Anda di halaman 1dari 23

MENGENDALIKAN OPT PADI

(MENGENDALIKAN HAMA PENTING


TANAMAN PADI )
Bagian 1

Oleh : Salim Solihudin, SST.

DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN


KABUPATEN CIAMIS
2018

0
Produksi dan produktivitas tanaman padi di Indonesia sering kali
mengalami penurunan bahkan sampai terjadi puso akibat adanya serangan hama.
Hal ini disebabkan selain iklim indonesia sangat menunjang perkembangan populasi
hama juga sangat dipengaruhi oleh perilaku petani yang menanam padi secara
terus-menerus tanpa adanya pergantian tanaman. Kondisi seperti ini akan
menyediakan inang hama padi secara kontinyu tanpa terputus. Selain itu
perkembangan populasi hama juga disebabkan oleh matinya musuh-musuh alami
akibat dari penggunakan pestisida kimiawi yang kurang tepat dan kurang bijaksana.

A. Hama pada fase persemaian


1. Wereng Coklat (Nilaparvata lugens). Hama ini dapat menyebabkan
tanaman padi mati kering dan tampak seperti terbakar atau puso, serta
dapat menularkan beberapa jenis penyakit. Tanaman padi yang rentan
terserang wereng coklat adalah tanaman padi yang dipupuk dengan unsur
N terlalu tinggi dan jarak tanam yang merupakan kondisi yang disenangi
wereng coklat.
2. Wereng Hijau (Nephotettix virescens). Hama wereng hijau merupakan
hama penyebar (vector) virus tungro yang menyebabkan penyakit tungro.
Fase pertumbuhan padi yang rentan serangan wereng hijau adalah saat
fase persemaian sampai pembentukan anakan maksimum, yaitu umur ± 30
hari setelah tanam.
3. Hama Putih Palsu (Chanaphalocrosis medinalis). Hama putih palsu
menyerang bagian daun tanaman padi, larva akan memakan jaringan hijau
daun dari dalam lipatan daun meninggalkan permukaan bawah daun yang
berwarna putih. Tanda pertama adanya infestasi adalah kehadiran ngengat
di sawah. Ngengat berwarna kuning coklat, pada bagian sayap depan ada

1
tanda pita hitam sebanyak tiga buah yang garisnya lengkap atau terputus.
Pada saat beristirahat, ngengat berbentuk segitiga.
4. Tikus Sawah(Rattus argentiventer). Tikus merusak tanaman pada semua
fase pertumbuhan dan dapat menyebabkan kerusakan besar apabila tikus
menyerang pada saat primodia. Tikus akan memotong titik tumbuh atau
memotong pangkal batang untuk memakan bulir gabah.
Tikus menyerang pada malam hari dan pada siang hari tikus bersembunyi
di lubang pada tanggul irigasi, pematang sawah, pekarangan, semak atau
gulma.
5. Keong Mas (Pomacea canaliculata). Keong mas merusak tanaman dengan
cara memarut jaringan tanaman dan memakannya, menyebabkan adanya
bibit yang hilang per tanaman. Waktu kritis untuk mengendalikan serangan
keong mas adalah pada saat 10 hst atau 21 hari setelah sebar benih (benih
basah).

