Anda di halaman 1dari 25

i

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH NASIONAL

POTENSI TANAMAN SORGUM (Sorghum bicolor L.)


SEBAGAI PENGHASIL ENERGI ALTERNATIF BIOETANOL

Disusun Oleh :

MOHD. AKBAR LUTHFI NIM. 1406110591.2014


ELISA APRILIANI NIM. 1406120549.2014
NADIA RAHMI ANWAR NIM. 1406117991.2014

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU


PEKANBARU
2016
ii
iii
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah mahasiswa tingkat
nasional bertema Peran IPTEK dalam Pengembangan Daerah Berbasis Sumber
Daya Alam, Sub Tema Energi dengan judul “Potensi Tanaman Sorgum
(Sorghum bicolor L.) Sebagai Penghasil Energi Alternatif Bioetanol”.
Penulisan karya tulis ini menjadi suatu bentuk sumbangsih penulis terhadap
kemajuan dan peningkatan minat generasi muda dalam memberi suatu ide inovatif
dan kreatif. Karya tulis ini juga ditujukan dalam memberi gagasan kreatif dan
solutif terhadap pembangunan Indonesia yang mandiri.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak pelaksana lomba karya
tulis ilmiah yakni Himpunan Mahasiswa Kimia Universitas Tanjungpura. Ucapan
terima kasih tidak lupa penulis sampaikan kepada ibu Prof. Dr. Ir. Hapsoh, M.S
selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan motivasi dalam
penulisan karya tulis ini. Serta seluruh dosen dan rekan-rekan yang telah
memberikan semangat dan dorongan kepada penulis sehingga karya tulis ini dapat
diselesaikan.

Akhirnya kata penulis sangat mengharapkan saran dan kritikan agar karya
tulis ilmiah laporan ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan masyarakat untuk
masa kini maupun untuk masa yang akan datang.

Penulis
ii

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ iii
RINGKASAN............................................................................................... iv
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................... 2
1.3. Tujuan dan Manfaat......................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bioetanol......................................................................................... 4
2.2. Biogasoline (Gasohol)..................................................................... 5
2.3. Potensi Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor L.)............................. 5
III. METODE PENULISAN
3.1. Prosedur Pengumpulan Data........................................................... 8
3.2. Pengolahan Data.............................................................................. 8
3.3. Analisis Sintesis.............................................................................. 8
3.4. Pengambilan Kesimpulan dan Saran............................................... 8
IV. PEMBAHASAN
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan...................................................................................... 13
5.2. Saran................................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 14
LAMPIRAN.................................................................................................. 15
iii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1.. Kinerja Gasohol............................................................................. 15


2.. Luas Lahan Sementara yang Tidak Diusahakan............................ 16
3.. Riwayat Hidup Ketua Pelaksana dan Anngota.............................. 17
iv

RINGKASAN

Peristiwa kelangkaan bakar berupa bensin dan minyak tanah yang


disebabkan semakin menipisnya persediaan minyak dunia berimbas kepada harga
dari bahan bakar tersebut yang melambung tinggi. Pemerintah dan produsen
bahan bakar telah melakukan berbagai macam upaya salah satunya dengan
memanfaatkan energi alternatif berupa bahan bakar nabati berupa bioetanol yang
terbuat dari bahan mengandung selulosa.
Tanaman sorgum adalah salah satu sumber daya alam potensial
mengandung selulosa dan pati yang dapat diolah menjadi biotenol. Dilihat dari
kemampuan tanaman dalam beradaptasi, menjadikan tanaman sorgum salah satu
komoditi yang prospektif untuk dikembangkan di Indonesia dengan sebagian
besar lahan adalah lahan kering yang kerap dikatakan sebagai tanah rendah hara
dan pasokan air yang kurang memadai.
Bagian tanaman sorgum yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan
bioetanol adalah biji sorgum dan batang tanaman. Biji sorgum mengandung pati
dan nira batang sorgum yang mengandung sukrosa. Hal tersebut menjadi dua hal
yang dapat dimanfaatkan sekaligus, dimana biji tanaman sorgum menjadi sumber
pangan penghasil karbohidrat dan etanol, batang sorgum juga dapat diekstraksi
menghasilkan bioetanol yang kualitasnya lebih baik dari bioetanol berbahan dasar
tebu dan singkong.
Etanol berbahan sorgum dapat digunakan untuk bahan bakar sepeda motor
dengan campuran sebanyak 20% tanpa merubah sistem motor bakarnya.
Pengoplosan bensin dengan etanol dapat meningkatkan bilangan oktannya sampai
hampir setara dengan pertamax (BO 92). Sehingga dengan semakin tingginya
bilangan oktan akan mengurangi emisi yang menyebabkan pencemaran
lingkungan.
Kata Kunci : Bioetanol, Sorgum, Gasohol
1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penggunaan bahan bakar dikalangan masyarakat kerap kaitannya dengan


