Sumber: https://mediaindonesia.com/ekonomi/422464/pembenah-tanah-organik-tingkatkan-
produktivitas-sayuran-daun
MENGENAL AGENSIA HAYATI DAN PESTISIDA
NABATI
http://www.google.com/imgres?imgurl=http://babel.litbang.pertanian.go.id/ind/
images/stories/pestisida.jpg&imgrefurl=http://babel.litbang.pertanian.go.id/ind/
index.php?option%3Dcom_content%2
1. Jamur Trichoderma sp
1. Jamur Trichoderma sp
2. Bakteri Corynebacterium sp
Bakteri Corynebacterium sp. merupakan salah satu agens
hayati bersifat antagonis, yang dapat mengendalikan beberapa
jenis OPT diantaranya penyakit kresek pada tanaman padi
yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas sp,
plasmodiophora brassicae (akar gada) pada kubis, bercak daun
pada tanaman jagung, layu bakteri pada tanaman pisang.
5. Pseudomonas Fluorescens
Bakteri P. fluorescens dapat memberikan pengaruh
menguntungkan terhadap perkembangan dan pertumbuhan
tanaman, yaitu sebagai "Plant Growth Promoting
Rhizobacteria" (PGPR). Menghasilkan antibiotika yang dapat
menghambat pertumbuhan patogen, terutama patogen tular
tanah dan mempunyai kemampuam mengoloni akar tanaman,
dapat menghambat patogen layu Verticilium dahliae pada
tanaman kentang dan terong. Agensia hayati ini efektif untuk
mengendalikan penyakit layu fusarium pada tanaman tomat
serta mampu menekan intensitas penyakit moler pada
tanaman bawang merah.
6. Metarhizium anisopliae
M. anisopliae adalah salah satu cendawan entomopatogen
yang termasuk dalam divisi Deuteromycotina: Hyphomycetes.
Cendawan ini biasa disebut dengan green muscardine fungus
dan tersebar luas di seluruh dunia. Cendawan ini bersifat
parasit pada beberapa jenis serangga dan bersifat saprofit di
dalam tanah dengan bertahan pada sisa-sisa tanaman.
Cendawan M. anisopliae mampu menginfeksi hama yang
mempunyai tipe mulut menusuk dan mengisap, yaitu Riptortus
linearis baik stadia nimfa maupun imago. Selain itu, M.
anisopliae juga mampu menginfeksi hama yang mempunyai
tipe mulut menggigit seperti S. litura.
7. Verticillium lecanii
Verticillium lecanii sangat berguna untuk membasmi kutu
kebul pada tanaman hortikultura. Kutu kebul adalah hama
utama yang membonceng masuknya virus gemini yang
menyebabkan tanaman kehilangan klorofil hingga tanaman
menjadi kerdil dan hasil panen menurun. Verticillium lecanii
dapat juga membasmi wereng pada tanaman padi.
4. Ulat Grayak
Caranya membuatnya, satu ons laos, satu kilogram tembakau,
dan lima biji gambir ditumbuk halus dan ditambah 10 gelas air.
Campuran itu kemudian difermentasikan dengan 250 cc EM4.
Setelah itu, larutan tersebut dapat digunakan untuk
menyemprot hama ulat grayak dengan perbandingan satu
gelas larutan dicampur 10 liter air. Dengan dua tiga kali
semprot, ulat dapat diatasi.
7. Tikus
Buah jengkol ditebarkan di sekitar tanaman atau di depan
lubang sarang tikus.
8. Berbagai Serangga
Air rebusan cabai rawit yang telah dingin dan dicampur dengan
air lagi, atau Air rebusan daun kemangi atau daun pepaya yang
kering ataupun yang masih segar Semprotkan pada tanaman
yang terserang
9. Aphids
Air rebusan campuran tembakau dan teh dapat mengendalikan
serangan pada tanaman sayuran dan kacang-kacangan. Air
hasil rebusan dicampurkan kembali dengan air sehingga lebih
encer.
sumber : alamtani.com
2. Urea
4. Ammonium Chlorida
1. DSP
2. TSP
3. FMP
4. Agrophos
5. Posfat Cirebon
1. Kalium Sulfat
2. Kalium Chlorida
3. Kalium Magnesium
BUDIDAYA JAGUNG
Iklim
Media Tanah
1. Memiliki tekstur tanah yang gembur (lakukan proses
pembajakan agar tekstur tanah gembur).