Gambar 1. Serangan hama berdasarkan stadia pertumbuhan padi


2
B. Hama pada fase vegetati f
1. Penggerek Batang (Tryporiza sp.). Adalah hama yang menimbulkan
kerusakan dan menurunkan hasil panen secara nyata. Serangan yang terjadi
pada fase vegetatif, daun tengah atau pucuk tanaman mati karena titik
tumbuh dimakan larva penggerek batang. Pucuk tanaman padi yang mati
akan berwarna coklat dan mudah dicabut (gejala ini biasa disebut Sundep).
Apabila serangan terjadi pada fase generatif, larva penggerek batang akan
memakan pangkal batang tanaman padi tempat malai berada. Malai akan
mati, berwarna abu-abu dan bulirnya kosong/hampa. Malai mudah
dicabutdan pada pangkal batang terdapat bekas gerekan larva penggerek
batang (gejala ini biasa disebut Beluk).
2. Wereng Hijau (Nephotettix virescens). Hama wereng hijau merupakan hama
penyebar (vector) virus tungro yang menyebabkan penyakit tungro. Fase
pertumbuhan padi yang rentan serangan wereng hijau adalah saat fase
persemaian sampai pembentukan anakan maksimum, yaitu umur ± 30 hari
setelah tanam.
3. Hama Ganjur (Pachydiplosis oryzae). Stadia tanaman padi yang rentan
terhadap serangan hama ganjur adalah mulai dipersemaian sampai pada
pembentukan malai. Gejala serangan ganjur adalah daun padi akan
menggulung seperti daun bawang, sehingga tanaman yang terserang tidak
dapat menghasilkan malai.
4. Keong Mas (Pomacea canaliculata). Keong mas merusak tanaman dengan
cara memarut jaringan tanaman dan memakannya, menyebabkan adanya
bibit yang hilang per tanaman. Waktu kritis untuk mengendalikan serangan
keong mas adalah pada saat 10 hst atau 21 hari setelah sebar benih (benih
basah).

