Anda di halaman 1dari 21

1

PAPER KOPERASI DAN KEMITRAAN AGRIBISNIS


Tema: Perkembangan Koperasi Indonesia Saat Ini

PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP PERKEMBANGAN KOPERASI


DI INDONESIA

Disusun Oleh :
Siti Nur Astuti
H0413043

PROGRAM STUDI PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014
1

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
DAFTAR ISI ..................................................................................................
I. PENDAHULUAN ...................................................................................
A. Latar Belakang ....................................................................................
B. Permasalahan .......................................................................................
C. Tujuan .................................................................................................
II. TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................
III. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................
A. Hasil Kajian Literatur ...........................................................................
B. Pembahasan Hasil ................................................................................
IV. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................
A. Kesimpulan ..........................................................................................
B. Saran .....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

1
2
3
3
4
5
6
8
8
12
18
18
18

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelaksanaan ekonomi di Indonesia melibatkan 3 pelaku utama, yaitu sektor
swasta, negara dan salah satunya adalah Koperasi. Koperasi merupakan pelaku
ekonomi, akan tetapi lebih lemah dari dua pelaku ekonomi lainnya, yaitu Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) danBadan Usaha Milik Swasta (BUMS), karena
modal koperasi sebagian besar berasal dari anggota dan tujuan utamanya adalah
untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya bukan semata-mata untuk mencari
keuntungan. Koperasi sangat berarti dalam pencapaian tujuan dari negara. Badan
Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Swasta lebih mendapatkan perhatian
dar pemerintah dibandingkan Koperasi yang memiliki peran besar dalam
terwujudnya kemerdekaan. Hal tersebut yang mendasari pertumbuhan koperasi
yang tidak begitu pesat dibandingkan dengan Badan Usaha Milik Negara dan
Badan Usaha Milik Swasta.
Koperasi sudah dikenal sejak masa kolonial sebagai lembaga ekonomi
rakyat yang berseberangan dengan sistem ekonomi kapitalis/kolonialis yang pada
waktu itu mendominasi perekonomian negeri terjajah. Peran koperasi dalam era
kolonial hanya sebatas memberikan bantuan kepada para anggotanya terutama
pegawai rendahan, para pedagang dan petani miskin. Eksistensi koperasi dibatasi
oleh berbagai peraturan yang tidak berpihak kepada rakyat di negeri jajahan.
Perjalanan panjang perjuangan memajukan koperasi adalah sejalan dengan
perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut kemerdekaan. Dalam era
kemerdekaan yang bernuansa demokrasi diharapkan koperasi dapat tumbuh
berkembang sejajar dengan usaha besar. Harapan tersebut ternyata tidak dapat
terwujud dengan baik. Irama pembangunan koperasi diawal kemerdekaan ternyata
juga diwarnai oleh ketidakmapanan sistem politik. Koperasi baru memperlihatkan
eksistensinya pada era orde baru, tetapi pada waktu itu konsepsi pembinaan lebih
diarahkan pada upaya menjadikan koperasi sebagai kepanjangan tangan

pemerintah dalam mendukung program-program sektoral terutama di pedesaan,


sehingga kemandirian koperasi tidak berkembang dengan baik. Dalam era
reformasi sekarang ini eksistensi koperasi ternyata semakin pudar. Pada satu sisi
koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat, dan merupakan salah satu pilar
ekonomi, selayaknya perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah. Pada sisi
lain, salah satu upaya pemerintah dalam mengurangi pengangguran dan
mengentaskan kemiskinan dilakukan melalui program-program pemberdayaan
ekonomi rakyat. Dengan demikian, melalui pemberdayaan koperasi diharapkan
akan mendukung upaya pemerintah tersebut. Pemerintah dalam hal ini dituntut
untuk dapat menghasilkan program dan kebijakan yang dapat mendukung
pemberdayaan koperasi.
Globalisasi perekonomian merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan
perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar
yang semakin terintegrasi dengan tanpa rintangan batas teritorial negara.
Globalisasi perekonomian mengharuskan penghapusan seluruh batasan dan
hambatan terhadap arus modal, barang dan jasa.
Ketika globalisasi ekonomi terjadi, batas-batas suatu negara akan menjadi
kabur dan keterkaitan antara ekonomi nasional dengan perekonomian
internasional akan semakin erat. Globalisasi perekonomian di satu pihak akan
membuka peluang pasar produk dari dalam negeri ke pasar internasional secara
kompetitif, sebaliknya juga membuka peluang masuknya produk-produk global
ke dalam pasar domestik.
B. Permasalahan
Berdasarkan fenomena tersebut di atas, maka permasalahan di dalam paper ini
dijabarkan dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana perkembangan koperasi di Indonesia hingga saat ini?


