P -K -Ca -Mg -NP -NK -PK -KCa -CaMg
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 3 3,5 3 3,4 3,5 3,5 3,5 4 3,5 3,5 4 4
3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 5,5 4,5 5 4,5 5,5 5 4 4,5 5,5 5,5 4,5
5 5,5 5,5 5,5 5,5 5,5 6 6,5 5,5 4,5 5,5 5,5 6
6 8,5 9 8,5 8,5 9,5 10 11,5 7,5 7,5 8,5 9 9
7 8,5 9 8,5 8,5 9,5 10 12,5 8,5 7,5 8,5 9 9

Gambar 15. Grafik Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Jagung (Zea mays L.)
14

12
Kontrol
10 Lengkap
-N
-P
8 -K
-Ca
6 -Mg
-NP
-NK
4 -PK
-KCa
2 -CaMg

0
14-Oct 21-Oct 28-Oct 7-Nov 11-Nov 21-Nov 25-Nov
31

Adapun hasil perhitungan bobot kering oven (BKO) akar tanaman jagung

(Zea mays L.) dari setiap perlakuan adalah sebagai berikut.

Tabel 5. Data Kering Oven Akar Tanaman Jagung (Zea mays L.) (g)
Bobot Kering Akar (g)
Perlakuan
U1 U2
Kontrol 6.48 12.10
Lengkap 10.77 6.63
-N 7.75 4.11
-P 8.78 5.48
-K 8.72 16.18
-Ca 11.56 9.66
-Mg 16.87 13.05
-NP 5.57 3.90
-NK 4.69 3.55
-PK 8.56 10.75
-KCa 6.96 7.15
-CaMg 12.34 4.88

Gambar 16. Diagram Bobot Kering Oven Akar Tanaman Jagung (Zea mays L.)
32

18

16

14
12

10

8 U1
U2
6

0
l a g g
tro ka
p -N -P -K -C -M -N
P
-N
K
-P
K Ca
n ng -K CaM
Ko Le -

Adapun hasil perhitungan bobot kering oven (BKO) tajuk tanaman jagung

(Zea mays L.) dari setiap perlakuan adalah sebagai berikut.

Tabel 6. Data Kering Oven Tajuk Tanaman Jagung (Zea mays L.) (g)
Bobot Kering Tajuk (g)
Perlakuan
U1 U2
Kontrol 14.14 20.59
Lengkap 21.88 16.45
-N 9.21 11.66
-P 28.63 13.49
-K 23.64 100.30
-Ca 78.01 27.58
-Mg 146.83 75.20
-NP 14.20 6.28
-NK 7.04 11.52
-PK 30.24 45.90
-KCa 22.32 27.32
-CaMg 74.91 9.58

Gambar 17. Diagram Bobot Kering Oven Tajuk Tanaman Jagung (Zea mays L.)
33

160

140

120

100

80
U1
60 U2

40

20

0
l a g
tro ka
p -N -P -K -C -M -N
P
-N
K
-P
K Ca g
n ng -K CaM
Ko Le -

Pembahasan

Berdasarkan hasil dari percobaan, dapat dilihat pada pengamatan terakhir atau

pada 7 MST terlihat bahwa tinggi tanaman tertinggi terlihat pada perlakuan -Mg

dengan rata-rata 140,5 cm. Untuk data tinggi tanaman terendah yaitu pada perlakuan -

NP dengan rata-rata 84 cm. Hal ini dapat dapat dilihat bahwa pengurangan 1 unsur

hara pada tanah dapat terlihat dengan jelas perbandingan dari pertumbuhan tanaman

tersebut. Ulangan dengan perlakuan tersebut memiliki kekurangan masing-masing

dimana pertumbuhan pada tanah muda tidak berjalan dengan baik. Hal ini

sesuai dengan literatur (Nugroho, 2013) yang menyatakan kekurangan unsur

Nitrogen pertumbuhan tanaman lambat dan kerdil. (Goh dan Hardter, 2007) juga

menyatakan defisiensi P dalam tanaman menyebabkan ratio akar terhadap pucuk

lebih besar yang disebabkan oleh proporsi asimilat untuk partumbuhan akar yang

dialokasikan lebih besar dibandingkan dengan pucuk


34

Berdasarkan hasil dari percobaan, dapat dilihat bahwa pertumbuhan diameter

batang yang selalu meningkat setiap minggu nya dan diameter terbesar terdapat pada