3
C. Hama pada fase generati f
1. Wereng Coklat (Nilaparvata lugens). Hama ini dapat menyebabkan
tanaman padi mati kering dan tampak seperti terbakar atau puso, serta
dapat menularkan beberapa jenis penyakit. Tanaman padi yang rentan
terserang wereng coklat adalah tanaman padi yang dipupuk dengan unsur
N terlalu tinggi dan jarak tanam yang merupakan kondisi yang disenangi
wereng coklat. Hama wereng coklat menyerang tanaman pada mulai dari
pembibitan hingga fase masak susu. Gejala serangan adalah terdapatnya
imago wereng coklat pada tanaman dan menghisap cairan tanaman pada
pangkal batang, kemudian tanaman menjadi menguning dan mengering.
2. Wereng Hijau (Nephotettix virescens). Hama wereng hijau merupakan
hama penyebar (vector) virus tungro yang menyebabkan penyakit tungro.
Fase pertumbuhan padi yang rentan serangan wereng hijau adalah saat
fase persemaian sampai pembentukan anakan maksimum, yaitu umur ± 30
hari setelah tanam. Gejala kerusakan yang ditimbulkan adalah tanaman
kerdil, anakan berkurang, daun berubah menjadi kuning sampai kuning
oranye.
3. Penggerek Batang (Tryporiza sp.). Adalah hama yang menimbulkan
kerusakan dan menurunkan hasil panen secara nyata. Serangan yang
terjadi pada fase vegetatif, daun tengah atau pucuk tanaman mati karena
titik tumbuh dimakan larva penggerek batang. Pucuk tanaman padi yang
mati akan berwarna coklat dan mudah dicabut (gejala ini biasa disebut
Sundep).Apabila serangan terjadi pada fase generatif, larva penggerek
batang akan memakan pangkal batang tanaman padi tempat malai berada.
Malai akan mati, berwarna abu-abu dan bulirnya kosong/hampa. Malai
mudah dicabutdan pada pangkal batang terdapat bekas gerekan larva
penggerek batang (gejala ini biasa disebut Beluk).
4
4. Walang Sangit (Leptocorixa acuta). Walang sangit merupakan hama yang
menghisap cairan bulir pada fase masak susu. Kerusakan yang ditimbulkan
walang sangit menyebabkan beras berubah warna, mengapur serta
hampa. Hal ini dikarenakan walang sangit menghisap cairan dalam bulir
padi. Fase tanaman padi yang rentan terserang hama walang sangit adalah
saat tanaman padi mulai keluar malai sampai fase masak susu.
5. Hama Ganjur (Pachydiplosis oryzae). Stadia tanaman padi yang rentan
terhadap serangan hama ganjur adalah mulai dipersemaian sampai pada
pembentukan malai. Gejala serangan ganjur adalah daun padi akan
menggulung seperti daun bawang, sehingga tanaman yang terserang tidak
dapat menghasilkan malai.
6. Ulat Grayak (Armyworm). Hama ulat grayak menyerang tanaman dengan
memakan daun dan hanya meninggalkan tulang daun dan batang. Larva
ulat grayak menyerang tanaman padi sejak di persemaian sampai fase
pengisian. Serangan akan parah saat musim kemarau dan tanaman
kekurangan air.
7. Hama Putih Palsu (Chanaphalocrosis medinalis). Hama putih palsu
menyerang bagian daun tanaman padi, larva akan memakan jaringan hijau
daun dari dalam lipatan daun meninggalkan permukaan bawah daun yang
berwarna putih. Tanda pertama adanya infestasi adalah kehadiran ngengat
di sawah. Ngengat berwarna kuning coklat, pada bagian sayap depan ada
tanda pita hitam sebanyak tiga buah yang garisnya lengkap atau terputus.
Pada saat beristirahat, ngengat berbentuk segitiga.
8. Tikus Sawah (Rattus argentiventer). Tikus merusak tanaman pada semua
fase pertumbuhan dan dapat menyebabkan kerusakan besar apabila tikus
menyerang pada saat primodia. Tikus akan memotong titik tumbuh atau
memotong pangkal batang untuk memakan bulir gabah.
5
Tikus menyerang pada malam hari dan pada siang hari tikus bersembunyi
di lubang pada tanggul irigasi, pematang sawah, pekarangan, semak atau
gulma.
9. Keong Mas (Pomacea canaliculata). Keong mas merusak tanaman dengan
cara memarut jaringan tanaman dan memakannya, menyebabkan adanya
bibit yang hilang per tanaman. Waktu kritis untuk mengendalikan serangan
keong mas adalah pada saat 10 hst atau 21 hari setelah sebar benih (benih
basah).
D. Hama pada fase pemasakan
1. Walang Sangit (Leptocorixa acuta). Walang sangit merupakan hama yang
menghisap cairan bulir pada fase masak susu. Kerusakan yang ditimbulkan
walang sangit menyebabkan beras berubah warna, mengapur serta
hampa. Hal ini dikarenakan walang sangit menghisap cairan dalam bulir
padi. Fase tanaman padi yang rentan terserang hama walang sangit adalah
saat tanaman padi mulai keluar malai sampai fase masak susu.
2. Tikus Sawah (Rattus argentiventer). Tikus merusak tanaman pada semua
fase pertumbuhan dan dapat menyebabkan kerusakan besar apabila tikus
menyerang pada saat primodia. Tikus akan memotong titik tumbuh atau
memotong pangkal batang untuk memakan bulir gabah.
Tikus menyerang pada malam hari dan pada siang hari tikus bersembunyi
di lubang pada tanggul irigasi, pematang sawah, pekarangan, semak atau
gulma.
3. Burung (Lonchura spp.). Burung menyerang tanaman pada fase masak
susu sampai padi dipanen. Burung akan memakan langsung bulir padi yang
sedang menguning sehingga menyebabkan kehilangan hasil secara
langsung. Selain itu burung juga mengakibatkan patahnya malai padi.

6
GEJALA SERANGAN HAMA UTAMA TANAMAN PADI

A. PENGGEREK BATANG
Di Indonesia diketahui ada 5 (lima) jenis hama penggerek batang yang sering
menyerang tanaman padi yaitu :
• Penggerek Batang Padi Kuning (Scirpophaga incertulas Walker)
• Penggerek Batang Padi Putih (S. innotata Walker)
• Penggerek Batang Padi Bergaris (Chilo suppressalis Walker)
• Penggerek Batang Padi Merah jambu (Sesamia inferens Walker)

PB Padi Kuning PB Padi Putih PB Padi Bergaris PB Padi Merah


Jambu
Gambar 2. Hama penggerek batang
1. Cara menyerang
Larva hidup dan menggerek batang padi serta mampu merusak
beberapa tunas sebelum menjadi pupa.
2. Gejala serangan
Akibat tunas-tunas batang yang rusak tersebut timbul gejala serangan
sundep, terjadi pad fase vegetatif yaitu matinya pucuk-pucuk tanaman karena
batang yang digerek larva. Beluk, terjadi karena pada fase generatifyaitu

