OLEH :
FARIKA (205431101046)
HELNY (205431101030)
POLITEKNIK SERUYAN
TAHUN 2022
Profil Biodata
Umur : 38thn
Permasalahan
pestisida yang kurang tepat, cara pengaplikasian pestisida yang kurang tepat, cara
pengendalian siklus tikus dan bagaimana cara pengendalian siklus walang sangit.
Pestisida adalah substansi (zat) kimia yang digunakan untuk membunuh atau
mengendalikan berbagai hama. Pestisida berasal dari bahasa inggris yaitu pest berarti
hama dan cida berarti pembunuhan. Yang dimaksud hama bagi petani sangat luas
yaitu : tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi
(jamur), bakteria dan virus, nematoda (cacing yang merusak akar), siput, tikus,
burung, dan hewan lain yang dianggap merugikan (Subiakto sudamo, 1991).
a. Insektisida digunakan untuk pengendalian hama seperti, belalang, ulat, walang sangit dan
sebagainya.
dikendalikan, misal ulat grayak pada daun kedelai, hama wereng pada padi.
3. tepat waktu.
3. kondisi lingkungan, misalnya jangan melakukan aplikasi pestisida pada saat hujan,
merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan efektifitas pestisida yang
diaplikasikan.
jika dikaitkan dengan tahap perkembangan hama, maka dikenal waktu aplikasi pestisida
yakni:
1. aplikasi preventif, dilakukan sebelum ada serangan hama dengan tujuan untuk
melindungi tanaman,
3. aplikasi kuratif, aplikasi ini dilakukan sesudah ada serangan hama dengan maksud
5. tepat dosis/konsentrasi
supaya pestisida yang diaplikasikan efektif membasmi opt sasaran, maka dosis/konsentrasi
dibutuhkan untuk setiap satuan luas, misalnya dosis pestisida a sebanyak 2 l/ha, pestisida b
untuk setiap satuan aplikasi, misalnya 2 ml/l, 0,5 ml/l. kurangnya perhatian petani terhadap
5. tepat cara
pengasapan.
lain:
1. menyiapkan bahan-bahan, seperti pestisida yang akan digunakan (harus terdaftar),
fisiknya memenuhi syarat (layak pakai), sesuai jenis dan keperluannya, dan peralatan
yang sesuai dengan cara yang akan digunakan (volume tinggi atau volume rendah).
memasukkan pestisida ke dalam tangki. siapkan ember dan isi air secukupnya terlebih
1) Waktu penyemprotan
harus dilakukan pada waktu yang tepat. Pestisida yang digunakan tidak akan
bekerja dengan baik jika penyemprotan dilakukan pada waktu yang tidak
terus ditambah. Tapi percuma saja, jika penyemprotan tetap dilakukan pada
waktu yang tidak tepat. Hal ini tentu saja akan menyebabkan pembengkakan
biaya produksi padi dan resiko resistensi hama dan penyakit akan meningkat.
2) Kapan waktu yang tepat menyemprot tanaman padi? Waktu yang tepat
melakukan penyemprotan tanaman padi adalah pada saat stomata (mulut daun)
terbuka. Sebab ketika stomata terbuka, cairan pestisida akan mudah diserap
oleh tanaman dan masuk kedalam jaringan tanaman. Dengan demikian hama
atau penyakit yang menyerang tanaman akan mati ketika hama memakan
tanaman padi tersebut adalah pagi hari hingga jam 09.00 dan sore hari mulai
Hindari penyemprotan diatas jam 09.00 sampai jam 15.30, sebab stomata
(mulut daun) akan menutup ketika matahari sudah terik dan cuaca panas. Pada
rentang waktu tersebut terjadi proses fotosintesis atau proses pembentukan zat
makanan dan bukan waktu yang tepat untuk melakukan penyemprotan. Pada
saat stomata (mulut daun) tertutup, daun tidak dapat menyerap cairan pestisida
dengan baik.
secara merata pada seluruh bagian tanaman. Hal ini berlaku untuk penggunaan
semua jenis pestisida, baik pestisida kontak, pupuk daun maupun pestisida
sistemik. Pupuk daun dan pestisida sistemik hanya akan berfungsi dengan baik
jika dapat diserap oleh tanaman secara maksimal. Sebenarnya seluruh bagian
dari tanaman padi dapat menyerap pupuk daun dan pestisida sistemik, akan
tetapi tidak semua bagian tanaman dapat menyerap dengan baik. Ada bagian-
bagian tertentu yang sangat baik dan efektif dalam menyerap cairan pestisida.
