Anda di halaman 1dari 12

MENGENDALIKAN OPT PADI

(MENGENDALIKAN HAMA PENTING


TANAMAN PADI )
Bagian 2

Oleh : Ani Alviah, SP.

BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN,


PERIKANAN
KEHUTANAN, DAN KETAHANAN PANGAN (BP4KKP)
KABUPATEN CIAMIS
2015

0
PENGENDALIAN HAMA UTAMA PADI

A. PENGERTIAN – PENGERTIAN :
1. Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
OPT adalah semua organisme yang menggangu pertumbuhan tanaman
pokok yang dapat menimbulkan kerusakan tanaman dan kerugian bagi
petani. Bila gangguan tersebut cukup parah bahkan puso maka tanaman
petani akan mati dan sama sekali tidak dapat menghasilkan. OPT ini
terdiri atas :
a) Hama yang umumnya adalah dari golongan serangga, tikus, dan
binatang lainnya
b) Penyakit yaitu kerusakan yang disebabkan oleh cendawan, bakteri,
nematoda, tungau dan virus.
c) Gulma yaitu tumbuhan/ tanaman liar yang dapat menjadi pesaing
dan mengganggu pertumbuhan tanaman pokok.
2. Pengendalian
Pengendalian adalah upaya manusia untuk menekan besarnya populasi OPT sampai
batas tidak menimbulkan kerusakan pada tanaman dan mendatangkan
kerugian bagi petani/pengusaha.
Pengendalian ini dapat dilakukan dengan menggunakan bebrapa cara seperti :
a) Secara fisik yaitu langsung menangkap OPT kemudian
memusnahkannya
b) Secara biologis yaitu menggunakan musuh-musuh alami yang dapat
membunuh OPT atau memperlambat perkembangan OPT.
c) Secara teknis yakni dengan pengaturan pola tanam, dan
memusnahkan tanaman yang sakit (eradikasi) dengan cara
mencabut dan membakat tanaman yang sakit.
1
d) Secara kimiawi yaitu pengendalian OPT dengan menggunakan zat
kimia seperti insektisida, fungisida , akarasida, bakterisida dan
herbisida.
B. TUJUAN PENGENDALIAN HAMA
Pengendalian Hama bertujuan untuk mempertahankan tingkat produktivitas
dan meningkatkan kualitas produksi.
C. LANGKAH-LANGKAH PENGENDALIAN
1. Lakukan pengamatan Hama secara dini dan berkala
2. Identifikasi jenis-jenis Hama yang membahayakan produksi dan mutu
3. Tentukan ambang batas pengendalian Hama dan cara pengendaliannya
4. Alternatif untuk mengendalikan hama/penyakit secara terpadu .
a) Penggunaan varietas yang resisten/tahan
b) Utamakan pengendalian Hama dengan agen hayati
c) Perbaikan tehnik budidaya sesuai rekomendasi
d) Penerapan norma-norma budidaya yang baik dan benar
e) Mekanisasi, dan sebagainya
5. Penggunaan pestisida merupakan alternatif terakhir, bila populasi hama
telah melewati ambang batas pengendalian, gunakan pestisida secara
berkala dan sesuai dengan dosis yang diajurkan.
D. CARA-CARA PENGENDALIAN HAMA
1. Cara – cara Budidaya Tanaman atau Penggunaan Praktek Agronomi.
a) Penggunaan Varietas resisiten dari tanaman
b) Rotasi tanaman. `
c) Penghancuran tanaman yang tidak berguna
d) Pembajakan /pengolahan tanah dengan baik
e) Keseragaman waktu tanam atau waktu panen
f) Pemupukan
2
g) Sanitasi
h) Pengelolaan air
2. Cara – cara Mekanik
a) Penghancuran dengan tangan
b) Pencegahan dengan tirai atau pembatas
c) Perangkap, alat penghisap.
3. Cara – cara Fisik
a) Tempratur panas atau dingin
b) Kelembaban
c) Energi, perangkap lampu .
d) Suara
4. Cara – cara Biologi
a) Perlindungan dan pemantapan musuh alami
b) Introduksi, pemanfaatan parasit dan predator.
c) Perbanyakan dan penyebaran patogen (bakteri, virus, fungi dan
protozoa).
5. Cara – cara Kimiawi
a) Bahan penarik (attractants)
b) Bahan penolak (repellents)
c) Pestisida (insektisida, fungisida, bakterisida, herbisida dll).
d) Bahan penghambat pertumbuhan (growt regulator)
6. Cara – cara Genetik
Perbanyak dan pelepasan OPT steril atau yang secara genetik tidak
kompatibel
7. Cara – cara Peraturan
a) Karantina tumbuhan dan hewan
b) Program eradikasi dan penekan populasi.
3
E. Pengendalian hama serangga
E.1.Pengendalian hama penggerek batang
a) Pengaturan Pola Tanam
 Tanam serentak untuk membatasi sumber makanan bagi
penggerek batang padi
 Rotasi tanaman padi dengan tanaman bukan padi untuk memutus
siklus hidup hama
 Pengaturan waktu tanam yaitu berdasarkan penerbangan ngengat
atau populasi larva di tunggul padi
 15 hari sesudah puncak penerbangan ngengat generasi pertama
 dan atau 15 hari sesudah puncak penerbangan ngengat generasi
berikutnya
b) Pengendalian Secara Mekanik dan Fisik
 Mekanik yaitu dengan mengumpulkan kelompok telur di
persemaian dan di pertanaman
 Fisik yaitu dengan penyabitan tanaman serendah mungkin dan
penggenangan air setinggi 10 cm agar jerami atau pangkal jerami
cepat membusuk sehingga larva atau pupa mati
 Menggunakan perangkap lampu
c) Pengendalian Hayati
Pemanfaatan musuh alami parasitoid: Trichogramma japonicum: dosis
20 pias/ha (1 pias = 2000-2500 telur terparasit) sejak awal
pertanaman)
d) Pengendalian Secara Kimiawi
 Dilakukan pada saat 4 hari setelah ada penerbangan ngengat atau
intensitas serangan rata-rata > 5% sundep

