Anda di halaman 1dari 25

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMA

(OPT )PADI
1. DEFINISI
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) adalah semua organisme yang
menggangu pertumbuhan tanaman pokok dalam hal ini Tanaman Padi yang
dapat menimbulkan kerusakan pada tanaman padi dan kerugian bagi petani.
Sedangkan Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Padi adalah
upaya manusia untuk menekan besarnya populasi OPT sampai batas tidak
menimbulkan kerusakan pada tanaman padi dan menndatangkan kerugian
bagi petani/yang melakukan usaha tani padi tersebut.
.
2. TUJUAN
Peserta diklat diharapkan mampu mengendalikan OPT pada tanaman padi.

3. MANFAAT
Peserta diklat dapat menggunakan informasi ini (yang dibuat sendiri) sebagai
antisipasi pengendalian Organisme Pengganggu tanaman padi di musim
berikutnya pada lokasi yang sama

4. METODE
Praktek, ceramah, Tanya jawab

5. Alat dan Bahan


Alat tulis, kertas

6. Tempat
Lapangan/Sawah

7. LANGKAH KEGIATAN PENGENDALIAN OPT


No

Tahapan

Pengamatan

Uraian Kegiatan

Agroekosistem

Analisa
agroekosistem

Pada Tahap ini,


anda diminta untuk
bergabung dalam
kelompok
kecil
menghimpun untuk
semua keragaan :
Keragaan
OPT,
Keragaan
Musuh
Alami,
Keragaan
Komoditas,
Keragaan
iklim
mikro
dan
perlakuan petani
Mengisi
format
yang
sudah
disediakan
berdasarkan
temuan
pada
tanaman sampling.
Tanaman sampling
ditentukan dengan
berjalan
searah
diagonal
dari
petakan
sawah
yang akan diamati,
tentukan 3 titik
lokasi
mewakili
daerah
pinggir
terdekat,
tengah
dan pinggir terjauh
dari arah diagonal
tersebut.:
Anda diminta untuk
menggambarkam
kembali hasil
pengamatannya di
lapangan sesuai
dengan kondisi yang
ada
Diskusikan :
mengelompokka
n hasil
pengamatan
berdasarkan
keragaan yang
ada
mengidentifikasi
jenis hama,
penyakit, gulma
dan musuh
alami

Alat Bantu

Petakan sawah
10 rumpun tanaman
sampling di lokasi pinggir
terdekat

10 rumpun tanaman
sampling di lokasi tengah
petakan sawah

10 rumpun tanaman
sampling di lokasi pinggir
terjauh

Format keragaan OPT


Format keragaan iklim
mikro

Format
padi sawah

Agroekosistem

berdasarkan
kriteria dan ciriciri yang dimiliki
Menghitung
populasi hama,
musuh alami
dan intensitas
serangan
penyakit
Kelompok anda
mempresentasi
kan hasil
diskusi
kelompok

Tindakan
Pengendalian

Tindakan pengendalian
dilakukan berdasarkan
kesimpulan kegiatan
sebelumnya.

Keragaan OPT
No
1

Item Keragaan
Serangga/Organisme

Jumlah

Keterangan

Penyakit

Hitung persentase
intensitas
serangannya

Gulma

Hitung persentase
areal yg tertutupinya

Hitung populasinya :
jumlah yang ditemukan
dibagi jumlah rumpun

Keragaan Iklim Mikro


No
A
1.
2.

Item
Keragaan Iklim Mikro
Sinar Matahari
Tanah

3.
4.
B.
1.
2.
3.
4.
C.
1.
2.
3.
4.

Kecepatan angin, dan Arah angin


Kebersihan lahan
Keragaan Komoditas
Varietas yang ditanam
Umur Tanaman
Tinggi Tanaman
Fase Pertumbuhan Tanaman
Keragaan Perlakuan Petani
Melakukan aplikasi Pestisida
Melakukan penyiangan
Melakukan Pemupukan
Tindakan Pengendalian yang dilakukan

8.

Kondisi Lapangan
Cerah/Mendung/Hujan
Kering/Macakmacak/Tergenang
Bersih/banyak gulma

HASIL
Simpulkan,bagaimana hasil kerja Saudara dalam pengendalian Organisme
Pengganggu Tanaman Padi

Dalam melakukan pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Padi


Saudara mengalami kesulitan ? Beri tanda pada gambar berikut !!!

..

bisa melakukan pengendalian OPT Taman padi secara benar


bisa melakukan pengendalian OPT tanaman padi secara benar i dengan
dibimbing
belum bisa melakukan pengendalian OPT tanaman padi secara benar

INFORMASI POKOK
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) adalah semua organisme yang menggangu
pertumbuhan tanaman pokok dalam hal ini Tanaman Padi yang dapat menimbulkan
kerusakan pada tanaman padi dan kerugian bagi petani.
Sedangkan Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Padi adalah upaya manusia
untuk menekan besarnya populasi OPT sampai batas tidak menimbulkan kerusakan
pada tanaman padi dan menndatangkan kerugian bagi petani/yang melakukan usaha
tani padi tersebut.
Organisme Pengganggu Tanaman ini terdiri atas :
a.

