Disusun Oleh :
Siti Nur Astuti
H0413043
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
DAFTAR ISI ..................................................................................................
I. PENDAHULUAN ...................................................................................
A. Latar Belakang ....................................................................................
B. Permasalahan .......................................................................................
C. Tujuan .................................................................................................
II. TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................
III. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................
A. Hasil Kajian Literatur ...........................................................................
B. Pembahasan Hasil ................................................................................
IV. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................
A. Kesimpulan ..........................................................................................
B. Saran .....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
1
2
3
3
4
5
6
8
8
12
18
18
18
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelaksanaan ekonomi di Indonesia melibatkan 3 pelaku utama, yaitu sektor
swasta, negara dan salah satunya adalah Koperasi. Koperasi merupakan pelaku
ekonomi, akan tetapi lebih lemah dari dua pelaku ekonomi lainnya, yaitu Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) danBadan Usaha Milik Swasta (BUMS), karena
modal koperasi sebagian besar berasal dari anggota dan tujuan utamanya adalah
untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya bukan semata-mata untuk mencari
keuntungan. Koperasi sangat berarti dalam pencapaian tujuan dari negara. Badan
Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Swasta lebih mendapatkan perhatian
dar pemerintah dibandingkan Koperasi yang memiliki peran besar dalam
terwujudnya kemerdekaan. Hal tersebut yang mendasari pertumbuhan koperasi
yang tidak begitu pesat dibandingkan dengan Badan Usaha Milik Negara dan
Badan Usaha Milik Swasta.
Koperasi sudah dikenal sejak masa kolonial sebagai lembaga ekonomi
rakyat yang berseberangan dengan sistem ekonomi kapitalis/kolonialis yang pada
waktu itu mendominasi perekonomian negeri terjajah. Peran koperasi dalam era
kolonial hanya sebatas memberikan bantuan kepada para anggotanya terutama
pegawai rendahan, para pedagang dan petani miskin. Eksistensi koperasi dibatasi
oleh berbagai peraturan yang tidak berpihak kepada rakyat di negeri jajahan.
Perjalanan panjang perjuangan memajukan koperasi adalah sejalan dengan
perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut kemerdekaan. Dalam era
kemerdekaan yang bernuansa demokrasi diharapkan koperasi dapat tumbuh
berkembang sejajar dengan usaha besar. Harapan tersebut ternyata tidak dapat
terwujud dengan baik. Irama pembangunan koperasi diawal kemerdekaan ternyata
juga diwarnai oleh ketidakmapanan sistem politik. Koperasi baru memperlihatkan
eksistensinya pada era orde baru, tetapi pada waktu itu konsepsi pembinaan lebih
diarahkan pada upaya menjadikan koperasi sebagai kepanjangan tangan
C. Tujuan
Tujuan dari paper ini adalah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut di
atas, yakni:
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Dilihat dari segi bahasa, secara umum koperasi berasal dari kata-kata Latin
yaitu Cum yang berarti dengan, dan Aperari yang berarti bekerja. Dari dua kata ini,
dalam bahasa Inggris dikenal istilah Co dan Operation, yang dalam bahasa Belanda
disebut dengan istilah Cooperatieve Vereneging yang berarti bekerja bersama dengan
orang lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Selain kata koperasi dapat dimaknai
sebagai suatu perkumpulan kerjasama yang beranggotakan orang-orang maupun
badan-badan dimana ia memberi kebebasan untuk keluar dan masuk sebagai
anggotanya (Anoraga, 2002).
Kata Cooperation kemudian diangkat menjadi istilah ekonomi sebagai
Kooperasi yang dibakukan menjadi suatu bahasa ekonomi yang dikenal dengan
istilah koperasi, yang berarti organisasi ekonomi dengan keanggotaan yang sifatnya
sukarela. Oleh karena itu koperasi dapat didefenisikan seperti berikut: Koperasi
adalah suatu perkumpulan atau organisasi ekonomi yang beranggotakan orang-orang
atau badan-badan, yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota
menurut peraturan yang ada;dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan
suatu usaha, dengan tujuan mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya
(Hadhikusuma, 2002).
Menurut Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992, Koperasi adalah badan
usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan
melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan
ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Koperasi sebagai organisasi
ekonomi yang berwatak sosial harus mampu menjalankan kegiatannya secara
seimbang, jangan sampai kegiatan ekonominya tidak diisi dan hanya dilandasi oleh
nilai-nilai kemasyarakatan saja. Sebagai badan usaha koperasi adalah sebuah
perusahaan yang harus mampu berdiri sendiri menjalankan kegiatan usahanya
mendapatkan laba sehingga dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya dan
jasmani anggota-anggotanya (Sumarsono, 2009).