4
 Insektisida butiran di persemaian dilakukan jika disekitar
pertanaman ada lahan yang sedang atau menjelang panen pada
satu hari sebelum tanam dengan dosis 2 gram insektisida
granule/m2 [800 gram/400 m2 (luas persemaian)]
 Pada pertanaman stadium vegetatif dianjurkan menggunakan
insektisida butiran berbahan aktif : Carbofurant (Furadan),
Carbosulfan (Marshal), dosis 20 kg insektisida granule/ha
 Disemprot dengan insektisida seperti Dimehipo (Dipho),
Bensultap (Spontan), Amitraz (Mitac), Fipronil (Regent).
E.2.Pengendalian Wereng coklat dan wereng hijau
a) Penanaman Varietas tahan dan tanam padi serentak
b) Penggunaan perangkap lampu (light trap)
 Wereng yang tertangkap di kubur
 Keringkan pertanaman padi secara serentak
 Kendalikan dengan insektisida yang direkomendasikan
 Waktu persemaian padi

Gambar 15. Perangkap lampu ( Light trap)

5
E.3. Pengendalian hama ganjur
a) Pengaturan waktu tanam agar puncak curah hujan tidak bersamaan
dengan stadia vegetatif.
b) Bajak ratun/tunggul yang berasal dari tanaman sebelumnya, buang
dan bersihkan semua tanaman inang alternative seperti padi liar
c) Gunakan varietas yang resisten
d) Hama ganjur dewasa sangat tertarik terhadap cahaya, oleh karena itu
gunakan lampu perangkap
e) Insektisida granular yang berbahan aktif karbofuran dapat digunakan
karena bekerja secara sistemik
E.4. Pengendalian Tikus
a) Pengendalian Hama Terpadu (PHT):
Sistem pengendalian hama, yang dihubungkan dengan
dinamikapopulasi&lingkunganspesies hama, memanfaatkan
perpaduan semua teknik & metode yang memungkinkan secara
kompatibel untuk menekan populasi hama agar selalu di bawah
tingkat yang menyebabkan kerugian ekonomi.
b) Strategi pengendalian
 PHTTdidasarkan pada pemahaman ekologi tikus, yang
dilakukansecara dini, intensif & terus menerus dengan
memanfaatkan teknologi pengendalian yang sesuai & tepat
waktu.
 Pelaksanaan pengendalian dilakukan oleh petani secara bersama-
sama (berkelompok) & terkoordinasi dengan cakupan sasaran
pengendalian dalam skala luas.

