Anda di halaman 1dari 9

Hama utama padi

1. Pengerek batang padi

Jenis penggerek batang yang paling banyak menyerang adalah penggerek putih (S
innotata), penggerek kuning (S. incertulas), penggerek bergaris (Chilo suppressalis) dan
penggerek merah jambu (Sesamia inference).
Gejala serangan :
a. Gejala serangan hama S. innotata pada tanaman padi adalah daunnya menjadi putih tipis
dan 6 menggulung vertikal atau dikenal dengan serangan hama putih palsu. Kerusakan
akibat serangan hama putih palsu ditandai dengan adanya warna putih pada daun di
pertanaman padi. Pada fase vegetatif Larva dari hama S. innotata memakan jaringan
hijau daun dari dalam lipatan daun dan meninggalkan lapisan bagian bawah permukaan
daun hingga tanaman padi berwarna putih. Serangan hama ini dapat menyebabkan gejala
sundep pada tanaman padi sawah yaitu larva menyerang pangkal daun muda kemudian
menjadi layu dan mengering. Jika menyerang batang maka menyebabkan gejalah beluk
yaitu larva menyerang batang pada waktu awal pembungaan sehingga menyebabkan
bulir menjadi hampa dan tangkai bulir padi dapat dicabut dengan mudah.
b. Penggerek bergaris (Chilo suppressalis)
Imago berwarna seperti jerami, coklat mudah dan memiliki sisik berwarna perak.
Panjang tubuh 4,5 - 5,5 mm
Gejala serangan : Larva menyerang daun, pelepah dan batang. Serangan pada daun dan
pelepah menyebabkan adanya bercak coklat daun dan pelepah, dan lama kelamaan
menjadi kering. Serangan pada batang menyebabkan batang berlubang dan mudah patah
dan bulirnya tidak berisi atau hampah.
c. Penggerek merah jambu (Sesamia inferens Walker)
Imago berwarna ungu, pada sayap depan berwarna coklat keunguan, terdapat strep
berwarna kehitaman, memanjang kebelakang. Sayap belakang berwarna putih. Ukuran
tubuh berkisar 5 - 6 mm.
Gejala serangan : hampir sama dengan serangan Chilo suppressalis. Larva menyerang
daun,pelepah dan batang. Serangan pada daun dan pelepah menyebabkan adanya bercak
coklat daun dan pelepah, dan lama kelamaan menjadi kering. Serangan pada batang
menyebabkan batang berlubang dan mudah patah.
Cara mengatasi :
1. Pengaturan Pola Tanam
a)  Tanam serentak untuk membatasi sumber makanan bagi penggerek batang padi.
b) Rotasi tanaman padi dengan tanaman bukan padi untuk memutus siklus hidup hama.
c)  Pengaturan waktu tanam yaitu berdasarkan penerbangan ngengat atau populasi larva
di tunggul padi. Tanam jangan bertepatan dengan puncak penerbangan ngengat.
Tanam bisa dilakukan pada 15 hari sesudah puncak penerbangan ngengat generasi
pertama dan atau 15 hari sesudah puncak penerbangan ngengat generasi berikutnya
apabila generasi penggerek batang padi di lapangan overlap.
2. Pengendalian Secara Mekanik dan Fisik
a) Cara mekanik dapat dilakukan dengan mengumpulkan kelompok telur penggerek
batang padi di persemaian dan di pertanaman.
b)   Menangkap ngengat dengan light trap (untuk luas 50 ha cukup 1 light trap).
c) Cara fisik yaitu dengan penyabitan tanaman serendah mungkin sampai permukaan
tanah pada saat panen (disingkal). Usaha itu dapat pula diikuti penggenangan air
setinggi 10 cm agar jerami atau pangkal jerami cepat membusuk sehingga larva atau
pupa mati.
3. Pengendalian Hayati
Pemanfaatan musuh alami parasitoid dengan melepas parasitoid telur
seperti Trichogramma japonicum dengan dosis 20 pias/ha (1 pias = 2000-2500 telur
terparasit) sejak awal pertanaman.
4. Pengendalian Secara Kimiawi
a)      Penggunaan insektisida dapat dilakukan bila sudah ditemukan 1 ekor ngengat
pada light trap atau pertanaman, dan aplikasi insektisida sebaiknya dilakukan pada
