PASANG SURUT
(Laporan Praktikum Teknologi Pengelolaan Sumberdaya
Lahan Basah Sub Optimal)
Oleh:
KELOMPOK 15
ADITYA HIDAYAT 1610512210003
FIDIYA ARFIANAWATI 1610512320012
NARDO PARDEDE E1A215073
Latar Belakang
Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan penting yang
menjadi makanan pokok lebih dari setengah penduduk dunia karena mengandung
nutrisi yang diperlukan tubuh, kandungan karbohidrat padi giling sebesar 78,9 %,
protein 6,8 %, lemak 0,7 % dan lainlain 0,6 %. Indonesia sebagai negara dengan
berbagai cara terdiri dari sawa irigasi, tadah hujan, pasang surut dan rawa lebak,
sawah memiliki beberapa hambatan secara fisik, kimia dan biologi serta
karakteristik kimia tanah gambut di Indonesia cukup beragam. Sifat kimia tanah
gambut di Indonesia yang utama antara lain sifatnya yang sangat masam.
lahan gambut yang di peroleh dari hasil beberapa penelitian khususnya petani
yang bertani padi, harus memerlukan teknik budidaya tersenderi, karena keadaan
2
tanah gambut tidak sama dengan sawah irigasi, sehingga harus melakukan
tindakan sebelum di jadikan usaha tadi, yang menjadi kendala utama yang di
kesuburan pada tanah, dan harus melakukan bantuan bahan organik, pembentukan
tanah gambut sangat tergantung dari cara pengolahannya, lahan gambut di kenal
dengan tanah yang rapuh oleh sebab itu perlu hati-hati dalam pengananya,
pemanfaatan lahan gambut dalam bidang pertanian untuk budidaya padi sawah
memiliki beberapa hambatan secara fisisk,kimia, dan biologi. Sifat kimia tanah
pertanian harus berdasarkan pada konsep penambahan unsur hara dengan cara
dapat meningkatkan kesuburan dan kualitas lahan melalui perbaikan kondisi fisik
dan kimia tanah. Bahan amelioran yang sering digunakan selain tanah mineral
antara lain berbagai jenis kapur, lumpur, pupuk kompos atau bokasi, pupuk
kandang dan abu. Penambahan bahan mineral pada tanah gambut menyebabkan
karakteristiknya.Perubahan yang terjadi pada sifat kimia tanah gambut antara lain
(KB), menaikkan pH, meningkatkan unsur hara, dan menekan senyawa beracun.
3
Sedangkan pada sifat fisik antara lain dapat memperbaiki struktur tanah,
unsur kesuburan digunakan sebagai bahan amelioran pada tanah gambut karena
mengandung hara yang dapat membuat tanah semangkin gembur dan dapat
(Andriesse, 1988).
Rumusan Masalah
lahan gambut?
Hipotesis Praktikum
gambut.
Tujuan Praktikum
Amelioran
perbaikan kondisi fisik dan kimia. Kriteria amelioran yang baik bagi lahan gambut
adalah memiliki kejenuhan basa (KB) yang tinggi, mampu meningkatkan derajat
hara yang lengkap, dan mampu mengusir senyawa beracun terutama asam-asam
bahan amelioran seperti pupuk organik, tanah mineral, zeolit, dolomit, fosfat
alam, pupuk kandang, kapur pertanian, abu sekam, purun tikus (Eleocharis dulcis)
Padi Ciherang
padi sawah yang sangat cocok ditanam di lahan sawah irigasi dataran rendah.Padi
ini dapat ditanam pada musim hujan dan kemarau dengan ketinggian di bawah
varietas padi IR64 dengan varietas/galur lain. Sebagian sifat IR64 juga dimiliki
oleh Ciherang termasuk hasil dan mutu berasnya yang tinggi (BB Padi, 2010).
berikut:
7
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Glumiflorae
Famili : Gramineae
Genus : Oryza
hari. Memiliki bentuk tanaman yang tegak, tinggi tanaman padisekitar 107-115
cm, jumlah anakan produktif berkisar antara 14-17 batang. Warna kaki, batang
dan daun hijau, warna telinga daun dan warna lidah daun tidak berwarna.