Hama yang umumnya adalah dari golongan serangga, tikus, dan binatang lainnya

b.

Penyakit yaitu kerusakan yang disebabkan oleh cendawan, bakteri, nematoda,


tungau dan virus.

c.

Gulma yaitu tumbuhan/ tanaman liar yang dapat menjadi pesaing dan
mengganggu pertumbuhan tanaman pokok.

Penggunaan pestisida merupakan alternatif terakhir, bila populasi hama telah melewati
ambang batas pengendalian, gunakan pestisida secara berkala dan sesuai dengan dosis
yang diajurkan.
Beberapa cara penanggulangan OPT yang telah dilakukan, diantaranya:
1. Cara Budidaya Tanaman atau Penggunaan Praktek Agronomi.
a.

Penggunaan Varietas resisiten dari tanaman

b.

Rotasi tanaman.

c.

Penghancuran tanaman yang tidak berguna

d.

Pembajakan /pengoalahan tanah dengan baik

e.

Keseragaman waktu tanam atau waktu panen

f.

Pemangkasan

g.

Pemupukan

h.

Sanitasi dan Pengelolaan air

2. Cara Mekanik
a. Penghancuran dengan tangan
b. Pencegahan dengan tirai atau pembatas
c. Perangkap, alat penghisap.
3.

Cara Fisik
a. Tempratur panas atau dingin
b. Kelembaban
c. Energi, perangkap lampu.
d. Suara

4.

Cara Biolog/Hayatii
a. Perlindungan dan pemantapan musuh alami
b. Introduksi, pemanfaatan parasit dan predator.
c. Perbanyakan dan penyebaran patogen (bakteri, virus, fungi dan protozoa).

5. Cara Kimiawi
a. Bahan penarik (attractants)
b. Bahan penolak (repellents)
c. Pestisida (insektisida, fungisida, bakterisida, herbisida dll).
6. Cara Genetik
Perbanyak dan pelepasan OPT steril atau yang secara genetic tidak kompatibel
7. Cara Peraturan
Yaitu melaui Karantina tumbuhan dan hewan

1.

Pengendalian Penggerek Batang


a. Pada Daerah Serangan Endemik
1). Pengaturan Pola Tanam
Tanam serentak untuk membatasi sumber makanan bagi penggerek batang
padi
Rotasi tanaman padi dengan tanaman bukan padi untuk memutus siklus
hidup hama
Pengaturan waktu tanam yaitu berdasarkan penerbangan ngengat atau
populasi larva di tunggul padi

15 hari sesudah puncak penerbangan ngengat generasi pertama dan atau 15


hari sesudah puncak penerbangan ngengat generasi berikutnya
2). Pengendalian Secara Mekanik dan Fisik

Mekanik yaitu dengan mengumpulkan kelompok telur di persemaian


dan di pertanaman

Fisik yaitu dengan penyabitan tanaman serendah mungkin dan


penggenangan air setinggi 10 cm agar jerami atau pangkal jerami cepat
membusuk sehingga larva atau pupa mati

3). Pengendalian Hayati


Pemanfaatan musuh alami parasitoid:

Trichogramma japonicum: dosis 20

pias/ha (1 pias = 2000-2500 telur terparasit) sejak awal pertanaman)


4). Pengendalian Secara Kimiawi
Dilakukan pada saat 4 hari setelah ada penerbangan ngengat atau intensitas
serangan rata-rata > 5% sundep
Insektisida butiran di persemaian dilakukan jika disekitar pertanaman ada
lahan yang sedang atau menjelang panen pada satu hari sebelum tanam
dengan dosis 2 gram insektisida granule/m2 [800 gram/400 m2 (luas
persemaian)]
Pada pertanaman stadium vegetatif dianjurkan menggunakan insektisida
butiran berbahan aktif : Carbofurant (Furadan), Carbosulfan (Marshal),
dosis 20 kg insektisida granule/ha
Disemprot dengan insektisida seperti Dimehipo (Dipho), Bensultap
(Spontan), Amitraz (Mitac), Fipronil (Regent).
2. WERENG COKLAT (Nilaparvata lugens)
Wereng coklat merupakan salah satu hama penting pada tanaman padi, karena
pada serangan yang berat dapat menyebabkan puso (gagal panen).
Ekobiologi Wereng Coklat
Ekobiologi hama wereng adalah sebagai berikut.

Menyukai tanaman yg dipupuk N dosis tinggi dengan jarak tanam rapat.

Siklus hidup 21-33 hari.

Stadia rentan adalah sejak pembibitan hingga fase masak susu.

Hama menghisap cairan tanaman pada sistem vaskuler (pembuluh).

