Anda di halaman 1dari 37

I.

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Padi adalah satu tanaman pangan utama yang penting dalam kehidupan manusia, karena

hasil tanaman padi yaitu beras merupakan sumber bahan makanan pokok. Kebutuhan pangan

beras akan terus meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk setiap tahunnya. kebutuhan

pangan beras pada tahun 2011 mencapai 34.000.000 ton, sementara produksi padi baru mencapai

20.619.985 ton yang bisa memenuhi kebutuhan beras nasional (Badan Pusat Statistik, 2012).

Padi merupakan makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia. Pemenuhan

kebutuhan akan beras selalu diprioritaskan oleh Pemerintah. Pada tahun 2014 produksi padi

Provinsi Aceh di perkirakan mencapai 1.97 juta ton gabah kering giling (GKG), atau mengalami

penurunan sebesar 1,82 juta ton(4,11%) di bandingkan produksi padi tahun 2013. Penurunan

angka produksi GKG juga akibat iklim dan cuaca yang berdampak pada gagal nya panen para

petani. Hermanto mengatakan, sesuai angka tetap (ATAP) tahun 2014 menunjukkan bahwa luas

panen padi seluruhnya 376,14 ribu hektare dengan jumlah produksi 1,82 juta ton gabah kering

giling. Namun pada subround Januari-April 2015 terealisasi laus panen padi sebesar 226,93

hektar (BPS Aceh, 2015).

Tanaman padi nutrisi untuk memacu pertumbuhannya. Pemupukan merupakan salah satu

usaha untuk mencukupi kebutuhan hara tanaman. Dengan memperbaiki pertumbuhan, akar

tanaman akan lebih berkembang masuk ke dalam tanah dan dapat lebih baik menggunakan

persediaan air di lapisan bawah tanah. Tanaman yang mendapat cukup hara dapat menyelesaikan

siklus hidup nya lebih cepat, sedangkan tanamanyang kekurangan hara dapat lebih lambat

dipanen, tetapi jika tanaman kelebihan hara jugatidak baik karena dapat meracuni tanaman,

sehingga pada proses pertumbuhan dan perkembangannya akan terganggu (Rasyid et al., 2010).
Penggunaan pupuk anorganik (kimia) secara terus menerus dan cenderung dalam jumlah

yang berlebihan, mengakibatkan bahan-bahan kimia pada pupuk kimia tersebar dan

menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan (Udiyanidan Setiawan, 2003). Pupuk organik

kotoran kelelawar (Guano) dapat menjadi alternatif pengganti pupuk anorganik. Guano memiliki

tingkat nitrogen terbesar setelah kotoran merpati. Namun menduduki urutan pertama dalam

kadar unsur fosfat, dan menduduki urutan tiga terbesar bersama kotoran sapi perah dalam kadar

kalium (Prasetyo, 2006). Berdasarkan hasil uji analisis, diketahui bahwa kotoran kelelawar,

mengandung Nitrogen 8,32%, Phospor 2,06%, Kalium 0,54%, C-organik 21,94%, rasio C/N 3

dan bahan organik 37,95%. Kandungan Nitrogen, C-organik, dan kadar P dalam kotoran

kelelawar termasuk dalam kategori sangat tinggi. Kadar K sedang dan rasio C/N yang sangat

rendah.

Endrizal dan Yulistia (2000) mengemukakan dengan pemberian 300 kg/ha pupuk guano

yang diikuti dengan 50 kg Urea, 50 kg TSP dan 50 kg KCl memberikan produksi padi sawah

5,25 ton/ha. Produksi ini sama dengan produksi hasil pada pemberian 150 kg Urea, 100 kg TSP

dan 50 kg KCl yang merupakan hasil tertinggi.

Dalam budidaya pertanian, peningkatan kandungan karbon di dalam tanah dapat

dilakukan melalui penanaman tanaman penutup tanah, penggunaan mulsa, pemberian kompos

atau pupuk kandang sering kali berhasil memperbaiki produktivitas tanah, memasok hara ke

tanaman, mempercepat siklus nutrisi melalui biomassa mikroba, dan menahan pupuk mineral

yang diberikan ke tanah. Namun, keuntungan pembenahan tanah seperti ini bersifat jangka

pendek, terutama di daerah tropis seperti Indonesia, karena cepat nya proses dekomposisi bahan

organik. Proses pembusukan dan mineralisasi bahan organik menjadi CO 2 dan gas rumah kaca

lainnya seperti metana hanya berlangsung dalam beberapa musim tanam sehingga perlu
penambahan bahan organik ke tanah diperlukan setiap tahun untuk mempertahankan kesuburan

tanah.

Selain penggunaan pupuk organik juga perlu diimbangi dengan penggunaan bahan

organic lain yang berfungsi sebagai pembenah tanah seperti biochar, karena biochar dapat

berfungsi untuk menambahkan unsur hara dalam tanah. Menurut Gani (2009) Biochar

merupakan arang hayati yang berasal dari pembakaran sekam padi tidak sempurna yang selama

ini merupakan limbah pertanian yang dapat menyuburkan tanah dan dapat digunakan sebagai

salah satu alternatif untuk pengelolaan tanah.

Pada dasarnya biochar berpotensi untuk memperbaiki sistem produksi padi sawah melalui

sifatnya dengan meningkatkan C-tanah secara berkelanjutan, bertambah nya retensi air dan hara

dalam tanah. Karbon hitam (C) atau lebih popular disebut biochar dapat mengatasi beberapa

keterbatasan dalam pengelolaan karbon. Kenyataan dan beberapa hasil penelitian menunjukkan

biochar dapat menambah kelembaban tanah dan kesuburan lahan pertanian. Biochar persisten di

dalam tanah yang dapat mencapai ribuan tahun.

Pada tanaman padi sawah khususnya di Indonesia, belum banyak dilaporkan tentang

efek penambahan pupuk guano dan biochar sebagai pembenah tanah terhadap pertumbuhan dan

hasil tanaman. Penelitian tentang manfaat biochar dan residunya sudah pernah dilakukan di

Sukamandi dan diperoleh hasil bahwa residu biochar mampu bertahan sampai empat kali musim

tanam padi sehingga perlu ada kajian lebih lanjut tentang manfaat pemberian Biochar dan Guano

terhadap tanaman padi sawah.

Berdasarkan uraian di atas belum diketahui dosis pupuk Guano dan Biochar yang sesuai

sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman padi. Untuk itu perludilakukan

penelitian lebih lanjut tentang penggunaan pupuk guano dan biochar.


1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan diatas, maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

a.) Apakah pemberian pupuk guano dan biochar bepengaruh terhadap pertumbuhan dan

hasil tanaman padi?

b.) Apakah ada interaksi antara pemberian pupuk guano dan biochar terhadap pertumbuhan

dan hasil tanaman padi ?

1.3 Tujuan Penelitian

a.) Mengetahui pengaruh pupuk guano terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi.

b.) Mengetahui pengaruh biochar terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi

c.) Mengetahui interaksi antara pupuk guano dan biochar pertumbhan dan hasil tanaman

padi.