Permukaan daun kasar pada sebelah bawah, posisi daun dan daun bendera
padi varietas ciherang ini dilepas tahun 2000. Tingkat kerebahan adalah
sedang.Tekstur nasi pulen, indeks Glikemik sebesar 54.Bobot 1000 butir beras
yakni 28 g. Rata-rata hasil panen adalah 6,0 t/h, serta memiliki potensi hasil
panen hingga 8,5 t/ha. Ketahanan terhadap hama penyakit, tahan terhadap wereng
coklat biotipe 2 dan agak tahan biotipe 3, tahan terhadap hawar daun bakteri,
8
lahan sawah irigasi dataran rendah sampai 500 m dpl. Serta Pemulia Varietad
luar tanaman padi di kelompokan dalam dua bagian yaitu bagian generatif dan
bagian vegetatif.Bagian generatif tanaman padi yaitu bunga, buah yang disebut
dengan gabah. Sedangkan bagian vegetatif yaitu akar, batang dan daun (Makarim,
2009).
untuk dapat tumbuh tegak, menyerap hara dan air dari dalam tanah untuk
sekunder sehingga diameter akar tidak akan banyak berubah sejak tumbuh
(Makarim, 2009).
Daun padi tumbuh pada batang dalam susunan yang berselang-seling pada
tiap buku.Adapun bagian-bagian dari daun padi yaitu helai daun dan pelepah
daun. Daun teratas pada tanaman padi di sebut daun bendera yang posisi dan
ukurannya tampak berbeda dari daun yang lain. Pada fase-fase awal pertumbuhan
satu daun membutuhkan waktu 4-5 hari untuk dapat tumbuh secara penuh,
9
sedangkan untuk fase selanjutnya membutuhkan waktu sekitar 8-9 hari (Makarim,
2009).
Batang tanaman padi terdiri atas beberapa ruas yang di batasi oleh
Lahan Gambut
cm) dapat ditata menjadi lahan sawah atau untuk sistem usahatani padi sawah, (b)
hortikultura semusim, padi gogo, palawija, dan tanaman tahunan, (c) gambut
dengan kedalaman 150- 250 cm dapat ditata untuk usahatani tanaman perkebunan,
seperti karet, kelapa, dan kelapa sawit, (d) gambut dengan kedalaman lebih dari
sengon, sungkai, jelutung, meranti, pulai, dan ramin (Irawan et al,. 2016).
Sistem usahatani yang dapat dikembangkan pada lahan gambut antara lain
berupa sistem usahatani berbasis tanaman pangan dan sistem usahatani berbasis
dalam skala luas dalam perspektif pengembangan sistem agribisnis (Irawan et al,.
2016).
Usahatani padi pada lahan gambut dapat ditata dengan sistem surjan yang
merupakan teknologi kearifan lokal yang sudah turun menurun dan ramah
padi dengan pola tanam padi-padi atau padi-bera, sedangkan bagian guludannya
surjan dibuat pada lahan yang tidak terluapi air atau pasokan air terbatas sehingga
petani tidak bisa membuat sawah pada seluruh bagian lahannya.Salah satu
risiko kegagalan, baik karena gagal panen akibat budidaya dan kondisi iklim,
maupun harga jual hasil usahatani yang jatuh akibat kegagalan mekanisme pasar.
Sistem surjan juga dapat dijadikan tahapan suksesi dari usahatani berbasis
atau luapan air dibagi menjadi 4 (empat). Lahan tipe A adalah lahan yang selalu
terluapi air pada saat pasang tunggal (besar) maupun pasang ganda (kecil), lahan
11
tipe B merupakan lahan yang hanya terluapi air pada saat pasang tunggal, lahan
tipe C adalah lahan yang tidak terluapi air baik pada saat pasang tunggal maupun
pasang ganda, akan tetapi air pasang mempengaruhi secara tidak langsung tinggi
muka air tanahnya yang kurang dari 50 cm, sedang lahan tipe D adalah lahan
pasang surut seperti pada tipe C, tetapi tinggi air tanahnya lebih dari 50
Permasalahan terkait unsur hara yang ditemui di lahan pasang surut adalah
ditemui di lahan pasang surut telah banyak dilaporkan.Oleh karena itu untuk
dalam tanah di lahan pasang surut ditentukan oleh tipe lahan dan intensitas
organik mempunyai multifungsi yakni memperbaiki sifat kimia, sifat fisika dan
bahwa jerami padi merupakan sumber bahan organik yang sangat penting dalam
budidaya padi lokal di lahan pasang surut. Hal yang sama dilaporkan Anwar et al.