Bahan Bakar Minyak (BBM). Bahan bakar minyak yang utama bagi masyarakat
adalah meliputi bensin, minyak tanah, dan lain-lain. Sumber pembuatan BBM
adalah minyak bumi yang merupakan sisa-sisa makhluk hidup yang tertimbun
selama jutaan tahun. Selain itu, permasalahan yang dihadapi pemerintah dan
masyarakat saat ini adalah semakin menipisnya persediaan bahan bakar minyak
seiring dengan meningkatnya kenaikan jumlah penduduk, permintaan, dan
pertumbuhan ekonomi.
Upaya pemerintah untuk mengatasi kelangkaan BBM tersebut adalah
dengan pengembangan bahan bakar alternatif berupa Bahan Bajkar Nabati (BBN)
dikenal juga dengan istilah biofuel. Pemanfaatan bahan nabati sebagai bahan
bakar seperti minyak jarak, CPO, singkong, jagung, ubi jalar dan tebu. Sekitar
90% biofuel dunia saat ini terbuat dari etanol, hal ini membuat setiap negara
berlomba untuk memproduksi etanol dengan berbagai bahan baku dan metode.
Bapak Susilo Bambang Yodhoyono dahulu telah mengeluarkan Instruksi
Presiden No. 1 Tahun 2006 mengenai penyediaan dan pemanfaatan BBN (biofuel)
sebagai bahan bakar alternatif. Bahan bakar nabati mempunyai beberapa
keunggulan dibandingkan dengan bahan bakar fosil di antaranya adalah bahan
bakar nabati lebih ramah lingkungan, tidak menimbulkan polusi, murah, dan dapat
diperbaharui.
Tanaman sorgum (Sorghum bicolor L.) adalah tanaman serealia yang
potensial untuk dibudidayakan dan dikembangkan sebagai tanaman industri
penghasil energi bioetanol terutama pada jenis sorgum manis yang mempunyai
kandungan gula tinggi. Ekstrak batang sorgum yang berupa nira dapat
difermentasi dan didestilasi untuk dijadikan etanol. Etanol tersebut dapat
digunakan untuk bahan bakar sepeda motor dengan campuran sebanyak 20%
tanpa merubah sistem motor bakarnya.
Keuntungan sorgum manis sebagai bahan baku pembuatan bioetanol
adalah biaya produksi yang lebih murah karena efisien dalam menggunakan air
2

dan waktu panen yang lebih singkat. Setiap hektar sorgum manis dapat
menghasilkan 3160 liter etanol dari seluruh komponen tanamannya, sedangkan
dari biji setiap 1 ton menghasilkan 380 liter etanol. Selain itu kualitas etanol yang
dihasilkan jika dicampur dengan bensin (gasohol) lebih baik jika dibandingkan
dengan etanol dari tebu karena beroktan tinggi, mengandung sedikit sulfur dan
ramah lingkungan. Oleh karena itu penelitian dan pengembangan sorgum manis
sebagai bahan baku bioetanol perlu dikedepankan sebagai altenatif bahan bakar
alami yang ramah lingkungan.
Pengembangan tanaman sorgum di Indonesia bersifat potensial, karena
sorgum dapat dikembangkan di lahan kering seperti kawasan Indonesia Timur.
Pemanfaatan lahan marjinal di wilayah Indonesia mendapat kendala dalam
pemilihan komoditas pertanian yang tahan terhadap kekeringan. Sorgum tahan
terhadap kekeringan dan memiliki daya adaptasi yang tinggi dengan perolehan
curah hujan ideal 50-100mm/bulan. Hal ini mendorong perluasan pertanaman
sorgum dikembangkan sebagai komoditas yang menguntungkan.