Imago Wereng Coklat


Tanda Serangan
Tanaman padi yang terserang hama wereng coklat menunjukkan gejala menguning
dan mengering dengan cepat. Umumnya gejala terlihat mengumpul pada satu lokasi
dan melingkar (hopperburn). Selain sebagai hama, wereng coklat juga merupakan
vektor (penular) penyakit virus kerdil rumput pada tanaman padi.

Tanda Serangan Hama Wereng Coklat

Pengendalian Wereng Coklat


a. Penanaman Varietas tahan
b. Tanam padi serentak
c. Perangkap lampu
Keputusan:

Wereng yang tertangkap di kubur


Keringkan pertanaman padi secara serentak
Kendalikan dengan insektisida yang direkomendasikan
d. Waktu persemaian padi
Wereng imigran tidak tumpang tindih : 15 hari setelah puncak imigran
Wereng imigran tumpang tindih 15 hari setelah puncak imigran ke-2
e. Tuntaskan pengendalian pada generasi ke-1
Puncak imigran awal = Go
25-30 hari kemudian = imago G1
25-30 hari kemudian = imago G2
25-30 hari kemudian = imago G3
Pengendalian terbaik:
pada G0 dan G1
paling lambat pada G2
pada G3 tidak akan berhasil
f. Pengamatan di pertanaman
Menghitung wereng coklat dan musuh alami
Contoh: Pengendalian wereng berdasar musuh alami pada padi Stadia vegetatif
NO. RUMPUN

PREDATOR

CYRTORHINUS

1
2
3
4
.
.
.
18
19
20

W. COKLAT + W. P.
PUTIH
30
30
23
35
.
.
.
44
50
35

2
3
4
1
.
.
.
2
1
1

1
3
5
8
.
.
.
8
7
8

TOTAL

635

55

101

Ai - (5Bi + 2Ci)
635 (5x55+ 2x101)
Di = ----------------------- = ---------------------------- = 7.9 ekor
20
20

g. Penggunaan insektisida

Keringkan pertanaman sebelum aplikasi

Aplikasi saat air embun tidak ada : jam 8-11

Tepat dosis dan tepat jenis:

Imidacloprid, fipronil, theametoxam, buprofezin

Tepat air pelarut 350-500 liter air/ha

3. WERENG HIJAU
Wereng hijau merupaka hama dari
kelompok Hemiptera.
Ada 4 (empat) jenis hama wereng
hijau yang biasa menyerang padi yaitu :
a. Nephotettix virescens
b.

N. nigropictus

c.

N. cincticeps

d.

N. malayanus

Bioekologi Wereng Hijau

Umumnya ditemukan pada padi


sawah irigasi & tadah hujan, tdk pada padi gogo.

Jarang menimbulkan kerusakan

Merupakan vektor virus tungro.

Populasi hanya meningkat pd saat tanam s.d. pembentukan malai, tertinggi 1


ekor/ rumpun.

Siklus hidup 23 30 hari.

Tanda Serangan.
Wereng lebih menyukai menghisap cairan tanaman pada daun bagian pinggir.
Sangat menyukai tanaman yg dipupuk dgn Nitrogen dosis tinggi.
Tanaman kerdil, anakan berkurang, daun berubah warna menjadi kuning hingga
kuning oranye.
Pengendaliannya

Menanam varietas tahan seperti Tukad Petanu, Tukad Balian

Tindakan pengendalian dilakukan jika sudah terlihat gejala tungro.


Insektisida yg dianjurkan berbahan aktif :

4. TIKUS SAWAH
(RATTUS ARGENTIVENTER)
Bioekologi Tikus Sawah
a. Tikus adalah hama yang sangat
merugikan pada banyak jenis
tanaman pangan (polyfag).

b. Sangat adaptif

pada

berbagai

lingkungan

pada

berbagai lingkungan.

Habitatnya : tempat gelap dan semak-semak sekitar sumber pakannya.


c. Kelebihannya : 1). Dapat berenang hingga 72 jam.; 2). Dapat melompat ke
atas setinggi 90 cm, datar sejauh 1,2 3 m; 3). Tidak cedera meski jatuh dari
ketinggian 10 m
d. Mengerat utk mencegah pertumbuhan giginya yg mencapai 12-15 cm per
tahun.
e. Maksimal berat badan 130 gram.
f. Warnanya kelabu gelap pada punggung, putih pada bagian dada dan perut.
g. Perkembangbiakan

Umur 1,5 5 bln sdh dapat berkembang biak

Usia bunting 21 hari, dan dapat melahirkan 6-10 ekor anak.

Anak yang sudah berumur 21 hari sudah pisah dari induk dan setiap ekor
dapat melahirkan sebanyak 4 kali.

