Anda di halaman 1dari 23

PENERAPAN (IMPLEMENTASI) PHT

Pengertian :
PHT adalah suatu cara pendekatan atau cara berpikir tentang pengendalian hama (OPT) yang di-
dasarkan pada pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan agroeko-
system yang berwawasan lingkungan yang berkelanjutan
Sasaran PHT :
 Produktivitas pertanian mantap tinggi
 Penghasilan dan kesejahteraan petani meningkat
 Populasi hama/kerusakan tanaman tetap berada pada tingkat yang secara ekonomis tidak
merugikan
 Pengurangan resiko pencemaran lingkungan akibat pestisida
Strategi PHT :
 Yaitu memadukan secara kompatibel semua teknik atau metode pengendalian hama (OPT)
didasarkan pada azas ekologi dan ekonomi
Taktik PHT yang terutama :
 Pemanfaatan proses pengendalian alami dengan cara tidak mengganggu perkembangan
ekosistem musuh-musuh alami
 Pengelolaan ekosistem melalui usaha bercocok tanam, yang bertujuan membuat lingkungan
tanaman kurang sesuai bagi kehidupan hama (OPT) dan mendorong berfungsinya agensia
pengendalian hayati.
Beberapa contoh :
- Penanaman varietas tahan - Sanitasi
- Penanaman benih sehat - Pengaturan jarak tanam
- Pergiliran tanaman dan varietas - Penanaman tumpangsari
- Penetapan masa tanam - Pengelolaan tanah dan air
- Tanam serempak dan pengaturan saat tanam
- Penanaman tanaman perangkap, penolak, dsb
- Pemupukan berimbang sesuai kebutuhan setempat
 Pengendalian fisik dan mekanis

1
 Penggunaan pestisida secara selektif untuk mengembalikan populasi hama (OPT) pada
tingkat keseimbangannya  selektivitas fisiologis atau selektivitas ekologis (dan cara
aplikasi)

TAHAP PENERAPAN PHT


Faktor yang berpengaruh :
- Ketersediaan teknologi PHT
- Kesiapan masyarakat (petani, petugas, pejabat)
- Pengorganisasian (kelembagaan petani)

Langkah-langkah Sistematis :
TAHAP 1. Efisiensi Penggunaan Pestisida
 Bagi daerah yang penggunaan pestisidanya intensif :
- Peningkatan keterampilan pengguna pestisida
 Dasar penyemprotan pestisida
- Penyemprotan terjadual
- Pengamatan kasar
 Pengambilan keputusan pengendalian OPT
- Berdasarkan pengalaman (belum dengan Ambang Pengendalian)
- Sifat pengendalian : preventif
 Contoh : pada komoditi hortikultura

TAHAP 2. Ambang Ekonomi Statik


 PHT fase permulaan, karena :
- Dilakukan pengamatan secara rutin
- Pengambilan keputusan pengendalian OPT :
* Ambang pengendalian : sebagai dasar
* Sifatnya : seragam
 Pengelolaan ekosistem : Belum ada perubahan dan alternatif pengendalian lainnya
 Penggunaan pestisida :
- Relatif masih banyak : di daerah endemik/khronik

2
- Musuh-musuh alami : banyak terbunuh
- Seringkali disebut sebagai ”PHT Pestisida”
 Contoh : pada komoditi kedelai, kapas, kakao

TAHAP 3. Ambang Ekonomi Dinamik


 Ambang Ekonomi :
- Spesifik/ khas lokasi
- Mempertimbangkan variabel ekologi dan ekonomi
 Pengambilan keputusan pengendalian OPT :
- Peranan musuh alami digunakan dalam Ambang Ekonomi
 Sistem PHT :
- Lebih lengkap dan lebih mapan
- Memperhatikan alternatif pengendalian non-kimiawi
 Peranan petani dalam pengambilan keputusan :
- Lebih banyak/nyata
 Contoh : pada komoditi padi dan kubis

