Disusun Oleh :
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah mahasiswa tingkat
nasional bertema Peran IPTEK dalam Pengembangan Daerah Berbasis Sumber
Daya Alam, Sub Tema Energi dengan judul “Potensi Tanaman Sorgum
(Sorghum bicolor L.) Sebagai Penghasil Energi Alternatif Bioetanol”.
Penulisan karya tulis ini menjadi suatu bentuk sumbangsih penulis terhadap
kemajuan dan peningkatan minat generasi muda dalam memberi suatu ide inovatif
dan kreatif. Karya tulis ini juga ditujukan dalam memberi gagasan kreatif dan
solutif terhadap pembangunan Indonesia yang mandiri.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak pelaksana lomba karya
tulis ilmiah yakni Himpunan Mahasiswa Kimia Universitas Tanjungpura. Ucapan
terima kasih tidak lupa penulis sampaikan kepada ibu Prof. Dr. Ir. Hapsoh, M.S
selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan motivasi dalam
penulisan karya tulis ini. Serta seluruh dosen dan rekan-rekan yang telah
memberikan semangat dan dorongan kepada penulis sehingga karya tulis ini dapat
diselesaikan.
Akhirnya kata penulis sangat mengharapkan saran dan kritikan agar karya
tulis ilmiah laporan ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan masyarakat untuk
masa kini maupun untuk masa yang akan datang.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ iii
RINGKASAN............................................................................................... iv
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................... 2
1.3. Tujuan dan Manfaat......................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bioetanol......................................................................................... 4
2.2. Biogasoline (Gasohol)..................................................................... 5
2.3. Potensi Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor L.)............................. 5
III. METODE PENULISAN
3.1. Prosedur Pengumpulan Data........................................................... 8
3.2. Pengolahan Data.............................................................................. 8
3.3. Analisis Sintesis.............................................................................. 8
3.4. Pengambilan Kesimpulan dan Saran............................................... 8
IV. PEMBAHASAN
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan...................................................................................... 13
5.2. Saran................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 14
LAMPIRAN.................................................................................................. 15
iii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
RINGKASAN
I. PENDAHULUAN
dan waktu panen yang lebih singkat. Setiap hektar sorgum manis dapat
menghasilkan 3160 liter etanol dari seluruh komponen tanamannya, sedangkan
dari biji setiap 1 ton menghasilkan 380 liter etanol. Selain itu kualitas etanol yang
dihasilkan jika dicampur dengan bensin (gasohol) lebih baik jika dibandingkan
dengan etanol dari tebu karena beroktan tinggi, mengandung sedikit sulfur dan
ramah lingkungan. Oleh karena itu penelitian dan pengembangan sorgum manis
sebagai bahan baku bioetanol perlu dikedepankan sebagai altenatif bahan bakar
alami yang ramah lingkungan.
Pengembangan tanaman sorgum di Indonesia bersifat potensial, karena
sorgum dapat dikembangkan di lahan kering seperti kawasan Indonesia Timur.
Pemanfaatan lahan marjinal di wilayah Indonesia mendapat kendala dalam
pemilihan komoditas pertanian yang tahan terhadap kekeringan. Sorgum tahan
terhadap kekeringan dan memiliki daya adaptasi yang tinggi dengan perolehan
curah hujan ideal 50-100mm/bulan. Hal ini mendorong perluasan pertanaman
sorgum dikembangkan sebagai komoditas yang menguntungkan.
2.1. Bioetanol
terdiri atas sekitar 75% batang, 10% daun, 5% biji, dan 10% akar. Kadar gula brix
dari nira batang sorgum manis berkisar antara 5,67-22,67% dengan rata-rata 11%,
sedangkan total gula dalam nira berkisar antara 9-15%. Bagas diperoleh setelah
batang sorgum diekstraksi niranya, yang limbahnya berupa selulosa dan masih
dapat digunakan untuk menghasilkan etanol (Pabendon et al., 2012)
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki iklim yang berbeda
antara satu tempat dengan tempat lain, yang memungkinkan tanaman sorgum
dapat berkembang. Curah hujan 50-100 mm per bulan pada 2–2,5 bulan sejak
tanam, diikuti dengan periode kering merupakan curah hujan yang ideal untuk
keberhasilan produksi sorgum. Dataran rendah dengan ketinggian 1 – 500m dpl
paling cocok untuk sorgum, karena ketinggian >500 m dpl menyebabkan umur
panen sorgum lebih dalam (Beti et al., 1990 dalam Irawan, 2011).