1.4 Manfaat Penelitian

a.) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang manfaat pupuk

guano dan biochar terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi.

b.) Dapat rujukan baru tentang pupuk organik terutama guano dan biochar khususnya di

Aceh untuk digunakan pada tanaman padi.

c.) Dapat memberikan manfaat secara teoritis, sekurang-kurangnya berguna sebagai

pemikiran bagi yang membacanya

1.5 Hipotesis

a.) Pemberian pupuk guano berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman

padi.
b.) Pemberian biochar berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi.

c.) Terdapat interaksi nyata pemberian pupuk guano dan biochar terhadap pertumbuhan dan

hasil tanaman padi.

II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Taksonomi Tanaman Padi

Berdasarkan tata nama atau sistematik tumbuh-tumbuhan menurut, Tjitrosoepom (1994),

tanaman padi (oryza sativa L.) dimasukkan kedalam klasifikasi sebagai berikut:

Kingdom : Plantae (tumbuhan)

SubKingdom : Tracheabionta (tumbuhan berpembuluh)

Super divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji)

Divisi : Magniliophyta (tumbuhan berbunga)

Kelas : Lilliopsida (berkeping satu/monokotil)

Sub kelas : Commelinidae

Genus : Oryza Linn


Famili : Gramneae (poaceae)

Species :Oryza sativa L.

2.2 Morfologi Tanaman Padi

Tanaman padi merupakan tanaman berumur pendek. Biasanya tanaman ini tumbu kurang

dari satu tahun dan produksi satu kali. Setelah penanaman padi berbuah dan di panen, padi tidak

dapat tumbuh seperti semula lagi. Ada beberapa bagian morfologi tanaman padi sebagai berikut.

a. Akar

Akar pada tanaman padi ada 4 macam yaitu: Akar tunggang yaitu akar yang tumbuh pada

saat benih berkecambah, Akar serabut yaitu dapat tumbuh pada padi berumur 5-6 hari dan

berbentuk akar tunggang yang akan menjadi serabut, Akar rumput yaitu akar yang keluar dari

akar tunggang dan akar serabut, dan Akar tanjuk yaitu akar yang tumbuh dari ruas batang

permukaan.

b. Batang

Padi memiliki batang yang beruas seperti tanaman tebu. Panjang batang tergantung jenis

padi, padi jenis unggul biasanya memiliki batang pendek atau lebih pendek dari lokal. Namun,

jenis padi rawa dapat tumbuh dengan panjang 2-6 meter.

c. Anakan

Tanaman padi memiliki bentuk rumpun dengan anaknya. Biasaya , anakan akan tumbuh

pada dasar batang indukan. Pembentukan anakan terjadi secara bersusun, yaitu anakan pertama,

anakan kedua, anakan ketiga dan anakan selanjutnya.

d. Daun

Tananaman padi termasuk jenis rumputan memiliki daun yang hampir sama dengan

rumputan lain. Namun, ciri khas pada tanaman padi adalah bersisir dan memiliki telinga daun.
e. Bunga

Tanaman padi memiliki bunga berwarna hijau dan kekuningan, jika telah matang atau

sempurna bunga akan menjadi padi dan berwarna kuning pekat. pembungan padi terjadi karena

peyerbukan pada padi jantan dan betina.

2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Padi

Tanaman padi secara umum membutuhkan suhu minimum 11°-25°C untuk

perkecambahan, 22°-23°C untuk pembungaan, 20°-25°C untuk pembentukan biji, dan suhu yang

lebih panas dibutuhkan untuk semua pertumbuhan karena merupakan suhu yang sesuai bagi

tanaman padi khususnya di daerah tropika. Suhu udara dan intensitas cahaya di lingkungan

sekitar tanaman berkorelasi positif dalam proses fotosintesis, yang merupakan proses pemasakan

oleh tanaman untuk pertumbuhan tanaman dan produksi buah atau biji (AAK, 1990).

Tanaman padi dapat tumbuh dengan baik di daerah yang berhawa panas dan banyak

mengandung uap air dengan curah hujan rata-rata 200 mm/bulan atau lebih, dengan distribusi

selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki sekitar 1500-2000 mm/tahun dengan ketinggian

tempat berkisar antara 0-1500 m dpl dan tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi

adalah tanah sawah dengan kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dengan perbandingan

tertentu dan diperlukan air dalam jumlah yang cukup yang ketebalan lapisan atasnya sekitar 18-

22 cm dengan pH 4-7 (Surowinoto, 1982).

Interaksi antara tanaman dengan lingkungannya merupakan salah satu syarat bagi

peningkatan produksi padi. Iklim dan cuaca merupakan lingkungan fisik esensial bagi

produktivitas tanaman yang sulit dimodifikasi sehingga secara langsung dapat mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan tanaman tersebut. Di Indonesia faktor curah hujan dan

kelembaban udara merupakan parameter iklim yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman pangan khususnya. Hal ini disebabkan faktor iklim tersebut memiliki

peranan paling besar dalam menentukan kondisi musim di wilayah Indonesia (Suparyono dan

Agus Setyono, 1994).

2.4 Peranan Guano terhadap Peningkatan Kesuburan Tanah dan Pertumbuhan


Tanaman Padi

Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari alam, yang berupa sisa-sisa organisme

hidup baik sisa tanaman maupun sisa hewan. Pupuk organik mengandung unsur-unsur hara baik

makro maupun mikro yang dibutuhkan oleh tumbuhan, supaya dapat tumbuh dengan subur.

Beberapa jenis pupuk yang termasuk pupuk organik adalah pupuk kandang, pupuk hijau, kompos

dan pupuk guano (Winarni et al., 2013).

Guano merupakan bahan yang kaya akan nitrogen dan fosfor. Berdasarkan komposisi

kimianya dan tingkat hancuran iklimnya, Kotabe (1997) dalam Suwarno dan Komaruddin (2007)

mengklasifikasikan guano menjadi dua kelompok, yaitu guano nitrogen (nitrogenous guano)

yang juga disebut guano segar (fresh guano) dan guano fosfat (phosphatic guano).

Dari hasil analisis yang dilakukan, diperoleh bahwa pupuk guano yang akan digunakan

berbentuk granular yang memiliki pH 7,98; N-total 0,22%; P 2O5-total 21,34%; K2O 0,08% dan

C/N 31,64% (Laboratorium Tanah BPTP Sumut, 2014). Terlihat bahwa C/N dalam pupuk guano

tersebut masih sangat tinggi sehingga membutuhkan pengolahan tanah bersamaan dengan

aplikasi pupuk ini. Hal tersebut dikarenakan kecepatan dekomposisi bahan organik ditunjukkan

oleh perubahan imbangan C/N. Selama proses mineralisasi, imbangan C/N bahan-bahanyang

banyak mengandung N akan berkurang menurut waktu. Kecepatan kehilangan C lebih besar dari

pada N, sehingga diperoleh imbangan C/N yang lebih rendah (10-20). Apabila kandungan C/N
sudah mencapai angka tersebut, artinya proses dekomposisi sudah mencapai tingkat akhir.

Nisbah C/N yang baik antara15-20 dan akan stabil pada saat mencapai perbandingan 15. Nisbah

C/N yang terlalu tinggi mengakibatkan proses berjalan lambat karena kandungan nitrogen yang

rendah. C/N rasio akan mencapai kestabilan saat proses dekomposisi berjalan sempurna (Badan

Litbang Pertanian, 2011).

