Anda di halaman 1dari 40

TEKNOLOGI AMELIORASI DI LAHAN GAMBUT DAN

PASANG SURUT
(Laporan Praktikum Teknologi Pengelolaan Sumberdaya
Lahan Basah Sub Optimal)

Oleh:
KELOMPOK 15
ADITYA HIDAYAT 1610512210003
FIDIYA ARFIANAWATI 1610512320012
NARDO PARDEDE E1A215073

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2018
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan penting yang

menjadi makanan pokok lebih dari setengah penduduk dunia karena mengandung

nutrisi yang diperlukan tubuh, kandungan karbohidrat padi giling sebesar 78,9 %,

protein 6,8 %, lemak 0,7 % dan lainlain 0,6 %. Indonesia sebagai negara dengan

jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangandalam memenuhi kebutuhan

pangan tersebut. Pada umumnya padi di Kalimantan selatan di tanamm pada

berbagai cara terdiri dari sawa irigasi, tadah hujan, pasang surut dan rawa lebak,

Namun lahan –lahan tersebut belum mendapatkan perhatian khusus sehingga

belum mendapatkan produksi yang di hasilkan masih belum maksimal (Dinas

Pertanian Kalimantan Selatan 2013).

Pemanfaatan lahan gambut dalam bidang pertanian untuk budidaya padi

sawah memiliki beberapa hambatan secara fisik, kimia dan biologi serta

karakteristik kimia tanah gambut di Indonesia cukup beragam. Sifat kimia tanah

gambut di Indonesia yang utama antara lain sifatnya yang sangat masam.

Sebagian gambut pasang surut mempunyai substratum marin. Substratum ini

bilamengalami ekspose akibat kekeringan yang menyebabkan pirit

teroksidasi,berisikomengalamipeningkatan kemasaman dan pelarutan Fe2+dan

Mn2+yang bersifat racun bagi tanaman. Teknologi budidaya tanaman pangan di

lahan gambut yang di peroleh dari hasil beberapa penelitian khususnya petani

yang bertani padi, harus memerlukan teknik budidaya tersenderi, karena keadaan
2

tanah gambut tidak sama dengan sawah irigasi, sehingga harus melakukan

tindakan sebelum di jadikan usaha tadi, yang menjadi kendala utama yang di

temui pada lahan gambut adalah kendala ph tanah sehingga menghalangi

kesuburan pada tanah, dan harus melakukan bantuan bahan organik, pembentukan

tanah gambut sangat tergantung dari cara pengolahannya, lahan gambut di kenal

dengan tanah yang rapuh oleh sebab itu perlu hati-hati dalam pengananya,

pemanfaatan lahan gambut dalam bidang pertanian untuk budidaya padi sawah

memiliki beberapa hambatan secara fisisk,kimia, dan biologi. Sifat kimia tanah

gambut yang umum biasanya bersifat masam (Fahmi et al.,2014).

Pengelolaan tanah dalam upaya pemanfaatan lahan gambut sebagai lahan

pertanian harus berdasarkan pada konsep penambahan unsur hara dengan cara

pemberian Amelioran, Amelioran adalah bahan organik maupun anorganik yang

dapat meningkatkan kesuburan dan kualitas lahan melalui perbaikan kondisi fisik

dan kimia tanah. Bahan amelioran yang sering digunakan selain tanah mineral

antara lain berbagai jenis kapur, lumpur, pupuk kompos atau bokasi, pupuk

kandang dan abu. Penambahan bahan mineral pada tanah gambut menyebabkan

terjadinya tanggap gambut sehingga terjadi perubahan berbagai

karakteristiknya.Perubahan yang terjadi pada sifat kimia tanah gambut antara lain

dapat menurunkan kapasitas tukar kation (KTK), meningkatkan kejenuhan basa

(KB), menaikkan pH, meningkatkan unsur hara, dan menekan senyawa beracun.
3

Sedangkan pada sifat fisik antara lain dapat memperbaiki struktur tanah,

(Suratman et al., 2013).

Pupuk kandang sebagai peran Amelioran dapat meningkatkan berbagai

unsur kesuburan digunakan sebagai bahan amelioran pada tanah gambut karena

mengandung hara yang dapat membuat tanah semangkin gembur dan dapat

menambah unsur hara.Tingkat kesuburan sangat berkorelasi dengan pH tanahnya

(Andriesse, 1988).

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah yang dapat dirumuskan

adalah sebagai berikut:

1. Apakah bahan ameliorant dapat menurunkan kemasaman pada tanah gambut?

2. Apakah bahan ameliorant dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman padi

lahan gambut?

Hipotesis Praktikum

Hipotesis dari praktikum ini adalah :

1. Bahan ameliorant dapat menurunkan kemasaman tanah pada lahan gambut.

2. Bahan ameliorant dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman padi pada lahan

gambut.

Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:


4

1. Mengetahui pengaruh bahan ameliorant dalam menurunkan kemasaman tanah

pada lahan gambut dan pasang surut.

2. Mengetahui pengaruh bahan amelioran dalam meningkatkan pertumbuhan

tanaman padi pada lahan gambut.


TINJAUAN PUSTAKA

Amelioran

Amelioran adalah bahan yang dapat meningkatkan kesuburan tanah melalui

perbaikan kondisi fisik dan kimia. Kriteria amelioran yang baik bagi lahan gambut

adalah memiliki kejenuhan basa (KB) yang tinggi, mampu meningkatkan derajat

pH secara nyata, mampu memperbaiki struktur tanah, memiliki kandungan unsur

hara yang lengkap, dan mampu mengusir senyawa beracun terutama asam-asam

organik. Amelioran dapat berupa bahan organik maupun anorganik. Pemberian

bahan amelioran seperti pupuk organik, tanah mineral, zeolit, dolomit, fosfat

alam, pupuk kandang, kapur pertanian, abu sekam, purun tikus (Eleocharis dulcis)

dapat meningkatkan pH tanah dan basa-basa tanah. Penambahan bahan-bahan

amelioran yang banyak mengandung kation polivalen juga dapat mengurangi

pengaruh buruk asam-asam organik beracun (Susilawati, 2011).

Padi Ciherang

Padi Ciherang termasuk dalam padi Indica.Padi ini merupakan kelompok

padi sawah yang sangat cocok ditanam di lahan sawah irigasi dataran rendah.Padi

ini dapat ditanam pada musim hujan dan kemarau dengan ketinggian di bawah

500 m dari permukaan laut.Padi Ciherang merupakan hasil persilangan antara

varietas padi IR64 dengan varietas/galur lain. Sebagian sifat IR64 juga dimiliki

oleh Ciherang termasuk hasil dan mutu berasnya yang tinggi (BB Padi, 2010).