TAHAP 4. Pengelolaan Ekosistem Terpadu


 Sistem PHT : sudah lengkap dan melembaga di masyarakat petani
 Petani mampu mengelola ekosistem :
- Mampu menerapkan konsep, prinsip-prinsip dan metode PHT secara mandiri dan terampil
- Sasaran usahatani dan pelestarian lingkungan tercapai
 Pengambilan keputusan pengendalian OPT :
- Berdasarkan Ambang Ekonomi
- Penggunaan pestisida selektif
 Populasi hama berada pada aras keseimbangan yang rendah sehingga Ambang Ekonomi tidak
relevan lagi
 Petani sebagai ahli PHT : mampu mengkaji teknologi baru di lahan masing-masing
 Tujuan PHT : tercapai

3
I. PENERAPAN PHT PADI SAWAH
PRATANAM
Varietas :
 Apabila di daerah serangan “virus tungro“ (khronis) :
- Gunakan varietas tahan atau pergantian varietas .
 Bila di daerah khronis penggerek batang, tanamlah varietas yang mempunyai anakan
banyak .
1. Karakteristik Ekosistem
a. Sisa-sisa tanaman, singgang, tunggul jerami, gulma :
* Bersihkan, karena tempat bertahan gulma
* Tunggul jerami : tempat diapause “penggerek batang padi putih“ (PBPP).
Ngengat muncul kurang lebih 10 hari setelah hujan pertama
* Singgang : tempat bertahan virus tungro (lebih ganas)
* Sisa-sisa tanaman, jerami, gulma : tempat bertahan beberapa jenis penyakit
(cendawan blas, hawar pelepah, dll)
b. Populasi hama (OPT) :
* Populasi awal hama perlu diwaspadai  Nt = N0 ert
* Tikus : gropyokan
* PBPP : persemaian
2. Budidaya dan Pengelolaan Ekosistem :
a. Perencanaan ekosistem :
* Pertemuan Kelompok Tani untuk menetapkan : pola tanam, penentuan varietas,
kebutuhan SAPRODI, waktu tanam, dll
Hasil kegiatan : RDK / RDKK .
* Di daerah kronis serangan werang coklat, virus tungro, hawar bakteri :
pergiliran varietas atau varietas tahan .
b. Pengolahan Tanah
* Lakukan pengolahan tanah sampai selesai, baru menyemai
* Buat saluran air di tengah sawah atau di tepi pematang : untuk memudahkan
pengumpulan siput (keong) mas

4
c. Pemupukan :
Sehari sebelum tanam diberikan pupuk dasar.
d. Pembersihan lingkungan :
* Pembersihan saluran air dan semak-semak
* Pembersihan singgang dan pemusnahan sisa-sisa tanaman
* Pelestarian musuh-musuh alami hama
3. Pengamatan, Analisis Ekosistem (ANEK), Pengambilan Keputusan (BILTUS)
a. Pengamatan :
* Amati populasi hama dan musuh alami serta gejala serangan pada tunggul jerami,
sisa tanaman dan singgang
* Amati jenis serangga yang tertangkap lampu perangkap di sekitar persawahan
(PBPP, wereng coklat, wereng hijau, dll)
b. Analisis Ekosistem dan BILTUS :
* Jika liang-liang tikus, perlu tindakan korektif : gropyokan, dll
* Di daerah “kepinding tanah“ : gunakan lampu perangkap
* Di daerah PBPP : sebar benih ditunda, ≥ 10 hari setelah penerbangan puncak .
* Di daerah ganjur : tanam dilakukan kurang lebih 1,5 bulan sebelum puncak curah hujan
tertinggi
* Di daerah tungro : waktu tanam seawal mungkin, sebar benih 5 hari setelah pengolahan
tanah, agar pada saat populasi wereng hijau tinggi, padi telah berumur > 60 hari
* Di daerah siput murbei : pasang perangkap ajir bambu

FASE PERSEMAIAN
1. Karakteristik Ekosistem :
* Jenis OPT : PBPP, wereng coklat, tikus, tungro, blas
* Mulai ditemukan telur dan ngengat PBPP, dan wereng coklat dewasa, serta serangan tikus
2. Budidaya dan Pengelolaan Ekosistem :
* Benih : bersertifikat / sehat, benih unggul, tahan OPT
* Luas lahan semai kurang lebih 500 m2 / ha pertanaman .
Kebutuhan benih kurang lebih 20 kg / ha, direndam dalam air selama 24 jam kemudian
diperam selama 24 jam .