Guano nitrogen maupun guano fosfat merupakan bahan pupuk organik yang mengandung

N dan P cukup tinggi. Kandungan nitrogen dalam guano nitrogen jauh lebih tinggi dari pada

yang terdapat dalam pupuk kandang, limbah pertanian, maupun sampah kota. Demikian juga

halnya dengan kandungan fosfat dalam guano fosfat. Selain itu, karena guano nitrogen maupun

guano fosfat merupakan bahan organik yang telah mengalami hancuran iklim, senyawa nitrogen

dan fosfat dalam kedua bahan tersebut relatif mudah tersedia bagi tanaman dibandingkan dengan

pupuk kandang segar, limbah pertanian, serta sampah rumah tangga. Dengan demikian, guano

nitrogen maupun guano fosfat merupakan pupuk organik yang bemilai tinggi, sehingga keduanya

sangat potensial untuk dimanfaatkan dalam pertanian organik maupun pertanian alami (Suwarno

dan Komaruddin, 2007).

Kemungkinan penggunaan pupuk guano secara langsung di Indonesia terkait dengan 3

hal, yaitu: a) mulai berkembangnya sistem pertanian organik dapat memberikan harapan bagi

penggunaan pupuk alami seperti guano, b) dicabutnya subsidi pupuk yang menyebabkan harga

pupuk buatan menjadi mahal sehingga perlu dicari pupuk altematif yang lebih murah, dan c)

adanya isu penghematan energi yang dicanangkan oleh presiden menyebabkan penggunaanbahan

pupuk setempat secara langsung menjadi salah satu pilihan (Suwarno dan Komaruddin, 2007).

Dalam penelitian Widiyanti dan Maya (2010) bahwa perlakuan residu pupuk guano

dengan dosis 108 kg/ha berpengaruh cenderung nyata pada saat tanaman kedelai berumur 7 MST
menghasilkan tinggi tanaman paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan residu pupuk guano

lainnya pada setiap minggu, menghasilkan bobot basah, bobot kering, dan jumlah polong isi

tertinggi.

Dalam penelitian Nurahmi et al. (2011) menunjukkan bahwa tanaman cabai tertinggi

terdapat pada umur 15 HST, 30 dan 45 HST, jumlah cabangp roduktif terbanyak, jumlah buah

per tanaman terbanyak dan buah per tanaman yang terberat terdapat pada pupuk guano yang

berbeda nyata dengan duaperlakuan pupuk lainnya yaitu kompos dan pupuk cair.

2.5 Penelitian dan Pengembangan Biochar

Menurut Nurida et al. (2010), untuk mempercepat pemulihan sifat fisika tanah perlu

dilakukan upaya rehabilitasi lahan dengan menggunakan berbagai bahan amelioran yang mudah

tersedia. Salah satu upaya perbaikan kualitas tanah yang dapat ditempuh adalah penggunaan

bahan-bahan yang tergolong sebagai bahan pembenah tanah.

Dalam upaya meningkatkan kualitas sifat fisika tanah, sebaiknya dipilih bahan pembenah

dari bahan yang sulit terdekomposisi agar dapat bertahan lama dalam tanah.Bahan yang mudah

diperoleh dan relatif murah adalah penggunaan limbah pertanian salah satu diantaranya sekam

padi. Bahan tersebut sangat sulit didekomposisi, dan dalam penerapannya diperlukan proses

antara yaitu pembakaran tidak sempurna (pyrolisis) sehingga diperoleh arang yang mengandung

karbon aktif untuk diaplikasikan ke dalam tanah. Ada tiga keuntungan utama dari aplikasi

biochar sebagai suplemen tanah yakni deposit karbon di tanah, mereduksi gas rumah kaca dan

meningkatkan kesuburan tanah. Keuntungan lain dengan penambahan arang (biochar) ke tanah

adalah (1) memperbaiki & mempercepat pertumbuhan, (2) mengurangi penggunaan pupuk, (3)

mengurangi sejumlah nutrisi hilang/tercuci, (4) mengurangi gas rumah kaca dengan cara
menyerap CO2 dari atmosfer, (5) memperbaiki kemampuan menyerap air dan (6) menambah

jumlah mikroba dan jasad renik di dalam tanah (Chemmeco, 2009).

Manfaat ganda dari penggunaan biochar dalam pembangunan pertanian berupa perbaikan

produktivitas lahan dan tanaman serta mengurangi emisi CO 2 ke udara. Pendekatan adaptasi

yang efektif dengan kehidupan yang beragam dan fleksibel antar sektor terkait akan mengurangi

ketergantungan produk pada sumber daya yang sensitif terhadap iklim. Diversifikasi usaha di

pedesaan dalam waktu singkat mungkin dapat mengurangi pendapatan petani, tapi akhirnya akan

melindungi mereka dari kekurangan pangan dan masalah-masalah peka lainnya di masa yang

akan datang (FAO, 2009).

Berbagai penelitian yang telah dilaksanakan menunjukkan bahwa aplikasi biochar

mempunyai manfaat agronomis yang nyata. Namun hasil penelitian tersebut tidak bersifat

universal karena beberapa penelitian lain juga ada yang menunjukkan hasil yang berbeda atau

bahkan efek yang negatif. Hal ini disebabkan oleh luasnya kisaran sifat-sifat berbagai biochar,

sesuai bahan dasarnya, serta interaksi yang beragam antara biochar dan berbagai tipe tanah.

Karena itu masih dibutuhkan penelitian untuk pengembangan pemanfaatan biochar ini secara

umum. Memonitor perubahan sifat biochar dan pengaruhnya terhadap kesuburan tanah yang

disebabkan oleh proses abiotik dan biotik serta penambahan pupuk organik dan anorganik. Hasil-

hasil menunjukkan bahwa pengaruh proses abiotik lebih penting dari yang diperkirakan

sebelumnya terhadap peningkatan indeks stabilitas agregat permukaan biochar.

Penambahan biochar ke tanah meningkatkan ketersediaan kation utama dan P, sebagai

mana juga total konsentrasi N dalam tanah. indeks stabilitas agregat dan pH sering meningkat,

berturut-turut sampai 40% dari indeks stabilitas agregat awal dan sampai satu unit pH. Tingginya
ketersediaan hara bagi tanaman merupakan hasil dari bertambahnya nutrisi secara langsung dari

biochar dan meningkatnya retensi hara.

Pengelolaan tanah dengan menggunakan biochar dapat meningkatkan pH dan

ketersediaan hara, tidak hanya menaikkan hasil tanaman dan mengurangi resiko kegagalan panen

tapi juga produksinya lebih bergizi dan mudah dipasarkan.

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat danWaktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2017 sampai dengan Agustus 2017 di

Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Abulyatama Aceh Besar. Analisis tanah awal

dilaksanakan di Laboratorium Analisis Tanah danTanaman di Fakultas Pertanian Universitas

Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh.

3.2 Bahan dan Alat

a. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah inceptisol, pupuk guano

diperoleh di Kecamatan Laweung, Kabupaten Pidie, biochar arang sekam yang dibuat di Rumah

Kaca Fakultas Pertanian Universitas Abulyatama Aceh, pupuk anorganik yang digunakan berupa

Pupuk N (bersumber dari Urea), pupuk P (bersumber dari SP-36), dan pupuk K (bersumber dari

KCl). Sementara tanaman padi adalah varietas Inpari 30.

b. Alat

Adapun alat yang akan digunakan dalam penelitian ini berupa timba ukuran 20 liter,

pisau, kantong plastik, spidol, papan label, cangkul, dan timbangan analitik, kamera, alat tulis

menulis.