-Ca dan -Mg dengan rata-rata 18,25mm dan Untuk data diameter terendah yaitu pada

perlakuan -N dengan rata-rata 12,35mm . Hal ini sesuai dengan literatur (Nugroho,

2013) yang menyatakan kekurangan unsur Nitrogen pertumbuhan tanaman lambat

dan kerdil, mula-mula daun menguning dan mengering lalu daun akan rontok dimana

daun yang menguning diawali dari daun bagian bawah, lalu disusul daun bagian atas.

didalam tubuh tanaman nitrogen bersifat dinamis sehingga jika terjadi kekurangan

nitrogen pada bagian pucuk nitrogen yang tersimpan pada daun tua akan dipindahkan

ke organ yang lebih muda, dengan demikian pada daun-daun yang lebih tua gejala

kekurangan nitrogen akan terlihat lebih awal

Berdasarkan hasil dari praktikum yang telah dilakukan pada parameter jumlah

daun terlihat bahwa jumlah daun tertinggi terdapat pada perlakuan – Mg yaitu

dengan rata-rata 13,5 helai dan jumlah daun terendah (-NK) yaitu dengan rata-rata 7,5

helai. Hal ini sesuai dengan literatur (Matana dan Nurhaini, 2015) yang menyatakan

Unsur hara K pada tanaman penting untuk mempengaruhi jumlah daun dan ukuran.

Pemberian K mampu meningkatkan biomassa kering tanaman nilam dengan sumber

K yang berbeda, yaitu KCl dan K 2SO4 Defisiensi unsur hara K terjadi pada daun tua

karena K diangkut ke daun muda. Gejala defisiensi unsur K timbul bercak transparan

pada daun, lalu daun mengering. Sumber unsur hara K adalah pupuk KCl.

Berdasarkan hasil dari praktikum yang telah dilakukan bahwa setelah akar

diovenkan terlihat bahwa bobot kering akar tertinggi terdapat pada perlakuan –Mg

(U1) yaitu 16,87 g dan terendah pada perlakuan -NK (U2) yaitu 3,55 g. Ini dapat
35

dipengaruhi oleh jenis unsur hara dimana kekurangan unsur hara Nitrogen akan

membuat tanaman kerdil, apabila tanaman kerdil maka akar yang pada tanaman

tersebut kecil juga. Hal ini sesuai dengan literatur (Nugroho, 2013) yang

menyatakan kekurangan unsur Nitrogen pertumbuhan tanaman lambat dan kerdil.

Berdasarkan hasil dari praktikum yang telah dilakukan bahwa setelah tajuk

diovenkan terlihat bahwa bobot kering tajuk tertinggi terdapat pada perlakuan -Mg

(U1) yaitu 146,83 g dan terendah pada perlakuan -NP (U1) yaitu 6,28 g. Ini dapat

dipengaruhi oleh jenis unsur hara karena kurangnya unsur N menghambat

pertumbuhan vegetatif dan proses fotosintesis, serta kurangnya unsur P menyebabkan

gangguan pada pembentukan dan pertumbuhan akar, sesuai dengan literatur Herman

dan Pranowo (2013) yang menyatakan unsur P berperan penting dalam fotosintesis

dan perkembangan akar, sehingga menyebabkan defisiensi N pada tanaman untuk

menjadi lebih jelas yaitu tanaman menjadi lebih pendek, kurus, dan menguning lebih

parah daripada perlakuan -N.


36

KESIMPULAN

Kesimpulan.

Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari percobaan evaluasi kesuburan

tanah ini yaitu status unsur hara pada tanah andisol Tuntungan mengandung unsur

Nitrogen (N) dan Fosfor (P) yang rendah berdasarkan hasil perlakuan yang diamati

dengan Uji Minus Satu (Minus One Test), dimana setiap perlakuan yang mengandung

unsur Nitrogen (N) dan Fosfor (P) menunjukkan pertumbuhan tanaman jagung (Zea

mays L.) yang paling lambat di antara seluruh perlakuan baik dalam parameter tinggi

tanaman, diameter batang, dan bobot tajuk.

Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan kepada peserta praktikum yaitu peserta

disarankan untuk menjadi lebih teratur dan lebih teliti dalam melakukan pengamatan

praktikum, pembelajaran dan pencarian sumber referensi untuk menghindari

kesalahan apapun dalam pembuatan laporan, serta memberikan informasi yang lebih

lengkap dan jelas dalam penyampaian informasi untuk mengurangi kesalahpahaman

pembaca terhadap laporan.


37

DAFTAR PUSTAKA
Afandi,R.N.W, 2005, Ilmu Kesuburan Tanah, Penerbit Kansius, Yogyakarta

ABADI, Z. G., Wikanta, W., & Listiana, L. (2016). PERBEDAAAN


PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L. saccharata) PADA
BERBAGAI JENIS MEDIA TANAH (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surabaya).
Anggraini, A. 2016. Respon Pertumbuhan, Serapan Hara, Dan Hasil Produksi Jagung
Manis (Zea mays L. Saccharata Sturt), Kultivar Valentino
TerhadapPemberian Biofertilizer Dan Trichokompos. Universitas Lampung:
Bandar Lampung.
Armita, D., Wahdaniyah, Hafsan, Hafizhah, A.A. 2022. Diagnosis Visual Masalah
Unsur Hara Esensial Pada Berbagai Jenis Tanaman. Media Informasi dan
Teknologi, 16(1): 139-150.

Atmaja, I. S. W. (2017). Pengaruh Uji Minus One Test pada Pertumbuhan Vegetatif
Tanaman Mentimun. Jurnal Logika, 19(1), 63-68.
Barnito, N. 2009. Budidaya Tanaman Jagung. Suka Abadi. Yogyakata. 96 hlm.

Dedi R. Y Yuwariah, AW Irwan, 2018. Pengaruh Pola Tanam Tumpangsari


Jagung(Zea mays L.) dengan Padi Hitam (Oryza sativa L.). Jurnal Agrotek
Indonesia.Vol 3. No 2
Descalsota, J. P., Mamaril, C. P., & San Valentin, G. O. 2019. Evaluation of the soil
fertility status of some rice soils in the Philippines. In 2nd annual meeting
and symposium of the Philippines Society of Soil Science and Technology
Inc, Benguet State University, La Trinidad, Benguet, May (pp. 20-21).
Dongoran, D.. 2009. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Manis (Zea
mays saccharata Sturt) Terhadap Pemberian Pupuk Cair TNF Dan Pupuk
Kandang Ayam.
Fahmi, A., Utami, S. N. H., & Radjagukguk, B. (2010). Pengaruh interaksi hara
nitrogen dan fosfor terhadap pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L)
pada tanah regosol dan latosol. Berita Biologi, 10(3), 297-304.Havlin JL, JD
Beaton, SL Tisdale and WL Nelson. 2005. Soil Fertility and Fertilizers. An
introduction to nutrient management. Seventh Edition. Pearson Education
Inc. Upper Saddle River, New Jersey.
Gani, RA. 2015. Respons Enam Varietas Jagung Manis (Zea mays L.)
TerhadapPenanaman Kacang Hias (Arachis pintoi Krap. & Greg.)
DalamSistemOlah Tanah Minimum. Institut Pertanian Bogor: Bogor.
38

Goh, K.J., R. Hardter. 2007. General oil palm nutrition in International Planters
Conference on Management for Enhanced Profitability in Plantations.
Herman, M. dan D. Pranowo. 2013. Pengaruh Mikroba Pelarut Fosfat terhadap
Pertumbuhan dan Serapan Hara P Benih Kakao (Theobroma cacao L.).
Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar.
Izah, L. 2009. Pengaruh Ekstrak Beberapa Jenis Gulma Terhadap PerkecambahanBiji
Jagung (Zea mays L.). Universitas Islam Negeri Maulana MalikIbrahim
Malang: Malang.
Juandi T, Selvie T, Marjam MT. 2016. Pertumbuhan dan Produksi Jagung Pulut
Lokal (Zea mays ceratina kulesh) pada Beberapa Dosis Pupuk NPK.
Manado: Universitas Sam Ratulangi.