Menurut Tjitrosoepomo (2002) klasifikasi tanaman padi adalah sebagai

berikut:
7

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Glumiflorae

Famili : Gramineae

Genus : Oryza

Spesies : Oryza sativa L. Varietas Ciherang

Padi Ciherang merupakan hasil persilangan antara varietas padi IR64

dengan varietas/galur lain yaitu IR18349-53-1-3-1-3/3 .Adapun deskripsi padi

ciherang (Deptan,2009) yaitu, nomor seleksinya S3383-1D-PN-41-3-1.Asal

persilangan padi ciherang yakni antara varietas IR18349-53-1-3-1-3/3*IR19661-

131-3-13//4*IR64.Umur tanam padi ciherang sampai dengan panen yakni 16-125

hari. Memiliki bentuk tanaman yang tegak, tinggi tanaman padisekitar 107-115

cm, jumlah anakan produktif berkisar antara 14-17 batang. Warna kaki, batang

dan daun hijau, warna telinga daun dan warna lidah daun tidak berwarna.

Permukaan daun kasar pada sebelah bawah, posisi daun dan daun bendera

tegak.Bentuk gabah panjang ramping, warna gabah kuning bersih.Adapun benih

padi varietas ciherang ini dilepas tahun 2000. Tingkat kerebahan adalah

sedang.Tekstur nasi pulen, indeks Glikemik sebesar 54.Bobot 1000 butir beras

yakni 28 g. Rata-rata hasil panen adalah 6,0 t/h, serta memiliki potensi hasil

panen hingga 8,5 t/ha. Ketahanan terhadap hama penyakit, tahan terhadap wereng

coklat biotipe 2 dan agak tahan biotipe 3, tahan terhadap hawar daun bakteri,
8

strain III dan IV T. Anjuran tanam yakni sebaiknya dilakukan penanaman di

lahan sawah irigasi dataran rendah sampai 500 m dpl. Serta Pemulia Varietad

ciherang ini adalah Tarjat T, Z. A. Simanullang, E. Sumadi dan Aan A. Daradjat.

Morfologi tanaman padi menyangkut bentuk dan struktur luar organ

tanaman.Morfologi tanaman padi dapat dijadikan dasar utama klasifikasi dan

sebagai alat untuk mengenal adaptasi tanaman terhadap lingkungannya.Struktur

luar tanaman padi di kelompokan dalam dua bagian yaitu bagian generatif dan

bagian vegetatif.Bagian generatif tanaman padi yaitu bunga, buah yang disebut

dengan gabah. Sedangkan bagian vegetatif yaitu akar, batang dan daun (Makarim,

2009).

Akar pada tanaman padi berfungsi sebagai penguat/penunjang tanaman

untuk dapat tumbuh tegak, menyerap hara dan air dari dalam tanah untuk

selanjutnya di teruskan ke organ lain yang membutuhkan. Akar tanaman padi di

golongkan akar serabut.Radikula yang tumbuh sewaktu berkecambah tidak dapat

berkembang dengan baik. Akar tanaman padi tidak memiliki pertumbuhan

sekunder sehingga diameter akar tidak akan banyak berubah sejak tumbuh

(Makarim, 2009).

Daun padi tumbuh pada batang dalam susunan yang berselang-seling pada

tiap buku.Adapun bagian-bagian dari daun padi yaitu helai daun dan pelepah

daun. Daun teratas pada tanaman padi di sebut daun bendera yang posisi dan

ukurannya tampak berbeda dari daun yang lain. Pada fase-fase awal pertumbuhan

satu daun membutuhkan waktu 4-5 hari untuk dapat tumbuh secara penuh,
9

sedangkan untuk fase selanjutnya membutuhkan waktu sekitar 8-9 hari (Makarim,

2009).

Batang tanaman padi terdiri atas beberapa ruas yang di batasi oleh

buku.Daun dan tunas (anakan) tumbuh pada buku.Pada permulaan stadium

pertumbuhan batang terdiri atas pelepah-pelepah daun dan ruas-ruas yang

bertumpuk padat.Ruas-ruas tersebut kemudian memanjang dan berongga setelah

tanaman memasuki stadium reproduktif (Makarim, 2009).

Lahan Gambut

Pemanfaatan lahan gambut harus disesuaikan dengan tipologinya, misalnya

(a) lahan potensial, bergambut, aluvial bersulfida dalam, gambut dangkal (≤ 75

cm) dapat ditata menjadi lahan sawah atau untuk sistem usahatani padi sawah, (b)

gambut dengan kedalaman 75-150 cm dapat dimanfaatkan untuk usahatani

hortikultura semusim, padi gogo, palawija, dan tanaman tahunan, (c) gambut

dengan kedalaman 150- 250 cm dapat ditata untuk usahatani tanaman perkebunan,

seperti karet, kelapa, dan kelapa sawit, (d) gambut dengan kedalaman lebih dari

250 cm dapat dimanfaatkan untuk pengembangan tanaman kehutanan, seperti

sengon, sungkai, jelutung, meranti, pulai, dan ramin (Irawan et al,. 2016).

Sistem usahatani yang dapat dikembangkan pada lahan gambut antara lain

berupa sistem usahatani berbasis tanaman pangan dan sistem usahatani berbasis

komoditas andalan. Sistem usahatani berbasis tanaman pangan ditujukan untuk

menjamin keamanan pangan petani dan komunitasnya, sedangkan sistem

usahatani berbasis komoditas andalan, termasuk perkebunan dapat dikembangkan


10

dalam skala luas dalam perspektif pengembangan sistem agribisnis (Irawan et al,.

2016).

Usahatani padi pada lahan gambut dapat ditata dengan sistem surjan yang

merupakan teknologi kearifan lokal yang sudah turun menurun dan ramah

lingkungan.Bagian tabukan surjan (sunken bed atau bagian sawahnya) ditanami

padi dengan pola tanam padi-padi atau padi-bera, sedangkan bagian guludannya

(raised bed atau bagian lahan keringnya) ditanami palawija/hortikultura.Sistem

surjan dibuat pada lahan yang tidak terluapi air atau pasokan air terbatas sehingga

petani tidak bisa membuat sawah pada seluruh bagian lahannya.Salah satu

keuntungan sistem surjan adalah petani dapat menganekaragamkan jenis

komoditas (padi dan palawija/sayuran) yang diusahakannya sehingga mengurangi

risiko kegagalan, baik karena gagal panen akibat budidaya dan kondisi iklim,

maupun harga jual hasil usahatani yang jatuh akibat kegagalan mekanisme pasar.

Sistem surjan juga dapat dijadikan tahapan suksesi dari usahatani berbasis

tanaman pangan (padi dan palawija) menjadi tanaman buah-buahan dan

perkebunan (Irawan et al,. 2016).