3.3 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial dengan 3

kelompok ulangan. Ada 2 Faktor yang diteliti yaitu peberian pupuk guano dan penggunaan

biochar. Pemberian guano terdiri atas empat taraf perlakuan yaitu:

G0 = Tanpa Guano (0 g/rumpun)

G1 = 5 ton/ha (37,5 gr/rumpun)

G2 = 10 ton/ha (75 g/rumpun)

G3 = 15 ton/ha (112,5 g/rumpun)

Faktor kedua adalah Biochar (B) terdiriatas :

B0 = Tanpa Biochar (0 g/rumpun)

B1 = 5 ton/ha (37,5 g/rumpun)

B2 = 10 ton/ha (75 g/rumpun)


Dengan demikian terdapat 12 kombinasi perlakuan dan setiap kombinasi perlakuan

diulang tiga kali, sehingga terdapat 36 satuan percobaan. Adapun kombinasi perlakuan dapat di

lihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kombinasi perlakuan antara pupuk Guano dan Biochar

Pupuk Guano Biochar


g/ g/
Kom
ru ru
binasi
No Ton/ m m
Perla Ton/ha
ha p p
kuan
u u
n n
G0B0 Tan 0 Tanpa 0
G0B1 pa 0 Biochar 3
G0B2 guan 0 5 7,
G1B0 o 3 ton/ha 5
G1B1 Tan 7, 10 7
G1B2 pa 5 ton/ha 5
G2B0 guan 3 Tanpa 0
G2B1 o 7, Biochar 3
G2B2 Tan 5 5 7,
10 G3B0 pa 3 ton/ha 5
11 G3B1 guan 7, 10 7
12 G3B2 o 5 ton/ha 5
5 7 Tanpa 0
ton/ 5 Biochar 3
ha 7 5 7,
5 5 ton/ha 5
ton/ 7 10 7
ha 5 ton/ha 5
5 1 Tanpa 0
ton/ 1 Biochar 3
ha 2, 5 7,
10 5 ton/ha 5
ton/ 1 10 7
ha 1 ton/ha 5
10 2,
ton/ 5
ha 1
10 1
ton/ 2,
ha 5
15
ton/
ha
15
ton/
ha
15
ton/
ha

3.4 Pelaksanaan Penelitian

a. Analisis Awal Contoh Tanah

Pengambilan tanah dilakukan secara komposit, masing-masing komposit terdiri dari tiga

titik sampel. Analisis contoh tanah awal dilakukan dua minggu sebelum dilakukan penelitian.

Adapun analisis sifat kimia tanah yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Parameter analisis sifat kimia tanah

Aspek Analisis
No Metode Analisis
Kimia Tanah
1 pH (H2O) Elektrometer
2 C-Organik (%) Walkley dan Black
3 N-Total Kjeldahl
4 P-Tersedia (ppm) Bray II
5 P-Total Ekstraksi HCl 25%
Ekstrak 1 N NH4OAc ( pH
6 K-dd
7,0)

b. Pengecambahan Benih

Benih dikecambahkan dalam Petridis yang sudah diisi dengan tiga lembar kertas buram

yang sudah dibasahi. Benih padi yang sudah disiapkan diletakkan diatas kertas buram yang

sudah dibasahi kemudian dibiarkan selama 5 hari.


c. Persiapan Media Tanam

Penelitian ini menggunakan tanah Inceptisol yang diambil dari kedalaman 0–20 cm.

Media tanah yang masih berupa bongkahan dihancurkan dan dipisahkan dari kerikil, rumput dan

benda asing lainnya. Setelah hancur tanah diayak menggunakan ayakan dengan ukuran 12 mesh.

Masing-masing ember yang telah disiapkan diisi dengan media tanah sebanyak 15 kg. Kemudian

media tanah dicampurkan dengan pupuk guano, biochar dan air sesuai dengan perlakuan dan

dibiarkan selama 2 minggu sampai tanah dalam kondisi macak-macak.

d. Penanaman

Penanaman kedalam media tanam dilakukan dengan menggunakan pinset pada tiap posisi

tanam benih, ditanam empat benih yang telah dikecambahkan dengan jarak antar benih 5 cm dan

jarak dengan pinggir ember 7 cm. Tiap lubang ditanami dengan satu benih padi yang telah

dikecambahkan selama 5 hari (dipilih benih yang sudah tumbuh baik). Kemudian disebarkan

Furadan kepermukaan media yang sudah ditanami sebanyak ± 0,5 g/ember. Setelah 1 minggu

yang dipertahankan hanya 2 tanaman yang tumbuh paling baik. Pengamatan dilakukan pada

kedua tanaman tersebut.

e. Pupuk Dasar

Pemberian pupuk dasar dilakukan berupa pupuk NPK yang bersumber dari Urea (N), SP

36 (P), dan KCL (K). Pemberian pupuk Urea (1,65 g/rumpun) dilakukan sebanyak 2 tahap yaitu

½ bagian pada saat tanam (0,825 g/rumpun), dan ½ bagian 30 HST (0,825 g/rumpun), sedangkan

pupuk SP 36 (0,75 g/rumpun) dan KCL (0,75 g/rumpun) diberikan semua dosis pada awal

penanaman.

f. Aplikasi Pupuk Guano dan Biochar


Pemberian pupuk guano dan biochar diberikan pada saat pengolahan media tanam

sebelum perendaman dilakukan.

g. Pemeliharaan

Pemeliharaan dilakukan meliputi penyiraman, penyiangan, pengendalian hama dan

penyakit. Penyiraman dilakukan 3 kali sehari, penyiangan dilakukan tiap satu minggu sekali dan

pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan pemberian Furadan saat tanam 0,5 g/ember

dan penyemprotan insektisida yaitu: Dharmasan sebanyak 2 ml/l air dengan melihat kondisi

tanaman sejak mulai tanam hingga pengamatan terakhir.

h. Pemanenam

Pemanenan padi tidak akan menguntungkan dan memuaskan jika prosesnya dilakukan

dengan cara yang kurang benar dan pada umur panenyang tidak tepat. Cara panen yang tidak

baik akan menurunkan kehilangan hasil secara kuantitatif, sedang saat panen yang tepat akan

menentukan kualitas gabah dan beras. Panen harus dilakukan bila bulir padi sudah cukup

dianggap masak. Panen yang kurang tepat dapat menurunkan kualitas dari gabah maupun beras.

Adapun tanda-tanda padi siap panen yaitu: a.) 95 % gabah sudah menguning dan daun bendera

telah mengering, b.) Umur optimal malai 30 - 35 hari terhitung sejak hari sesudah berbunga

(HSB), c.) Kadar air berkisar 21 -26%, d.) Kerontokan gabah sekitar 16-30 % (Cara

mengukurnya dengan meremas malai dengan tangan). Sebelum dilakukan pemanenan terlebih

dahulu air dikeringkan didalam pot selama 7-10 hari sebelum panen dan mengunakan sabit

bergerigi sebangai alat panen untuk memotong pangkal batang. Hasil panen di simpan dalam

suatu wadah atau tempat yang sudah disediakan.

