Anda di halaman 1dari 57

Pembenah Tanah untuk Meningkatkan Produktivitas Lahan Pertanian

The Use of Soil Conditioners to Increase Agricultural Land Productivity


Ai Dariah, S. Sutono, Neneng L. Nurida, Wiwik Hartatik, dan Etty Pratiwi
Abstrak. Pembenah tanah (soil conditioner) dapat digunakan untuk mempercepat pemulihan
kualitas tanah. Tulisan ini menguraikan prinsip pemanfaatan pembenah tanah, jenis dan
klasifikasi pembenah tanah, fungsi utama dan efek pembenah tanah terhadap kualitas tanah dan
produktivitas tanaman, pengembangan pembenah tanah untuk pemulihan lahan pertanian, serta
peluang dan kendala pengembangan pembenah tanah. Penggunaan pembenah tanah utamanya
ditujukan untuk memperbaiki kualitas fisik, kimia, dan/atau biologi tanah, sehingga produktivitas
tanah menjadi optimum. Pembenah tanah ada yang bersifat alami maupun buatan (sintetis).
Berdasarkan senyawa atau unsur pembentuk utamanya, pembenah tanah bisa dibedakan sebagai
pembenah tanah organik, hayati, dan mineral. Penggunaan pembenah tanah yang bersumber dari
bahan organik sebaiknya menjadi prioritas utama, selain terbukti efektif dalam memperbaiki
kualitas tanah dan produktivitas lahan, juga bersifat terbarukan, insitu, dan relatif murah, serta
bisa mendukung konservasi karbon dalam tanah. Kelemahannya adalah dibutuhkan dalam dosis
relatif tinggi. Beberapa pembenah mineral juga efektif dalam meningkatkan kualitas tanah,
namun tetap harus disertai dengan penggunaan pembenah tanah organik. Penggunaan pembenah
tanah sintetik perlu diuji terlebih dahulu dari segi dampak negatifnya terhadap lingkungan, selain
pertimbangan harga yang umumnya relatif mahal, meski dosis yang digunakan relatif rendah.

Pembenah Tanah Organik Tingkatkan Produktivitas Sayuran Daun mediaindonesia.com |


Ekonomi   Ist/Kementan Penggunaan pupuk anorganik oleh petani dalam kurun waktu
30 tahun. MENTERI Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo meminta jajarannya untuk
terus melakukan bimbingan dan pendampingan kepada para petani dan penyuluh pertanian
di Indonesia, walaupun sedang berada di kondisi pandemi Covid-19. Menindaklanjuti
arahan tersebut, Direktorat Jenderal Hortikultura mengadakan bimbingan teknis (bimtek)
bertajuk Penggunaan Pembenah Tanah Organik Cair (PTOC) dalam Meningkatkan
Produktivitas Sayuran Daun, secara daring melalui Zoom Meeting. Direktur Jenderal
Hortikultura, Prihasto Setyanto menyampaikan bahwa bimbingan teknis hortikultura
bertujuan untuk mendukung upaya peningkatan produktivitas pada kampung hortikultura
dan topik. Bimtek kali ini difokuskan pada kampung sayuran daun. Hingga akhir 2021,
ditargetkan ada 230 ha kampung sayuran daun yang siap dikembangkan di 12 provinsi di
Indonesia. Selanjutnys Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Tommy Nugraha
menyampaikan,“Dengan adanya kampung sayuran daun ini diharapkan mampu
meningkatkan kesehatan tanaman, produktivitas, dan pendapatan petani." Untuk
mendukung peningkatan dan kualitas produksi komoditas di kampung sayuran daun,
diperlukan perbaikan sifat fisik dan kimia tanah sebagai media tanam, salah satunya
dengan penggunaan PTOC. Perbaikan ini diharapkan akan mampu memperbaiki
kesehatan lahan, meningkatkan ketersediaan bahan organik untuk tanaman, hasil panen
petani lebih berkualitas dan efisiensi dalam biaya produksi. PTOC Tingkatkan Produktivitas
Tanaman Sayuran Daun Kondisi pertanian saat ini, banyak lahan yang sudah beralih
fungsi, penurunan ketersediaan lahan produktif, dan penurunan kualitas lahan yang
produktif. Peneliti PKHT LPPM IPB, Endang Gunawan mengatakan hal ini dimungkinkan
karena dampak negatif dari revolusi hijau sejak 1980-an, yang mana meningkatkan
penggunaan pupuk anorganik oleh petani dalam kurun waktu 30 tahun. “Kerusakan dari
penggunaan agrochemical ini sering tidak memiliki rekomendasi, tidak berimbang, dan tidak
diimbangi dengan pemberian pupuk organik,” jelas Endang. Lebih lanjut, Endang
menjelaskan pembenah tanah adalah bahan-bahan organik sintesis atau alami yang
mampu memperbaiki sifat fisik, kimia, atau biologi tanah. Pembenah tanah ini ada yang
berbentuk padat dan ada pula yang cair. Dengan adanya pembenah tanah, tanaman lebih
mudah dalam menyerap hara dan air dari dalam tanah. Ada tiga jenis pembenah tanah
yang dikenal saat ini, yaitu soil conditioner, soil ameliorant, dan soil decomposers. Soil
conditioner digunakan untuk perbaikan sifat fisik tanah, soil ameliorant untuk perbaikan sifat
dan reaksi kimia tanah, sementara soil decomposers untuk perbaikan sifat biologi tanah.
Endang menambahkan bahwa pupuk organik berbeda dengan pembenah tanah.
Perbedaannya terletak pada komposisi unsur hara makro dan mikro. Umumnya, pupuk
organik memiliki unsur hara yang lebih rendah dari unsur hara pada pembenah tanah.
“Bedanya ada pada komposisi unsur hara makro dan mikro. Pupuk organik unsur haranya
lebih rendah,” terang Endang. Dari hasil penelitian yang dilakukan di berbagai lokasi untuk
komoditas jagung, bawang merah, bayam, pepaya dan pisang, dengan pemberian
pembenah tanah, produksi dan produktivitas tanaman yang dihasilkan jauh lebih tinggi.
Penelitian ini memperhatikan terlebih dahulu kondisi fisik tanah. Jika tanah miskin, maka
diperkaya lebih dulu dan jika sakit, maka disehatkan terlebih dulu baru ditambahkan
pembenah tanah. Pemberian pembenah tanah diharapkan bukan hanya saat pengolahan
lahan namun dapat dilakukan selama proses budidaya. Ketua Asosiasi Agribisnis Cabai
Indonesia (AACI), Abdul Hamid sepakat dengan pernyataan Endang bahwa permasalahan
lahan pertanian saat ini adalah tingkat kesuburan tanah rendah akibat penggunaan bahan
kimia dalam jangka waktu yang lama. Untuk mengembalikan kesehatan tanah, perlu
dilakukan pengapuran, pemberian pupuk kandang, pemberian mikroorganisme yang
bermanfaat, dan pemberian pembenah tanah. Abdul melanjutkan, untuk mendapatkan
kondisi lahan yang ideal dalam budidaya sayur, maka lahan harus diolah secara optimal,
termasuk dengan pemberian humic acid sebagai pembenah tanah. Humic acid memiliki
beberapa keunggulan, antara lain mampu mengikat air, mempunyai kapasitas tukar kation,
memasok energi yang dibutuhkan, mengatur hormon pertumbuhan, dan mampu mengikat
polutan dalam tanah.(RO/OL-09) “Penggunaan PTOC dalam berbudidaya dapat
menghemat pengeluaran petani dan memberikan hasil produk lebih baik. Dapat dilihat di
beberapa lokasi yang telah menggunakan humic acid sebagai pembenah tanah,” ujar
Abdul. (RO/OL-09)

Sumber: https://mediaindonesia.com/ekonomi/422464/pembenah-tanah-organik-tingkatkan-
produktivitas-sayuran-daun
MENGENAL AGENSIA HAYATI DAN PESTISIDA
NABATI
http://www.google.com/imgres?imgurl=http://babel.litbang.pertanian.go.id/ind/
images/stories/pestisida.jpg&imgrefurl=http://babel.litbang.pertanian.go.id/ind/
index.php?option%3Dcom_content%2

1. Jamur Trichoderma sp
1. Jamur Trichoderma sp

dapat mengendalikan penyakit layu atau bercak daun yang


biasa meyerang tanaman pangan dan hortikultura.
Trichoderma sp bersifat antagonis terhadap beberapa patogen
tular tanah seperti Fusarium moniliforme dan Sclerotium
rolfsii. Trichoderma sp juga mempunyai kemampuan sebagai
dekomposer dalam pembuatan pupuk organik

2. Bakteri Corynebacterium sp
Bakteri Corynebacterium sp. merupakan salah satu agens
hayati bersifat antagonis, yang dapat mengendalikan beberapa
jenis OPT diantaranya penyakit kresek pada tanaman padi
yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas sp,
plasmodiophora brassicae (akar gada) pada kubis, bercak daun
pada tanaman jagung, layu bakteri pada tanaman pisang.

3. Bacillus thuringiensis (Bt)


Bacillus thuringiensis (Bt) adalah bakteri gram positif yang
berbentuk batang, aerobik dan membentuk spora yang
menghasilkan protein yang beracun bagi serangga yang
menjadi hama pada tanaman pangan dan hortikultura.
Kebanyakan dari protein kristal tersebut lebih ramah
lingkungan karena mempunyai target yang spesifik sehingga
tidak mematikan serangga bukan sasaran dan mudah terurai
sehingga tidak menumpuk dan mencemari lingkungan.
4. Beauveria bassiana
Beauveria bassiana merupakan cendawan entomopatogen
yaitu cendawan yang dapat menimbulkan penyakit pada
serangga, lebih dari 175 jenis serangga hama menjadi inang
jamur ini, terutama efektif mengendalikan hama walang sangit
(Leptocorisa oratorius) dan wereng batang coklat (Nilaparvata
lugens) pada tanaman padi serta hama kutu (Aphis sp.) pada
tanaman sayuran dan buah.

5. Pseudomonas Fluorescens
Bakteri P. fluorescens dapat memberikan pengaruh
menguntungkan terhadap perkembangan dan pertumbuhan
tanaman, yaitu sebagai "Plant Growth Promoting
Rhizobacteria" (PGPR). Menghasilkan antibiotika yang dapat
menghambat pertumbuhan patogen, terutama patogen tular
tanah dan mempunyai kemampuam mengoloni akar tanaman,
dapat menghambat patogen layu Verticilium dahliae pada
tanaman kentang dan terong. Agensia hayati ini efektif untuk
mengendalikan penyakit layu fusarium pada tanaman tomat
serta mampu menekan intensitas penyakit moler pada
tanaman bawang merah.

6. Metarhizium anisopliae
M. anisopliae adalah salah satu cendawan entomopatogen
yang termasuk dalam divisi Deuteromycotina: Hyphomycetes.
Cendawan ini biasa disebut dengan green muscardine fungus
dan tersebar luas di seluruh dunia. Cendawan ini bersifat
parasit pada beberapa jenis serangga dan bersifat saprofit di
dalam tanah dengan bertahan pada sisa-sisa tanaman.
Cendawan M. anisopliae mampu menginfeksi hama yang
mempunyai tipe mulut menusuk dan mengisap, yaitu Riptortus
linearis baik stadia nimfa maupun imago. Selain itu, M.
anisopliae juga mampu menginfeksi hama yang mempunyai
tipe mulut menggigit seperti S. litura.
7. Verticillium lecanii
Verticillium lecanii sangat berguna untuk membasmi kutu
kebul pada tanaman hortikultura. Kutu kebul adalah hama
utama yang membonceng masuknya virus gemini yang
menyebabkan tanaman kehilangan klorofil hingga tanaman
menjadi kerdil dan hasil panen menurun. Verticillium lecanii
dapat juga membasmi wereng pada tanaman padi.

Pengendalian menggunakan Pestisida Nabati sederhana:

1. Ulat dan Hama Penghisap


Mengumpulkan ? 1 kg daun pepaya (sekitar 1 tas plastik besar/
1 ember besar). Menumbuk daun pepaya hingga halus. Hasil
tumbukan/rajangan direndam dalam 10 liter air kemudian
ditambahkan 2 sendok makan minyak tanah dan 30 g detergen.
Hasil campuran, didiamkan semalam. Menyaring larutan hasil
perendaman dengan kain halus. Menyemprotkan larutan hasil
saringan ke tanaman.