Lahan Pasang Surut

Lahan pasang surut adalah lahan yang ketersediaan airnya sangat

dipengaruhi oleh gerakan pasang surut air di permukaan sungai. Berdasarkan

klasifikasinya lahan pasang surut berdasarkan kondisi tinggi rendahnya pasang

atau luapan air dibagi menjadi 4 (empat). Lahan tipe A adalah lahan yang selalu

terluapi air pada saat pasang tunggal (besar) maupun pasang ganda (kecil), lahan
11

tipe B merupakan lahan yang hanya terluapi air pada saat pasang tunggal, lahan

tipe C adalah lahan yang tidak terluapi air baik pada saat pasang tunggal maupun

pasang ganda, akan tetapi air pasang mempengaruhi secara tidak langsung tinggi

muka air tanahnya yang kurang dari 50 cm, sedang lahan tipe D adalah lahan

pasang surut seperti pada tipe C, tetapi tinggi air tanahnya lebih dari 50

cm(Susilawati et al., 2017).

Permasalahan terkait unsur hara yang ditemui di lahan pasang surut adalah

rendahnya kandungan P dan bahan organik.Rendahnya kandungan hara P yang

ditemui di lahan pasang surut telah banyak dilaporkan.Oleh karena itu untuk

meningkatkan produksi padi di lahan ini diperlukan pemupukan P. Kandungan P

dalam tanah di lahan pasang surut ditentukan oleh tipe lahan dan intensitas

penggunaan lahan.Oleh karena itu perlu diketahui takaran pupuk P yang

diperlukan agar efisiensi pemupukan P dapat ditingkatkan.Selain masalah P, tanah

di lahan pasang surut juga dilaporkan mempunyai kandungan C-organik yang

rendah, tergantung tipologi lahan dan intensitas penggunaan lahan.Padahal bahan

organik mempunyai multifungsi yakni memperbaiki sifat kimia, sifat fisika dan

biologi tanah(Susilawati et al., 2017).

Kemampuan bahan organik dalam memperbaiki kesuburan tanah tergantung

dari sumber bahan organik yang digunakan.Masganti et al. (2006) melaporkan

bahwa jerami padi merupakan sumber bahan organik yang sangat penting dalam

budidaya padi lokal di lahan pasang surut. Hal yang sama dilaporkan Anwar et al.

(2006) dan Wahida (2014) bahwa padi di lahan pasang surut yang menggunakan
12

kompos jerami padi sebagai bahan organik mempunyai produktivitas yang lebih

tinggi. Akan tetapi jumlah kompos jerami padi yang diperlukan perlu ditetapkan

karena adanya perbedaan kandungan C-organik dalam tanah(Susilawati et al.,

2017).

Kapur Dolomit

Dolomit sering dikenal sebagai kapur pertanian merupakan mineral yang

berasal dari alam yang mengandung unsur hara Magnesium (Mg) dan Kalsium

(Ca) berbentuk tepung dengan rumus kimia CaMg(CO3)2.Kapur Dolomit ini

sudah sangat diyakini dapat mengatasi masalah kemasaman tanah dan

meningkatkan unsur hara makro.Pemanfaatan zeolit dapat meningkatkan

kandungan unsur hara terutama N. Hal ini terjadi melalui penjerapan N oleh zeolit

yang dapat dilepas kembali secara perlahan untuk keperluan tanaman.Rongga-

rongga di dalam zeolit mempunyai ukuran yang sesuai dengan ukuran ion

amonium sehingga zeolit mempunyai daya jerap yang tinggi terhadap ion

amonium.Zeolit mempunyai kemampuan yang sangat baik untuk menjerap dan

menukarkan kation (Handayani et al., 2016).

Pupuk Kandang Kotoran Ayam

Bahan organik berupa pupuk kandang dapat meningkatkan kesuburan

tanah.Ditinjau dari kesuburan tanah, pemberian organik mempunyai manfaat

ganda yaitu selain memperbaiki sifat fisik tanah, hasil pelapukan bahan organik

juga merupakan sumber hara yang cukup potensial.Peranan bahan organik yang
13

sangat dibutuhkan adalah untuk menambah unsur hara dan meningkatkan

kapasitas tukar kation (KTK).Peningkatkan kapasitas tukar kation ini dapat

mengurangi kehilangan unsur hara yang ditambahkan melalui pemupukan,

sehingga dapat meningkatkan efisiensi pemupukan (Hairiah et al., 2000).

Penambahan bahan organik dapat meningkatkan KTK, C-organik, dan NO3, serta

serapan P dan Mg pada tanah Ultisol (Nursyamsi et al.1997). Penambahan bahan

organik juga meningkatkan ketersediaan P, menekan fiksasi P dan menekan

kelarutan Al3+ (Purwanto dan Sutanto, 1997).

Abu Sekam Padi

Abu sekam padi diperoleh dari pembakaran kulit padi.Warna abu sekam

padi dari putih keabu-abuan sampai hitam, warna ini tergantung dari sumber

sekam padi dan suhu pembakaran.Jumlah sekam padi yang dihasilkan sekitar 20%

- 33% dari berat padi dan tiap tahunnya dihasilkan sekitar 137 juta ton (Lim, et

al., 2012).Sekam padi merupakan bahan berlignoselulosa seperti biomassa lainnya

namun mengandung silika yang tinggi. Kandungan kimia sekam padi terdiri atas

50 % selulosa, 25 – 30 % lignin, dan 15 – 20 % silika (Ismail dan Waliuddin,

1996).

Menurut Setyorini (2003), abu sekam padi memiliki fungsi mengikat logam.

Selain itu, abu sekam padi berfungsi untuk menggemburkan tanah, sehingga bisa

mempermudah akar tanaman menyerap unsur hara. Indranada (1989),

menjelaskan bahwa salah satu cara memperbaiki media tanam yang mempunyai
14

drainase buruk adalah dengan menambahkan abu sekam pada media tersebut. Hal

tersebut akan meningkatkan berat volume tanah(bulk density), sehingga tanah

banyak memilki pori-pori dan tidak padat. Kondisi tersebut akan meningkatkan

ruang pori total dan mempercepat drainase air tanah.

Arang Sekam Padi

Arang sekam mengandung SiO2 (52%), C (31%), K (0.3%), N (0,18%), F

(0,08%), dan kalsium (0,14%). Selain itu juga mengandung unsur lain seperti

Fe2O3, K2O, MgO, CaO, MnO dan Cu dalam jumlah yang kecil serta beberapa

jenis bahan organik. Kandungan silikat yang tinggi dapat menguntungkan bagi

tanaman karena menjadi lebih tahan terhadap hama dan penyakit akibat adanya

pengerasan jaringan. Sekam bakar juga digunakan untuk menambah kadar Kalium

dalam tanah. Tingkat pH arang sekam antara 8.5 - 9.pH yang tinggi ini dapat

digunakan untuk meningkatkan pH tanah asam. PH tersebut memiliki keuntungan

karena dibenci gulma dan bakteri.Peletakan sekam bakar pada bagian bawah dan

atas media tanam dapat mencegah populasi bakteri dan gulma yang merugikan

(Septiani, 2012).

