Oleh
KAYANTO
Dengan mengetahui gejala serangan penggerek batang padi, jenis dan waktu
serangannya maka pengendalian hama ini tidaklah sulit. Metode pengendalian hama penggerek
batang padi yang dimaksud adalah Pengendalian Hama Terpadu (PHT) atau Management Pest
Control, yaitu suatu metode pengendalian hama yang manggabungkan atau mengintegrasikan
berbagai teknik pengendalian yang kompatibel dan berkesinambungan.
Dalam metode ini, mekanisme penekanan populasi hama dilakukan dengan mengelola
tanaman, lingkungan dan musuh alaminya. Ada beberapa hal penting atau prinsip dalam PHT,
yaitu : budidaya tanaman sehat, pengamatan secara berkala dan pelestarian musuh alami.
Apabila prinsip-prinsip tersebut dilaksanakan dengan benar, para petani akan mampu
merekomendasikan sendiri tindakan pengendalian yang harus dilakukan untuk menekan
populasi hama sehingga tidak menimbulkan kerugian secara ekonomis.
Pengendalian hama penggerek batang padi dengan teknik budidaya yaitu cara
penekanan populasi hama maupun pencegahan resiko kerugian akibat serangan penggerek
batang padi dengan cara bercocok tanamCara-cara yang dapat dilakukan dalam bercocok
tanam padi untuk menghindari serangan hama penggerek batang, antara lain :
Secara genetis belum ada varietas yang tahan terhadap serangan penggerek batang
padi, tetapi secara morfologi tanaman ada beberapa sifat yang tidak disukai serangga tersebut
sehingga memungkinkan terhindar dari kerusakan yang berat. Tanaman padi yang tidak disukai
penggerek batang padi adalah varietas-vareitas yang bertipe semi-kerdil, bentuk morfologinya
adalah berbatang pendek, mempunyai lapisan lignin yang tebal pada jaringan batang dan
pelepah daun serta jumlah sel silika yang besar.
Pengendalian penggerek batang padi dalam PHT adalah segala upaya untuk menghindari
kerusakan tanaman, kehilangan hasil atau kerugian secara ekonomis akibat sundep dan/atau
beluk. Tindakan ini bisa bersifat upaya pengendalian populasi maupun pencegahan
serangan.Penentuan waktu tanam yang tepat diharapkan bisa menghindari serangan
penggerek batang padi. Ini dikarenakan penerbangan ngengat serangga hama ini mempunyai
kekhasan, pada waktu-waktu tertentu jumlahnya sangat banyak dan di saat yang lain praktis
sedikit. Di daerah tropis yang biasa ditanami padi 2 atau 3 kali dalam setahun, siklus hidup
penggerek batang padi tidak pernah putus. Di sini endemik serangan sundep/beluk, pembuatan
persemaian sebaiknya dilakukan 7-10 hari setelah puncak penerbangan ngengat penggerek.
Pencegahan serangan penggerek batang padi dengan menentukan waktu tanam yang
tepat sebenarnya sudah dilakukan sejak dulu. Ini dibuktikan adanya kalender tanam (pranata
mangsa) sebagai acuan waktu penanaman.
3. Rotasi tanaman
Di daerah tropis yang mengenal dua musim dalam setahun biasanya mempunyai pola
tanam Padi-Padi-Bera atau Padi-Padi-Palawija. Untuk menghindari serangan penggerek batang
padi perlu dilakukan rotasi tanaman. Pergiliran tanaman dengan menanam komoditas selain
padi dilakukan untuk memutus siklus hidup serangga penggerek batang, misalnya dengan pola
Padi-Palawija-Bera, Padi-Palawija-Palawija atau Padi-Sayur-Palawija.Pengendalian dengan rotasi
tanaman memungkinkan dilakukan di lahan yang beririgasi setengah teknis atau tadah hujan,
sedangkan di lahan beririgas teknis rotasi tanaman sebaiknya dilakukan secara berkala dalam
wilayah yang luas
Pengolahan tanah yang sempurna yaitu membalikkan lapisan olah tanah sampai sisa-sisa
tanaman terpendam kemudian digenangi selama beberapa hari sehingga larva yang tertinggal
di dalam batang bisa mati dan pupa gagal menjadi ngengat.