2. Kemungkinan dampak apa yang akan terjadi terhadap perkembangan koperasi di
Indonesia akibat adanya globalisasi?

C. Tujuan
Tujuan dari paper ini adalah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut di
atas, yakni:

1. Mengetahui prospek perkembangan koperasi di Indonesia..


2. Mengetahui pengaruh globalisasi terhadap perkembangan koperasi di Indonesia.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Dilihat dari segi bahasa, secara umum koperasi berasal dari kata-kata Latin
yaitu Cum yang berarti dengan, dan Aperari yang berarti bekerja. Dari dua kata ini,
dalam bahasa Inggris dikenal istilah Co dan Operation, yang dalam bahasa Belanda
disebut dengan istilah Cooperatieve Vereneging yang berarti bekerja bersama dengan
orang lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Selain kata koperasi dapat dimaknai
sebagai suatu perkumpulan kerjasama yang beranggotakan orang-orang maupun
badan-badan dimana ia memberi kebebasan untuk keluar dan masuk sebagai
anggotanya (Anoraga, 2002).
Kata Cooperation kemudian diangkat menjadi istilah ekonomi sebagai
Kooperasi yang dibakukan menjadi suatu bahasa ekonomi yang dikenal dengan
istilah koperasi, yang berarti organisasi ekonomi dengan keanggotaan yang sifatnya
sukarela. Oleh karena itu koperasi dapat didefenisikan seperti berikut: Koperasi
adalah suatu perkumpulan atau organisasi ekonomi yang beranggotakan orang-orang
atau badan-badan, yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota
menurut peraturan yang ada;dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan
suatu usaha, dengan tujuan mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya
(Hadhikusuma, 2002).
Menurut Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992, Koperasi adalah badan
usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan
melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan
ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Koperasi sebagai organisasi
ekonomi yang berwatak sosial harus mampu menjalankan kegiatannya secara
seimbang, jangan sampai kegiatan ekonominya tidak diisi dan hanya dilandasi oleh
nilai-nilai kemasyarakatan saja. Sebagai badan usaha koperasi adalah sebuah
perusahaan yang harus mampu berdiri sendiri menjalankan kegiatan usahanya
mendapatkan laba sehingga dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya dan
jasmani anggota-anggotanya (Sumarsono, 2009).
6

Secara formal, menurut undang-undang, koperasi adalah suatu badan usaha


yang berbadan hukum yang bertujuan untuk memajukan kesejahteraan anggotanya
melalui bisnisnya. Oleh karena itu terdapat proses usaha yang mengorganisasikan
input produksi menjadi output apakah dalam bentuk barang atau jasa. Dalam koperasi
sendiri terjadi proses transaksional secara ekonomi dengan ukuran output adalah nilai
penjualan. Analisis menyangkut koperasi sebagai suatu badan usaha yang terukur
secara ekonomi telah banyak terungkap (Watkins, 1986; Wibowo, 2004; Situmorang,
2008). Posisi koperasi dalam bisnis juga mengungkap koperasi sebagai badan usaha
yang berkembang di tengah persaingan dunia usaha (Suyono dkk, 1995; Sinaga dkk,
2006). Dengan demikian, penggunaan indikator ekonomi yang terukur dan
keterkaitannya secara nasional dari sisi koperasi dan perekonomian nasional dapat
sebagai alat untuk mengungkap kemampuan daerah dalam pembangunan koperasi.
Koperasi mempunyai dua aspek yaitu ekonomi dan sosial. Sebagai organisasi
ekonomi maka koperasi tunduk pada hukum, hukum ekonomi dan efisiensi. Sebagai
organisasi sosial maka koperasi perlu mengutamakan dimensi kehidupan sosial yaitu
peningkatan kualitas kehidupan masyarakat oleh karena itu perlu diingat bahwa
koperasi mempunyai dua tujuan yaitu: tujuan utama adalah peningkatan kualitas
terhadap masyarakat baik anggota koperasi maupun masyarakat lingkungan koperasi
itu dan tujuan antara adalah tujuan ekonomis (Harsoyo dkk, 2006).
Menurut asal katanya, kata "Globalisasi" diambil dari kata global, yang
maknanya ialah universal. Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda
atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah
Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar definisi kerja
(working definition), sehingga bergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang
memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah
yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama
lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan
menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat.