Arang sekam memiliki kemampuan menyerap air yang rendah dan porositas

yang baik.Sifat ini menguntungkan jika digunakan sebagai media tanam karena

mendukung perbaikan struktur tanah karena aerasi dan drainase menjadi lebih

baik.Karena kandungan dan sifat ini, sekam bakar sering digunakan sebagai media

tanam untuk tanaman hias maupun campuran pembuatan kompos.Dan menarik


15

untuk di teliti berpengaruh atau tidak terhadap tanaman cabai rawit (Septiani,

2012).

Limbah Media Baglog Jamur Tiram

Kandungan mineral limbah media tanam jamur meningkat setelah panen,

terutama mineral-mineral pada masa panen pertama dan kedua, walaupun pada

fosfor hanya sedikit saja peningkatannya.Keadaan ini menggambarkan bahwa

limbah media tanam jamur mengandung Ca dan P cukup tinggi. Hal ini

disebabkan karena pada proses pembuatan kompos media tanam jamur dilakukan

2 penambahan kapur (CaCO3). Keuntungan yang diperoleh dari limbah media

tanam jamur ini adalah terjadinya peningkatan unsur organik dalam tanah yang

dapat memperbaiki struktur dan kesuburan tanah.Unsur organik tersebut

diperlukan untuk pertumbuhan tanaman (Iskandar, 2017).

Penelitian Terkait

Amelioran tanah mineral yang diberikan pada tanah gambut dengan tingkat

dekomposisi sedang (hemik) dan matang (saprik) di lahan perkebunan kelapa

sawit dalam tempo 6 bulan, dapat meningkatkan kesuburan tanah gambut yang

diindikasikan oleh peningkatan nilai beberapa unsur kesuburan tanah. Pemberian

amelioran pada posisi pinggir blok kebun atau lebih dekat dengan saluran drainase

memberikan respon yang lebih tinggi atau lebih efektif dibandingkan dengan

bagian tengah blok kebun atau lebih jauh dari saluran drainase. Hal ini disebabkan

oleh kondisi drainasenya lebih mudah terkontrol sehingga kondisinya akan lebih

terjaga dengan baik (Suratman et al., 2016).


BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat

Bahan

Benih padi. Benih ini yang digunakan yaitu varietas Ciherang sebagai

tanaman indikator untuk mengetahui pengaruh aplikasi bahan amelioran terhadap

pertumbuhan tanaman.

Tanah. Tanah yang digunakan adalah tanah gambut dan tanah pasang surut

yang diambil pada kedalam 0-30 cm.

Pupuk urea, SP-36, dan KCL. Sebagai sumber unsur hara esensial bagi

tanaman padi.

Bahan amelioran. Bahan amelioran yang digunakan sebagai perlakuan

dalam praktikum ini adalah kapur dolomit, pupuk kandang kotoran ayam, abu

sekam padi, arang sekam padi, dan limbah media baglog jamur tiram.

Alat

Ember ukuran 24 L. Digunakan untuk tempat pertumbuhan tanaman padi.

Sundak atau cangkul. Digunakan untuk mengambil tanah di lapangan.

Neraca analitik. Digunakan untuk menimbang bahan-bahan praktikum.

pH metet merek Thermo Scientific Orion Star A221. Digunakan untuk

mengukur pH tanah dengan dua digit di belakang koma.

Penggaris. Digunakan untuk mengukur tinggi tanaman.


17

Metode Penelitian

Percobaan dalam penelitian ini disusun menggunakn Rancangan Acak

lengkap (RAL) 2 faktor. Faktor pertama adalah jenis tanah (L) yaitu dari dua taraf,

yaitu:

1. Tanah gambut (I1)

2. Tanah rawa pasang surut (I2)

Sedangkan faktor kedua adalah jenis amelioran (P) terdiri dari 6 taraf, yaitu:

1. Tanpa amelioran atau kontrol (p0)

2. Kapur dolomit 10 ton.ha-1(p1)

3. Pupuk kandang kotoran ayam 10 ton.ha-1(p2)

4. Abu sekam padi 10 ton.ha-1(p3)

5. Arang sekam padi 10 ton.ha-1(p4)

6. Limbah media baglog jamur tiram 10 ton.ha-1(p5)

Dengan demikian diperoleh 12 kombimasi perlakuan, masing-masing perlakuan

diulang sebanyak 4 ulangan. Sehingga diperoleh 48 satuan percobaan.

Pelaksanaan Praktikum

Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakn selama 2 bulan yaitu dari bulan Oktober sampai

Desember 2018. Bertempat di Rumah Kaca Jurusan Agroekoteknologi dan

Laboratorium Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat

Banjarbaru.

Pelaksanaan
18

Persiapan bahan amelioran. Bahan amelioran disiapkan sesuai dengan

keperluan praktikum. Bahan amelioran yang digunakan adalah kapur dolomit,

pupuk kandang ayam, abu sekam padi, arang sekam padi, dan limbah media

baglog jamur tiram.

Pengambilan tanah. Pengambilan tanah sesuai perlakuan di ambil pada 2

lokasi berbeda, yaitu gambut (diambil dari lahan di Jalan Sukamaju Ujung

Banjarbaru) dan rawa pasang surut (diambil dari Desa Tangkas Kecamatan

Martapura Lama, Kabupaten Banjar). Masing-masing jemis tanah menggunakan

sundak atau cangkul sebanyak 300 kg pada kedalaman 0-30.

Persiapan bibit padi. Persiapan bibit padi diawali dengan melakukan

perendaman benih padi varietas Ciherang kedalam larutan garam untuk

mendapatkan benih yang bermutu baik. Setelah diperoleh benih bermutu baik,

kemudian benih padi di bersihkan dari sisa air garam dan semai di lapangan

selama 30 hari.

Persiapan media tanam. Persiapan media tanam dilakukan dengan

membersihkan tanah dan sisa-sisa tanaman, kemudian diaduk dan dicampur

dengan merata, ditimbang 10 kg tanah dan dimasukkan ke dalam ember

percobaan. Kemudian dalam setiap ember ditambahkan bahan amelioran sesuai

dengan perlakuan dengan dosis 10 ton ha-1 kecuali kontrol (tanpa penambahan

bahan amelioran). Setelah itu, setiap ember ditambahkan air setinggi 3 cm dan

permukaan tanah, ke mudian di inkubasi selama 2 minggu, dimana selama masa

inkubasi ketinggian air dipertahankan 3 cm dari permukaa tanah didalm ember

Pemberian air ini bertujuan agar kondisi tanah tetap terjaga seperti keadaan di
19

lapangan. Setelah selesai masa inkubasi, sekitar 250 g sub-sample di ambil dari

setiap ember percobaan untuk penetapan pH tanah di laboratorium.

