-2 -
1
PEMANFAATAN LIMBAH SAGU
(Metro-xylonsngzi Rottb.) SEBAGAI MEDIA TANAM
PADA PEMBIBITAN TANAMAN SENGON
(L.) Nielsen)
(Pnrserinntlzesf(~lcntnric~
Oleh
WNOTO
A 28.1437
tut Pertanian Bogor dari bulan September 1995 sampai Januari 1997.' Pembiakan mi-
kroorganisme dilakukan selama 2 minggu dari akhir bulan September 1995 sampai
Olctober 1995. Proses delcomposisi limbah sagu dilakulcan selama 18 minggu dari
bulan Olctober 1995 sampai Februari 1996. Icemudian limbah sagu hasil delcomposisi
malcsimal 5 cm agar tidalc terjadi proses dekomposisi. Selanjutnya limbah sagu dico-
bakan ke tanaman dari bulan Juni 1996 sampai Januari 1997 Analisis tanah dan lim-
bah sag; dilakukan 8i Laboratorium Jurusan Tanah, Fakultis Pertanian, Institut Per-
tanian Bogor
cara faktorial. Faktor pertama yaitu jenis mikroorganisme yang digunakan pada pro-
ses delcomposisi limbah sagu yaitu : tanpa miluoorganisme (MO), Trichodernm hnr-
zimzinz Rifai Aggr. (MI) dan mikroorganisme tanah lapisan atas (M2). Faktor kedua
yaitu dosis limbah sagu sebagai media tanam yaitu : 0.0 kg limbah sagu pada 4.0 kg
tanah (LO), 0.5 kg limbah sagu pada 4.0 kg tanah (Ll), 1.0 kg limbah s a p pada 4.0
kg tanah (L2) dan 1.5 kg limbah sagu pada 4.0 kg tanah (L3). ICombinasi perlakuan
tinggi tanaman, diameter batang dan bobot kering tajuk. Perlakuan jenis mikroorga-
..
nisme berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, diameter batang, bobot kering ta-
julc dan bobot kering alcar. Perlalcuan mikroorganisme tanah lapisan atas memberikan'
ruh nyata terhadap tinggi tanaman pada 6 dan 22 minggu setelah tanam serta diameter'
batang pada 2 dan 6 minggu setelah tanam. Kombinasi perlalcuan dosis limbah sagu
0.5 kg dengan mikroorganisme tanah lapisan atas memberilcan pengaruh paling baik.
PEMANFAATAN LIMBAB SAGU
(Metroxylon sngu Rottb.) SEBAGAI MEDIA TANAM
PADA PEMBTBITAN TANAMAN SENGON
fnlcntnrin (L.) Nielsen)
(Pnmseric~nthes
Sliripsi
Oleh
WINOTO
A 28.1437
Nama : WINOTO
. .
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadhirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
Karya ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Djoefrie, MAgr dan Bapak Dr Ir Iswandi Anas, MSc selaku dosen pembimbing yang
telah memberikan bimbingan sehingga kegiatan penelitian dan penulisan karya ilmiah
inl dapat diselesaikan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada' Bapak Ir Iskandar
Lubis, MS selaku dosenpenguji yang telah memberikan masukan kepada penulis da-'
Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, kakak dan adik
serta rekan-rekan di Ekasari. Disamping itu penulis mengucapkan terima kasih ke-
pada semua pihak yang telah membantu kegiatan penelitian dan penulisan karya ilmi-
ah ini.
l:'enulis
RIWAYATHIDUP
Bapak Sodari dan Ibu Doniyah, merupakan anak kedua dari tujuh bersaudara.
yuhan dan lulus pada tahun 1979. Penulis meneruskan ke SD Negeri 2 Kuwayuhan
dan lulus pada tahun 1985. Penulis kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 3 Kebu-
men dan lulus pada tahun 1988. Penulis meneruskan ke SMA Ne'geri 1 Kebumen dan
dangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 1991. Pada tahun 1992 penulis dite-
rima di Program Studi Agronomi, Jurusan Budidaya Pert ani an, Fakultas Pertanian,
Halaman
DAFTAR TABEL.......................................................................................... ii
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Bahan Organik................................................................................... 5
Mikroorganisme Tanah................. ........................... ...... ...... ..... ......... 6
Hasil.................................................................................................. 15
Pembahasan................ ........ .... .................................. ...... ............ ....... 26
Kesimpulan ... ................ ... ... ..... ............ .......... ..... ......... .......... ........... 30
Saran ................................................................................................. 30
DAFTARPUSTAKA. ..................................................................................... 31
Nomor
Halaman
teks
4. Sifat Kimia Berbagai Campuran Media Tanam.. ................... ...... ......... ..... 21
Lampiran
2. Analisis Ekonomi Pembibitan Sengon ...... ........... .......... ...... ......... ............ 35
3. Sidik Ragam Tinggi Tanaman pada 2,6,10, 14, 18,22,26 dan 30 MST ... 37
4. Sidik Ragam Diameter Batang pada 2,6, 10, 14, 18,22,26 dan 30 MST... 38
5. Sidik Ragam Bobot Kering Tajuk dan Bobot Kering Akar pada 30 MST.. 39
PENDAHULUAN
Latar Belakang
an tropis yang tumbuh cepat. Menurut Perhimpi dan Balitbang Kehutanan (1990) ta-
naman sengon pernah dipilih sebagai pohon ajaib (miracle tree) karena sebagai po-
hon-pohonan, sengon dapat tumbuh dengan cepat dan jika ditanam pada tanah yang
subur dan iklim yang sesuai, tingginya dapat mencapai 7 meter pada umur 1 tahun, 18
meter pada umur 3 tahun dan 30 meter pada umur 9-10 tahun. Dalam kondisi opti-.
pat ditanam sebagai tanaman pelindung pada tanaman perkebunan. Kayu sengon da~
pat dimanfaatkan untuk pembuatan papan, peti kemas, atau bahan baku industri ker-
tas. Menurut Atmosuseno (1994) kayu sengon banyak digunakan sebagai bahan ba-
ku pembuatan peti, papan penyekat, pengecoran semen dalam konstruksi, industri ko-
rek api, pensil, papan partikel dan bahan baku industri pulp.
