Anda di halaman 1dari 3

Hama wereng padi

Wereng merupakan hama yang sering ditemui pada tanaman padi. Hama wereng adalah sejenis serangga kepik
terbang yang memiliki kebiasaan untuk menghisap cairan tanaman. wereng dibedakan menjadi 3 jenis yakni
wereng hijau, wereng coklat dan wereng punggung putih. Wereng coklat (Nilaparvata lugens) merupakan hama
yang sangat merugikan untuk tanaman padi. Wereng merupakan serangga yang biasa bergerak dalam kawanan
yang banyak dan mampu berpindah tempat dengan terbang hingga 100 km. Dalam perkembangbiakannya wereng
juga tergolong sangat cepat sehingga akan menyerang suatu wilayah dengan cepat. Selain menghisap cairan pada
tanaman padi, ternyata wereng juga mampu menularkan virus tungro. Hal ini tentu saja akan berbahaya bagi
pertumbuhan tanaman.
Untuk pengendalian hama wereng, biasanya petani menggunakan bahan kimia berupa insektisida tipe kontak dan
sistemik berbahan aktif sipermetrin ataupun imadikoplorid. Namun penggunaan bahan kimia ini secara terus
menerus bisa mengakibatkan wereng menjadi resisten terhadap insektisida yang digunakan, sehingga akan sulit
dikendalikan dikemudian hari. Oleh karena itu diperlukan pengendalian hama secara terpadu yang lebih ramah
lingkungan. Salah satunya adalah dengan pengendalian hayati. Pengendalian hayati lebih ramah terhadap
lingkungan dan tidak akan menyebabkan resisten pada hama. Pengendalian hayati salah satunya dengan cara
inundasi. Inundasi adalah memasukkan agen hayati dari luar dengan sengaja ke pertanaman untuk mengendalikan
hama. Inundasi yang dapat dilakukan adalah penggunaan cendawan Beauveria bassiana dan Metarhizium
anisopliae sebagai agen hayati. Bahan aktif untuk cendawan ini dijual dibeberapa situs belanja online maupun toko
petranian, sehingga mudah untuk ditemui.
Deskripsi Beauveria Bassiana
Beauveria Bassiana merupakan jamur entomopatogenetik yang dapat menyebabkan sakit bahkan kematian bagi
serangga hama. Jamur beauveria akan tumbuh pada serangga dan kemudian membentuk akan membentuk spora
di dalam tubuh serangga/ hama dan lambat laun hama akan mati dengan sendirinya.
Cara Penggunaan:
100 gram beauveria dicampur 14 liter air, bisa ditambakan gula sebagai perekat kemudian dimasukan tangki
dengan cara disaring. Aplikasikan pada padi pagi hari sebelum jam 9 atau sore hari setelah jam 3.
Deskripsi METARHIZIUM Anisopliae.
Insektisida Organik Pengendali berbagai Jenis Serangga Pengganggu Tanaman-METARIZIUM
1. Metarhizium Anisopliae merupakan Jamur Entomopatogen yang dapat dijadikan sebagai salah satu agen hayati
untuk mengendalikan serangga baik serangga yang menyerang tanaman maupun
organisme antagonis yang berada dalam tanah.
2. Jamur ini bersifat parasit terhadap serangga yang akhirnya dapat menyebabkan penyakit bila
menginfeksi serangga, sehingga dapat menurunkan populasi serangga hama dalam suatu areal
pertanian.
FUNGSI:
- Mengendalikan lebih dari 50 jenis serangga, di antaranya : Kumbang Gandum (Anisopliae Austriaca), Hama Tebu
(Cleanus Punctiventris), Kumbang Tanduk (Oryctes Rhinocheros), Kumpang Kelapa, Hama Bubuk Kopi, Helopeltis,
Caplak, Tungau, Wereng Batang Coklat, Wereng Hijau, Walang Sangit, Penggerek Batang, Pengerek Jagung, Aphis
sp, Myzus sp, Ulat Grayak (Spodoptera sp), Uret, Kepik Hama, Belalang, Ulat Jengkal, dll.
Cara pengunaan:
100 gram Metarhizium dilarutkan dalam 10 - 15 liter air (satu tangki) kemudian di semprotkan ke sekitar
perakaran, batang dan daun secara merata atau 3 - 4 kg / ha dengan kebutuhan larutan
semprot 400 - 500 liter.
CATATAN :
1. Efektifitas Metarhizium anisopliae di lapang sangat dipengaruhi oleh tingkat virulensi, viabilitas & konsentrasi
spora.
2. Dalam aplikasi di lapangan perlu ditambah Perekat / Perata / Penembus untuk menghilangkan
ketegangan permukaan spora sehingga terpisah satu dengan yang lain.
3. Di samping itu perlu ditambah gula pasir untuk nutrisi tambahan bagi Metarhizium Anisopliae (untuk tiap tangki
ukuran + 10 liter ditambahkan 1 (satu ) Tutup Perekat & 2 (dua ) sendok teh gula pasir.
4. Waktu aplikasi sebaiknya pada sore hari untuk menghindari sinar ultra violet yg akan menurunkan efektifitas
cendawan Metarhizium Anisopliae.
Selain menggunakan cendawan, bisa juga menggunakan musuh alami/ predator wereng yang dilepaskan
pada areal yang terserang. Musuh alami wereng antara lain adalah laba-laba serigala, kepik mired, kumbang
koksinelid, capung jarum, kumbang paedorus, belalang bertanduk panjang, kumbang karabid. Untuk
memanfaatkan predator ini kita harus melakukan pengamatan minimal 1 minggu 1 kali.
Penyebab berkembangnya hama wereng cokelat antara lain perubahan biotipe dan penanaman varietas rentan.
Untuk mengurangi penggunaan insektisida juga bisa dengan menggunakan varietas tanaman padi tahan hama
wereng. Badan Litbang Pertanian telah melepas beberapa varietas unggul baru padi tahan wereng cokelat, antara
lain Inpari 18, Inpari 19, Inpari 31, Inpari 33, Inpari 34 Salin Agritan, dan Inpari 35 Salin Agritan.