6
III.
gerakan sudah dimulai sejak tanggal 12 Juli 1947 melalui Kongres Koperasi
di Tasikmalaya. Pengalaman di tanah air kita lebih unik karena koperasi yang
pernah lahir dan telah tumbuh secara alami di jaman penjajahan, kemudian
setelah kemerdekaan diperbaharui dan diberikan kedudukan yang sangat
tinggi dalam penjelasan undang-undang dasar. Dan atas dasar itulah kemudian
melahirkan berbagai penafsiran bagaimana harus mengembangkan koperasi
(Soetrisno, 2003).
Lembaga koperasi sejak awal diperkenalkan di Indonesia memang sudah
diarahkan untuk berpihak kepada kepentingan ekonomi rakyat yang dikenal
sebagai golongan ekonomi lemah. Strata ini biasanya berasal dari kelompok
masyarakat
kelas
menengah
kebawah.
Eksistensi
koperasi
memang
10
11
12
suatu
ekonomi
alternatif
dari
asosiasi-asosiasi
koperasi
13
Sejak munculnya ide tersebut hingga saat ini, banyak koperasi di negaranegara maju (NM) seperti di Uni Eropa (UE) dan AS sudah menjadi perusahaanperusahaan besar termasuk di sektor pertanian, industri manufaktur, dan
perbankan yang mampu bersaing dengan korporat-korporat kapitalis. Sejarah
kelahiran dan berkembangnya koperasi di NM dan NSB memang sangat
diametral. Di NM koperasi lahir sebagai gerakan untuk melawan ketidakadilan
pasar, oleh karena itu tumbuh dan berkembang dalam suasana persaingan pasar.
Bahkan dengan kekuatannya itu koperasi meraih posisi tawar dan kedudukan
penting dalam konstelasi kebijakan ekonomi termasuk dalam perundingan
internasional. Peraturan perundangan yang mengatur koperasi tumbuh kemudian
sebagai tuntutan masyarakat koperasi dalam rangka melindungi dirinya.
Sedangkan, di NSB koperasi dihadirkan dalam kerangka membangun institusi
yang dapat menjadi mitra negara dalam menggerakkan pembangunan untuk
mencapai kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu kesadaran antara kesamaan
dan kemuliaan tujuan negara dan gerakan koperasi dalam memperjuangkan
peningkatan kesejahteraan masyarakat ditonjolkan di NSB, baik oleh pemerintah
kolonial maupun pemerintahan bangsa sendiri setelah kemerdekaan (Soetrisno,
2001). Dalam kasus Indonesia, hal ini ditegaskan di dalam Undang-undang (UU)
Dasar 1945 Pasal 33 mengenai sistem perekonomian nasional. Berbagai peraturan
perundangan yang mengatur koperasi dilahirkan dan juga dibentuk departemen
atau kementerian khusus yakni Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah dengan maksud mendukung perkembangan koperasi di dalam negeri.
Secara historis pengembangan koperasi di Indonesia yang telah digerakan
melalui dukungan kuat program pemerintah yang telah dijalankan dalam waktu
lama, dan tidak mudah ke luar dari kungkungan pengalaman tersebut. Jika semula
ketergantungan terhadap captive market program menjadi sumber pertumbuhan,
maka pergeseran ke arah peran swasta menjadi tantangan baru bagi lahirnya
pesaing-pesaing usaha terutama KUD.
14
Jika melihat posisi koperasi pada hari ini sebenarnya masih cukup besar
harapan kita kepada koperasi. Memasuki tahun 2000 posisi koperasi Indonesia
pada dasarnya justru didominasi oleh koperasi kredit yang menguasai antara 5560 persen dari keseluruhan aset koperasi dan dilihat dari populasi koperasi yang
terkait dengan program pemerintah hanya sekitar 25% dari populasi koperasi atau
sekitar 35% dari populasi koperasi aktif. Pada akhir-akhir ini posisi koperasi
dalam pasar Perkreditan mikro menempati tempat kedua setelah BRI-unit desa
dengan pangsa sekitar 31%. Dengan demikian walaupun program pemerintah
cukup gencar dan menimbulka distorsi pada pertumbuhan kemandirian koperasi,
tetapi hanya menyentuh sebagian dari populasi koperasi yang ada. Sehingga pada
dasarnya masih besar elemen untuk tumbuhnya kemandirian koperasi.