2. Kutu daun dan thrips


Bahan-bahan yang digunakan : Daun sirsak (100 lembar),
Sabun colek (2 - 3 sendok makan), Air (1,5 liter)
Cara Pembuatan : Rebus daun sirsak dengan 1,5 liter air,
hingga air yang tersisa sebanyak 1 liter. Tambahkan sabun
colek kedalam larutan yang dihasilkan. Untuk pemakaiannya,
campurkan 1 liter larutan pestisida dengan 14 liter.
Cara penggunaan/ pemakaian : Masukkan campuran pestisida
dengan air ke dalam tangki sprayer, lalu semprotkan pada
tanaman. Waktu penyemprotan sebaiknya dilakukan pada pagi
hari sebelum jam 10.00 atau sore hari dari jam 15.00 hingga
maghrib. Penyemprotan dapat dilakukan 2 kali dalam
seminggu. Pemakaian harus dilakukan beberapa kali, jangan
hanya satu kali. Sebab pemakaian secara rutin akan dapat
senantiasa melindungi dan mencegah tanamam dari hama kutu
daun dan thrips. Ekstrak daun sirsak dapat disimpan hingga 12
bulan sejak dari pembuatan. Namun demikian sebaiknya
segera digunakan agar dapat memberikan manfaat secara
maksimal.

3. Ulat dan Belalang


Ramuan yang terbuat dari 50 lembar daun sirsak dicampur
dengan segenggam tembakau berkualitas jelek. Cara
membuatnya sangat sederhana. Kedua bahan itu ditumbuk
sampai lumat kemudian direndam dalam satu liter air selam 24
jam. Hasil rendaman disaring dan dicampur dengan 14 liter air
sebelum digunakan untuk menyemprot padi.

4. Ulat Grayak
Caranya membuatnya, satu ons laos, satu kilogram tembakau,
dan lima biji gambir ditumbuk halus dan ditambah 10 gelas air.
Campuran itu kemudian difermentasikan dengan 250 cc EM4.
Setelah itu, larutan tersebut dapat digunakan untuk
menyemprot hama ulat grayak dengan perbandingan satu
gelas larutan dicampur 10 liter air. Dengan dua tiga kali
semprot, ulat dapat diatasi.

5. Wereng dan Walang Sangit


Cara membuatnya sangat sederhana, satu kilogram tembakau
ditambah dua kilogram gadung, satu kilogram jengkol, satu
liter EM4, dua liter air, dan satu ons gula. Semua bahan itu
dilumatkan dan difermentasikan tiga hari. Cara penggunaan,
campuran dilarutkan dalam air dengan perbandingan 2 cc
larutan dicampur satu liter air, kemudian disemprotkan ke
lahan padi yang terserang walang sangit atau wereng.

6. Kutu Putih Pada Daun Atau Batang


Gunakan siung bawang putih yang ditumbuk dan diperas airnya
serta dicampurkan dengan air sesuai dosis yang diperlukan.
Jika kutu melekat erat pada tanaman, dapat digunakan
campuran sedikit minyak kelapa. Semprotkan campuran
tersebut pada tanaman yang terserang hama.

7. Tikus
Buah jengkol ditebarkan di sekitar tanaman atau di depan
lubang sarang tikus.

8. Berbagai Serangga
Air rebusan cabai rawit yang telah dingin dan dicampur dengan
air lagi, atau Air rebusan daun kemangi atau daun pepaya yang
kering ataupun yang masih segar Semprotkan pada tanaman
yang terserang

9. Aphids
Air rebusan campuran tembakau dan teh dapat mengendalikan
serangan pada tanaman sayuran dan kacang-kacangan. Air
hasil rebusan dicampurkan kembali dengan air sehingga lebih
encer.

10. Nematoda Akar


Gunakan bunga kenikir yang direndam dalam air panas
mendidih. Biarkan semalam lalu saring. Hasil saringan
disiramkan ke media tanaman.

11. Serangga, Nematoda dan Jamur


Gunakan air hasil rendaman tumbukan biji nimba dengan air
selama tiga hari. Siram pada tanaman, umumnya efektif pada
tanaman sayuran.

Indonesia merupakan negara dengan iklim tropis yang secara


geografis terletak di garis equator sehingga Organisme
Pengganggu Tanaman (OPT) menjadi suatu masalah dalam
kegiatan bertani.
Petani di Indonesia masih bergantung pada pestisida.
Pestisida merupakan zat pengendali hama (seperti: ulat,
wereng dan kepik). Pestisida terdiri atas pestisida kimia
(sintesis) dan pestisida nabati. Berkembangnya penggunaan
pestisida sintesis yang dinilai praktis oleh para petani untuk
mencegah tanamannya dari serangan hama, ternyata
membawa dampak negatif yang cukup besar bagi manusia dan
lingkungan.

Salah satu teknik pengendalian OPT yang ramah lingkungan


adalah dengan penggunaan pestisida yang berasal dari
tumbuhan atau limbah sayuran yang lazim disebut dengan
pestisida nabati.

Pestisida alami atau pestisida naabati adalah pestisida yang


bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. Jenis pestisida ini
mudah terurai di alam, sehingga tidak mencemarkan
lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak, karena
residunya mudah hilang. Alam sebenarnya telah
menyediakan banyak sekali bahan yang dapat dijadikan
pestisida alami, tentunya dengan tidak merusak lingkungan.

Pestisida nabati bersifat mudah terdegradasi di alam (Bio-


degredable), sehingga residunya pada tanaman dan lingkungan
tidak signifikan. Indonesia dikenal dengan keanekaragaman
hayati terbesar kedua di dunia setelah Brazil, termasuk
memiliki sejumlah tanaman yang dapat digunakan sebagai
bahan dasar pestisida nabati, baik yang dapat langsung
digunakan atau dengan ekstraksi sederhana dengan air,
ekstraksi dengan pelarut organik lainnya ataupun dengan cara
penyulingan, tergantung tujuan formula tersebut dibuat.

Contoh pembuatan insektisida nabati diuraikan sebagai


berikut : Tahapan pembuatan insektisida nabati yaitu 2 kg
daun sirsak dirajang kemudian ditumbuk halus, tambahkan air
lalu disaring, setelah itu tambahkan 1 liter air cucian beras, ¼
liter molases, air perasan tembakau, EM-4. Larutan diaduk
rata dan disimpan dalam wadah tertutup. Diamkan selama 1
minggu, setiap hari dibuka untuk diaduk.

Contoh pembuatan fungisida nabati diuraikan sebagai berikut :


Tahapan pembuatan fungisida nabati yaitu 2 kg lengkuas dan
sereh dirajang, lalu dihaluskan, kemudian tambahkan air
secukupnya, lalu diperas. Air perasan dimasukkan dalam
wadah tertutup, kemudian ditambahkan air cucian beras, air
tembakau, molases dan EM-4, aduk rata. Larutan disimpan
dalam wadah tertutup rapat. Diamkan selama 1 minggu,
setiap hari dibuka untuk diaduk.

Pemanfaatan pestisida nabati diharapkan dapat berkelanjutan


di tingkat petani. Para petani diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan bahan pengendali OPT dengan memanfaatkan
sumber daya alam yang ada di sekitar mereka, sehingga pada
akhirnya diharapkan petani mampu swasembada pestisda.

pupuk hayati (biofertilizer) seringkali dianggap sebagai pupuk


organik. kekeliruan ini sepertinya sepele, namun bisa
berakibat fatal jika terdapat kesalahan dalam
menggunakannya. pada kesempatan ini alam tani akan
membahas mengenai pengertian dan fungsinya.

permentan no.2 tahun 2006, menggolongkan pupuk hayati


kedalam pembenah tanah, bukan pupuk organik. pembenah
tanah itu sendiri bisa organik ataupun non organik. pupuk
hayati termasuk dalam pembenah tanah organik. dalam
peraturan tersebut pupuk organik didefinisikan sebagai
sekumpulan material organik yang terdiri dari zat hara (nutrisi)
bagi tanaman, di dalamnya bisa mengandung organisme hidup
atau pun tidak. sedangkan pupuk hayati merupakan
sekumpulan organisme hidup yang aktivitasnya bisa
memperbaiki kesuburan tanah.
dalam prakteknya bisa saja satu pupuk organik mengandung
agen hayati ataupun sebaliknya. meskipun begitu, tidak semua
pupuk organik yang mengandung mikroorganisme hidup
dikatakan sebagai pupuk hayati, kecuali kondisi
mikroorganismenya memenuhi syarat kualitas tertentu.

fungsi pupuk hayati

terdapat dua peran utama pupuk hayati dalam budidaya


tanaman, yakni sebagai pembangkit kehidupan tanah (soil
regenerator), penyubur tanah kemudian tanah dan penyedia
nutrisi tanaman (feeding the soil that feed the plant).
mikroorganisme yang terdapat dalam pupuk bekerja dengan
cara:

o penambat zat hara yang berguna bagi tanaman.


beberapa mikroorganisme berfungsi sebagai
penambat n, tanpa bantuan mikroorganisme tanaman
tidak bisa menyerap nitrogen dari udara. beberapa
berperan sebagai pelarut fosfat dan penambat kalium
o aktivitas mikroorganisme membantu memperbaiki
kondisi tanah baik secara fisik, kimia maupun
biologi.

 menguraikan sisa-sisa zat organik untuk dijadikan nutrisi


tanaman.
 mengeluarkan zat pengatur tumbuh yang diperlukan
tanaman sperti beberapa jenis hormon tumbuh.
 menekan pertumbuhan organisme parasit tanaman.
pertumbuhan mikroorganisme baik akan berkompetisi
dengan organisme patogen, sehingga kemungkinan
tumbuh dan berkembangnya organisme patogen semakin
kecil.
mengetahui kualitas pupuk

beradasarkan kementerian pertanian, kualitas pupuk hayati


bisa dilihat dari parameter berikut:

o jumlah populasi mikroorganisme, jumlah


mikroorganisme hidup yang terdapat dalam pupuk
harus terukur. bila jumlahnya kurang maka aktivitas
mikroorganisme tersebut tidak akan memberikan
pengaruh pada pertumbuhan tanaman.
o efektifitas mikroorganisme, tidak semua
mikroorganisme memberikan pengaruh positif pada
tanaman. bahkan beberapa diantaranya bisa menjadi
parasit. hanya mikroorganisme tertentu yang bisa
dijadikan sebagai pupuk hayati. sebagai contoh, jenis
rhizobium yang bisa menambat nitrogen, atau
aspergillus niger sebagai pelarut fosfat.

 bahan pembawa, fungsinya sebagai media tempat


mikroorganisme tersebut hidup. bahan pembawa harus
memungkinkan organisme tetap hidup dan tumbuh selama
proses produksi, penyimpanan, distribusi, hingga pupuk
siap digunakan.
 masa kadaluarsa, sebagai mana mahluk hidup lainnya
mikroorganisme tersebut memiliki siklus hidup. apabila
mikroorganisme dalam pupuk telah mati, pupuk tersebut
tidak bisa dikatakan sebagai pupuk hayati. untuk
memperpanjang siklus hidup tersebut, produsen pupuk
biasanya mengemas mikroorganisme tersebut dalam
keadaan dorman. sehingga perlu aktivasi kembali
sebelum pupuk diaplikasikan pada tanaman. pupuk yang
benar seharusnya mencantumkan tanggal kadaluarsa
dalam kemasannya.

jenis-jenis pupuk hayati


dewasa ini dikenal dua jenis pupuk hayati dilihat dari
kandungan mikroorganismenya, yaitu pupuk dengan
mikroorganisme tunggal dan mikroorganisme majemuk. pupuk
dengan mikroorganisme tunggal hanya mengandung satu jenis
mikroba yang memiliki satu fungsi, semisal mikroba dari
jenis rhizobium sebagai penambat nitrogen. sedangkan pupuk
dengan mikroorganisme majemuk biasanya memiliki lebih dari
tiga jenis mikroba.

di indonesia pupuk hayati yang beredar dipasaran


kecenderungannya dari jenis mikroorganisme majemuk.
sedangkan di negara-negara maju lebih banyak jenis tunggal.
pupuk yang beredar di pasaran biasanya berbentuk cair dan
padat (tepung). merek-merek yang terkenal diantaranya em4,
sumber subur dan m-bio. sedangkan yang berbentuk padat
antara lain evagrow dan solagri.

penggunaan pupuk hayati

di pasaran, biasanya pupuk hayati dijual lebih tinggi dari pupuk


organik biasa. bahkan jenis pupuk yang berupa biang atau
disebut juga agen hayati dijual dengan harga yang sangat
mahal. karena pupuk tersebut diperuntukkan sebagai biang,
sehingga petani bisa memperbanyak sendiri.

pupuk hayati dapat diaplikasikan pada tanah, daun, akar,


batang, bunga atau benih. pupuk ini biasanya efektif
diaplikasikan pada tanah yang memiliki kandungan organik
tinggi. mikroorganisme yang terdapat didalamnya
membutuhkan kondisi yang baik untuk tumbuh dan
berkembang.

pada tanah yang miskin kandungan organik, mikroorganisme


yang terdapat dalam pupuk hayati bisa saja mati dan tidak
berkembang. penggunaannya pada tanah yang miskin
kandungan organik sebaiknya dikombinasikan dengan
penggunaan pupuk kompos, pupuk hijau, pupuk
kandang atau pupuk organik lainnya.

sumber : alamtani.com

oleh : anggi muhammad yusri, s.pt.