5
* Hindari pembelian bibit dari daerah terserang OPT / endemis .
3. Pengamatan, Analisis Ekosistem dan BILTUS :
a. Pengamatan :
* Diamati populasi kelompok telur dan ngengat PBPP, gejala kresek, tungro,blas, serangan
tikus, defisiensi unsur hara. Khusus tikus : ada / tidak liang aktif, jejak jalan, dsb .
b. Analisis Ekosistem dan BILTUS :
* PBPP : pengumpulan telur  eksplorasi parasitoid (4 hari/1x)
* Ada ngengat PBPP : dipasang perangkap lampu
* Serangan tikus : dipasang pagar plastik, bubu perangkap.
Tindakan korektif : gropyokan, pengumpanan beracun, dll
* Musnahkan bibit : gejala sundep, wereng, tungro, dll
* Banyak penerbangan kepinding tanah : gunakan perangkap lampu
* Belalang kembara : aplikasi insektisida di tempat berkumpul
* Babi hutan : lakukan pemburuan

FASE TANAMAN MUDA (Sejak tanam – Anakan muda)


1. Karakteristik Ekosistem :
* Penyebaran pertanaman semakin luas
* Tanaman mampu mengkompensasi kerusakan oleh hama (OPT)
* Terjadi perkembangan hama dan musuh-musuh alami
* Peningkatan populasi tikus belum terjadi
* Kemunculan gejala tungro terjadi pada fase ini, yaitu kurang lebih 2-3 minggu setelah
tanaman terinfeksi oleh virus tungo
2. Budidaya dan Pengelolaan Ekosistem :
* Dilakukan tanam serentak dalam areal yang luas, agar pertumbuhan populasi hama “seragam“
dan dapat dideteksi perkembangannya lebih mudah
* Penanaman : 2 bibit / lubang, kedalaman 2-3 cm
* Penggenangan sedalam 2-5 cm sampai umur 30 HST
* Pembersihan semak-semak tempat tikus bersembunyi
* Pelestarian musuh alami perlu terus dilakukan

6
* Pemupukan dilakukan dengan berimbang . Di daerah kronis serangan blas, dosis pupuk N
tidak boleh melebihi 200 kg Urea per ha. Pupuk Kalium secara simultan dapat menekan
beberapa penyakit, seperti : hawar pelepah, hawar bakteri, dll
* Lakukan penyiangan secara mekanis, atau kimiawi
3. Pengamatan, Analisis Ekosistem dan BILTUS :
a. Pengamatan :
* Amati pertumbuhan tanaman, antara lain untuk penyulaman
* Diamati gejala kerusakan karena OPT atau tanda-tanda keberadaan tikus, populasi wereng
coklat, penggerek batang, gejala serangan tungro, serangga penular virus, dll
* Diamati wereng coklat makroptera (bersayap) pada tanaman umur 2-5 MST. Populasi pada
varietas rentan tinggi
* Diamati berbagai jenis musuh alami dan populasinya
* Predator utama yang paling awal masuk dalam habitat padi adalah laba-laba (Lycosa
pseudoanulata) yang memangsa wereng coklat dan serangga hama lainnya
* Diamati populasi Lycosa sp. pada 20 rumpun / petak secara acak sepanjang garis diagonal
maya, atau dengan jaring serangga sebanyak 10 ayunan /petak sawah. Pengamatan dilakukan
setiap seminggu sekali