seno (1994) dengan modal sekitar Rp 6 juta, pengusahaan sengo.n dalam waktu 6 ta-
hun akan memberikan keuntungan bersih kurang lebih Rp 21 500000.00 (Tabel Lam-
piran I). Apabila pengusahaan sengon dilakukan dalam bentuk usaha pembibitan
maka dengan modal sekitar Rp 13 juta dalam waktu I tahun akan diperoleh keuntung-
Permintaan kayu sengon datang dari dalam maupun luar negeri. Atmosuseno
(1994) mengatakan kayu sengon dari Indonesia diekspor terutama ke 'negara Jepang,
Amerika, Korea dan negara-negara yang tergabung dalam Masyarakat Ekonomi Ero-
pa. Dewasa ini sengon merupakan salah satu jenis tanaman yang diprioritaskan pada
pengusahaan hutan tanaman industri (BTl). Menurut Basri dan Hidayat (1993) se-
ngon dipilih sebagai salah satu jenis tanaman yang dikembangkan HTI karena sifat-
nya yang cepat tumbuh dan mampu beradaptasi di tanah kritis. Kayu sengon dapat
dimanfaatkan sejak tanaman berumur muda, kurang lebih lima tahun. Al Rasjid
miliki produksi tinggi, cepat tumbuh, cepat dipungut hasilnya dan memenuhi persya-
ratan industri. Sengon merupakan jenis tanaman yang memenuhi persyaratan tersebut
Pengusahaan sengon dalam HTI merilbutuhkan bibit dala,m jumlah besar dan
berkualitas. Dalam hal ini diperlukan media pembibitan yang baik. Hartman dan
ratan seperti subur, daya menahan air baik, sarang, bebas gulma dan patogen, serta.
kemasaman yang optimal bagi pertumbuhan tanaman. Kondisi media tersebut dapat
limbah pertanian yang dapat digunakan sebagai bahan organik unt'uk memperbaiki
Ketersediaan limbah sagu di Indonesia cukup besar. Nasution, Basri dan Kar-
sinah (1995) melaporkan dewasa ini Indonesia memiliki cadangan sagu terbesar de-
ngan luas mencakup 50.9% dari perkiraan populasi dunia. Soekarto dan Wijandi
(1983) melaporkan luas areal sagu di Indonesia kurang lebih 850 000 ha yang terse-
3
bar terutama di daerah Irian Jaya, Maluku, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur,.
Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Bengkulu, pulau Mentawai, pantai barat Su-
matera Barat, pantai timur Riau dan Sumatera Utara serta beberapa temp at di Aceh,
Bogar, Banten, Sukabumi, Cianjur dan pantai utara Jawa Tengah. Purnomo dan Pra-
hasto (1984) melaporkan potensi produksi sagu di Irian Jaya kurang lebih 12.3 juta
Menurut Haryanto dan Pangloli (1992) dewasa ini sagu mulai banyak diperha-
tikan para ahli, peneliti, perencana, pengambil keputusan (pemerintah), para pengu-
. saha, karena selain sebagai sumber pangan, sagu menjanjikan banyak harapan untuk
dijadikan bahan baku berbagai macam keperluan industri. Supriadi dan Hakim
(1991) mengatakan khusus untuk keperluan bahan pangan, pemanfaatan sagu akan
semakin berkembang dengan dikeluarkan Instruksi Presiden No. 20 tahun 1979 ten-
Apabila ketersediaan limbah sagu yang cukup besar tidak diimbangi dengan
pemanfaatan yang maksimal maka banyak limbah sagu yang terbuang. Dewasa ini
pemanfaatan limbah sagu masih sedikit. Haryanto dan Pangloli. (1992) mengatakan
pemanfaatan limbah sagu masih sangat sedikit baru terbatas sebagai media tumbuh
Jamur.
tanam dan sumber bahan organik di pembibitan untuk mengatasi terbatasriya jumlah
pupuk kandang. Pe}llanfaatan limbah sagu juga akan mengurangi kemungkinan pen-
Pemberian limbah sagu ke media tanam sebaiknya telah matang atau nisbah
an limbah sagu segar ke media tanam akan merugikan tanaman. Buntan (1982) me-
ngatakan penambahan ampas sagu dengan nisbah elN tinggi mendorong pertum-
buhan j asad renik dan mengikat beberapa unsur hara tanaman sehingga terlihat ta-
anum Rifai Aggr. merupakan golongan kapang yang dapat menghasilkan enzim selu-
lase sehingga diharapkan akan mendegradasi limbah sagu yang mempunyai kandung-
an selulosa cukup tinggi. Menurut Haryanto dan Pangloli (1992) kandungan selulosa
Tujuan Penelitian
Hipotesis
yang berbeda pada proses dekomposisi limbah sagu terhadap pertumbuhan bibit
sengon.
TINJAUAN PUSTAKA
Bahan Organik
Bahan organik mempunyai peranan penting dalam memperbaiki sifat fisik, ki-
mia dan biologi tanah dan selanjutnya terhadap pertumbuhan tanaman. Pemberian
bahan organik ke dalam tanah akan meningkatkan kapasitas tukar kation dan daya pe-
gang tanah terhadap air. Menurut Soepardi (1983) setengah dari kapasitas tukar kati-
on tanah biasanya berasal dari bahan organik dan merupakan pemantap agregat tanah
yang tiada taranya. Stevenson (1982) mengatakan pertumbuhan tanaman yang di-
tanam pada tanah yang diberi bahan organik ternyata lebih vigor, lebih sehat dan ha-
ranya lebih banyak dibandingkan dengan tanaman yang ditanam pada tanah dengan
pemberian hara anorganik dalam jumlah yang sarna dalam bentuk pupuk buatan.