2. Mengandung cukup kandungan unsur hara.
3. pH tanah 5,5-7,5 (apabila pH tanah asam atau < 5,5
sebaiknya taburkan dolomit/kapur pertanian).
4. Jenis tanah yang dapat ditoleran ditanami jagung adalah
andosol, latosol dengan syarat pH harus memadai untuk
ditanami.
5. Memiliki ketersediaan air yang cukup.
6. Kemiringan tanah kurang dari 8%.
Ketinggian
Proses ini dilakukan pada saat tanam ada dua atau lebih benih
jagung yang tertanam, sehingga tumbuh dua atau lebih
tanaman jagung. Oleh sebab itu, harus dilakukan
penjarangan.Proses penyulaman tanaman jagung dilakukan
apabila ada tanaman yang mati dengan mengantikan tanaman
baru.
2. Penyiangan
3. Pembumbunan
1. Hama
Hama ulat daun ini akan menyerang bagian pucuk daun dan
biasanya tanaman jagung yang berumur sekitar 1 bulan
diserang ulat daun. Daun tanaman jagung yang bila sudah
besar menjadi rusak.Pencegahan dapat dilakukan dengan cara
penyemprotan insektisida yang tepat seperti folidol atau yang
lainnya dengan dosis sesuai dengan anjuran.
2. Penyakit
Syarat Tumbuh
Iklim
Pesemaian Basah
Selain itu, jika tanah cukup lembut dan dibajak berkali kali
hingga halus. Pada saat itu juga juga membuat dan
memperbaiki tanggul dan pematang sawah. Sebagai tindakan
dasar persemaian luas harus dibuat sekitar 1/20 dari areal padi
yang akan ditanam.
Jadi, ketika padi yang akan ditanam daerah 1 ha, area
pembibitan yang harus dilakukan adalah 1/20 x 10 000 m² =
500 m². Benih yang dibutuhkan adalah sekitar 75 gram biji per
1 m², atau sebanyak kurang lebih 40 kg.
Pesemaian Kering
Penaburan Biji
Pemeliharaan Pesemaian
Pengairan
Pembersihan
Pencangkulan
Pembajakan
Pemilihan Bibit
Bibit yang telah dicabut lalu diikat dalam satu ikatan besar
untuk memudahkan pengangkutan. Bibit yang sudah dicabut
harus segera ditanam, jangan sampai bermalam.
Penanaman padi yang baik harus menggunakan larikan ke
kanan dank e kiri dengan jarak 20 x 20 cm, hal ini untuk
memudahkan pemeliharaan, baik penyiangan atau pemupukan
dan memungkinkan setiap tanaman memperoleh sinar
matahari yang cukup dan zat-zat makanan secara merata.
Pengairan
Pemupukan
Pengendalian
Pengaturan air yang baik, penggunaan bibit sehat,
melepaskan musuh alami, menggugurkan tabung daun;
Penyemprotan insektisida Kiltop 50 EC atau Tomafur 3G.
Hama di Sawah
Wereng
Pengendalian
Bertanam padi serempak, menggunakan varitas tahan
wereng seperti IR 36, IR 48, IR 64, Cimanuk, Progo dsb,
membersihkan lingkungan, melepas musuh alami seperti
laba-laba, kepinding dan kumbang lebah.
Penyemportan insektisida Applaud 10 WP, Applaud 400
FW atau Applaud 100 EC.
Pengendalian
Burung
Pengendalian Penyakit
Pengendalian:
Merendam benih di dalam air panas, pemupukan
berimbang, menanam padi tahan penyakit ini,
menaburkan serbuk air raksa dan bubuk kapur (2:15);
Dengan insektisida Rabcide 50 WP.
Blast
Pengendalian:
Pengendalian:
Pengendalian:
Penyakit fusarium
Gejala: menyerang malai dan biji muda, malai dan biji menjadi
kecoklatan hingga coklat ulat, daun terkulai, akar membusuk,
tanaman padi. Kerusakan yang diderita tidak terlalu parah.
