Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN HASIL SURVEY PENYULUHAN DI DESA HALIMAUNG JAYA

OLEH :

FARIKA (205431101046)

HELNY (205431101030)

ENDANG CAHYUNI (205431101019)

NORHALIMAH RAMADHANI (205431101014)

PENGELOLAAN AGRIBISNIS PERKEBUNAN

POLITEKNIK SERUYAN

TAHUN 2022
 Profil Biodata

Nama Lengkap : Masran

Umur : 38thn

Alamat : Unit 3 Jalan Lintas Negara

 Permasalahan

Permasalahan yang terjadi pada sawah Bapak Masran adalah penggunaan

pestisida yang kurang tepat, cara pengaplikasian pestisida yang kurang tepat, cara

pengendalian siklus tikus dan bagaimana cara pengendalian siklus walang sangit.

Sehingga bapak masran sangat sulit untuk menghilangkan hama

 Penggunaan pestisida yang tepat

Pestisida adalah substansi (zat) kimia yang digunakan untuk membunuh atau

mengendalikan berbagai hama. Pestisida berasal dari bahasa inggris yaitu pest berarti

hama dan cida berarti pembunuhan. Yang dimaksud hama bagi petani sangat luas

yaitu : tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi

(jamur), bakteria dan virus, nematoda (cacing yang merusak akar), siput, tikus,

burung, dan hewan lain yang dianggap merugikan (Subiakto sudamo, 1991).

Adapun jenis-jenis pestisida yang digunakan seperti :

a. Insektisida digunakan untuk pengendalian hama seperti, belalang, ulat, walang sangit dan

sebagainya.

b.Fungisida digunakan untuk pengendalian jamur seperti blas, kresek.

c. Bakterisida digunakan pengendalian penyakit bakteri.

d. Acarisida digunakan untuk pengendalian tungau.


e. Rodentisida digunakan untuk pengendalian binatang pengerat seperti tikus.

f. Nematisida digunakan untuk pengendalian nematoda.

g. Herbisida digunakan untuk pengendalian herba atau gulma.

1. tepat sasaran. tentukan jenis tanaman dan hama sasaran yang akan

dikendalikan, misal ulat grayak pada daun kedelai, hama wereng pada padi.

2. tepat jenis.tentukan jenis pestisida apa yang harus digunakan, umumnya pestisida

memiliki kekhususan terhadap jenis opt yang dapat dikendalikan misalnya:

bakterisida (pengendali penyakit yang disebabkan bakteri), fungisida (pengendali

jamur), insektisida (pengendali serangga), akarisida (pengendali tungau), moluskisida

(pengendali moluska seperti keongmas), rodentisida (pengendali tikus), dsb

3. tepat waktu. 

waktu pengendalian ditentukan berdasarkan:

1. tahap rentan dari hama yang menyerang, misalnya ulat yang masih kecil,

2. banyaknya hama yang paling tepat untuk dikendalikan sesuai ambang

ekonominya, misal jumlah ulat grayak 8 ekor/tanaman,

3. kondisi lingkungan, misalnya jangan melakukan aplikasi pestisida pada saat hujan,

kecepatan angin tinggi, cuaca panas terik,

4. lakukan pengulangan sesuai dengan waktu yang dibutuhkan. waktu aplikasi

merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan efektifitas pestisida yang

diaplikasikan.

jika dikaitkan dengan tahap perkembangan hama, maka dikenal waktu aplikasi pestisida

yakni:
1. aplikasi preventif, dilakukan sebelum ada serangan hama dengan tujuan untuk

melindungi tanaman,

2. aplikasi dengan sistem kalender (aplikasi berjadwal, tetap banyak dilakukan oleh

petani, misalnya seminggu sekali atau bahkan seminggu dua kali),

3. aplikasi kuratif, aplikasi ini dilakukan sesudah ada serangan hama dengan maksud

untuk menghentikan serangan atau menurunkan populasi opt,

4. aplikasi berdasarkan ambang pengendalian atau ambang ekonomi hama.

