Pengertian :
PHT adalah suatu cara pendekatan atau cara berpikir tentang pengendalian hama (OPT) yang di-
dasarkan pada pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan agroeko-
system yang berwawasan lingkungan yang berkelanjutan
Sasaran PHT :
Produktivitas pertanian mantap tinggi
Penghasilan dan kesejahteraan petani meningkat
Populasi hama/kerusakan tanaman tetap berada pada tingkat yang secara ekonomis tidak
merugikan
Pengurangan resiko pencemaran lingkungan akibat pestisida
Strategi PHT :
Yaitu memadukan secara kompatibel semua teknik atau metode pengendalian hama (OPT)
didasarkan pada azas ekologi dan ekonomi
Taktik PHT yang terutama :
Pemanfaatan proses pengendalian alami dengan cara tidak mengganggu perkembangan
ekosistem musuh-musuh alami
Pengelolaan ekosistem melalui usaha bercocok tanam, yang bertujuan membuat lingkungan
tanaman kurang sesuai bagi kehidupan hama (OPT) dan mendorong berfungsinya agensia
pengendalian hayati.
Beberapa contoh :
- Penanaman varietas tahan - Sanitasi
- Penanaman benih sehat - Pengaturan jarak tanam
- Pergiliran tanaman dan varietas - Penanaman tumpangsari
- Penetapan masa tanam - Pengelolaan tanah dan air
- Tanam serempak dan pengaturan saat tanam
- Penanaman tanaman perangkap, penolak, dsb
- Pemupukan berimbang sesuai kebutuhan setempat
Pengendalian fisik dan mekanis
1
Penggunaan pestisida secara selektif untuk mengembalikan populasi hama (OPT) pada
tingkat keseimbangannya selektivitas fisiologis atau selektivitas ekologis (dan cara
aplikasi)
Langkah-langkah Sistematis :
TAHAP 1. Efisiensi Penggunaan Pestisida
Bagi daerah yang penggunaan pestisidanya intensif :
- Peningkatan keterampilan pengguna pestisida
Dasar penyemprotan pestisida
- Penyemprotan terjadual
- Pengamatan kasar
Pengambilan keputusan pengendalian OPT
- Berdasarkan pengalaman (belum dengan Ambang Pengendalian)
- Sifat pengendalian : preventif
Contoh : pada komoditi hortikultura
2
- Musuh-musuh alami : banyak terbunuh
- Seringkali disebut sebagai ”PHT Pestisida”
Contoh : pada komoditi kedelai, kapas, kakao
3
I. PENERAPAN PHT PADI SAWAH
PRATANAM
Varietas :
Apabila di daerah serangan “virus tungro“ (khronis) :
- Gunakan varietas tahan atau pergantian varietas .
Bila di daerah khronis penggerek batang, tanamlah varietas yang mempunyai anakan
banyak .
1. Karakteristik Ekosistem
a. Sisa-sisa tanaman, singgang, tunggul jerami, gulma :
* Bersihkan, karena tempat bertahan gulma
* Tunggul jerami : tempat diapause “penggerek batang padi putih“ (PBPP).
Ngengat muncul kurang lebih 10 hari setelah hujan pertama
* Singgang : tempat bertahan virus tungro (lebih ganas)
* Sisa-sisa tanaman, jerami, gulma : tempat bertahan beberapa jenis penyakit
(cendawan blas, hawar pelepah, dll)
b. Populasi hama (OPT) :
* Populasi awal hama perlu diwaspadai Nt = N0 ert
* Tikus : gropyokan
* PBPP : persemaian
2. Budidaya dan Pengelolaan Ekosistem :
a. Perencanaan ekosistem :
* Pertemuan Kelompok Tani untuk menetapkan : pola tanam, penentuan varietas,
kebutuhan SAPRODI, waktu tanam, dll
Hasil kegiatan : RDK / RDKK .