3.5 Pengamatan

a. Tinggi Tanaman (cm)


Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang sampai ujung daun tertinggi mulai

umur 15, 30, 45 dan 60 HST.

b. Jumlah anakan Per Rumpun

Perhitungan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur mulai umur 15, 30, 45 dan

60 HST.

c. Bobot 1000 Butir Gabah Per Rumpun (g)

Dihitung pada saat setelah dilakukan pemanenan yaitu pada saat tanaman berumur 111

HST. Butir tanaman yang sudah di rontokan kemudian ditimbang menggunakan

timbangan analitik.

d. Berat Gabah Berisi Per Rumpun (g)

Dihitung pada saat setelah dilakukan pemanenan yaitu pada saat tanaman berumur 111

HST. Gabah yang sudah dipotong kemudian ditimbang menggunakan timbangan

analitik.

e. Berat Gabah Hampa Per Rumpun (g)

Dihitung pada saat setelah dilakukan pemanenan yaitu pada saat tanaman berumur 111
HST. Gabah yang sudah dipotong kemudian ditimbang menggunakan timbangan
analitik.

3.6 Analisis Data

Analisis yang akan digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL). Model matematika

dari rancangan yang digunakan dalam peneliian ini adalah sebagai berikut: Yijk = µ + Gi + Bj +

(GB)ij + εijk
Keterangan:

Yijk : hasil yang diproleh dari hasil pemberian pupuk guano (G)

pada taraf ke – i dengan pupuk biochar (B) pada taraf ke – j

µ : Nilai rata - rata

Gi : Pengaruh pupuk guano (G) pada taraf ke – i (i = 1, 2, 3

dan 4)

Bj : Pengaruh jenis pupuk biochar (B) pada taraf ke – j (j = 1,

2, dan 3)

(GB)ij : Pengaruh interaksi factor pupuk guano (G) pada taraf ke –

i dan factor pupuk biochar (B) pada taraf ke – j

εijk : Eror / Galat percobaan

Semua data di analisis dengan uji F, apabila uji F menunjukkan pengaruh yang nyata

maka dilanjutkan dengan uji BNT pada level 5%. Untuk membedakan rata-rata antar perlakuan

digunakan rumus sebagai berikut :

BNT0,05 = t0,05 (dbg)


√ 2 KTg
r
Keterangan :

dbg = derajat bebas galat

KTg = Kuadrat tengah galat

r = Ulangan
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik, 2012. http://menulisdikoran.blogspot.com/2012/04/impor-beras-indonesia-


mencapai-7.html. diakses pada tanggal 25 Januari 2014.

Badan Pusat Stasistik Aceh. 2015. Aceh dalam Angka. BPS.Aceh.

Badan Litbang Pertanian. 2011. Ragam Inovasi Pendukung Pertanian Daerah. Agro
Inovasi.www.litbang.deptan.go.id.

Chemmeco, Inc, 2009. Biomass waste Processig with Continous Pyrolysis Tekhnology for
Indonesia and SE Asia Region, Renewable Energy and Environtment Solution.

Endrizal dan Yulistia (2000).Efisiensi penggunaan pupuk nitrogen dengan penggunaan pupuk
organik pada tanaman padi sawah. (http://bp2tp.litbang.deptan.go.id). Tanggal akses :
20 April 2011.

FAO, 2009.Climate change mitigation and adaptation in agriculture, forestry and fisheries.
Office of The Assistant Direct or-General Natural Resources Management and
Environment Department Food and Agriculture Organization of The United Nation
Viable delle Terme di Caracalla-00153 Rome, Italy.

Gani, 2009. Iptek Tanaman Pangan (ISSN 1907-4263) Vol.4 No.1 Juli 2009.

Nurida, NL., A. Dariah dan A. Rachman, 2010. Kualitas Limbah Pertanian Sebagai Bahan Baku
Pembenah Tanah Berupa Biochar Untuk Rehabilitasi Lahan.

Nurahmi, E., T. Mahmud dan S. Rossiana. 2011. Efektivitas Pupuk Organik Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Cabai MErah. J. Floratek 6 : 158-164.

Milne, E., D. S. Polwson, and C. E. Cerri.2007. Soil carbon stocks at regional scales (preface).
J.Agriculture, Ecosysistem and Environmental 122:1-2

Prasetyo S, 2006. Guano bahan pupuk organik yang


diremehkan.http://jurnalbumi.wordpress.com/2006/01/18/guano-bahan-pupuk organik-
yang-diremehkan-2/. Diunduh tanggal 12 Januari 2014.
Rasyid, B., Samosir S. S. R, dan Sutomo, F. 2010.Respon tanaman jagung (Zea mays L.) pada
berbagai regim air tanah dan pemberian pupuk nitrogen.Prosiding Pekan Serealia
Nasional. Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makasar.
Rosmarkam, A. dan N. W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius, Yogyakarta.

Suwarno dan K. Idris. 2007.POtensi dan Kemungkinan Penggunaan Guano Seara Langsung
sebagai Pupuk di Indonesia. Jurnal Tanah dan Lingkungan, ( (1) ; 37 – 43.

Taslim, H. 1989. Pemupukan Padi Sawah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Pangan. Bogor.

Triyanto, A., N. Hidayat dan Pudjiarti. 2013. Pengaruh Lebel Pemberian Pupuk Organik Granul
Terhadap Produksi Bahan Kering, Jumlah ANakan dan TInggi Tanaman Pada Rumput
Gajah Defoliasi Ketiga. Jurnal Ilmiah Peternakan 1 (1);374-380.

Udiyani PM, Setiawan MB, 2003.Kajian terhadap pencemaran lingkungan didaerah petanian
berdasarkan data radioaktivitas alam.20Prosiding/Lingkungan/Bapeten/artikel/Pande-
Made-Udiyani-172.pdf. Diunduh tanggal 12 Januari 2013.

Winarni, E., R. D. Ratnani dan I. Riwayati. 2013 Pengaruh Jenis Pupuk Organik Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Kopi. Momentum, 9 (1) : 35-39.

Widiyanti, E dan M. Melati. 2010. Pengaruh Residu Pupuk Kandang Sapid an Guano Terhadap
Produksi Kedelai (Glycine max (L.) Merr) Panen Muda dengan Budidaya
Organik.Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB. Bogor.

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Tinggi Tanaman Padi Pada Umur 15 Hari Setelah Tanam (HST) Akibat Pengaruh
Pemberian Pupuk Guano dan Biochar (cm).
Ulangan
Perlakuan Jumlah Rerata
I II III
G 0B 0 35 35 34 104 34,67
G 0B 1 43 37 36 116 38,67
G 0B 2 41 39 37 117 39,00
G 1B 0 37 35 37 109 36,33
G 1B 1 41 38 40 119 39,67
G 1B 2 38 37 39 114 38,00
G 2B 0 24 30 31 85 28,33
G 2B 1 35 33 40 108 36,00
G 2B 2 33 30 41 104 34,67
G 3B 0 22 22 33 77 25,67
G 3B 1 38 40 35 113 37,67
G 3B 2 30 40 38 108 36,00
Jumlah 417 416 441 1274 424,67
Ῡ = 35,39

Lampiran 2. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Padi Pada Umur 15 Hari Setelah Tanam (HST)
Akibat Pengaruh Pemberian Pupuk Guano dan Biochar (cm).
Ftabel
F
S D J K h 0 0
P
K b K T i , ,
t 0 0
5 1