ANALISIS EKOSISTEM PENGAMBILAN KEPUTUSAN

PEMANTAUAN PROGRAM TINDAKAN

AGROEKOSISTEM

Gambar 1. Proses pengambilan keputusan PHT padi

7
IMPLEMENTASI PHT
( PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN )

PENGAMBILAN
KEPUTUSAN

ANALISIS
EKOSISTEM

PENELITIAN
DAN
PENGEMBANGAN
PHT

PEMANTAUAN TINDAKAN
1-2 X / MGG PENGENDALIAN

E K O S I S T E M P E R T A N I A N

b. Analisis Ekosistem dan BILTUS : (Gambar 1)


* Tikus sawah : (ada gejala kerusakan / tanda keberadaan) :
- pemasangan pagar plastik + bubu perangkap/bambu
- pengendalian korektif : bila gejala serangan baru ≥ 15 % s/d fase anakan maksimum, perlu
tindakan korektif dengan pemasangan umpan beracun
* Tanaman dengan gejala serangan tungro dicabut
* Wereng coklat : bila populasinya ≥ 10 ekor/rumpun (tanaman berumur < 40 HST), atau ≥ 40
ekor/rumpun (tanaman berumur > 40 HST) perlu digunakan insektisida
* Penggerek batang, Ambang Pengendalian (AP) serangan sundep ≥ 10 - 15 %  “spot
treatment“
* Hama putih : pengeringan sawah 2-3 hari
* Ganjur, AP : serangan ganjur ≥ 10% dan parasitasi < 50 %, aplikasi dengan insektisida
sistemik. Monitoring populasi ganjur dengan lampu perangkap
* Tungro : musnahkan tanaman bergejala tungro. Aplikasi inssektisida : “hot spot treatment“
(titik awal)

8
* Kepinding tanah : bila populasinya ≥ 30 ekor/rumpun, lakukan pemupukan kembali untuk
kompensasi serangan
* Anjing tanah : lakukan penggenangan dan pengendalian secara fisik. Dapat juga dipasang
umpan beracun
* Siput murbei : musnahkan telur dan siput dewasa. Pasanglah perangkap ajir bambu atau
lainnya. Lakukan penyulaman : 4-5 bibit / rumpun. Terapkan budidaya mina padi atau
lepaskan “bebek“

FASE TANAMAN TUA (Sejak Primordia – Berbunga)


1. Karakteristik Ekosistem :
* Fase “krisis“ terhadap serangan tikus, penggerek batang, wereng coklat dan penyakit tanaman
* Serangan penggerek batang mengakibatkan “beluk“
* Serangan tikus meningkat saat primordial – padi bunting
* Serangan ganjur tidak merugikan
* Virus tungro tidak menunjukkan gejala dan tidak berpengaruh terhadap hasil panen
2. Budidaya dan Pengelolaan Ekosistem :
* Tanaman yang terserang berat tungro dan menunjukan gejala “ hopperburn “ oleh wereng
coklat dimusnahkan
* Ulat grayak pemotong malai : aplikasi isektisida dilakukan bila intensitas serangan ≥ 15 %
3. Pengamatan, Analisis Ekosistem dan BILTUS :
a. Pengamatan :
* Diamati perkembangan OPT seminggu sekali
* Diamati rasio antara hama (OPT) dan musuh alami untuk menentukan perlu tidaknya
pengendalian kimiawi
* Diamati serangan tikus dan perkiraan populasinya. Diamati liang aktif untuk menetapakan
aplikasi “pengemposan“ dengan asap beracun / belerang
b. Analisis Ekosistem dan BILTUS :
* Wereng coklat : bila populasinya ≥ AP diaplikasi insektisida
* Penyakit penting : lakukan pengeringan berkala (3-4 hari)
* Tikus : pagar plastik, perangkap bubu, pengemposan
* Hama putih palsu : AP intensitas serangan ≥ 45 % pada daun bendera

9
* Serangan penggerek batang : cabut dan musnahkan “beluk“ segar

FASE PEMATANGAN BULIR ( Pengisian bulir – Panen )