5. Sanitasi lahan
Teknik pengendalian ini cukup efektif untuk mencegah serangan penggerek batang
padi. Pengendalian fisik.mekanik dilakukan oleh petani secara langsung maupun dengan alat
(perangkap).
- Lebih mudah dilakukan karena terbatas di lahan persemaian yang ukurannya lebih sempit
dibandingkan bila tanaman sudah dipindahtanamkan.
· Larva yang baru menetas dari sebuah kelompok telur bisa mencapai 200 bahkan lebih,
sehingga
sangat efektif mencegah serangan sundep.
· Tanaman yang baru pindah dari persemaian masih beradaptasi di lingkungan baru, jaringan
belum
kompak dan lemah sehingga mudah ditembus oleh larva.
2. Penggunaan perangkap
Perangkap yang biasa digunakan adalah lampu karena ngengat penggerek batang tertarik
pada cahaya. Lampu ditempatkan di pertanaman, di bawahnya terdapat bak/baki berisi air
sehingga ngengat yang sampai ke lampu akan terjatuh ke air. Selain kupu penggerek batang,
perangkap ini juga bisa menangkap serangga hama lain yang aktif pada malam hari dan tertarik
pada cahaya. Dengan perangkap lampu, jumlah ngengat yang tertangkap bisa dihitung sehingga
bisa diketahui periode puncak penerbangan ngengat.
Teknik ini cukup efektif untuk peramalan serangan penggerek batang padi sehingga
menarik sebagian peemerhati masalah pertanian dengan mengembangkan perangkap lampu.
Saat ini telah ditemukan Water Electric Light Trap (WELT) yaitu perangkap lampu menggunakan
cahaya violet dengan jaring kawat di sekelilingnya yang dialiri listrik (seperti pada raket
nyamuk). Perangkap ini lebih banyak menangkap serangga karena ketertarikan terhadap
cahaya violet lebih disukai.
4. Pengendalian Biologi (Biological Control)
Bangsa tabuhan (Trichogramma sp.) juga merupakan musuh alami penggerek batang
padi. Serangga ini memarasit kelompok telur penggerek. Musuh alami lain adalah virus dan
jamur entomopatogenik, yaitu cendawan yang berkembang biak dengan tubuh serangga
sebagai inangnya. Metharrizium anisopliae adalah salah satu contoh jamur yang menyerang
larva penggerek batang padi.
Teknik pengendalian secara biologis banyak dikembangkan dalam pertanian organik karena
mekanisme penekanan terhadap populasi serangga hama sangat kuat, tidak menimbulkan
dampak negatif pada tanaman serta tidak menimbulkan kerusakan lingkungan. Saat ini, musuh-
musuh alami serangga hama diperbanyak atau dikembangbiakkan secara khusus menjadi
agensia hayati.
Pengendalian secara kimiawi atau dengan pestisida sebaiknya hanya dilakukan bila
populasi serangga hama atau intensitas serangan penggerek batang telah melebihi ambang
pengendalian. Pada tanaman padi dalam masa pertumbuhan (stadia vegetatif) penggunaan
pestisida bila tingkat serangannya lebih dari 5%, sedangkan pada vase generatif jika
intensitasnya 15% atau lebih.
Dengan pestisida, populasi serangga hama dapat ditekan dan turun secara cepat bahkan
reaksinya bisa langsung dilihat (knockdown effect). Namun demikian, kelebihan itu harus
dibayar dengan harga tinggi karena selain mahal, penggunaan pestisida juga berdampak
terbunuhnya musuh alami ataupun binatang lain yang berada di sekitar pertanaman.
Ini bisa menimbulkan ledakan hama kedua (resurgensi) dan munculnya sifat kekebalan
terhadap pestisida tersebut (resistensi). Selain dampak negatif terhadap lingkungan,
penggunaan pestisida juga dapat meninggalkan residu pada produk pertanian yang bisa
menimbulkan gangguan kesehatan terhadap manusia.