saat 4 hari setelah ditemukan 1 ekor ngengat pada light trap atau pertanaman
tersebut.
b)  Penggunaan insektisida butiran di persemaian dilakukan jika disekitar pertanaman ada
lahan yang sedang atau menjelang panen pada satu hari sebelum tanam.
c)       Pada pertanaman, insektisida butiran diberikan terutama pada stadium vegetatif
dengan dosis 20 kg insektisida granule/ha. Pada stadium generatif aplikasi dengan
insektisida yang disemprotkan (cair).
d)    Insektisida butiran yang direkomendasikan adalah insektisida yang mengandung
bahan aktif karbofuran.
e) Insektisida semprot (cair) yang direkomendasikan adalah insektisida yang mengandung
bahan aktif spinetoram, klorantraniliprol, dan dimehipo.
f)       Hal-hal yang harus diperhatikan dalam aplikasi insektisida adalah: keringkan
pertanaman sebelum aplikasi, aplikasi saat air embun tidak ada yaitu sekitar jam 8
-11 atau dilanjutkan pada sore hari ketika angin sudah tidak kencang, tepat dosis,
tepat jenis, dan tepat air pelarut (sekitar 350-500 liter air/ha).
5. Pengendalian Preventif
Sebagai tindakan preventif dalam pengendalian penggerek batang padi, memantau fluktuasi
populasi penggerek batang padi perlu dilakukan secara rutin. Untuk memantau fluktuasi
populasi penggerek batang padi yang berasal dari migrasi dapat menggunakan light trap.
Diharapkan dengan adanya pengendalian hama secara dini pada pertanaman padi
dapat menekan jumlah polulasi perkembangan hama sehingga pertumbuhan padi dapat
berkembang dengan baaik untuk menghasilkan produksi yang maksimal. 
2. Wereng
Menurut Harahap dan Tjahyono (1992) bahwa jenis wereng yang paling aktif
menyerang adalah wereng coklat (Nilaparvata lugens), wereng hijau (Nephotettix virescens
Distant).
a) Menurut Baihaki (2009) hama N. lugens merupakan hama penting pada perpadian di
Indonesia. Serangannya hingga mengakibatkan puso pada areal yang luas dengan waktu
yang singkat. Hama ini mudah beradaptasi membentuk biotipe baru dan dapat
mentransfer virus kerdil hampa dan virus kerdil rumput yang daya rusaknya lebih hebat
dari hama wereng coklat itu sendiri.
Gejala serangan : N.lugens atau Wereng Batang Coklat (WBC) menyerang tanaman padi
dengan menghisap cairan yang ada pada tanaman padi. Hama WBC juga dapat berperan
sebagai vektor penular virus kepada tanaman padi. Akibat serangan hama ini tanaman
padi menjadi kering seperti terbakar atau pertumbuhannya menjadi kerdil. Tahun 2005
serangan wereng coklat terpusat di Pulau Jawa dengan luas serangan terhadap
pertanaman padi sejumlah 56.832 ha.
b) wereng hijau (Nephotettix virescens Distant)
Imago berwarna hijau dengan ujung sayap berwarna hitam kecoklatan. Panjang tubuh 2,5
– 3 mm.
Gejala serangan : Hama ini merupakan hama sekunder dan dapat menularkan virus
tungro dan virus kerdil rumput.
Cara mengatasi :
1. Budidaya tanaman
 Tanam serempak, tujuannya agar dapat memperpendek sumber inokulum dan waktu
perkembangbiakan wereng.
 Sanitasi,
 Tanam padi dengan sistem jajar legowo, kondisi iklim mikro pada kanopi tanaman padi
akan meminimalisir perkembangan patogen.
 Pengairan, perendapam pada lahan sawah dapat meningkatkan kematian dari nimfa
wereng
2. Pergiliran varietas tahan terhadap wereng
3. Manipulasi musuh alami, predator jenis laba-laba, kumbang Cocconelid sp, Ophionea sp, dan
Paederus sp, kepik Cyrtorhinus sp, predator yang hidup di air, parasitoid telur seperti Anagrus
sp, Oligosta sp,, dan Gonatocerus sp, parasitoid nimfa dan dewasa antara lain Elenchus dan
pseudogonatopus sp, serta cendawan/ jamur protegen serangga antara lain Beauveria,
Hirsutella, dan Metarhizium.
4. Penggunaan insectisida nabati/ kimia