Beberapa daerah di Indonesia yang sejak dulu telah menanam tanaman
sorgum yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya Kabupaten Gunung Kidul
dan Kulon Progo; Jawa Tengah meliputi Kabupaten Purwodadi, Pati, Demak, dan
Wonogiri; Jawa Timur di Kabupaten Lamongan, Bojonegoro, Tuban, dan
Probolinggo; serta sebagian di Propinsi Nusa Tenggara Barat dan Timur.
Kemampuan tanaman sorgum di Indonesia dalam menghasilkan etanol berkisar
antara 3000-6600 l/ha (Pabendon et al. 2012).
Nira batang sorgum adalah cairan yang diperoleh dari perasan batang
sorgum, bagas adalah ampas dari hasil perasan batang dalam bentuk selulosa yaitu
polisakarida yang dihidrolisis menjadi monosakarida seperti glukosa, sukrosa, dan
bentuk gula lainnya yang kemudian dikonversi menjadi etanol. Sedangkan dari
biji sorgum adalah pati yang berupa karbohidrat berbentuk polisakarida
merupakan polimer anhidromonosakarida.
Produksi bioetanol dari tanaman sorgum manis masih dapat ditingkatkan
dengan memanfaatkan tanaman ratun secara optimal. Bobot biomas segar
tanaman primer mencapai 43,0 t/ha dan pertanaman ratun pertama mampu
menghasilkan biomas 22,6 t/ha. Potensi ratun pada tanaman sorgum sangat
menjanjikan, terutama pada lahan kering dimana tanaman palawija sudah tidak
bisa tumbuh. Nira yang dihasilkan dari sorgum manis sekitar 50% dari bobot awal
batang. Untuk menghasilkan etanol, maka setelah diekstraksi nira difermentasi,
7
lalu disuling, kemudian etanol yang diperoleh didehidrasi. Bagas adalah ampas
perasan batang sorgum dalam bentuk sellulosa, yaitu polisakarida. Hidrolisis
polisakarida menjadi monosakarida seperti glukosa, sukrosa, dan bentuk gula
lainnya, selanjutnya dapat dikonversi menjadi etanol.
Pengumpulan data yang diperoleh berupa data sekunder dari studi pustaka
berupa jurnal penelitian, buku-buku, dan media masa mengenai topik yang
bersangkutan.
Data dan hasil studi pustaka selanjutnya di olah dengan cara penyusunan
data dari permasalahan umum hingga permasalahan khusus yang diangkat dalam
penulisan
IV. PEMBAHASAN
dan biomas yang jauh lebih tinggi. 2) Adaptasi tanaman sorgum jauh lebih luas
dibanding tebu sehingga sorgum dapat ditanam dihampir semua jenis lahan, baik
lahan subur maupun lahan marjinal. 3) Tanaman sorgum memiliki sifat lebih
tahan terhadap kekeringan, salinitas tinggi dan genangan air (water logging). 4)
Sorgum memerlukan pupuk relatif lebih sedikit dan pemeliharaannya lebih mudah.
5) Umur panen sorgum lebih cepat yaitu hanya 4 bulan. 6) Sorgum dapat di ratun
sehingga untuk sekali tanam dapat di panen beberapa kali. 7) Ampas batang
sorgum atau bagas dapat di ekstrak kembali sebagai penghasil bioetanol kedua.
Kemampuan sorgum menghasilkan etanol sama bahkan lebih baik
dibanding tanamaan tebu dan jagung, kualitas gasohol yang dihasilkan dari
oplosan 10% - 20% etanol berbahan dasar sorgum dapat setara dengan bahan
bakar minyak pertamax, menjadikan tanaman sorgum sebagai tanaman unggulan
untuk diolah menjadi tanaman industri energi bioetanol.
Mengingat tanaman sorgum memiliki daya adaptasi yang luas sehingga
menjadi peluang besar untuk di budidayakan di Indonesia. Sejalan dengan
optimalisasi pemanfaatan lahan kosong berupa lahan marginal, lahan tidur, atau
lahan non-produktif lainnya. Peluang sorgum manis dapat dikembangkan baik
pada wilayah beriklim basah (Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua)
maupun wilayah beriklim kering (Nusa Tenggara, Sulawesi Tenggara, dan
sebagian Sumatera dan Jawa).