Penanaman bibit padi. Penanaman bibit padi (varietas Ciherang)

dipindahkan ke ember percobaan setelah berumur 30 hari di persemaian sebanyak

tiga tanaman untuk setiap ember.

Pemupukan. Pupuk urea ditambahkan ke dalam setiap ember percobaan

secara tertahap (pada saat tanam sebanyak 25% sebagai pupuk dasar, 25%

diberikan 3 minggu setelah tanam, dan 50% diberikan pada minggu ke 5 setelah

tanam). Jumlah pupuk yang ditambahkan ke setiap ember setara dengan dosis

pemupukan urea untuk tanaman padi di Indonesia sebesar 200 kg ha-1. Pupuk SP-

36 dan KCL juga ditambahkan ke setiap ember dengan dosis 100 kg-1, diberikan

pada saat awal penanaman dengan cara menaburkan langsung ke setiap ember

percobaan.

Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan terbagi menjdi 2 kelompok sebagai berikut:

1. Perubahan reaksi (pH) tanah

Pengmatan pH tanah (H2O 1 : 5) dilakukan 2 minggu setelah inkubsi

dengan mengambil sebanyak 250 g sub-sample dari setiap ember percobaan

dan dianalisis di laboratorium.

2. Pertumbuhan tanaman padi

a. Tinggi tanaman (cm). tinggi tanaman di ukur setiap minggu selama 4

minggu. Pengukuran dilakukan saat tanaman berumur 1 minggu setelah

tanam. Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah dalam pot sampai
20

dengan bagian tertinggi tanaman setelah ditegakkan menggunakan

penggaris.

b. Jumlah anakan (tanaman ember-1) jumlah anakan dihitung setiap minggu

selama 4 minggu dengan cara hitung per rumpun per ember.

Analisis Data

Untuk melihat pengaruh pemberian bahan amelioran terhadap perubahan

pH tanah dan pertumbuhan tanaman padi dilakukan analisi ragam (analysis of

variance) terhadap variabel-variabel yang diamati menggunakan Genstat 12th

edition. Sebelum dilakukan analisis ragam, terlebih dahulu dilakukan uji

kehomogenan ragam variabel-variabel yang akan analisis. Jika analisis ragam

memperlihatkan bahwa aplikasi bahan amelioran pada masing-masing tanah

berbeda karakteristik berpengaruh nyata (P ≤ 0,05) terhadap variabel-variabel

yang diamati, maka dilakukan uji beda perlakuan menggunakan Uji DMRT

(Ducan’s Multiple Range Test) pada level a 5%.


HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil dari praktikum berupa grafik yang dapat dilihat di bawah ini :

Grafik 1. Pengukuran pH Tanah

8.00
d cd
7.00 bc
a a ab
6.00
pH_Tanah

5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
kontrol kapur pupuk sekam arang baglog
Bahan Amelioran

Grafik 2. Pengamatan Tinggi Tanaman Minggu 1

46

44
Tinggi Tanaman Minggu 1

42

40

38

36

34
Kontrol Kapur Pupuk Sekam Arang Baglog
Perlakuan
22

Grafik 3. Pengamatan Tinggi Tanaman Minggu 2

60

59
Tinggi Tanaman Minggu 2

58

57

56

55

54

53
Kontrol Kapur Pupuk Sekam Arang Baglog
Perlakuan

Grafik 4. Pengamatan Tinggi Tanaman Minggu 3

76
b

74
ab
Tinggi Tanaman Minggu 3

ab
72 ab
ab

70
a

68

66

64
Kontrol Kapur Pupuk Sekam Arang Baglog
Perlakuan
23

Grafik 5. Pengamatan Tinggi Tanaman Minggu 4

90

c
88 bc

86 abc
abc

84

ab
82 a

80

78

76
Kontrol Kapur Pupuk Sekam Arang Baglog

Grafik 6. Pengamatan Jumlah Anakan Minggu 1

0.14
a
0.12
jumllah anakan minggu ke 1

0.1

0.08

0.06

0.04

0.02

0
Kontrol Kapur Pupuk Sekam Arang Baglog
perlakuan
24

Grafik 7. Pengamatan Jumlah anakan Minggu 2

2
1.8
a

1.6
jumlah anakan minggu ke 2

1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
Kontrol Kapur Pupuk Sekam Arang Baglog
perlakuan

Grafik 8. Pengamatan Jumlah Anakan Minggu 3

4.5
c
4
bc abc
3.5
jumlah anakan minggu ke 3

abc
3
ab a
2.5

1.5

0.5

0
Kontrol Kapur Pupuk Sekam Arang Baglog
perlakuan
25

Grafik 9. Pengamatan Jumlah Anakan Minggu 4

7
jumlah anakan minggu ke 4

3
2

0
Kontrol Kapur Pupuk Sekam Arang Baglog
perlakuan

Pembahasan

Berdasarkan perhitungan persentase pada hasil, maka diketahui bahwa amelioran

yang dapat meningkatkan pH tanah untuk tanah gambut adalah amelioran kapur dolomit.

Sedangkan untuk jenis tanah pasang surut juga amelioran jenis kapur dolomit. Hal ini

sesuai dengan pendapat maftuah et al. (2013) yang menyatakan kapur memberikan

pasokan OH- ke dalam larutan tanah yang bereaksi dengan H+ menjadi air dan

menyebabkan kadar H+ berkurang sehingga pH tanah meningkat. Pengapuran juga dapat

menyumbangkan ion Ca2+ sehingga akan terbentuk kompleksasi dengan asam humat.

Hal tersebut mengakibtakan meningkatnya pH tanah gambut dan pasang surut sesudah

pemberian kapur dolomit.

Peningkatan pH ini diduga disebabkan oleh adanya peningkatan senyawa organik

yang dihasilkan oleh pelapukan lebih lanjut dari jenis bahan organik menjadi humus dari

hasil interaksi antara kompos dan kapur dolomit yang diberikan. Selain itu peranan
26

kompos ikut mempertinggi Ca-dd tanah juga ikut mempengaruhi kenaikkan pH tanah

dengan mengeliminir Al-dd pada tanah asam. Menurut Hairiah et al. (2002) pelapukan

bahan organik dapat mengikat atau mengkhelat Al dan Mn oleh asam-asam organik yang

dihasilkan, sehingga memperbaiki lingkungan pertumbuhan tanaman terutama pada tanah

masam. Selanjutnya Soepardi (1983) menyatakan bahwa adanya senyawa organik yang

cukup, memungkinkan terjadinya khelat, yaitu senyawa organik yang berikatan dengan

kation logam (Fe, Mn, dan Al) pada pH tanah yang masam, hasil perombakan bahan

organik antara lain kation-kation basa seperti Ca, Mg, K dan Na. Pemberian kapur

dolomit ke dalam tanah dapat meningkatkan pH tanah pada tanah yang mempunyai reaksi

masam. Peningkatan ini terjadi disebabkan oleh adanya gugus ion-ion hidroksil yang

mengikat kation-kation asam (H dan Al) pada koloid tanah menjadi inaktif, sehingga pH

meningkat. Kapur dolomit mengurangi keasaman tanah (pH) bergerak meningkat oleh

perubahan beberapa H+ menjadi air. Selanjutnya Lingga dan Marsono (1986) melaporkan

bahwa pemberian kapur pada tanah-tanah masam sebanyak 4 ton ha-1 dapat menaikkan

pH tanah hingga pH 6.