5. tepat dosis/konsentrasi

supaya pestisida yang diaplikasikan efektif membasmi opt sasaran, maka dosis/konsentrasi

pestisida harus ditetapkan secara tepat.  dosis merupakan banyaknya pestisida yang

dibutuhkan untuk setiap satuan luas, misalnya dosis pestisida a sebanyak 2 l/ha, pestisida b

sebanyak 250 ml/pohon.  sedangkan konsentrasi adalah banyaknya pestisida yang dibutuhkan

untuk setiap satuan aplikasi, misalnya 2 ml/l, 0,5 ml/l. kurangnya perhatian petani terhadap

dosis/konsentrasi pestisida ini sering menyebabkan aplikasi pestisida yang salah.

5. tepat cara

lakukan aplikasi pestisida dengan cara yang sesuai dengan formulasi pestisida dan

anjuran yang ditetapkan. cara penggunaan pestisida di antaranya cara penaburan, cara

penyemprotan, cara penghembusan, cara pengumpanan, cara fumigasi, dan cara

pengasapan.

sebelum melakukan penyemprotan pestisida perlu adanya langkah-langkah persiapan, antara

lain:
1. menyiapkan bahan-bahan, seperti pestisida yang akan digunakan (harus terdaftar),

fisiknya memenuhi syarat (layak pakai), sesuai jenis dan keperluannya, dan peralatan

yang sesuai dengan cara yang akan digunakan (volume tinggi atau volume rendah).

2. menyiapkan perlengkapan keamanan atau pakaian pelindung, seperti sarung tangan,

masker, topi, dan sepatu kebun.

3. memeriksa alat aplikasi dan bagian-bagiannya, untuk mengetahui apakah ada

kebocoran atau keadaan lain yang dapat mengganggu pelaksanaan aplikasi

pestisida. jangan pernah menggunakan alat semprot yang bocor.

4. waktu mencampur dan menggunakan pestisida sebaiknya jangan langsung

memasukkan pestisida ke dalam tangki. siapkan ember dan isi air secukupnya terlebih

dahulu, kemudian tuangkan pestisida sesuai dengan takaran-takaran sesuai

anjuran dan aduk hingga merata. kemudian larutan tersebut dimasukkan ke dalam

tangki dan tambahkan air secukupnya.

 Cara pengaplikasian pestisida yang tepat

1) Waktu penyemprotan

Agar tujuan melakukan penyemprotan tanaman padi tercapai, penyemprotan

harus dilakukan pada waktu yang tepat. Pestisida yang digunakan tidak akan

bekerja dengan baik jika penyemprotan dilakukan pada waktu yang tidak

tepat. Jika salah dalam melakukan penyemprotan, pestisida tidak akan

maksimal membunuh hama atau penyakit sasaran. Jika demikian,

penyemprotan pastinya akan diulangi sesering mungkin bila perlu dosisnya

terus ditambah. Tapi percuma saja, jika penyemprotan tetap dilakukan pada

waktu yang tidak tepat. Hal ini tentu saja akan menyebabkan pembengkakan

biaya produksi padi dan resiko resistensi hama dan penyakit akan meningkat.

2) Kapan waktu yang tepat menyemprot tanaman padi? Waktu yang tepat

melakukan penyemprotan tanaman padi adalah pada saat stomata (mulut daun)
terbuka. Sebab ketika stomata terbuka, cairan pestisida akan mudah diserap

oleh tanaman dan masuk kedalam jaringan tanaman. Dengan demikian hama

atau penyakit yang menyerang tanaman akan mati ketika hama memakan

bagian tanaman tersebut, meskipun hama tidak berada ditempat ketika

penyemprotan dilakukan. Waktu yang tepat melakukan penyemprotan

tanaman padi tersebut adalah pagi hari hingga jam 09.00 dan sore hari mulai

dari jam 15.30 hingga jam 17.00.

Hindari penyemprotan diatas jam 09.00 sampai jam 15.30, sebab stomata

(mulut daun) akan menutup ketika matahari sudah terik dan cuaca panas. Pada

rentang waktu tersebut terjadi proses fotosintesis atau proses pembentukan zat

makanan dan bukan waktu yang tepat untuk melakukan penyemprotan. Pada

saat stomata (mulut daun) tertutup, daun tidak dapat menyerap cairan pestisida

dengan baik.