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Kajian Literatur


1. Koperasi
Ropke (1987) mendefinisikan koperasi sebagai organisasi bisnis yang
para pemilik atau anggotanya adalah juga pelangggan utama perusahaan
tersebut (kriteria identitas). Kriteria identitas suatu koperasi akan merupakan
dalil atau prinsip identitas yang membedakan unit usaha koperasi dari unit
usaha yang lainnya. Berdasarkan definisi tersebut, menurut Hendar dan
Kusnadi (2005), kegiatan koperasi secara ekonomis harus mengacu pada
prinsip identitas (hakikat ganda) yaitu anggota sebagai pemilik yang sekaligus
sebagai pelanggan. Organisasi koperasi dibentuk oleh sekelompok orang yang
mengelola perusahaan bersama yang diberi tugas untuk menunjang kegiatan
ekonomi individu para anggotanya. Koperasi adalah organisasi otonom, yang
berada didalam lingkungan sosial ekonomi, yang menguntungkan setiap
anggota, pengurus dan pemimpin dan setiap anggota, pengurus dan pemimpin
merumuskan tujuan-tujuannya secara otonom dan mewujudkan tujuan-tujuan
itu melalui kegiatan-kegiatan ekonomi yang dilaksanakan secara bersamasama (Hanel, 1989).
Koperasi merupakan salah satu sektor dalam ekonomi kerakyatan.
Selain orientasi pemerataan koperasi juga menjalankan fungsi lain yang
mendukung pembangunan ekonomi dan mobilitas ekonomi. Koperasi
memiliki definisi yaitu badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau
badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip
koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas
kekeluargaan (Putranto, 2002)
Di Indonesia pengenalan koperasi memang dilakukan oleh dorongan
pemerintah, bahkan sejak pemerintahan penjajahan Belanda telah mulai
diperkenalkan. Gerakan koperasi sendiri mendeklarasikan sebagai suatu
8

gerakan sudah dimulai sejak tanggal 12 Juli 1947 melalui Kongres Koperasi
di Tasikmalaya. Pengalaman di tanah air kita lebih unik karena koperasi yang
pernah lahir dan telah tumbuh secara alami di jaman penjajahan, kemudian
setelah kemerdekaan diperbaharui dan diberikan kedudukan yang sangat
tinggi dalam penjelasan undang-undang dasar. Dan atas dasar itulah kemudian
melahirkan berbagai penafsiran bagaimana harus mengembangkan koperasi
(Soetrisno, 2003).
Lembaga koperasi sejak awal diperkenalkan di Indonesia memang sudah
diarahkan untuk berpihak kepada kepentingan ekonomi rakyat yang dikenal
sebagai golongan ekonomi lemah. Strata ini biasanya berasal dari kelompok
masyarakat

kelas

menengah

kebawah.

Eksistensi

koperasi

memang

merupakan suatu fenomena tersendiri, sebab tidak satu lembaga sejenis


lainnya yang mampu menyamainya, tetapi sekaligus diharapkan menjadi
penyeimbang terhadap pilar ekonomi lainnya. Lembaga koperasi oleh banyak
kalangan, diyakini sangat sesuai dengan budaya dan tata kehidupan bangsa
Indonesia. Di dalamnya terkandung muatan menolong diri sendiri, kerjasama
untuk kepentingan bersama (gotong royong), dan beberapa esensi moral
lainnya. Sangat banyak orang mengetahui tentang koperasi meski belum tentu
sama pemahamannya, apalagi juga hanya sebagian kecil dari populasi bangsa
ini yang mampu berkoperasi secara benar dan konsisten. Sejak kemerdekaan
diraih, organisasi koperasi selalu memperoleh tempat sendiri dalam struktur
perekonomian dan mendapatkan perhatian dari pemerintah.
Selama ini koperasi dikembangkan dengan dukungan pemerintah
dengan basis sektor-sektor primer yang memberikan lapangan kerja terbesar
bagi penduduk Indonesia. KUD sebagai koperasi program yang didukung
dengan program pembangunan untuk membangun KUD. Di sisi lain
pemerintah memanfaatkan KUD untuk mendukung program pembangunan
seperti yang selama PJP I, menjadi ciri yang menonjol dalam politik
pembangunan koperasi. Bahkan koperasi secara eksplisi ditugasi melanjutkan