Ada berbagai macam jenis pupuk, mulai dari pupuk alami


hingga pupuk buatan.

Pupuk buatan sendiri berdasarkan jenis unsur hara yang


dikandungnya dibedakan menjadi pupuk tunggal dan pupuk
majemuk. Pengertian pupuk tunggal dan pupuk majemuk akan
dibahas secara lengkap pada artikel ini.

Pengertian pupuk tunggal dan pupuk majemuk secara rinci


yakni sebagai berikut:

Pengertian Pupuk Tunggal

Pupuk tunggal adalah pupuk yang hanya mengandung satu


jenis unsur hara saja, misalnya pupuk N (nitrogen), pupuk P
(fosfat), atau pupuk K (kalium). Ada berbagai jenis pupuk
tunggal, misalnya pupuk tunggal nitrogen, pupuk tunggal
fosfat, dan pupuk tunggal kalium.

Pupuk Tunggal Nitrogen

Pupuk tunggal N terdiri dari 4 macam, yakni:

1. Ammonium Sulfat (ZA/ Zwavelzure Amonia)

 Berbentuk Kristal dan berwarna putih, abu-abu, kebiru-


biruan, dan kuning. Namun, umumnya berwarna putih
seperti gula pasir.
 Kadar Nitrogennya sebesar 20,5% – 21,0 %
 Baru menyerap air pada kelembaban nisbi udara 80%
pada 30 derajat C atau tidak higroskopis
 Mampu memasamkan tanag dengan ekuivalen
kemasaman 110
 Mudah larut dalam air, sehingga cepat bekerjanya

2. Urea

 Berwarna putih dan berbentuk krstal atau butir-butir bulat


 Kadar N sebesar 46%
 Mulai menarik uap air pada kelembaban nisbi udara 73%,
sehingga bersifat higroskopis
 Tidak terlalu memasamkan tanah dengan ekuivalen
kemasaman 80
3. Amonium Sulfat
 Berwarna kuning sampai kuning kemerah-merahan dan
berbentuk Kristal
 Kadar N sebesar 26%, yang mana 19,5% adalah
ammonium dan 6,5% adalah nitrat
 Higroskopid
 Reaksi memasamkan tanah dengan ekuivalen kemasaman
93
 Mudah larut dalam air

4. Ammonium Chlorida

 Berbentuk butir-butir putih


 Kadar N sebesar 25%
 Memasamkan tanah dengan ekuivalen kemasaman 128
 Bekerja dengan cepat

Pupuk Tunggal Phospate

Berdasarkan kelarutannya maka pupuk tunggal P dibedakan


menjadi 3 golongan, yakni larut dalam asam keras, larut dalam
asam sitrat, dan larut dalam air.
Pupuk P yang larut dalam asam keras, lambat tersedia bagi
tanaman. Sementara itu, pupuk P yang larut dalam asam sitrat
dan air mudah tersedia bagi tanaman.

Pupuk P dikelompokkam menjadi 5, yakni

1. DSP

 Kadar P2O5sebesar 36% – 38%


 Berbentuk bubu kasar dan berwarna putih kotor, abu-abu,
atau coklat muda
 Larut dalam air
 Bekerja perlahan-lahan

2. TSP

 Kadar P2O5sebesar 46% – 48%


 Berbentuk butiran kecil dan berwarna abu-abau
 Bersifat seperti DSP

3. FMP

 Mengandung P2O519 – 21% dan MgO 15 – 18%


 Larut dalam asam lemah atau asam sitrat
 Reaksi fisiologisnya adalah alkalis
 Tidak higroskopis
 Bekerja perlahan-lahan seperti DSP, sehingga cocok
diaplikasikan pada masa sebelum tanam.

4. Agrophos

 Mengandung 25% P2O5dan larut dalama asam keras


 Tidak higroskopis

5. Posfat Cirebon

 Berasal dari P alam yang digiling menjadi bubuk halus


 Kadar P2O5sebesar 25 – 28%
 Berwarna abu-abu kecoklatan muda
 Tidak higroskopis

Pupuk Tunggal Kalium

Pupuk tunggal kalium dibedakan menjadi 3, yakni:

1. Kalium Sulfat

 Mengandung K2O sebesar 48% – 52% dengan Cl tidak


boleh lebih dari 3%
 Berbentuk tepung putih dan larut dalam ari
 Memasamakan tanah

2. Kalium Chlorida

 Mengandung K2O sebesar 60%


 Reaksi fisiologis masam tergolong lemah
 Sedikit higroskopis

3. Kalium Magnesium

 Mengandung K2O sebesar 21% – 30% degan MaO sebesar


6% – 19,5%
 Reaksi fisiologis masamnya lemah

Pengertian Pupuk Majemuk

Berbeda dengan pupuk tunggal, maka pupuk majemuk


mengandung lebih dari satu unsur hara. Misalnya adalah pupuk
NP, NK, dan NPK. Secara garis besar, pupuk majemuk
dibedakan menjadi 4 golongan yakni:

1. Pupuk NP : Pupuk NP dibedakan menjadi 2, yakni


amophos dan superstikfos. Amophos memiliki kadar unsur
hara Amophos A 11 % N + 48 % P2O5 (larut dalam air),
Amophos B 16,5 % N + 20 % P2O5 (larut dalam air),
berbentuk butiran dengan warna abu-abu muda, tidak
higroskopis, dan memiliki ekuivalen kemasaman Amophos
A adalah 55 dan Amophos B adalah 86.

Sementara itu, untuk superstikfos sama dengan Amophos


hanya berlainan nama dagangnya. Unsur haranya sama dengan
Amophos, yakni 16,5 % N + 20 % P2O5.

2. Pupuk NK : Pupuk NK jarang digunakan, misalnya


kalium nitrat dengan kadar 13% dan 44% K2O
3. Pupuk PK : Pupuk PK juga jarang digunakan, misalnya
kalium metafosfat dengan kadar 60% P2O5 + 40% K2O
dan pupuk mono kalium fosfat dengan kadar 52% P2O5 +
34% K2
4. Pupuk NPK : Pupuk NPK mengandung tiga unsur
sekaligus, yakni N, P, dan K. Contoh pupuk NPK adalah
Rustica Yellow. Rustica Yellow memiliki sifat sebagai
berikut:

 Mengandung unsur hara 15% N + 15% P2O5+ 15% K2O


dan Mg sebanyak 0,5% serta unsur-unsur mikro seperti B,
Cu, dan Zn
 Butiran-butiran berwarna kekuning-kuningan bila kering
dan kuning coklat bila basah
 Sangat higroskopis
 Bekerja sedang, sehingga dapat digunakan sebelum atau
sesudah tanam
 Reaksi fisiologisnya sedang sampai agak masam

CARA MEMBUAT PUPUK KOMPOS

Pupuk Kompos merupakan pupuk organik yang terbuat dari


bahan-bahan organik seperti jerami, dedaunan, dan kotoran
hewan yang mengalami proses dekomposisi atau pelapukan
terlebih dahulu. Cara Pembuatan pupuk organik sangat mudah
dan bisa dilakukan sendiri dirumah. langsung aja siapkan
bahan bahannya.

Di sini kita rencanakan pembuatan Pupuk


Kompos dengan bahan dasar kotoran ternak seberat 2000 kg.

Alat-alat yang dibutuhkan :

1. Terpal, ini adalah untuk alasnya. Bisa juga bahan lain


digunakan, yang penting bisa diguna kan sebagai alas
untuk pencampuran bahan.

2. Sekop, ini gunanya untuk mengambil dan mencampur


bahan.
3. Ember plastik, siapkan yang volume-nya sampai 10 liter.
Gunanya mencampur larutan dan obat.
4. Sprayer, atau Gembor. Dipakai untuk
menyemprotkan/menyiramkan larutan EM4 agar dapat
tersebar dengan rata.

Setelah persiapan peralatan, selanjutnya kita ke persiapan


bahan, simak dan catat tabel berikut di bawah ini :

1. Kotoran ternak. Sapi, kerbau, kambing dan domba (2 ton /


2000kg)
2. Jerami yang dicacah terlebih dahulu kurang lebih 5-10
cm. (secukupnya)
3. Arang Sekam (secukupnya), Sekam yang sudah dibakar
namun tidak sampai

4. menjadi abu. lihat proses pembuatan arang sekam


5. Air (20 liter)
6. EM4 (5 sendok makan)
7. Gula pasir (5 sendok makan)
8. Bubuk gergaji atau bisa juga dengan dedaunan dan bahan-
bahan organik lainnya.

PEMBUATAN PUPUK KOMPOS

1. Siapkan media pembuatan pupuk, ditempat yang sejuk


tidak terkena matahari langsung dan tidak kena hujan jika
terjadi hujan.
2. Larutkan EM4 dan gula kedalam air.
3. Lapisan pertama, Campurkan Kotoran ternak dengan
arang sekam kemudian aduk hingga merata, setelah itu
taburkan

4. dekomposer (EM4 dan gula yang sudah dilarutkan dalam


air) tadi secukupnya aduk hingga merata.
5. Lapisan Kedua Taburkan jerami, dedak, bubuk gergaji dan
bahan-bahan organik lainnya hingga merata kemudian
siramkan dekomoser tadi.
6. Setelah itu tutup rapat tumpukan bahan-bahan tadi
dengan rapih dengan menggunakan karung goni dan
jerami.
7. Hari Kedua aduk adonan tersebut hingga merata dan
tutup kembali rapat-rapat.
8. Lakukan monitoring setiap pagi dan sore, dengan cara
memasukan tangan (dengan sarung tangan) jika tangan
kita tidak kuat menahan panas adonan maka adonan
belum siap dipakai.
9. aduk setiap melakukan monitoring.
10. Biasanya hari ke empat adonan sudah siap, cara
menceknya masukan tangan anda jika bisa menahan
panas adonan maka pupuk kompos organik siap dipakai.

BUDIDAYA JAGUNG

Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan


dari keluarga rumput-rumputan yang digolongkan dalam
tanaman biji-bijian. Jagung dikenal luas oleh masyarakat
Indonesia karena tanaman jenis zea ini bisa dijadikan bahan
makanan pokok pengganti nasi dan berbagai macam makanan
olahan. Selain itu bagian dari tanaman jagung juga dapat
dimanfaatkan sebagai pakan ternak seperti daun, batang,
klobot dan janggelnya. Tanaman jagung tumbuh didataran
rendah sampai tinggi hingga 1200 meter dpl, memerlukan
media tanah lempung, lempung berpasir, tanah vulkanik, yang
subur, gembur, kaya bahan organic, memerlukan sinar
matahari minimal 8 jam per hari suhu udara 20-33 derajat
celsius, curah hujan sedang, ph tanah 5,5-7 dengan drainase
yang baik.

Di Indonesia, jagung yang banyak dibudidayakan adalah jenis


jagung hibrida berkualitas unggul.Jagung hibrida mampu
menghasilkan biji jagung lebih banyak dan dapat diterima
pasar. Jagung hibrida merupakan jenis jagung keturunan
langsung (F1) hasil dari persilangan 2 galur atau lebih yang
sifat-sifat individunya Heterozygot dan Homogen serta
memiliki sifat-sifat unggul dari masing-masing varietasnya.

Teknis Penanaman Jagung


keberhasilan budidaya jagung juga ditentukan oleh teknis,
budidaya, hingga proses panen. kemudian keberadaan mikroba
didalam tanahnya juga menjadi salah satu factor keberhasilan
menanam jagung. Untuk lebih jelasnya berikut uraian teknik
budidaya tanaman jagung yang baik dan benar agar
menghasilkan produksi jagung yang tinggi.

Pemilihan Benih Jagung

Pilihlah benih jagung hibrida yang telah bersertifikat. Pada


setiap provinsi di Indonesia telah tersedia benih jagung jenis
unggul ini. Biasanya benih jagung telah diberi perlakuan seed
treatment, yaitu dengan melapisi fungisida pada benih yang
berfungsi agar tanaman terlindung dari berbagai serangan
penyakit dan mempermudah syarat tumbuh tanaman jagung.