1.2. Rumusan Masalah

Permasalahan yang diangkat adalah upaya dalam pengembangan bahan


bakar alternatif berupa BBN (biofuel) berbahan dasar sorgum manis (Sorghum
bicolor L.)

1.3. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari penulisan karya ilmiah :


1. Memberi informasi mengenai sumber bahan bakar alternatif bio-etanol dari
tanaman sorgum
2. Mengembangkan bio-etanol sebagai bahan bakar pengganti bensin

Manfaat dari penulisan karya ilmiah :


1. Melatih mahasiswa/i dalam pengelolaan tim dan penulisan karya tulis ilmiah
2. Mengembangkan IPTEK dalam pemanfaatan Sumber Daya Alam (SDA)
berbasis lingkungan
3

3. Membantu dalam mengatasi kelangkaan bahan bakar minyak berbahan baku


fosil
4. Pengembangan pertanian dalam budidaya komoditas pertanian di lahan
marjinal
4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bioetanol

Bioetanol (C2H5OH) merupakan salah satu biofuel yang hadir sebagai


bahan bakar alternatif yang lebih ramah lingkungan dan sifatnya yang terbarukan.
Merupakan bahan bakar alternatif yang diolah dari tumbuhan yang memiliki
keunggulan karena mampu menurunkan emisi CO2 hingga 18%, dibandingkan
dengan emisi bahan bakar fosil seperti minyak tanah.
Bioetanol adalah etanol yang berasal dari makhluk hidup, dalam hal ini
adalah bahan nabati. Bioetanol ini dibuat melalui proses fermentasi. Bahan baku
etanol bisa berasal dari bahan berpati, bahan bergula dan bahan berselulosa.
Secara umum proses fermentasi alkohol adalah sebagai berikut :

C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2

Etanol merupakan senyawa yang memiliki gugus fungsi alkohol (-OH)


dengan dua rantai karbon (C-C). Bahan kimia organik ini adalah salah satu
senyawa kimia tertua yang telah dikenal umat manusia. Alkohol berupa larutan
jernih tak berwarna, beraoma khas yang dapat diterima, berfasa cair pada
temperatur kamar dan mudah terbakar (Prihandana et al., 2006)
Pembuatan bioetanol dilakukan melalui proses fermentasi. Fermentasi
adalah suatu kegiatan penguraian bahan–bahan karbohidrat yang tidak
menimbulkan bau busuk dan menghasilkan gas karbondioksida. Suatu fermentasi
yang busuk merupakan fermentasi yang mengalami kontaminasi. Fermentasi
pembentukan alkohol dari gula dilakukan oleh mikroba. Mikroba yang biasa
digunakan adalah Saccharomyces cerevisiae (Winjaya, 2011)
Bahan baku pembuatan bioetanol dibagi menjadi tiga kelompok yaitu
bahan bersukrosa (nira, tebu, nira nipah, nira sargum manis, nira kelapa, nira aren,
dan sari buah mete); bahan berpati (bahan yang mengandung pati ) seperti tepung
ubi, tepung ubi ganyong, sorgum biji, jagung, cantel, sagu, ubi kayu, ubi jalar, dan
lain–lain; dan bahan berserat selulosa/lignoselulosa (tanaman yang mengandung
selulosa dan lignin seperti kayu, jerami, batang pisang, dan lain-lain.
5