(2006) dan Wahida (2014) bahwa padi di lahan pasang surut yang menggunakan
12
kompos jerami padi sebagai bahan organik mempunyai produktivitas yang lebih
tinggi. Akan tetapi jumlah kompos jerami padi yang diperlukan perlu ditetapkan
2017).
Kapur Dolomit
berasal dari alam yang mengandung unsur hara Magnesium (Mg) dan Kalsium
kandungan unsur hara terutama N. Hal ini terjadi melalui penjerapan N oleh zeolit
rongga di dalam zeolit mempunyai ukuran yang sesuai dengan ukuran ion
amonium sehingga zeolit mempunyai daya jerap yang tinggi terhadap ion
ganda yaitu selain memperbaiki sifat fisik tanah, hasil pelapukan bahan organik
juga merupakan sumber hara yang cukup potensial.Peranan bahan organik yang
13
Penambahan bahan organik dapat meningkatkan KTK, C-organik, dan NO3, serta
Abu sekam padi diperoleh dari pembakaran kulit padi.Warna abu sekam
padi dari putih keabu-abuan sampai hitam, warna ini tergantung dari sumber
sekam padi dan suhu pembakaran.Jumlah sekam padi yang dihasilkan sekitar 20%
- 33% dari berat padi dan tiap tahunnya dihasilkan sekitar 137 juta ton (Lim, et
namun mengandung silika yang tinggi. Kandungan kimia sekam padi terdiri atas
1996).
Menurut Setyorini (2003), abu sekam padi memiliki fungsi mengikat logam.
Selain itu, abu sekam padi berfungsi untuk menggemburkan tanah, sehingga bisa
menjelaskan bahwa salah satu cara memperbaiki media tanam yang mempunyai
14
drainase buruk adalah dengan menambahkan abu sekam pada media tersebut. Hal
banyak memilki pori-pori dan tidak padat. Kondisi tersebut akan meningkatkan
(0,08%), dan kalsium (0,14%). Selain itu juga mengandung unsur lain seperti
Fe2O3, K2O, MgO, CaO, MnO dan Cu dalam jumlah yang kecil serta beberapa
jenis bahan organik. Kandungan silikat yang tinggi dapat menguntungkan bagi
tanaman karena menjadi lebih tahan terhadap hama dan penyakit akibat adanya
pengerasan jaringan. Sekam bakar juga digunakan untuk menambah kadar Kalium
dalam tanah. Tingkat pH arang sekam antara 8.5 - 9.pH yang tinggi ini dapat
karena dibenci gulma dan bakteri.Peletakan sekam bakar pada bagian bawah dan
atas media tanam dapat mencegah populasi bakteri dan gulma yang merugikan
(Septiani, 2012).
Arang sekam memiliki kemampuan menyerap air yang rendah dan porositas
yang baik.Sifat ini menguntungkan jika digunakan sebagai media tanam karena
mendukung perbaikan struktur tanah karena aerasi dan drainase menjadi lebih
baik.Karena kandungan dan sifat ini, sekam bakar sering digunakan sebagai media
untuk di teliti berpengaruh atau tidak terhadap tanaman cabai rawit (Septiani,
2012).
terutama mineral-mineral pada masa panen pertama dan kedua, walaupun pada
limbah media tanam jamur mengandung Ca dan P cukup tinggi. Hal ini
disebabkan karena pada proses pembuatan kompos media tanam jamur dilakukan
tanam jamur ini adalah terjadinya peningkatan unsur organik dalam tanah yang
Penelitian Terkait
Amelioran tanah mineral yang diberikan pada tanah gambut dengan tingkat
sawit dalam tempo 6 bulan, dapat meningkatkan kesuburan tanah gambut yang
amelioran pada posisi pinggir blok kebun atau lebih dekat dengan saluran drainase
memberikan respon yang lebih tinggi atau lebih efektif dibandingkan dengan
bagian tengah blok kebun atau lebih jauh dari saluran drainase. Hal ini disebabkan
oleh kondisi drainasenya lebih mudah terkontrol sehingga kondisinya akan lebih
Bahan
Benih padi. Benih ini yang digunakan yaitu varietas Ciherang sebagai
pertumbuhan tanaman.