Perlakuan kontrol tidak berbeda nyata dengan perlakuan abu sekam, namun

berbeda nyata terhadap perlakuan pupuk kandang. Sehingga pemberian amelioran

berbahan dasar abu sekam tidak menunjukan perubahan yang nyata dalam menaikan pH

tanah. Hal ini diduga karena kandungan hara abu sekam tidak sebanyak kandungan hara

jenis amelioran yang lainnya. Pernyataan ini didukung oleh Pane et al. (2014), yang

menyatakan bahwa unsur hara abu sekam padi itu tidak sebanyak yang ada di pupuk

buatan, maka penggunaan yang terbaik adalah dengan mencampur antara kompos

(misalnya sekam padi) dan pupuk buatan, dengan kuantitas sesuai kebutuhan tanah.

Berdasarkan pernyataan di atas, untuk mendapatakan pH yang optimum perlu kombinasi

antara abu sekam dan pupuk kandang.


27

Pengaruh berbeda nyata juga terjadi terhadap pH tanah dengan pemberian bahan

amelioran arang sekam dan baglog, namun belum nenunjukkan hasil yang signifikan.

Menurut Wahyuni, dkk. (2011) yang menyatakan Arang aktif merupakan suatu bahan

ameliorant yang mengandung carbon (C) tinggi yaitu 85-95 %. Arang aktif tidak dapat

dikatakan sebagai pupuk organik karena tidak dapat menambah unsur hara dari

kandungan yang terdapat didalamnya hanya saja memiliki kapasitas tukar kation (KTK)

yang tinggi sehingga mampu mengikat kation-kation tanah yang dapat bermanfaat bagi

pertumbuhan tanaman. Keuntungan yang diperoleh dari limbah media tanam jamur

(baglog) adalah terjadinya peningkatan unsur organik dalam tanah yang dapat

memperbaiki struktur dan kesuburan tanah. Unsur organik tersebut diperlukan untuk

pertumbuhan tanaman (Tjitrosoepomo, 2002).


DAFTAR PUSTAKA

Andriesse, J.P. 1988. Nature and management of tropical peat soil. FAO Soils
Bulletin 5:5. Roma.

BB Padi. 2010. Deskripsi varietas Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.
Deptan. 2009. Deskripsi Varietas Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian,
Jakarta.
Dinas Pertanian Propinsi Kalimantan Selatan, 2013.Laporan Tahunan Dinas
Pertaian TPH 2009. Dinas Pertanian Kalimantan Selatan.Banjarbaru.
Fahmi, A., B. Radjagukguk, danB.H. Purwanto. 2014. Interaction of peat soil and
sulphidic material subs tratum: role of peat layer and groundwater level
fluctuations on phosphorus concentration. J Tanah Trop.19(3):161-169.
Handayani, Etik Puji; Yatmin; dan Supriyadi.2016. Pengaruh Jenis dan Dosis
Amelioran Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi (Oryza sativa. L) Pada
Masa Tanam 1 dan 2. Seminar Nasional Agroinovasi Spesifik Lokasi
Untuk Ketahanan Pangan Pada Era Masyarakat Ekonomi ASEAN.
Lampung.

Indranada, H.K. 1989. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Bina Aksara. Jakarta.

Irawan et al.,. 2016. Potensi Usahatani Berkelanjutan di Lahan Gambut


Terdegradasi: Analisis Sosial Ekonomi dan Lingkungan. Jurnal Balai Besar
Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor.
Iskandar. 2017. Pemanfaatan Limbah Media Jamur Tiram Putih Sebagai Kompos
Pada Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.). Skripsi Fakultas
Sains dan Teknologi Uin Alauddin Makassar.Makasar.
Ismail, M. S., dan Waliuddin, A. M. 1996. Effect of Rice Husk Ash on High
Strength Concrete Construction and Building Materials. Bogor.
Makarim, A. Karim dan E. Suhartatik. 2009. Morfologi dan Fisiologi Tanaman
Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Sukabumi.Subang.
Purwanto, B. H. dan R. Sutanto.1997. Pencirian Gugus Fungsionil Hasil
Dekomposisi Bahan Organik dan Peranannya Terhadap Ketersediaan P Pada
Ultisol. Prosiding Seminar Sumberdaya Lahan (Buku I). Bogor.

Septiani, Dewi. 2012. Pengaruh Pemberian Arang Sekam Padi Terhadap


Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai Rawit (Capsicum
frutescens).Seminar program stadi hortikultura.Lampung.
29

Setyorini.2003. Penelitian Peningkatan Produktivitas Lahan melalui Teknologi


Pertanian Organik.Laporan Bagian Proyek Penelitian Sumberdaya Tanah
dan Pengkajian Teknologi Pertanian partisipatif.

Soepardi, Goeswono. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Ilmu Tanah. IPB.
Suratman, Hariyadi, dan Sukarman. 2013. Optimalisasi pengelolaan lahan
gambut meggunakan amelioran tanah mineralpada perkebunan kelapa
sawit di Kalimantan Tengah. Tesis Program Pascasarjana IPB.
Suratman, Sukarman. 2016. Peran Amelioran Tanah Mineral Terhadap
Peningkatan Berbagai Unsur Kesuburan Tanah Gambut pada Perkebunan
Kelapa Sawit. Jurnal Sumber Daya Lahan. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor.
Susilawati et al.,. 2017. Pengembangan Teknologi Untuk Pengelolaan Lahan
Rawa. Jurnal Lahan Suboptimal.Kalimantan Selatan.
Susilawati, H.I. 2011. Ameliorasi Tanah Gambut Meningkatkan Produksi Padi
Dan Menekan Emisi Gas Rumah Kaca. Balai Penelitian Lingkungan
Pertanian. Bogor. Edisi 6-2 Maret 2011 No.3400 Tahun XLI.
Tisdale, S. L., W. L. Nelson dan J. D. Beaton. 1985. Soil Fertility and Fertilizers.
4th ed. Mac Millan. New Yorks.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2002. Taksonomi Tumbuhan (spermatopyta).
Yogyakarta : Gajah MadaUniversity Press.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Uji Barleet dan uji ANOVA serta uji lanjut DMRT pH Tanah

