Anda di halaman 1dari 3

Penyakit pada tanaman cabai 1.

Nematoda perusak akar Meloidogyne merupakan nematoda perusak akar pada berbagai tanaman cabai dan family solanaceae lainnya. Tanaman akan tumbuh terhambat dan kerdil, jika dicabut akan menampakkan gejala bintil akar. Pengendalian dilakukan dengan pengolahan tanah yan g baik, penanaman varietas resisten, dan penggunaan nematisida yang sesuai dengan keadaan setempat.

2. Ulat perusak daun Ulat penggulung daun phthorimaea makan daun cabai di dalam gulungan daun cabai. Ulat pemakan daun spodoptera, dan plusia makan daun pada waktu sore atau senja hari, pada siang hari ulat bersembunyi di balik daun. Pengendalian dilakukan dengan menyemprot insektisida atau yang bersifat racun perut.

3. Kutu penghisab daun Kutu daun aphis menghisap cairan daun dan pucuk cabai, daun yang berkembang menjadi keriting, dan pembentukan bunga terhambat. Aphis juga dapat menularkan virus keriting, mozaik dan kerdil. Tanaman yang terserang aphis akan mengalami kegagalan panen. Tungau tetranychus akan menimbulkan bercak merah kecoklatan. Tungau biasanya menyerang pada musim kemarau. Pengendalian kutu daun dan tungau dilakukan penyemprotan insektisida kontak 4-5 hari sekali.

4. Lalat perusak buah Dacus menyerang buah cabai yang menjelang masak, buah yang terserang akan gugur sebelum waktunya. Lalat buah dacus meletakkan telur di dalam buah cabai yang masih

menggantung di tanaman dan juga pada cabai yang ada ditempat penyimpanan. Beberapa hari kemudian telur dacus akan menetas dan makan daging buah cabai. Pengendalian dilakukan dengan membakar buah cabai yang telah terserang, agar larva tidak sempat berkembang menjadi imago (lalat dewasa) yang akan memperluas serangan.

5. Penyakit virus keriting Virus menyerang tanaman cabai yang pertumbuhannya kurang baik atau karena tanaman tersebut kurang pupuk TSP dan KCL. Tanaman yang terserang virus keriting akan sembuh jika bagian yang terserang dipangkas dan diberi pupuk yang seimbang. Virus yang menyerang di

pembibitan cabai akan mematikan tanaman. Virus menyebar melalui persentuhan tanamana sakit dengan tanaman sehat, atau dengan perantaraan vektornya (kutu daun, tungau, trips, dan siput). Pengendalian dilakukan dengan memusnahkan tanaman yang terserang, serta pemberantasan hewan yang menjadi vector.

6. Penyakit busuk daun Pathogen penyebab penyakit ini adalah phytophthora capsic. Gejala serangan ditunjukkan dengan layunya pucuk daun, kemudian membusuk dan gugur. Penyakit timbul jika keadaan cuaca lembab. Sumber penularan diantaranya pupuk kandang atau kompos yang belum masak. Pengendalian dilakukan dengan rotasi tanaman, pengolahan tanah yang baik, dan penggunaan pupuk kandang yang sudah masak atau dingin.

7. Penyakit gugur daun Pathogen penyebab penyakit ini adalah cendawan oidium. Akibat serangannya daun menguning dan gugur sebelum waktunya. Pengendalian dilakukan dengan penyemprotan larutan fungisida, dan pemusnahan bagian tanaman yang terserang.

8. Penyakit busuk batang Pathogen penyebab penyakit ini yakni cendawan pythium cabai. Pathogen menyerang tanaman dipembibitan dan yang sudah dipindahkan ke lapang. Tanaman yang terserang tampak layu, kemudian mati. Jika tanaman yang mati diperiksa maka batangnya sudah busuk. Penyebaran penyakit melalui air tanah atau air hujan. Pengendalian dilakukan dengan pengaturan tata air yang baik, pemusnahan tanaman yang terserang, dan penyemprotan dengan larutan fungisida.

9. Penyakit bercak daun Pathogen penyebab penyakit ini yaitu cendawan cercospora capsici. Pathogen menyebabkan bercak pada daun dan batang. Bercak berbentuk bulat atau oblong, bagian pusatnya berwarna abu-abu dan tepinya coklat kekuningan. Jika serangan berat, daun yang terserang akan rontok, kemudian tanaman mati. Pengendalian dilakukan dengan memusnahkan tanaman yang terserang dan penyemprotan larutan fungisida.

10. Penyakit busuk buah Patogen penyebab penyakit ini yaitu cendawan colletotrichum nigrum. Buah yang terserang berguguran, kadang-kadang pathogen menyerang pucuk dan ranting cabai. Pengendalian dilakukan dengan cara bercocok tanam yang baik, jarak tanam teratur, pengaturan tata air yang baik, dan penyemprotan dengan larutan fungisida. Untuk pencegahan meluasnya penyakit, buah yang gugur dimusnahkan. 11. Penyakit daun kuning Penyakit daun kuninga banyak menyerang areal pertanaman cabai. Serangan penyakit ini dapat mengakibatkan kerugian yang disebabkan oleh kegagalan panen. Gejala serangan pada cabai berupa klorosis pada anak tulang daun, sementara tulang utama tetap berwarna hijau. Gejala ini dimulai dari daun-daun muda kemudian menyebar keseluruh bagian sehingga semua tanaman tampak kuning. Gejala lebih lanjut daun-daun mengeriting ke atas, menebal dan mengecil ukurannya. Pertumbuhan terhambat sehingga menjadi kecil. Serangan pada cabai besar dapat mengakibatkan kegagalan pembuahan, sedangkan pada cabai kecil (rawit) tanaman masih dapat berbuah meskipun produksinya sangat berkurang. Disamping, penghambatan pertumbuhan tanaman, serangan penyakit juga dapat mengakibatkan rontoknya bunga ataupun buah serta penyimpangan bentuk buah. Penyebab penyakit ini disebabkan oleh tomato yellow leaf curl virus (TYLCV). Virus termasuk dalam kelompok Gemini virus. Partikel virus berbentuk bulat dengan diameter rata-rata 18 nm biasanya berpasangan atau bertiga. Virus ini dapat ditularkan melalui penyambungan dan melalui serangga vector lalat putih bemisia tabaci, secara persisten. Serangga vector mempunyai masa makan akuisisi pada inang sekitar 60 menit dan masa inokulasi pada tanaman sehat mencapai 24 jam. Pengendalian penyakit lebih ditujukan terhadap pengendalian serangga vector virus penyakit kuning daun cabai. Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk pencegahan dan pengendalian virus kuning antara lain: dengan penanaman varietas tahan seperti hotchilli, pengendalian serangga vektor dengan menggunakan musuh alami predator seperti menochilus sexmaculatus atau jamur pathogen serangga seperti beuveria bassiana atau verticillium lecani. Selain itu dapat dilakukan penanaman tumpang sari atau dengan cara kultur teknik yang meliputi: perendaman benih, penggunaan mulsa plastic (untuk menekan gulma inang, menekan populasi vector, menunda perkembangan virus), sanitasi, penanaman tanaman pembatas seperti jagung dan tagetes.

Anda mungkin juga menyukai