Inpari 18 mampu berproduksi hingga 9,5 t/ha dengan rata-rata 6,7 t/ha, umur genjah 102 hari, tekstur nasi pulen
dengan kadar amilosa 18%. Selain tahan hama wereng cokelat biotipe 1, 2, dan agak tahan biotipe 3, Inpari 18 juga
tahan penyakit hawar daun bakteri patotipe III dan agak tahan patotipe IV. Padi unggul ini cocok dikembangkan
pada lahan sawah irigasi dan tadah hujan dengan ketinggian tempat 0-600 m dari permukaan laut (dpl).
Varietas Inpari 19 memiliki potensi hasil 9,5 t/ha dengan rata-rata 6,7 t/ha, umur genjah 104 hari, tekstur nasi
pulen dengan kadar amilosa 18%. Tahan terhadap hama wereng cokelat biotipe 1, 2, dan agak tahan biotipe 3, padi
unggul ini juga tahan penyakit hawar daun bakteri patotipe III dan agak tahan patotipe IV. Inpari 19 sesuai ditanam
pada lahan sawah irigasi dan tadah hujan dengan ketinggian lokasi pengembangan 0-600 m dpl.
Inpari 31 berpotensi hasil 8,5 t/ha dengan rata-rata 6,0 t/ha, umur 112 hari, tekstur nasi pulen dengan kadar
amilosa 21,1%. Tahan terhadap hama wereng cokelat biotipe 1, 2, dan 3, padi unggul baru ini juga tahan penyakit
hawar daun bakteri patotipe III, tahan penyakit blas ras 033, dan tahan penyakit tungro ras Lanrang. Inpari 31
cocok dikembangkan pada lahan sawah dataran rendah sampai ketinggian lokasi 600 m dpl.
Varietas Inpari 33 mampu berproduksi 9,8 t/ha dengan rata-rata 6,6 t/ha, umur 107 hari, tekstur nasi sedang
dengan kadar amilosa 23,4%. Tahan terhadap hama wereng cokelat biotipe 1, 2, dan 3, padi unggul baru ini juga
tahan penyakit hawar daun bakteri protipe III, dan tahan penyakit blas ras 073. Inpari 33 sesuai dikembangkan
pada lahan sawah dataran rendah sampai ketinggian lokasi 600 m dpl dan tidak dianjurkan ditanam pada lahan
sawah endemik penyakit tungro.
Inpari 34 Salin Agritan berumur genjah 102 hari dengan potensi hasil 8,1 t/ha, rata-rata 6,0 t/ha, tekstur nasi agak
pera dengan kadar amilosa 22,8%. Tahan terhadap hama wereng cokelat biotipe 1, varietas unggul baru ini juga
tahan penyakit blas ras 033 dan 173, toleran salinitas, dan dapat dikembangkan pada lahan sawah dataran rendah
sampai ketinggian lokasi 500 m dpl.
Inpari 35 Salin Agritan berpotensi hasil 8,3 t/ha, umur 106 hari, tekstur nasi agak pera dengan kadar amilosa 24%.
Agak tahan terhadap wereng cokelat biotipe 1, padi unggul baru ini juga tahan penyakit blas ras 073, dan tidak
dianjurkan ditanam pada lahan sawah endemik tungro.
Sumber : Badan Litbang Pertanian
Selain itu juga bisa dilakukan pengendalian hama secara mekanik dan fisik. Pengendalian secara mekanik dan fisik
antara lain:

