Contoh: - Apabila populasi wereng coklat tinggi maka tambahkan buprofezin (Aplaud).
-Ambang kendali wereng coklat adalah 1 ekor per rumpun apabila ditemukan gejala kerdil rumput dan kerdil hampa.
Pelestarian Musuh Alami Wereng Coklat
Banyak musuh alami wereng coklat yang
cukup efektif menekan perkembangan
populasi wereng coklat antara lain jenis
laba-laba, kumbang Coccinelid, Ophionea,
dan Paederus, kepik Cyrtorhinus, predator
yang hidup di air, parasit telur seperti
Anagrus, Oligosita, dan Gonatocerus,
parasite nimfa dan dewasa antara lain
Elenchus, dan Pseudogonatopus, dan
jamur pathogen serangga seperti
Beauveria dan Metharhizium.
Penyemprotan insektisida perlu
dilakukan dengan tepat dan saat
dibutuhkan untuk mencegah terbunuhnya
musuh alami.
WERENG HIJAU Gejala Penularan Wereng Hijau:
Spesies: Tertular penyakit virus seperti
Nephotettix virescens tungro, kerdil kuning, daun
N. nigropictus kuning-oranye/yellow-orange
N. malayanus leaf yang menyebabkan
N. Cincticeps tanaman padi menguning
sementara (transitory yellowing)
Wereng hijau Tanaman kerdil dan vigor
merusak tanaman menurun
terutama pada fase Jumlah anakan produktif
pembibitan sampai sedikit
fase pembentukan Tanaman layu atau
malai. Nimfa dan mengering
Faktor Yang Mendukung
dewasa hama ini merusak tanaman Perkembangan Wereng Hijau:
mengekstraksi cairandengan
tanaman dengan mulut berbentuk Adanya rumput dekat saluran
jarum. irigasi dan tanggul/galengan.
Wereng hijau dapat menularkan virus dan penyakit Curah hujan rendah dan suhu
seperti mycoplasma pada tanaman padi seperti tungro tinggi.
dan kerdil kuning. Terdapat dua spesies (Nephotettix Lingkungan tadah hujan dan
malayanus dan N. virescens) penting yang menyebarkan irigasi lahan basah.
tungro. Jika tungro tidak menjadi masalah, Penggunaan pupuk nitrogen
pengendalian tidak diperlukan dan sebaliknya.
maka berlebihan
Pengendalian Wereng Hijau:
• Penggunaan varietas tahan wereng hijau dan tahan tungro.
• Kurangi indeks pertanaman padi menjadi dua kali pertahun dan tanaman serempak dalam
satu hamparan untuk mengurangi populasi wereng hijau dan serangga vektor lainnya.
• Tanam lebih awal, terutama pada kemarau, untuk mengurangi resiko penyakit yang
ditularkan oleh vektor-serangga.
• Hindari penanam selama puncak populasi wereng hijau (dapat diketahui dari catatan
historis) untuk menghindari serangan. Perangkap cahaya dapat digunakan untuk
mengetahui populasi wereng hijau.
• Gunakan pupuk nitrogen sesuai kebutuhan tanaman (berdasarkan pada bagan warna daun –
BWD).
• Kendalikan gulma, baik di sawah maupun pematang, untuk memusnahkan rumput inang
wereng hijau dan meningkatkan vigor tanaman.
• Rotasi tanaman dengan tanaman bukan padi selama musim kemarau untuk mengurangi
inang alternatif penyakit.
• Aplikasi insektisida diperlukan jika terdapat lebih dari 5 ekor wereng hijau per rumpun.
Namun jika ada tungro, walaupun ada dua wereng hijau per rumpun dapat merusak
pertanaman padi. Penggunaan insektisida harus mempertimbangkan resiko terhadap
kesehatan dan lingkungan. Beberapa insektisida yang efektif, terutama yang berbahan aktif
BPMC, buprofezin, etofenfroks, imidakloropid, karbofuran, MIPC, pimetrozin, tiametoksam.