7
malainya menjadi hampa, berwarna putih dan berdiri tegak, pucuk dan malai
yang terserang mudah dicabut.
Hama penggerek batang termasuk hama paling penting pada tanaman
padi, dapat menyerang tanaman mulai dari fase vegetataif maupun generatif.
Penyerangan di awal pertumbuhan tanaman (fase vegetatif) dapat
menyebabkan pucuk tanaman padi menjadi kering dan mati karena batangnya
digerek oleh ulat (larva) dari hama ini dari bagian dalam batang.
Serangan hama penggerek batang pada fase ini secara umum oleh petani
dikenal dengan Hama Sundep. Larva dari hama ini hidup di bagian dalam dari
batang sehingga pengendalian dengan insektisida yang bersifat kontak kurang
efektif. Oleh karena itu pengendalian di fase awal yaitu pada saat serangga
(imago) hama ini meletakkan kelompok telurnya di permukaan pelepah daun
akan lebih efektif atau dapat juga digunakan insektisida sistemik seperti dengan
insektisida berbahan aktif carbofurant.
Serangan hama penggerek batang pada fase generatif dikenal dengan
nama Hama Beluk.Bila serangan pada fase ini cukup berat dapat menyebabkan
gagal panen karena tanaman yang terserang sundep malainya mati dan kering.

Gambar 3. Gejala Sundep dan Gejala Beluk

8
3. Cara hidup
Ngengat hidup pada malam hari dan tertarik pada cahaya lampu. Telur
diletakan secara berkelompok terdiri dari 50 – 150 butir dan tiap ngengat
betina mampu bertelur 100 – 600 butir. Pada tanaman muda ngangat lebih
sukar bertelur pada permukaan daun sebelah atas, sedamng pada tanaman tua
cenderung memilioh permukaan daun bagian bawah. Kemudian pupanya hidup
dan menggerek batang padi, hingga jadi pupa.
Tabel 1. Ekobiologi Hama Penggerek Batang
Nama Telur/ Inkubasi Masa Masa Cyklus
Penggerek kelompok telur ulat pupa hidup
(butir) (hari) (hari) (hari) (hari)
PB padi kuning 50-150 4-5 18-42 8-14 35-63
S. incertulas
PB padi putih 150-250 4-9 19-30 6-9 39-46
S.innotata
PB kepala hitam 50-100 4-7 23-36 4-8 31-51
C.polychrysus
PB merah jambu 100-160 4-9 31-38 5-12 45-57
S.inferens
PB padi bergaris 20-200 4-10 30-40 5-10 39-60
C.suppressalis

B. WERENG COKLAT (Nilaparvata lugens)


Wereng coklat merupakan salah satu hama penting pada tanaman
padi, karena pada serangan yang berat dapat menyebabkan puso (gagal panen).

9
1. Cara menyerang
Hama wereng menyukai tanaman yang dipupuk N dosis tinggi dengan
jarak tanam rapat. Serangga dewasa dan nimfa menetap dibagian pangkal
batang padi, stadia rentan adalah sejak pembibitan hingga fase masak
susu. Hama menghisap cairan tanaman pada sistem vaskuler (pembuluh).

Gambar 4. Hama wereng coklat


2. Gejala Serangan
Tanaman padi yang terserang hama wereng coklat menunjukkan
gejala menguning dan mengering dengan cepat. Umumnya gejala terlihat
mengumpul pada satu lokasi dan melingkar (hopperburn). Selain sebagai
hama, wereng coklat juga merupakan vektor (penular) penyakit virus kerdil
rumput pada tanaman padi.