Bahan organik dapat diperoleh dari jaringan tumbuhan atau hewan. Menurut
Soepardi (1983) sumber asli bahan organik yaitu jaringan tumbuhan. Binatang bia-
sanya dianggap sebagai penyumbang bahan organik sekunder setelah tumbuhan. Me-
nurut Leiwakabessy (1988) bahan organik tanah secara umum dibedakan atas : ba-
han organik yang relatif sulit didekomposisikan selanjutnya oleh jasad renik, yang di-
sebut humus dan bahan organik yang mudah didekomposisikan. Bentuk terakhir ter-
sebut berkisar dari sisa-sisa tanaman yang masih segar sampai dengan bentuk terakhir
sudah matang atau nisbah elN-nya rendah agar berpengaruh positif terhadap pertum-
6
buhan tanaman. Menurut Leiwakabessy (1988) nisbah CIN dari tanaman, humus atau
tingkat kematangan dari bahan organik tersebut atau tentang mobilisasi nitrogen ta-
nah. Apabila bahan organik yang akan dihancurkan mempunyai nisbah CIN lebih
besar dari 30 maka akan teIjadi imobilisasi nitrogen tanah. Jika nisbah CIN 20-30
tidak terjadi imobilisasi nitrogen maupun maupun pelepasan nitrogen dari bahan
organik sedangkan jika nisbah CIN lebih kecil dari 20 maka cepat teIjadi pelepasan
nitrogen dari bahan organik ke dalam tanah. Menurut Soepardi (1983) jika sejumlah
besar sisa tumbuhar; yang mempunyai nisbah CIN tinggi dimasukkan ke dalam tanah
maka flora heterotrofik, yaitu bakteri, fungi dan aktinomisetes menjadi aktif dan ber-
kembang biak secara cepat serta menghasilkan CO2 dalam jumlah besar. Dalam kea-
daan tersebut nitrat di dalam tanah akan berkurang karena akan dimanfaatkan oleh
jazad mikro untuk membentuk jaringan tubuhnya. Selama pelapukan nisbah C de-
sumber bahan organik untuk memperbaiki sifat media tanam terutama sifat fisiknya.
Limbah sagu merupakan sisa empulur sagu setelah diambil patinya. Limbah sagu be-
rupa serat-serat kecil tidak memadat sehingga akan mempunyai daya pegang air yang
cukup tinggi.
Mikroorganisme Tanah
tanah dari golongan fungi yang mempunyai peranan penting dalam pertanian dan
mempunyai adaptasi lingkungan yang luas. Soepardi (1983) mengatakan kapang ber-
kembang baik dalam suasana masam, netral, atau alkalin. Kapang akan berkembang
lebih baik dalam suasana masam karena persaingan bakteri maupun aktinomisetes sa-
ngat terbatas.
Kapang dijumpai di setiap horison tanah terutama dalam lapisan olah yang
banyak mengandung bahan organik dan aerasi tanah baik. Jenis kapang yang banyak
dijumpai yaitu Penicillium spp., Mucor spp., Trichoderma spp. dan Aspergillus spp.
lulase yang dapat merombak kristal selulosa secara efisien (Sasaki et. al., dalam
Rifai Aggr. merupakan salah satu jenis mikroorganisme yang mempunyai kemam-
rupakan jenis kapang yang bersifat hiper parasit, yaitu dapat membunuh patogen yang
mempercepat proses dekomposisi limbah sagu. Haryanto dan Pangloli (1992) me-
ngatakan limbah sagu mengandung selulosa yang cukup tinggi, s~kitar 62%.
Selulosa merupakan polimer glukosa linier yang tersusun atas 8 000-12 000
rantai molekul selulosa paralel dihubungkan oleh ikatan hidrogen membentuk fibril.
Fibril-fibril tersebut sebagian kristalin dan di dalam kayu dilingkupi lignin (Enari, da-
tik menjadi glukosa. Enzim selulase dapat memutuskan ikatan glikosidik B-l,4 di da-
lam molekul selulosa serta mengubah selulosa, selodekstrin, se.lobiosa dan turunan
selulosa lainnya menjadi glukosa (Enari, dalam Forgarty, 1983). Beberapa mikroor-
lisis selulosa menjadi gula terlarut yang kemudian digunakan sebagai sumber karbon
Enzim selulase paling tidak terdiri atas 3 komponen enzim yaitu : Cl, aktif
menghidrolisis selulosa ·alami, seperti kapas; Cx, aktif merombak selulosa terlarut,
seperti Carboxy Methyl Cellulose (CMC); dan selubiase (Reese, Siu dan Levinson;
1950). Enzim selulase paling tidak terdiri atas 2 komponen Cx., yaitu Cx Endoglu-
soglukanase akan aktif melepaskan unit-unit glukosa dalam bentuk selobiosa mulai
dari kedua ujung rantai molekul glukosa. Selobiosa kemudian dihidrolisis oleh enzim
1975).
merupakan salah satu jenis kapang perombak selulosa yang mempunyai enzim Cl
dan Cx. Pada kapang yang mempunyai enzim Cl dan Cx, kedua enzim tersebut
akan bekerja secara sinergis dalam memecah substrat kompleks (Reese et. al., 1975).
9
zim menghidrolisis polimer selulosa dari kompleks selulosa dan mengubahnya men-
jadi monomer glukosa. Tahap kedua, metabolisme gula sederhana menjadi C02 (se-
cara aerobik) atau asam organik dan alkohol yang diikuti oleh C~ dan CO 2 (anae-
robik) dengan penggabungan secara simultan dari bahan karbon ke dalam protoplas-
tut PertanianBogor dari bulan September 1995 sampai Januari 1997. Pembiakan mi-
kroorganisme dilakukan selama 2 minggu dari akhir bulan September 1995 sampai
Oktober 1995. Proses dekomposisi limbah sagu dilakukan selama 18 minggu dari
bulan Oktober 1995 sampai Februari 1996. Kemudian limbah sa~u hasil dekomposisi
sagu dicobakan ke tanaman dari bulan Juni 1996 sampai Januari 1997. Tanaman yang
digunakan pada percobaan ini rencananya yaitu tanaman nilam (Pogostemon cablin
Benth.), tetapi kemudian diganti dengan sengon (P. falcataria (L.) Nielsen) karena
bahan tanaman nilam yang akan digunakan tidak memenuhi kebutuhan percobaan
di polibag tidak dapat segera dilakukan sehingga waktu percobaan menjadi lebih lama
sagu di daerah Kedung Halang, Bogor. Bahan tanaman yang digunakan berupa bibit
sengon berumur 40 hari. Benih sengon diperoleh dari Balai Benih Kehutanan Bogor.