Panen Padi
Cara Panen
Perkiraan Produksi
Pasca Panen
Jemur gabah selama 3-4 hari selama 3 jam per hari sampai
kadar airnya 14 %. Secara tradisional padi dijemur di halaman.
Jika menggunakan mesin pengering, kebersihan gabah lebih
terjamin daripada dijemur di halaman.
1. sebagai anti-koagulan
2. mengobati batuk
3. menghilangkan lelah
4. mengobati perut kembung/masuk angin
5. mengobati asam urat dan nyeri sendi
6. mengobati impotensi
7. mengatasi gangguan saat menstruasi
8. mengurangi rasa sakit kepala atau sakit gigi
9. mengatasi gangguan pencernaan, dan
10. untuk menghangatkan tubuh.
Bahan :
Alat :
Daftar Pustaka
http://minumanjahemerah.blogspot.com/2013/04/serbuk-instan-
jahe-merah-red-ginger-dan.html. 2018
PEMBUATAN MEDIA UNTUK TANAMAN JAHE
Langkah-langkah kerja
Serbuk gergaji dilakukan pengayakan agar terpisah
dari yg agak besar atau pecahan kayu kemudian diaduk
dengan pupuk kandang dengan perbandingan satu banding
satu. Setelah adukan antara serbuk gergaji dan pupuk kandang
merata/benar-benar tercampur, kemudian di taburkan kapur
pertanian secukupnya untuk mengurangi keasaman media
tersebut dan diadukkembaliagarkapurtersebutmerata. Setelah
benar-benar tercampur bahan tersebut di tempatkan pada
tempat yg teduh,barulah disiram dengan EM 4 yang sudah
diaduk kedalam air bersih dengan perbandingan EM 4 1liter,
Kemudahan memperoleh obat pertanian kimiawi, kurangnya pengetahuan dan kesadaran efek negatif pestisida
kimia mengarahkan petani untuk menggunakan pestisida kimia secara terus menerus dengan takaran kurang
tepat atau berlebihan. Kebanyakan petani belum menyadari dampak negatif dari penggunaan pestisida kimia.
Oleh karena itu maka perlu diingatkan terus secara masif. Residu yang dihasilkan dari penggunaan pestisida
kimia telah menimbulkan dampak terjadinya pencemaran lingkungan, kekebalan hama sasaran dan
berkurangnya populasi serangga non sasaran dan dampak pada kesehatan dalam jangka panjang. Hama
tanaman yang telah menjadi kebal melahirkan keturunan hama yang mampu bertahan meski diracun dengan
pestisida, sehingga kerusakan yang ditimbulkan semakin besar. Sedangkan serangga non sasaran seperti
predator alami, serangga penyerbuk yang memiliki manfaat bagi lingkungan berkurang jumlahnya. Sedangkan
residu kimia menjadikan produk pertanian berpengaruh terhadap kesehatan manusia dalam jangka panjang.
Residu pestisida tersebut dapat menyebabkan kanker, cacat kelahiran dan merusak atau mengganggu sistem
syaraf, endokrin, reproduktif dan kekebalan tubuh.
Penggunaan pestisida alami ini biasanya menggunakan organ tanaman seperti akar, daun, biji, dan buah
tanaman yang menghasilkan senyawa tertentu yang dapat menghalau serangga untuk memakan atau bahkan
mematikan serangga tersebut. Penggunaan pestisida nabati sebenarnya dapat diterapkan di berbagai daerah tapi
perlu memperhatikan waktu, dosis dan lain lain agar efektif mengendalian hama dan penyakit yang menyerang
tanaman. Organisme pengganggu tanaman seperti hama, gulma dan penyebab penyakit tanaman seperti virus,
bakteri adalah organisme yang mampu mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Organisme-
organisme tersebut harus dikendalikan untuk mencegah terjadinya kerusakan tanaman hingga menyebabkan
gagal panen dalam sekala luas.
Adapun contoh tanaman yang bisa dibuat pestisida nabatin antara lain Tembakau (Nicotium tabacum), Temu-
temuan (temu hitam, kencur, kunyit), Tuba, Jenu (Derriseleptica), Kucai (Allium schonaoresum), Cabai merah
(Capsium annum), Bawang putih (Allium Sativum), Kembang kenikir (Tagetes sp) dan sebagainya.