10

program yang kurang berhasil ditangani langsung oleh pemerintah, seperti


penyaluran kredit BIMAS menjadi KUT, pola pengadaan bea pemerintah, TRI
dan lain-lain sampai pada penciptaan monopoli baru (cengkeh).
Keberadaan koperasi sebagai lembaga ekonomi rakyat ditilik dari sisi
usianyapun yang sudah lebih dari 50 tahun berarti sudah relatif matang.
Sampai dengan bulan November 2001, berdasarkan data Departemen
Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM), jumlah koperasi di seluruh
Indonesia tercatat sebanyak 103.000 unit lebih, dengan jumlah keanggotaan
ada sebanyak 26.000.000 orang. Jumlah itu jika dibanding dengan jumlah
koperasi per-Desember 1998 mengalami peningkatan sebanyak dua kali lipat.
Jumlah koperasi aktif, juga mengalami perkembangan yang cukup
menggembirakan. Jumlah koperasi aktif per- November 2001, sebanyak
96.180 unit (88,14 persen). Hingga tahun 2004 tercatat 130.730, tetapi yang
aktif mencapai 28,55%, sedangkan yang menjalan rapat tahunan anggota
(RAT) hanya 35,42% koperasi saja. Data terakhir tahun 2006 ada 138.411
unit dengan anggota 27.042.342 orang akan tetapi yang aktif 94.708 unit dan
yang tidak aktif sebesar 43.703 unit.
Namun uniknya, kualitas perkembangannya selalu menjadi bahan
perdebatan karena tidak jarang koperasi dimanfaatkan di luar kepentingan
generiknya. Juga, secara makro pertanyaan yang paling mendasar berkaitan
dengan kontribusi koperasi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB),
pengentasan kemiskinan, dan penciptaan lapangan kerja. Sedangkan secara
mikro pertanyaan yang mendasar berkaitan dengan kontribusi koperasi
terhadap peningkatan pendapatan dan kesejahteraan anggotanya. Menurut
Merza (2006), dari segi kualitas, keberadaan koperasi masih perlu upaya yang
sungguh-sungguh untuk ditingkatkan mengikuti tuntutan lingkungan dunia
usaha dan lingkungan kehidupan dan kesejahteraan para anggotanya. Pangsa
koperasi dalam berbagai kegiatan ekonomi masih relatif kecil, dan

11

ketergantungan koperasi terhadap bantuan dan perkuatan dari pihak luar,


terutama Pemerintah, masih sangat besar.
2. Globalisasi
Tidak ada definisi yang baku atau standar mengenai globalisasi, tetapi
secara sederhana globalisasi ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses di
mana semakin banyak negara yang terlibat langsung dalam kegiatan ekonomi
global yang membuat negara-negara tersebut saling tergantung satu dengan
yang lainnya. Jika dalam periode sejak perang dunia kedua berakhir hingga
tahun 1970-an ekonomi dunia didominasi oleh Amerika Serikat (AS),
sekarang ini walaupun PDB AS masih paling besar, peran dari Uni Eropa
(UE), Jepang dan negara-negara industri baru (NICs) di Asia Tenggara dan
Timur seperti Korea Selatan, Taiwan, dan Singapura, serta Cina dan India
sebagai motor penggerak perekonomian dunia jauh lebih besar, terutama
lewat dua jalur yakni perdagangan dan investasi internasional. Selain itu,
peran dari ekonomi-ekonomi ini sebagai sumber pendanaan pembangunan
ekonomi di NSB juga jauh lebih besar dibandingkan 20 tahun yang lalu. Di
Wolf (2004), disebut ada tiga aspek yang saling terkait yang menandakan
sedang berlangsungnya proses globalisasi, yakni semakin terintegrasinya
pasar lintas negara, semakin berkurang-/menghilangnya hambatan-hambatan
yang dikenakan pemerintah terhadap arus internasional dari barang, jasa dan
modal, dan penyebaran global dari kebijakan-kebijakan yang yang semakin
berorientasi pasar di dalam negeri maupun internasional.
Jadi, proses globalisasi ekonomi adalah perubahan perekonomian
dunia yang bersifat mendasar atau struktural dan proses ini akan berlangsung
terus dengan laju yang akan semakin cepat mengikuti perubahan teknologi
yang juga akan semakin cepat dan peningkatan serta perubahan pola
kebutuhan masyarakat dunia. Perkembangan ini telah meningkatkan kadar
hubungan saling ketergantungan ekonomi dan juga mempertajam persaingan
antarnegara, tidak hanya dalam perdagangan internasional tetapi juga dalam