1
9 6
7 5 5 3 4
, , , , ,
4 8 0 0 7
G 3 4 1 1 ** 1 2

B 2 3 1 1 ** 3 5
1 5 2 , ,
5 7 , 4 6
, , 0 0 1
3 6
9 9 0

9 1
0 5 1 2 3
G , , , , ,
X 3 0 1 5 6
B 6 9 6 5 tn 1 7

3
1 1
G 5 3
al , ,
a 2 3 1
t 4 3 4

9
1
T 8
o ,
t 3 5
al 5 6

Keterangan : tn = tidak berpengaruh nyata KK = 10,24 %


** = Berpengaruh Sangat Nyata

Lampiran 3. Tinggi Tanaman Padi Pada Umur 30 Hari Setelah Tanam (HST) Akibat Pengaruh
Pemberian Pupuk Guano dan Biochar (cm).
Ulangan
Perlakuan Jumlah Rerata
I II III
G 0B 0 56,6 58,5 25 140,1 46,70
G 0B 1 56,5 55 53 164,5 54,83
G 0B 2 57,5 63 56 176,5 58,83
G 1B 0 61 57 57 175 58,33
G 1B 1 62 61 60 183 61,00
G 1B 2 57 60 59 176 58,67
G 2B 0 51 57 55 163 54,33
G 2B 1 54 60 58 172 57,33
G 2B 2 60 57 62 179 59,67
G 3B 0 60 59 62 181 60,33
G 3B 1 61 61 56,2 178,2 59,40
G 3B 2 54,5 60 57,5 172 57,33
Jumlah 691,1 708,5 660,7 2060,3 686,77
Ȳ= 57,23

Lampiran 4. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Padi Pada Umur 30 Hari Setelah Tanam (HST)
Akibat Pengaruh Pemberian Pupuk Guano dan Biochar (cm).
Ftabel
SK db JK KT Fhit P
0,05 0,01
G 3 197,07 65,69 1,87 tn 3,01 4,72
B 2 97,08 48,54 1,38 tn 3,40 5,61
GXB 6 201,98 33,66 0,96 tn 2,51 3,67
Galat 24 844,00 35,17
Total 35 1340,14
Keterangan : tn = tidak berpengaruh nyata KK = 10,36 %

Lampiran 5. Tinggi Tanaman Padi Pada Umur 45 Hari Setelah Tanam (HST) Akibat Pengaruh
Pemberian Pupuk Guano dan Biochar (cm).
Ulangan
Perlakuan Jumlah Rerata
I II III
G0B0 65 64 68 197 65,67
G0B1 75 68 58 201 67,00
G0B2 67 77 65 209 69,67
G1B0 72 72 66 210 70,00
G1B1 74 73 68 215 71,67
G1B2 68 75 68 211 70,33
G2B0 71 65 67 203 67,67
G2B1 63 65 64 192 64,00
G2B2 74 70 73 217 72,33
G3B0 68 65 74 207 69,00
G3B1 76 77 63 216 72,00
G3B2 71 73 69 213 71,00
Jumlah 844 844 803 2491 830,33
Ȳ = 69,19
Lampiran 6. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Padi Pada Umur 45 Hari Setelah Tanam (HST)
Akibat Pengaruh Pemberian Pupuk Guano dan Biochar (cm).
Ftabel
SK db JK KT Fhit P
0,05 0,01
G 3 79,42 26,47 1,23 tn 3,01 4,72
B 2 50,39 25,19 1,17 tn 3,40 5,61
GXB 6 97,83 16,31 0,76 tn 2,51 3,67
Galat 24 516,00 21,50
Total 35 743,64
Keterangan : tn = tidak berpengaruh nyata KK = 6,70%

Lampiran 7. Tinggi Tanaman Padi Pada Umur 60 Hari Setelah Tanam (HST) Akibat Pengaruh
Pemberian Pupuk Guano dan Biochar (cm).
Ulangan
Perlakuan Jumlah Rerata
I II III
G0B0 68 66,5 72,5 207 69,00
G0B1 76 77 69 222 74,00
G0B2 77,5 77 70 224,5 74,83
G1B0 76 77 71 224 74,67
G1B1 79 79 72 230 76,67
G1B2 74,5 76 77 227,5 75,83
G2B0 71 66,5 70 207,5 69,17
G2B1 66,5 70,5 69 206 68,67
G2B2 76 71 77 224 74,67
G3B0 72 65 78 215 71,67
G3B1 79 76 74 229 76,33
G3B2 73,5 75 77 225,5 75,17
Jumlah 889 876,5 876,5 2642 880,67
Ȳ = 73,39
Lampiran 8. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Padi Pada Umur 60 Hari Setelah Tanam (HST)
Akibat Pengaruh Pemberian Pupuk Guano dan Biochar (cm).
Ftabel
SK Db JK KT Fhit P
0,05 0,01
G 3 122,22 40,74 3,34 * 3,01 4,72
B 2 101,01 50,51 4,14 * 3,40 5,61
GXB 6 66,65 11,11 0,91 tn 2,51 3,67
Galat 24 292,67 12,19
Total 35 582,56
Keterangan : tn = tidak berpengaruh nyata KK = 6,70 %
* = Berpengaruh Nyata

Lampiran 9. Jumlah Anakan Per Rumpun Tanaman Padi Pada Umur 15 Hari Setelah Tanam
(HST) Akibat Pengaruh Pemberian Pupuk Guano dan Biochar.
Ulangan
Perlakuan Jumlah Rerata
I II III
G0B0 5 2 3 10 3,33
G0B1 4 5 5 14 4,67
G0B2 7 5 5 17 5,67
G1B0 4 5 4 13 4,33
G1B1 6 5 5 16 5,33
G1B2 6 6 6 18 6,00
G2B0 2 2 2 6 2,00
G2B1 4 3 5 12 4,00
G2B2 4 2 5 11 3,67
G3B0 2 2 4 8 2,67
G3B1 4 4 3 11 3,67
G3B2 2 6 5 13 4,33
Jumlah 50 47 52 149 49,67
Ȳ= 4,14
Lampiran 10. Analisis Ragam Jumlah Anakan Per Rumpun Tanaman Padi Pada Umur 15 Hari
Setelah Tanam (HST) Akibat Pengaruh Pemberian Pupuk Guano dan Biochar.
Ftabel
SK db JK KT Fhit P
0,05 0,01
G 3 22,75 7,58 6,50 ** 3,01 4,72
B 2 21,56 10,78 9,24 ** 3,40 5,61
GXB 6 2,00 0,33 0,29 tn 2,51 3,67
Galat 24 28,00 1,17
Total 35 74,31
Keterangan : tn = tidak berpengaruh nyata KK = 26,10 %
** = Berpengaruh Sangat Nyata

Lampiran 11. Jumlah Anakan Per Rumpun Tanaman Padi Pada Umur 30 Hari Setelah Tanam
(HST) Akibat Pengaruh Pemberian Pupuk Guano dan Biochar.
Ulangan
Perlakuan Jumlah Rerata
I II III
G0B0 19 19 19 57 19,00
G0B1 22 21 14 57 19,00
G0B2 24 28 22 74 24,67
G1B0 21 23 22 66 22,00
G1B1 23 21 24 68 22,67
G1B2 22 16 28 66 22,00
G2B0 19 16 17 52 17,33
G2B1 23 17 27 67 22,33
G2B2 19 19 20 58 19,33
G3B0 20 10 22 52 17,33
G3B1 20 22 16 58 19,33
G3B2 14 25 22 61 20,33
Jumlah 246 237 253 736 245,33
Ȳ = 20,44