Pestisida nabati ada beberapa macam seperti insektisida, bakterisida, akarisida dan lain-lain. Penggunaan
insektisida nabati merupakan salah satu alternatif yang dilakukan selain penggunaan dengan metode mekanik
ataupun dengan pengendalian musuh alami. Pestisida nabati dimaksud untuk mengendalikan hama tanaman
karena tidak menimbulkan pencemaran lingkungan seperti penggunaan pestisida kimia (Tohir, Ali M, 2010).
Pengendalian hama dilakukan untuk menghindarkan tanaman dari penurunan produksi yang cukup signifikan
sehingga terdapat kerugian yang berarti bagi petani.
Beberapa pestisida nabati memiliki cara kerja sangat sepesifik, yaitu : a. Merusak perkembangan telur, larva
dan pupa, b. Menghambat pergantian kulit, c. Mengganggu komunikasi serangga. d. Menyebabkan serangga
tidak mau makan tanaman, e. Menghambat reproduksi serangga betina, f. Mengurangi nafsu makan, g.
Mengusir serangga dan h. Menghambat perkembangan pathogen penyakit.
Pembuatan Pestisida Nabati
Beberapa contoh jenis tanaman yang bisa dimanfaatkan sebagai pestisida nabati di sekitar kita yaitu :
1. Daun Mimba
Salah satu formulasi ramuan pestisida nabati yang berasal dari daun mimba yaitu :
1. Daun mimba (400 gr), lengkuas (300 gr) dan serai (300 gr) dihaluskan, kemudian diaduk merata dalam 1 lt
air dan direndam semalam (24 jam)
2. Hasil rendaman kemudian disaring dengan kain halus, larutan hasil penyaringan ditambah dg 2 ml minyak
tanah dan 2 ml minyak goreng lalu diencerkan lagi dengan 3 lt air.
3. Larutan siap digunakan untuk lahan seluas 500 m2
Selain daun mimba, biji mimba juga dapat dibuat pestisida nabati dengan formulasi sebagai berikut :
1. Biji mimba sebanyak 50 gram ditumbuk halus dan diaduk dengan 10 cc alkohol lalu diencerkan dengan 1 lt
air
2. Larutan kemudian diendapkan semalam, lalu disaring dengan kain halus kmdn ditambah dengan 1 ml
minyak tanah dan 1 ml minyak goreng dan diaduk merata
3. Larutan siap disemprotkan pada tanaman terserang atau ke hamanya langsung
4. Daun Sirsak
Ramuan untuk mengendalikan belalang dan ulat :
1. Daun sirsak (50-100 lembar) di haluskan dan dicampur dengan 5 lt air dan diendapkan srmalam
2. Larutan kemudian disaring dengan kain halus
3. Setiap 1 lt larutan hasil saringan diencerkan dengan 10-15 lt air
4. Larutan siap disemprotkan ke seluruh bagian tanaman cabai yang terserang
5. Daun Tembakau
Ramuan untuk mengendalikan hama penghisap
1. Rajang 250 gr tembakau (sekitar 4 daun) dan rendam dalam 8 liter air selama semalam.
2. Tambahkan 2 sendok detergen, aduk merata kemudian disaring.
3. Saringan siap disemprotkan ke tanaman.
4. Daun tembakau mengandung nikotin yang efektif mengendalikan hama pengisap.
Aplikasi ekstrak daun tembakau yang paling baik adalah digunakan dengan konsentrasi tinggi yaitu 300 ml/l.
4. Daun Pepaya
Ramuan untuk mengendalikan hama ulat dan hama penghisap :
1. Bunga kenikir atau bunga tahi kotok direndam dengan air panas mendidih, dibiarkan semalam lalu disaring
dengan kain kasa
2. Hasil saringan disiramkan pada media tanam
PUSTAKA
1. Adnyana, dkk. 2012 efikasi pestisida nabati minyak atsiri tanaman teropis terhadap mortalitas ulat bulu
gempinis. Jurnal agroekologi tropika 1(1): 1 – 11.