Larasati, G,K. 2011. Respon Populasi Hasil Persilangan Tanaman Jagung


TerhadapPemupukan Fosfor. Universitas Jember: Jember.

Lesicol. 2012. Adaptasi Pertumbuhan Tanamam. Universitas Udayana. Denpasar.

Maspeke, P., Ilahude, Z., & Zakaria, F. 2019. Pertumbuhan dan hasil jagung yang
dipupuk N, P, dan K pada tanah Vertisol Isimu Utara Kabupaten
Gorontalo. Journal of Tropical Soils, 14(1), 49-56.
Matana, Y.R., & Nurhaini, M. 2015. Respons Pemupukan N, P, K dan Mg Terhadap
Kandungan Unsur Hara Tanah dan Daun pada Tanaman Muda Kelapa Sawit.
B.Palma, 16(1):23-31.

Mukhlis. 2011. Tanah Andisol. Genesis, klasifikasi, karakteristik, penyebaran dan


analisis. USU Press. Medan

Munthe, M. G. (2022). EVALUASI STATUS KESUBURAN TANAH YANG


DITANAMAI TANAMAN JERUK (CITRUS SP) DI DESA AJIBUHARA
KECAMATAN TIGAPANAH (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS
QUALITY BERASTAGI).
Mualim L, SA Aziz dan M Melati. 2019. Kajian Pemupukan NPK dan Jarak Tanam
pada Produksi Antosianin Daun Kolesom. J. Agron. Indonesia. 37(1): 55-
61.

Nugroho, A.W. 2013. Pengaruh komposisi media tanam terhadap pertumbuhan awal
cemara udang (Casuarina Equisetifolia Var. Incana) pada gumuk pasir
pantai. Forest Rehabilitation Journal. 1(1): 113-125.
39

Pinatih, I. D. A. S. P., Kusmiyarti, T. B., & Susila, K. D. (2015). Evaluasi status


kesuburan tanah pada lahan pertanian di Kecamatan Denpasar Selatan. E-
Jurnal Agroekoteknologi Tropika, 4(4), 282-292.
Purnama, A. 2015.Strategi Kemitraan Pola Inti-Plasma Dengan Perusahaan
F1AinaUntuk Meningkatkan Keuntungan Pada Usaha Budidaya Jagung
Manis (Zeamays Saccharata Sturt.). Politeknik Pertanian Negeri
Payakumbuh: Payakumbuh.
Purwono dan Rudi Hartono. 2011. Bertanam Jagung Unggul. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Ritonga, M., Sitorus, B., & Sembiring, M. (2015). Perubahan bentuk P oleh mikroba
pelarut fosfat dan bahan organik terhadap P-tersedia dan produksi kentang
(Solanum tuberosum L.) pada Tanah Andisol terdampak erupsi Gunung
Sinabung. Jurnal Agroekoteknologi Universitas Sumatera Utara, 4(1),
107574.
Riwandi, M. Handajaningsih, dan Hasanudin,2014.Teknik Budidaya Jagung Dengan
Sistem Organik Di Lahan Marjinal. UNIB Press. Bengkulu. ISBN 978-979-
9431-84-4.
Rukmana, R. 2010. Jagung Budidaya, pascapanen, Penganekaragaman Pangan.
semarang. CV Aneka Ilmu.
Sihotang, B. P. 2010. Respons Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.).
Terhadap Pemberian Limbah Kopi. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Suliswaty, H. 2016. Pengaruh Iklim Terhadap Pertumbuhan Dan
PerkembanganJagung (Zea mays L.). Universitas Lampung: Lampung
Susila, D. K. (2013). Studi keharaan tanaman dan evaluasi kesuburan tanah di lahan
pertanian jeruk desa Cenggiling, kecamatan Kuta Selatan. Agrotrop, 3(2),
13-20.
Tamad, A. Ma’az, B. Radjagukguk, E. Hanudin, dan J. Widada. 2013. Ketersediaan
Fosfor pada Tanah Andisol untuk Jagung (Zea mays L.) oleh Inokulum
Bakteri Pelarut Fosfat. J. Agron. Indonesia, Vol. 41(2) : 112 - 117.
Tehubijuluw, H., Sutapa, I. W., & Patty, P. (2014). Analisis Kandungan Unsur Hara
Ca, Mg, P, dan S pada Kompos Limbah Ikan. Arika, 8(1), 43-52.
Tim Karya Tani Mandiri. 2012. Pedoman Bertanam Jagung. Nuansa Aulia.Bandung.
Utami. 2018. Gejala Simtomatik Unsur Hara Essensial pada Beberapa Jenis Tanaman
(Suatu Hasil Percobaan Laboratorium). Universitas Udayana.
40