3) Bagian tanaman padi yang harus disemprot

Sejatinya agar penyemprotan pestisida bisa efektif, penyemprotan dilakukan

secara merata pada seluruh bagian tanaman. Hal ini berlaku untuk penggunaan

semua jenis pestisida, baik pestisida kontak, pupuk daun maupun pestisida

sistemik. Pupuk daun dan pestisida sistemik hanya akan berfungsi dengan baik

jika dapat diserap oleh tanaman secara maksimal. Sebenarnya seluruh bagian

dari tanaman padi dapat menyerap pupuk daun dan pestisida sistemik, akan

tetapi tidak semua bagian tanaman dapat menyerap dengan baik. Ada bagian-

bagian tertentu yang sangat baik dan efektif dalam menyerap cairan pestisida.

4) Bagian tanaman yang manakah yang dapat menyerap cairan pestisida dengan

baik? Bagian tersebut adalah bagian bawah permukaan daun, supaya hasilnya

maksimal penyemprotan hendaknya merata termasuk bagian bawah

permukaan daun. Bagian tersebut adalah bagian dari tanaman padi dimana
stomata (mulut daun) berada. Stomata terdapat pada seluruh bagian tanaman

dan tersebar tidak beraturan, namun jumlah stomata terbanyak terdapat

dibawah permukaan daun. Sehingga pada bagian bawah daun bisa lebih efektif

dan maksimal dalam menyerap cairan pestisida.

5) Perhatikan cuaca

Sebagaimana saya jelaskan diatas bahwa waktu penyemprotan yang tepat

adalah pada pagi hari sebelum jam 09.00 dan sore hari antara jam 15.30 – jam

17.00. Meskipun demikian faktor cuaca juga harus diperhatikan, lakukan

penyemprotan jika pada waktu tersebut cuaca cerah. Hindari penyemprotan

jika cuaca mendung dan diperkirakan akan segera turun hujan. Penyemprotan

masih bisa dilakukan meskipun cuaca mendung, namun jika diperkirakan

hujan akan turun minimal 1 jam setelah penyemprotan. Waktu 1 jam sudah

cukup bagi daun atau tanaman untuk menyerap pupuk daun maupun cairan

pestisida.

Penyemprotan akan sia-sia jika sesaat kemudian tersiram air hujan. Sebab

sebaik apapun daya rekat pestisida, fungsi dan efektifitasnya akan berkurang

karena guyuran air hujan. Jika demikian penyemprotan harus diulangi lagi,

pemborosan pemakaian pestisida juga akan terjadi. Gunakan selalu perekat,

pembasah dan perata, sebab tidak semua jenis pestisida memiliki daya rekat

yang baik pada tanaman.

6) Interval penyemprotan tanaman padi

Interval penyemprotan adalah jarak waktu melakukan penyemprotan antara

penyemprotan sebelumnya dan penyemprotan yang akan datang. Tidak ada

aturan baku tentang interval penyemprotan, bisa 2 hari sekali, 3 hari sekali, 5

hari sekali atau 7 hari sekali. Interval penyemprotan diatur dengan

memperhatiakan intensitas serangan hama atau penyakit pada tanaman padi.


Jika intensitas serangan hama dan penyakit sudah tergolong parah,

penyemprotan bisa dilakukan sesering mungkin. Namun jika serangan hama

dan penyakit masih menunjukkan gejala atau untuk tindakan pencegahan,

penyemprotan bisa dilakukan 5 hari sekali atau 7 hari sekali.

7) Kapan tanaman padi harus disemprot ?

Ada pepatah yang mengatakan bahwa “mencegah labih baik daripada

mengobati”, hal ini benar adanya termasuk juga pada tanaman padi, sebab

mengobati itu jauh lebih sulit, apalagi jika serangan hama dan penyakit sudah

terlanjur parah. Oleh sebab itu penyemprotan hendaknya dilakukan sejak

sedini mungkin, yaitu sejak tanaman berusia 7 atau 10 hari setelah tanam. Hal

ini juga bukan aturan baku dan bisa berubah sesuai dengan kondisi yang

terjadi dilapangan, bisa saja hama atau penyakit menyerang sejak bibit

dipindah tanam kelahan, maka penyemprotan harus segera dilakukan.Untuk

tindakan pencegahan serangan hama dan penyakit tanaman padi,

penyemprotan bisa dilakukan sejak dini dengan menggunakan dosis terendah

(sesuai yang direkomendasikan) terlebih dahulu.