Tanah. Tanah yang digunakan adalah tanah gambut dan tanah pasang surut
Pupuk urea, SP-36, dan KCL. Sebagai sumber unsur hara esensial bagi
tanaman padi.
dalam praktikum ini adalah kapur dolomit, pupuk kandang kotoran ayam, abu
sekam padi, arang sekam padi, dan limbah media baglog jamur tiram.
Alat
Metode Penelitian
lengkap (RAL) 2 faktor. Faktor pertama adalah jenis tanah (L) yaitu dari dua taraf,
yaitu:
Sedangkan faktor kedua adalah jenis amelioran (P) terdiri dari 6 taraf, yaitu:
Pelaksanaan Praktikum
Praktikum ini dilaksanakn selama 2 bulan yaitu dari bulan Oktober sampai
Banjarbaru.
Pelaksanaan
18
pupuk kandang ayam, abu sekam padi, arang sekam padi, dan limbah media
lokasi berbeda, yaitu gambut (diambil dari lahan di Jalan Sukamaju Ujung
Banjarbaru) dan rawa pasang surut (diambil dari Desa Tangkas Kecamatan
mendapatkan benih yang bermutu baik. Setelah diperoleh benih bermutu baik,
kemudian benih padi di bersihkan dari sisa air garam dan semai di lapangan
selama 30 hari.
dengan perlakuan dengan dosis 10 ton ha-1 kecuali kontrol (tanpa penambahan
bahan amelioran). Setelah itu, setiap ember ditambahkan air setinggi 3 cm dan
Pemberian air ini bertujuan agar kondisi tanah tetap terjaga seperti keadaan di
19
lapangan. Setelah selesai masa inkubasi, sekitar 250 g sub-sample di ambil dari
secara tertahap (pada saat tanam sebanyak 25% sebagai pupuk dasar, 25%
diberikan 3 minggu setelah tanam, dan 50% diberikan pada minggu ke 5 setelah
tanam). Jumlah pupuk yang ditambahkan ke setiap ember setara dengan dosis
pemupukan urea untuk tanaman padi di Indonesia sebesar 200 kg ha-1. Pupuk SP-
36 dan KCL juga ditambahkan ke setiap ember dengan dosis 100 kg-1, diberikan
pada saat awal penanaman dengan cara menaburkan langsung ke setiap ember
percobaan.
Pengamatan
tanam. Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah dalam pot sampai
20
penggaris.
Analisis Data
yang diamati, maka dilakukan uji beda perlakuan menggunakan Uji DMRT
Hasil
Hasil dari praktikum berupa grafik yang dapat dilihat di bawah ini :
8.00
d cd
7.00 bc
a a ab
6.00
pH_Tanah
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
kontrol kapur pupuk sekam arang baglog
Bahan Amelioran
46
44
Tinggi Tanaman Minggu 1
42
40
38
36
34
Kontrol Kapur Pupuk Sekam Arang Baglog
Perlakuan
22
60
59
Tinggi Tanaman Minggu 2
58
57
56
55
54
53
Kontrol Kapur Pupuk Sekam Arang Baglog
Perlakuan
76
b
74
ab
Tinggi Tanaman Minggu 3
ab
72 ab
ab
70
a
68
66
64
Kontrol Kapur Pupuk Sekam Arang Baglog
Perlakuan
23
90
c
88 bc
86 abc
abc
84
ab
82 a
80
78
76
Kontrol Kapur Pupuk Sekam Arang Baglog
0.14
a
0.12
jumllah anakan minggu ke 1
0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
0
Kontrol Kapur Pupuk Sekam Arang Baglog
perlakuan
24
2
1.8
a
1.6
jumlah anakan minggu ke 2
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
Kontrol Kapur Pupuk Sekam Arang Baglog
perlakuan
4.5
c
4
bc abc
3.5
jumlah anakan minggu ke 3
abc
3
ab a
2.5
1.5
0.5
0
Kontrol Kapur Pupuk Sekam Arang Baglog
perlakuan
25
7
jumlah anakan minggu ke 4
3
2
0
Kontrol Kapur Pupuk Sekam Arang Baglog
perlakuan
Pembahasan
yang dapat meningkatkan pH tanah untuk tanah gambut adalah amelioran kapur dolomit.