Wahyuni, L., S. Darma, dan M. R. Wayahdi. 2014. Sistem Pakar Mengidentifikasi


Gejala Defisiensi Unsur Hara pada Tanaman Kelapa Sawit. Seminar
Nasional Informatika.
Widowati, W., Asnah, A., & Sutoyo, S. (2012). Pengaruh penggunaan biochar dan
pupuk kalium terhadap pencucian dan serapan kalium pada tanaman
jagung. Buana Sains, 12(1), 83-90.
Yamani ,A .2010. Kajian Tingkat Kesuburan Tanah Pada Hutan Lindung Gunung
Sebatung di Kabupaten Kota Baru Kalimantan Selatan. Jurnal Hujan Tropis
11( 29): 32.
41

LAMPIRAN
Lampiran 1. Deskripsi Jagung (Zea mays L.) Varietas P21 Bison
42

Lampiran 2. Gejala Defisiensi Hara pada Jagung (Zea mays L.)


Gambar Keterangan

 Daun tua menguning di


Lengkap bagian tepi
 Daun tua menguning

 Tanaman kerdil
 Batang tanaman kurus
Kontrol
 Daun tua menguning
hingga mengering
43

 Daun berwarna pucat


-N
 Pertumbuhan lambat

 Tulang daun mengalami


-P pigmentasi ungu
 Tanaman kerdil
44

 Tulang daun menguning


-K  Terdapat bercak kuning
pada daun

 Daun menguning mulai


-Mg
dari tulang daun
45

 Daun menguning dan


-Ca mengering dimulai dari
ujung daun

 Tanaman kerdil
 Pertumbuhan lambat
-NP  Daun berwarna pucat
 Daun menguning dimulai
dari tepi daun
46

 Daun menguning dimulai


dari tepi dan ujung daun
-NK
 Pertumbuhan lambat
 Tanaman kerdil

 Tanaman kerdil
 Pertumbuhan terhambat
 Luas daun kecil
-PK  Daun tua menguning
dimulai dari tepi daun
 Daun mengeluarkan
pigmentasi ungu
47

 Daun menguning dimulai


dari ujung daun
-KCa
 Warna daun keseluruhan
pucat

 Daun tua menguning


-CaMg mulai dari tepi daun
 Tulang daun menguning
48

Tanggal Tanam : Jumat, 07 Oktober 2022

Komoditi : Jagung (Zea mays L.) varietas P21 Bison

Kelompok :A

% Perkecambahan Tanaman Jagung =  Jumlah benih yang berkecambah (1 MST)Jumlah semua

benih yang ditanam x 100%

= 5672 x 100%

= 77.8%
Lampiran 3. Data Perkecambahan Jagung (Zea mays L.)
49

Lampiran 4. Data Mentah Parameter Tinggi Tanaman (cm)


Tinggi Tanaman Tiap MST (mm)
No Perlakuan
1 2 3 4 5 6
1 Kontrol 1 15,5 40 67 69 75 80
2 Kontrol 2 16,5 42 73 76 87 90
3 Lengkap 1 15,6 47 83 90 108 110
4 Lengkap 2 27,8 41 72 76,3 91 92
5 -N 1 13 33 59 66,5 84 85
6 -N 2 15,5 43 68 75 84 85
7 -P 1 17 43 85 93 107 108
8 -P 2 29,8 41 65 71,6 80 82
9 -K 1 36,5 40 77 84 103 105
10 -K 2 6,5 43 91 105,8 133 134
11 -Ca 1 16,5 48 89 94,4 114 115
12 -Ca 2 34,5 50 86 93,6 105 106
13 -Mg 1 15 45 92 113,7 153 155
14 -Mg 2 36 44 87 97,5 123 126
15 -NP 1 28,5 42 61 74,1 88 89
16 -NP 2 30 39 63 68,2 77 79
17 -NK 1 39,1 45 66 69,4 80 83
18 -NK 2 26,5 42 64 69,4 79 82
19 -PK 1 15 41 80 80 96 100
20 -PK 2 34 47 81 90 108 109
21 -KCa 1 37 52 84 91,3 106 110
22 -Kca 2 29,5 48 83 89,5 105 107
23 -CaMg 1 31 43 87 92,5 107 108
24 -CaMg 2 40,5 48 68 93,6 83 85
50