12

investasi, keuangan, dan produksi. Globalisasi ekonomi ditandai dengan


semakin menipisnya batas-batas geografi dari kegiatan ekonomi atau pasar
secara nasional atau regional, tetapi semakin mengglobal menjadi satu
proses yang melibatkan banyak negara. Globalisasi ekonomi biasanya
dikaitkan dengan proses internasionalisasi produksi,7perdagangan dan pasar
uang. Globalisasi ekonomi merupakan suatu proses yang berada diluar
pengaruh atau jangkauan kontrol pemerintah, karena proses tersebut terutama
digerakkan oleh kekuatan pasar global, bukan oleh kebijakan atau peraturan
yang dikeluarkan oleh sebuah pemerintah secara individu.
Dalam tingkat globalisasi yang optimal arus produk dan faktor-faktor
produksi (seperti tenaga kerja dan modal) lintas negara atau regional akan
selancar lintas kota di dalam suatu negara atau desa di dalam suatu kecamatan.
Pada tingkat ini, seorang pengusaha yang punya pabrik di Kalimantan Barat
setiap saat bisa memindahkan usahanya ke Serawak atau Filipina tanpa
halangan, baik dalam logistik maupun birokrasi yang berkaitan dengan urusan
administrasi seperti izin usaha dan sebagainya.
B. Pembahasan Hasil
Dalam sejarahnya, koperasi sebenarnya bukanlah organisasi usaha yang
khas berasal dari Indonesia. Kegiatan berkoperasi dan organisasi koperasi pada
mulanya diperkenalkan di Inggris di sekitar abad pertengahan. Pada waktu itu
misi utama berkoperasi adalah untuk menolong kaum buruh dan petani yang
menghadapi problem-problem ekonomi dengan menggalang kekuatan mereka
sendiri. Kemudian di Perancis yang didorong oleh gerakan kaum buruh yang
tertindas oleh kekuatan kapitalis sepanjang abad ke 19 dengan tujuan utamanya
membangun

suatu

ekonomi

alternatif

dari

asosiasi-asosiasi

koperasi

menggantikan perusahaan-perusahaan milik kapitalis (Moene dan Wallerstein,


1993). Ide koperasi ini kemudian menjalar ke AS dan negara-negara lainnya di
dunia. Di Indonesia, baru koperasi diperkenalkan pada awal abad 20.

13

Sejak munculnya ide tersebut hingga saat ini, banyak koperasi di negaranegara maju (NM) seperti di Uni Eropa (UE) dan AS sudah menjadi perusahaanperusahaan besar termasuk di sektor pertanian, industri manufaktur, dan
perbankan yang mampu bersaing dengan korporat-korporat kapitalis. Sejarah
kelahiran dan berkembangnya koperasi di NM dan NSB memang sangat
diametral. Di NM koperasi lahir sebagai gerakan untuk melawan ketidakadilan
pasar, oleh karena itu tumbuh dan berkembang dalam suasana persaingan pasar.
Bahkan dengan kekuatannya itu koperasi meraih posisi tawar dan kedudukan
penting dalam konstelasi kebijakan ekonomi termasuk dalam perundingan
internasional. Peraturan perundangan yang mengatur koperasi tumbuh kemudian
sebagai tuntutan masyarakat koperasi dalam rangka melindungi dirinya.
Sedangkan, di NSB koperasi dihadirkan dalam kerangka membangun institusi
yang dapat menjadi mitra negara dalam menggerakkan pembangunan untuk
mencapai kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu kesadaran antara kesamaan
dan kemuliaan tujuan negara dan gerakan koperasi dalam memperjuangkan
peningkatan kesejahteraan masyarakat ditonjolkan di NSB, baik oleh pemerintah
kolonial maupun pemerintahan bangsa sendiri setelah kemerdekaan (Soetrisno,
2001). Dalam kasus Indonesia, hal ini ditegaskan di dalam Undang-undang (UU)
Dasar 1945 Pasal 33 mengenai sistem perekonomian nasional. Berbagai peraturan
perundangan yang mengatur koperasi dilahirkan dan juga dibentuk departemen
atau kementerian khusus yakni Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah dengan maksud mendukung perkembangan koperasi di dalam negeri.
Secara historis pengembangan koperasi di Indonesia yang telah digerakan
melalui dukungan kuat program pemerintah yang telah dijalankan dalam waktu
lama, dan tidak mudah ke luar dari kungkungan pengalaman tersebut. Jika semula
ketergantungan terhadap captive market program menjadi sumber pertumbuhan,
maka pergeseran ke arah peran swasta menjadi tantangan baru bagi lahirnya
pesaing-pesaing usaha terutama KUD.