* Di daerah kronis serangan werang coklat, virus tungro, hawar bakteri :
pergiliran varietas atau varietas tahan .
b. Pengolahan Tanah
* Lakukan pengolahan tanah sampai selesai, baru menyemai
* Buat saluran air di tengah sawah atau di tepi pematang : untuk memudahkan
pengumpulan siput (keong) mas
4
c. Pemupukan :
Sehari sebelum tanam diberikan pupuk dasar.
d. Pembersihan lingkungan :
* Pembersihan saluran air dan semak-semak
* Pembersihan singgang dan pemusnahan sisa-sisa tanaman
* Pelestarian musuh-musuh alami hama
3. Pengamatan, Analisis Ekosistem (ANEK), Pengambilan Keputusan (BILTUS)
a. Pengamatan :
* Amati populasi hama dan musuh alami serta gejala serangan pada tunggul jerami,
sisa tanaman dan singgang
* Amati jenis serangga yang tertangkap lampu perangkap di sekitar persawahan
(PBPP, wereng coklat, wereng hijau, dll)
b. Analisis Ekosistem dan BILTUS :
* Jika liang-liang tikus, perlu tindakan korektif : gropyokan, dll
* Di daerah “kepinding tanah“ : gunakan lampu perangkap
* Di daerah PBPP : sebar benih ditunda, ≥ 10 hari setelah penerbangan puncak .
* Di daerah ganjur : tanam dilakukan kurang lebih 1,5 bulan sebelum puncak curah hujan
tertinggi
* Di daerah tungro : waktu tanam seawal mungkin, sebar benih 5 hari setelah pengolahan
tanah, agar pada saat populasi wereng hijau tinggi, padi telah berumur > 60 hari
* Di daerah siput murbei : pasang perangkap ajir bambu
FASE PERSEMAIAN
1. Karakteristik Ekosistem :
* Jenis OPT : PBPP, wereng coklat, tikus, tungro, blas
* Mulai ditemukan telur dan ngengat PBPP, dan wereng coklat dewasa, serta serangan tikus
2. Budidaya dan Pengelolaan Ekosistem :
* Benih : bersertifikat / sehat, benih unggul, tahan OPT
* Luas lahan semai kurang lebih 500 m2 / ha pertanaman .
Kebutuhan benih kurang lebih 20 kg / ha, direndam dalam air selama 24 jam kemudian
diperam selama 24 jam .
5
* Hindari pembelian bibit dari daerah terserang OPT / endemis .
3. Pengamatan, Analisis Ekosistem dan BILTUS :
a. Pengamatan :
* Diamati populasi kelompok telur dan ngengat PBPP, gejala kresek, tungro,blas, serangan
tikus, defisiensi unsur hara. Khusus tikus : ada / tidak liang aktif, jejak jalan, dsb .
b. Analisis Ekosistem dan BILTUS :
* PBPP : pengumpulan telur eksplorasi parasitoid (4 hari/1x)
* Ada ngengat PBPP : dipasang perangkap lampu
* Serangan tikus : dipasang pagar plastik, bubu perangkap.