Syarat Tumbuh Tanaman Jagung

Pada umumnya tanaman jagung dapat tumbuh di berbagai


kondisi lingkungan. Namun untuk hasil yang maksimum, ada
beberapa syarat tumbuh tanaman jagung. Berikut adalah
syarat tumbuh tanaman jagung:

Iklim

1. Beriklim subtropis atau tropis dan didaerah terletak


antara 0-500 LU hingga 0-400 LS.
2. Curah hujan ideal adalah 85-200 mm/bulan dan harus
merata.
3. Suhu optimimum yang baik adalah 21-34 C
4. Intensitas cahaya matahari langsung, minimal 8 jam per
hari
5. Tanaman jagung tidak ternaungi, agar pertumbuhan tidak
terhambat atau merusak biji bahkan tidak membentuk
buah.

Media Tanah
1. Memiliki tekstur tanah yang gembur (lakukan proses
pembajakan agar tekstur tanah gembur).
2. Mengandung cukup kandungan unsur hara.
3. pH tanah 5,5-7,5 (apabila pH tanah asam atau < 5,5
sebaiknya taburkan dolomit/kapur pertanian).
4. Jenis tanah yang dapat ditoleran ditanami jagung adalah
andosol, latosol dengan syarat pH harus memadai untuk
ditanami.
5. Memiliki ketersediaan air yang cukup.
6. Kemiringan tanah kurang dari 8%.

Ketinggian

1. Memiliki Ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan


ketinggian optimum antara 50-600 m dpl (diatas
permukaan laut).

Waktu dan Cara Menanam Jagung Yang Benar

Pada kondisi musim yang normal, waktu yang tepat saat


menanam jagung adalah dibulan Mei-Juli. Karena pada saat itu
intensitas curah hujan telah berkurang bahkan telah selesai,
sehingga pada bulan-bulan tersebut sangat cocok untuk
melakukan budidaya jagung. Taburi lahan dengan pupuk
kandang/kompos/bokashi sebanyak 10-20 ton per hektar.
Kemudian semprot dengan GDM Black Bos sebanyak 5 kg per
ha. Hal ini bertujuan untuk mempercepat proses remediasi
tanah dari residu pupuk kimia, pestisida kimia dan sisa-sisa
bahan organik (jerami, daun-daunan, dll) agar tanah menjadi
gembur dan subur. Bakteri (mikroba) yang terkandung dalam
Black Bos mampu menghasilkan enzim dan antibiotik yang
berfungsi untuk menekan perkembangan penyakit tular tanah
(busuk akar, busuk batang, bulai, dll).

Setelah itu lakukan proses olah tanah saat 5 hari sebelum


tanam, dengan cara dibajak/traktor dengan kedalaman 20-30
cm, yang bertujuan untuk membalik dan membuat
struktur tanah agar menjadi gembur, menambah oksigen
dalam tanah, memudahkan perakaran tanaman masuk ke
dalam tanah dan menyerap unsur hara serta memperbaiki
aerasi tanah.

Jarak Tanam Jagung

Pada kondisi tanah yang berjenis tanah becek, sebaiknya


dibuatkan bedengan/guludhan agar benih tidak tergenang air
dan tidak busuk. Sehingga benih akan tumbuh cepat dan
maksimal. Lebar bedengan adalah 100 cm dan jarak antar
bedengan adalah 50 cm. Sedangkan jarak didalam barisnya
adalah 20-25 cm, sehingga jarak tanam jagung, baik
menggunakan bedengan ataupun yang tidak mengunakan
bedengan adalah 75cm x 25cm atau 75cm x 20cm.

Setelah itu buatlah lubang tanam dengan cara tugal sedalam 5-


10 cm kemudian masukkan benih jagung dan tutup dengan
bokashi. Setelah itu, semprot dengan POC GDM pada bekas
lubang tanam. Ini berfungsi untuk mempercepat pertumbuhan
tanaman dan melindungi tanaman dari serangan penyakit.

Pemupukan Tanaman Jagung

Setelah tanaman jagung tumbuh ,lakukan penyemprotan


dengan pupuk organik cair GDM spesialis tanaman pangan
sayur setiap 10 hari sekali dengan dosis 2 gelas air mineral
pada tanaman dan daerah perakaran untuk memaksimalkan
pertumbuhan tanaman. Sedangkan pupuk kimia diberikan
pada saat tanaman jagung berumur 10, 21 dan 50 HST dengan
memberikan 400 Kg pupuk NPK dan 200-300 pupuk kandungan
Nitrogen.

Pemeliharaan Tanaman Jagung

Pemeliharaan tanaman jagung dapat dilakukan dalam berbagai


tahap, yaitu:
1. Penjarangan dan Penyulaman

Proses ini dilakukan pada saat tanam ada dua atau lebih benih
jagung yang tertanam, sehingga tumbuh dua atau lebih
tanaman jagung. Oleh sebab itu, harus dilakukan
penjarangan.Proses penyulaman tanaman jagung dilakukan
apabila ada tanaman yang mati dengan mengantikan tanaman
baru.

2. Penyiangan

Melakukan proses pembersihan tanaman yang pengganggu di


sekitar tanaman jagung, seperti rumput, krokot, keladi dan
tanaman pengganggu lainnya.

3. Pembumbunan

Pelaksanaannya dapat dilakukan secara bersamaan saat


proses penyiangan dengan tujuan memperkuat akar tanaman
serta membantu mempercepat pertumbuhan.

Panen Dan Pasca Panen

Tanaman jagung siap panen terlihat dari daun klobotnya yang


mulai mengering dan bewarna kecoklatan. Umumnya tanaman
jagung bisa dipanen sekitar 100 HST.

Ciri-Ciri Tanaman Jagung Siap Panen :

1. Tanaman jagung dapat di panen saat kondisi masak


fisiologis berumur 100-110 HST pada dataran rendah dan
tergantung dari jenis varietasnya.
2. Kulit klobotnya telah berwarna coklat.
3. Rambut jagung pada tongkol telah kering dan berwarna
hitam.
4. Jumlah populasi untuk klobot kering mencapai 90%.
5. Tekstur keras pada biji jagung dengan ditandai apabila
ditekan kuku tidak hancur/keras.
6. Terdapat titik hitam (black layer) pada bagian ujung biji
jagung.

Pasca Panen Jagung

Setelah panen, jagung harus dikeringkan terlebih dahulu. Cara


mengeringkan jagung yang paling umum yaitu dengan
menjemurnya di ladang atau diatas terpal. Kerusakan pada
jagung masih bisa saja terjadi saat proses pengeringan,
terutama saat panen jagung dilakukan pada musim hujan.
Jagung yang dalam keadaan basah sangat rentan dengan
serangan jamur atau cendawan. Serangan jamur atau
cendawan bisa merusak hasil panen jagung hingga lebih dari
50%.

Hama Dan Penyakit Tanaman Jagung

1. Hama

1. Ulat Daun (prodenia litura)

Hama ulat daun ini akan menyerang bagian pucuk daun dan
biasanya tanaman jagung yang berumur sekitar 1 bulan
diserang ulat daun. Daun tanaman jagung yang bila sudah
besar menjadi rusak.Pencegahan dapat dilakukan dengan cara
penyemprotan insektisida yang tepat seperti folidol atau yang
lainnya dengan dosis sesuai dengan anjuran.

1. Lalat bibit(Atherigona exigua)

Tanaman jagung yang terserang hama ini akan memiliki bekas


gigitan pada bagian daun, pucuk daun layu, dan akhirnya
tanaman jagung akan mati.Pengendalian hama ini dapat
dilakukan dengan cara melakukan penyemprotan insektisida
sesuai dengan dosis yang dianjurkan.

1. Ulat Grayak atau Ulat Agrotis

Bagian Tanaman jagung yang diserang hama ini adalah bagian


batang yang masih muda, batang akan putus dan akhirnya
tanaman jagung mati. Hama Agrotis sp. Menyerang pada
malam dan siang hari. Ada 3 jenis ulat grayak/agrotis yaitu:

Agrotis segetum : memiliki warna hitam dan ulat ini sering


ditemukan di daerah dataran tinggi.
Agrotis interjection : memiliki warna hitam dan banyak di
temukan di pulau jawa.

Pengendalian ulat ini dapat dilakukan dengan melakukan


penyemprotan menggunakan insektisida yang sesuai dan
menggunakan dosis sesuai anjuran.

2. Penyakit

1. Hawar daun turcicum

Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini yaitu berupa adanya


bercak kecil berbentuk jorong dan berwarna hijau kelabu.
Lama kelamaan bercak tersebut kemudian menjadi besar dan
berwarna coklat serta berbentuk seperti kumparan, bila parah
maka daun seperti terbakar. Penyebab penyakit ini adalah
Helminthos porrirum turcicum.

2. Hawar daun maydis

Gejala yang dialami tanaman jagung yang terserang hawar ini


berupa bercak coklat abu-abu pada seluruh permukaan daun.
Bila parah penyakit ini akan menyerang hingga bagian jaringan
tulang daun yang akhirnya jaringan daun tersebut mati.

3. Hawar daun corbonum


Tanaman jagung yang terserang penyakit hawar ini akan
timbul gejala berupa bercak coklat muda kekuningan bersudut-
sudut memanjang yang dapat menyatu dan mematikan daun.
Penyebabnya adalah cendawan Dreschslera zeicola.
Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara
melakukan penyemprotan fungisida atau dengan menggunakan
thiram dan karboxin, serta pengasapan atau perawatan suhu
panas selama 17 menit dengan suhu 55°C.

Cara Budidaya Tanaman Padi

Padi merupakan komoditas tanaman yang sudah sejak berabad


abad telah di budidayakan oleh kalangan petani terutama di
Indonesia. Tanaman yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi
ini akan selamanya di butuhkan karena padi merupakan
tanaman penghasil beras guna untuk kebutuhan konsumsi
makanan dan kebutuhan nutrisi bagi semua umat manusia.
Untuk itu budidaya padi juga membutuhkan panduan yang
lengkap untuk mendapatkan hasil produksi yang maksimal.
Berikut adalah langkah – langkah dalam budidaya padi yang
baik dan benar.

Syarat Tumbuh

Iklim

 Tumbuh di daerah tropis/subtropis pada 45 derajat LU


sampai 45 derajat LS dengan cuaca panas dan
kelembaban tinggi dengan musim hujan 4 bulan.
 Rata-rata curah hujan yang baik adalah 200 mm/bulan
atau 1500-2000 mm/tahun. Padi dapat ditanam di musim
kemarau atau hujan. Pada musim kemarau produksi
meningkat asalkan air irigasi selalu tersedia. Di musim
hujan, walaupun air melimpah prduksi dapat menurun
karena penyerbukan kurang intensif.
 Di dataran rendah padi memerlukan ketinggian 0-650 m
dpl dengan temperatur 22-27 derajat C sedangkan di
dataran tinggi 650-1.500 m dpl dengan temperatur 19-23
derajat C.
 Tanaman padi memerlukan penyinaram matahari penuh
tanpa naungan.
 Angin berpengaruh pada penyerbukan dan pembuahan
tetapi jika terlalu kencang akan merobohkan tanaman.

Memilih Tempat Pesemaian

 Tempat untuk membuat pesemaian merupakan syarat


yang harus diperhatikan agar diperoleh bibit yang baik.
 Tanahnya harus yang subur, banyak mengandung humus,
dan gembur.
 Tanah itu harus tanah yang terbuka, tidak terlindung oleh
pepohonan, sehingga sinar matahari dapat diterima dan
dipergunakan sepenuhnya.
 Dekat dengan sumber air terutama untuk pesemaian
basah, sebab pesemaian banyak membutuhkan air.
Sedangkan pesemaian kering dimaksudkan mudah
mendapatkan air untuk menyirami apabila persemaian itu
mengalami kekeringan.

Apabila areal yang akan ditanami cukup luas sebaiknya tempat


pembuatan pesemaian tidak berkumpul menjadi satu tempat
tetapi dibuat memencar. Hal itu untuk menghemat biaya atau
tenaga pengangkutannya.

Mengerjakan Tanah Untuk Pesemaian

Tanah pesemaian harus mulai dikerjakan kurang lebih 50 hari


sebelum penanaman. Karena adanya dua jenis padi, yaitu padi
basah dan padi kering, maka tanah pesemaian juga dapat
dibedakan atas pesemaian basah dan pesemaian kering.

Pesemaian Basah

Dalam membuat tanah sawah basah persemaian seharusnya


benar-benar subur. Rumput dan jerami yang masih harus
dibersihkan terlebih dahulu. Kemudian sawah dibanjiri,
tujuannya adalah agar tanah menjadi lembut, rumput akan
tumbuh menjadi mati, dan berbagai serangga yang dapat
merusak bibit mati pula.

Selain itu, jika tanah cukup lembut dan dibajak berkali kali
hingga halus. Pada saat itu juga juga membuat dan
memperbaiki tanggul dan pematang sawah. Sebagai tindakan
dasar persemaian luas harus dibuat sekitar 1/20 dari areal padi
yang akan ditanam.
Jadi, ketika padi yang akan ditanam daerah 1 ha, area
pembibitan yang harus dilakukan adalah 1/20 x 10 000 m² =
500 m². Benih yang dibutuhkan adalah sekitar 75 gram biji per
1 m², atau sebanyak kurang lebih 40 kg.

