Anda di halaman 1dari 11

BUDIDAYA TANAMAN PANGAN

Budidaya tanaman pangan membutuhkan lahan atau media tanam, bibit, nutrisidan air
serta pelindung tanaman untuk pengendalian hama dan organisma lain sebagai sarana budidaya.
Semua sarana budidaya harus sesuai dengan pedoman yang dibuat oleh pemerintah untuk
menjamin standar mutu produk.

1. Pemilihan lokasi
Pemilihan lokasi untuk budidaya tanaman pangan harus memenuhi ketentuan-ketentuan
sebagai berikut:
 Penanaman pada lahan kering tidak bertentangan dengan Rencana Umum Tata
Ruang (RUTR) dan Rencana Detail Tata Ruang Daerah (RDTRD).
 Lokasi sesuai dengan peta pewilayahan komoditas yang akan diusahakan.
Apabila peta pewilayahan komoditas belum tersedia, lokasi harus sesuai dengan
Agro Ecology Zone (ARZ) untuk menjamin produktivitas dan mutu yang tinggi.
- Lahan sangat dianjurkan jelas status kepemilikan dan hak penggunaannya.
- Lahan harus jelas pengairannya.
- Riwayat lokasi diketahui
Riwayat lokasi dapat diketahui dengan mencatat riwayat penggunaan lahan.
Pemetaan lahan
Sebelum melaksanakan usaha produksi tanaman pangan, dilakukan pemetaan
penggunaan lahan sebagai dasar perencanaan rotasi/pergiliran pembibitan dan
penanaman.

Kesuburan lahan
- Lahan untuk budidaya tanaman pangan harus memiliki kesuburan tanah yang cukup
baik.
- Kesuburan tanah yang rendah dapat diatasi melalui pemupukan, menggunakan pupuk
organik dan/atau pupuk anorganik.
- Untuk mempertahankan kesuburan lahan, dilakukan rotasi/pergiliran tanaman.
Saluran drainase atau saluran air
Saluran drainase agar dibuat, ukurannya disesuaikan kondisi lahan dan komoditas
yang akan diusahakan.
Konservasi lahan
Lahan untuk budidaya tanaman pangan ialah lahan datar sampai
dengan lahan berkemiringan kurang dari 30% yang diikuti dengan upaya tindakan
konservasi.
Untuk kemiringan lahan >30%, wajib dilakukan tindakan konservasi. Pengelolaan lahan
dilakukan dengan tepat untuk mencegah terjadinya erosi tanah, pemadatan tanah,
perusakan struktur, dan drainase tanah, serta hilangnya sumber hara tanah.

Benih
- Varietas yang dipilih untuk ditanam ialah varietas unggul atau varietas yang telah
dilepas oleh Menteri Pertanian.
- Benih atau bahan tanaman disesuaikan dengan agroekosistem budidayanya serta
memiliki sertikat dan label yang jelas (jelas nama varietasnya, daya tumbuh, tempat
asaldan tanggal kedaluwarsa), serta berasal dari perusahaan/penangkar yang terdaftar.
- Benih atau bahan tanaman harus sehat, memiliki vigor yang baik, tidak membawa dan
atau menularkan organisme pengganggu tanaman (OPT) di lokasi usaha produksi.
- Apabila diperlukan, sebelum ditanam, diberikan perlakuan (seed treatment).

Tanaman pangan dari kelompok serealia dan kacang-kacangan diperbanyak dengan


menggunakan benih, sedangkan tanaman umbi-umbian diperbanyak dengan
menggunakan stek. Benih adalah biji sebagai bagian regeneratif tanaman yang digunakan
sebagai bahan untuk pertanaman, sedangkan stek adalah bagian vegetatif tanaman yang
dijadikan bahan perbanyakan tanaman. Benih yang digunakan harus bermutu baik yang
meliputi mutusik, siologis, maupun mutu genetik. Sebaiknya benih yang ditanam
diketahui nama varietasnya.