TIKUS SAWAH Kerusakan yang ditimbulkan
Tikus sawah Rattus argentiventer merupakan hama utama oleh tikus
tanaman padi yang dapat menyebabkan kerusakan pada Dapat menimbulkan kerusakan
tanaman padi dari mulai di pesemaian sampai panen, langsung pada tanaman padi
bahkan sampai pada penyimpanan. Kerusakan yang disemua fase pertumbuhan,
ditimbulkannya dapat menyebabkan kehilangan hasil 30- memotong seluruh anakan dan
50%. Tikus sawah lebih menyukai tanaman padi yang memanjat anakan untuk
sedang bunting, sehingga menimbulkan kerusakan yang memotong malai tanaman padi.
paling tinggi. Memakan benih yang disimpan
Karakteristik Tikus Sawah: di gudang.
Makan pada malam hari, dan aktivitas tinggi pada senja apat menularkan penyakit ke
hari dan saat fajar. manusia seperti penyakit pes,
Memiliki penglihatan yang buruk, tetapi sensitif demam gigitan tikus(rat-bite),
terhadap tipus, salmonella,
gerakan, bau, rasa, dan sentuhan. leptospirosis.dan
mempertajam
Memakangigi. berbagai macam makanan dan
Memiliki
terus neophobia atau sifat takut sementara terhadap
sesuatu yang asing seperti makanan baru.
Perenang dan pendaki yang baik dan dapat melakukan
perjalanan jarak jauh. Tikus memiliki kumis yang pajang
dan ekor kewaspadaan untuk membimbing dalam
perjalanan.
Dapat menjadi kanibalisme pada saat makanan langka.
Teknologi Pengendalian
1. Tanam dan panen serempak
2. Gropyok masal
Menangkap atau membunuh tikus
dengan menjaring, menggali
sarang, memburu tikus dan cara-
cara lain yang dilakukan bersama-
sama serta focus pada habitat
utama (tanggul iirgasi, pematang
besar, tanggul jalan, tepi
kampung).
3. Sanitasi habitat
Sanitasi lingkungan dan
manipulasi habitat bertujuan
untuk menjadikan lingkungan
sawah menjadi tidak
menguntungkan bagi kehidupan
dan perkembangbiakan tikus.
Habitat tikus sawah:
Tanggul irigasi
Pematang sawah (disarankan
dilakukan minimalisasi ukuran
pematang (<30 cm) agar tidak
digunakan sebagai tempat
berlindung dan bersarang tikus
Semak belukar
Pekarangan dekat sawah
Lahan kosong dekat sawah
Tanggul jalan/jalan desa
4. Fumigasi/pengemposan
Fumigasi dengan asap
belerang dilakukan selama
masih dijumpai sarang
tikus terutama pada stadia
generative padi. Agar tikus
lebih cepat mati, tutuplah
lubang tikus dengan
lumpur setelah difumigasi,
dan sarang tidak perlu
dibongkar.
TBS (Trap Barrier System) Atau Sistem Bubu Perangkap Terdiri Atas:
Tanaman perangkap yaitu padi yang ditanam 3 minggu lebih awal untuk
menarik tikus dari sekitarnya. Petakan TBS berukuran 25 m x 25 m dikelilingi
pagar plastik.
Pagar plastik atau terpal setinggi 60 cm, ditegakkan dengan ajir bambu dan
bagian bawahnya harus terendam air, agar tikus tidak mampu menerobosnya.
Bubu perangkap dipasang pada setiap sisi dalam TBS (menghadap keluar),
dibuat dari ram kawat dengan ukuran 40 cm x 20 cm x 20 cm.
6. Penerapan LTBS
Sistem Bubu Perangkap Linier (LTBS) berupa bentangan pagar plastik setinggi 50-
60 cm, dengan panjang minimal 100m. Bubu perangkap dipasang setiap jarak 20
m pada LTBS dengan menghadap arah secara berselang-seling sehingga mampu
menangkap tikus dari dua arah. LTBS dianjurkan dipasang pada perbatasan antar
sawah dengan habitat utama tikus seperti, sepanjang tepi kampung, tanggul
irigasi, tanggul jalan/pematang besar. LTBS dirancang berdasarkan pola pergerakan
tikus sawah, sehingga tidak memerlukan bahan umpan atau tanaman perangkap.
7. Rodentisida
Rodentisida hanya digunakan apabila
populasi tikus sangat tinggi. Aplikasi
rodentisida yang baik adalah setelah
panen hingga menjelang tanam
berikutnya (sebelum ada tanaman).
TERIMAKASIH