4) Bagian tanaman yang manakah yang dapat menyerap cairan pestisida dengan
baik? Bagian tersebut adalah bagian bawah permukaan daun, supaya hasilnya
permukaan daun. Bagian tersebut adalah bagian dari tanaman padi dimana
stomata (mulut daun) berada. Stomata terdapat pada seluruh bagian tanaman
dibawah permukaan daun. Sehingga pada bagian bawah daun bisa lebih efektif
5) Perhatikan cuaca
adalah pada pagi hari sebelum jam 09.00 dan sore hari antara jam 15.30 – jam
jika cuaca mendung dan diperkirakan akan segera turun hujan. Penyemprotan
hujan akan turun minimal 1 jam setelah penyemprotan. Waktu 1 jam sudah
cukup bagi daun atau tanaman untuk menyerap pupuk daun maupun cairan
pestisida.
Penyemprotan akan sia-sia jika sesaat kemudian tersiram air hujan. Sebab
sebaik apapun daya rekat pestisida, fungsi dan efektifitasnya akan berkurang
karena guyuran air hujan. Jika demikian penyemprotan harus diulangi lagi,
pembasah dan perata, sebab tidak semua jenis pestisida memiliki daya rekat
aturan baku tentang interval penyemprotan, bisa 2 hari sekali, 3 hari sekali, 5
mengobati”, hal ini benar adanya termasuk juga pada tanaman padi, sebab
mengobati itu jauh lebih sulit, apalagi jika serangan hama dan penyakit sudah
sedini mungkin, yaitu sejak tanaman berusia 7 atau 10 hari setelah tanam. Hal
ini juga bukan aturan baku dan bisa berubah sesuai dengan kondisi yang
terjadi dilapangan, bisa saja hama atau penyakit menyerang sejak bibit
Jika pada jenis tanaman lainnya penyemprotan bisa dilakukan kapan saja,
diperbolehkan. Memang tidak ada yang melarang tetapi jika tetap melakukan
penyemprotan pada masa yang tidak diperbolehkan akibatnya bisa fatal dan
dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar. Hal ini harus dan wajib
diperhatikan jika tidak ingin mengalami kerugian karena hasil produksi padi
yang sedikit.
9) Kapan tanaman padi tidak boleh disemprot? Ketika tanaman padi memasuki
pestisida yang bersifat panas dan toxic kuat. Penyemprotan yang dilakukan
pada masa penyerbukan bisa mengakibatkan gabah gabuk, kopong atau puso.
Tentu saja hal ini dapat mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit karena
atau 90%.
golongan serangga, seperti walang sangit, kaper, ulat, uret, sundep atau
wereng
tertera pada kemasan pestisida. Gunakan dosis sesuai dengan yang dianjurkan
menambah dosis dari dosis anjuran. Penggunaan dosis kurang dari yang
direkomendasikan bisa berakibat fatal, hama atau penyakit sasaran tidak mati
mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit, sebab OPT akan menjadi kebal
terhadap bahan aktif tertentu. Untuk menghindari agar OPT tidak resistan,
jenis bahan aktif yang berbeda yang diaplikasikan secara bergantian. Krisman,
buta warna, penglihatan tikus sawah sangat peka terhadap cahaya sehingga mampu
mengenali bentuk benda di kegelapan malam hingga jarak pandang 10- 15m. Dalam
keadaan gelap total, mobilitasnya dibantu indera penciuman, peraba, dan perasa.
cochlear), yaitu pada selang suara audible (suara yang dapat didengar manusia pada
rentang frekuensi 20Hz-20KHz) dan pada suara ultrasonik (tidak dapat didengar
manusia pada frekuensi >20Khz). Suara digunakan oleh tikus sebagai salah satu
media komunikasi antar sesamanya. Misalnya, suara tikus berkelahi berbeda dengan
mengenali pakan, sesama tikus, dan predator dengan hanya menggerakkan kepala
sekresi genitalia tikus betina dan jejak pergerakan tikus kelompoknya sehingga tikus
tikus mampu memilah pakan yang aman dan menolak pakan yang tidak disukainya.