3. Keong mas (Pomacea canaliculata)

Menurut Susanto (2013) bahwa Keong Emas merupakan hama penting pada tanaman
padi yang memakan tanaman padi sejak dari pesemaian hinggai kepertanaman. Menurut Roja
(2009) bahwa P. canculata merupakan herbivor polifag yang rakus, menyerang tanaman padi.
Serangan paling berat biasa terjadi pada pada fase vegetatif saat umur tanaman mencapai 1-30
hari dan dapat menghambat jumlah anakan dari tanaman padi.
Keberadaan hama keong mas pada fase generatif sebagai hama penting pada tanaman
padi perlu perhatian serius walaupun tidak merusak tanaman padi. Hal ini terkait dengan
perilaku keong mas yang meletakkan telur dengan cara menempel pada bagian batang
tanaman padi hingga aktivitas fotosintesis oleh tanaman padi mengalami hambatan. Jika
kondisi ini dibiarkan dengan tidak melakukan pengelolaan secara baik terhadap hama keong
mas, maka kemungkinan dapat menimbulkan pengaruh negatif terhadap produksi. Gejala
serangan ditandai dengan adanya bagian-bagian daun yang hilang.
Cara mengatasi :

Pemungutan telur keong

Keong mas berkembang biak dengan cara bertelur. Telur keong mas biasanya diletakan di
batang tanaman padi, namun di beberapa tempat seperti sungai, danau ataupun kolam, telur
keong mas diletakan di pinggiran kolam seperti di tembok atau di batang-batan kayu. Sebelum
hama keong mas merajarela, maka langkah yang paling tepat untuk pencegahannya adalah
dengan memungut dan memusnahkan telur keong mas yang menempel pada pangkal batang
dan daun tanaman padi.

Menaburkan kapur

Jika telur hama keong mas sudah terlanjur berkembang menjadi keong mas dewasa yang
mengancam lahan persawahan, maka cara lain yang patut dicoba adalah dengan menggunakan
kapur yang biasa digunakan sebagai bahan bangunan. Caranya adalah dengan menaburkan
kapur tersebut di sekitar lahan, maka hama keong mas akan musnah dengan sendirinya.

Pengelolaan air

Keong mas aktif pada air yang menggenang, oleh karena itu perataan tanah dan pengeringan
sawah yang baik dapat membantu mengendalikan keong mas. Parit kecil dengan lebar 15-25cm
dan dalam 5cm perlu dibuat untuk memudahkan pengeringan dan juga sebagai titik fokus
dalam mengumpulkan keong.
Penggunaan umpan

Membuat perangkap umpan menggunakan dedaunan untuk menarik perhatian keong mas. Daun
pisang, tembakau dan pepaya diletakkan di sekeliling lahan atau di tepi-tepi sawah dekat
dengan salauran air. Setelah hama keong terperangkap pada daun tersebut, selanjutnya tinggal
dilakukan pemungutan dan pemusnahan.

Pemanfaatan musuh alami

Bebek ditempatkan di sawah selama persiapan lahan tahap akhir atau setelah tanaman tumbuh
cukup besar (misalnya 30-35 hari setelah tanam) agar dapat memakan keong mas secara
langsung.

Pengendalian secara kimia

Pengendalian secara kimia dengan menggunakan pestisida ini lebih baik dijadikan sebagai
alternatif terakhir jika pengendalian dengan cara mekanis dan alami belum memberikan hasil
yang baik.. Sebaiknya dipilih produk-produk yang tersedia di toko pertanian yang memiliki
kadar racun rendah terhadap manusia dan lingkungan.

4. Hama tikus (Rattus argentiventer)

Menurut Ichsan (2017) hama tikus sawah adalah hama utama pada budidaya tanaman
padi yang dapat menimbulkan kerusakan sejak fase persemaian, fase generatif dan fase
pascapenen di penyimpanan produk pertanian. Kerusakan yang ditimbulkan oleh hama ini
dapat berupa kerusakan kuantitatif, yaitu berkurangnya bobot produksi akibat dikonsumsi
seraca langsung dan juga dapat menimbulkan kerusakan kualitatif akibat penurunan mutu
produk. Hama tikus ini aktif menyerang tanaman padi pada malam hari dan pada siang hari
hama ini bersembunyi dalam sarangnya yaitu dalam lubang pada pematang sawah, semak-
semak dan di pekarangan penduduk. Perkembangbiakannya yang cepat dan kerusakan yang
ditimbulkannya sangat merugikan secara ekonomi dan gagal panen.
Gejala serangan :
 tikus dapat menyerang seluruh fase pertumbuhan tanaman padi bahkan pada fase penyimpanan.
Kerusakan terparah terjadi pada fase generatif, karena tanaman padi sudah tidak mampu lagi
membentuk anakan baru. Pada umumnya tikus menyerang pada malam hari sedangkan pada siang
hari tikus bersembunyi, pada periode bera, sebagian besar tikus bermigrasi dan kembali lagi
menjelang fase generatif.
Cara mengatasi :