2.2. Biogasoline (gasohol)

Gasohol adalah campuran antara bioetanol dan bensin dengan porsi


bioetanol sampai dengan 25% yang dapat langsung digunakan pada mesin mobil
bensin tanpa perlu memodifikasi mesin. Hasil pengujian kinerja mesin mobil
bensin menggunakan gasohol menunjukkan gasohol E-10 (10% bioetanol ) dan
gasohol E-20 (20% bioetanol) menunjukkan kinerja mesin yang lebih baik dari
premium dan setara dengan pertamax (Winarso, 2015)
Berdasarkan informasi dari berbagai sumber, bensin yang telah dioplos
dengan bioetanol, bilangan oktannya meningkat sampai hampir setara dengan
pertamax (BO 92). Semakin tinggi bilangan oktan maka emisinya kian rendah
sehingga dapat mengurangi pencemaran lingkungan. Bensin oplosan ini juga lebih
irit dibandingkan dengan bensin murni. Berdasarkan pengalaman salah satu
produsen di Sukabumi (2014), mengatakan bahwa motor dengan 1 liter bensin
oplosan bioetanol (gasohol) dapat menempuh jarak 47 Km sedangkan bensin
murni sebesar 40 Km.
Kinerja E-10 diyakini lebih baik dibandingkan dengan premium
(Lampiran 1). Apabila E-10 diaplikasikan, hal itu akan mengurangi penggunaan
minyak sebanyak 15.890 kilo liter setiap hari. Perhitungan subsidi bahan bakar
sebesar Rp 2.250 per liter, penggunaan bioetanol di Indonesia dapat menghemat
Rp 35,9 miliar per hari hanya dari subsidi bahan bakar (Prihandan et al., 2008)

2.3. Potensi Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor L.)

Sorgum sampai sekarang masih dianggap sebagai bahan pangan, padahal


tanaman ini mempunyai nilai ekonomi tinggiyang perlu mendapat perhatian
terutama sebagai bahan baku bioetanol. Selanjutnya dari sisi pengembangan,
maka ada sekitar 853 ribu ha lahan marginal yang dapat digunakan untuk
pertanaman sorgum di Indonesia. FAO melaporkan bahwa dari aspek budidaya
tanaman, maka sorgum relatif lebih mudah dan efisien dibanding tanaman tebu,
termasuk bila diarahkan pada pemanfaatan bahan baku bioetanol (Talanca, 2011)
Biomas dari tanaman sorgum manis dapat dibagi ke dalam tiga kategori,
yaitu bahan baku gula yang berasal dari nira batang, bagas (selulosa) dan biji
(pati). Biji sorgum manis pada fase matang fisiologis, memiliki total biomas
6

terdiri atas sekitar 75% batang, 10% daun, 5% biji, dan 10% akar. Kadar gula brix
dari nira batang sorgum manis berkisar antara 5,67-22,67% dengan rata-rata 11%,
sedangkan total gula dalam nira berkisar antara 9-15%. Bagas diperoleh setelah
batang sorgum diekstraksi niranya, yang limbahnya berupa selulosa dan masih
dapat digunakan untuk menghasilkan etanol (Pabendon et al., 2012)
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki iklim yang berbeda
antara satu tempat dengan tempat lain, yang memungkinkan tanaman sorgum
dapat berkembang. Curah hujan 50-100 mm per bulan pada 2–2,5 bulan sejak
tanam, diikuti dengan periode kering merupakan curah hujan yang ideal untuk
keberhasilan produksi sorgum. Dataran rendah dengan ketinggian 1 – 500m dpl
paling cocok untuk sorgum, karena ketinggian >500 m dpl menyebabkan umur
panen sorgum lebih dalam (Beti et al., 1990 dalam Irawan, 2011).
Beberapa daerah di Indonesia yang sejak dulu telah menanam tanaman
sorgum yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya Kabupaten Gunung Kidul
dan Kulon Progo; Jawa Tengah meliputi Kabupaten Purwodadi, Pati, Demak, dan
Wonogiri; Jawa Timur di Kabupaten Lamongan, Bojonegoro, Tuban, dan
Probolinggo; serta sebagian di Propinsi Nusa Tenggara Barat dan Timur.
Kemampuan tanaman sorgum di Indonesia dalam menghasilkan etanol berkisar
antara 3000-6600 l/ha (Pabendon et al. 2012).
Nira batang sorgum adalah cairan yang diperoleh dari perasan batang
sorgum, bagas adalah ampas dari hasil perasan batang dalam bentuk selulosa yaitu
polisakarida yang dihidrolisis menjadi monosakarida seperti glukosa, sukrosa, dan
bentuk gula lainnya yang kemudian dikonversi menjadi etanol. Sedangkan dari
biji sorgum adalah pati yang berupa karbohidrat berbentuk polisakarida
merupakan polimer anhidromonosakarida.
Produksi bioetanol dari tanaman sorgum manis masih dapat ditingkatkan
dengan memanfaatkan tanaman ratun secara optimal. Bobot biomas segar
tanaman primer mencapai 43,0 t/ha dan pertanaman ratun pertama mampu
menghasilkan biomas 22,6 t/ha. Potensi ratun pada tanaman sorgum sangat
menjanjikan, terutama pada lahan kering dimana tanaman palawija sudah tidak
bisa tumbuh. Nira yang dihasilkan dari sorgum manis sekitar 50% dari bobot awal
batang. Untuk menghasilkan etanol, maka setelah diekstraksi nira difermentasi,
7