1. Genangi persemaian, selama sehari, sampai hanya ujung bibit saja yang terlihat.
2. Sapu persemaian dengan jaring untuk menghilangkan wereng (tapi tidak telurnya), terutama dari persemaian
kering. Pada kepadatan wereng yang tinggi, penyapuan tidak akan dapat menghilangkan wereng dalam jumlah
banyak dari bagian basal tanaman.
3. Memperluas jarak tanam, penggunaan sistem tanam jajar legowo juga bisa mengurangi ledakan hama
wereng.
4. Tanam tanaman refugia di sekitar lahan pertanian. Jenis tanaman yang berpotensi dijadikan sebagai tanaman
refugia adalah jenis tanamanberbunga yang mempunyai warna mencolok, seperti: Bunga Matahari, Bunga
Kertas, Bunga Jengger Ayam (Celosia), Bunga Kenikir, dan Bunga Tahi Ayam (Marigold).
5. Untuk mengurangi adanya ledakan hama wereng juga bisa dengan cara penanaman padi secara serentak.
Hal ini dapat pencegah mobilisasi dari hama wereng, sehingga meminimalisir terjadinya ledakan hama.
Selain itu juga harus dilakukan pergiliran tanaman agar hama tidak menetap pada satu lahan terus
menerus.
6. Upaya lain yang bisa dilakukan untuk mengendalikan hama wereng dengan mengurangi penggunaan
bahan kimia adalah penggunaan insektisida nabati sebagai pengganti bahan kimia yang berbaya dan dapat
menyebabkan resisten pada hama wereng. Penggunaan insektisida nabati dapat mengurangi pencemaran
lingkungan dan resistensi pada hama wereng sehingga lebih ramah lingkungan. Insektisida nabati terbuat
dari tanaman yang dimanfaatkan sebagai insektisida, sehingga untuk harganya pun lebih terjangkau.
Selain itu petani juga dapat memproduksi sendiri insektisida nabati. Penggunaan insektisida nabati pun
juga dirasa cukup efektif berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan ( Kardinan, 2011). Gambar dibawah
ini merupakan dokumentasi pengendalian hama wereng menggunakan insektisida nabati di Kelompok
Tani Mulyo Desa Tanggung Kecamatan Campurdarat.
Dalam penelitian Sarjan (2009) menunjukkan bahwa insektisida nabati secara umum bahan aktifnya berasal dari
tumbuh‐tumbuhan yang bersifat racun bagi organisme pengganggu, mempunyai kelompok metabolit sekunder
yang mengandung berbagai senyawa bioaktif seperti alkaloid, terpenoid, dan fenolik. Salah satu tanaman yang
dapat dimanfaatkan sebagai insektisida nabati adalah tanaman tali putri (Cassytha filiformis L.). Ekstrak pada
tanaman ini mengandung saponin yang merupakan kelompok metabolit sekunder sehingga dapat digunakan
sebagai insektisida nabati.

Anda mungkin juga menyukai