Data statistik lahan (2013) menunjukkan luas lahan yang sementara tidak
dimanfaatkan berjumlah 14.231.815 ha dari 34 provinsi di Indonesia. Provinsi
yang memiliki lahan tidak dimanfaatkan adalah Papua (3.155.963 ha), Papua
Barat (2.090.023 ha) dan Kalimantan Tengah (1.350.417 ha). Kondisi tersebut
terjadi karna lahan-lahan pada daerah Papua dan Kalimantan merupakan daerah
tropik basah yang memiliki pH tanah yang masam (Lampiran 2).
Tanah dengan kondisi masam kerap terjadi pada daerah tanah gambut
yang tergolong pada lahan marginal. Untuk daerah penyebaran gambut di
Indonesia terluas adalah di pulau Sumatera tepatnya di Provinsi Riau (4.043.600
ha) dan pulau Kalimantan tepatnya di (3.010.640 ha). Pemilihan tanaman sorgum
menjadi prospektif dalam pengembangan daerah lahan gambut yang selama ini
tidak termanfaatkan secara optimal, selain itu tanaman sorgum dapat menjadi
11
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Beti, Y.A., A. Ispandi, dan Sudaryono. 1990. Dalam Irawan, B., Nana, S. (2011).
Prospek pengembangan sorgum di jawa barat mendukung diservikasi pangan.
Forum penelitian Agro Ekonomi, 29(2), 99-113
Irawan, B., dan Nana, S. (2011). Prospek pengembangan sorgum di jawa barat
mendukung diservikasi pangan. Forum penelitian Agro Ekonomi, 29(2), 99-
113
Pabendon, M.B., S. Mas’ud, R.S. Sarungallo, dan Amin N. 2012. Penampilan
fenotipik dan stabilitas sorgum manis untuk bahan baku bioetanol. Jurnal
Penelitian Pertanian Tanaman Pangan, 31 (1): 60-69
Prihandana, R., Kartika, N., Praptiningsih G., dan Adinurani (2008). Bioetanol
Ubi Kayu Bahan Bakar Masa Depan. Cetakan Keempat. Jakarta: PT Agro
Media Pustaka. Hal. 25-66, 79-109, 125-128
Prihandana, R., Kartika, N., Praptiningsih G., dan Adinurani (2006). Bioetanol
Ubi Kayu: Bahan Bakar Masa Depan. IPB Press, Bogor
Prihardana, R., Roy, H., dan Makmur, N., 2006, Menghasilkan Biodiesel Murah :
Mengatasi Polusi dan Kelangkaan BBM, Jakarta, PT Agromedia Pustaka
Talanca, A.H., 2011. Status Sorgum Sebagai Bahan Baku Bioetanol. Seminar
Nasional 2011. Balai Penelitian Tanaman Serealia.
Winarso, R., dan Bahtiar, S. N., 2015. Pengembangan Alat Dehydrator Bioetanol
Model Bath dengan Bahan Baku Singkong. Universitas Muria Kudus,
Prosiding SNATIF
15
LAMPIRAN 1
Kinerja Gasohol E-10 dan E-20 Dibandingkan dengan Bensin Premium dan
Pertamax
Pertamax Bahan Bakar Gasohol E- Gasohol E- Premium Pertamax
10 20
Power (kW) 41,23 42,52 30,97 40,09
Force (N) 1.856,1 1.913,3 1.393,8 1.804
Fuel Consumption 30,39 31,24 31,03 27,38
(l/jam)
Sumber : Lab BTMP-BPPT, 2006
16
LAMPIRAN 2
LAMPIRAN 3
KETUA KELOMPOK
Pengalaman Organisasi:
1. Ketua Mahasiswa Jurusan Agroteknologi Angkatan 2014
2. Anggota Kepengurusan Himpunan Mahasiswa Agroteknologi
(HIMAGROTEK), Periode 2014-2015.
3. Ketua Divisi Bina Lingkungan Himpunan Mahasiswa Agroteknologi
(HIMAGROTEK), Periode 2016-2017.
ANGGOTA KELOMPOK I
Pengalaman Organisasi:
1. Anggota Kepengurusan Himpunan Mahasiswa Agroteknologi
(HIMAGROTEK) (2014-2015)
18
ANGGOTA KEOMPOK II
Nama : Nadia Rahmi Anwar
NIM : 1406117991
Tempat, Tgl Lahir : Lirik, 28 September 1996
Agama : Islam
Alamat : Jalan Manyar Sakti, Kec. Tampan. Pekanbaru
Pengalaman Organisasi:
1. Anggota Kepengurusan Himpunan Mahasiswa Agroteknologi
(HIMAGROTEK) (2014-2015)
2. Bendahara Umum PIK-M Universitas Riau (2014-2015)