Cara Pengendalian Tikus


a. Pengendalian hama tikus dapat dilakukan dengan memadukan beberapa cara
pengendalian yaitu : Gropyokan, pengemposan, tanam serempak, sanitasi
habitat, musuh alami dan Rodentisida serta pengendalian dengan TBS-LTBS.
b. Langkah-langkah pengendalian :
Pengendalian mulai pratanam sampai panen
Pengorganisasian gerakan operasional
Kerjasama antar pemerintah daerah/batas wilayah
Koordinasi dan kerjasama dengan instansi terkait

5. KEPINDING TANAH (Scotinophara coarctata)


Bioekologi hama kepinding tanah
a. Hama ini menimbulkan masalah karena menyerang Padi mulai dari fase

pembibitan

hingga dewasa.

b. Siklus hidupnya : 28 35 hari.

Tanda Serangan

Hama merusak tanaman dengan menghisap cairan tanaman.

Di sekitar lubang bekas hisapan berubah warna menjadi coklat menyerupai


penyakit blas.

Daun menjadi kering dan menggulung membujur.

Gabah yg terbentuk umumnya berisi separo/ hampa.

Imago pada pangkal malai

Tanda serangan berat

Pengendalian
a.

Kepinding tanah bertelur pada pelepah daun di ketinggian 10 cm dari


permukaan lumpur. Oleh karena itu pengendalian dapat dilakukan dengan
menggenang lahan setinggi 15 cm selama semalam.

b.

Memasang lampu petromak yang digantungkan diatas bejana yang telah diisi
minyak tanah (kerosin), sehingga kepinding yang jatuh dari lampu dapat
ditampung dalam bejana.

c.

Aplikasi dengan Beauveria bassiana atau Metarhizium anisopliae

d.

Pengendalian dengan kimia masih sedikit informasinya

6. WALANG SANGIT
Bioekologi Walang Sangit

Walang sangit adalah hama yg merusak bulir padi pada fase pemasakan.

Apabila ada gangguan akan mengeluarkan bau utk mempertahankan diri dan
menarik sesamanya.

Hama Walang Sangit

Gabah bekas serangan W.


Sangit

Tanda Serangan
a.

Fase padi yg rentan adalah mulai keluarnya malai hingga masak susu.

b.

Hama menghisap butiran gabah yang sedang mengisi/ masak susu.

c.

Kerusakan yg terjadi: gabah hampa, beras berubah warna dan mengapur.

Cara Pengendalian
a.

Membersihkan gulma di pematang, pertanaman, dan di sekeliling tanaman


padi

a.

Walang sangit datang di pertanaman sebelum tanaman padi berbunga, hidup


pada gulma

b.

Memasang bangkai binatang. Walang sangit tertarik kapada bau bangkai,


setelah berkumpul dapat disemprot dengan insektisida

c.

Menggunakan bahan kimia (Regent, BPMC) bila populasi sudah mencapai


ambang ekonomi 10 ekor/20 rumpun

7. HAMA PELIPAT DAUN


Hama pelipat daun padi Cnaphalocrosis medinalis (Guenee) di Indonesia diberi
nama yang keliru sebagai hama putih palsu. Ulat-ulat yang baru menetas
mengeluarkan benang untuk melipat daun. Ulat hidup dalam lipatan daun dan
makan bagian dalam lipatan. Bila populasi ulat tinggi maka akan terjadi kerusakan
yang cukup tinggi sehingga dapat menurunkan produksi padi.
Bioekologi Hama putih palsu
a.

Menjadi masalah bila kerusakan daun


anakan maksimum dan fase pematangan.

bendera

mencapai > 50% pd fase

b.

Ngengat berwarna kuning coklat, pada sayap depan terdapat 3 pita hitam.

c.

Siklus hidup : 30 60 hari.

d.

Bila dijumpai adanya ngengat maka ini pertanda akan adanya serangan

Imago

Daun terserang

Larva

Tanda Serangan
a.

Larva menggerek jaringan hijau daun (klorofil) dari dalam lipatan daun.

b.

Kerusakan yg terjadi berupa adanya warna putih pada daun di pertanaman

Pengendaliannya
a. Bila menyerang padi dibawah umur 30 hari tdk

perlu dilakukan

penyemprotan, cukup diberikan air dan pupuk yang dikelola dgn baik.
b. Secara kimiawi gunakan insektisida karbofuran atau fipronil (seperti : Regent)

8. HAMA PUTIH

Ekobiologi Hama Putih (Nympula depunctalis (Guenee)

a. Hama putih nama yang benarnya adalah penggulung daun (leaf role = case
worm).
b. Gulungan daun yang berisi larva hama putih mengapung di atas permukaan
air.
Tanda Serangan
Tanda serangannya adalah daun tanaman padi yang terserang seperti terpotong
dengan gunting
Cara Pengendalian
a. Keringkan lahan selma 3-5 hari pada stadia larva sering dipermukaan air
b. Gunakan insektisida pada saat mencapai ambang ekonomi
9. ULAT GRAYAK
Ekobiologi Ulat Grayak
a. Menyerang tanaman pada malam hari secara tiba-tiba
b. Bersifat polypag
c. Menyerang pucuk dan daun tanaman
d. Pada serangan berat dapat menimbulkan puso
Cara Pengendalian
Ulat gryak dapat dikendalikan dengan menggunakan insektisida yaitu disemprot
dengan insektisida sistemik seperti Regent.

