Anda di halaman 1dari 8

Nama : Naufal Fajri

NIM : 4442200113
Kelas : J
MK : Bioekologi dan Manajemen Gulma

PENDAHULUAN
Kegiatan budidaya pertanian tidak pernah terlepas dari adanya gangguan
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) salah satunya adalah gulma. Gulma
merupakan salah satu Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) berupa tumbuhan
yang tumbuhnya tidak diinginkan di lahan budidaya, sebab gulma akan bersaing
dengan tanaman utama dalam memperebutkan unsur hara, air dan sinar matahari
yang membuat berkurangnya hasil produksi tanaman budidaya (Murtilaksono dkk.,
2022). Penulis melakukan observasi terkait gulma di lahan sawah yang digarap oleh
Ibu Fatimah yang berlokasi di Kel. Panancangan, Kec. Cipocok Jaya, Kota Serang,
Banten. Adapun jenis gulma yang ditemukan salah satunya ialah rumput Jajagoan
(Echinochloa crus-gai lli L.) Rumput Jajagoan termasuk ke dalam jenis gulma
rumput-rumputan. Gulma ini banyak ditemukan di sekitar tanaman padi milik Ibu
Fatimah dan tumbuh dengan cepat hingga tingginya bisa melebihi tanaman padi
yang sedang dibudidayakan. Rumput Jajagoan merupakan gulma yang kompetitif
di areal budidaya tanaman padi sebab gulma tersebut dapat tumbuh dengan cepat
dan dapat memproduksi biji dalam jumlah yang banyak (Tampubolon dkk., 2019).
Adapun tujuan penulis melakukan observasi ini adalah untuk mengetahui jenis
gulma yang ada di lahan tersebut, mengetahui morfologi, fisiologi, klasifikasi,
reproduksi, penyebaran, dan kerusakan yang disebabkannya. Serta taktik
pengelolaan gulma yang digunakan.

METODE
Kegiatan observasi dilakukan pada tanggal 22 Februari 2023 pada pukul 15.30
sampai selesai. Bertempat di lahan sawah milik Ibu Fatimah yang berlokasi di Kel.
Panancangan, Kec. Cipocok Jaya, Kota Serang, Banten. Adapun lahan sawah
memiliki luas sekitar 2000 meter. Ibu Fatimah dan keluarganya memiliki latar
belakang sebagai petani, tidak hanya membudidayakan tanaman padi saja namun
juga membudidayakan tanaman seperti timun, terong dan cabai. Lahan yang
digunakan oleh Ibu Fatimah dan keluarganya merupakan lahan yang disewakan
oleh seseorang yang kurang diketahui identitasnya. Pada kegiatan observasi ini
tanaman padi dipilih untuk diamati keberadaaan gulma apa saja yang tumbuh
disekitar tanaman padi tersebut. Adapun salah satu gulma yang paling banyak
ditemukan adalah tanaman Jajagoan (Echinochloa crus-galli L.) yang termasuk ke
dalam jenis gulma rumput-rumputan. Adapun alat yang digunakan pada kegiatan
observasi ini hanya menggunakan Handphone saja untuk merekam percakapan
dengan narasumber dan mendokumentasikan kegiatan observasi.