lalu disuling, kemudian etanol yang diperoleh didehidrasi. Bagas adalah ampas
perasan batang sorgum dalam bentuk sellulosa, yaitu polisakarida. Hidrolisis
polisakarida menjadi monosakarida seperti glukosa, sukrosa, dan bentuk gula
lainnya, selanjutnya dapat dikonversi menjadi etanol.

Produktivitas rata-rata batang tanaman sorgum berkisar antara 30 ton – 50


ton per hektar. Pembuatan 1 liter bioetanol dibutuhkan sekitar 22 kg – 25 kg
batang sorgum (Yudiarto 2007 dalam Irawan dan Nana, 2011)
8

III. METODE PENULISAN

3.1. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang diperoleh berupa data sekunder dari studi pustaka
berupa jurnal penelitian, buku-buku, dan media masa mengenai topik yang
bersangkutan.

3.2. Pengolahan Data

Data dan hasil studi pustaka selanjutnya di olah dengan cara penyusunan
data dari permasalahan umum hingga permasalahan khusus yang diangkat dalam
penulisan

3.3. Analisis Sintesis

Perolehan hasil pengumpulan data dan pengolahan data berupa studi


pustaka yang ditelaah akan menghasilkan suatu ide alternatif atau pemikiran baru
mengenai upaya dalam penyelesaian masalah yang telah dikemukakan.

3.4. Pengambilan Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan dapat diperoleh melalui analisis yang telah dilakukan


berkenaan dengan topik permasalahan beupa suatu pemikiran baru yang merujuk
pada tingkat realisasi kedepan, sedangkan saran didasarkan pada prediksi tranfer
gagasan, adopsi cara, dan konsep yang dapat menjadi inovasi baru dan menjadi
solusi bagi permasalahan dimasa yang akan datang.
9

IV. PEMBAHASAN

Terjadinya penurunan ketersediaan sumber bahan bakar minyak (fosil)


yang mengakibatkan kelangkaan seiring dengan meningkatnya kebutuhan bahan
bakar untuk kendaraan bermotor dan bahan bakar kegiatan rumah tangga.
Kelangkaan bahan bakar tersebut akan berimbas kepada tidak terpenuhinya
permintaan konsumen, adapun tersedianya permintaan tersebut diperoleh dengan
harga mahal.
Dalam hal ini pemerintah mencanangkan penggunaan bahan bakar
alternatif berupa Bahan Bakar Nabati (BBN). Bahan bakar nabati yang berpotensi
dikembangkan adalah bioetanol. Pembuatan bioetanol dapat berasal dari bahan
yang mengandung sukrosa, selulosa dan bahan yang mengandung pati.
Etanol atau ethyl alkohol C2H5OH berupa cairan tak berwarna terurai
secara biologis (biodegradable), Toksisitas rendah dan tidak menimbulkan polusi
udara yang besar bila bocor. Etanol yang terbakar menghasilkan (CO2) dan air.
Bioethanol adalah etanol yang bahan utamanya dari tumbuhan dan umumnya
menggunakan proses fermentasi. Etanol adalah bahan bakar beroktan tinggi dan
dapat menggantikan timbal sebagai peningkat nilai oktan dalam bensin. Dengan
mencampur etanol dengan bensin, akan mengoksigenasi campuran bahan bakar
sehingga dapat terbakar lebih sempurna dan mengurangi emisi gas buangan
karbondioksida (CO2).
Tanaman serealea yang kini tengah dilirik dan diperhitungkan
keberadaannya dalam pengembangan energi alternatif bioetanol adalah tanaman
sorgum (Sorghum bicolor L.). Tanaman serealea ini terdiri atas biji yang
mengandung pati dan batang yang menghasilkan nira dengan kandungan gula
yang tinggi. Dewasa ini bioetanol diproduksi dengan menggunakan bahan baku
seperti ubi kayu, jagung, tebu, gandum dan tanaman jarak pagar, namun dari segi
budidaya tanaman yang sebagian tergolong tanaman pangan tersebut memerlukan
pemeliharaan yang optimal dan penyediaan lingkungan pertanaman yang
memadai untuk tanaman dapat berproduksi tinggi. Keunggulan tanaman sorgum
sebagai bahan baku pembuatan bioetanol adalah : 1) Tanaman sorgum tergolong
tanaman C4 yang berfotosintesis lebih cepat sehingga menghasilkan produksi biji
10