Lampiran 12. Analisis Ragam Jumlah Anakan Per Rumpun Tanaman Padi Pada Umur 30 Hari
Setelah Tanam (HST) Akibat Pengaruh Pemberian Pupuk Guano dan Biochar.
Ftabel
SK Db JK KT Fhit P
0,05 0,01
G 3 54,44 18,15 1,22 tn 3,01 4,72
B 2 45,39 22,69 1,52 tn 3,40 5,61
GXB 6 71,72 11,95 0,80 tn 2,51 3,67
Galat 24 357,33 14,89
Total 35 528,89
Keterangan : tn = tidak berpengaruh nyata KK = 18,87 %

Lampiran 13. Jumlah Anakan Per Rumpun Tanaman Padi Pada Umur 45 Hari Setelah Tanam
(HST) Akibat Pengaruh Pemberian Pupuk Guano dan Biochar.
Ulangan
Perlakuan Jumlah Rerata
I II III
G0B0 19 16 20 55 18,33
G0B1 22 24 16 62 20,67
G0B2 23 21 18 62 20,67
G1B0 22 26 21 69 23,00
G1B1 21 22 23 66 22,00
G1B2 22 27 22 71 23,67
G2B0 30 23 23 76 25,33
G2B1 22 24 26 72 24,00
G2B2 22 14 23 59 19,67
G3B0 37 34 25 96 32,00
G3B1 27 21 26 74 24,67
G3B2 18 24 21 63 21,00
Jumlah 285 276 264 825 275,00
Ȳ = 22,92

Lampiran 14. Analisis Ragam Jumlah Anakan Per Rumpun Tanaman Padi Pada Umur 45 Hari
Setelah Tanam (HST) Akibat Pengaruh Pemberian Pupuk Guano dan Biochar.
SK Db JK KT Fhit P Ftabel
0,05 0,01
G 3 162,08 54,03 4,40 * 3,01 4,72
B 2 70,17 35,08 2,86 tn 3,40 5,61
GXB 6 185,83 30,97 2,52 * 2,51 3,67
Galat 24 294,67 12,28
Total 35 712,75
Keterangan : tn = tidak berpengaruh nyata KK = 15,29 %
* = Berpengaruh Nyata
** =Berpengaruh Sangat Nyata

Lampiran 15. Jumlah Anakan Per Rumpun Tanaman Padi Pada Umur 60 Hari Setelah Tanam
(HST) Akibat Pengaruh Pemberian Pupuk Guano dan Biochar.
Ulangan
Perlakuan Jumlah Rerata
I II III
G0B0 20 17 27 64 21,33
G0B1 24 28 18 70 23,33
G0B2 21 21 20 62 20,67
G1B0 23 23 21 67 22,33
G1B1 22 27 25 74 24,67
G1B2 25 25 25 75 25,00
G2B0 29 23 23 75 25,00
G2B1 26 25 14 65 21,67
G2B2 26 27 22 75 25,00
G3B0 30 34 28 92 30,67
G3B1 35 28 29 92 30,67
G3B2 21 31 33 85 28,33
Jumlah 302 309 285 896 298,67
Ȳ = 24,89

Lampiran 16. Analisis Ragam Jumlah Anakan Per Rumpun Tanaman Padi Pada Umur 60 Hari
Setelah Tanam (HST) Akibat Pengaruh Pemberian Pupuk Guano dan Biochar.
Ftabel
SK db JK KT Fhit P
0,05 0,01
G 3 328,22 109,41 6,98 ** 3,01 4,72
B 2 0,72 0,36 0,02 tn 3,40 5,61
GXB 6 56,61 9,44 0,60 tn 2,51 3,67
Galat 24 376,00 15,67
Total 35 761,56
Keterangan : tn = tidak berpengaruh nyata KK = 15,90 %
** =Berpengaruh Sangat Nyata

Lampiran 17. Rata-Rata Berat 1000 Butir Gabah Per Rumpun Tanaman Akibat Pengaruh
Pemberian Pupuk Guano dan Biochar (g).
Ulangan
Perlakuan Jumlah Rerata
I II III
G0B0 24,0 25,0 24,0 73 24,33
G0B1 23,0 26,0 26,0 75 25,00
G0B2 25,0 26,0 25,0 76 25,33
G1B0 25,0 28,0 28,0 81 27,00
G1B1 28,0 27,0 25,0 80 26,67
G1B2 26,0 29,0 29,0 84 28,00
G2B0 27,0 24,0 26,0 77 25,67
G2B1 30,0 27,0 25,0 82 27,33
G2B2 31,0 30,0 24,0 85 28,33
G3B0 30,0 28,0 30,0 88 29,33
G3B1 32,0 29,0 31,0 92 30,67
G3B2 22,0 27,0 30,0 79 26,33
Jumlah 323 326 323 972 324,00
Ȳ = 27,00

Lampiran 18. Analisis Ragam Berat 1000 Butir Gabah Per Rumpun Tanaman Padi Akibat
Pengaruh Pemberian Pupuk Guano dan Biochar (g).
Ftabel
SK db JK KT Fhit P
0,05 0,01
G 3 69,11 23,04 5,03 ** 3,01 4,72
B 2 4,17 2,08 0,45 tn 3,40 5,61
GXB 6 40,72 6,79 1,48 tn 2,51 3,67
Galat 24 110,00 4,58
Total 35 224,00
Keterangan : tn = tidak berpengaruh nyata KK = 7,93 %
* = Berpengaruh Nyata

Lampiran 19. Rata-Rata Berat Gabah Per Rumpun Tanaman Akibat Pengaruh Pemberian Pupuk
Guano dan Biochar (g).
Ulangan
Perlakuan Jumlah Rerata
I II III
G0B0 27 29 28 84 28,00
G0B1 28 31 28 87 29,00
G0B2 28 30 28 86 28,67
G1B0 34 34 36 104 34,67
G1B1 33 31 28 92 30,67
G1B2 30 37 36 103 34,33
G2B0 36 30 38 104 34,67
G2B1 31 36 28 95 31,67
G2B2 31 49 27 107 35,67
G3B0 32 32 36 100 33,33
G3B1 30 33 37 100 33,33
G3B2 32 35 30 97 32,33
Jumlah 372 407 380 1159 386,33
Ȳ = 32,19

Lampiran 20. Analisis Ragam Berat Gabah Per Rumpun Tanaman Padi Akibat Pengaruh
Pemberian Pupuk Guano dan Biochar (cm).
SK db JK KT Fhit P Ftabel
0,05 0,01
G 3 163,86 54,62 2,95 tn 3,01 4,72
B 2 19,06 9,53 0,51 tn 3,40 5,61
GXB 6 40,06 6,68 0,36 tn 2,51 3,67
Galat 24 444,67 18,53
Total 35 667,64
Keterangan : tn= tidak berpengaruh nyata KK = 13,37 %