Gambar 5. Gejala serangan wereng coklat

10
3. Cara hidup
Serangga dewasa berwarna coklat kekuningan sampai coklat tua,
berbintik coklat gelap pada pertemuan sayap depannya panjang badan
antara 2 – 45 mm. telur berwarna transparan keputihan, berbentuk lonjong,
dalam susunan seperti buah pisang, diletakan oleh serangga betina secara
berkelompok didalam jaringan pelepah daun.
Kadang-kadang telur dapat ditemukan pada helai daun. Telur
menetas setelah 7 – 10 hari. Telur diletakan didalam jaringan pelepah daun
sehingga tidak dipengaruhi oleh aplikasi insektisida. Nimfa yang baru
menetas sebelum menjadi dewasa melewati 5 instar, tiap instar dibedakan
menurut ukuran tubuh dan bentuk bakal sayapnya. Instar 1 dan 2 berwarna
putih keabuan, kemudian menjadi coklat muda sampai coklat tua, periode
nimfa berkisar antara 12 – 15 hari

C. WERENG HIJAU(Nephotettix virescens)


Wereng hijau tersebar secara luas, merupakan vektor penting bagi
penularan virus yang menyebabkan penyakit kerdil padi, penguningan transitory,
tungro, dan kerdil kuning. Serangga dewasa berukuran panjang 3 – 5 mm, hijau
cerah dengan gambaran hitam bervariasi. Telur diletakan didalam tulang daun
pada daun bendera atau pelepah daun.

Gambar 6. Wereng hijau


11
1. Cara menyerang
Cara menyerang hampir sama dengan wereng coklat, hama wereng
menyukai tanaman yang dipupuk N dosis tinggi dengan jarak tanam rapat.
Serangga dewasa dan nimfa menetap dibagian pangkal batang padi, stadia
rentan adalah sejak pembibitan hingga fase masak susu. Hama menghisap
cairan tanaman pada sistem vaskuler (pembuluh).
2. Gejala Serangan
Wereng hijau lebih menyukai menghisap cairan tanaman pada daun bagian
pinggir. Sangat menyukai tanaman yg dipupuk dgn Nitrogen dosis tinggi.
Tanaman padi yang terserang hama wereng hijau menunjukkan gejala
tanaman kerdil, anakan berkurang.
3. Cara hidup
Hampir sama dengan cara hidup wereng coklat.
D. Ganjur
1. Cara menyerang
Stadia tanaman padi yang rentan terhadap serangan hama ganjur
adalah mulai dipersemaian sampai pada pembentukan malai. Gejala
serangan ganjur adalah daun padi akan menggulung seperti daun bawang,
sehingga tanaman yang terserang tidak dapat menghasilkan malai. Larva
yang baru menetas kemudian merayap dengan bantuana air/embun melalui
celah menuju titik tumbuh larva tinggal didalam titik tumbuh yang
mengakibatkan puru.

Gambar 7. Hama ganjur dewasa

12
2. Gejala serangan
a) Adanya puru berbentuk tabung memanjang seperti daun bawang,
berwarna putih, kotor, hijau pucat atau hijau kekuning-kuningan dengan
ujung berwarna hijau.
b) Anakan padi bertambah banyak semakin berat serangan pada fase
vegetatif, semakin banyak anakan berbentuk puru-puru ganjur.
c) Gejala khas ganjur adalah tunas padi yang tumbuh menjadi bentuk
seperti pentil atau daun bawang, dengan panjang bervariasi, 15-20 cm.
Anakan yang terserang ganjur tidak mampu menghasilkan malai. 
d) Serangga dewasa Orseolia oryzae menyerupai nyamuk kecil, tidak kuat
terbang, sehingga penyebaran sangat terbatas. Serangga ini aktif pada
malam hari dan sangat tertarik pada cahaya.
3. Cara hidup
Serangga berbentguk seperti nyamuk, dengan ukuran 4 – 5 mm
berwarna kemerahan. Serangga aktif pada malam hari dan tgertarik pada
cahaya lampu. Telur yang baru diletakan berwarna putih, 2 hari kemudian
embriyonya berwarna kuning kuning terang dan titik matanya berwarna
merah. Larva baru menetas merayap menuju titik tumbuh, bingga
mengakibatkan puru
E. Tikus sawah ( Rattus argentiventer)
1. Cara menyerang
Tikus aktif pada malam hari, memakan
batang-batang padi dan malai terutama pada
saat padi bunting