dan biomas yang jauh lebih tinggi. 2) Adaptasi tanaman sorgum jauh lebih luas
dibanding tebu sehingga sorgum dapat ditanam dihampir semua jenis lahan, baik
lahan subur maupun lahan marjinal. 3) Tanaman sorgum memiliki sifat lebih
tahan terhadap kekeringan, salinitas tinggi dan genangan air (water logging). 4)
Sorgum memerlukan pupuk relatif lebih sedikit dan pemeliharaannya lebih mudah.
5) Umur panen sorgum lebih cepat yaitu hanya 4 bulan. 6) Sorgum dapat di ratun
sehingga untuk sekali tanam dapat di panen beberapa kali. 7) Ampas batang
sorgum atau bagas dapat di ekstrak kembali sebagai penghasil bioetanol kedua.
Kemampuan sorgum menghasilkan etanol sama bahkan lebih baik
dibanding tanamaan tebu dan jagung, kualitas gasohol yang dihasilkan dari
oplosan 10% - 20% etanol berbahan dasar sorgum dapat setara dengan bahan
bakar minyak pertamax, menjadikan tanaman sorgum sebagai tanaman unggulan
untuk diolah menjadi tanaman industri energi bioetanol.
Mengingat tanaman sorgum memiliki daya adaptasi yang luas sehingga
menjadi peluang besar untuk di budidayakan di Indonesia. Sejalan dengan
optimalisasi pemanfaatan lahan kosong berupa lahan marginal, lahan tidur, atau
lahan non-produktif lainnya. Peluang sorgum manis dapat dikembangkan baik
pada wilayah beriklim basah (Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua)
maupun wilayah beriklim kering (Nusa Tenggara, Sulawesi Tenggara, dan
sebagian Sumatera dan Jawa).
Data statistik lahan (2013) menunjukkan luas lahan yang sementara tidak
dimanfaatkan berjumlah 14.231.815 ha dari 34 provinsi di Indonesia. Provinsi
yang memiliki lahan tidak dimanfaatkan adalah Papua (3.155.963 ha), Papua
Barat (2.090.023 ha) dan Kalimantan Tengah (1.350.417 ha). Kondisi tersebut
terjadi karna lahan-lahan pada daerah Papua dan Kalimantan merupakan daerah
tropik basah yang memiliki pH tanah yang masam (Lampiran 2).
Tanah dengan kondisi masam kerap terjadi pada daerah tanah gambut
yang tergolong pada lahan marginal. Untuk daerah penyebaran gambut di
Indonesia terluas adalah di pulau Sumatera tepatnya di Provinsi Riau (4.043.600
ha) dan pulau Kalimantan tepatnya di (3.010.640 ha). Pemilihan tanaman sorgum
menjadi prospektif dalam pengembangan daerah lahan gambut yang selama ini
tidak termanfaatkan secara optimal, selain itu tanaman sorgum dapat menjadi
11