Pupuk
Pupuk adalah bahan yang diberikan pada tanaman atau lahan untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi tanaman. Pupuk terdiri atas dua jenis, yaitu pupuk organik dan anorganik. Pupuk
organik adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa makhluk hidup, seperti kompos atau
pupuk kandang. Saat ini sudah tersedia berbagai pupuk organik yang siap pakai. Pupuk
anorganik berasal dari bahan-bahan mineral, seperti KCL, Urea, dan TSP.
Pupuk dapat digolongkan juga ke dalam 3 jenis pupuk :
a. Pupuk anorganik yang digunakan, yaitu jenis pupuk yang terdaftar, disahkan atau
direkomendasikan oleh pemerintah.
b. Pupuk organik, yaitu pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan
organik yang berasal dari tanaman atau hewan yang telah melalui proses rekayasa,
dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk mensuplai bahan organik,
memperbaiki sifat _sik, kimia, dan biologi tanah.
c. Pembenah tanah, yaitu bahan-bahan sintetis atau alami, organik atau mineral
berbentuk padat atau cair yang mampu memperbaiki sifat _sik kimia dan biologi
tanah.
Pemupukan diusahakan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya dengan
dampak yang sekecil-kecilnya, serta memenuhi lima tepat: tepat jenis, yaitu jenis pupuk
mengandung unsur hara makro atau mikro sesuai dengan kebutuhan tanaman, dengan
memperhatikan kondisi kesuburan lahan; tepat mutu, yaitu harus menggunakan pupuk
yang bermutu baik, sesuai standar yang ditetapkan; tepat waktu, yaitu diaplikasikan
sesuai dengan kebutuhan, stadia tumbuh tanaman, serta kondisi lapangan yang tepat;
tepat dosis, yaitu jumlah yang diberikan sesuai dengan anjuran/rekomendasi spesik
lokasi; tepat cara aplikasi, yaitu disesuaikan dengan jenis pupuk, tanaman dan kondisi
lapangan.

Beberapa standar yang harus dipenuhi terkait dengan pupuk adalah sebagai
berikut.Informasi ketersediaan pupuk

a. Informasi stok pupuk di setiap wilayah selalu diperbaharui dan diinformasikan


kepada pihak-pihak terkait untuk pembinaan lebih lanjut di tempat usaha produksi
tanaman pangan.

Dinas pertanian setempat agar berkoordinasi dengan produsen pupuk sebagai penanggung
jawab dalam pengamanan ketersediaan pupuk dengan menginformasikan lokasi dan
jadwal tanam di setiap wilayah.

Penyimpanan pupuk
a. Tempat penyimpanan pupuk harus bersih, aman, kering, dan di tempat tertutup.
b. Penyimpanan pupuk tidak disatukan dengan penyimpanan pestisida atau stok benih
dan produk segar.

Kompetensi
a. Petani dan penyuluh sangat dianjurkan mempunyai keahlian tentang pupuk dan
pemupukan.
b. Aplikasi cara pemupukan mengacu pada rekomendasi penyuluh yang ahli di
bidangnya.

Pencatatan
a. Pencatatan tidak hanya untuk pemakaian pupuk, pada tetapi seluruh kegiatan
usaha tani sehingga diketahui capaian pendapatan petani.
b. Semua pemakaian pupuk sangat dianjurkan untuk dicatat. Catatan mencakup
lokasi, tanggal pemakaian, jenis pupuk, jumlah pupuk, dan cara pemupukan.
c. Khusus untuk pupuk, sangat dianjurkan petani menyimpan kwitansi pembelian
pupuk dari kios yang bersangkutan, sebagai antisipasi terhadap peredaran pupuk
palsu.

Pelindung Tanaman
Perlindungan tanaman, harus dilaksanakan sesuai dengan sistem Pengendalian
Hama Terpadu (PHT), menggunakan sarana dan cara yang tidak mengganggu kesehatan
manusia, serta tidak menimbulkan gangguan dan kerusakan lingkungan hidup.
Perlindungan tanaman dilaksanakan pada masa pratanam, masa pertumbuhan tanaman
dan/atau masa pascapanen, disesuaikan dengan kebutuhan.
Standar pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
1. Tindakan pengendalian OPT dilaksanakan sesuai anjuran. Penggunaan
pestisida merupakan alternatif terakhir apabila cara-cara yang lain dinilai tidak
memadai.
2. Tindakan pengendalian OPT dilakukan atas dasar hasil pengamatan terhadap OPT
dan faktor yang mempengaruhi perkembangan serta terjadinya serangan OPT.
3. Penggunaan sarana pengendalian OPT (pestisida, agens hayati, serta alat dan mesin),
dilaksanakan sesuai dengan anjuran baku dan dalam penerapannya telah mendapat
bimbingan latihan dari penyuluh atau para ahli di bidangnya.
4. Dalam menggunakan pestisida, petani harus sudah mendapat pelatihan.
Pestisida adalah pengendali OPT yang menyebabkan penurunan hasil dan kualitas
tanaman baik secara langsung maupun tidak langsung, namun efektif terhadap OPT
yang menyerang. Pestisida terdiri atas pestisida hayati maupun pestisida
buatan. Petisida yang digunakan harus pestisida yang telah terdaftar dan diizinkan
Menteri Pertanian untuk tanaman yang bersangkutan.