 Bartlett's test for homogeneity of variances

Chi-square 18.93 on 11 degrees of freedom: probability 0.062

 Analysis of variance

Variate: pH_Tanah
Source of
d.f. s.s. m.s. v.r. F pr.
variation
Jenis Amelioran 5 16.2786 3.2557 7.97 <.001
Jenis Lahan
1 11.8008 11.8008 28.90 <.001
Basah
Jenis
Amelioran.Jenis 5 3.3498 0.6700 1.64 0.174
Lahan Basah
Residual 36 14.6987 0.4083
Total 47 46.1280

 Tables of means
Variate: pH_Tanah

Grand mean 6.475

Jenis_Amelioran p0 p1 p2 p3 p4 p5
5.910 7.455 6.902 5.881 6.043 6.656

Jenis_Lahan_Basah i1 i2
5.979 6.970

Jenis Lahan
Jenis
Basah
Amelioran
i1 i2
p0 4.932 6.888
p1 7.350 7.560
p2 6.375 7.430
p3 5.555 6.207
p4 5.562 6.523
p5 6.098 7.215
31

 Standard errors of differences of means


Jenis Amelioran x Jenis
Table Jenis Amelioran Jenis Lahan Basah
Lahan Basah
Rep 8 24 4
d.f 36 36 36
s.e.d 0.3195 0.1845 0.4518

 Duncan's multiple range test

Jenis amelioran
P3 5.881 a
P0 5.910 a
P4 6.043 ab
P5 6.656 bc
P2 6.902 cd
P1 7.455 d

Lampiran 2. Uji Barlet dan Uji Anova tinggi tanaman padi 1 mst

 Bartlett's test for homogeneity of variances

Chi-square 26.70 on 11 degrees of freedom: probability 0.005

 Analysis of variance

Variate: Tinggi Tanaman 1 (mst)


Source of variation d.f. s.s. m.s. v.r. F pr.
Jenis Amelioran 5 256.43 51.29 1.66 0.169
Jenis Lahan Basah 1 72.52 72.52 2.35 0.134
Jenis
Amelioran.Jenis 5 149.02 29.80 0.97 0.451
Lahan Basah
Residual 36 1110.32 30.84
Total 47 1588.29

 Tables of means

Variate: Tinggi_Tanaman_1_mst

Grand mean 41.89

Jenis amelioran p0 p1 p2 p3 p4 p5
40.77 38.79 40.66 41.20 44.46 45.44

Jenis lahan basah i1 i2


32

40.66 43.12
Jenis Lahan
Jenis
Basah
Amelioran
i1 i2
p0 39.50 42.05
p1 38.88 38.70
p2 40.20 41.12
p3 41.50 40.90
p4 43.40 45.52
p5 40.48 50.40

 Standard errors of differences of means


Jenis Amelioran x Jenis
Table Jenis Amelioran Jenis Lahan Basah
Lahan Basah
rep 8 24 4
d.f 36 36 36
s.e.d 2.777 1.603 3.927

Lampiran 3. Uji Barlet dan Uji Anova tinggi tanaman padi 2 mst

 Bartlett's test for homogeneity of variances

Chi-square 9.65 on 11 degrees of freedom: probability 0.562

 Analysis of variance

Variate: Tinggi tanaman 2 mst


Source of variation d.f. s.s. m.s. v.r. F pr.
Jenis Amelioran 5 109.87 21.97 1.51 0.210
Jenis Lahan Basah 1 5.47 5.47 0.38 0.543

Jenis Amelioran Jenis


5 79.52 15.90 1.10 0.380
Lahan Basah
Residual 36 522.77 14.52
Total 47 717.62

 Tables of means

Variate: Tinggi_Tanaman_2_mst

Grandmean 57.70

Jenis amelioran p0 p1 p2 p3 p4 p5
56.10 56.85 58.88 58.95 59.65 55.77
33

Jenis lahan basah i1 i2


57.36 58.04

Jenis Lahan
Jenis
Basah
Amelioran
i1 i2
p0 56.20 56.00
p1 54.68 59.02
p2 57.00 60.75
p3 59.98 57.93
p4 60.77 58.52
p5 55.55 56.00

 Standard errors of differences of means


Jenis Amelioran x Jenis
Table Jenis Amelioran Jenis Lahan Basah
Lahan Basah
rep 8 24 4
d.f 36 36 36
s.e.d 1.905 1.100 2.695

Lampiran 4.Uji Barlet dan Uji Anova, serta uji lanjut DMRT tinggi tanaman
padi 3 mst.

 Bartlett's test for homogeneity of variances

Chi-square 10.52 on 11 degrees of freedom: probability 0.484

 Analysis of variance

Variate: Tinggi tanaman 3 mst


Source of
d.f. s.s. m.s. v.r. F pr.
variation
Jenis Amelioran 5 192.64 38.53 1.46 0.226
Jenis Lahan Basah 1 201.31 201.31 7.64 0.009
Jenis
Amelioran.Jenis 5 201.13 40.23 1.53 0.206
Lahan Basah
Residual 36 948.27 26.34
Total 47 1543.35

 Tables of means

Variate: Tinggi tanaman 3 mst

Grand mean 71.81


34

Jenis amelioran p0 p1 p2 p3 p4 p5
70.78 68.61 72.91 72.36 75.09 71.09

Jenis lahan basah i1 i2


69.76 73.85

Jenis Lahan
Jenis
Basah
Amelioran
i1 i2
p0 71.18 70.38
p1 63.50 73.72
p2 70.82 75.00
p3 68.05 76.67
p4 74.93 75.25
p5 70.08 72.10

 Standard errors of differences of means


Jenis Amelioran x Jenis
Table Jenis Amelioran Jenis Lahan Basah
Lahan Basah
rep 8 24 4
d.f 36 36 36
s.e.d 2.566 1.482 3.629

 Jenis amelioran
P1 68.61 a
P0 70.78 ab
P5 71.09 ab
P3 72.36 ab
P2 72.91 ab
P4 75.09 b

Lampiran 5. Uji Barlet dan Uji Anova, serta uji lanjut DMRT tinggi
tanaman padi 4 mst

 Bartlett's test for homogeneity of variances

Chi-square 13.04 on 11 degrees of freedom: probability 0.291

 Analysis of variance

Variate: Tinggi tanaman 4 mst


Source of
d.f. s.s. m.s. v.r. F pr.
variation
Jenis Amelioran 5 391..91 78.38 2.40 0.056
Jenis Lahan
1 305.53 305.53 9.36 0.004
Basah
35