jalan keluar dalam peristiwa kebakaran hutan yang meresahkan masyarakat


Sumatra dan Kalimantan beberapa tahun belakangan.
Luasnya ketersediaan lahan budidaya dalam pengembangan tanaman
sorgum menjadi nilai tambah bagi lembaga pengembangan energi alternatif dalam
perolehan sumber bahan baku dan meningkatkan strata ekonomi petani dalam
perolehan hasil pertanian.
Tanaman penghasil sukrosa dan pati umumnya adalah bahan yang
dikonsumsi sebagai penghasil karbohidrat. Adanya perdebatan mengenai
penggunaan bahan pangan menjadi sumber energi alternatif dan sumber bahan
pangan, menyebabkan produsen mencari alternatif bahan lain yang menghasilkan
bahan gula dan pati. Tanaman sorgum dapat menjadi salah satu tanaman alternatif,
karna tanaman sorgum menghasilkan biji yang mengandung pati sebagai bahan
pangan dan nira batang sorgum yang mengandung sukrosa dapat diekstraksi
menjadi bahan penghasil etanol. Dengan hanya memanfaatkan batang sorgum
yang diekstrak menghasilkan nira kemudian di fermentasikan dan didestalasi
menjadi etanol, tidak akan menghambat perolehan bahan pangan dari biji sorgum
yang dipanen dan di konsumsi sebagai karbhidrat. Produktivitas rata-rata batang
tanaman sorgum berkisar antara 30 ton – 50 ton per hektar. Satu liter bioetanol
dapat diperoleh dari 22 kg – 25 kg batang sorgum, dan setiap hektar sorgum
menghasilkan 20 ton biji berat basah yang dapat di konsumsi sebagai sumber
karbohidrat dan tepung.
Selain itu, pengembangan industri pertanian secara tidak langsung
meningkat dengan terpilihnya tanaman sorgum sebagai bahan baku etanol.
Sehingga pemanfaatan lahan-lahan kering yang pada umumnya tidak
dimanfaatkan secara optimal oleh petani, dapat dikembangkan kembali.
Kemampuan dan pengetahuan para petani di Indonesia mengenai IPTEK yang
terus ditingkatkan melalui sosialisasi dan penyuluhan pertanian berupa informasi
potensi tanaman sorgum dalam perolehan sumber karbohidrat selain padi juga
dapat dimanfaatklan menjadi sumber energi alternatif yang ramah lingkungan
akan meningkatkan pengembangan pertanian daerah terutama daerah yang
sebagian besar terdiri dari lahan kering.
12

Sinergi antara pihak terkait seperti Kementerian Pertanian, BUMN dan


Perguruan Tinggi serta swasta diperlukan agar pengembangan sorgum lebih
terarah, bukan hanya untuk pangan tetapi juga dalam bentuk diversifikasi usaha,
di antaranya pakan ternak, sirup, dan bioetanol. Kedepan diharapkan nilai
ekonomi sorgum akan lebih meningkat agar mampu bersaing dengan komoditas
unggulan lainnya
13

V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas, maka diperoleh kesimpulan bahwa energi


alternatif berupa bahan bakar nabati dapat menjadi bahan bakar masa depan yang
ramah lingkungan dan dapat dikembangkan untuk menggantikan bahan bakar fosil.
Bahan baku yang prospektif untuk dikembangkan dalam pembuatan bioetanol
adalah dari tanaman sorgum yang mengandung sukrosa/selulosa dan pati pada
bagian tanamannya.
Setelah diolah menjadi bioetanol, bioetanol yang dihasilkan dapat
diaplikasikan sebagai pengoplos bensin yang dapat digunakan sebagai bahan
bakar kendaraan bermotor. Bensin oplosan yang dihasilkan memiliki berbagai
keunggulan dibandingkan dengan bensin murni.

5.2. Saran

Saran yang dapat diberikan adalah :


1. Adanya kerja sama sejumlah pihak dalam menyongsong program
pengembangan bioetanol dari bahan sorgum di Indonesia
2. Perlu dilakukan peningkatan dalam pengolahan bahan baku sorgum tersebut
menjadi lebih efisien
3. Perlu dilakukan realisasi dan sosialisasi akan prospek dan pentingnya
pengembangan bioetanol berbahan baku sorgum
4. Adanya peningkatan program pemerintah untuk meningkatkan pemanfaatan
IPTEK dalam Sumber Daya Alam dalam hal peningkatan energi alternatif
yang ramah lingkungan
14