Trichoderma harziamml Rifai Aggr. dan mikrorganisme tanah lapisan atas digunakan
pada proses dekomposisi limbah sagu. Trichoderma harzianum Rifai Aggr. diperoleh
dari Laboratorium Biologi Tanah, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Perta-
11
nian Bogor; sedangkan mikroorganisme tanah lapisan atas diperoleh dari tanah lapis-
an atas di bawah timbunan limbah sagu dari pabrik pengolahan sagu di daerah Ke-
Media tanam yang digunakan yaitu eampuran tanah lapisan atas Latosol Dar-
maga dengan limbah sagu sesuai masing-masing perlakuan. Limbah sagu yang di-
di atas plastik selama 4 bulan. Limbah sagu pada bak pengomposan diambil pada bu-
lan Februari 1996 dan selanjutnya dihamparkan di atas plastik. Pada bulan Juni 1996
limbah sagu tersebut diambil untuk dieampur dengan tanah lapisan atas Latosol Dar-
maga. Selanjutnya eampuran tanah dan limbah tersebut digunakan sebagai media ta-
sejumlah 60 polibag. Pada setiap media tanam diberikan pupuk Urea (45% N) 25
kg N/ha, SP-36 (36% P 2 0s) 50 kg P20s/ha dan KCI (60% K 2 0) 37.5 kg K20/ha.
Metode
Pereobaan menggunakan raneangan aeak lengkap dua faktor yang disusun se-
eara faktorial. Faktor pertama yaitu jenis mikroorganisme yang digunakan pada pro-
ses dekomposisi limbah sagu yaitu : tanpa mikroorganisme (MO), T. harzianum Rifai
Aggr. (Ml) dan mikroorganisme tanah lapisan atas (M2). Faktor kedua yaitu dosis
limbah sagu sebagai media tanam yaitu 0.0 kg limbah sagu pada 4.0 kg tanah (LO),
0.5 kg limbah sagu pada 4.0 kg tanah (Ll), 1.0 kg limbah sagu pada 4.0 kg tanah
(L2), dan 1.5 kg limbah sagu 4.0 kg tanah (L3). Kombinasi perlakuan berjumlah 12
U = rataan umum
sagu ke-j.
Yijk = galat percobaan pada ulangan ke-k, pengaruh jenis mikroorganisme ke-i
Asumsi dari model tersebut yaitu galat timbul secara acak, menyebar secara
Pelaksanaan Percobaan
tiga buah kotak dari bambu berukuran 1 m X 1 m X 1 m. Limbah sagu segar dirna-
sukkan ke dalam kotak masing-masing 400 kg. Pada kotak tersebut dicampurkan ser-
buk gergaji sebanyak 10% dari bobot limbah sagu segar agar diperoleh aerasi yang
baik. Pada setiap kotak diberi N dan P, masing-masing sebanyak 5 kg/ton campuran
limbah sagu dan serbuk gergaji dalam bentuk Urea dan SP-36.
13
kotak II T. harzianum Rifai Aggr. dan kotak III mikroorganisme tanah lapisan atas.
si tetap baik. Setelah 18 minggu limbah sagu hasil dekomposisi dihamparkan diatas
plastik selama 4 bulan. Ketebalan hamparan maksimal 5 em agar tidak terjadi proses
atas tiga tahap, yait\l : 1) Tahap awal , pengamatan terhadap ampas sagu segar meli-
dap CfN, suhu dan pH. Suhu diamati setiap hari pada pukul 09.00, 12.00, dan 15.00
sekali. Pada pengukuran pH, sampel diambil sebanyak 10 gram ditambah aquades 25
m! dan dikoeok selama 25 menit. Cairan hasil pengoeokan diukur pH-nya dengan
dap ampas sagu hasil dekomposisi meliputi analisis kandungan C, N, P, K, Ca, dan
Mg, serta pH .
Persemaian
Persemaian benih sengon dilakukan pada bak plastik berisi media pasir yang
telah diayak ha!us. Tebal pasir pada bak plastik yaitu 5 em.
14
Benih disemai pada larikan pasir dengan kedalaman 1 em. Jarak antar larikan
5 em. Penyiraman dilakukan 2 kali kali sehari pada pagi dan sore hari sampai bibit
Pemindahan ke polibag
Bibit dari pesemaian yang telah berumur 40 hari dipindahkan ke polibag yang
berisi media tanam berupa eampuran tanah lapisan atas dan limbah sagu hasil dekom-
Pupuk SP-36 diberikan pada saat peneampuran tanah dengan limbah sagu, se-
dangkan pupuk Urea dan KCI diberikan satu minggu setelah tanam dengan eara me-
sihan gulma yang tumbuh di polibag. Penyiraman dilakukan setiap hari sekali pada
pagi hari.
Pengamatan
Peubah yang diama.ti yaitu tinggi tanaman, diameter batang, bobot kering tajuk dan
bobot kering akar. Pengamatan tinggi tanaman dan diameter batang dilakukan empat
minggu sekali sejak dua minggu setelah tanam sampai 30 minggu setelah tanam.
Pengamatan bobot kering tajuk dan bobot kering akar dilakukan sekali pada 30 ming-
gu setelah tanam.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Selama proses dekomposisi limbah sagu dengan berbagai perlakuan jenis mi-
kroorganisme terjadi perubahan warna, plastisitas, fluktuasi suhu dan pH. Limbah sa-
sagu yang mendapat perlakuan mikroorganisme lebih gelap dibandingkan yang tidak
mendapat perlakuan mikroorganisme tetapi dengan perbedaan keci!. Suhu limbah sa-
tertinggi yang teramati 59.33 0 C, sedangkan suhu terendah 30.000 C. Suhu tersebut
terjadi pada hari ke-6 proses dekomposisi dengan perlakuan tanpa mikroorganisme.