Mengenai jumlah koperasi yang meningkat dua kali lipat dalam waktu 3
tahun 1998 2001, pada dasarnya tumbuh sebagai tanggapan terhadap dibukanya
secara luas pendirian koperasi dengan pencabutan Inpres 4/1984 dan lahirnya
Inpres 18/1998. Sehingga orang bebas mendirikan koperasi pada basis
pengembangan dan pada saat ini sudah lebih dari 35 basis pengorganisasian
koperasi. Kesulitannya pengorganisasian koperasi tidak lagi taat pada penjenisan
koperasi sesuai prinsip dasar pendirian koperasi atau insentif terhadap koperasi.
Keadaan ini menimbulkan kesulitan pada pengembangan aliansi bisnis maupun
pengembangan usaha koperasi kearah penyatuan vertical maupun horizontal.
Menurut data dari ICA, di dunia saat ini sekitar 800 juta orang adalah
anggota koperasi dan diestimasi bahwa koperasi-koperasi secara total
mengerjakan lebih dari 100 juta orang, 20% lebih dari jumlah yang diciptakan
oleh perusahaan-perusahaan multinasional. Pada tahun 1994, Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan bahwa kehidupan dari hampir 3 miliar
orang, atau setengah dari jumlah populasi di dunia terjamin oleh perusahaanperusahaan koperasi.
Tidak hanya di NSB yang pendapatan per kapitanya rendah, tetapi juga di
NM yang pada uumnya adalah ekonomi kapitalis seperti di Amerika Utara dan
15
Jepang atau yang semi kapitalis seperti di negara-negara Eropa Barat, khususnya
Skandinavia peran koperasi sangat penting.1Suatu studi dari Eurostat (2001) di
tujuh negara Eropa menunjukkan bahwa pangsa dari koperasi-koperasi dalam
menciptaan kesempatan kerja mencapai sekitar 1 persen di Perancis dan Portugal
hingga 3,5 persen di Swiss. Menurut ICA, di Kanada 1 dari 3 orang (atau sekitar
33% dari jumlah populasinya) adalah anggota koperasi. Koperasi (termasuk
koperasi kredit atau credit union) mengerjakan lebih dari 160 ribu orang. Gerakan
koperasi the Desjardins (koperasi tabungan dan kredit) dengan lebih dari 5 juta
anggota adalah pencipta kesempatan kerja terbesar di Propinsi Qubec. Banyak
koperasi pertanian mendirikan industri pupuk dan banyak koperasi yang terlibat
dalam kegiatan-kegiatan pengeboran minyak bumi. Banyak koperasinya yang
memiliki pangsa yang cukup besar di pasar global. Misalnya koperasi-koperasi
gula menguasai sekitar 35% dari produksi gula dunia.
Perkembangan koperasi yang sangat pesat di NM tersebut membuktikan
bahwa tidak ada suatu korelasi negatif antara masyarakat dan ekonomi modern
dan perkembangan koperasi. Dalam kata lain, koperasi tidak akan mati di tengahtengah masyarakat dan perekonomian yang modern, atau pengalaman tersebut
memberi kesan bahwa koperasi tidak bertentangan dengan ekonomi kapitalis.
Sebaliknya, koperasi-koperasi di NM selama ini tidak hanya mampu bersaing
dengan
perusahaan-perusahaan
besar
non-koperasi,
tetapi
mereka
juga
16
kelemahan
yang
menyebabkan
koperasi
sulit
untuk
mampu
17
pertumbuhan melalui berbagai usaha yang bersifat padat modal, sehingga mereka
yang bermodal lemah seperti koperasi akan mudah tersingkir.
Masalah pembangunan koperasi selama era kemerdekaan masih terjebak
dalam persoalan-persoalan klasik seperti lemahnya partisipasi anggota, dan
rendahnya akses koperasi terhadap sumber permodalan, pasar dan teknologi.
Memang dari masa kemasa perkembangan koperasi berfluktuatif. Pada era orde
lama sebenarnya banyak koperasi yang bagus-bagus atau koperasi-koperasi yang
dapat melaksanakan berbagai ragam usahanya untuk kepentingan pelayanan bagi
anggotanya. Koperasi-koperasi seperti ini pada waktu itu banyak terlihat di
Kabupaten Tasik malaya, Pekalongan, Cilacap dan Purwokerto. Pada masa orde
baru, koperasi seperti itu kebanyakan sulit dijumpai lagi, padahal frekuensi
pembinaan terhadap koperasi pada masa itu dilakukan sedemikian intensif. Disini
perlu diperhatikan kembali anatomi koperasi sebagai badan usaha ekonomi yang
dibangun oleh anggotanya, dimiliki oleh anggota dan bekerja untuk kepentingan
anggota. Konsepsi seperti ini jelas tertuang dalam UU Nomor 12 tahun 1967,
tetapi jiwa dari prinsip dasar koperasi tersebut tidak terlihat jelas pada UU Nomor
25 Tahun 1992. Kondisi seperti itu mungkin terkait dengan keinginan pemerintah
pada waktu yang menghendaki koperasi dapat segera difungsikan sebagai
lembaga penghimpun kekuatan ekonomi rakyat, yang dituntut untuk juga dapat
memberikan pelayanan yang lebih luas bagi semua anggota masyarakat (termasuk
yang bukan anggota koperasi), sehingga pada waktu itu ada istilah calon anggota
dan anggota yang dilayani.