Tikus sawah mampu mendeteksi (dengan mencicipi) air minum yang diberi 3 ppm
Indera peraba (touch) berupa vibrissae dan kumis (misai) sangat membantu
aktivitas tikus pada malam hari. Deteksi dilakukan dengan cara menyentuhkan sensor
peraba pada permukaan lantai, dinding, dan benda lain. Dengan cara demikian, tikus
aman, tikus akan bergerak antar obyek melalui jalan khusus yang selalu diulang
(runway)
Teknik pengendalian hama tikus melalui pendekatan PHTT (Pengendalian Hama Tikus
Membersihkan seluruh areal pertanaman padi agar tikus tidak dapat membuat sarang
Mempersempit area pematang sawah tinggi dan lebar kurang lebih 30 cm sehingga
Mengatur pola tanam khususnya pada sawah irigasi dilakukan pergiliran tanaman
Mengatur waktu tanam yaitu dengan menanam padi secara serentak pada satu
Mengatur jarak tanam yang tidak rapat atau dengan pola tanam jajar legowo bertujuan
untuk menciptakan lingkungan terang yang tidak disukai tikus karena takut adanya
musuh alami
Menyemburkan api dan udara panas ke lubang-lubang tikus agar tikus mati atau
Menggunakan musuh alami tikus seperti burung hantu, ular, anjing dan kucing
Pemasanganan TBS (Trap Barrier System) dan LTBS, pemasangan bubu perangkap
pada pesemaian. TBS merupakan pertanaman padi yang ditanam 3 minggu lebih awal
bambu pada setiap jarak 1 m, memiliki bubu perangkap pada setiap sisi pagar plastik
dengan lubang menghadap keluar dan dilengkapi dengan tanggul sempit sebagai jalan
masuk tikus. TBS dikelilingi parit dengan lebar 50 cm yang selalu digenangi air untuk
mencegah tikus menggali atau melubangi pagar plastik. Prinsip kerja dari TBS adalah
menarik tikus dari lingkungan sawah dan sekitarnya sehingga mengurangi populasi
tikus di pertanaman
LBTS merupakan bentangan pagar plastik lebih dari 100 m dilengkapi bubu
perangkap pada kedua sisinya secara berselang seling agar mampu menangkap tikus
Salah satu cara pengendalian walang sangit secara kultur teknis adalah dengan
menanam padi secara serempak dalam satu hamparan lahan yang luas. Selain
itu pemupukan harus dilakukan secara merata supaya tanaman padi tumbuh
Perlu diingat bahwa hingga saat ini belum ada varietas padi yang tahan
sangit. Selisih waktu tanam dalam satu hamparan lahan tidak boleh lebih dari
2,5 bulan. Semakin kecil selisih waktu tanam akan semakin baik, sebab
semakin serempak waktu tanam padi akan semakin sedikit populasi walang
hayati, yaitu dengan memanfaatkan parasitoid dan jamur. Salah satu agens
bassiana ini menyerang walang sangit pada stadia nimpa dan dewasa. Jamur
Potensi agens hayati pengendali hama walang sangit masih sangat sedikit
dan jamur masih skala rumah kasa atau semi lapang. Parasitoid yang mulai
Hama walang sangit sangat tertarik pada bau busuk atau bau bangkai. Hal ini
sangit bisa menggunakkan bangkai kepiting, cuyu, keong mas, rajungan, ikan,
kotoran ayam atau daging busuk. Caranya cukup mudah, yaitu hanya dengan
meletakkan bangkai pada tonggak kayu ditepi sawah. Hama walang sangit
dipasang ketika tanaman padi memasuki fase berbunga sampai masak susu.
Untuk pengendalian hama walang sangit dengan cara pemanfaatan keong mas,
bahan yang diperlukan yaitu : Alat: botol bekas, pisai cutter, kawat, daging
keong mas, lem perekat (bisa juga menggunakan air detergen), air, bamboo.
kawat.
botol.
tiang bamboo.
insektisida sebaiknya dilakukan ketika hama walang sangit aktif, yaitu pada
pagi hari dan sore hari. Penyemprotan dilakukan menjelang tanaman padi
memasuki stadia berbunga dan setelah memasuki stadia masak susu. Banyak
menarik hama walang sangit dan kemudian secara fisik dimatikan. Bau
bangkai binatang terutama bangkai kepiting juga efektif untuk menarik hama
walang sangit.
Penanaman Refugia.
seperti bunga matahari, kenikir, bunga Marigold (Bunga Tahi Ayam). Bagi
antaranya sebagai sumber pakan dan tempat berlindung atau tempat tinggal
stadia pembungaan.
tembakau
Penggunaan Kapur Barus, yaitu pada fase vegetatif atau saat padi bunting
datangnya hama walang sangit karena bau yang dipancarkan oleh zat
yang terkandung dalam kamapar tersebut. Jarak antar kantong tersebut
cara ini intensitas kerusakan oleh walang sangit dapat ditekan yaitu berkisar
antara 5 - 10%.