Suhu tertinggi limbah sagu dengan perlakuan T. harzianum Rifai Aggr. ataupun mi-
kroorganisme tanah lapisan atas yaitu 59.00 0C, terjadi pada hari ke-7 proses dekom-
posisi. Suhu terendah limbah sagu dengan perlakuan tanpa mikrooganisme terjadi
pada hari ke-41, 99 dan 126. Pada perlakuan T. harziallllm Rifai Aggr., suhu teren-
dah limbah sagu terjadi pada hari ke-99; sedangkan pada perlakuan mikroorganisme
tanah lapisan atas, suhu terendah terjadi pada hari ke-55, 56, 57, 58 dan 99.
Pada hari ke-50 dan 60, suhu limbah sagu dengan perlakuan tanpa mikroorga-
Keadaan tersebut menunjukkan pada saat tersebut limbah sagu dengan perlakuan
tanpa mikroorganisme mengalami perombakan lebih baik. Hal tersebut diduga kare-
na aerasi limbah sagu lebih baik sehingga akan mendukung pertumbuhan mikroorga-
16
nisme. Aerasi yang baik dapat diperoleh dengan pengadukan dan pembalikan. Me-
nurut Murbandono (1982) dengan pengadukan maka timbunan yang semula padat
akan mendapat 02 yang eukup sehingga proses pengomposan berjalan baik. Pada ha-
ri ke-70, 80 dan 90; suhu limbah sagu yang mendapat perlakuan mikroorganisme le-
bih tinggi dibandingkan yang tidak mendapat perlakuan mikroorganisme. Pada saat
baik, diduga karena mikroorganisme yang diinokulasikan pada awal proses dekompo-
sisi telah beradaptasi dengan baik. Pada saat yang sarna jumlah N dan P yang ditam-
bahkan pada awal proses dekomposisi masih eukup tersedia. Pada hari kel0, 20, 30,
40, 100, 110, 120 dan 126; suhu limbah sagu yang mendapat perlakuan mikroorganis-
me relatif sarna dengan yang tidak mendapat perlakuan mikrootganisme. Pada saat
berjalan seperti pada limbah sagu yang mendapat perlakuan tanpa mikroorganisme.
Proses perombakan yang kurang baik pada hari ke-l0, 20, 30, 40 diduga karena
adaptasi mikroorganisme yang diinokulasikan pada awal proses belum baik meskipun
jumlah N dan P eukup tersedia; sedangkan pada hari ke-l00, 11 0, 120 dan 126, pe-
rombakan tidak berjalan baik diduga karena jumlah N dan P tinggal sedikit meskipun
mempunyai perbedaan keeil. Hal tersebut menunjukkan perombakan yang teIjadi pa-
da ketiga limbah sagu relatif sarna. Suhu limbah sagu selama proses dekomposisi pa-
eenderung semakin menurun. Nilai pH limbah sagu pada akhir proses dekomposisi
dan mikroorganisme tanah lapisan atas; berturut-turut 5.10, 5.20 dan 4.70. Berdasar-
kuan mempunyai perbedaan yang keeil. Hal tersebut menunjukan proses dekomposi-
si limbah sagu yang mendapat perlakuan mikroorganisme berjalan seperti pada lim-
perubahan keeil menunjukan proses dekomposisi tidak berjalan dengan baik. Derajat
keasaman limbah sagu selama proses dekomposisi pada berbagai perlakuan j enis mi-
Nisbah e/N limbah sagu selama proses dekomposisi semakin menurun. Hal
tersebut sesuai dengan pemyataan Soepardi (1983) bahwa selama proses pengom-
posan nisbah e/N akan semakin rendah sampai meneapai suatu keseimbangan. Pada
akhir proses dekomposisi, nisbah e/N limbah sagu yang mendapat perlakuan mikro-
me tetapi dengan perbedaan keci!. Nisbah e/N pada akhir proses dekomposisi pada
nah lapisan atas; berturut-turut 17.74, 15.18 dan 14.48. Berdasarkan nisbah e/N
tersebut maka limbah sagu hasil dekomposisi selama 18 minggu pada berbagai
perlakuan jenis mikroorganisme telah matang. Nisbah e/N limbah sagu selama pro-
Mikroorganisme tanah
Mingguke- Tanpa mikroorganisme T. harzianum
laElisan atas
1 6.83 6.79 6.92
2 6.79 6.83 6.67
3 6.34 6.41 6.49
4 6.85 6.72 6.80
5 6.65 6.66 6.66
6 6.80 6.85 6.74
7 6.50 6.94 6.73
8 6.27 6.50 6.70
9 6.05 6.18 6.53
10 5.90 6.12 5.95
11 5.89 5.86 6.20
12 5.90 5.92 6.08
13 5.98 6.05 5.95
14 5.95 6.12 6.00
15 7.16 7.08 6.90
16 6.88 6.85 6.75
17 6.90 7.05 7.08
18 5.10 5.20 4.70
besar 2.46% (tanpa mikroorganisme), 2.91% (T. harzianum) dan 2.95% (mikroorga-
nisme tanah lapisan atas), kandungan fosfor berturut-turut 2.15%, 2.59% dan 2.22%;
serta kalium berturut-turut 1.10%, 1.05% dan 0.95%. Berdasarkan nilai tersebut, kan-
dungan N dan P limbah sagu cukup baik. Gaur (1982) mengatakan kompos yang
berkualitas baik mengandung 1.0-1.5% N, 0.44% P dan 1.25% K. Hasil analisis ki-
mia limbah sagu selama proses dekomposisi pada berbagai perlakuan jenis mikroor-
Limbah sagu hasil dekomposisi selama 18 minggu yang ditambahkan pada ta-
Tabel3. Hasil Analisis Kimia Limbah Sagu selama Proses Dekomposisi pada
Berbagai Perlakuan Jenis Mikroorganisme
Perlakuan Mingguke-
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
Tanpa
mikroorganisme
C(%) 50.78 47.74 48.03 43.71 45.82 43.63 41.64 43.63 41.85 (43.63)
N(%) 1.21 2.46 1.31 (2.46)
P(%) 1.34 0.71 2.06 2.24 1.48 2.26 2.15 2.15
K(%) 1.10
Ca(%) 0.22
Mg(%) 0.27
pHI-hO 5.10
CIN 41.97 19.52 34.98 (17.74)