Pesemaian Kering

Prinsip pembuatan pesemaian kering sama dengan pesemaian


basah. Rumput-rumput dan sisa-sisa jerami yang ada harus
dibersihkan terlebih dahulu. Tanah dibolak-balik dengan bajak
dan digaru, atau bisa dan halus. juga memakai cangkul yang
terpenting tanah menjadi gembur.

Setelah tanah menjadi halus, diratakan dan dibuat bedengan-


bedengan. Adapun ukuran bedengan sebagai berikut : Tinggi
20 cm, lebar 120 cm, panjang 500-600 cm.Antara bedengan
yang satu dengan yang lain diberi jarak 30 cm sebagai selokan
yang dapat digunakan untuk memudahkan : Penaburan biji,
pengairan, pemupukan, penyemprotan hama, penyiangan, dan
pencabutan bibit.

Penaburan Biji

Untuk memilih biji-biji yang bertunas dan tidak, biji harus


direndam dalam air. Biji-biji yang bertunas akan tenggelam
sedangkan yang biji-biji yang hampa akan terapung. Dan biji-
biji yang terapung bisa dibuang. Maksud perendaman selain
memilih biji yang bertunas, biji juga agar cepat berkecambah.
Lama perendaman cukup 24 jam, kemudian biji diambil dari
rendaman lalu di peram dibungkus memakai daun pisang dan
karung.

Pemeraman dibiarkan selama 8 jam.Apabila biji sudah


berkecambah dengan panjang 1 mm, maka biji disebar
ditempat pesemaian. Diusahakan agar penyebaran biji merata,
tidak terlalu rapat dan tidak terlalu jarang. Apabila
penyebarannya terlalu rapat akan mengakibatkan benih yang
tumbuh kecil-kecil dan lemah, tetapi penyebaran yang terlalu
jarang biasanya menyebabkan tumbuh benih tidak merata.

Pemeliharaan Pesemaian

Pengairan

Pada pesemaian basah, begitu biji ditaburkan terus digenangi


air selama 24 jam, baru dikeringkan. Genangan air
dimaksudkan agar biji yang disebar tidak berkelompok-
kelompok sehingga dapat merata. Adapun pengeringan setelah
penggenangan selama 24 jam itu dimaksudkan agar biji tidak
membusuk dan mempercepat pertumbuhan.

Pada pesemaian kering, pengairan dilakukan dengan air


rembesan. Air dimasukan dalam selokan antara bedengan-
bedengan, sehingga bedengan akan terus-menerus
mendapatkan air dan benih akan tumbuh tanpa mengalami
kekeringan. Apabila benih sudah cukup besar, penggenangan
dilakukan dengan melihat keadaan. Pada bedengan pesemaian
bila banyak ditumbuhi rumput, perlu digenangi air. Apabila
pada pesemaian tidak ditumbuhi rumput, maka penggenangan
air hanya kalau memerlukan saja.

Pengendalian Hama dan penyakit

Untuk menjaga kemungkinan serangan penyakit, pesemaian


perlu disemprot dengan Insektisida 2 kali, yaitu 10 hari setelah
penaburan dan sesudah pesemaian berumur 17 hari.

Pengolahan Tanah Atau Lahan Calon Tanam Padi

Cara Mengolah Tanah

Pengolahan tanah untuk penanaman padi harus sudah


disiapkan sejak dua bulan penanaman. Pelaksanaannya dapat
dilakukan dengan dua macam cara yaitu dengan cara
tradisional dan cara modern.
 Pengolahan tanah sawah dengan cara tradisional, yaitu
pengolahan tanah sawah dengan alat-alat sederhana
seperti sabit, cangkul, bajak dan garu yang semuaya
dilakukan oleh manusia atau dibantu oleh binatang
misalnya, kerbau dan sapi.
 Pengolahan tanah sawah dengan cara modern yaitu
pengolahan tanah sawah yang dilakukan dengan mesin.
Dengan traktor dan alat-alat pengolahan tanah yang serba
dapat kerja sendiri.

Pembersihan

Sebelum tanah sawah dicangkul harus dibersihkan lebih


dahulu dari jerami-jerami atau rumput-rumput yang ada.
Dikumpulkan di satu tempat atau dijadikan kompos. Sebaiknya
jangan dibakar, sebab pembakaran jerami itu akan
menghilangkan zat nitrogen yang sangat penting bagi
pertumbuhan tanaman.

Pencangkulan

Sawah yang akan dicangkul harus digenangi air terlebih dahulu


agar tanah menjadi lunak dan rumput-rumputnya cepat
membusuk. Pekerjaan pencangkulan ini dilanjutkan pula
dengan perbaikan pematang-pematang yang bocor.

Pembajakan

Sebelum pembajakan, sawah-sawah harus digenangi air lebih


dahulu. Pembajakan dimulai dari tepi atau dari tengah petakan
sawah yang dalamnya antara 12-20 cm. tujuan pembajakan
adalah mematikan dan membenamkan rumput, dan
membenamkan bahan-bahan organis seperti : pupuk hijau,
pupuk kandang, dan kompos sehingga bercampur dengan
tanah. Selesai pembajakan sawah digenangi air lagi selama 5-
7 hari untuk mempercepat pembusukan sisa-sisa tanaman dan
melunakan bongkahan-bongkahan tanah.
Penggaruan

Pada waktu sawah akan digaru genangan air dikurangi.


Sehingga cukup hanya untuk membasahi bongkahan-
bongkahan tanah saja. Penggaruan dilakukan berulang-ulang
sehingga sisa-sisa rumput terbenam dan mengurangi
perembesan air ke bawah.

Setelah penggaruan pertama selesai, sawah digenangi air lagi


selama 7-10 hari, selang beberapa hari diadakan pembajakan
yang kedua. Tujuannya yaitu: meratakan tanah, meratakan
pupuk dasar yang dibenamkan, dan pelumpuran agar menjadi
lebih sempurna.

Teknik Penanaman Padi

Pemilihan Bibit

Pekerjaan penanaman didahului dengan pekerjaan pencabutan


bibit di pesemaian. Bibit yang akan dicabut adalah bibit yang
sudah berumur 25-40 hari (tergantung jenisnya), berdaun 5-7
helai. Sebelum pesemaian 2 atau 3 hari tanah digenangi air
agar tanah menjadi lunak dan memudahkan pencabutan.

Caranya, 5 sampai 10 batang bibit kita pegang menjadi satu


kemudian ditarik ke arah badan kita, usahakan batangnya
jangan sampai putus. Ciri-ciri bibit yang baik antara lain :

 Umurnya tidak lebih dari 40 hari


 Tingginya kurang lebih dari 40 hari
 Tingginya kurang lebih 25 cm
 Berdaun 5-7 helai
 Batangnya besar dan kuat
 Bebas dari hama dan penyakit

Bibit yang telah dicabut lalu diikat dalam satu ikatan besar
untuk memudahkan pengangkutan. Bibit yang sudah dicabut
harus segera ditanam, jangan sampai bermalam.
Penanaman padi yang baik harus menggunakan larikan ke
kanan dank e kiri dengan jarak 20 x 20 cm, hal ini untuk
memudahkan pemeliharaan, baik penyiangan atau pemupukan
dan memungkinkan setiap tanaman memperoleh sinar
matahari yang cukup dan zat-zat makanan secara merata.

Dengan berjalan mundur tangan kiri memegang bibit, tangan


kanan menanam, tiap lubang 2 atau 3 batang bibit, dalamnya
kira-kira3 atau 4 cm. usahakan penanaman tegak lurus jangan
sampai miring.

Usahakan penanaman bibit tidak terlalu dalam ataupun terlalu


dangkal. Bibit yang ditanam terlalu dalam akan menghambat
pertumbuhan akar dan anakannya sedikit.

Bibit yang ditanam terlalu dangkal akan menyebabkan mudah


rubuh atau hanyut oleh aliran air. Dengan demikian jelas
bahwa penanaman bibit yang terlalu dalam maupun terlalu
dangkal akan berpengaruh pada hasil produksi.

Pemeliharaan Tanaman Padi

Pengairan

Air merupakan syarat mutlak bagi pertumbuhan tanaman padi


sawah. Masalah pengairan bagi tanaman padi sawah
merupakan salah satu factor penting yang harus mendapat
perhatian penuh demi mendapat hasil panen yang akan datang.

Air yang dipergunakan untuk pengairan padi di sawah adalah


air yang berasal dari sungai, sebab air sungai banyak
mengandung lumpur dan kotoran-kotoran yang sangat berguna
untuk menambah kesuburan tanah dan tanaman. Air yang
berasal dari mata air kurang baik untuk pengairan sawah,
sebab air itu jernih, tidak mengandung lumpur dan kotoran.

Memasukan air kedalam sawah dapat dilakukan dengan cara


sebagai berikut :
 Air yang dimasukan ke petakan-petakan sawah adalah air
yang berasal dari saluran sekunder. Air dimasukan ke
petakan sawah melalui saluran pemasukan, dengan
menghentikan lebih dahulu air pada saluran sekunder.
 Untuk menjaga agar genangan air didalam petakan sawah
itu tetap, jangan lupa dibuat pula lubang pembuangan.
Lubang pemasukan dan lubang pembuangan tidak boleh
dibuat lurus.
 Hal ini dimaksudkan agar ada pengendapan lumpur dan
kotoran-kotoran yang sangat berguna bagi pertumbuhan
tanaman. Apabila lubang pemasukan dan lubang
pembuangan itu dibuat lurus, maka air akan terus
mengalir tanpa adanya pengendapan.

Pada waktu mengairi tanaman padi di sawah, dalamnya air


harus diperhatikan dan disesuaikan dengan umur tanaman
tersebut. Kedalaman air hendaknya diatur dengan cara
sebagai berikut :

 Tanaman yang berumur 0-8 hari dalamnya air cukup 5 cm.


 Tanaman yang berumur 8-45 hari dalamnya air dapat
ditambah hingga 10-20 cm.
 Tanaman padi yang sudah membentuk bulir dan mulai
menguning dalamnya air dapat ditambah hingga 25 cm.
setelah itu dikurangi sedikit demi sedikit.
 Sepuluh hari sebelum panen sawah dikeringkan sama
sekali. Agar padi dapat masak bersama-sama.

Penyiangan dan Penyulaman

Setelah penanaman, Apabila tanaman padi ada yang mati


harus segera diganti (disulam). Tanaman sulam itu dapat
menyamai yang lain, apabila penggantian bibit baru jangan
sampai lewat 10 hhari sesudah tanam.

Selain penyulaman yang perlu dilakukan adalah penyiangan


agar rumput-rumput liar yang tumbuh di sekitar tanaman padi
tidak bertumbuh banyak dan mengambil zat-zat makanan yang
dibutuhkan tanaman padi. Penyiangan dilakukan dua kali yang
pertama setelah padi berumur 3 minggu dan yang kedua
setelah padi berumur 6 minggu.

Pemupukan

Pemupukan bertujuan untuk menambah zat-zat dan unsur-


unsur makanan yang dibutuhkan oleh tanaman di dalam tanah.
Untuk tanaman padi, pupuk yang digunakan antara lain:

 Pupuk alam, sebagai pupuk dasar yang diberikan 7-10 hari


sebelum tanaman dapat digunakan pupuk-pupuk alam,
misalnya: pupuk hijau, pupuk kandang, dan kompos.
Banyaknya kira-kira 10 ton / ha.
 Pupuk buatan diberikan sesudah tanam, misalnya:
ZA/Urea, DS/TS, dan ZK. Adapun manfaat pupuk tersebut
sebagai berikut:
 ZA/Urea : menyuburkan tanah, mempercepat tumbuhnya
anakan, mempercepat tumbuhnya tanaman, dan
menambah besarnya gabah.
 DS/TS : mempercepat tumbuhnya tanaman, merangsang
pembungaan dan pembentukan buah, mempercepat
panen.
 ZK : memberikan ketahanan tanaman terhadap hama /
penyakit, dan mempercepat pembuatan zat pati.

Pengendalian Hama Dan Penyakit

Hama di Persemaian Basah (untuk padi sawah)

Hama putih (Nymphula depunctalis)

Gejala : menyerang daun bibit, kerusakan berupa titik-titik


yang memanjang sejajar tulang daun, ulat menggulung daun
padi.

Pengendalian
 Pengaturan air yang baik, penggunaan bibit sehat,
melepaskan musuh alami, menggugurkan tabung daun;
 Penyemprotan insektisida Kiltop 50 EC atau Tomafur 3G.