HASIL
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Fatimah selaku narasumber, beliau dan
keluarganya tidak hanya membudidayakan tanaman padi saja namun juga
membudidayakan tanaman seperti timun, terong dan cabai. Tanaman padi yang
dibudidayakan merupakan varietas padi Ciherang. Ibu Fatimah dan keluarganya
dalam melakukan kegiatan budidaya ini sudah memanfaatkan alat dan mesin
pertanian seperti traktor dan power thresher untuk membantu mengolah lahan
sampai proses pemanenan. Tanaman padi dipilih untuk dilakukan observasi terkait
keberadaan gulma yang tumbuh di sekitar tanaman padi tersebut. Hasilnya pada
tanaman padi tersebut ditemukan beberapa jenis gulma salah satunya yang paling
banyak ditemukan adalah tanaman Jajagoan (Echinochloa crus-galli L.) Gulma
Jajagona termasuk ke dalam golongan gulma rumput-rumputan. Menurut Hastuti
(2021) terdapat beberapa jenis gulma yang spesifik pada tanaman padi yang mampu
membuat kehilangan hasil yang sangat besar, seperti Echinochloa Crus-galli,
Monochoria vaginalis, Limonocharis flave, dan Plantago major. Dahlianah (2017)
menambahkan bahwa tanaman Jajagoan merupakan gulma yang dominan.
Pengendalian gulma Jajagoan harus dilakukan sebijak mungkin, mengingat
kerusakan yang ditimbulkan sangat besar dalam menurunkan hasil panen tanaman
padi. Rumput Jajagoan memiliki klasifikasi sebagai berikut (Moenandir, 2010):
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobinta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Commelinidae
Ordo : Graminales
Famili : Poacea
Genus : Echinochloa Beauv
Spesies : Echinochloa cruss-galli
Menurut Widhyastini (2012) tanaman Jajagoan termasuk ke dalam tumbuhan
tahunan C4, graminoid, non-musiman tetapi cenderung ke arah hangat. Rumput
Jajagoan memiliki morfologi sebagai berikut: 1) Akar: memiliki akar yang berserat
dan tebal. 2) Bunga: berupa malai atau panikel apikal yang terletak di ujung dengan
5-40 bunga majemuk bulir yang memiliki tipe raceme. Bunga majemuk terdiri dari
banyak spikelet yang berbelok pada satu sisi. 3) Daun: mirip dengan daun padi saat
masih muda, pangkal daun tidak mempunyai ligula dan aurikel, memiliki daun yang
tegak atau rebah dengan ukuran panjang sampai 35 cm dan lebar 0,5 – 1,5 cm, serta
memiliki warna daun yaitu hijau sampai hijau keabuan. Daun Jajagoan memiliki
permukaan rata, agak kasar dan menebal di bagian tepi. 4) Batang: memiliki batang
yang kuat dan kokoh, tidak berambut serta mempunyai bentuk silindris. Umumnya
batang Jajagoan bercabang di dekat pangkal batang. 5) Biji: lemma dari floret yang
pertama mempunyai permukaan yang datar atau sedikit tumpul. Glume bagian
bawah mempunyai panjang sekitar 1,5 – 2,5 mm dengan ujung yang memendek
secara bertahap. Glume bagian atas memilik panjang yang sama, memiliki bentuk
ovate-oblong dengan rambut yang tebal dan kaku. Mampu memproduksi benih
mulai dari 2.000 – 40.000 benih per tanaman.
Gulma Jajagoan merupakan gulma yang berasal dari Eropa dan telah menyebar
ke seluruh dunia termasuk Asia, Australia, dan Amerika. Rumput Jajagoan
mempunyai kemampuan kompetitif dan karakteristik adaptif dalam bertahan hidup
di berbagai kondisi iklim dan geografis. Rumput Jajagoan termasuk ke dalam gulma
berhari pendek, musiman dan gulma tropis. Gulma ini mempebarnyak diri secara
generatif melalui biji dan bereproduksi dengan cara penyerbukan sendiri atau
penyerbukan silang. Rumput Jajagoan melakukan penyerbukan silang dengan
memanfaatkan bantuan angin. Benih gulma Jajagoan mampu berkecambah pada
berbagai suhu mulai dari 13-40ºC (Tampubolon dkk., 2019).
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Fatimah selaku narasumber, beliau
menjelaskan bahwa gulma Jajagoan yang tumbuh di sekitar tanaman padi yang
dibudidayakan memberikan kerugian yang cukup besar selama proses pertumbuhan
berlangsung sampai pada tahap pascapanen. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
Tampubolon dkk. (2019) bahwa gulma Jajagoan dapat mengakibatkan penurunan
hasil gabah padi mencapai 61% dan mampu menurunkan jumlah daun, jumlah
anakan produktif, bobot kering akar, panjang daun, dan produksi tanaman padi
sawah.
Dalam upaya untuk mengendalikan keberadaan gulma yang tumbuh disekitar
tanaman padi, Ibu Fatimah biasanya mengendalikan gulma dengan 2 cara yaitu cara
mekanis dengan cara dicabut secara berkala dan dengan cara disemprot