Tindakan korektif : gropyokan, pengumpanan beracun, dll
* Musnahkan bibit : gejala sundep, wereng, tungro, dll
* Banyak penerbangan kepinding tanah : gunakan perangkap lampu
* Belalang kembara : aplikasi insektisida di tempat berkumpul
* Babi hutan : lakukan pemburuan
6
* Pemupukan dilakukan dengan berimbang . Di daerah kronis serangan blas, dosis pupuk N
tidak boleh melebihi 200 kg Urea per ha. Pupuk Kalium secara simultan dapat menekan
beberapa penyakit, seperti : hawar pelepah, hawar bakteri, dll
* Lakukan penyiangan secara mekanis, atau kimiawi
3. Pengamatan, Analisis Ekosistem dan BILTUS :
a. Pengamatan :
* Amati pertumbuhan tanaman, antara lain untuk penyulaman
* Diamati gejala kerusakan karena OPT atau tanda-tanda keberadaan tikus, populasi wereng
coklat, penggerek batang, gejala serangan tungro, serangga penular virus, dll
* Diamati wereng coklat makroptera (bersayap) pada tanaman umur 2-5 MST. Populasi pada
varietas rentan tinggi
* Diamati berbagai jenis musuh alami dan populasinya
* Predator utama yang paling awal masuk dalam habitat padi adalah laba-laba (Lycosa
pseudoanulata) yang memangsa wereng coklat dan serangga hama lainnya
* Diamati populasi Lycosa sp. pada 20 rumpun / petak secara acak sepanjang garis diagonal
maya, atau dengan jaring serangga sebanyak 10 ayunan /petak sawah. Pengamatan dilakukan
setiap seminggu sekali
AGROEKOSISTEM
7
IMPLEMENTASI PHT
( PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN )
PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
ANALISIS
EKOSISTEM
PENELITIAN
DAN
PENGEMBANGAN
PHT
PEMANTAUAN TINDAKAN
1-2 X / MGG PENGENDALIAN
E K O S I S T E M P E R T A N I A N
8
* Kepinding tanah : bila populasinya ≥ 30 ekor/rumpun, lakukan pemupukan kembali untuk
kompensasi serangan
* Anjing tanah : lakukan penggenangan dan pengendalian secara fisik. Dapat juga dipasang
umpan beracun
* Siput murbei : musnahkan telur dan siput dewasa. Pasanglah perangkap ajir bambu atau
lainnya. Lakukan penyulaman : 4-5 bibit / rumpun. Terapkan budidaya mina padi atau
lepaskan “bebek“
9
* Serangan penggerek batang : cabut dan musnahkan “beluk“ segar
10
II. PENERAPAN PHT PADA TANAMAN KUBIS
OPT UTAMA :
Ulat daun kubis (Plutella xylostella)
Ulat krop kubis (Crocidolomia binotalis)
Akar bengkak (Plasmodiophora brassicae)
KOMPONEN TEKNOLOGI
Budidaya tanaman sehat :
o Pengapuran lahan
o Bibit sehat
o Pemupukan berimbang :
- pupuk kandang
- pupuk buatan : N, P2O5 dan K2O
o Tanaman perangkap : Rape
o Tumpangsari : tomat – kubis
Pengendalian hayati hama Plutella :
o Parasitoid Diadegma semiclausum
Pengamatan rutin (mingguan) :
o Penarikan contoh :
- Bentuk - U
- Sistem diagonal
o Tanaman contoh : 10 tanaman / 0.2 Ha
o Pengamatan :
- populasi larva Plutella & Crocidolomia
- populasi telur Crocidolomia
- tingkat parasitasi larva Plutella (dalam %)
o Pengendalian mekanis :
- kumpulkan telur dan larva Crocidolomia
o Pengendalian kimia berdasarkan AP :
- Ambang pengendalian (AP)
11
* Plutella : 5 larva III / IV per 10 tanaman
* Crocidolomia : 3 paket telur / 10 tanaman
- Insektisida selektif :
* Bacillus thuringiensis, Ambamektin, Spinosad