1. Karakteristik Ekosistem :
* Hama pengisap bulir : ketersediaan makanan melimpah
* Fase sangat kritis bagi kerusakan tanaman karena serangan hama wereng coklat, penggerek
batang dan tikus
* Walang sangit : mulai menyerang pertanaman padi
* Ulat grayak menyerang (memotong) malai
* Pengelolaan air : sangat penting
2. Budidaya dan Pengelolaan Ekosistem :
* Penting upaya pelestarian musuh-musuh alami
* Dijaga kebersihan lingkungan
* Pengelolaan air : penting untuk pengisian bulir dan pematangan
* Daerah kronis PBPP : pemotongan jerami < 5 cm
3. Pengamatan, Analisis Ekosistem dan BILTUS :
a. Pengamatan :
* Diamati populasi hama dan gejala serangan penyakit yang merusak bulir dan malai, antara
lain walang sangit, kepik hijau, ulat grayak,dll. Amati juga musuh-musuh alami penting
* Diamati lebih teliti hama (OPT) yang telah menyerang sejak awal ; wereng coklat, penggerek
batang, tikus
b. Analisis Ekosistem dan BILTUS :
* Walang sangit / pengisap bulir lainnya : AP ≥ 10 ekor / m2
* Tindakan korektif : insektisida efektif, pemasangan perangkap bangkai kepiting atau tulang-
tulang (yang terangkap dimatikan)
* Tikus : pengemposan dengan asap beracun / asap belerang
* Beluk : dilakukan pencabutan beluk segar dan dimusnahkan

10
II. PENERAPAN PHT PADA TANAMAN KUBIS
OPT UTAMA :
 Ulat daun kubis (Plutella xylostella)
 Ulat krop kubis (Crocidolomia binotalis)
 Akar bengkak (Plasmodiophora brassicae)

KOMPONEN TEKNOLOGI
 Budidaya tanaman sehat :
o Pengapuran lahan
o Bibit sehat
o Pemupukan berimbang :
- pupuk kandang
- pupuk buatan : N, P2O5 dan K2O
o Tanaman perangkap : Rape
o Tumpangsari : tomat – kubis
 Pengendalian hayati hama Plutella :
o Parasitoid Diadegma semiclausum
 Pengamatan rutin (mingguan) :
o Penarikan contoh :
- Bentuk - U
- Sistem diagonal
o Tanaman contoh : 10 tanaman / 0.2 Ha
o Pengamatan :
- populasi larva Plutella & Crocidolomia
- populasi telur Crocidolomia
- tingkat parasitasi larva Plutella (dalam %)
o Pengendalian mekanis :
- kumpulkan telur dan larva Crocidolomia
o Pengendalian kimia berdasarkan AP :
- Ambang pengendalian (AP)

11
* Plutella : 5 larva III / IV per 10 tanaman
* Crocidolomia : 3 paket telur / 10 tanaman
- Insektisida selektif :
* Bacillus thuringiensis, Ambamektin, Spinosad
o Perpaduan AP dinamis dan insektisida selektif :
- Rumus : k + (lv : 10) x t
P = ----------------------------
lv + p + k
- Tindakan pengendalian
* Rumus : Y = ( 1 – P ) X x
* Jika Y < 5 (AP Plutella)  tidak disemprot
* Jika Y > 5  dilakukan penyemprotan

HASIL PENERAPAN PHT :


 Pengurangan penggunaan pestisida :
- Penggunaan insektisida berkurang : 81 %
- Penggunaan fungisida berkurang : 95 %
 Hasil panen meningkat : 7,6 %
 Keuntungan meningkat : 182 % ( 2x lipat )

III. PENERAPAN PHT PADA TANAMAN KENTANG


OPT UTAMA :
 Pengorok daun (Liriomyza huidrobensis)
 Penggerek daun / umbi (Phthorimaea operculella)
 Hama pengisap (thrips, kutudaun)
 Busuk daun (Phytopthora infestans)
 Nematoda bengkak akar (Meloidogyne sp)

KOMPONEN PHT :
 Budidaya tanaman sehat :