14

Jika melihat posisi koperasi pada hari ini sebenarnya masih cukup besar
harapan kita kepada koperasi. Memasuki tahun 2000 posisi koperasi Indonesia
pada dasarnya justru didominasi oleh koperasi kredit yang menguasai antara 5560 persen dari keseluruhan aset koperasi dan dilihat dari populasi koperasi yang
terkait dengan program pemerintah hanya sekitar 25% dari populasi koperasi atau
sekitar 35% dari populasi koperasi aktif. Pada akhir-akhir ini posisi koperasi
dalam pasar Perkreditan mikro menempati tempat kedua setelah BRI-unit desa
dengan pangsa sekitar 31%. Dengan demikian walaupun program pemerintah
cukup gencar dan menimbulka distorsi pada pertumbuhan kemandirian koperasi,
tetapi hanya menyentuh sebagian dari populasi koperasi yang ada. Sehingga pada
dasarnya masih besar elemen untuk tumbuhnya kemandirian koperasi.
Mengenai jumlah koperasi yang meningkat dua kali lipat dalam waktu 3
tahun 1998 2001, pada dasarnya tumbuh sebagai tanggapan terhadap dibukanya
secara luas pendirian koperasi dengan pencabutan Inpres 4/1984 dan lahirnya
Inpres 18/1998. Sehingga orang bebas mendirikan koperasi pada basis
pengembangan dan pada saat ini sudah lebih dari 35 basis pengorganisasian
koperasi. Kesulitannya pengorganisasian koperasi tidak lagi taat pada penjenisan
koperasi sesuai prinsip dasar pendirian koperasi atau insentif terhadap koperasi.
Keadaan ini menimbulkan kesulitan pada pengembangan aliansi bisnis maupun
pengembangan usaha koperasi kearah penyatuan vertical maupun horizontal.
Menurut data dari ICA, di dunia saat ini sekitar 800 juta orang adalah
anggota koperasi dan diestimasi bahwa koperasi-koperasi secara total
mengerjakan lebih dari 100 juta orang, 20% lebih dari jumlah yang diciptakan
oleh perusahaan-perusahaan multinasional. Pada tahun 1994, Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan bahwa kehidupan dari hampir 3 miliar
orang, atau setengah dari jumlah populasi di dunia terjamin oleh perusahaanperusahaan koperasi.
Tidak hanya di NSB yang pendapatan per kapitanya rendah, tetapi juga di
NM yang pada uumnya adalah ekonomi kapitalis seperti di Amerika Utara dan

15

Jepang atau yang semi kapitalis seperti di negara-negara Eropa Barat, khususnya
Skandinavia peran koperasi sangat penting.1Suatu studi dari Eurostat (2001) di
tujuh negara Eropa menunjukkan bahwa pangsa dari koperasi-koperasi dalam
menciptaan kesempatan kerja mencapai sekitar 1 persen di Perancis dan Portugal
hingga 3,5 persen di Swiss. Menurut ICA, di Kanada 1 dari 3 orang (atau sekitar
33% dari jumlah populasinya) adalah anggota koperasi. Koperasi (termasuk
koperasi kredit atau credit union) mengerjakan lebih dari 160 ribu orang. Gerakan
koperasi the Desjardins (koperasi tabungan dan kredit) dengan lebih dari 5 juta
anggota adalah pencipta kesempatan kerja terbesar di Propinsi Qubec. Banyak
koperasi pertanian mendirikan industri pupuk dan banyak koperasi yang terlibat
dalam kegiatan-kegiatan pengeboran minyak bumi. Banyak koperasinya yang
memiliki pangsa yang cukup besar di pasar global. Misalnya koperasi-koperasi
gula menguasai sekitar 35% dari produksi gula dunia.
Perkembangan koperasi yang sangat pesat di NM tersebut membuktikan
bahwa tidak ada suatu korelasi negatif antara masyarakat dan ekonomi modern
dan perkembangan koperasi. Dalam kata lain, koperasi tidak akan mati di tengahtengah masyarakat dan perekonomian yang modern, atau pengalaman tersebut
memberi kesan bahwa koperasi tidak bertentangan dengan ekonomi kapitalis.
Sebaliknya, koperasi-koperasi di NM selama ini tidak hanya mampu bersaing
dengan

perusahaan-perusahaan

besar

non-koperasi,

tetapi

mereka

juga

menyumbang terhadap kemajuan ekonomi dari negara-negara kapitalis tersebut.


Seperti telah dijelaskan di atas bahwa koperasi lahir pertama kali di Eropa yang
juga merupakan tempat lahirnya sistem ekonomi kapitalis.
Fenomena diatas menimbulkan pertanyaan mengapa dalam era reformasi,
yang juga sekaligus diwarnai oleh gaung globalisasi perkembangan koperasi
menjadi terhambat. Dalam era globalisasi yang antara lain menyuarakan
demokratisasi idealnya koperasi sebagai lembaga yang berazaskan demokrasi
dapat tumbuh dan berkembang dengan lebih baik. Disini orang dapat
mengeluarkan berbagai pendapat, baik yang memberikan gambaran tentang