T. harzianum Rifai Aggr.
C(%) 50.56 47.69 44.50 45.58 44.17 42.54 44.17 30.65 (44.17)
N(%) 0.69 2.91 1.08 (2.91)
P(%) 1.26 1.12 1.99 1.92 1.27 2.42 1.93 2.59
K(%) 1.05
Ca(%) 0.67
Mg(%) 0.29
pH H 20 5.20
CIN 16.39 42.20 (15.18)
Mikrorganisme
tanah lapisan atas
C(%) 41.13 47.04 47.63 43.91 45.96 42.72 41.85 42.73 41.95 (42.73)
N(%) 2.95 1.06 (2.95)
P(%) 1.08 1.98 2.06 1.12 1.40 1.94 2.22 2.22
K(%) 0.95
Ca(%) 0.72
Mg(%) 0.32
pH H20 4.70
CIN 16.15 43.36 - (14.48)
Tinggi tanaman
Perlakuan dosis limbah sagu berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman mu-
Ifli 6 MST (Tabel Lampiran 3). Perlakuan dosis limbah sagu LO (0.0 kg) memberikan
pengaruh paling buruk. Perlakuan dosis limbah sagu Ll (0.5 kg), L2 (1.0 kg) dan L3
(1.5 kg) berpengafuh positifterhadap tinggi tanaman, tetapi ketiga perlakuan tersebut
21
saling tidak berbeda nyata. Pengaruh perlakuan dosis limbah sagu terhadap tinggi ta-
ganisme tanah lapis an atas) tidak berbeda nyata dengan perlakuan Ml (T. harzianum
Media Tanam
Tanah MOLl MOL2 MOL3 MiLl MIL2 MIL3 M2Ll M2L2 M2L3
pH H20 (1:1) 4.50 5.00 5.20 4.80 5.10 5.10 5.00 4.90 5.00 5.50
pH KCI (1:1) 4.05 4.50 4.50 4.30 4.50 4.60 4.55 4.40 4.55 4.50
C(%) 1.75 5.99 3.51 4.28 2.16 2.12 3.92 3.20 4.92 7.28
N total (%) 0.09 0.31 om 0.03 0.25 0.35 0.11 0.27 0.39 0.47
Basa dapat-
dipertukarkan (meflOOg)
K 0.10 1.54 3.08 3.34 1.49 2.21 4.62 1.26 3.34 3.08
Ca 1.18 4.44 6.38 8.27 3.24 4.16 5.91 S.65 8.76 7.15
Mg 0.42 3.09 6.53 9.38 3.57 3.98 7.49 3.89 8.26 6.69
Na 0.17 1.22 1.83 2.17 1.13 1.30 2.30 1.04 1.91 1.74
KTK
(mefl00g) 14.35 21.52 20.97 22.62 18.21 19.86 28.69 20.14 25.11 18.48
AI (mefl00g) 1.67 0.07
H (meflOOg) 0.23 1.41 1.90 2.47 0.98 0.85 2.54 0.71 1.63 0.85
Keterangan :
-MOL I : Tanah (4 kg) + Limbah sagu hasil dekomposisi tanpa mikroorganisme (0.5 kg)
-MOL2: Tanah (4 kg) + Limbah sagu hasH dekomposisi tanpa mikroorganisme (1.0 kg)
-MOL3 : Tanah (4 kg) + Limbah sagu hasH dekomposisi tanpa mikroorganisme (1.5 kg)
-MiLl: Tanah (4 kg) + Limbah sagu hasil dekomposisi T. harzianum Rifai Aggr. (0.5 kg)
-MIL2 : Tanah (4 kg) + Limbah sagu hasH dekomposisi T. harzianum Rifai Aggr.(100 kg)
-MIL3 : Tanah (4 kg) + Limbah sagu hasH dekomposisi T. harzianum Rifai Aggr.(105 kg)
-M2L I : Tanah (4 kg) + Limbah sagu hasH dekomposisi mikroorganisme tanah lapisan atas (0.5 kg)
-M2L2 : Tanah (4 kg) + Limbah sagu hasil dekomposisi mikroorganisme tanah lapisan atas (1.0 kg)
-M2L3 : Tanah (4 kg) + Limbah sagu hasH dekomposisi mikroorganisme tanah lapisan atas (1.5 kg)
22
nyata terhadap tinggi tanarnan pada 6 dan 22 MST (Tabel Larnpiran 3). Pada 6 MST,
tinggi tanarnan paling baik diperoleh pada dosis lirnbah sagu L1 (0.5 kg) yang dikorn-
an atas). Dosis limbah sagu L3 (1.5 kg) yang dikombinasikan dengan perlakuan MO
tanaman paling baik pada dosis limbah sagu L1 (0.5 kg) diperoleh pada perlakuan je-
jenis mikroorganisme, dosis limbah sagu LO (0.0 kg) memberikan pengaruh paling
buruk. Pengaruh interaksi perlakuan dosis Iimbah sagu dan jenis mikroorganisme ter-
Diameter batang
Perlakuan dosis limbah sagu berpengaruh nyata terhadap diameter batang mu-
lai 6 MST (Tabel Lampiran 4). Perlakuan dosis limbah sagu LO (0.0 kg) memberikan
pengaruh paling buruk. Perlakuan dosis limbah sagu L1 (0.5 kg), L2 (1.0 kg) dan L3
23
(1.5 kg) berpengaruh positif terhadap diameter batang. Pengaruh perlakuan dosis lim-
6MST 22MST
MO Ml M2 MO M1 M2
.............................. cm ......................... .......................... cm ...........................