Dalam era reformasi sekarang ini dengung pembangunan koperasi
memang sudah sangat jarang terdengar. Demikian juga kecenderungan koperasi
dijadikan kendaraan politik (hidden car for politicians) dari para politisi semakin
berkurang. Kecenderungan tersebut masih mungkin akan terjadi selama unsur
politik masih mendominasi kebijakan dan peraturan perkoperasian, atau selama
pembinaan dari pemerintah masih mendominasi proses pemberdayaan koperasi.
18
19
IV.
A. KESIMPULAN
1. Koperasi sebenarnya bukanlah organisasi usaha yang khas berasal dari
Indonesia. Koperasi berasal dari Inggris dan awalnya merupakan sebuah
organisasi.
2. Dampak dari globalisasi yaitu koperasi berkembang semakin pesat
setiap tahunnya meskipun kualitas koperasi itu sendiri idak berkembang
dengan baik karena adanya berbagai kendala.
B. SARAN
1. Supaya pemerintah lebih menambah fasilitas untuk koperasi agar koperasi
tersebut berkembang.
2. Pemerintah juga memberikan pelatihan untuk para pegawai koperasi agar
kualitas diri yang mereka miliki meningkat.
18
20
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, Pandji. Sudantoko, Djoko. 2002. Koperasi, Kewirausahaan, dan Usaha
Kecil. Rineka Cipta. Jakarta.
Hadhikusuma, Sutantya R. 2002. Hukum Koperasi Indonesia. PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Harsoyo, dkk. 2006. Ideologi Koperasi Menatap Masa Depan. Penerbit Pustaka
Widyatama. Jakarta.
Hendar, Kusnadi, 2005. Ekonomi Koperasi. Lembaga Penerbit Fekon Universitas
Indonesia. Jakarta
Moene, Karl Ove dan Michael Wallerstain (1993), Unions versus Cooperatives,
dalam Samuel Bowles, Herbert Gintis, dan Bo Gustafsson (eds.), Markets and
Democracy Participation, Accountability and Efficiency, Cambridge
University Press.
Putranto. 2002. Managemen Koperasi. Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta.
Rozi dan Hendri. 2007. Kapan dan Bilamana Berkoperasi. Unri Press. Riau.
Sinaga, Pariaman; Urip Triyono, Irsyad Muchtar, Zaenal Wafa, Slamet A. W. 2006.
Berlayar Mengarungi Sejuta Tantangan. Koperasi Di Tengah Lingkungan
Yang Berubah. Rajawali Pers, Jakarta.
Situmorang, Johnny W. 2008. Prototipe Model Pemeringkatan Koperasi Berdasarkan
Membership Dignity Performance Index. Studi Kasus Koperasi di Kabupaten
Bandung. INFOKOP: Media Pengkajian Koperasi dan UKM, No 28 Tahun
XXII, hal 37-47. ISSN: 0126-813X. Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya
UKMK, Kemenneg KUKM, Jakarta (1).
Soetrisno, Noer (2001), Rekonstruksi Pemahaman Koperasi, Merajut Kekuatan
Ekonomi Rakyat, Instrans, Jakarta Stiglitz, Joseph (2006), Making
Globalization Work, New York: W.W. Norton & Company.
Soetrisno, Noer (2003), Wajah Koperasi Tani dan Nelayan di Indonesia: Sebuah
Tinjauan Kritis, Jurnal Ekonomi Rakyat, II(5), Agustus.
Sumarsono, Sonny. 2009. Ekonomi Manajemen Sumber Daya Manusia dan
Ketenagakerjaan. Graha Ilmu. Jogyakarta.
Watkins, W. P. 1986. Co-operative Principles. Today and Tomorrow. Holyoake
Books.
Wibowo, Rudi. 2004. Koperasi dan Korporasi Petani: Kunci Pembuka
Pengembangan Agribisnis Berdayasaing, Berkerakyatan, dan Berkeadilan.
Infokop, Koperasi Dalam Perspektif Masa Depan. Media Pengkajian
21
Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah. Nomor 24 Tahun XX 2004, hal 93106, ISSN: 0126-813X, Jakarta.
Wolf, Martin (2004), Why Globalization Works, New Haven dan London: Yale
University Press.