Lampiran 5. Data Parameter Diameter Batang (mm)


No Diameter Batang Tiap MST (mm)
Perlakuan
. 1 2 3 4 5 6
1. Kontrol 1 4,8 5,3 10,5 11,1 12,5 13,1
2. Kontrol 2 3,71 5,1 10,2 11,1 12,,3 13
3. Lengkap 1 4,8 7,6 10,3 15,2 15,6 16
4. Lengkap 2 3,56 7,1 10,3 12,4 13,6 14
5. -N 1 4,81 6,6 9,8 10,7 11,6 11,8
6. -N 2 4,8 7,7 10,9 11,1 12,4 12,9
7. -P 1 4,10 6,1 12,4 16,3 17,2 18
8. -P 2 4,10 6,4 10,5 10,9 12,1 12,5
9. -K 1 4,3 7,1 11,1 13,5 14,6 15
10. -K 2 3,11 6,6 10,4 17,2 18,3 18,5
11. -Ca 1 3,11 7,5 10,4 17,4 18,5 19
12. -Ca 2 3,2 7,2 10,4 17,4 18,5 19
13. -Mg 1 3,25 6,6 9,1 17,5 18,3 19
14. -Mg 2 4,2 5,25 15,2 16,9 17,4 17,5
15. -NP 1 3,1 6,6 10 11,0 12,4 12,6
16. -NP 2 2,2 6,1 10,1 10,6 11,4 15
17. -NK 1 3,1 5,75 10,2 11,7 12,3 15,5
18. -NK 2 3,1 5,9 10,4 11,2 11,6 17
19. -PK 1 2,5 5,7 12,5 13,9 14,7 14,9
20. -PK 2 3,1 5,65 14,1 14,6 15,3 15,8
21. -KCa 1 3,25 7,2 9,1 15,3 16,5 16,7
22. -KCa 2 2,10 6,8 11,2 13,3 14,6 14,9
23. -CaMg 1 2,5 6,1 15,1 16,7 17,8 18
24. -CaMg 2 4,95 5,75 8,5 10,5 11,4 11,5
51

Lampiran 6. Tabel Data Parameter Jumlah Daun (helai)


No Jumalh Daun Tiap MST (helai)
Perlakuan
. 1 2 3 4 5 6
1. Kontrol 1 3 4 4 6 9 9
2. Kontrol 2 3 4 4 5 8 8
3. Lengkap 1 3 4 6 6 10 10
4. Lengkap 2 4 4 5 5 8 8
5. -N 1 3 4 5 5 9 9
6. -N 2 3 4 4 6 8 8
7. -P 1 3 4 5 6 9 9
8. -P 2 4 4 5 5 8 8
9. -K 1 4 4 5 6 9 9
10. -K 2 3 4 4 5 10 10
11. -Ca 1 4 4 6 7 11 11
12. -Ca 2 3 4 5 5 9 9
13. -Mg 1 3 4 6 7 12 13
14. -Mg 2 4 4 4 6 11 12
15. -NP 1 4 4 4 6 8 9
16. -NP 2 4 4 4 5 7 8
17. -NK 1 3 4 4 5 8 8
18. -NK 2 4 4 5 6 7 7
19. -PK 1 4 4 6 5 8 8
20. -PK 2 3 4 5 5 9 9
21. -KCa 1 4 4 6 5 9 9
22. -KCa 2 4 4 5 6 8 8
23. -CaMg 1 4 4 5 6 6 10
24. -CaMg 2 4 4 4 6 8 8
52

Lampiran 7. Perhitungan Pemupukan

Anda mungkin juga menyukai