6
Tabel 2. Model strategi pengendalian hama tikus terpadu

Gambar 16. Komponen teknologi pengendalian tikus


7
c) Organisasi pengendalian
 Pelaksanaan pengendalian oleh petani / kelompok tani di
koordinir oleh aparat pemerintah atau penyuluh pertanian.
 Pendampingan oleh penyuluh / peneliti.
 Kerjasama antra daerah pengendalian / batas wilayah
 Koordinasi dan kerjasama dengan instansi terkait.
E. 5. Pengendalian kepinding
a) Kepinding tanah bertelur pada pelepah daun di ketinggian 10 cm dari
permukaan lumpur. Oleh karena itu pengendalian dapat dilakukan
dengan menggenang lahan setinggi 15 cm selama semalam.
b) Memasang perangkap lampu yang digantungkan diatas bejana yang
telah diisi minyak tanah (kerosin), sehingga kepinding yang jatuh dari
lampu dapat ditampung dalam bejana.
c) Aplikasi dengan Beauveria bassiana atau Metarhizium anisopliae
d) Pengendalian dengan kimia masih sedikit informasinya

E.6. Pengendalian walang sangit


a) Membersihkan gulma di pematang, pertanaman, dan di sekeliling
tanaman padi
b) Walang sangit datang di pertanaman sebelum tanaman padi
berbunga, hidup pada gulma
c) Memasang bangkai binatang. Walang sangit tertarik kapada bau
bangkai, setelah berkumpul dapat disemprot dengan insektisida
d) Menggunakan bahan kimia (Regent, BPMC) bila populasi sudah
mencapai ambang ekonomi 10 ekor/20 rumpun

8
E.7. Pengendalian hama pelipat daun
a) Bila menyerang padi dibawah umur 30 hari tdk perlu dilakukan
penyemprotan, cukup diberikan air dan pupuk yang dikelola dgn baik.
b) Secara kimiawi gunakan insektisida karbofuran atau fipronil (seperti :
Regent)

Gambar 17. Yellow pan trap


E.8. Pengendalian hama putih
a) Keringkan lahan selama 3-5 hari pada stadia larva sering dipermukaan
air
b) Gunakan insektisida pada saat mencapai ambang ekonomi, atau
serangan rata-rata 25 %
E.9. Pengendalian ulat grayak
a) Penggenangan sehingga memaksa ulat berada diatas tanah pada siang
hari dan memudahkan untuk dikumpulkan
b) Sanitasi terhadap tanaman inang
c) Penggunaan insektisida efektif apabila ditemukan 2 ekor per meter
persegi

9
Gambar 18. Pengendalian secara kimiawi sintetis

PENGARUH IKLIM TERHADAP PERKEMBANGAN OPT

Iklim sangat berpengaruh terhadap perkembangan hama dan penyakit,


pada dasarnya iklim yang cocok untuk hama dan penyakit sangat bervariasi, oleh
karena itu dengan peristiwa elnino dan lanina serta pemanasan global tidak selalu
menimbulkan peledakan hama dan penyakit. Namun secara umum hama dan
penyakit dapat berkembang pada suhu tinggi dengan kelembaban yang tinggi.
Untuk peramalan OPT, peta serangan per provinsi bisa dilihat di
http://www.deptan.go.id/dirjentp/bbpopt/.

10
DAFTAR PUSTAKA.

Anonimous, 1983. Permasalahan lapangan tentang padi di daerah tropika, Lembaga


Penenlitian Padi Internasional, Los Banos Filipina.
Anonimous, 1989. Hama dan penyakit padi / musuh alami padi, Program Nasional
PHT.
Anonimous, 1990. Hama dan penyakit pada tanaman padi, Balai Informasi
Pertanian Jawa Barat.
Anonimous, 2008. Masalah lapang hama, penyakit, hara pada padi. Puslitbang
Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian RI. Bogor.
Novizan, 2002. Petunjuk Pemakaian Pestisida. Agro Media Pustaka. Jakarta.
Sudarmo .S, 1990. Pestisida. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Suprihatno. B. dkk, 2010. Diskripsi varietas padi. Balai Besar Penelitian Padi .
Kementerian Pertanian. Sukamandi Jawa Barat.
Tjahjadi. N, 1996. Hama dan penyakit tanaman. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

11

Anda mungkin juga menyukai