Lampiran 21. Rata-Rata Berat Gabah Hampa Per Rumpun Tanaman Akibat Pengaruh
Pemberian Pupuk Guano dan Biochar (g).
Ulangan
Perlakuan Jumlah Rerata
I II III
G0B0 2,1 2,9 3,1 8,1 2,70
G0B1 3,2 3,7 2,9 9,8 3,27
G0B2 3,6 3,2 2,5 9,3 3,10
G1B0 3,5 4,0 2,4 9,9 3,30
G1B1 3,0 3,1 2,5 8,6 2,87
G1B2 2,5 3,8 2,4 8,7 2,90
G2B0 4,2 3,4 2,4 10 3,33
G2B1 3,1 3,0 3,5 9,6 3,20
G2B2 3,1 3,6 3,0 9,7 3,23
G3B0 5,8 5,8 2,6 14,2 4,73
G3B1 2,8 2,7 3,5 9 3,00
G3B2 3,6 2,9 2,8 9,3 3,10
Jumlah 40,5 42,1 33,6 116,2 38,73
Ȳ= 3,23
Lampiran 22. Analisis Ragam Berat Gabah Hampa Per Rumpun Tanaman Padi Akibat Pengaruh
Pemberian Pupuk Guano dan Biochar (g).
Ftabel
SK db JK KT Fhit P
0,05 0,01
G 3 2,09 0,70 1,21 tn 3,01 4,72
B 2 1,50 0,75 1,30 tn 3,40 5,61
GXB 6 5,07 0,84 1,47 tn 2,51 3,67
Galat 24 13,83 0,58
Total 35 22,49
Keterangan : tn= tidak berpengaruh nyata KK = 23,52 %

Lampiran 23. Bagan percobaan

BAGAN PERCOBAAN
U

B T
BLOK BLOK BLOK
S
I II III

G1B1 G0B0 G3B0


I I II

G1B2 G3B2 G2B1


I III II

G1B0 G2B0 G2B0


II I III

G1B2 G0B0 G0B1


III III II

G2B2 G3B0 G1B0


III I III

G2B0 G3B1 G0B2


II I III
G0B1 G1B0 G2B2
I I I

G0B1 G1B0 G3B2


III I II

G2B0 G1B2 G1B1


II II III

G2B1 G3B1 G2B1


I II III

G3B1 G2B2 G0B2


III II II

G1B1 G0B2 G3B2


II I I

Lampiran 24. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah


SifatTa Sangat Rendah Sedang Tinggi Sangat
nah
Rendah Tinggi
Karbon(%) <1,00 1,00-2,00 2,01-3,00 3,01-5,00 >5,00

Nitrogen(%) <0,10 0,10-0,20 0,21-0,50 0,51-0,75 >0,75


C/N <5,0 5,0-7,9 8,0-12,0 12,1-17,0 >17
P2O5eks- <0,021 0,021-0,039 0,040-0,060 0,061-0,100 >0,100
HCl(%)
P-avlBray-II <8,0 8,0-15 16-25 26-35 >35
(ppm)
K2Oeks-HCl <0,03 0,03-0,06 0,07-0,11 0,12-0,20 >0,20
(me/100)
KTK/CEC <5 10-16 17-24 25-40 >40
(me/100)
SusunanKation
K- <0,1 0,1-0,2 0,3-0,5 0,6-1,0 >1,0
tukar(me/
100)
Na- <0,1 0,1-0,3 0,4-0,7 0,8-1,0 >1,0
tukar(me/
100)
Mg- <0,4 0,4-1,0 1,1-2,0 2,1-8,0 >8,0
tukar(me/
100)
Ca- <2,0 2-5 6-10 11-20 >20
tukar(me/
100)
Kejenuhan <20 20-35 36-50 51-70 >70
Basa(%)
KejenuhanA <10 10-20 21-30 31-60 >60
l(%)

Lampiran 25. Kriteria pH tanah


Kriteria pH H2O
Sangat Masam <4,5
Masam 4,5-5,5
Agak Masam 5,6-6,5
Netral 6,6-7,5
Agak Alkalis 7,6-8,5
Alkalis >8,5
Menurut : 1. StafPusat Penelitian Tanah, 1983
2. BPPMedan, 1982
Lampiran 26. Hasil analisis tanah penelitian
Jenis Nilai
Metode analisis Kriteria*
Analisis Penetapan
Faksi Pipet hydrometer Lempung Berliat
 Pasir (%) 30
 Debu (%) 41
 Liat (%) 29
 pH Elektrometer
 H2O 6,20 Agak masam
 KCl 5,46 Masam
C Organik (%) Walkley & Black 1,24 Rendah
N Total Kjeldahl 0,21 Sangat rendah
P Tersedia (mg/kg) Bray II 10,25 Rendah
K (mg/100g) NH4COOCH3 pH7 0,54 Rendah
Na (cmol/kg) NH4COOCH3 pH7 0,16 Rendah
Ca (cmol/kg) NH4COOCH3 pH7 10,90 Sedang
Mg (cmol/kg) NH4COOCH3 pH7 0,41 Tinggi
H (me/100g) KCl pH 7 0,16 Sedang
Al (me/100g) KCl pH 7 Tidak terukur Tidak terukur
KTK (me/100g) NH4COOCH3 pH7 38,40 Tinggi
KB (%) NH4COOCH3 pH7 31,28 Rendah
DHL (mS/cm) EC meter 0,22 Sangat rendah
*) Berdasarkan Pusat Penelitian Tanah 1995.
Lampiran 27. Hasil analisis hara pupuk Guano dan Biochar
Kadar unsur Kriteria*
Jenis Analisis Satuan
Guano Biochar Guano Biochar

pH pupuk 5,72 6,52 Agak asam Agak asam

N – Total % 2,09 0,45 Sangat tinggi Sedang

C – Organik % 12,74 7,89 Sangat tinggi Sangat tinggi

P2O5 total % 18,33 0,32 Sangat tinggi Sangat rendah

K2O Total % 0,54 0,57 Sedang Sedang

*) Berdasarkan Pusat Penelitian Tanah 1995.

Lampiran 28. Deskripsi Padi Varietas Inpari 30

Nomor seleksi : IR09F436


Asal seleksi : Ciherang/ IR64Sub1/Ciherang
Umur tanaman : 111 hari setelah semai
Bentuk tanaman : Tegak
Tinggi tanaman : 101 cm
Daun bendera : Tegak
Bentuk gabah : Panjang ramping
Warna gabah : Kuning bersih
Kerontokan : Sedang
Kerebahan : Sedang
Tekstur nasi : Pulen
Kadar amilosa : 22,40 %
Rata – rata hasil : 7,2 t/ha GKG
Potensi hasil : 9,6 t/ha GKG
Ketahanan terhadap : Agak rentan terhadap Wereng Batang Cokelat
hama biotipe 1 dan 2
Rentan terhadap Wereng Batang Cokelat biotipe
Ketahanan terhadap : Agak rentan terhadap Hawar Daun Bakteri patotipe
penyakit III
Rentan terhadap Hawar Daun Bakteri patotipe IV
dan VIII
Anjuran tanam : Cocok untuk ditanam disawah irigasi dataran rendah
sampai ketinggian 400 m dpl didaerah luapan
sungai, cekungan dan rawan banjir lainnya dengan
rendaman keseluruhan fase vegetative selama 15
hari
Pemulia : Yudhistira Nugraha, Supartopo, Nurul Hidayatun,
Endang Septiningsih (IRRI), Alfaro Pamplona
(IRRI), dan David J Mackill (IRRI)
Dilepas tahun : 2012

Anda mungkin juga menyukai