Padi trip (Trips oryzae)

 Gejala : daun menggulung dan berwarna kuning sampai


kemerahan, pertumbuhan bibit terhambat, pada tanaman
dewasa gabah tidak berisi.
 Pengendalian : insektisida Mipein 50 WP atau Dharmacin
50 WP.

Ulat tentara (Pseudaletia unipuncta, berwarna abu-abu;


Spodoptera litura, berwarna coklat hitam; S. exempta, bergaris
kuning)

 Gejala : ulat memakan helai daun, tanaman hanya tinggal


tulang-tulang daun.
 Pengendalian: cara mekanis dan insektisida Sevin,
Diazenon, Sumithion dan Agrocide.

Hama di Sawah

Wereng

Wereng penyerang batang padi : wereng padi coklat


(Nilaparvata lugens), wereng padi berpunggung putih
(Sogatella furcifera).

 Merusak dengan cara mengisap cairan batang padi. Saat


ini hama wereng paling ditakuti oleh petani di Indonesia.
Wereng ini dapat menularkan virus.

Gejala : tanaman padi menjadi kuning dan mengering,


sekelompok tnaman seperti terbakar, tanaman yang tidak
mengering menjadi kerdil.

Pengendalian
 Bertanam padi serempak, menggunakan varitas tahan
wereng seperti IR 36, IR 48, IR 64, Cimanuk, Progo dsb,
membersihkan lingkungan, melepas musuh alami seperti
laba-laba, kepinding dan kumbang lebah.
 Penyemportan insektisida Applaud 10 WP, Applaud 400
FW atau Applaud 100 EC.

Walang sangit (Leptocoriza acuta)

Menyerang buah padi yang masak susu.

Gejala : dan menyebabkan buah hampa atau berkualitas


rendah seperti berkerut, berwarna coklat dan tidak enak; pada
daun terdapat bercak bekas isapan dan buah padi berbintik-
bintik hitam.

Pengendalian

 Bertanam serempak, peningkatan kebersihan,


mengumpulkan dan memunahkan telur, melepas musuh
alami seperti jangkrik;
 Menyemprotkan insektisida Bassa 50 EC, Dharmabas 500
EC, Dharmacin 50 WP, Kiltop 50 EC.

Kepik hijau (Nezara viridula)

Menyerang batang dan buah padi.

 Gejala : pada batang tanaman terdapat bekas tusukan,


buah padi yang diserang memiliki noda bekas isapan dan
pertumbuhan tanaman terganggu.
 Pengendalian : mengumpulkan dan memusnahkan
telurtelurnya, penyemprotan insektisida Curacron 250
ULV, Dimilin 25 WP, Larvin 75 WP.

Hama tikus (Rattus argentiventer)


Tanaman padi akan mengalami kerusakan parah apabila
terserang oleh hama tikus dan menyebabkan penurunan
produksi padi yang cukup besar. Menyerang batang muda (1-2
bulan) dan buah.

 Gejala : adanya tanaman padi yang roboh pada petak


sawah dan pada serangan hebat ditengah petak tidak ada
tanaman.
 Pengendalian: pergiliran tanaman, sanitasi, gropyokan,
melepas musuh alami seperti ular dan burung hantu,
penggunaan pestisida dengan tepat, intensif dan teratur,
memberikan umpan beracun seperti seng fosfat yang
dicampur dengan jagung atau beras.

Burung

Burung (manyar Palceus manyar, gelatik Padda aryzyvora, pipit


Lonchura lencogastroides, peking L. puntulata, bondol hitam L.
ferraginosa dan bondol putih L. ferramaya).

 Menyerang padi menjelang panen, tangkai buah patah, biji


berserakan.
 Pengendalian: mengusir dengan bunyi-bunyian atau orang-
orangan.

Pengendalian Penyakit

Bercak daun coklat

Penyebab: jamur (Helmintosporium oryzae).

Gejala: menyerang pelepah, malai, buah yang baru tumbuh dan


bibit yang baru berkecambah. Biji berbercak-bercak coklat
tetapi tetap berisi, padi dewasa busuk kering, biji kecambah
busuk dan kecambah mati.

Pengendalian:
 Merendam benih di dalam air panas, pemupukan
berimbang, menanam padi tahan penyakit ini,
menaburkan serbuk air raksa dan bubuk kapur (2:15);
 Dengan insektisida Rabcide 50 WP.

Blast

Penyebab: jamur Pyricularia oryzae.

Gejala: menyerang daun, buku pada malai dan ujung tangkai


malai. Serangan menyebabakn daun, gelang buku, tangkai
malai dan cabang di dekat pangkal malai membusuk. Proses
pemasakan makanan terhambat dan butiran padi menjadi
hampa.

Pengendalian:

 Membakar sisa jerami, menggenangi sawah, menanam


varitas unggul Sentani, Cimandirim IR 48, IR 36,
pemberian pupuk N di saaat pertengahan fase vegetatif
dan fase pembentukan bulir;
 Menyemprotkan insektisida Fujiwan 400 EC, Fongorene 50
WP, Kasumin 20 AS atau Rabcide 50 WP.

Penyakit garis coklat daun (Narrow brown leaf spot,)

Penyebab: jamur Cercospora oryzae.

Gejala: menyerang daun dan pelepah. Tampak gari-garis atau


bercak-bercak sempit memanjang berwarna coklat sepanjang
2-10 mm. Proses pembungaan dan pengisian biji terhambat.

Pengendalian:

 Menanam padi tahan penyakit ini seperti Citarum,


mencelupkan benih ke dalam larutan merkuri;
 Menyemprotkan fungisida Benlate T 20/20 WP atau
Delsene MX 200.
Busuk pelepah daun

Penyebab: jamur Rhizoctonia sp.

Gejala: menyerang daun dan pelepah daun, gejala terlihat pada


tanaman yang telah membentuk anakan dan menyebabkan
jumlah dan mutu gabah menurun. Penyakit ini tidak terlalu
merugikan secara ekonomi.

Pengendalian:

 Menanam padi tahan penyakit ini;


 Menyemprotkan fungisida pada saat pembentukan anakan
seperti Monceren 25 WP dan Validacin 3 AS.

Penyakit fusarium

Penyebab: jamur Fusarium moniliforme.

Gejala: menyerang malai dan biji muda, malai dan biji menjadi
kecoklatan hingga coklat ulat, daun terkulai, akar membusuk,
tanaman padi. Kerusakan yang diderita tidak terlalu parah.

Pengendalian: merenggangkan jarak tanam, mencelupkan


benih pada larutan merkuri.

Panen Padi

Ciri dan Umur Panen

Padi siap panen: 95 % butir sudah menguning (33-36 hari


setelah berbunga), bagian bawah malai masih terdapat sedikit
gabah hijau, kadar air gabah 21-26 %, butir hijau rendah.

Cara Panen

Keringkan sawah 7-10 hari sebelum panen, gunakan sabit


tajam untuk memotong pangkal batang, simpan hasil panen di
suatu wadah atau tempat yang dialasi.
Panen dengan menggunakan mesin akan menghemat waktu,
dengan alat Reaper binder, panen dapat dilakukan selama 15
jam untuk setiap hektar sedangkan dengan Reaper harvester
panen hanya dilakukan selama 6 jam untuk 1 hektar.

Perkiraan Produksi

Dengan penanaman dan pemeliharaan yang intensif,


diharapkan produksi mencapai 7 ton/ha. Saat ini hasil yang
didapat hanya 4-5 ton/ha.

Pasca Panen

Perontokan. Lakukan secepatnya setelah panen, gunakan cara


diinjak-injak (±60 jam orang untuk 1 hektar),
dihempas/dibanting (± 16 jam orang untuk 1 hektar) dilakukan
dua kali di dua tempat terpisah. Dengan menggunakan mesin
perontok, waktu dapat dihemat. Perontokan dengan perontok
pedal mekanis hanya memerlukan 7,8 jam orang untuk 1
hektar hasil panen.

Pembersihan. Bersihkan gabah dengan cara diayak/ditapi atau


dengan blower manual. Kadar kotoran tidak boleh lebih dari 3
%.

Jemur gabah selama 3-4 hari selama 3 jam per hari sampai
kadar airnya 14 %. Secara tradisional padi dijemur di halaman.
Jika menggunakan mesin pengering, kebersihan gabah lebih
terjamin daripada dijemur di halaman.

Penyimpanan. Gabah dimasukkan ke dalam karung bersih dan


jauhkan dari beras karena dapat tertulari hama beras. Gabah
siap dibawa ke tempat penggilingan beras (huller).

ahe merah adalah salah satu tanaman yang hampir mirip


dengan kunyit yang biasa digunakan sebagai bahan rempah
yang sangat terkenal dengan harum dan rasa yang khas serta
dimanfaatkan untuk ramuan obat-obatan yang bermanfaat
untuk kesehatan manusia. Jahe merah sama dengan jahe
pada umumnya hanya saja memiliki warna merah yang
mendominasi jahe tersebut.

Serbuk instan jahe merah (red ginger) nerupakan olahan dari


rimpang jahe yang diracik dengan rempah-rempah lainnya
menghasilkan serbuk instan jahe merah. Dalam bentuk
serbuk penggunaannya akan semakin mudah karena seperti
kita membuat kopi . selain itu, serbuk jahe merah juga bias
dinikmati bersamaan dengan minuman lainnya seperti kopi,
susu, dan teh.

Manfaat serbuk instan jahe merah adalah :

1. sebagai anti-koagulan
2. mengobati batuk
3. menghilangkan lelah
4. mengobati perut kembung/masuk angin
5. mengobati asam urat dan nyeri sendi
6. mengobati impotensi
7. mengatasi gangguan saat menstruasi
8. mengurangi rasa sakit kepala atau sakit gigi
9. mengatasi gangguan pencernaan, dan
10. untuk menghangatkan tubuh.

Cara pembuatan serbuk instan jahe merah :

Bahan :

Bahan yang digunakan untuk pembuatan serbuk instan jahe


merah adalah jahe merah segar (sebaiknya yang tua dan masih
segar sebanyak 1 kg, gula pasir (Gula putih) 1 kg

Alat :

alat-alat yang digunakan adalah pisau, pemarut, saringan,


kompor, wajan, pengaduk makanan.
Cara pembuatan :

1. jahe dicuci bersih (tidak perlu dikupas),


2. jahe yang telah dibersihkan digiling atau diparut,
3. kemudian di peras menggunakan saringan untuk
memisahkan sari jahe dan ampas. Sari jahe yang
diperoleh dibiarkan dulu sekitar 30 menit agar patinya
mengendap
4. selanjutnya sari jahe ditambah gula pasir dengan
perbandingan 1 : 1 dengan sari jahe.
5. Campuran gula dan sari jahe dipanaskan dalam wajan
sambil diaduk sampai mengental dan pada bagian
pinggiran wajan mengeras
6. selanjutnya api dimatikan dan biarkan campuran tadi
menjadi agak dingin.
7. Setelah agak dingin segera dilakukan pengadukan sampai
terbentuk kristal dan diaduk terus supaya kristalnya
seragam.
8. Agar ukuran kristal menjadi seragam dilakukan
pengayakan dan kristal yang tidak seragam dihancurkan
dengan sendok atau penumbuk selanjutnya diayak
kembali. Hal ini dilakukan berulang sampai seluruh kristal
seragam.
9. Agar tetap kering simpan jahe serbuk ini disalam wadah
tertutup rapat atau kantung pelastik kedap air.
10. Jika dikehendaki jahe serbuk ini mempunyai rasa
gula aren dan warnanya kecoklatan maka dapat dicampur
dengan gula semut atau gula aren.

Oleh : ERNA SUSANTI, SP Penyuluh Pertanian UPT BALAI


PENYULUHAN PERTANIAN LANDASAN ULIN

Daftar Pustaka

http://minumanjahemerah.blogspot.com/2013/04/serbuk-instan-
jahe-merah-red-ginger-dan.html. 2018
PEMBUATAN MEDIA UNTUK TANAMAN JAHE

SISTEM POLYBAG / KERANJANG

Ada banyak sekali jenis rempah asli Indonesia mulai dari


rempah berbentuk buah, pohon, daun hingga akar. Untuk jenis
rempah akar kebanyakan berupa umbi seperti jahe. Dari semua
jenis rempah tersebut jahe merupakan salah satu jenis rempah
yang paling banyak dimanfaatkan. Tidak hanya digunakan
sebagai bahan dasar minuman saja, jahe bisa digunakan
sebagai bahan untuk memasak. aroma khas dari jahe serta
kandungan yang ada dapat menghilangkan bau amis yang ada
khususnya pada ikan laut. Selain karena rasa yang sedikit
pedas dan aroma khas pada jahe berbeda jika anda melihat
jahe memiliki banyak sekali kandungan nutrisi yang sangat
baik. Tidak hanya untuk kesehatan saja tetapi juga untuk
kecantikan. Karena ini pula jahe selalu laris di pasaran, anda
bisa menemui jahe dalam berbagai bentuk mulai dari
berbentuk umbi seperti pada umumnya. Bagi anda yang ingin
menanam jahe, ada cara yang lebih praktis dan ekonomis yaitu
dengan melakukan cara menanam jahe dengan media
keranjang / Polybag. Bagi anda yang tertarik dengan cara ini
berikut kami sampaikan penjelasannya.