Sedangkan untuk jenis tanah pasang surut juga amelioran jenis kapur dolomit. Hal ini
sesuai dengan pendapat maftuah et al. (2013) yang menyatakan kapur memberikan
pasokan OH- ke dalam larutan tanah yang bereaksi dengan H+ menjadi air dan
menyumbangkan ion Ca2+ sehingga akan terbentuk kompleksasi dengan asam humat.
Hal tersebut mengakibtakan meningkatnya pH tanah gambut dan pasang surut sesudah
yang dihasilkan oleh pelapukan lebih lanjut dari jenis bahan organik menjadi humus dari
hasil interaksi antara kompos dan kapur dolomit yang diberikan. Selain itu peranan
26
kompos ikut mempertinggi Ca-dd tanah juga ikut mempengaruhi kenaikkan pH tanah
dengan mengeliminir Al-dd pada tanah asam. Menurut Hairiah et al. (2002) pelapukan
bahan organik dapat mengikat atau mengkhelat Al dan Mn oleh asam-asam organik yang
masam. Selanjutnya Soepardi (1983) menyatakan bahwa adanya senyawa organik yang
cukup, memungkinkan terjadinya khelat, yaitu senyawa organik yang berikatan dengan
kation logam (Fe, Mn, dan Al) pada pH tanah yang masam, hasil perombakan bahan
organik antara lain kation-kation basa seperti Ca, Mg, K dan Na. Pemberian kapur
dolomit ke dalam tanah dapat meningkatkan pH tanah pada tanah yang mempunyai reaksi
masam. Peningkatan ini terjadi disebabkan oleh adanya gugus ion-ion hidroksil yang
mengikat kation-kation asam (H dan Al) pada koloid tanah menjadi inaktif, sehingga pH
meningkat. Kapur dolomit mengurangi keasaman tanah (pH) bergerak meningkat oleh
perubahan beberapa H+ menjadi air. Selanjutnya Lingga dan Marsono (1986) melaporkan
bahwa pemberian kapur pada tanah-tanah masam sebanyak 4 ton ha-1 dapat menaikkan
pH tanah hingga pH 6.
Perlakuan kontrol tidak berbeda nyata dengan perlakuan abu sekam, namun
berbahan dasar abu sekam tidak menunjukan perubahan yang nyata dalam menaikan pH
tanah. Hal ini diduga karena kandungan hara abu sekam tidak sebanyak kandungan hara
jenis amelioran yang lainnya. Pernyataan ini didukung oleh Pane et al. (2014), yang
menyatakan bahwa unsur hara abu sekam padi itu tidak sebanyak yang ada di pupuk
buatan, maka penggunaan yang terbaik adalah dengan mencampur antara kompos
(misalnya sekam padi) dan pupuk buatan, dengan kuantitas sesuai kebutuhan tanah.
Pengaruh berbeda nyata juga terjadi terhadap pH tanah dengan pemberian bahan
amelioran arang sekam dan baglog, namun belum nenunjukkan hasil yang signifikan.
Menurut Wahyuni, dkk. (2011) yang menyatakan Arang aktif merupakan suatu bahan
ameliorant yang mengandung carbon (C) tinggi yaitu 85-95 %. Arang aktif tidak dapat
dikatakan sebagai pupuk organik karena tidak dapat menambah unsur hara dari
kandungan yang terdapat didalamnya hanya saja memiliki kapasitas tukar kation (KTK)
yang tinggi sehingga mampu mengikat kation-kation tanah yang dapat bermanfaat bagi
pertumbuhan tanaman. Keuntungan yang diperoleh dari limbah media tanam jamur
(baglog) adalah terjadinya peningkatan unsur organik dalam tanah yang dapat
memperbaiki struktur dan kesuburan tanah. Unsur organik tersebut diperlukan untuk
Andriesse, J.P. 1988. Nature and management of tropical peat soil. FAO Soils
Bulletin 5:5. Roma.