8) Kapan tanaman padi tidak boleh disemprot?

Jika pada jenis tanaman lainnya penyemprotan bisa dilakukan kapan saja,

tetapi tidak demikian pada tanaman padi. Pada masa-masa tertentu

penyemprotan tanaman padi harus dihentikan dan sama sekali tidak

diperbolehkan. Memang tidak ada yang melarang tetapi jika tetap melakukan

penyemprotan pada masa yang tidak diperbolehkan akibatnya bisa fatal dan

dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar. Hal ini harus dan wajib

diperhatikan jika tidak ingin mengalami kerugian karena hasil produksi padi

yang sedikit.
9) Kapan tanaman padi tidak boleh disemprot? Ketika tanaman padi memasuki

masa penyerbukan, jangan lakukan penyemprotan pestisida, terlebih jenis

pestisida yang bersifat panas dan toxic kuat. Penyemprotan yang dilakukan

pada masa penyerbukan bisa mengakibatkan gabah gabuk, kopong atau puso.

Tentu saja hal ini dapat mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit karena

hasil produksi sudah dapat dipastikan rendah. Jika memang diperlukan,

penyemprotan bisa kembali dilakukan setelah proses penyerbukan selesai 85%

atau 90%.

10) Menggunakan pestisida yang tepat

Ada berbagai macam jenis pestisida dengan fungsi yang berbeda-beda.

Pestisida digolongkan berdasarkan cara kerjanya dan organisme pengganggu

tanaman (OPT) sasarannya. Berdasarkan cara kerjanya pestisida digolongkan

menjadi beberapa jenis yaitu pestisida sistemik, kontak dan lambung,

sedangkan jenis-jenis pestisida berdasarkan OPT sasarannya antara lain adalah

insektisida, fungisida, bakterisida dan moluskisida. Supaya penyemprotan

tepat sasaran dan efektif, gunakan pestisida yang sesuai.

a. Pestisida sistemik, digunakan untuk mengendalikan OPT yang ada didalam

tanaman, misalnya sundep, uret atau penggerek batang

b. Pestisida kontak dan lambung, digunakan untuk mengendalikan hama

dengan mobilitas tinggi, seperti walang sangit atau belalang

c. Insektisida, digunakan untuk mengendalikan hama tanaman padi dari

golongan serangga, seperti walang sangit, kaper, ulat, uret, sundep atau

wereng

d. Fungisida, digunakan untuk mengendalikan penyakit tanaman padi yang

disebabkan oleh jamur atau cendawan patogen

e. Bakterisida, digunakan untuk mengendalikan penyakit tanaman padi yang


disebabka oleh bakteri

f. Moluskisida, digunakan untuk mengendalikan hama tanaman padi dari

golongan moluska, seperti keong mas

11) Dosis penyemprotan tanaman padi

Dosis atau konsentrasi penggunaan pestisida adalah takaran dalam membuat

larutan pestisida yang akan disemprotkan ketanaman padi. Sebelum

melakukan penyemprotan, biasakan untuk selalu membaca petunjuk yang

tertera pada kemasan pestisida. Gunakan dosis sesuai dengan yang dianjurkan

oleh produsen produk pestisida yang digunakan. Jangan mengurangi atau

menambah dosis dari dosis anjuran. Penggunaan dosis kurang dari yang

direkomendasikan bisa berakibat fatal, hama atau penyakit sasaran tidak mati

malah bisa menimbulkan sifat resistensi terhadap pestisida tersebut.

Sedangkan dosis yang berlebihan bisa berbahaya bagi manusia, mencemari

lingkungan dan mengakibatkan tanaman keracunan pestisida. Cara yang baik

adalah menggunakan dosis sesuai dengan yang dianjurkan.