12
- Gunakan bibit sehat
- Gunakan varietas tahan OPT :
Contoh : Klon No.17 (Merbabu 17) dan No. 08
- Tanaman perangkap : kubis, jagung, petsai
- Tinggi guludan : 40 cm
- Pemupukan perimbang :
* pupuk kandang
* pupuk buatan : N ,P2O5 dan K2O
- Gunakan mulsa plastik hitam perak
 Pengendalian hayati :
- Hama Liriomyza : Hermiptarsenus varicornis
- Hama Phthorimaea : Pristomerus sp
- Hama pengisap : Coccinella sp
 Pengamatan rutin (1-2 kali / minggu) :
- Penarikan contoh :
* bentuk – U
* sistem diagonal
- Tanaman contoh : 10 tanaman / 0.2 Ha
- Pengamatan :
* Populasi larva Phthorimaea
* Populasi nimfa : thrips, kutudaun
* Bercak aktif Phytophthora
 Pengendalian mekanik / fisik :
- Phthorimaea : perangkap Feromonoid Seks 40 buah / ha (PTM1 + PTM2)
- Liriomyza : perangkap likat warna kuning (40 buah / Ha)
 Pengendalian kimia berdasarkan AP :
- Ambang pengendalian (AP) hama :
* AP Phthorimaea : 2 larva / tanaman
* AP Myzus (kutudaun) : 0.3 nimfa / daun
* AP Thrips : 10 nimfa / daun
* AP Meloidogyne spp : 300 larva / kg tanah

13
* AP Phytophthora : 1 bercak aktif / 10 tanaman
- Strategi penggunaan fungisida :
* Kontak (K) – sistemik (S) – K – K – S – dst

HASIL PENERAPAN PHT :


 Pengurangan penggunaan pestisida :
- Penggunaan insektisida berkurang : 89 %
- Penggunaan fungisida berkurang : 81 %
 Hasil panen meningkat : 24.4 %
 Keuntungan meningkat : 196.4 % ( 2x lipat )

IV. PENERAPAN PHT PADA TANAMAN JERUK


HAMA (OPT) UTAMA :
 Pengorok daun jeruk (Phyllocnistis citrella)
 Kutu daun hitam (Toxoptera aurantii)
 Kutu loncat jeruk (Diaphorina citri)
 Lalat buah jeruk (Bactrocera dorsalis)
 Huang Lung Bin (CVPD)
 Penyakit blendok : (Phytophthora spp)
 Penyakit kulit Diplodia (Botryodiplodia theobromae)

KOMPONEN TEKNOLOGI :
 Budidaya tanaman sehat :
- Penggunaan bibit jeruk bersertifikat (bebas penyakit)
- Penggunaan varietas tahan penyakit embun tepung (Oidium tingitanium), antara lain :
Keprok Batu 55, Keprok Maladina .
- Pemupukan berimbang. Khusus untuk mengatasi CPVD, bila terjadi defisiensi unsur
mikro, perlu ditambahkan pupuk daun yang mengandung unsur Zn atau Mn .
- Sanitasi kebun : pemangkasan ranting / cabang terserang CVPD, buah terserang hama
(OPT ), dll .

14
- Penggunaan varietas tahan CVPD : jeruk besar varietas Nambangan (toleran), varietas
Konde Purworejo (toleran).
 Pengendalian hayati :
- Pengendalian vektor CVPD (Diaphorina citri) :
* dengan predator Curinus coeruleus .
* parasitoid nimfa D. citri : Tamarixa radiata (tingkat parasitasi 70 %) dan
Diaphorencyrtus aligarhensis (60 %).
- Pengendalian tungau jingga (Tentranychus urticae) : dengan predator (tungau)
Amblyseius deleoni.
 Pengendalian secara mekanik / fisik :
- Pembungkusan buah mulai umur 1,5 bulan dengan kertas semen untuk mencegah peletakan
telur dari lalat buah (B. dorsalis)
- Penggunaan atraktan/perangkap lalat buah jantan dengan metil eugenol (ME) + insektisida
kimia. ME diekstrak dari daun cengkeh atau selasih .
 Pengendalian kimia :
- Pengendalian virus Tristeza (CTV) : dengan cara preimunisasi tanaman jeruk (bibit)
menggunakan strain lemah ( Njmv 7, Mkm 8, Psp 1, atau KrpKP 12) relatif protektif
terhadap strain kuat (CTVT-348).
- Perendaman mata tempel jeruk dalam larutan penisilin 1000 ppm dapat menekan serangan
CVPD.
- Pengendalian vektor virus Tristeza (CTV), yaitu Toxoptera citricidus dengan mengguna-
kan insektisida yang efektif seperti Azodrin 15 WSC (1,2 liter/ha).