o Perpaduan AP dinamis dan insektisida selektif :
- Rumus : k + (lv : 10) x t
P = ----------------------------
lv + p + k
- Tindakan pengendalian
* Rumus : Y = ( 1 – P ) X x
* Jika Y < 5 (AP Plutella) tidak disemprot
* Jika Y > 5 dilakukan penyemprotan
KOMPONEN PHT :
Budidaya tanaman sehat :
12
- Gunakan bibit sehat
- Gunakan varietas tahan OPT :
Contoh : Klon No.17 (Merbabu 17) dan No. 08
- Tanaman perangkap : kubis, jagung, petsai
- Tinggi guludan : 40 cm
- Pemupukan perimbang :
* pupuk kandang
* pupuk buatan : N ,P2O5 dan K2O
- Gunakan mulsa plastik hitam perak
Pengendalian hayati :
- Hama Liriomyza : Hermiptarsenus varicornis
- Hama Phthorimaea : Pristomerus sp
- Hama pengisap : Coccinella sp
Pengamatan rutin (1-2 kali / minggu) :
- Penarikan contoh :
* bentuk – U
* sistem diagonal
- Tanaman contoh : 10 tanaman / 0.2 Ha
- Pengamatan :
* Populasi larva Phthorimaea
* Populasi nimfa : thrips, kutudaun
* Bercak aktif Phytophthora
Pengendalian mekanik / fisik :
- Phthorimaea : perangkap Feromonoid Seks 40 buah / ha (PTM1 + PTM2)
- Liriomyza : perangkap likat warna kuning (40 buah / Ha)
Pengendalian kimia berdasarkan AP :
- Ambang pengendalian (AP) hama :
* AP Phthorimaea : 2 larva / tanaman
* AP Myzus (kutudaun) : 0.3 nimfa / daun
* AP Thrips : 10 nimfa / daun
* AP Meloidogyne spp : 300 larva / kg tanah
13
* AP Phytophthora : 1 bercak aktif / 10 tanaman
- Strategi penggunaan fungisida :
* Kontak (K) – sistemik (S) – K – K – S – dst
KOMPONEN TEKNOLOGI :
Budidaya tanaman sehat :
- Penggunaan bibit jeruk bersertifikat (bebas penyakit)
- Penggunaan varietas tahan penyakit embun tepung (Oidium tingitanium), antara lain :
Keprok Batu 55, Keprok Maladina .
- Pemupukan berimbang. Khusus untuk mengatasi CPVD, bila terjadi defisiensi unsur
mikro, perlu ditambahkan pupuk daun yang mengandung unsur Zn atau Mn .
- Sanitasi kebun : pemangkasan ranting / cabang terserang CVPD, buah terserang hama
(OPT ), dll .
14
- Penggunaan varietas tahan CVPD : jeruk besar varietas Nambangan (toleran), varietas
Konde Purworejo (toleran).
Pengendalian hayati :
- Pengendalian vektor CVPD (Diaphorina citri) :
* dengan predator Curinus coeruleus .
* parasitoid nimfa D. citri : Tamarixa radiata (tingkat parasitasi 70 %) dan
Diaphorencyrtus aligarhensis (60 %).
- Pengendalian tungau jingga (Tentranychus urticae) : dengan predator (tungau)
Amblyseius deleoni.
Pengendalian secara mekanik / fisik :
- Pembungkusan buah mulai umur 1,5 bulan dengan kertas semen untuk mencegah peletakan
telur dari lalat buah (B. dorsalis)
- Penggunaan atraktan/perangkap lalat buah jantan dengan metil eugenol (ME) + insektisida
kimia. ME diekstrak dari daun cengkeh atau selasih .
Pengendalian kimia :
- Pengendalian virus Tristeza (CTV) : dengan cara preimunisasi tanaman jeruk (bibit)
menggunakan strain lemah ( Njmv 7, Mkm 8, Psp 1, atau KrpKP 12) relatif protektif
terhadap strain kuat (CTVT-348).
- Perendaman mata tempel jeruk dalam larutan penisilin 1000 ppm dapat menekan serangan
CVPD.
- Pengendalian vektor virus Tristeza (CTV), yaitu Toxoptera citricidus dengan mengguna-
kan insektisida yang efektif seperti Azodrin 15 WSC (1,2 liter/ha).