12) Rotasi bahan aktif pestisida

Penggunaan satu jenis bahan aktif pestisida secara terus-menerus bisa

mengakibatkan sifat resistensi OPT (organisme pengganggu tanaman). Ini bisa

mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit, sebab OPT akan menjadi kebal

terhadap bahan aktif tertentu. Untuk menghindari agar OPT tidak resistan,

sebaiknya gunakan bahan aktif pestisida yang berbeda. Gunakan minimal 3

jenis bahan aktif yang berbeda yang diaplikasikan secara bergantian. Krisman,

S.P (Penyuluh Pertanian Muda)

 Cara pengendalian siklus tikus


Penglihatan (vision) tikus beradaptasi untuk aktifitas malam hari. Meskipun

buta warna, penglihatan tikus sawah sangat peka terhadap cahaya sehingga mampu

mengenali bentuk benda di kegelapan malam hingga jarak pandang 10- 15m. Dalam

keadaan gelap total, mobilitasnya dibantu indera penciuman, peraba, dan perasa.

Indera pendengaran (hearing) memiliki dua puncak tanggap akustik (bimodal

cochlear), yaitu pada selang suara audible (suara yang dapat didengar manusia pada

rentang frekuensi 20Hz-20KHz) dan pada suara ultrasonik (tidak dapat didengar

manusia pada frekuensi >20Khz). Suara digunakan oleh tikus sebagai salah satu

media komunikasi antar sesamanya. Misalnya, suara tikus berkelahi berbeda dengan

tikus kawin, berpatroli, atau tertangkap predator.

Indera penciuman (smell)  berkembang sangat baik. Tikus sawah mampu

mengenali pakan, sesama tikus, dan predator dengan hanya menggerakkan kepala

turun-naik dan mengendus,. Ketajaman penciuman juga digunakan untuk mendeteksi

sekresi genitalia tikus betina dan jejak pergerakan tikus kelompoknya sehingga tikus

mampu mengetahui batas-batas teritorialnya. Sedangkan dengan indera perasa (taste),

tikus mampu memilah pakan yang aman dan menolak pakan yang tidak disukainya.

Tikus sawah mampu mendeteksi (dengan mencicipi) air minum yang diberi 3 ppm

phenylthiocarbamide, suatu senyawa racun yang berasa pahit di lidah manusia.

Indera peraba (touch) berupa vibrissae dan kumis (misai) sangat membantu

aktivitas tikus pada malam hari. Deteksi dilakukan dengan cara menyentuhkan sensor

peraba pada permukaan lantai, dinding, dan benda lain. Dengan cara demikian, tikus

dapat menentukan arah dan mengetahui ada/tidaknya rintangan. Apabila merasa

aman, tikus akan bergerak antar obyek melalui jalan khusus yang selalu diulang

(runway)
Teknik pengendalian hama tikus melalui pendekatan PHTT (Pengendalian Hama Tikus

Terpadu) melalui cara :

 Membersihkan seluruh areal pertanaman padi agar tikus tidak dapat membuat sarang

 Mempersempit area pematang sawah tinggi dan lebar kurang lebih 30 cm sehingga

tikus tidak leluasa membuat sarang

 Mengatur pola tanam khususnya pada sawah irigasi dilakukan pergiliran tanaman

misalnya padi-padi-palawija, padi-padi-bera

 Mengatur waktu tanam yaitu dengan menanam padi secara serentak pada satu

hamparan sehingga mengurangi tingkat kerusakan tanaman padi

 Mengatur jarak tanam yang tidak rapat atau dengan pola tanam jajar legowo bertujuan

untuk menciptakan lingkungan terang yang tidak disukai tikus karena takut adanya

musuh alami

 Gropyokan masal yaitu berburu tikus secara bersama-sama

 Menggunakan alat perangkap tikus maupun racun tikus

 Menyemburkan api dan udara panas ke lubang-lubang tikus agar tikus mati atau

keluar dari sarangnya

 Menggunakan musuh alami tikus seperti burung hantu, ular, anjing dan kucing

 Menggunakan pestida seperti rodentisida apabila populasi tikus sudah tinggi

 Pemasanganan TBS (Trap Barrier System) dan LTBS, pemasangan bubu perangkap

pada pesemaian. TBS merupakan pertanaman padi yang ditanam 3 minggu lebih awal

berukuran 20x20 m dipagar plastik setinggi 60 cm yang ditegakkan dengan ajir

bambu pada setiap jarak 1 m, memiliki bubu perangkap pada setiap sisi pagar plastik