15
V. PENERAPAN PHT PADA TANAMAN KAPAS
HAMA (OPT) UTAMA
 Wereng kapas (Amrasca biguttula)
 Penggerek buah kapas (Helicoverpa armigera)
 Penggerek buah kapas merah jambu (Pectinophora gossypiella)

KOMPONEN PHT :
 Budidaya tanaman sehat :
- Gunakan varietas tahan wereng kapas : Kanesia 7
- Penanaman jagung sebagai perangkap H. armigera (telur)
- Penggunaan serasah untuk meningkatkan kelimpahan dan keanekaragaman artropoda
tanah seperti kolembola yang merupakan pakar alternatif predator
- Tumpang – gilir kedelai dan kapas
 Pengendalian hayati :
- Pelepasan parasitoid telur Trichogrammatoidea armigera (200.000/Ha/ pelepasan)
 Pengamatan rutin (1x / minggu) :
- Penarikan contoh : bentuk–U atau sistem diagonal
- Tanaman contoh : 25 tanaman/ha
- Pengamatan :
* Populasi wereng kapas (A .biguttula)
 Pengendalian dengan insektisida berdasarkan AP atau AT :
- Ambang Pengendalian (AP) atau Ambang Tindakkan (AT) :
* AP wereng kapas : 13 tanaman terinfestasi / 25 tanaman contoh, pada saat tanaman
berumur 65 - 75 HST
- Gunakan insektisida selektif : Untuk H armigera :
* HaNPV (H .armigera Nucler Polyhedrosis Virus) dengan dosis 6,0 x 1011 PIB/Ha
* Ekstrak serbuk biji mimba (SBM) 20 – 30 g/liter larutan

16
HASIL PENERAPAN PHT
 Keuntungan ekonomi : hampir 2 x lipat (B/C = 1,98)
 Biaya pengendalian / pestisida : berkurang 60 %
 Keuntungan ekologis :
- Pengurangan pencemaran oleh insektisida kimia
- Keanekaragaman hayati musuh alami meningkat

REFERENSI :
Nurindah, dkk. 2003. Analisis Status Penelitian dan Pengembangan PHT pada Tanaman Kapas.
Proyek PHT Tanaman Perkebunan .

17
Skala Perbandingan Musuh Alami dan OPT :
 Pengendalian hayati merupakan komponen utama (kunci) hampir pada setiap
Program PHT (Huffaker & Smith,1980)
 Berapa skala perbandingan musuh alami dan OPT yang ideal (efektif) ?
 Tidak ada rumus umum untuk semua jenis OPT
 Dapat diketahui melalui penelitian
 Hama wereng coklat (Nilaparvata lugens) pada tanaman padi (Baehaki, dkk.,1996) :

 Pada umur < 40 HST :


a – 5 (b)
Bila C = ----------- > 5 ekor / rumpun  Aplikasi insektisida !
r

 Pada umur > 40 HST :


a – 5 (b)
Bila C = ------------ > 20 ekor / rumpun  Aplikasi insektisida !
r

a = populasi wereng coklat (dan wereng punggung putih)


b = laba-laba (Lycosa)
C = wereng terkoreksi
r = banyaknya rumpun yang diamati

 Hama ulat daun kubis (Plutella xylostella) pada tanaman kubis (Sastrosiswojo,
1987)