Alat dan Bahan


1.cangkul
2.skrop
3.ayakan
4.terpal
5.drum air
Bahan
1.serbuk gergaji
2.pupuk kandang
3.kapur dolomit/kapur pertanian
4.EM 4

Langkah-langkah kerja
Serbuk gergaji dilakukan pengayakan agar terpisah
dari yg agak besar atau pecahan kayu kemudian diaduk
dengan pupuk kandang dengan perbandingan satu banding
satu. Setelah adukan antara serbuk gergaji dan pupuk kandang
merata/benar-benar tercampur, kemudian di taburkan kapur
pertanian secukupnya untuk mengurangi keasaman media
tersebut dan diadukkembaliagarkapurtersebutmerata. Setelah
benar-benar tercampur bahan tersebut di tempatkan pada
tempat yg teduh,barulah disiram dengan EM 4 yang sudah
diaduk kedalam air bersih dengan perbandingan EM 4 1liter,

Airbersih 200 liter


kemudian di tutup dengan terpal sampai benar-benar tertutup
agar suhu pada bahan media tersebut tidak keluar
bebas.Untuk masa permentasi mencapai 8hari,dan setiap 2hari
sekali d buka dan diaduk-aduk yg rata setelah masa delapan
hari penutup di buka dan diangin - anginkan sampai pada
posisi suhu rendah atau saat diraba sudah terasa
mendingin,barulah dapat di gunakan untuk media tanaman
jahe yang di campur dengan tanah yang subur dengan
perbandingan satu banding tiga

Sumber : Ilyas (PPL Kecamatan Rantau selamat)


Pertanian Sehat dengan Pestisida
Nabati
Selasa, 28 Sep 2021
FacebookTwitter
Sumber Gambar : https://kabartani.com/keunggulan-dan-kelemahan-petisida-nabati-alami.html
Kemudahan memperoleh obat pertanian kimia, kurangnya pengetahuan dan rendahnya kesadaran efek negatif
pestisida kimia mengarahkan petani untuk menggunakan pestisida kimia secara terus-menerus. Sedangkan
penggunaan pestisida kimi secara terus-menerus dengan dosis tidak tepat berbahaya bagi ekosistem dan
lingkungan. Selain itu residu kimia yang tertinggal di dalam produk pertanian dapat berbahaya bagi kesehatan
dalam jangka panjang. Salah satu solusinya adalah pengelolaan hama terpadu menggunakan pestisida nabati
yaitu pestisida yang bahan aktifnya berasal dari tanaman atau tumbuhan dan bahan organik lainya. Penggunaan
pestisida nabati mengurangi resdiu kimia di dlaam produk-produk pertanian sebingga lebih sehat untuk
dikonsumsi. Namun tentunya tidak mudah untuk merubah paradigman, sikap, perilaku petani untuk beralih
menggunakan pestisida nabati dengan berbagai tantangannya. Salah satu tugas dan peran penyuluh pertanian
adalah memberikan penyuluhan dan pembelajaran efek negatif pestisida kimia dan pemanfaatan tumbuhan dan
bahan organik sebagai pestisidan nabati.

Bahaya Residu Pestisida Kimia


Tanah merupakan tempat bertumpunya sebagian besar kehidupan di bumi. Oleh karena itu apabila tanah yang
kita jadikan tumpuan tersebut mengalami kerusakan maka kehidupan mahluk yang berada diatasnya akan
terganggu. Penggunaan pestisida kimia secara terus-menerus dengan dosis yang berlebihan akan berakibat
pada kerusakan lingkungan. Selain itu dengan menggunakan pestisida kimia yang tidak tepat baik dosis
maupun sasaran akan mengakibatkan resistensi hama dan menjadi kebal. Sehingga untuk pengendalian
berikutnya dibutuhkan dosis yang lebih tinggi.

Kemudahan memperoleh obat pertanian kimiawi, kurangnya pengetahuan dan kesadaran efek negatif pestisida
kimia mengarahkan petani untuk menggunakan pestisida kimia secara terus menerus dengan takaran kurang
tepat atau berlebihan. Kebanyakan petani belum menyadari dampak negatif dari penggunaan pestisida kimia.
Oleh karena itu maka perlu diingatkan terus secara masif. Residu yang dihasilkan dari penggunaan pestisida
kimia telah menimbulkan dampak terjadinya pencemaran lingkungan, kekebalan hama sasaran dan
berkurangnya populasi serangga non sasaran dan dampak pada kesehatan dalam jangka panjang. Hama
tanaman yang telah menjadi kebal melahirkan keturunan hama yang mampu bertahan meski diracun dengan
pestisida, sehingga kerusakan yang ditimbulkan semakin besar. Sedangkan serangga non sasaran seperti
predator alami, serangga penyerbuk yang memiliki manfaat bagi lingkungan berkurang jumlahnya. Sedangkan
residu kimia menjadikan produk pertanian berpengaruh terhadap kesehatan manusia dalam jangka panjang.
Residu pestisida tersebut dapat menyebabkan kanker, cacat kelahiran dan merusak atau mengganggu sistem
syaraf, endokrin, reproduktif dan kekebalan tubuh.

Apa Itu Pestisida Nabati?


Konsep pertanian ramah lingkungan adalah konsep pertanian yang mengedepankan keamanan seluruh
komponen yang ada pada lingkungan ekosistem. Pertanian ramah lingkungan mengutamakan kelestarian
lingkungan serta dapat dilaksanakan dengan menggunakan bahan yang relatif murah dan peralatan yang relatif
sederhana tanpa meninggalkan dampak yang negatif bagi lingkungan, salah satunya adalah penggunaan
pestisida nabati. Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari tanaman atau tumbuhan dan
bahan organik lainya yang berkhasiat mengendalikan serangan hama pada tanaman. Pestisida ini tidak
meninggalkan residu yang berbahaya pada tanaman maupun lingkungan.
Pestisida nabati dapat dijadikan alternatif untuk mengurangi penggunaan pestisida kimia. Pestisida jenis ini
ramah lingkungan serta mudah diperoleh dan dibudidayakan salah satunya seperti tumbuhan sereh dapur, sereh
wangi dan mimba yang dapat dibuat menjadi bentuk minyak tanaman (adnyana, dkk, 2012). Penggunaan
pestisida nabati secara tidak langsung juga telah menjaga keberlanjutan dari sistem pertanian itu sendiri dan
mengurangi dampak negatif dari rusaknya ekosistem sekitar.

Penggunaan pestisida alami ini biasanya menggunakan organ tanaman seperti akar, daun, biji, dan buah
tanaman yang menghasilkan senyawa tertentu yang dapat menghalau serangga untuk memakan atau bahkan
mematikan serangga tersebut. Penggunaan pestisida nabati sebenarnya dapat diterapkan di berbagai daerah tapi
perlu memperhatikan waktu, dosis dan lain lain agar efektif mengendalian hama dan penyakit yang menyerang
tanaman. Organisme pengganggu tanaman seperti hama, gulma dan penyebab penyakit tanaman seperti virus,
bakteri adalah organisme yang mampu mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Organisme-
organisme tersebut harus dikendalikan untuk mencegah terjadinya kerusakan tanaman hingga menyebabkan
gagal panen dalam sekala luas.

Bahan-bahan Pembuatan Pestisida Nabati


Salah satu tanaman yang banyak digunakan dalam pestisida nabati adalah daun mimba dan cengkeh, ekstrak
mimba dan cengkeh dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan jamur patogenik. Tanaman ekstarak atau
eugenol asal daun, bunga dan ganggang cengkeh telah dibuktikan toksit terhadap F. oxysporum, F. solani, R.
lignosis, P. capsici, S. roflsii dan R. solani. Tetapi dalam pengaplikasiannya pestisida nabati harus tepat
sehingga hama dapat dikendalikan populasinya. Apabila populasi hama telah melewati ambang ekonomi maka
cara terakhir adalah penggunaan pestisida kimiawi.

Adapun contoh tanaman yang bisa dibuat pestisida nabatin antara lain Tembakau (Nicotium tabacum), Temu-
temuan (temu hitam, kencur, kunyit), Tuba, Jenu (Derriseleptica), Kucai (Allium schonaoresum), Cabai merah
(Capsium annum), Bawang putih (Allium Sativum), Kembang kenikir (Tagetes sp) dan sebagainya.

Pestisida nabati ada beberapa macam seperti insektisida, bakterisida, akarisida dan lain-lain. Penggunaan
insektisida nabati merupakan salah satu alternatif yang dilakukan selain penggunaan dengan metode mekanik
ataupun dengan pengendalian musuh alami. Pestisida nabati dimaksud untuk mengendalikan hama tanaman
karena tidak menimbulkan pencemaran lingkungan seperti penggunaan pestisida kimia (Tohir, Ali M, 2010).
Pengendalian hama dilakukan untuk menghindarkan tanaman dari penurunan produksi yang cukup signifikan
sehingga terdapat kerugian yang berarti bagi petani.

Beberapa pestisida nabati memiliki cara kerja sangat sepesifik, yaitu : a. Merusak perkembangan telur, larva
dan pupa, b. Menghambat pergantian kulit, c. Mengganggu komunikasi serangga. d. Menyebabkan serangga
tidak mau makan tanaman, e. Menghambat reproduksi serangga betina, f. Mengurangi nafsu makan, g.
Mengusir serangga dan h. Menghambat perkembangan pathogen penyakit.
Pembuatan Pestisida Nabati
Beberapa contoh jenis tanaman yang bisa dimanfaatkan sebagai pestisida nabati di sekitar kita yaitu :

1. Daun Mimba
Salah satu formulasi ramuan pestisida nabati yang berasal dari daun mimba yaitu :

1. Daun mimba (400 gr), lengkuas (300 gr) dan serai (300 gr) dihaluskan, kemudian diaduk merata dalam 1 lt
air dan direndam semalam (24 jam)
2. Hasil rendaman kemudian disaring dengan kain halus, larutan hasil penyaringan ditambah dg 2 ml minyak
tanah dan 2 ml minyak goreng lalu diencerkan lagi dengan 3 lt air.
3. Larutan siap digunakan untuk lahan seluas 500 m2
Selain daun mimba, biji mimba juga dapat dibuat pestisida nabati dengan formulasi sebagai berikut :

Ramuan untuk mengendalikan wereng coklat, penggerek batang, nematode :

1. Biji mimba sebanyak 50 gram ditumbuk halus dan diaduk dengan 10 cc alkohol lalu diencerkan dengan 1 lt
air
2. Larutan kemudian diendapkan semalam, lalu disaring dengan kain halus kmdn ditambah dengan 1 ml
minyak tanah dan 1 ml minyak goreng dan diaduk merata
3. Larutan siap disemprotkan pada tanaman terserang atau ke hamanya langsung
4. Daun Sirsak
Ramuan untuk mengendalikan belalang dan ulat :

1. Daun sirsak (50 lembar) dan daun tembakau (1 genggam) di haluskan


2. Bahan kemudian diberi air 20 lt dan diaduk merata lalu diendapkan semalam
3. Larutan kemudian disaring dengan kain halus
4. Larutan hasil saringan ditambah dg 1-2 ml minyak tanah dan 1-2 ml minyak goreng lalu diencerkan
dengan air sebanyak 50-60 lt
5. Larutan siap digunakan
Ramuan untuk mengendalikan hama trips pada cabai :

1. Daun sirsak (50-100 lembar) di haluskan dan dicampur dengan 5 lt air dan diendapkan srmalam
2. Larutan kemudian disaring dengan kain halus
3. Setiap 1 lt larutan hasil saringan diencerkan dengan 10-15 lt air
4. Larutan siap disemprotkan ke seluruh bagian tanaman cabai yang terserang
5. Daun Tembakau
Ramuan untuk mengendalikan hama penghisap

1. Rajang 250 gr tembakau (sekitar 4 daun) dan rendam dalam 8 liter air selama semalam.
2. Tambahkan 2 sendok detergen, aduk merata kemudian disaring.
3. Saringan siap disemprotkan ke tanaman.
4. Daun tembakau mengandung nikotin yang efektif mengendalikan hama pengisap.
Aplikasi ekstrak daun tembakau yang paling baik adalah digunakan dengan konsentrasi tinggi yaitu 300 ml/l.
4. Daun Pepaya
Ramuan untuk mengendalikan hama ulat dan hama penghisap :