menggunakan herbisida yaitu Serendy dan Indamin. Penyemprotan hanya
dilakukan sekali yaitu saat gulma baru mulai tumbuh. Herbisida Serendy
merupakan herbisida yang sering digunakan oleh Ibu Fatimah karena menurut
beliau penggunaannya mampu mematikan gulma dengan efektif dan tidak
membahayakan untuk tanaman padi yang dibudidayakan. Herbisida Serendy
mengandung 2 bahan aktif yaitu biprisidak sodium 18% dan pirazosulfuron etil
10%. Kedua bahan aktif tersebut sering kali digunakan dalam mengendalikan
gulma pada tanaman padi. Menurut Kurniadie dkk (2020) herbisisda Natrium
Biprisidak (NB) merupakan herbisida golongan pyrimidunyloxybenzonic yang
bersifat sistemik dan diaplikasikan pasca tumbuh yang bisa diserap oleh daun dan
akar gulma. Penggunaan herbisida Natrium Biprisidak dalam pengendalian gulma
berpengaruh terhadap bobot kering gulma yang berdampak pada jumlah anakan
vegetatif, jumlah anakan produktif, dan bobot gabah kering giling tanaman padi.
Penggunaan herbisida Natrium Biprisidak pada dosis 12g/ha cukup efektif dalam
mengendalikan gulma, tidak menimbulkan gejala keracunan pada padi dan tidak
mencemari lingkungan sekitar. Simanjuntak dkk. (2016) menambahkan bahwa
herbisida pirazosulfuron etil 10% merupakan jenis herbisida pra tumbuh dan purna
tumbuh serta selektif untuk penanaman padi dan bersifat selektif. Pengaplikasian
herbisida pirazosulfuron etil 10% pada dosis 60 g.ha-1 hingga 140 g.ha-1 pada saat
14 HST mampu mengendalikan gulma umum pada budidaya tanaman padi sawah
dan tidak menimbulkan gejala fitotoksisitas pada tanaman padi.
DISKUSI
Strategi pengendaliaan gulma yang dilakukan oleh Ibu Fatimah sudah tepat baik
pengendalian secara mekanis maupun non-mekanis. Pengendalian secara mekanis
dengan cara dicabut memiliki kelebihan yaitu mudah dilakukan, menghemat biaya,
serta ramah lingkungan. Namun terdapat juga kekurangan seperti butuh waktu dan
tenaga yang tidak sedikit. Adapun pengendalian non-mekanis dengan cara
penyemprotan herbisida Serindy mempunyai kelebihan seperti tidak menimbulkan
gejala keracunan atau kerusakan pada tanaman padi, selain itu harga herbisida
Serindy juga cukup terjangkau, namun penggunaan herbisida Serindy yang
berlebihan dan tidak sesuai dosis dapat menyebabkan pencemaran terhadap
lingkungan dan memicu terjadinya resistensi gulma. Adapun alternatif
pengendalian gulma yang bisa dilakukan oleh Ibu Fatimah selain menggunakan
herbisida kimiawi yaitu bisa dengan cara melakukan olah tanam sebelum
penanaman, melakuakan rotasi tanaman atau bisa juga dengan menggunakan
herbisida nabati dari daun Tembelekan. Menurut Hastuti (2021) penggunaan
ekstrak daun Tembelekan sebagai herbisida mempunyai kecendrungan
menghambat tinggi, berat basah dan berat kering gulma Jajagoan dan ekstrak daun
Tembelekan juga tidak memberikan dampak negatif terhadap tanaman padi sebagai
tanaman utama. Penggunaan herbisida yang bersifat kimiawi menjadi cara yang
efektif dan efisien dalam melakukan pengendalian gulma di lahan budidaya karena
tidak membutuhkan banyak biaya dan tenaga dalam penggunaannya. Namun ada
beberapa hal yang harus diperhatikan seperti dosis yang digunakan dan frekuensi
penggunaan herbesida itu sendiri. Penggunaan herbesida yang terlalu sering dapat
memicu terjadinya resistensi terhadap gulma yang tumbuh disekitar tanaman utama
dan penambahan dosis yang berlebih juga akan berdampak negatif terhadap
tanaman bukan sasaran serta dapat menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan
sekitar.
KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pada lahan sawah
milik Ibu Fatimah banyak ditemukan jenis gulma Jajagoan. Gulma ini termasuk ke
dalam golongan gulma rumput-rumputan. Pengendalian gulma yang biasa
dilakukan oleh Ibu Fatimah yaitu dengan secara mekanis dengan cara dicabut dan
non-mekanis dengan penyemprotan herbisida Serindy. Penggunaan herbisida
kimiawi yaitu Serindy terbukti cukup efektif karena dapat membasmi gulma
Jajagoan yang tumbuh secara cepat, meningkatkan hasil panen dan tidak
menimbulkan kerusakan terhadap tanaman padi sebagai tanaman utama. Alternatif
pengendalian gulma yang bisa dilakukan oleh Ibu Fatimah yaitu bisa dengan
melakukan olah tanah sebelum penananam, melakukan rotasi tanaman, dan
menggunakan herbisisda nabati yang terbuat dari daun Tembelekan.