dengan lubang menghadap keluar dan dilengkapi dengan tanggul sempit sebagai jalan

masuk tikus. TBS dikelilingi parit dengan lebar 50 cm yang selalu digenangi air untuk

mencegah tikus menggali atau melubangi pagar plastik. Prinsip kerja dari TBS adalah
menarik tikus dari lingkungan sawah dan sekitarnya sehingga mengurangi populasi

tikus di pertanaman

 LBTS merupakan bentangan pagar plastik lebih dari 100 m dilengkapi bubu

perangkap pada kedua sisinya secara berselang seling agar mampu menangkap tikus

dari dua arah.

 Cara pengendalian siklus walang sangit

 Pengendalian Walang sangit dengan Kultur Teknis

Salah satu cara pengendalian walang sangit secara kultur teknis adalah dengan

menanam padi secara serempak dalam satu hamparan lahan yang luas. Selain

itu pemupukan harus dilakukan secara merata supaya tanaman padi tumbuh

seragam sehingga jumlah generasi perkembangan hama ini semakin sedikit.

Perlu diingat bahwa hingga saat ini belum ada varietas padi yang tahan

terhadap hama walang sangit. Untuk itu penanaman serempak sangat

dianjurkan karena telah terbukti menekan jumlah populasi hama walang

sangit. Selisih waktu tanam dalam satu hamparan lahan tidak boleh lebih dari

2,5 bulan. Semakin kecil selisih waktu tanam akan semakin baik,  sebab

semakin serempak waktu tanam padi akan semakin sedikit populasi walang

sangit pada hamparan tersebut. 

 Pengendalian Walang sangit Secara Biologi

Pengendalian biologi adalah pengendalian yang dilakukan dengan agens

hayati, yaitu dengan memanfaatkan parasitoid dan jamur. Salah satu agens

hayati yang dapat digunakan untuk menekan perkembangan walang sangit

adalah  jamur Beauviria bassiana dan Metharizum sp. Jamur Beauviria

bassiana ini menyerang walang sangit pada stadia nimpa dan dewasa. Jamur

ini menyerang kulit serangga sehingga terinfeksi membentuk lapisan putih

pada serangga hama dan mengakibatkan kematian. Jamur Beauviria bassiana


ini telah tersedia di lapangan yaitu pada kios-kios pertanian dengan merk

dagang Agens Hayati ” Bive-TM”. Walang sangit tertarik oleh senyawa

(bebauan) yang dikandung tanaman Lycopodium sp dan Ceratophylum sp.

Potensi agens hayati pengendali hama walang sangit masih sangat sedikit

diteliti. Beberapa penelitian telah dilakukan terutama pemanfaatan parasitoid

dan jamur masih skala rumah kasa atau semi lapang. Parasitoid yang mulai

diteliti adalah O. malayensis sedangkan jenis jamurnya adalan Beauveria sp

dan Metharizum sp. 

 Pengendalian Walang sangit dengan Perangkap

Hama walang sangit sangat tertarik pada bau busuk atau bau bangkai. Hal ini

bisa dimanfaatkan untuk mengendalikan walang sangit menggunakan

perangkap kemudian memusnahkannya. Untuk membuat perangkap walang

sangit bisa menggunakkan bangkai kepiting, cuyu, keong mas, rajungan, ikan,

kotoran ayam atau daging busuk. Caranya cukup mudah, yaitu hanya dengan

meletakkan bangkai pada tonggak kayu ditepi sawah. Hama walang sangit

akan tertarik untuk menghisap cairan bangkai tersebut, setelah terkumpul

walang sangit bisa dimusnahkan. Supaya efektif, perangkap sebaiknya

dipasang ketika tanaman padi memasuki fase berbunga sampai masak susu.

Untuk pengendalian hama walang sangit dengan cara pemanfaatan keong mas,

bahan yang diperlukan yaitu : Alat: botol bekas, pisai cutter, kawat, daging

keong mas, lem perekat (bisa juga menggunakan air detergen), air, bamboo.