BB Padi. 2010. Deskripsi varietas Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.
Deptan. 2009. Deskripsi Varietas Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian,
Jakarta.
Dinas Pertanian Propinsi Kalimantan Selatan, 2013.Laporan Tahunan Dinas
Pertaian TPH 2009. Dinas Pertanian Kalimantan Selatan.Banjarbaru.
Fahmi, A., B. Radjagukguk, danB.H. Purwanto. 2014. Interaction of peat soil and
sulphidic material subs tratum: role of peat layer and groundwater level
fluctuations on phosphorus concentration. J Tanah Trop.19(3):161-169.
Handayani, Etik Puji; Yatmin; dan Supriyadi.2016. Pengaruh Jenis dan Dosis
Amelioran Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi (Oryza sativa. L) Pada
Masa Tanam 1 dan 2. Seminar Nasional Agroinovasi Spesifik Lokasi
Untuk Ketahanan Pangan Pada Era Masyarakat Ekonomi ASEAN.
Lampung.
Soepardi, Goeswono. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Ilmu Tanah. IPB.
Suratman, Hariyadi, dan Sukarman. 2013. Optimalisasi pengelolaan lahan
gambut meggunakan amelioran tanah mineralpada perkebunan kelapa
sawit di Kalimantan Tengah. Tesis Program Pascasarjana IPB.
Suratman, Sukarman. 2016. Peran Amelioran Tanah Mineral Terhadap
Peningkatan Berbagai Unsur Kesuburan Tanah Gambut pada Perkebunan
Kelapa Sawit. Jurnal Sumber Daya Lahan. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor.
Susilawati et al.,. 2017. Pengembangan Teknologi Untuk Pengelolaan Lahan
Rawa. Jurnal Lahan Suboptimal.Kalimantan Selatan.
Susilawati, H.I. 2011. Ameliorasi Tanah Gambut Meningkatkan Produksi Padi
Dan Menekan Emisi Gas Rumah Kaca. Balai Penelitian Lingkungan
Pertanian. Bogor. Edisi 6-2 Maret 2011 No.3400 Tahun XLI.
Tisdale, S. L., W. L. Nelson dan J. D. Beaton. 1985. Soil Fertility and Fertilizers.
4th ed. Mac Millan. New Yorks.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2002. Taksonomi Tumbuhan (spermatopyta).
Yogyakarta : Gajah MadaUniversity Press.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Uji Barleet dan uji ANOVA serta uji lanjut DMRT pH Tanah
Analysis of variance
Variate: pH_Tanah
Source of
d.f. s.s. m.s. v.r. F pr.
variation
Jenis Amelioran 5 16.2786 3.2557 7.97 <.001
Jenis Lahan
1 11.8008 11.8008 28.90 <.001
Basah
Jenis
Amelioran.Jenis 5 3.3498 0.6700 1.64 0.174
Lahan Basah
Residual 36 14.6987 0.4083
Total 47 46.1280
Tables of means
Variate: pH_Tanah
Jenis_Amelioran p0 p1 p2 p3 p4 p5
5.910 7.455 6.902 5.881 6.043 6.656
Jenis_Lahan_Basah i1 i2
5.979 6.970
Jenis Lahan
Jenis
Basah
Amelioran
i1 i2
p0 4.932 6.888
p1 7.350 7.560
p2 6.375 7.430
p3 5.555 6.207
p4 5.562 6.523
p5 6.098 7.215
31
Jenis amelioran
P3 5.881 a
P0 5.910 a
P4 6.043 ab
P5 6.656 bc
P2 6.902 cd
P1 7.455 d
Lampiran 2. Uji Barlet dan Uji Anova tinggi tanaman padi 1 mst
Analysis of variance
Tables of means
Variate: Tinggi_Tanaman_1_mst
Jenis amelioran p0 p1 p2 p3 p4 p5
40.77 38.79 40.66 41.20 44.46 45.44
40.66 43.12
Jenis Lahan
Jenis
Basah
Amelioran
i1 i2
p0 39.50 42.05
p1 38.88 38.70
p2 40.20 41.12
p3 41.50 40.90
p4 43.40 45.52
p5 40.48 50.40
Lampiran 3. Uji Barlet dan Uji Anova tinggi tanaman padi 2 mst
Analysis of variance
Tables of means
Variate: Tinggi_Tanaman_2_mst
Grandmean 57.70
Jenis amelioran p0 p1 p2 p3 p4 p5
56.10 56.85 58.88 58.95 59.65 55.77
33
Jenis Lahan
Jenis
Basah
Amelioran
i1 i2
p0 56.20 56.00
p1 54.68 59.02
p2 57.00 60.75
p3 59.98 57.93
p4 60.77 58.52
p5 55.55 56.00
Lampiran 4.Uji Barlet dan Uji Anova, serta uji lanjut DMRT tinggi tanaman
padi 3 mst.