Gambar 8. Tikus sawah

13
2. Gejala serangan
Kerusakan karenanserangan tikus adalah batang padi dipotong dan
bekas gigitannya terlihat berbentuk sudut potong kurang lebih 45° dan
masih mempunyai sisi bagian batang yang tidak terpotong. Pada fase
vegetatif tikus dapat merusak antara 11 – 176 batang per malam, sedang
pada saat bunting kemampuan merusak meningkat menjadi 24 – 246
batang per malam.
3. Cara hidup
Tikus adalah hama yang sangat merugikan pada banyak jenis tanaman
pangan (polyfag). Sangat adaptif pada berbagai lingkungan pada berbagai
lingkungan. Tikus sawah umumnya tinggal dipersawahan dan sekitanrnya,
sedangkan tikus lading tinggal disemak-semak dan terutama merusak padi
lading. Kadang-kadang kedua jenis tikus tersebut ditemukan bersama-sama.
Daerah serangan kronis setiap saat tikus selalu tinggal didaerah tersebut.
Dalam satu tahun tikus betina dapat melahirkan 4 kali dengan rata-rata 8
ekor anak tiap kali melahirkan. Secara teoristis sepasang tikus selama satu
tahun dapat berkembang biak menjadi 1270 ekor.

14
Gambar 9. Siklus hidup tikus sawah
Keadaan di alam memang tidak terjadi, namun hal ini menggambarkan
betapa cepatnya perkembang biakan populasi tikus. Perkembangan biakan
tikus sangat dipengaruhi oleh situasi lingkungan terutama ketersediaan
makanan. Pada daerah-daerah pola tanam yang tidak teratur dan selalu
tersedia makanan, maka populasi tikus cenderung meningkat. Namun pada
daerah dengan pola tanam serempak dan teratur sehingga ada periode bero,
pada awal musim hujan populasi tikus masih populasi tikus masih sedikit.
Populasi tertinggi selalu berkaitan dengan puncak masa generatif.Tikus dapat
berenang hingga 72 jam, dapat melompat ke atas setinggi 90 cm, datar
sejauh 1,2 – 3 m, dan tidak cedera meski jatuh dari ketinggian 10 m
F. ULAT GRAYAK (Spodoptera mauritia Boisd)
1. Cara menyerang :
a) Bersifat polypag, menyerang semua stadi dan aktif pada malam hari dan
memakan pucuk dan daun padi.
b) Ulat yang baru menetas memakan hijau daun sebelah bawah dan
meninggalkan daun yang menerawang, kadang-kadang memotong tangkai
malai.
2. Gejala serangan
a) Rusaknya daun sehingga yang tersisa hanya tulang-tulang daun
b) Tangkai malai patah

Gambar 10. Ulat grayak dan serangga dewasa


15
3. Cara hidup
a) Serangga dewasa aktif pada malam hari dan mampu terbang jauh.
Diantara jenis ulat grayak yang menyerang padi yang paling dominan S.
mauritia.
b) Meletakan telur pada daun muda bagian bawah. Setiap kelompok telur
dilindungi oleh lapisan coklat muda yang dikeluarkan oleh serangga betina
ketika bertelur. Setiap kelompok terdiri dari 50 – 400 butir telur, menetas
setelah 5 – 9 hari.
c) Ulat memakan bagian bawah daun dan meninggalkan daun yang
menerawang. Setelah instar 3 ulat berlindung pada siang hari dan aktif
pada malam hari. Ulat menyerang semua stadia, kadang-kadang
memotong tangkai malai.
G. KEPINDING TANAH(Scotinophara coarctata)
1. Cara menyerang
a) Hama ini menimbulkan masalah karena menyerang padi mulai dari fase
pembibitan hingga dewasa.
b) Menyerang pada bagian batang padi
2. Gejala serangan
a) Hama merusak tanaman dengan menghisap cairan tanaman.
b) Di sekitar lubang bekas hisapan berubah warna menjadi coklat
menyerupai penyakit blas.
c) Daun menjadi kering dan menggulung membujur.
d) Gabah yg terbentuk umumnya berisi separo/ hampa.