LO 12.930 def 14.950 cdef 12.660 ef 50.820 d 51.500 d 47.320 d
L1 16.870 bcdef 15.370 cdef 24.660 a 82.150 be 80.000 be 101.280 a
L2 13.650 edef 19.540 abed 22.650ab 80.390 be 94.060 ab 90.610 ab
L3 10.470 f 18.270 abcde 20.110 abe 68.130 e 83.220 be 95.000 ab
Keterangan : Angka yang diikuti hurufyang sarna tidak berbeda nyata pada uji
DMRT pada taraf 0.05.
nyata terhadap diameter batang pada 2 dan 6 MST (Tabel Lampiran 4). Pada 6 MST,
diameter batang paling baik diperoleh pada dosis L1 (0.5 kg), L2 (1.0 kg) dan L3 (1.5
lapisan atas),dosis limbah sagu LO (0.0 kg) memberikan pengaruh paling buruk. Pe-
ngaruh interaksi perlakuan dosis limbah sagu dan jenis mikroorganisme terhadap dia-
2MST 6MST
MO Ml M2 MO Ml M2
........................ mm ........................ ...................... mm .....................
LO. 1.150 ab 1.130 ab 1.060 ab 2.390 b 2.490 b 2.330 b
L1 0.940 be 1.000 abc 1.210 a 2.620 b 2.660 b 4.070 a
L2 0.850 c 1.000 abc 1.200 a 2.240 b 2.830 b 3.660 a
L3 1.030 abc 1.050 abc 1.210 a 2.060 b 2.860 b 3.630 a
Keterangan : Angka yang diikuti hurufyang sarna tidak berbeda nyata pada uji
DMRT pada tarafO.05.
Perlakuan dosis limbah sagu berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk
pada 30 MST (Tabel Lampiran 5). Perlakuan dosis limbah sagu LO (0.0 kg) membe-
rikan pengaruh paling buruk. Perlakuan dosis limbah sagu L1 (0.5 kg), L2 (1.0 kg)
dan L3 (1.5 kg) berpengaruh positifterhadap bobot kering tajuk. Pengaruh perlakuan
dosis limbah sagu terhadap bobot kering tajuk terlihat pada Tabel 9.
juk pada 30 MST (Tabel Lampiran 5). Perlakuan jenis mikroorganisme M2 (mikro-
Interaksi periakuan dosis limbah sagu dan jenis mikroorganisme tidak berpe-
Perlakuan dosis limbah sagu tidak berpengaruh nyata terhadap bobot kering
akar pada 30 MST (Tabel Lampiran 5). Pengaruh perlakuan dosis limbah sagu terha-
kar pada 30 MST (Tabel Lampiran 5). Periakuan jenis mikroorganisme M2 (mikro-
organisme tanah lapisan atas) memberikan pengaruh paling baik (Tabel 9).
Interaksi perlakuan dosis limbah sagu dan jenis mikroorganisme tidak berpe-
ngaruh nyata terhadap bobot kering akar pada 30 MST (Tabel Lampiran 5).
26
Pembahasan
elN, fluktuasi suhu.dan pH. Warna ketiga limbah sagu pada berbagai periakuan jenis
limbah sagu yang tidak mendapat periakuan mikroorganisme tetapi dengan perbedaan
yang keci!. Suhu dan pH ketiga limbah sagu selama proses dekomposisi juga mem-
punyai perbedaan keci!. Pada 8 minggu proses dekompossi, nisbah elN limbah sagu
yang mendapat periakuan mikroorganisme berbeda dengan yang tidak mendapat per-
lakuan mikroorganisme. Nisbah elN limbah sagu yang mendapat periakuan mikroor-
Hal tersebut diduga karena pada saat tersebut aerasi limbah sagu buruk sehingga akan
pada awa! proses dekomposisi tidak tumbuh optima!. Proses perombakan Iimbah sa-
proses pengomposan berja!an dengan baik karena O 2 tersedia dalam jumlah yang cu-
kup sehingga akan mendukung pertumbuhan mikroorganisme. Pada aerasi yang bu- .
nisme yang tidak optimal diduga karena jumlah inokulan, N dan P yang diberikan pa-
Ian lambat. Hal tersebut berhubungan dengan waktu adaptasi organisme perombak.
Semakin banyakjumlahnya pada awal suatu proses maka adaptasinya semakin cepat.
tinggi tanaman, diameter batang dan bobot kering tajuk karena limbah sagu yang di-
tambahkan tersebut telah matang. Limbah sagu akan memperbaiki sifat media ter-
utama sifat fisiknya. Media yang baik menciptakan kondisi bagi pertumbuhan akar
lebih baik dan selanjutnya berpengaruh positif terhadap pertumbuhan tanaman. Me-
nurut Soepardi (1983) pengaruh bahan organik terhadap sifat fisik tanah yaitu me-
puan menahan air. Disamping berpengaruh terhadap sifat fisik tanah, menurut Soe-
pardi (1983) bahan organikjuga berpengaruh terhadap sifat kimia tanah. Bahan orga-
nik akan meningkatkan kapasitas tukar kation dan berpengaruh terhadap suplai dan
ketersediaan hara.
ruh bahan organik terhadap sifat-sifat tanah dan selanjutnya terhadap pertumbuhan
tanaman sangat nyata. Bahan organik merupakan perekat butiran lepas, sumber uta-
ma nitrogen, sulfur dan belerang. Bahan organik cenderung meningkatkan jumlah air
yang dapat ditahan dan jumlah air yang tersedia bagi tanaman. Kononova (1966)
mengatakan peranan bahan organik dalam tanah yaitu : 1) membantu proses penghan-
curan dan perubahan bagian-bagian mineral tanah, 2) sebagai sumber hara tanaman,
3) membentuk struktur tanah yang stabil dan 4) berpengaruh langsung terhadap per-
yang saling tidak berbeda nyata terhadap peningkatan tinggi tanaman, diameter ba-
tang dan bobot kering tajuk; diduga karena ketiga limbah sagu dengan dosis yang
berbeda tersebut memberikan pengaruh yang relatif sarna terhadap perbaikan media.