Analysis of variance
Tables of means
Jenis amelioran p0 p1 p2 p3 p4 p5
70.78 68.61 72.91 72.36 75.09 71.09
Jenis Lahan
Jenis
Basah
Amelioran
i1 i2
p0 71.18 70.38
p1 63.50 73.72
p2 70.82 75.00
p3 68.05 76.67
p4 74.93 75.25
p5 70.08 72.10
Jenis amelioran
P1 68.61 a
P0 70.78 ab
P5 71.09 ab
P3 72.36 ab
P2 72.91 ab
P4 75.09 b
Lampiran 5. Uji Barlet dan Uji Anova, serta uji lanjut DMRT tinggi
tanaman padi 4 mst
Analysis of variance
Tables of means
Jenis amelioran p0 p1 p2 p3 p4 p5
84.54 81.35 85.50 87.41 88.59 80.88
Jenis Lahan
Jenis
Basah
Amelioran
i1 i2
p0 82.87 86.20
p1 76.95 85.75
p2 80.95 90.05
p3 86.32 88.50
p4 89.03 88.15
p5 77.00 84.75
Jenis Amelioran
P5 68.61 a
P1 70.78 ab
P0 71.09 abc
P2 72.36 abc
P3 72.91 bc
P4 75.09 c
Lampiran 6. Uji Barlett dan uji ANOVA jumlah anakan padi 1 mst
Analysis of variance
Tables of means
Variate: Jumlah_Anakan_1_mst
Jenis amelioran p0 p1 p2 p3 p4 p5
0.000 0.125 0.000 0.000 0.000 0.000
Jenis Lahan
Jenis
Basah
Amelioran
i1 i2
p0 0.000 0.000
p1 0.000 0.250
p2 0.000 0.000
p3 0.000 0.000
p4 0.000 0.000
p5 0.000 0.000
rep 8 24 4
d.f 36 36 36
s.e.d 0.0722 0.0417 0.1021
37
Lampiran 7. Uji Barlett dan uji ANOVA jumlah anakan padi 2 mst
Analysisof variance
Tables of means
Variate: Jumlah_Anakan_2_mst
Jenis amelioran p0 p1 p2 p3 p4 p5
1.75 1.75 1.50 1.25 2.12 1.25
Lampiran 8. Uji Barlett dan uji ANOVA, serta uji lanjut DMRT jumlah
anakan padi 3 mst
Analysis of variance
Tables of means
Variate: Jumlah_Anakan_3_mst
Jenis amelioran p0 p1 p2 p3 p4 p5
3.62 3.50 2.62 3.00 3.88 2.50
Jenis Lahan
Jenis Basah
Amelioran
i1 i2
p0 4.25 3.00
p1 3.50 3.50
p2 2.75 2.50
p3 3.50 2.50
p4 4.00 3.75
p5 2.50 2.50
d.f 36 36 36
s.e.d 0.495 0.286 0.700
Jenis Amelioran
P5 2.500 a
P2 2.625 ab
P3 3.000 abc
P1 3.500 abc
P0 3.625 bc
P4 3.875 c
Lampiran 9. Uji Barlett dan uji ANOVA jumlah anakan padi 4 mst
Analysis of variance
Tables of means
Jenisa amelioran p0 p1 p2 p3 p4 p5
6.12 5.62 5.25 6.38 7.12 5.25
Jenis Lahan
Jenis
Basah
Amelioran
i1 i2
p0 7.00 5.25
40
p1 6.25 5.00
p2 5.00 5.50
p3 6.50 6.25
p4 7.75 6.50
p5 5.50 5.00