Gambar 11. Kepinding dan


akibat serangan berat

16
3. Cara hidup
a) Imago/Serangga Dewasa
 Warna coklat kehitaman dan bila terganggu berbau khas
menyengat
 Lama bertelur 12-17 hari setelah kawin.
 Umur imago 4-7 bulan hal ini disebabkan oleh umur inang, makin
tua tanaman serangga makin berkembang dengan baik
b) Telur
 Bentuk telur lonjong, berwarna merah jambu kehijau-hijauan
 Letak telur berkelompok pada pangkat rumpun padi
 Stadium telur 4-7 hari.
c) Nimfa
 Warna nimfa coklat kekuningan dan tidak bersayap.
 Stadium nimfa 20-30 hari.
d) Dinamika populasi
 Serangga dewasa mampu hidup dan berkembangbiak selama 2
musim.
 Waktu musim kemarau serangga dewasa dapat bertahan
pada bongkahan tanah yang berumput.
 Pada saat cuaca baik dewasa terbang ke pertanaman dalam jumlah
besar (lebih menyukai keadaan basah dan lembab)
 Serangga dewasa menyukai intensitas cahaya yang tinggi dan
mudah ditangkap pada saat bulan purnama.
 Tanaman inang : Panicum, jagung Sceleria, Scirphus dan padi liar.
H. WALANG SANGIT(Leptocorisa oratorius)
1. Cara menyerang
a) Aktif pada pagi dan sore hari menyerang bulir pada saat masak susu.
17
b) Menusuk dan menghisapnya sehingga bulur menjadi hampa atau separuh
hampa

Gambar 12. Walang sangit dan gabah yang terserang


2. Gejala serangan
a) Fase padi yg rentan adalah mulai keluarnya malai hingga masak susu.
b) Ada bekas tusukan berupa bintik berwarna abu-abu kekuning-kuningan
c) Disekliling bekas tusukan berubah berwarna coklat.
d) Kerusakan yg terjadi: gabah hampa, beras berubah warna dan mengapur.
e) 5 ekor walang sangit pada tiap 9 rumpun tanaman akan merugikan hasil
sebesar 15%, sedangkan 10 ekor pada 9 rumpun tanaman akan
mengurangi hasil sampai 25%. 
f) Kerusakan yang tinggi biasanya terjadi pada tanaman di lahan yang
sebelumnya banyak ditumbuhi rumput-rumputan serta pada tanaman
yang berbunga paling akhir.
3. Cara hidup
a) Bertelur pada permukaan daun bagian atas padi dan rumput-rumputan
lainnya secara kelompok dalam satu sampai dua baris.
b) Telur berwarna hitam, berbentuk segi enam dan pipih. Satu kelompok telur
terdiri dari 1-21 butir, lama periode telur rata-rata 5,2 hari.
c) Lama periode nimfa rata-rata 17,1 hari. Pada umumnya nimfa berwarna
hijau muda dan menjadi coklat kekuning-kuningan pada bagian abdomen
dan sayap coklat saat dewasa.
18
d) Walaupun demikian warna walang sangit ini lebih ditentukan oleh
makanan pada periode nimfa.
e) Serangga dewasa berbentuk ramping dan berwarna coklat, berukuran
panjang sekitar 14-17 mm dan lebar 3-4 mm dengan tungkai dan antenna
yang panjang. Perbandingan antara jantan dan betina adalah 1:1.
f) Serangga ini baru dapat kawin setelah 4-6 hari, dengan masa pra
peneluran 8,1 dan daur hidup walang sangit antara 32-43 hari. Lama
periode bertelur rata-rata 57 hari (berkisan antara 6-108 hari, sedangkan
serangga dapat hidup selama rata-rata 80 hari (antara 16-134 hari).
I. HAMA PELIPAT DAUN
1. Cara menyerang
a) Larva menggerek jaringan hijau daun (klorofil) dari dalam lipatan daun.
b) Kerusakan yg terjadi berupa adanya warna putih pada daun di
pertanaman
2. Gejala serangan
a) Kerusakan akibat serangan larva dan terlihat warna putih di
pertanaman
b) Kerusakan berat tampak seperti terbakar
c) Menyebabkan penyakit daun terutama bakteri daun bergaris dengan
gejala serangannya dapat dimulai dari tepi daun yang rusak