Penambahan bahan organik dengan dosis lebih tinggi tidak selalu berpengaruh lebih
baik terhadap perbaikan media, bahkan apabila bahan organik yang diberikan terlalu
ngatakan apabila bahan organik yang diberikan terlalu tinggi maka mengakibatkan
unsur hara yang ada terikat dalam bentuk yang tidak tersedia bagi tanaman, terlihat
dari pertumbuhannya.
Media tanpa limbah sagu memberikan pengaruh paling buruk karena media
tersebut hanya berupa tanah tanpa limbah sagu yang berfungsi sebagai bahan organik
sehingga tidak terdapat perbaikan sifat media yang menyebabkan pertumbuhan ta-
naman paling rendah. Disamping hal tersebut media tanpa limbah sagu akan lebih
memadat dengan adanya penyiraman. Media yang memadat akan menghambat per-
Media yang memadat berarti mempunyai aerasi yang buruk. Menurut Leiwakabessy
(1988) media dengan aerasi buruk akan menekan absorpsi hara oleh tanaman. Faktor
penyebabnya yaitu rasio 02/C02 dalam tanah. Semakin tinggi persentase 02 semakin
kan pengaruh paling baik diduga karena mikroorganisme yang terdapat pada pada
limbah tersebut ada yang bermanfaat bagi tanaman seperti dengan memperbaiki kua-
29
litas media. Media yang baik memudahkan penetrasi akar, selanjutnya akar akan le-
bih berkembang. Perkembangan akar yang baik akan meningkatkan pertumbuhan ta-
naman secara keseluruhan. Dalzell et. at. (1987) mengatakan bahim orgaanik dan mi-
kroorganisme tanah dapat mengikat partikel-partikel tanah dan menciptakan suatu
kondisi sehingga respirasi, serapan air dan hara serta perkembangan akar tanaman
Kesimpulan
tinggi tanaman, diamete·r batang dan bobot karing tajuk. Perlakuan jenis mikroor-
ganisme berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, diameter batang, bobot kering
tajuk dan bobot kering akar. PerIakuan mikroorganisme tanah lapisan atas memberi~
nyata tehadap tinggi tanaman pada 6 dan 22 minggu setelah tanam serta diameter ba-
tang pada 2 adan 6 minggu setelah tanam. Kombinasi perlakuan dosis limbah sagu
0.5. kg dengan mikrQorganisme tanah lapisan atas memberikan pengaruh paling baik.
Samn
bih lanjut dengan memperpendek interval waktu pembalikan sehingga diperoleh kon-
disi aerasi yang lebih baik untuk pertutnbuhan mikroorganisme pada limbah yang di-
diberikan pada. proses dekomposisi limbah sagu agar mikroorganisme dapat berkem-
bang lebih baik dan perombakan berlangsung lebih cepat sehingga diperoleh limbah
Basri, E. dan S. Hidayat. 1993. Pengaruh asal dan umur pohon terhadap sifat penge-
ringan kayu sengon. Penelitian Hasil Hutan. Pusat Penelitian dan Pengem-
bangan Hasil Hutan dan Sosial Ekonomi Kehutanan. (11) 4: 129-133.
Buntan, A. 1982. Pengaruh bakteri pelarut P dan kompos terhadap produksi tanaman
jagung. Tesis Fakultas Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 74 hal
(Tidak dipublikasikan).
Devlin, R. M. 1975. Plant Physiology. D' Van Nostrand Co. New York. 600p.
Hartman, H. T. and D. E. Kester. 1978. Plant Propagation 3rd (ed.). Prentice Hall of
India Privat Ltd. New Jersey. 622p.
Haryanto, B. dan P. Pangloli. 1992. Potensi dan Pemanfaatan Sagu. Kanisius. Yog-
yakarta. 140 hal.
32
Kononova, M. M. 1966. Soil Organic Matter. Its Nature, its Role in Soil Formation
and Soil Fertility. Pergamon Press. New York, Oxford, London. 544p
Nasution, R., E. Basri dan N. Karsinah. 1995. Penelitian dan pengembangan tanam-
an industri. Warta. Pusat Penelitian dan Pengembangan T.anaman Industri.
Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. (1) 2 : 1-4.
Perhimpi dan Balitbang Kehutanan. 1990. Peta Kesesuaian Agroklimat HTI Sengon
(Albiziajalcataria) di Pulau Jawa. 102 hal.
Purnomo, B. M., S. At dan H. Prahasto. 1984. Potensi hutan sagu rakyat Seram Ba-
rat, Propinsi Maluku. Penelitian Hasil Hutan. Puslitbang Hutan. 1(3): 9-14.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah, Fakuitas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor. Bogor. 591 hal.
Supriadi, R. dan 1. I:Iakim. 1991. Aspek sosial ekonomi pengusahaan sagu di Malu-
ku. Penelitian Hasil Hutan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan
dan Sosial Ekonomi Kehutanan. (9) 6 : 238-246.
LAMP IRAN
34
IV. Lain-lain
1 Transportasi 350000.00
2 Adrninistrasi 150000.00
Total IV= ....................................................................... . 500000.00
Pendapatan .
Besar pendapatan dihitung berdasarkan jurnlah bibit
tersedia dil<alikan dengan harga jual bibit @ Rp 75.00.
Jurnlah bibit tersedia daRat dihitung sebagal berikut :
- Jurnlah benih = 10 kg rca 40 000 benih = 400000 benih
- Daya kecarnbah 80% =120 000 sernai
- Kernatian 15% =48000 bibit
- Bibit tersedia = 320 000 - 48 000 bibit
= 272 000 bibit
Pendapatan = 272 000 x Rp 75.00 = Rp 20 400000.00
Tabel Lampiran 5. Sidik Ragam Bobot Kering Tajnk dan Bobot Kering Akar pada 30 Minggu
Setelah Tanam.