15
V. PENERAPAN PHT PADA TANAMAN KAPAS
HAMA (OPT) UTAMA
Wereng kapas (Amrasca biguttula)
Penggerek buah kapas (Helicoverpa armigera)
Penggerek buah kapas merah jambu (Pectinophora gossypiella)
KOMPONEN PHT :
Budidaya tanaman sehat :
- Gunakan varietas tahan wereng kapas : Kanesia 7
- Penanaman jagung sebagai perangkap H. armigera (telur)
- Penggunaan serasah untuk meningkatkan kelimpahan dan keanekaragaman artropoda
tanah seperti kolembola yang merupakan pakar alternatif predator
- Tumpang – gilir kedelai dan kapas
Pengendalian hayati :
- Pelepasan parasitoid telur Trichogrammatoidea armigera (200.000/Ha/ pelepasan)
Pengamatan rutin (1x / minggu) :
- Penarikan contoh : bentuk–U atau sistem diagonal
- Tanaman contoh : 25 tanaman/ha
- Pengamatan :
* Populasi wereng kapas (A .biguttula)
Pengendalian dengan insektisida berdasarkan AP atau AT :
- Ambang Pengendalian (AP) atau Ambang Tindakkan (AT) :
* AP wereng kapas : 13 tanaman terinfestasi / 25 tanaman contoh, pada saat tanaman
berumur 65 - 75 HST
- Gunakan insektisida selektif : Untuk H armigera :
* HaNPV (H .armigera Nucler Polyhedrosis Virus) dengan dosis 6,0 x 1011 PIB/Ha
* Ekstrak serbuk biji mimba (SBM) 20 – 30 g/liter larutan
16
HASIL PENERAPAN PHT
Keuntungan ekonomi : hampir 2 x lipat (B/C = 1,98)
Biaya pengendalian / pestisida : berkurang 60 %
Keuntungan ekologis :
- Pengurangan pencemaran oleh insektisida kimia
- Keanekaragaman hayati musuh alami meningkat
REFERENSI :
Nurindah, dkk. 2003. Analisis Status Penelitian dan Pengembangan PHT pada Tanaman Kapas.
Proyek PHT Tanaman Perkebunan .
17
Skala Perbandingan Musuh Alami dan OPT :
Pengendalian hayati merupakan komponen utama (kunci) hampir pada setiap
Program PHT (Huffaker & Smith,1980)
Berapa skala perbandingan musuh alami dan OPT yang ideal (efektif) ?
Tidak ada rumus umum untuk semua jenis OPT
Dapat diketahui melalui penelitian
Hama wereng coklat (Nilaparvata lugens) pada tanaman padi (Baehaki, dkk.,1996) :
Hama ulat daun kubis (Plutella xylostella) pada tanaman kubis (Sastrosiswojo,
1987)
Y=(1–P).X
18
X = Rata -rata populasi larva / tanaman
Bila Y ≥ AP (0,5 larva / tanaman) Aplikasi insektisida !
TEKNIK PEMERCONTOHAN
ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN
TANAMAN SAYURAN
Sudarwohadi Sastrosiswojo
Balai Penelitian Tanaman Sayuran
Jl . Tangkuban Perahu No . 517 Lembang , Bandung 40391
ABSTRAK
Pengelolaan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) tidak dapat dilaksanakan dengan baik
tanpa perkiraan yang akurat tentang kepadatan populasi hama dan musuh-musuh alaminya atau
pengamatan kerusakan tanaman dan pengaruhnya terhadap hasil panen. Pengamatan kepadatan
populasi ham (OPT) dapat dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu secara absolut, secara relatif
dan indeks populasi. Pada dasarnya ada dua maksud program pemercontohan yang digunakan dalam
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yaitu untuk mengetahui apakah populasi hama sudah mencapai
Ambang Ekonomi (Ambang Pengendalian) dan memperkirakan kepadatan populasi hama yang
dapat digunakan untuk tujuan operasional pengendalian OPT dan merancang sistem . Teknik
pemercontohan yang umum digunakan pada tanaman sayuran adalah penarikan contoh sistem
diagonal dan bentuk-U .
19
UKURAN (JUMLAH) TANAMAN CONTOH
PETAK CONTOH
METODE PAREL et. al. (1973) :
Populasi tanaman = 100 tanaman
Ukuran (jumlah) tanaman contoh = 10 tanaman
Fraksi contoh (sampling fraction) = 10 : 100 = 1/10
Interval contoh (sampling interval) = 10/1 = 10
Tanaman contoh No. 1 (diacak) : x = 7
20
PEMERCONTOHAN BENTUK – U
21
22
23