19
Gambar 13. Imago, tabung daun dan larva hama pelipat daun
3. Cara hidup
a) Hama pelipat daun padi Cnaphalocrosis medinalis (Guenee) di
Indonesia diberi nama yang keliru sebagai hama putih palsu.
b) Ulat-ulat yang baru menetas mengeluarkan benang untuk melipat
daun.
c) Ulat hidup dalam lipatan daun dan makan bagian dalam lipatan.
d) Bila populasi ulat tinggi maka akan terjadi kerusakanyang cukup tinggi
sehingga dapat menurunkan produksi padi.
e) Menjadi masalah bila kerusakan daun bendera mencapai > 50% pada
fase anakan maksimum dan fase pematangan.
f) Ngengat berwarna kuning coklat, pada sayap depan terdapat 3 pita
hitam.Siklus hidup : 30 – 60 hari.
g) Bila dijumpai adanya ngengat maka ini pertanda akan adanya serangan.
J. HAMA PUTIH (Nympula depunctalis Guenee)
1. Cara menyerang
a) Merusak daun tanaman sebelum anakan maksimum
b) Larva menyerang tanaman muda dan tinggal pada rumpun tanaman,
atau dibawah permukaan air
c) Larva memakan daging daun secara memanjang sejajar dengan tulang
daun dan meninggalkan lapisan epidermis
2. Gejala serangan
a) Daun tidak berujung, karena dipotong dan dijadikan tempat tinggal
oleh larva
b) Tanda serangannya adalah daun tanaman padi yang terserang seperti
terpotong dengan gunting
c) Tanaman yang terserang tampak berwarna putih
20
Gambar 14.Serangga dewasa, larva dan tanaman yang terserang
3. Cara hidup
a) Daun tidak berujung, karena dipotong dan dijadikan tempat tinggal
oleh larva
b) Ngengat berwarna putih bersih, berukuran 22 – 30 mm aktif pada
malam hari dan tertarik pada cahaya lampu
c) Telur berwarna kuning terang, diletakan satu persatu pada daun muda
padi dan rumput-rumputan
d) Larva berwarna krem pucat pada instar pertama kemudian menjadi
kehijauan pada instar kedua dan kelima
e) Larva hidup pada tabung pucung daun yang digulung, dan selalu berisi
air dan tabung akan diganti jika larva ganti kulit
f) Larva menyerang tanaman muda dan tinggal pada rumpun tanaman
bahkan dibawah permukaan air.
DAFTAR PUSTAKA.

Anonimous, 1983. Permasalahan lapangan tentang padi di daerah tropika, Lembaga


Penenlitian Padi Internasional, Los Banos Filipina.
Anonimous, 1989. Hama dan penyakit padi / musuh alami padi, Program Nasional
PHT.
Anonimous, 1990. Hama dan penyakit pada tanaman padi, Balai Informasi
Pertanian Jawa Barat.
21
Anonimous, 2008. Masalah lapang hama, penyakit, hara pada padi. Puslitbang
Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian RI. Bogor.
Novizan, 2002. Petunjuk Pemakaian Pestisida. Agro Media Pustaka. Jakarta.
Sudarmo .S, 1990. Pestisida. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Suprihatno. B. dkk, 2010. Diskripsi varietas padi. Balai Besar Penelitian Padi .
Kementerian Pertanian. Sukamandi Jawa Barat.
Tjahjadi. N, 1996. Hama dan penyakit tanaman. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

22

Anda mungkin juga menyukai