Penyimpanan pestisida pun harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :


1. Pestisida harus disimpan di tempat yang baik dan aman, berventilasi baik,
dan tidak bercampur dengan material lainnya.
2. Harus terdapat fasilitas yang cukup untuk menakar dan mencampur pestisida
3. Tempat penyimpanan sebaiknya mampu menahan tumpahan (antara lain untuk
mencegahkontaminasi air).
4. Terdapat fasilitas untuk menghadapi keadaan darurat, seperti tempat untuk
mencuci mata dan anggota tubuh lainnya, persediaan air yang cukup, pasir untuk
digunakan apabila terjadikontaminasi atau terjadi kebocoran.
5. Akses ke tempat penyimpanan pestisida terbatas hanya kepada pemegang kunci
yang telah mendapat pelatihan
6. Terdapat pedoman atau tata cara penanggulangan kecelakaan akibat keracunan
pestisida yang terletak pada lokasi yang mudah dijangkau.
7. Tersedia catatan tentang pestisida yang disimpan.
8. Semua pestisida harus disimpan dalam kemasan aslinya.
9. Tanda-tanda peringatan potensi bahaya pestisida diletakkan pada pintu-
pintu masuk.

Risiko bahaya yang dimiliki oleh pestisida dilakukan dengan analisis residu pestisida

1. Analisis residu pestisida mengacu pada penilaian risiko.


2. Hasil analisis dapat ditelusuri kepada lokasi produk.
3. Pemerintah melakukan pengambilan contoh dan menganalisis residu,
penanam dan pemasok pestisida mampu memberikan bukti hasil pengujian
pestisida.
4. Laboratorium yang digunakan untuk analisis residu merupakan lembaga yang
telah memperoleh akreditasi atau lembaga yang telah ditunjuk oleh menteri.

Pengairan
Setiap budidaya tanaman pangan hendaknya didukung dengan penyediaan air
sesuai kebutuhan dan peruntukannya. Air hendaknya dapat disediakan sepanjang tahun,
baik bersumber dari air hujan, air tanah, air embun, tandon, bendungan ataupun sistem
irigasi/pengairan. Air yang digunakan untuk irigasi memenuhi baku mutu air irigasi, dan
tidak menggunakan air limbah berbahaya. Air yang digunakan untuk proses pascapanen
dan pengolahan hasil tanaman pangan.
Memenuhi baku mutu air yang sehat. Pemberian air untuk tanaman pangan
dilakukan secara efektif,efisien, hemat air dan manfaat optimal. Apabila air irigasi tidak
mencukupi kebutuhan tanaman guna pertumbuhan optimal, harus diberikan tambahan air
dengan berbagai teknik irigasi.
Penggunaan air pengairan tidak bertentangan dengan kepentingan masyarakat di
sekitarnya dan mengacu pada peraturanyang ada. Pengairan tidak boleh mengakibatkan
terjadinya erosi lahan maupun tercucinya unsur hara, pencemaran lahan oleh bahan
berbahaya, dan keracunan bagi tanaman serta lingkungan hidup. Kegiatan pengairan
sebaiknya dicatat sebagai bahan dokumentasi. Penggunaan alat dan mesin pertanian
untuk irigasi/penyediaan air dari sumber, harus memenuhi ketentuan sesuai peraturan
perundang-undangan dan dapat diterima oleh masyarakat. Sumber dari Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
TANAMAN KACANG TANAH

I. UMUM
1.1. Sejarah Singkat
Kacang tanah merupakan tanaman pangan berupa semak yang berasal dari Amerika
Selatan, tepatnya berasal dari Brazilia. Penanaman pertama kali dilakukan oleh orang
Indian (suku asli bangsa Amerika). Di Benua Amerika penanaman berkembang yang
dilakukan oleh pendatang dari Eropa. Kacang Tanah ini pertama kali masuk ke Indonesia
pada awal abad ke-17, dibawa oleh pedagang Cina dan Portugis.
Nama lain dari kacang tanah adalah kacang una, suuk, kacang jebrol, kacang bandung,
kacang tuban, kacang kole, kacang banggala. Bahasa Inggrisnya kacang tanah adalah
"peanut" atau "groundnut".