DAFTAR PUSTAKA

Beti, Y.A., A. Ispandi, dan Sudaryono. 1990. Dalam Irawan, B., Nana, S. (2011).
Prospek pengembangan sorgum di jawa barat mendukung diservikasi pangan.
Forum penelitian Agro Ekonomi, 29(2), 99-113
Irawan, B., dan Nana, S. (2011). Prospek pengembangan sorgum di jawa barat
mendukung diservikasi pangan. Forum penelitian Agro Ekonomi, 29(2), 99-
113
Pabendon, M.B., S. Mas’ud, R.S. Sarungallo, dan Amin N. 2012. Penampilan
fenotipik dan stabilitas sorgum manis untuk bahan baku bioetanol. Jurnal
Penelitian Pertanian Tanaman Pangan, 31 (1): 60-69
Prihandana, R., Kartika, N., Praptiningsih G., dan Adinurani (2008). Bioetanol
Ubi Kayu Bahan Bakar Masa Depan. Cetakan Keempat. Jakarta: PT Agro
Media Pustaka. Hal. 25-66, 79-109, 125-128
Prihandana, R., Kartika, N., Praptiningsih G., dan Adinurani (2006). Bioetanol
Ubi Kayu: Bahan Bakar Masa Depan. IPB Press, Bogor
Prihardana, R., Roy, H., dan Makmur, N., 2006, Menghasilkan Biodiesel Murah :
Mengatasi Polusi dan Kelangkaan BBM, Jakarta, PT Agromedia Pustaka
Talanca, A.H., 2011. Status Sorgum Sebagai Bahan Baku Bioetanol. Seminar
Nasional 2011. Balai Penelitian Tanaman Serealia.
Winarso, R., dan Bahtiar, S. N., 2015. Pengembangan Alat Dehydrator Bioetanol
Model Bath dengan Bahan Baku Singkong. Universitas Muria Kudus,
Prosiding SNATIF
15

LAMPIRAN 1

Kinerja Gasohol E-10 dan E-20 Dibandingkan dengan Bensin Premium dan
Pertamax
Pertamax Bahan Bakar Gasohol E- Gasohol E- Premium Pertamax
10 20
Power (kW) 41,23 42,52 30,97 40,09
Force (N) 1.856,1 1.913,3 1.393,8 1.804
Fuel Consumption 30,39 31,24 31,03 27,38
(l/jam)
Sumber : Lab BTMP-BPPT, 2006
16

LAMPIRAN 2

Sumber : Statistik Lahan Pertanian, 2009-2013


17

LAMPIRAN 3

KETUA KELOMPOK

Nama : MOHD. Akbar Luthfi


NIM : 1406110591
Tempat, Tgl Lahir : Pekanbaru, 21 Desember 1995
Agama : Islam
Alamat : Jalan Barau-Barau, Perum Fajar Indah B11.
Rt.001 Rw.020 (28242). Harapan Raya

Pengalaman Organisasi:
1. Ketua Mahasiswa Jurusan Agroteknologi Angkatan 2014
2. Anggota Kepengurusan Himpunan Mahasiswa Agroteknologi
(HIMAGROTEK), Periode 2014-2015.
3. Ketua Divisi Bina Lingkungan Himpunan Mahasiswa Agroteknologi
(HIMAGROTEK), Periode 2016-2017.

ANGGOTA KELOMPOK I

Nama : Elisa Apriliani


NIM : 1406120549
Tempat, Tgl Lahir : Pekanbaru, 7 April 1996
Agama : Islam
Alamat : Jalan Kamboja 38 Km2 Garuda Sakti, Panam, Pekanbaru,
Riau.

Pengalaman Organisasi:
1. Anggota Kepengurusan Himpunan Mahasiswa Agroteknologi
(HIMAGROTEK) (2014-2015)
18

ANGGOTA KEOMPOK II
Nama : Nadia Rahmi Anwar
NIM : 1406117991
Tempat, Tgl Lahir : Lirik, 28 September 1996
Agama : Islam
Alamat : Jalan Manyar Sakti, Kec. Tampan. Pekanbaru

Pengalaman Organisasi:
1. Anggota Kepengurusan Himpunan Mahasiswa Agroteknologi
(HIMAGROTEK) (2014-2015)
2. Bendahara Umum PIK-M Universitas Riau (2014-2015)

Anda mungkin juga menyukai