16

berbagai kelemahan internal, kendala, dan permasalahan yang dihadapi koperasi,


maupun mereka yang mengemukakan berbagai potensi dan peluang koperasi.
Berbagai hasil kajian maupun penelitian menunjukkan bahwa koperasi
merupakan lembaga perekonomian yang tumbuh dan berkembang dalam system
perekonomian nasional yang secara langsung di pengaruhi oleh suasana politik
dan sosial di dalam negeri, serta kondisi perekonomian dunia. Kesemua faktor
eksternal yang bersifat dinamis tersebut membentuk lingkungan hidup koperasi
yang juga bersifat dinamis. Dalam era globalisasi tantangan dan kecenderungan
yang dihadapi ke depan sejalan dengan derasnya perkembangan arus informasi
adalah demokratisasi dan desentralisasi/otonomisasi. Globalisasi dicirikan oleh
semakin ketatnya persaingan, demokratisasi dicirikan oleh kebebasan berfikir,
berkata, dan bertindak, sehingga para pelaku bisnis dituntut untuk selalu inovatif,
kreatif dan mampu beradaptasi. Namun demikian dalam era efisiensi tidak ada
lagi keberpihakan khusus kepada yang lemah, maka untuk menghadapi perubahan
perekonomian dunia yang mengarah pada persaingan bebas tersebut koperasi
seharusnya dapat menampilkan karakteristiknya sebagai kumpulan orang yang
secara bersama-sama dapat membangun kekuatan yang mengarah pada efisiensi.
Namun demikian terlihat kondisi internal koperasi sendiri masih diwarnai oleh
berbagai

kelemahan

yang

menyebabkan

koperasi

sulit

untuk

mampu

mengembangkan daya saingnya.


Statement tersebut diatas memang ada benarnya tetapi juga ada
kekeliruaannya. Kebenaran terletak pada kurangnya kesempatan yang diberikan
oleh koperasi untuk dapat eksis dalam sistem perekonomian nasional yang
mengacu pada efisiensi. Koperasi yang termasuk dalam kelompok usaha UKM
tersebut bukanlah kelompok usaha modern yang padat modal dan bersandar pada
teknologi yang dapat mengembangkan efisiensi dalam waktu cepat. Kekeliruan
disini adalah bahwa berbagai kebijakan makro ekonomi yang dituangkan dalam
berbagai konsepsi pembangunan cenderung mengarah pada upaya mengejar

17

pertumbuhan melalui berbagai usaha yang bersifat padat modal, sehingga mereka
yang bermodal lemah seperti koperasi akan mudah tersingkir.
Masalah pembangunan koperasi selama era kemerdekaan masih terjebak
dalam persoalan-persoalan klasik seperti lemahnya partisipasi anggota, dan
rendahnya akses koperasi terhadap sumber permodalan, pasar dan teknologi.
Memang dari masa kemasa perkembangan koperasi berfluktuatif. Pada era orde
lama sebenarnya banyak koperasi yang bagus-bagus atau koperasi-koperasi yang
dapat melaksanakan berbagai ragam usahanya untuk kepentingan pelayanan bagi
anggotanya. Koperasi-koperasi seperti ini pada waktu itu banyak terlihat di
Kabupaten Tasik malaya, Pekalongan, Cilacap dan Purwokerto. Pada masa orde
baru, koperasi seperti itu kebanyakan sulit dijumpai lagi, padahal frekuensi
pembinaan terhadap koperasi pada masa itu dilakukan sedemikian intensif. Disini
perlu diperhatikan kembali anatomi koperasi sebagai badan usaha ekonomi yang
dibangun oleh anggotanya, dimiliki oleh anggota dan bekerja untuk kepentingan
anggota. Konsepsi seperti ini jelas tertuang dalam UU Nomor 12 tahun 1967,
tetapi jiwa dari prinsip dasar koperasi tersebut tidak terlihat jelas pada UU Nomor
25 Tahun 1992. Kondisi seperti itu mungkin terkait dengan keinginan pemerintah
pada waktu yang menghendaki koperasi dapat segera difungsikan sebagai
lembaga penghimpun kekuatan ekonomi rakyat, yang dituntut untuk juga dapat
memberikan pelayanan yang lebih luas bagi semua anggota masyarakat (termasuk
yang bukan anggota koperasi), sehingga pada waktu itu ada istilah calon anggota
dan anggota yang dilayani.
Dalam era reformasi sekarang ini dengung pembangunan koperasi
memang sudah sangat jarang terdengar. Demikian juga kecenderungan koperasi
dijadikan kendaraan politik (hidden car for politicians) dari para politisi semakin
berkurang. Kecenderungan tersebut masih mungkin akan terjadi selama unsur
politik masih mendominasi kebijakan dan peraturan perkoperasian, atau selama
pembinaan dari pemerintah masih mendominasi proses pemberdayaan koperasi.