1.2. Sentra Penanaman


Di tingkat Internasional mula-mula kacang tanah terpusat di India, Cina, Nigeria,
Amerika Serikat dan Gombai, kemudian meluas ke negara lain. Di Indonesia kacang
tanah terpusat di Pulau Jawa, Sumatra Utara, Sulawesi dan kini telah ditanam di seluruh
Indonesia.

1.3. Klasifikasi Tanaman


Sistematika kacang tanah adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae atau tumbuh-tumbuhan
Divisi : Spermatophyta atau tumbuhan berbiji
Sub Divisi : Angiospermae atau berbiji tertutup
Klas : Dicotyledoneae atau biji berkeping dua
Ordo : Leguminales
Famili : Papilionaceae
Genus : Arachis
Spesies : Arachis hypogeae L.; Arachis tuberosa Benth.; Arachis guaramitica Chod &
Hassl.; Arachis idiagoi Hochne.; Arachis angustifolia (Chod & Hassl) Killip.; Arachis
villosa Benth.; Arachis prostrata Benth.; Arachis helodes Mart.; Arachis marganata
Garden.; Arachis namby quarae Hochne.; Arachis villoticarpa Hochne.; Arachis
glabrata Benth.
Varietas-varietas kacang tanah unggul yang dibudidayakan para petani biasanya
bertipe tegak dan berumur pendek (genjah). Varietas unggul kacang tanah ditandai
dengan karakteristik sebagai berikut:
a) Daya hasil tinggi.
b) Umur pendek (genjah) antara 85-90 hari.
c) Hasilnya stabil.
d) Tahan terhadap penyakit utama (karat dan bercak daun).
e) Toleran terhadap kekeringan atau tanah becek.

Varietas kacang tanah di Indonesia yang terkenal, yaitu:


a. Kacang Brul, berumur pendek (3-4 bulan).
b. Kacang Cina, berumur panjang (6-8 bulan).
c. Kacang Holle, merupakan tipe campuran hasil persilangan antara varietas-varietas
yang ada. Kacang Holle tidak bisa disamakan dengan kacang "Waspada" karena memang
berbeda varietas.
1.4. Manfaat Tanaman
Di bidang industri, digunakan sebagai bahan untuk membuat keju, mentega, sabun dan
minyak goreng. Hasil sampingan dari minyak dapat dibuat bungkil (ampas kacang yang
sudah dipipit/diambil minyaknya) dan dibuat oncom melalui fermentasi jamur. Manfaat
daunnya selain dibuat sayuran mentah ataupun direbus, digunakan juga sebagai bahan pakan
ternak serta pupuk hijau. Sebagai bahan pangan dan pakan ternak yang bergizi tinggi,
kacang tanah mengandung lemak (40,50%), protein (27%), karbohidrat serta vitamin (A, B,
C, D, E dan K), juga mengandung mineral antara lain Calcium, Chlorida, Ferro, Magnesium,
Phospor, Kalium dan Sulphur.

II. SYARAT PERTUMBUHAN


2.1. Iklim
a. Curah hujan yang sesuai untuk tanaman kacang tanah antara 800-1.300 mm/tahun.
Hujan yang terlalu keras akan mengakibatkan rontok dan bunga tidak terserbuki oleh
lebah. Selain itu, hujan yang terus-menerus akan meningkatkan kelembaban di
sekitar pertanaman kacang tanah.
b. Suhu udara bagi tanaman kacang tanah tidak terlalu sulit, karena suhu udara minimal
bagi tumbuhnya kacang tanah sekitar 28-32 derajat C. Bila suhunya di bawah 10
derajat C menyebabkan pertumbuhan tanaman sedikit terhambat, bahkan jadi kerdil
dikarenakan pertumbuhan bunga yang kurang sempurna.
c. Kelembaban udara untuk tanaman kacang tanah berkisar antara 65-75 %. Adanya
curah hujan yang tinggi akan meningkatkan kelembaban terlalu tinggi di sekitar
pertanaman.
d. Penyinaran sinar matahari secara penuh amat dibutuhkan bagi tanaman kacang tanah,
terutama kesuburan daun dan perkembangan besarnya kacang.
2.2. Media Tanam
a. Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman kacang tanah adalah jenis tanah yang
gembur/bertekstur ringan dan subur.
b. Derajat keasaman tanah yang sesuai untuk budidaya kacang tanah adalah pH antara
6,0-6,5.
c. Kekurangan air akan menyebabkan tanaman kurus, kerdil, layu dan akhirnya mati.
Air yang diperlukan tanaman berasal dari mata air atau sumber air yang ada disekitar
lokasi penanaman. Tanah berdrainase dan berserasi baik atau lahan yang tidak terlalu
becek dan tidak terlalu kering, baik bagi pertumbuhan kacang tanah.