10. ANJING TANAH /ORONG-ORONG


Bioekologi
Anjingtanah, Gryllotalpa orientalis (=africana) disebut
mole cricket (Ing), gaang (Sunda) atau orong-orong (Jawa)

Berwarna kecoklat-coklatan sangat sintal (montok)

Tungkai

dimodifikasi

untuk

menggali.

dimodifikasi sebagai struktur sekop

Membuat terowongan sampai bermeter-meter

Telur menetas 15-40 hari

Nimfa 3-4 bulan

Dewasa hidup lebih dari 6 bulan

Tibia

Univoltin

Tertarik lampu

Polyfag dan makan bagian tanaman di dalam tanah dari hampir seluruh
tanaman darat

Tanda Serangan
a. Menyerang bagian akar dan dasar tanaman padi yang sedang tumbuh di
pesemaian kering
b. Anjingtanah menyerang tanaman padi di pesawahan irigasi, lebak, dan pasang
surut apabila tidak ada genangan air
Cara Pengendaliannya
a. Pengolahan tanah akan membantu membunuh telur dan nimfa
b. Mekanis pada saat pengolahan tanah terhadap anjing tanah
c. yang berenang
d. Penggenangan air pada lahan (pada lahan pasang surut penggenangan pada tipe
luapan A dan B)
e. Penggunaan bibit umur 35-42 hari dianjurkan hanya untuk
f. varietas berumur panjang seperti IR42 dan Lematang
g. Penggunaan insektisida karbofuran pada saat tanam dapat
h. menekan intensitas serangan sampai menjadi 10%
i. Umpan beracun yang terdiri dari satu bagian Sodium fluosilicate (atau
insektisida lain) dan satu bagian gula merah yang dicampur dengan 10 bagian
karir (dedak beras), kemudian dibuat pasta dengan mencampurkan air
secukupnya
j. Menggunakan perangkap lampu
11. Keong Mas
Bioekologi
a.

Keong mas merupakan salah satu hama tanaman yang sering menimbulkan
kerugian pada tanaman padi, karena hama ini menyerang tanaman muda dengan
cara memotong daun dan batang tanaman yang dapat menyebabkan kematian.

b. Keong mas dapat hidup cukup lama di dalam tanah


c.

Keong akan aktif dan berkembang biak bila ada air dan tanaman padi muda

d. Meletakkan telur-telurnya di tempat yang kering seperti : rumput, dahan, kayu di


atas air.
Tanda Serangan/ kerusakan
a. Pesemaian, tanaman yang baru tumbuh dipotong daunnya hingga tanaman mati
b. Menyerang tanaman dibawah umur 15 hari setelah tanam
Cara Pengendaliannya
a. Secara mekanik ; dilakukan terus menerus dengan cara mengumpulkan keong
kemudian dimusnahkan
b. Pengendalian secara budi daya

sebar benih lebih banyak untuk persiapan nyulam

Tanam bibit lebih tua

tidak menggenangi sampai 7 hari setelah tanam

Buat caren untuk memudahkan mengambil keong

Pupuk dasar sebelum tanam + saponin

c. Pengendalian secara kimiawi

Hanya untuk lahan yang sangat tinggi populasi keong dan sukar diatur air,
sebab pestisida juga toksik terhadap fauna air lain

Perlakuan benih

Aplikasi dengan bahan nabati seperti rerak

12. Burung
a. Burung juga merupakan salah satu hama penting pada tanaman padi karena
pada serangan berat dapat menyabakan kerugian yang cukup besar bahkan
gagal panen,
b. Burung menyerang tanaman padi yang sudah dalam fase matang susu sampai
pemasakan biji (sebelum panen)
c. Serangan mengakibatkan:
Biji hampa
Adanya gejala seperti beluk
Biji banyak hilang
Cara Pengendaliannya
a. Penjaga burung mulai jam 6-10 pagi dan jam 2-6 sore, karena waktu-waktu
tersebut merupakan waktu yang kritis bagi tanaman diserang burung

b. Gunakan jaring untuk mengisolasi sawah dari serangan burung; luas sawah
yang diisolasi kurang dari 0,25 hektar
c. Bila tanam tabela:
benih yang sudah disebar di sawah ditutup dengan tanah
benih yang digunakan harus lebih banyak
gunakan orang-orangan atau tali yang diberi plastik untuk menakut-nakuti
burung
tanam serentak dengan sekitarnya, jangan menanam atau memanen di luar
musim agar tidak dijadikan sebagai satu-satunya sumber makanan
d. Kendalikan habitat/sarang burung
II. JENIS JENIS PENYAKIT PENTING, GEJALA SERANGA DAN
PENCEGAHANNYA.
1. Hawar Pelepah (Rhizoctania solani)
a. Gejala serangannya
Jamur ini sebagai penyebab berbagai penyakit pada berbagai tanaman. Nama
latinya akan muncul berulang kali pada setiap tanaman.
Pemantauan penyakit

ini perlu dilakukan

karena keganasan serangannya.