Jenis 5 168.20 33.64 1.03 0.414


Amelioran.Jenis
Lahan Basah
Residual 36 1174.78 32.63
Total 47 2040.42

 Tables of means

Variate: Tinggi tanaman 4 mst

Grand mean 84.71

Jenis amelioran p0 p1 p2 p3 p4 p5
84.54 81.35 85.50 87.41 88.59 80.88

Jenis lahan basah i1 i2


82.19 87.23

Jenis Lahan
Jenis
Basah
Amelioran
i1 i2
p0 82.87 86.20
p1 76.95 85.75
p2 80.95 90.05
p3 86.32 88.50
p4 89.03 88.15
p5 77.00 84.75

 Standard errors of differences of means


Jenis Amelioran x Jenis
Table Jenis Amelioran Jenis Lahan Basah
Lahan Basah
rep 8 24 4
d.f 36 36 36
s.e.d 2.856 1.649 4.039

 Jenis Amelioran
P5 68.61 a
P1 70.78 ab
P0 71.09 abc
P2 72.36 abc
P3 72.91 bc
P4 75.09 c

Lampiran 6. Uji Barlett dan uji ANOVA jumlah anakan padi 1 mst

 Bartlett's test for homogeneity of variances


36

Chi-square -120.68 on 11 degrees of freedom: probability 1.000

 Analysis of variance

Variate: Jumlah anakan 1 mst


Source of
d.f. s.s. m.s. v.r. F pr.
variation
Jenis Amelioran 5 0.10417 0.02083 1.00 0.432
Jenis Lahan
1 0.02083 0.02083 1.00 0.324
Basah
Jenis
Amelioran.Jenis 5 0.10417 0.02083 1.00 0.432
Lahan Basah
Residual 36 0.75000 0.02083
Total 47 0.97917

 Tables of means

Variate: Jumlah_Anakan_1_mst

Grand mean 0.021

Jenis amelioran p0 p1 p2 p3 p4 p5
0.000 0.125 0.000 0.000 0.000 0.000

Jenis lahan basah i1 i2


0.000 0.042

Jenis Lahan
Jenis
Basah
Amelioran
i1 i2
p0 0.000 0.000
p1 0.000 0.250
p2 0.000 0.000
p3 0.000 0.000
p4 0.000 0.000
p5 0.000 0.000

 Standard errors of differences of means


Jenis Amelioran x Jenis
Table Jenis Amelioran Jenis Lahan Basah
Lahan Basah

rep 8 24 4
d.f 36 36 36
s.e.d 0.0722 0.0417 0.1021
37

Lampiran 7. Uji Barlett dan uji ANOVA jumlah anakan padi 2 mst

 Bartlett's test for homogeneity of variances

Chi-square 8.17 on 11 degrees of freedom: probability 0.698

 Analysisof variance

Variate: Jumlah anakan 2 mst


Source of variation d.f. s.s. m.s. v.r. F pr.
Jenis Amelioran 5 4.6042 0.9208 1.22 0.321
Jenis Lahan Basah 1 0.1875 0.1875 0.25 0.622
Jenis
Amelioran.Jenis 5 1.4375 0.2875 0.38 0.859
Lahan Basah
Residual 36 27.2500 0.7569
Total 47 33.4792

 Tables of means

Variate: Jumlah_Anakan_2_mst

Grand mean 1.60

Jenis amelioran p0 p1 p2 p3 p4 p5
1.75 1.75 1.50 1.25 2.12 1.25

Jenis lahan basah i1 i2


1.67 1.54

Jenis Lahan Basah


Jenis Amelioran
i1 i2
p0 2.00 1.50
p1 1.50 2.00
p2 1.50 1.50
p3 1.50 1.00
p4 2.25 2.00
p5 1.25 1.25

 Standard errors of differences of means


Jenis Amelioran x Jenis
Table Jenis Amelioran Jenis Lahan Basah
Lahan Basah
Rep 8 24 4
d.f 36 36 36
s.e.d 0.435 0.251 0.615
38

Lampiran 8. Uji Barlett dan uji ANOVA, serta uji lanjut DMRT jumlah
anakan padi 3 mst

 Bartlett's test for homogeneity of variances

Chi-square 1.42 on 11 degrees of freedom: probability 1.000

 Analysis of variance

Variate: Jumlah anakan 3 mst


Source of
d.f. s.s. m.s. v.r. F pr.
variation
Jenis Amelioran 5 12.6875 2.5375 2.59 0.042
Jenis Lahan
1 2.5208 2.5208 2.57 0.117
Basah
Jenis
Amelioran.Jenis 5 2.8542 0.5708 0.58 0.713
Lahan Basah
Residual 36 35.2500 0.9792
Total 47 53.3125

 Tables of means

Variate: Jumlah_Anakan_3_mst

Grand mean 3.19

Jenis amelioran p0 p1 p2 p3 p4 p5
3.62 3.50 2.62 3.00 3.88 2.50

Jenis lahan basah i1 i2


3.42 2.96

Jenis Lahan
Jenis Basah
Amelioran
i1 i2
p0 4.25 3.00
p1 3.50 3.50
p2 2.75 2.50
p3 3.50 2.50
p4 4.00 3.75
p5 2.50 2.50

 Standard errors of differences of means


Jenis Amelioran x Jenis
Table Jenis Amelioran Jenis Lahan Basah
Lahan Basah
Rep 8 24 4
39

d.f 36 36 36
s.e.d 0.495 0.286 0.700

 Jenis Amelioran
P5 2.500 a
P2 2.625 ab
P3 3.000 abc
P1 3.500 abc
P0 3.625 bc
P4 3.875 c

Lampiran 9. Uji Barlett dan uji ANOVA jumlah anakan padi 4 mst

 Bartlett's test for homogeneity of variances

Chi-square 8.24 on 11 degrees of freedom: probability 0.691

 Analysis of variance

Variate: Jumlah anakan 4 mst


Source of
d.f. s.s. m.s. v.r. F pr.
variation
Jenis Amelioran 5 21.417 4.283 1.01 0.427
Jenis Lahan
1 6.750 6.750 1.59 0.216
Basah
Jenis
Amelioran.Jenis 5 6.750 1.350 0.32 0.899
Lahan Basah
Residual 36 153.000 4.250
Total 47 187.917

 Tables of means

Variate: Jumlah anakan 4 mst

Grand mean 5.96

Jenisa amelioran p0 p1 p2 p3 p4 p5
6.12 5.62 5.25 6.38 7.12 5.25

Jenis lahan basah i1 i2


6.33 5.58

Jenis Lahan
Jenis
Basah
Amelioran
i1 i2
p0 7.00 5.25
40

p1 6.25 5.00
p2 5.00 5.50
p3 6.50 6.25
p4 7.75 6.50
p5 5.50 5.00

Anda mungkin juga menyukai