2. Tohir, A.M. 2010. Teknik ekstraksi dan aplikasi beberapa pestisida nabati untuk menurunkan pelatabilitas
ulat grayak (spodoptera litura fabir.) di laboraturium bulletin teknik pertanian 15(1): 37-40
3. Setiawati, W, dkk. 2008. Tumbuhan Bahan Pestisida Nabati dan Cara Pembuatannya Untuk Pengendalian
Organisme pengganggu Tumbuhan (Opt). balai penelitian tanaman sayuran. Bandung.
4. Putri, Sita Diani. Membuat Pestisida Nabati Dengan Bahan Di Sekitar Kita.
https://pertanian.jogjakota.go.id/detail/index/15067
Sumber Gambar : Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian tahun 2020
Upaya mewujudkan kedaulatan pangan merupakan komitmen pemerintah yang tiada henti dilakukan melalui
peningkatan produksi padi. Strategi peningkatan produksi nasional saat ini dan kedepan ditempuh melalui
peningkatan produktivitas (intensifikasi) dan perluasan areal tanam, baik melalui peningkatan Indek
Pertanaman (IP) maupun perluasan lahan baku sawah.
Upaya tersebut optimis dapat direalisasikan karena tersedianya berbagai inovasi dan teknologi hasil penelitian,
terutama yang dihasilkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), meskipun
teknologi tersebut baru sebagian yang diterapkan oleh petani.
Varietas
Varietas unggul baru atau varietas lokal, adaptif lingkungan spesifik, tahan Organisme Penganggu
Tanaman (OPT) utama yang terdapat di lokasi, sesuai anjuran atau varietas yang mempunyai nilai
ekonomis tinggi seperti Sintanur, Inpari 23 Bantul, beras berpigmen seperti Inpari 24 Gabusan, Jeliteng,
Pamelen dan Pamera, Baroma (basmati beraroma) dsb.
Umur panen sesuai dengan pola tanam atau ketersediaan air
Disarankan dilakukan pergiliran
Benih
Benih bermutu/bersertifikat.
Benih memiliki berat jenis tinggi, mempunyai mutu fisiologis (daya berkecambah dan vigor) tinggi,
mampu memberikan pertumbuhan cepat dan
Benih murni, bernas, bersih, dan
Dormansi benih telah terlewati.
Cara pengelolaan benih:
Lahan untuk pesemaian aman dari gangguan binatang, mudah diairi dan tidak dekat lampu untuk
menghindari serangan hama.
Media tumbuh pesemaian berupa campuran tanah dengan kompos jerami atau pupuk kandang dan abu
dengan perbandingan tanah : kompos : abu 7 : 2 : 1. Kebutuhan benih 40 kg per ha.
Pesemaian Padi organik dilakukan dengan cara kering (tidak digenang) dan dilakukan penyiraman setiap
hari. Pesemaian bisa dilakukan di lahan sawah, lahan kering atau pekarangan dengan dilapisi plastik atau
menggunakan nampan
Saat benih berkecambah, ditambahkan
Pesemaian dipantau setiap 2-3 hari sekali untuk memonitor hama wereng, penggerek batang atau hama
lain.
Apabila terpantau hama di persemaian, dikendalikan menggunakan insektisida nabati-hayati.
Bibit dalam pesemaian siap ditanam dengan menggunakan bibit muda (umur 15-18 hari setelah sebar)
Penyiapan Lahan
Pupuk kompos atau pupuk kandang sebanyak 5-10 ton/ha ditaburkan merata sebelum bajak singkal
atau garu
Pengolahan tanah dilakukan dengan olah tanah minimum atau juga bisa menggunakan olah tanah kering
Pengolahan tanah ditujukan agar tanah melumpur dengan baik, kedalaman lumpur minimal 20 cm, tanah
bebas gulma, pengairan lancar, struktur tanah baik, dan ketersediaan hara bagi tanaman meningkat
Penyulaman
Penyulaman tanaman dilakukan bila ada tanaman mati. Bibit yang digunakan untuk menyulam adalah bibit
yang diambil dari sisa bibit pesemaian yang ditanam di pinggir
Penyulaman dilakukan sedini mungkin agar pertumbuhan tanaman seragam.