Penyebab penyakit ini kelembaban tinggi pemberian pupuk nitrogen berlebihan.


Disamping penggunaan varietas yang potensi hasil tinggi jumlah anakan tinggi
kelembaban disekitar tanaman tinggi kondisi seperti ini merangsang munculnya
penyakit ini
b. Pencegahannya.
Untuk mencegah serangan penyakit

ini

dapat menggunakan fungisida dengan

aplikasi pada saat anakan maksimun dan awal fase produktif.

2. Busuk Pelepah Acrocylindrium oryzae


a. Gejala serangan
Gejala serangan penyakit ini yaitu rusaknya jaringan tanaman dalam berbagai
ukuran, berwarna gelap dan di bagian tengah berwarna terang. Akhirnya jaringan
yang rusak berkembang bersaman dan meluas kebagian pelepah. Didalam
pelepah tersebut terbentuk tepung berwarna putih tepatnya pada bulir yang baru

mumcul. Akibat serangan penyakit ini bulir tidak muncul karena terganggu
pertumbuhannya.
b. Pencegahan.
Sejauh pengetahuan tentang penyakit ini masih sedikit, sedikit pula usaha yang
dilakukan untuk mencegah penyakit ini. Belum ada varietas tanaman padi yang
tahan terhadap serangan penyakit ini.
3. Penyakit Busuk Batang Helminthosporium sigmoideum
a. Gejala serangan
Penyakit ini disebabkan oleh jamur dengan spora yang sangat tahan di dalam
tanah. Spora jamur ini menginfeksi pangkal batang ketika spora tersebut
mengapung dipermukaan air dan mencapai tanaman.
Infeksi jamur ini mneyebabkan pelepah daun berubah warnanya menjadi
gelap kemudian terkulai. Infeksi tersebut kemudian meluas kepelepah
berikutnya dan pada akhirnya pada batang.
Apabila batang terserang maka seluruh tanaman tumbang atau tanaman
terkulai.
Spora jamur ini berada pada jerami dan tanah hingga musim tanah berikutnya
dan akan menginfeksi tanaman baru
b. Pencegahan.

Penyakit ini dapat ditekan pengaruhnya dengan mengurangi banyaknya spora


jamur disawah dengan cara sanitasi. Pembersiahan atau pembakaran jerami
dan tunggul jerami merupakan cara sanitasi yang terbaik.

Pengaturan pengeringan sawah hingga tanah retak retak dapat mengurangi


serangan penyakit ini .Penyakit muncul pada lahan yang berlebihan dalam
penggunaan pupuk urea dan fospor.

4. Penyakit Blas Pyricularia oryzae


a. Gejala serangan
Penyakit blas disebabkan oleh jamur Pyricularia oryzae.
Bibit jamur ini berupa spora yang penyebarannya terbawa angin dan air serta
terdapat di lahan sawah

Pertumbuhan dan perkembangan jamur ini,serta gejala penyakit berupa bercak


pada daun atau batang ditentukan oleh banyak factor diantaranya : pemupukan
nitrogen dosis tinggi, dengan kondisi yang lembab.
Penyakit ini menyerang daun , batang dan malai terutama pada leher malai padi,
dimulai dari bercak kecil tetapi melebar sampai beberapa centimeter panjangnya.
Gejala itu biasanya panjang dan meuncing dibagian akhir, di bagian tepi gelap
dan bagian tengah abu-abu, pada serangan berat dapat mematikan bagian daun.
b. Pencegahan.

Penyakit blas paling baik dicegah dengan pengunaan varietas tahan.

Pemberian pupuk nitrogen sesuai dengan anjuran (rekommendasi setempat)

5. Penyakit Bakteri Bergaris ((Xanthomonas campestris pv.orizae


(=Xanthomonas oryzae)
a. Gejala serangan
Penyakit hawar daun disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae yang
terdapat di sawah sepanang waktu.
Bakteri ini menginfeksi tanaman melalui luka atau bagian lain yang terbuka,
kemudian tumbuh didalam system jaringan pengangkutan tanaman yang mirip
pembuluh darah manusia.
Pertumbuhan bakteri menyumbat saluran tersebut sehingga air dan zat makanan
tidak dapat masuk kedalam atau keluar dari ujung daun. Hal ini menyebabkan
gejala kekuningan, layu dan mati pada ujung daun.
Di persemaian gejala serangan bakteri ini menyebabkan daun menjadi kuning,
kering dan mati. Gejala serangan seperti ini disebut dengan kresek.
Penyakit ini dapat menyerang pada semua fase pertumbuhan tanaman.
Pada tanaman tua, serangan bakteri ini diawali dari bagian tepi ujung daun
kemudian

meluas ke daun bagian bawah. Gejala kuning tersebut pertama

terjadi sekitar fase bunting sampai malai keluar.