2.3. Ketinggian Tempat


Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk tanaman kacang tanah adalah pada
ketinggian antara 500 m dpl. Jenis kacang tanah tertentu dapat ditanam pada ketinggian
tempat tertentu untuk dapat tumbuh optimal.

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA


3.1. Pembibitan
 Persyaratan Benih
Syarat-syarat benih/bibit kacang tanah yang baik adalah:
a) Berasal dari tanaman yang baru dan varietas unggul.
b) Daya tumbuh yang tinggi (lebih dari 90 %) dan sehat.
c) Kulit benih mengkilap, tidak keriput dan cacat.
d) Murni atau tidak tercampur dengan varietas lain.
e) Kadar air benih berkisar 9-12 %.
 Penyiapan Benih
Penyiapan benih kacang tanah meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Benih dilakukan secara generatif (biji).
b. Benih sebaiknya tersimpan dalam kaleng kering dan tertutup rapat.
c. Benih yang baik tersimpan dalam keadaan kering yang konstan.
d. Benih diperoleh dari Balai Benih atau Penangkar Benih yang telah ditunjuk oleh
Balai Sertifikasi Benih.
e. Perkiraan kebutuhan benih dapat mengikuti rumus sebagai berikut:
B = a x b x c kg
100 x p x q
B = bobot benih (kg)
a = Jumlah benih/lubang;
b = Bibit per-1000 biji (g)
c = Lokasi yang akan ditanam (hektar)
p = Jarak antar barisan (m)
q = Jarak dalam barisan (m)

3.2. Pengolahan Media Tanam


 Persiapan
Pengukuran luas lahan sangat berguna untuk mengetahui berapa jumlah benih yang
dibutuhkan. Kondisi lahan yang terpilih harus disesuaikan dengan persyaratan
tanaman kacang tanah.
 Pembukaan Lahan
Pembukaan lahan pada intinya merupakan pembersihan lahan dari segala macam
gulma (tumbuhan pengganggu) dan akar-akar pertanaman sebelumnya. Tujuan
pembersihan lahan untuk memudahkan perakaran tanaman berkembang dan
menghilangkan tumbuhan inang bagi hama dan penyakit yang mungkin ada.
Pembajakan dilakukan dengan hewan ternak, seperti kerbau, sapi, atau pun dengan
mesin traktor. Pencangkulan dilakukan pada sisi-sisi yang sulit dijangkau oleh alat
bajak dan alat garu sampai tanah siap untuk ditanami.
 Pembentukan Bedengan
Untuk memudahkan pengaturan penanaman dilakukan pembedengan sesuai dengan
ukuran yang telah ditentukan, yaitu untuk lereng agak curam jarak tanam cukup 0,5
m dan untuk lahan yang tidak begitu miring bisa antara 30-40 meter. Sedangkan
untuk tanah datar, luas bedengan adalah 10 - 20 meter atau 2 x 10 meter. Ketebalan
bedengan antara 20-30 cm.
 Pengapuran
Untuk menaikkan pH tanah, terutama pada lahan yang bersifat sangat masam, perlu
dilakukan pengapuran. Dosis yang biasa digunakan untuk pengapuran pada saat
pembajakan adalah 1-2,5 ton/ha dicampurkan dan diaduk hingga merata. Selambat-
lambatnya 1 bulan sebelum tanam.
 Pemupukan
Pemupukan adalah untuk menambah unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman.
Jenis dan dosis pupuk setiap hektar yang dianjurkan adalah Urea=60-90 kg
ditambah TSP=60-90 kg ditambah KCl=50 kg. Semua dosis pupuk diberikan pada
saat tanam. Pupuk dimasukkan di kanan dan kiri lubang tugal dan tugal dibuat kira-
kira 3 cm.
3.3. Teknik Penanaman
 Penentuan Pola Tanam
Pola tanaman harus memperhatikan musim dan curah hujan. Pada tanah yang subur,
benih kacang tanah ditanam dalam larikan dengan jarak tanam 40 x 15 cm atau 30 x
20 cm. Pada tanah yang kurang subur dapat ditanam lebih rapat yaitu 40 x 10 cm
atau 20 x 20 cm.
 Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat sedalam 3 cm dengan tugal dengan jarak seperti yang telah
ditentukan di atas.
 Cara Penanaman
Pilih benih kacang yang telah memenuhi syarat benih bermutu tinggi. Masukan
benih satu atau dua butir ke dalam lubang tanam dengan tanah tipis. Waktu tanam
yang paling baik dilahan kering adalah pada awal musim hujan, di lahan sawah
dapat dilakukan pada bulan April-Juni (palawija I) atau bulan Juli-September
(palawija II). Sedangkan untuk lahan bukaan terlebih dahulu dilakukan inokulasi
rhizobium (benih dicampur dengan inokulan dengan dosis 4 gram/kg) kemudian
benih langsung ditanam paling lambat 6 jam.