Pengairan
Pintu masuk air atau inlet dibuat pada pematang bagian depan dekat saluran tersier dan pada ujung petakan
sawah dibuat “celah pintu” atau outlet pembuangan kelebihan
Tinggi celah pintu pembuangan 5 cm dari permukaan tanah/lumpur, dapat bervariasi tergantung fase
pertumbuhan tanaman padi.
Sepuluh hari pertama setelah tanam, dilakukan penggenangan sedalam 2-5 cm, selanjutnya dibuat macak-
macak, seterusnya secara intermitten, yaitu kondisi basah-kering dengan interval 7-10 hari selama fase
vegetatif.
Selanjutnya pada fase generatif, lahan digenangi lagi hingga ketinggian 2-5 cm di atas permukaan.
Lahan dikeringkan pada 10-14 hari sebelum panen
Penyiangan
Penyiangan dilakukan sebanyak empat kali dengan selang waktu 10 Setiap selesai penyiangan
dilakukan penyemprotan suplement Pupuk Organik Cair (POC) atau Mikro Organisme Lokal (MOL).
Penyiangan gulma secara manual dan mekanis menggunakan landak/gasrok atau “hand rotary”.
Penyiangan dilakukan pada kondisi air macak-macak.
Pemupukan
Pupuk kompos atau bahan organik yang sudah lapuk diberikan pada saat pengolahan tanah atau
menjelang
MOL yang terbuat dari bahan-bahan alami disemprotkan secara periodik 10 hari sekali dimulai dari 10
HST dengan konsentrasi 1-2 l MOL/14 l MOL ditujukan sebagai tambahan nutrisi bagi tumbuhan. MOL
dapat dibuat antara lain dari bahan limbah sayur-sayuran, buah-buahan, keong mas, buah maja, bonggol
pisang, nasi, dan rebung bambu. Sebagai bahan campurannya ditambahkan air bekas cucian beras,
gula/molase/air kelapa dan urin sapi/kelinci yang difermentasi selama 10-15 hari.
Atau juga bisa dengan memberian atau penggunaan Azolla, Sesbaria dan Blue Green Algae sebanyak 2
t/ha
Sebagai sumber N, Sesbania rostrata dan azolla bisa tumbuh dalam kondisi tergenang. Sesbania berumur
30-40 hari, Azolla dibenamkan ke dalam tanah secara berkala
Pengendalian Hama dan Penyakit
Tindakan pencegahan terhadap hama dan penyakit dilakukan melalui pendayagunaan fungsi musuh alami
dan pemantauan berkala.
Pengendalian hama dimulai saat pengolahan tanah, pesemaian, hingga fase generatif tanaman, berdasarkan
pada hasil pemantauan menggunakan pestisida nabati-hayati.
Hama dan penyakit dikendalikan dengan menggunakan varietas tahan serta menanam secara serentak.
Panen dan Pasca Panen
Panen dilakukan saat tanaman matang fisiologis: 90-95% bulir gabah telah menguning dan kadar air
gabah 22-27%.
Panen dengan sabit dirontok dengan Threser, atau combine harvester.
Perontokan dilakukan sesegera mungkin setelah
Gabah kering panen dibersihkan sebelum
Gabah dikeringkan sesegera mungkin setelah
Pengeringan dengan penjemuran atau mesin
Pengamatan kadar air dilakukan selama
Pengeringan dilakukan hingga kadar air kurang atau sama dengan 14%.
Gabah kering giling diistirahatkan selama satu malam sebelum digiling atau dikemas dalam karung
Peningkatan produksi padi di Indonesia akan terus dilakukan sejalan dengan laju peningkatan penduduk dan
alih fungsi lahan serta sejumlah tantangan lainnya melalui optimalisasi dan pengembangan budidaya pada
berbagai agroekosistem. Pengelolaan agroekosistem yang beragam melalui pemanfaatan inovasi dan teknologi
spesifik lokasi menjadi kunci utama keberhasilan.
Upaya optimalisasi dan pengembangan padi pada berbagai agroekosistem yang mengacu pada rekomendasi
spesifik lokasi ini diharapkan dapat mencapai target peningkatan produksi padi setiap tahunnya serta
berimplikasi terhadap peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani.
Pustaka
Rekomendasi Budidaya Padi Pada Berbagai Agroekosistem, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian tahun 2020.