Suhu dan kelembaban yang tinggi menyebabkan meningkatnya pertumbuhan


dan perkembangan bakteri hawar daun.

b. Pencegahan.
Cara pencegahan penyakit bakteri hawar daun yang paling praktis adalah
dengan penanaman varietas tahan.

Tidak ada varietas yang tahan untuk waktu yang lama, oleh karena itu perlu
dilakukan pergiliran varietas.
Sanitasi dan penggunaan benih bermutu

dapat mengurangi sumber infeksi

bakteri ini di lapangan.


Jerami-jerami tua yang terinfeksi dibakar, dibersihkan atau dibenam dalam
tanah.
Hujan yang lebat dan angin kencang yang menyebabkan lukanya tanaman
dapat membantu penyerangan bakteri ini.
6. Virus Tungro
a. Gejala serangan

Virus tungro dapat ditularkan dari tanaman satu ketanaman yang lain, dan
dari suatu lahan kelahan lainnya oleh wereng hijau, yang disebut sebagai
vector.

Wereng hijau dapat memperoleh virus hanya dari tunbuhan yang


terinfeksi virus, dan harus makan untuk waktu yang pendek sekitar 30
menit sebelum Wereng Hijau dapat menularkan pada tanaman yang lain.

Wereng Hijau hanya dapat menularkan virus pada tanaman lain setelah ia
mengandung virus tersebut, kemudian memakan tanaman yang sehat..

Setelah menyuntikan partikel virus tongro, virus memerlukanwaktu 2


minggu masa inkubasi.

Tingkat serangan virus tungro ini dipengaruhi oleh : ketahanan varietas,


iklim, dan teknologi budidaya.

Serangan virus tungro

menyebabkan tanaman menjadi kuning secara

bertahap, pada serangan berat menyebabkan timbulnya kombinasi warna


hijau dan kuning.

Warna kuning tersebut dimulai dari ujung daun meluas ke bagian bawah.

Bila infeksi terjadi pada awal pertumbuhan tanaman (fase vegetative)


tumbuhan akan terlihat sangat kerdil, dengan sedikit anakan dan tidak
menghasilkan malai.

Sebagai inang dari Virus ini adalah singgang tanaman padi

b. Pencegahan.
Tungro merupakan penyakit sporadic pada padi. Tungro jarang bertahan di suatu
lahan secara terus menerus. Dinamika infeksi tungra tidak diketahui dengan baik.
Ada banyak cara untuk mengurangi kemunculan virus.

Pertama, dengan menggunakan varietas tahan terhadap tungro di wilayah


tertentu. Cara ini memerlukan pemantauan dan pengujian varietas. Bila daerah
endemic tungro, penggunaan varietas tahan merupakan strategi yang terbaik dan
sangat ekonomis.

Kedua, mengendalikan populasi wereng hijau yang merupakan vector virus


tungro.

Ketiga, melakukan sanitasi lingkungan seperti membersihkan singgang yang


bertujuan untuk membersihkan tanaman inang virus ini.

7. Virus Hampa dan Kerdil Rumput


a. Gejala serangan
Virus kerdil hampa mudah dikenali yaitu adanya daun yang memutar dengan
tepi daun yang tak teratur, serta tanaman kerdil.
Virus kerdil rumput juga mudah dikenali yaitu pertumbhan tanaman yang
sangat kerdil, daun kaku dan sempit, pembentukan anakan berlebihan, terdapat
bercak coklat dan merah pada daun.
Virus kerdil hampa dan kerdil rumput ditularkan oleh hama wereng coklat.
b. Pencegahan.
Virus kerdil hampa dan kerdil rumput dapat dicegah dengan mudah yaitu dengan
mengendalikan hama wereg coklat.
Ledakan penyakit ini dapat disebabkan berkurangnya populasi musuh alami
akibat dari penggunaan pestisida yang kuang bijaksana.
Untuk pengendalian virus ini dapat juga dilakukan dengan beberapa cara seperti
penggunaan varietas tahan, pergiliran varietas antar musim, pergilran varietas
dalam satu musim,

JENIS-JENIS GULMA PADA TANAMAN PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA

Gulma yaitu tumbuhan/tanaman liar yang tidak dikehendaki yang dapat menjadi pesaing
dan mengganggu pertumbuhan tanaman pokok.
A. Klasifikasi gulma dan penyebarannya.
Gulma secara umum ( marfologi ) dapat dibedakan 3 golongan yaitu :
1, Golongan Rumput ( Grasses ).
Rumput pada umumnya berdaun panjang, lurus , urat- urat daunnya sejajar
batangnya bulat dan berongga contohnya al : Echinochloa colonum ( L ) Link.
Jejagoan leutik ( sunda ), Tuton ( Jawa ) Echinochloa erusgalli ( P ) Beauv.
Jajagoan ,Gagajahan ( sunda ), Jawan.( jawa )
2, Golongan Teki ( Sedges )
Tumbuhan ini hampir serupa dengan rumput, bedanya adalah daunnya berjajar
tiga dan batangnya berbentuk segi tiga serta tidak berongga. Kerapkali
mempunyai rhizoma ( akar tinggal ), yang berbeda beda bentuknya sesuai
dengan fungsinya, yakni untuk penyimpanan makanan dan untuk pembiakan .
Contohnya : . Cyperus difformis L. Jakut papayungan ( sunda ) Welut ( jawa)
. Fimbristylis miliaecae Wahl ( F. littoralis Gaudich) Tumbaran ( Jawa ),
3. Golongan Berdaun lebar ( broad leaves )
Tumbuhan ini pada umumnya berdaun lebar contohnya :
-

Marsilea crenata Prest. Semanggi ( sunda ) Semanggen ( Jawa )

Monochoria vaginalis ( Burm .f ) Presl.

Enceng lembut ( sunda ),

Bengok ( Jawa )
4. Gulma Padi gogo rancah
Gulma pada tanaman padi gogorancah hampir mirip dengan padi sawah tadah
hujan. Gulma yang tumbuh umumnya dapat menyesuiakna diri dengan kondisi
kering dan basah.
5. Gulma Padi gogo
Gulma pada tanaman padi gogo umumnya didominasi oleh golongan rumput ,
sebagian kecil berdaun lebar dan teki. Ada daerah daerah khusus yang

didominasi oleh golongan teki terutama bila lahan-lahan yang sangat intensif
diusahakan dengan pemupukan N yang tinggi.

6. Gulma padi pasang surut


Sawah pasang surut umunya didominasi oleh gulma golongan rumput . Dari
golongan teki terdapat cyperus iria . Gulma golongan berdaun lebar relatif jarang
ditemukan di sawah pasang surut.
B. Penyebaran Gulma :
Penyebaran gulma dapat terjadi melalui :
1. Melalui benih yang terkomtaminasi dengan biji gulma.
2. Perantara hewan yang membawa biji pada saluran pencernakan atau bulu dan
kotoran.
3. Melalui pupuk kandang yang kurang matang.
4. Melalui sisa tanaman pada waktu panen, khususnya yang dilakukan dengan
mesin.
5. Penyebaran melalui angin.
6. Penyebaran melalui air irigasi.
C. Pengamatan Gulma :
Tujuan pengamatan gulma adalah untuk mengetahui dominasi gulma yang ada
sehingga apabila akan dikendalikan dengan

herbisida dapat digunakan dasar

pemilihan herbisida yang tepat ..


D. Kerapatan Gulma
Untuk mengukur kerapatan gulma digunakan dua ukuran yaitu :
1. Untuk gulma yang berkompetisi terhadap sinar matahari, ciri gulma ini adalah
pertumbuhannya ke atas dan menaungi tanaman pokok..Kompetisi gulma yang
tumbuh tegak diukur dengan menghitung jumlah gulma per meter pesegi (
ukuran ini dibandingkan dengan jumlah tanaman pokok per meter pesegi ).
2. Kompetisi

gulma yang tumbuh rendah ( menjalar ) diukur dengan

membandingkan luas lahan yang tertutup gulma. Dengan dua cara tersebut
nilai yang kecil akan memperlihatkan jumlah gulma yang sedikit dan tingkat
kompetisinya kecil. Hal ini dilakukan dalam rangka menentukan jenis, dosis dan
cara pengendalian dengan herbisida

E. Cara Pengendalian Gulma


Ada beberapa tehnik pengendalian gulma yang umum dilakukan yaitu :
1, Preventif ( Pencegahan )
Cara ini dilakukan melalui pengelolaan tanah dan pengelolaan air.
2. Mekanis ( dengan alat alat baik sederhana / modern )
a.

Manual/tenaga manusia : dengan tangan dan alat-alat sederhana (kored,


cangkul, sabit, garu, dan ternak)

b.

Semi mekanis : mesin-mesin sederhana (mower, cultivator, dsb)

c.

Mekanisasi penuh : alat-alat modern (traktor, ratavator, weed craster, dsb)

d.

Penggunaan dengan api (mekanis / physik)

3. Kimiawi
a. Pengendalian kimiawi dilakukan dengan menggunakan herbisida, baik yang
bersifat kontak maupun sistemik.
b. Penggunaan herbisida harus memenuhi kriteria 5 (lima) tepat yaitu : tepat jenis,
tepat sasaran, tepat dosis, tepat waktu dan tepat cara.

Anda mungkin juga menyukai