18

Berdasarkan data resmi dari Departemen Koperasi dan UKM, sampai


dengan bulan November 2001, jumlah koperasi di seluruh Indonesia tercatat
sebanyak 103.000 unit lebih, dengan jumlah keanggotaan ada sebanyak
26.000.000 orang. Jumlah itu jika dibanding dengan jumlah koperasi perDesember 1998 mengalami peningkatan sebanyak dua kali lipat. Jumlah koperasi
aktif, juga mengalami perkembangan yang cukup menggembirakan. Jumlah
koperasi aktif per-November 2001, sebanyak 96.180 unit (88,14 persen). Hingga
tahun 2004 tercatat 130.730, tetapi yang aktif mencapai 71,50%, sedangkan yang
menjalan rapat tahunan anggota (RAT) hanya 35,42% koperasi saja. Tahun 2006
tercatat ada 138.411 unit dengan anggota 27.042.342 orang akan tetapi yang aktif
94.708 unit dan yang tidak aktif sebesar 43.703 unit.

19

IV.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
1. Koperasi sebenarnya bukanlah organisasi usaha yang khas berasal dari
Indonesia. Koperasi berasal dari Inggris dan awalnya merupakan sebuah
organisasi.
2. Dampak dari globalisasi yaitu koperasi berkembang semakin pesat
setiap tahunnya meskipun kualitas koperasi itu sendiri idak berkembang
dengan baik karena adanya berbagai kendala.
B. SARAN
1. Supaya pemerintah lebih menambah fasilitas untuk koperasi agar koperasi
tersebut berkembang.
2. Pemerintah juga memberikan pelatihan untuk para pegawai koperasi agar
kualitas diri yang mereka miliki meningkat.

18

20

DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, Pandji. Sudantoko, Djoko. 2002. Koperasi, Kewirausahaan, dan Usaha
Kecil. Rineka Cipta. Jakarta.
Hadhikusuma, Sutantya R. 2002. Hukum Koperasi Indonesia. PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Harsoyo, dkk. 2006. Ideologi Koperasi Menatap Masa Depan. Penerbit Pustaka
Widyatama. Jakarta.
Hendar, Kusnadi, 2005. Ekonomi Koperasi. Lembaga Penerbit Fekon Universitas
Indonesia. Jakarta
Moene, Karl Ove dan Michael Wallerstain (1993), Unions versus Cooperatives,
dalam Samuel Bowles, Herbert Gintis, dan Bo Gustafsson (eds.), Markets and
Democracy Participation, Accountability and Efficiency, Cambridge
University Press.
Putranto. 2002. Managemen Koperasi. Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta.
Rozi dan Hendri. 2007. Kapan dan Bilamana Berkoperasi. Unri Press. Riau.
Sinaga, Pariaman; Urip Triyono, Irsyad Muchtar, Zaenal Wafa, Slamet A. W. 2006.
Berlayar Mengarungi Sejuta Tantangan. Koperasi Di Tengah Lingkungan
Yang Berubah. Rajawali Pers, Jakarta.
Situmorang, Johnny W. 2008. Prototipe Model Pemeringkatan Koperasi Berdasarkan
Membership Dignity Performance Index. Studi Kasus Koperasi di Kabupaten
Bandung. INFOKOP: Media Pengkajian Koperasi dan UKM, No 28 Tahun
XXII, hal 37-47. ISSN: 0126-813X. Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya
UKMK, Kemenneg KUKM, Jakarta (1).
Soetrisno, Noer (2001), Rekonstruksi Pemahaman Koperasi, Merajut Kekuatan
Ekonomi Rakyat, Instrans, Jakarta Stiglitz, Joseph (2006), Making
Globalization Work, New York: W.W. Norton & Company.
Soetrisno, Noer (2003), Wajah Koperasi Tani dan Nelayan di Indonesia: Sebuah
Tinjauan Kritis, Jurnal Ekonomi Rakyat, II(5), Agustus.
Sumarsono, Sonny. 2009. Ekonomi Manajemen Sumber Daya Manusia dan
Ketenagakerjaan. Graha Ilmu. Jogyakarta.
Watkins, W. P. 1986. Co-operative Principles. Today and Tomorrow. Holyoake
Books.
Wibowo, Rudi. 2004. Koperasi dan Korporasi Petani: Kunci Pembuka
Pengembangan Agribisnis Berdayasaing, Berkerakyatan, dan Berkeadilan.
Infokop, Koperasi Dalam Perspektif Masa Depan. Media Pengkajian

21

Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah. Nomor 24 Tahun XX 2004, hal 93106, ISSN: 0126-813X, Jakarta.
Wolf, Martin (2004), Why Globalization Works, New Haven dan London: Yale
University Press.

Anda mungkin juga menyukai