Sedangkan cara membuatnya :

 Lubangi dua sisi botol bekas.

 Lengkungkan bekas sayatan ke atas.

 Lubangi tutup botol untuk memasukkan kawat.


 Masukkan dan gantung 3-5 bangkai keong dengan memasukkannya ke

kawat.

 Gunakan perekat atau cairan detergen.

 jika dengan perekat, olesi dinding botol dengan lem.

 Jika dengan cairan detergen, masukkan air dan detergen ke dalam

botol.

 Letakkan perangkap di dalam petakan sawah dengan menggunakan

tiang bamboo.

 Pengendalian Walang sangit Secara Kimiawi

Pengendalian walang sangit secara kimiawi adalah pengendalian yang

dilakukan dengan penyemprotan insektisida kimia. Pengendalian

menggunakan insektisida kimia dapat dilakukan jika populasi hama walang

sangit berada pada ambang kendali yaitu 6 ekor / m2. Penyemprotan

insektisida sebaiknya dilakukan ketika hama walang sangit aktif, yaitu pada

pagi hari dan sore hari. Penyemprotan dilakukan menjelang tanaman padi

memasuki stadia berbunga dan setelah memasuki stadia masak susu. Banyak

jenis insektisida yang dapat digunakan untuk mengendalikan walang sangit,

misalnya insektisida yang berbahan aktif fipronil, MIPC, BPMC, propoksur

atau metolkarb. Hindari menggunakan insektisida yang berbentuk

granul/butiran seperti karbofuran, karbofuran sangat berbahaya bagi

lingkungan dan manusia. 

 Pengendalian Dengan Menggunakan Perilaku Serangga

Walang sangit tertarik oleh senyawa (bebauan) yang dikandung tanaman

Lycopodium sp dan Ceratophylum sp. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk

menarik hama walang sangit dan kemudian secara fisik dimatikan. Bau
bangkai binatang terutama bangkai kepiting juga efektif untuk menarik hama

walang sangit.

 Penanaman Refugia.

Tanaman refugia merupakan tumbuhan yang tumbuh di sekitar tanaman yang

dibudidayakan, yang berpotensi sebagai mikrohabitat bagi musuh alami baik

predator maupun parasitoid, agar pelestarian musuh alami tercipta dengan

baik. Tanaman refugia sengaja ditanam di pematang sawah sebagai tempat

tinggal musuh alami, dapat berupa tanaman palawija ataupun bunga-bungaan

seperti bunga matahari, kenikir, bunga Marigold (Bunga Tahi Ayam).  Bagi

musuh alami hama, tanaman refugia ini memiliki banyak manfaat, di

antaranya sebagai sumber pakan dan tempat berlindung atau tempat tinggal

sementara, sebelum adanya populasi hama di pertanaman.  Musuh alami

walang sangit yaitu laba-laba predator yaitu Tetragnathidae, Lycosidae,

Oxyopidae, Araneidae, dan serangga predator Formicidae, Carabidae,

Coccinellidae dan Staphylinidae.

 Pengendalian secara mekanis yaitu dengan menggunakan jaring sebelum

stadia pembungaan.

 Pengendalian dengan Pestisida nabati, yaitu menggunakan daun mimba dan

tembakau

 Pemanfaatan asap menggunakan bahan galian   batu bara untuk mempengaruhi

aktivitas  dari  hama  walang   

 Penggunaan Kapur Barus, yaitu pada fase vegetatif atau saat  padi  bunting 

sampai  Cara  menggantungkan  kapur  barus  tersebut  yang  sudah 

dimasukkan  kedalam  pembungkus dari  kain  bekas.    Taktik  pengendalian 

dengan  menggunakan  kapur  barus  ini  bersifat menolak  atau  mengusir 

datangnya  hama  walang  sangit  karena  bau  yang  dipancarkan  oleh zat 
yang  terkandung  dalam  kamapar  tersebut. Jarak  antar  kantong  tersebut 

berkisar  antara 4 - 5  meter  pada  bagian  pinggir  tanaman  padi.    Dengan 

cara  ini  intensitas  kerusakan  oleh walang sangit dapat ditekan yaitu berkisar

antara 5 - 10%.

Anda mungkin juga menyukai