Pestisida merupakan alternatif terakhir dalam sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT)
jika tingkat serangannya sudah melebihi ambang ekonomi atau populasinya telah mencapai
ambang pengendalian. Saat ini, pestisida yang beredar di pasaran sangat banyak bahkan satu
jenis bahan aktif bisa lebih dari 3 merek dagang. Oleh karena itu, penggunaan pestisida
sebaiknya memperhatikan 5+1 (lima plus satu) tepat, yaitu : tepat jenis, tepat sasaran, tepat
waktu, tepat dosis, tepat cara atau tepat aplikasi dan tepat harga.
1. Tepat jenis
2. Tepat sasaran
3. Tepat waktu
Penggunaan insektisida yang tepat waktu agar efektif dalam mengendalikan penggerek
batang padi dan efikasinya paling bagus. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa stadia
larva merupakan sasaran efektif untuk pengendalian sundep/beluk. Larva yang mudah
dikendalikan adalah larva instar 1 karena biasanya masih berada di sekitar pelepah daun
setelah menetas dari telurnya. Larva instar 2-4 juga bisa dikendalikan karena sedang aktif
menggerek batang padi dan ukuran tubuhnya masih relatif kecil. Sedangkan larva instar 5 dan 6
lebih sulit karena pada stadia ini larva tidak begitu rakus serta besar ukurannya.
Selain itu, bila memilih insektisida aplikasinya dengan semprot maka sebaiknya
dilakukan pada pagi hingga siang hari karena pada saat itu mulut daun (stomata) sedang
membuka, sehingga bahan aktif mudah masuk ke dalam jaringan tanaman.
4. Tepat dosis
Dosis adalah takaran, jumlah atau banyaknya insektisida yang digunakan pada suatu
lahan. Jumlah insektisida biasanya dinyatakan dalam gram/kilogram atau liter, sedangkan
satuan untuk luas lahan adalah hektar. Contoh : dosis penggunaan Furadan 3GR adalah 17 – 20
kg/hektar atau dosis penggunaan Spontan 400SL adalah 1 - 2 liter/hektar.
Aplikasi yang tepat cukup menentukan efektifitas dan efikasi penggunaan pestisida. Ini
biasanya berkaitan dengan formulasi pestisida dan alat yang digunakan. Contoh : CENTA-dine
merupakan insektisida berbahan aktif DIMEHIPHO dengan formulasi granule (butiran), cara
aplikasinya adalah disebar. Cara ini cukup efisien bila aplikasinya bersamaan dengan
pemupukan. Kebanyakan petani menggunakan insektisida jenis ini bila tanaman telah
menampakkan gejala atau dengan kata lain, larva penggerek batang telah masuk ke dalam
batang tanaman padi. Contoh lainnya MANUVER, insektisida dengan bahan aktif yang sama
tetapi formulasinya cair (Water Soluable Concentrate/WSC) cara aplikasinya dengan
disemprotkan ke tanaman. Cara ini sangat efektif bila berdasarkan pengamatan, telur-telur
penggerek batang yang ada di pertanaman baru menetas karena larva yang baru menetas tidak
langsung masuk ke dalam batang.
epat aplikasi yang berhubungan dengan alat biasanya nozzle dari sprayer yang
digunakan. Bila cara kerja pestisida racun pernafasan maka sebaiknya menggunakan nozzle
yang bisa menghasilkan larutan semprot yang keluar dari sprayer berbentuk kabut. Demikian
jika sasarannya berada di batang dengan cara kerja kontak maka sebaiknya menggunakan
nozzle yang menghasilkan larutan semprot berupa semburan dan bisa menembus hingga ke
bagian batang.
6. Tepat harga
Jumlah pestisida yang beredar di pasaran saat ini sangat banyak. Untuk memutuskan
pestisida yang akan digunakan tidak hanya berdasarkan cara kerja dan bahan aktifnya saja,
namun juga perlu mempertimbangkan harganya. Suatu produk pestisida yang harganya murah
bisa jadi kualitasnya kurang bagus, tetapi yang berharga mahal belum tentu pilihan yang tepat.