Y=(1–P).X

Y = Tingkat populasi larva P . xylostella yang mempunyai potensi merusak


P = Tingkat parasitasi larva oleh Diadegma semiclausum

18
X = Rata -rata populasi larva / tanaman
Bila Y ≥ AP (0,5 larva / tanaman)  Aplikasi insektisida !

TEKNIK PEMERCONTOHAN
ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN
TANAMAN SAYURAN

Sudarwohadi Sastrosiswojo
Balai Penelitian Tanaman Sayuran
Jl . Tangkuban Perahu No . 517 Lembang , Bandung 40391

ABSTRAK
Pengelolaan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) tidak dapat dilaksanakan dengan baik
tanpa perkiraan yang akurat tentang kepadatan populasi hama dan musuh-musuh alaminya atau
pengamatan kerusakan tanaman dan pengaruhnya terhadap hasil panen. Pengamatan kepadatan
populasi ham (OPT) dapat dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu secara absolut, secara relatif
dan indeks populasi. Pada dasarnya ada dua maksud program pemercontohan yang digunakan dalam
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yaitu untuk mengetahui apakah populasi hama sudah mencapai
Ambang Ekonomi (Ambang Pengendalian) dan memperkirakan kepadatan populasi hama yang
dapat digunakan untuk tujuan operasional pengendalian OPT dan merancang sistem . Teknik
pemercontohan yang umum digunakan pada tanaman sayuran adalah penarikan contoh sistem
diagonal dan bentuk-U .

19
UKURAN (JUMLAH) TANAMAN CONTOH

 Jumlah tanaman contoh per unit area :


 10 tanaman per ≤ 0,2 Ha
 20 tanaman per > 0,2 - ≤ 0,4 Ha
 30 tanaman per > 0,4 - ≤ 0,6 Ha
 40 tanaman per >0,6 - ≤ 0,8 Ha
 50 tanaman per > 0,8 - ≤ 1,0 Ha

 Bila jumlah tenaga, ketersediaan waktu dan dana (transportasi) terbatas :


 Letakkan petak contoh di perpotongan garis diagonal imaginer pada hamparan (blok)
pertanaman
 Ukuran petak contoh, tanpa mempertimbangkan jarak tanam : 100 tanaman per
petak contoh

PETAK CONTOH
METODE PAREL et. al. (1973) :
 Populasi tanaman = 100 tanaman
 Ukuran (jumlah) tanaman contoh = 10 tanaman
 Fraksi contoh (sampling fraction) = 10 : 100 = 1/10
 Interval contoh (sampling interval) = 10/1 = 10
 Tanaman contoh No. 1 (diacak) : x = 7

20
PEMERCONTOHAN BENTUK – U

# Sesuai untuk pertanaman x x x x x x x x x x x x


sayuran di lereng ( terasering ) x o o o 10 o o o o o o x
atau pertanaman yang x o o o o o o 9 o o o x
memanjang . x o o o 8 o o o o o o x
# Nomor tanaman contoh : x o o o o o o 7 o o o x
1 s / d 10 x o o o 6 o o o o o o x
x o o o o o o 5 o o o x
x o o o 4 o o o o o o x
x o o o o o o 3 o o o x
x o o o 2 o o o o o o x
x o o o o o o 1 o o o x
x x x x x x x x x x x x

PEMERCONTOHAN BENTUK DIAGONAL :

# Sesuai untuk pertanaman x x x x x x x x x x x x


sayuran di tempat datar x 10 o o o o o o o o 5 x
( hamparan luas ) x o o o o o o o o o o x
# Nomor tanaman contoh : x o o 9 o o o o 4 o o x
1 s / d 10 x o o o o o o o o o o x
x o o o o o o o o o o x
x o o o o 3 8 o o o o x
x o o o o o o o o o o x
x o o 2 o o o o 7 o o x
x o o o o o o o o o o x
x 1 o o o o o o o o 6 x
x x x x x x x x x x x x

21
22
23

Anda mungkin juga menyukai