1. Daun pepaya segar (1kg) di rajang


2. Hasil rajangan di rendam dalam 10 liter air, 2 sendok makan minyak tanah, 30 gr detergen, diamkan
semalam.
3. Larutan hasil perendaman disaring dengan kain halus lalu ditambah 50 ml minyak tanah dan diaduk
4. Larutan siap disemprotkan ke tanaman terserang.
5. Bunga Kenikir
Ramuan untuk mengendalikan nematode :

1. Bunga kenikir atau bunga tahi kotok direndam dengan air panas mendidih, dibiarkan semalam lalu disaring
dengan kain kasa
2. Hasil saringan disiramkan pada media tanam

Tantangan Pengembangan Pestisida Nabati


Menurut Kardian (2002), penggunaan dan pengembangan pestisida nabati di Indonesia belum menjadi trend di
kalangan petani. Petani lebih suka memakai pestisida kimia dibanding menggunakan pestisida nabati, hal
tersebut antara lain disebebkan oleh hal-hal sebagai berikut:

1. pestisida kimia lebih mudah didapat;


2. praktis pengapikasianya;
3. hasilnya relatif lebih cepat terlihat;
4. tidak perlu sediaan sendiri;
5. tersedia dalam jumlah banyak dan tidak perlu membudidayakan sendiri tanaman penghasil pestisida;
6. pestisida nabati cepat terurai dan daya kerjanya relatif lambat sehingga harus sering diaplikasikan;
7. kurangnya rekomendasi dan dorongan dari penyuluh;
8. tidak tersedianya bahan tanaman yang berkesinambungan dalam jumlah yang memadai saat diperlukan
dan;
9. sulitnya registrasi pestisida nabati dikomisi pestisida karena bahan aktif tidak dapat dideteksi.
Walaupun demikian akhir-akhir ini banyak petani yang mengembangkan sistem pertanian organik dan
kelompok tani yang sadar akan bahaya penggunaan pestisida kimia mulai mengembangkan dan menggunakan
pestisida nabati. [R]

Yulia Tri S. Email : yuliatrisedyowati@gmail.com

PUSTAKA
1. Adnyana, dkk. 2012 efikasi pestisida nabati minyak atsiri tanaman teropis terhadap mortalitas ulat bulu
gempinis. Jurnal agroekologi tropika 1(1): 1 – 11.
2. Tohir, A.M. 2010. Teknik ekstraksi dan aplikasi beberapa pestisida nabati untuk menurunkan pelatabilitas
ulat grayak (spodoptera litura fabir.) di laboraturium bulletin teknik pertanian 15(1): 37-40
3. Setiawati, W, dkk. 2008. Tumbuhan Bahan Pestisida Nabati dan Cara Pembuatannya Untuk Pengendalian
Organisme pengganggu Tumbuhan (Opt). balai penelitian tanaman sayuran. Bandung.
4. Putri, Sita Diani. Membuat Pestisida Nabati Dengan Bahan Di Sekitar Kita.
https://pertanian.jogjakota.go.id/detail/index/15067

Budidaya Padi Organik


Selasa, 31 Agu 2021
FacebookTwitter

Sumber Gambar : Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian tahun 2020
Upaya mewujudkan kedaulatan pangan merupakan komitmen pemerintah yang tiada henti dilakukan melalui
peningkatan produksi padi. Strategi peningkatan produksi nasional saat ini dan kedepan ditempuh melalui
peningkatan produktivitas (intensifikasi) dan perluasan areal tanam, baik melalui peningkatan Indek
Pertanaman (IP) maupun perluasan lahan baku sawah.

Upaya tersebut optimis dapat direalisasikan karena tersedianya berbagai inovasi dan teknologi hasil penelitian,
terutama yang dihasilkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), meskipun
teknologi tersebut baru sebagian yang diterapkan oleh petani.

Varietas
 Varietas unggul baru atau varietas lokal, adaptif lingkungan spesifik, tahan Organisme Penganggu
Tanaman (OPT) utama yang terdapat di lokasi, sesuai anjuran atau varietas yang mempunyai nilai
ekonomis tinggi seperti Sintanur, Inpari 23 Bantul, beras berpigmen seperti Inpari 24 Gabusan, Jeliteng,
Pamelen dan Pamera, Baroma (basmati beraroma) dsb.
 Umur panen sesuai dengan pola tanam atau ketersediaan air
 Disarankan dilakukan pergiliran
Benih

 Benih bermutu/bersertifikat.
 Benih memiliki berat jenis tinggi, mempunyai mutu fisiologis (daya berkecambah dan vigor) tinggi,
mampu memberikan pertumbuhan cepat dan
 Benih murni, bernas, bersih, dan
 Dormansi benih telah terlewati.
Cara pengelolaan benih:

 Rendam benih selama 12 jam


 Tiriskan benih selama 12 jam – mematahkan dormansi benih, namun menghindari tumbuhnya calon akar
 Pupuk hayati - seed treatment Agri-Rice
Pesemaian

 Lahan untuk pesemaian aman dari gangguan binatang, mudah diairi dan tidak dekat lampu untuk
menghindari serangan hama.
 Media tumbuh pesemaian berupa campuran tanah dengan kompos jerami atau pupuk kandang dan abu
dengan perbandingan tanah : kompos : abu 7 : 2 : 1. Kebutuhan benih 40 kg per ha.
 Pesemaian Padi organik dilakukan dengan cara kering (tidak digenang) dan dilakukan penyiraman setiap
hari. Pesemaian bisa dilakukan di lahan sawah, lahan kering atau pekarangan dengan dilapisi plastik atau
menggunakan nampan
 Saat benih berkecambah, ditambahkan
 Pesemaian dipantau setiap 2-3 hari sekali untuk memonitor hama wereng, penggerek batang atau hama
lain.
 Apabila terpantau hama di persemaian, dikendalikan menggunakan insektisida nabati-hayati.
 Bibit dalam pesemaian siap ditanam dengan menggunakan bibit muda (umur 15-18 hari setelah sebar)
Penyiapan Lahan

 Pupuk kompos atau pupuk kandang sebanyak 5-10 ton/ha ditaburkan merata sebelum bajak singkal
atau garu
 Pengolahan tanah dilakukan dengan olah tanah minimum atau juga bisa menggunakan olah tanah kering
 Pengolahan tanah ditujukan agar tanah melumpur dengan baik, kedalaman lumpur minimal 20 cm, tanah
bebas gulma, pengairan lancar, struktur tanah baik, dan ketersediaan hara bagi tanaman meningkat
Penyulaman

 Penyulaman tanaman dilakukan bila ada tanaman mati. Bibit yang digunakan untuk menyulam adalah bibit
yang diambil dari sisa bibit pesemaian yang ditanam di pinggir
 Penyulaman dilakukan sedini mungkin agar pertumbuhan tanaman seragam.
Pengairan

 Pintu masuk air atau inlet dibuat pada pematang bagian depan dekat saluran tersier dan pada ujung petakan
sawah dibuat “celah pintu” atau outlet pembuangan kelebihan
 Tinggi celah pintu pembuangan 5 cm dari permukaan tanah/lumpur, dapat bervariasi tergantung fase
pertumbuhan tanaman padi.
 Sepuluh hari pertama setelah tanam, dilakukan penggenangan sedalam 2-5 cm, selanjutnya dibuat macak-
macak, seterusnya secara intermitten, yaitu kondisi basah-kering dengan interval 7-10 hari selama fase
vegetatif.
 Selanjutnya pada fase generatif, lahan digenangi lagi hingga ketinggian 2-5 cm di atas permukaan.
 Lahan dikeringkan pada 10-14 hari sebelum panen
Penyiangan

 Penyiangan dilakukan sebanyak empat kali dengan selang waktu 10 Setiap selesai penyiangan
dilakukan penyemprotan suplement Pupuk Organik Cair (POC) atau Mikro Organisme Lokal (MOL).
 Penyiangan gulma secara manual dan mekanis menggunakan landak/gasrok atau “hand rotary”.
Penyiangan dilakukan pada kondisi air macak-macak.
Pemupukan

 Pupuk kompos atau bahan organik yang sudah lapuk diberikan pada saat pengolahan tanah atau
menjelang
 MOL yang terbuat dari bahan-bahan alami disemprotkan secara periodik 10 hari sekali dimulai dari 10
HST dengan konsentrasi 1-2 l MOL/14 l MOL ditujukan sebagai tambahan nutrisi bagi tumbuhan. MOL
dapat dibuat antara lain dari bahan limbah sayur-sayuran, buah-buahan, keong mas, buah maja, bonggol
pisang, nasi, dan rebung bambu. Sebagai bahan campurannya ditambahkan air bekas cucian beras,
gula/molase/air kelapa dan urin sapi/kelinci yang difermentasi selama 10-15 hari.
 Atau juga bisa dengan memberian atau penggunaan Azolla, Sesbaria dan Blue Green Algae sebanyak 2
t/ha
 Sebagai sumber N, Sesbania rostrata dan azolla bisa tumbuh dalam kondisi tergenang. Sesbania berumur
30-40 hari, Azolla dibenamkan ke dalam tanah secara berkala
Pengendalian Hama dan Penyakit

 Tindakan pencegahan terhadap hama dan penyakit dilakukan melalui pendayagunaan fungsi musuh alami
dan pemantauan berkala.
 Pengendalian hama dimulai saat pengolahan tanah, pesemaian, hingga fase generatif tanaman, berdasarkan
pada hasil pemantauan menggunakan pestisida nabati-hayati.
 Hama dan penyakit dikendalikan dengan menggunakan varietas tahan serta menanam secara serentak.
Panen dan Pasca Panen

 Panen dilakukan saat tanaman matang fisiologis: 90-95% bulir gabah telah menguning dan kadar air
gabah 22-27%.
 Panen dengan sabit dirontok dengan Threser, atau combine harvester.
 Perontokan dilakukan sesegera mungkin setelah
 Gabah kering panen dibersihkan sebelum
 Gabah dikeringkan sesegera mungkin setelah
 Pengeringan dengan penjemuran atau mesin
 Pengamatan kadar air dilakukan selama
 Pengeringan dilakukan hingga kadar air kurang atau sama dengan 14%.
 Gabah kering giling diistirahatkan selama satu malam sebelum digiling atau dikemas dalam karung
Peningkatan produksi padi di Indonesia akan terus dilakukan sejalan dengan laju peningkatan penduduk dan
alih fungsi lahan serta sejumlah tantangan lainnya melalui optimalisasi dan pengembangan budidaya pada
berbagai agroekosistem. Pengelolaan agroekosistem yang beragam melalui pemanfaatan inovasi dan teknologi
spesifik lokasi menjadi kunci utama keberhasilan.

Upaya optimalisasi dan pengembangan padi pada berbagai agroekosistem yang mengacu pada rekomendasi
spesifik lokasi ini diharapkan dapat mencapai target peningkatan produksi padi setiap tahunnya serta
berimplikasi terhadap peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani.

Pustaka

Rekomendasi Budidaya Padi Pada Berbagai Agroekosistem, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian tahun 2020.

Ya, pasti sudah terdengar umum bagi para petani di negeri


tercinta ini. Karena jenis padi ini merupakan salah satu bibit
padi unggul dengan hasil yang melimpah.

Memiliki ketahanan terhadap penyakit Hawar daun bakteri


strain III, agak tahan terhadap Hawar Daun Bakteri Strain IV,
tahan terhadap blas Ras 033, agak tahan terhadap Tungro, dan
agak rentan terhadap wereng coklat biotipe 1, 2, dan 3. Rasa
nasi pulen.dengan kadar amilosa 21,8%.

Walau tidak terlalu genjah umur Padi inpari 32 yang tergolong


pendek , yakni 107 hari setelah sebar. Dan hal tersebut yang
membuatnya semakin diminati para petani.
Keunggulan & Kekurangan Padi Inpari 32

Keunggulan Inpari 32 HDB.

Selain hasil yang sangat tinggi, keunggulan varietas Inpari 32


HDB antara lain:

 Tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri biotipe 3


 Tahan terhadap virus tungro ras langrang
 Tahan terhadap penyakit blas 033 serta 073

Kelemahan Inpari 32 HDB.

Untuk kekurangan inpari 32 HDB selain mudah roboh, Varietas


ini juga memiliki kelemahan antara lain:

 Agak Rentan terkena serangan hama wereng batang


coklat (WBC) biotipe 1, 2 dan 3.
 Karena bentuk gabah inpari 32 HDB berperut, biasanya
jenis gabah seperti ini harganya lebih murah

Anda mungkin juga menyukai