3.4. Pemeliharaan Tanaman


 Penyulaman
Penyulaman dilakukan bila ada benih yang mati atau tidak tumbuh, untuk
penyulaman waktunya lebih cepat lebih baik (setelah yang lain kelihatan tumbuh ±
3-7 hari setelah tanam).
 Penyiangan
Penyiangan dilakukan untuk menghindari hama dan penyakit tanaman. Juga agar
tanaman yang ditanam tidak bersaing dengan tanaman liar (gulma) pada umur 5-7
hari.
 Pembubunan
Pembubunan dilakukan dengan cara mengumpulkan tanah di daerah barisan
sehingga membentuk gundukan yang membentuk memanjang sepanjang barisan
tanaman.
 Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan jenis dan dosis pupuk yang dianjurkan yaitu Urea=60-
90 kg/ha ditambah TSP=60-90 kg/ha ditambah KCl=50 kg/ha. Semua dosis pupuk
diberikan pada saat tanam dan pupuk dimasukan dikanan kiri lubang tunggal.
 Pengairan dan Penyiraman
Pengairan dilakukan agar tanah tetap lembab. Untuk menjaga kelembaban pada
musim kemarau diberikan mulsa dan pada saat tanaman berbunga tidak dilakukan
penyiraman, karena dapat menggganggu penyerbukan.
 Waktu Penyemprotan Pestisida
Penyemprotan untuk mengusir ataupun memberantas hama tanaman hendaknya
dilakukan pada sore atau malam hari. Obat yang digunakan maupun dosis sesuai
dengan jenis hama yang menyerang tanaman tersebut.
 Pemeliharaan Lain
Hal-hal lain yang sangat menunjang faktor pemeliharaan bisa dilakukan, asalkan
tidak memerlukan biaya yang berarti, misalnya pemangkasan, perambatan,
pemeliharaan tunas dan bunga serta sanitasi lingkungan lahan (dijaga agar
menunjang kesehatan tanaman).

3.5. Hama dan Penyakit


 Hama
a. Uret
Gejala: memakan akar, batang bagian bawah dan polong akhirnya tanaman layu
dan mati. Pengendalian: menanam serempak, penyiangan intensif, tanaman
terserang dicabut dan uret dimusnahkan.
b. Ulat berwarna
Gejala: daun terlipat menguning, akhirnya mengering. Pengendalian:
penyemprotan insektisida Azodrin 15 W5C, Sevin 85 S atau Sevin 5 D.
c. Ulat grapyak
Gejala: ulat memakan epidermis daun dan tulang secara berkelompok.
Pengendalian: (1) bersihkan gulma, menanam serentak, pergiliran tanaman; (2)
penyemprotan insektisida lannate L, Azodrin 15 W5C.
d. Ulat jengkal
Gejala: menyerang daun kacang tanah. Pengendalian: penyemprotan insektisida
Basudin 60 EC Azodrin 15 W5C, Lannate L Sevin 85 S.
e. Sikada
Gejala: menghisap cairan daun. Pengendalian: (1) penanaman serempak,
pergiliran tanaman; (2) penyemprotan insektisida lannate 25 WP, Lebaycid 500
EC, Sevin 5D, Sevin 85 S, Supraciden 40 EC.
f. Kumbang daun
Gejala: daun tampak berlubang, daun tinggal tulang, juga makan pucuk bunga.
Pengendalian: (1) penanaman serentak; (2) penyemprotan Agnotion 50 EC,
Azodrin 15 W5C, Diazeno 60 EC.

Anda mungkin juga menyukai