DAFTAR PUSTAKA
Dahlianah, I. 2017. Komposisi dan Struktur Gulma Padi di Lahan Pasang Surut
Desa Manggaraya Kecamatan Tanjung Lago Kabupaten Banyuasin
Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal Klorofil. 12(2): 58-62.
Hastuti, Dewi. 2021. Pengendalian Gulma Jajagoan (Echinochloa Crus-Galli)
dengan Herbisida Nabati dari Ekstrak Daun Tembelekan (Lantana camara).
Jurnal Ilmu Pertanian Tirtayasa. 3(2): 327-338.
Kurniadie, D., Sumekar, Y., dan Tajjudin, M.I. 2020. Herbisida Natrium Bispiribak
Dosis Rendah Terbukti Efektif Mengendalikan Gulma pada Sistem Tanam
Benih Langsung Padi. Jurnal Kultivasi. 19(2): 1126-1134.
Murtilaksono, A., Hasanah, F., dan Septiawan, R.A. 2022. Pengaruh Sebelum dan
Setelah Pemberian Pupuk Limbah Udang pada Tanaman Bawang Daun
(Allium fistulosum L.) terhadap Kehadiran Gulma. Jurnal Ilmiah Inovasi.
22(1): 16-23.
Simanjuntak, R., Wicaksono, K.P., dan Tyasmoro, S.Y. 2016. Pengujian Efikasi
Herbisida Berbahan Aktif Pirazosulfuron Etil 10% untuk Penyiangan pada
Budidaya Padi Sawah (Oryza sativa L.). Jurnal Produksi Tanaman. 4(1): 31-
39.
Tampubolon, K., Alridiwirsah, dan Mustanu, N.M. 2019. Ekologi, Kerugian, dan
Pengelolaan Gulma Jajagoan (Echinochloa crus-galli) Resisten Herbisida
pada Pertanaman Padi Sawah: Review. Jurnal Agroteknologi dan
Perkebunan. 2(2): 48-52.
Widhyastini, M., Yuliani, N., dan Nurimala, F. 2012. Identifikasi dan Potensi
Gulma di Bawah Tegakan Jati Unggul Nusantara (Jun) di Kebun Percobaan
Universitas Nusa Bangsa, Cogreg, Bogor. Jurnal Sains Natural Universitas
Nusa Bangsa. 2(2): 186-200.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Gulma Jajagoan Lampiran 2. Gulma Jajagoan

Lampiran 3. Kondisi Lahan Sawah Lampiran 4. Pemilik Lahan (Ibu


Fatimah)

Anda mungkin juga menyukai