 Membersihkan seluruh areal pertanaman padi agar tikus tidak dapat membuat sarang
 Mempersempit area pematang sawah tinggi dan lebar kurang lebih 30 cm sehingga tikus tidak
leluasa membuat sarang
 Mengatur pola tanam khususnya pada sawah irigasi dilakukan pergiliran tanaman misalnya
padi-padi-palawija, padi-padi-bera
 Mengatur waktu tanam yaitu dengan menanam padi secara serentak pada satu hamparan
sehingga mengurangi tingkat kerusakan tanaman padi
 Mengatur jarak tanam yang tidak rapat atau dengan pola tanam jajar legowo bertujuan untuk
menciptakan lingkungan terang yang tidak disukai tikus karena takut adanya musuh alami
 Gropyokan masal yaitu berburu tikus secara bersama-sama
 Menggunakan alat perangkap tikus maupun racun tikus
 Menyemburkan api dan udara panas ke lubang-lubang tikus agar tikus mati atau keluar dari
sarangnya
 Menggunakan musuh alami tikus seperti burung hantu, ular, anjing dan kucing
 Menggunakan pestida seperti rodentisida apabila populasi tikus sudah tinggi
 Pemasanganan TBS (Trap Barrier System) dan LTBS, pemasangan bubu perangkap pada
pesemaian. TBS merupakan pertanaman padi yang ditanam 3 minggu lebih awal berukuran
20x20 m dipagar plastik setinggi 60 cm yang ditegakkan dengan ajir bambu pada setiap jarak
1 m, memiliki bubu perangkap pada setiap sisi pagar plastik dengan lubang menghadap keluar
dan dilengkapi dengan tanggul sempit sebagai jalan masuk tikus. TBS dikelilingi parit dengan
lebar 50 cm yang selalu digenangi air untuk mencegah tikus menggali atau melubangi pagar
plastik. Prinsip kerja dari TBS adalah menarik tikus dari lingkungan sawah dan sekitarnya
sehingga mengurangi populasi tikus di pertanaman
 LBTS merupakan bentangan pagar plastik lebih dari 100 m dilengkapi bubu perangkap pada
kedua sisinya secara berselang seling agar mampu menangkap tikus dari dua arah.

5. Hama burung (Passer spp.)


Warna tubuh coklat kekuningan dan kepala berwarna coklat atau coklat kekuningan,
tubuh bagian dada dan perut berwarna abu-abu keputihan. Ukuran tubuh bervariari yaitu 7,5 –
12 cm.
Gejala serangan :
Serangan hama burung pada fase vegetatif yaitu pada saat bulir padi sudah hampir
matang/masak sanpai siap panen, bahkan sampai pasca panen.
Cara mengatasi :
Melakukan Penanaman Serentak

Biasanya padi yang ditanam tidak sesuai dengan jadwal penanaman padi lebih rentan
diserang hama burung. Hal ini dikarenakan saat bukan musim panen, burung-burung lebih
sulit mendapatkan makanan, sehingga padi yang ditanam di luar musim menjadi salah satu
sumber makanan yang paling besar bagi mereka.

Berdasarkan pengalaman petani umumnya padi yang dipanen pada akhir bulan maret sampai
april dimusim tanam rendeng dan panen pada bulan september dimusim gadu itu relatif
kurang dari serangan hama burung. Sehingga sebaiknya petani menanam padi dengan
serentak dan menyesuaikan masa panenya pada bulan tersebut.

Menanam tanaman berwarna mencolok

Pada umumnya burung pipit tidak menyukai warna-warna yang mencolok, seperti warna
kuning. Oleh karena itu, petani bisa menghalau serangan hama ini dengan menanam bunga
matahari atau bunga tahi ayam. Bunga tersebut dapat ditanam di pematang sawah sebagai
pembatas (border). Dengan begitu, burung akan enggan mendekat ke tanaman padi.

Benda-benda mengilap

Sama seperti warna mencolok, burung pipit juga tidak suka dengan benda-benda yang
mengilap. Oleh karena itu, hama burung bisa diusir dengan menggunakan benda-benda yang
mengilap, seperti plastik atau bekas piringan cakram (CD audio/video).

Biasanya, petani menancapkan kayu setiap 5 meter atau disesuaikan dengan kondisi lokasi.
Pada kayu tersebut akan diikatkan plastik mengilap yang akan memantulkan sinar matahari
yang datang. Sayangnya, cara ini memiliki kelemahan, yakni saat cuaca mendung, pagi, dan
sore hari plastik tidak bisa memantulkan cahaya matahari.

Jaring perangkap

Pengendalian hama burung dapat dilakukan dengan menggunakan jaring khusus untuk
menangkap burung, petani biasanya menggunakan jaring bekas menangkap ikan. Jaring
tersebut ditancapkan pada beberapa kayu atau bambu di pematang sawah. Namun, cara ini
membutuhkan biaya yang besar karena petani membutuhkan banyak jaring untuk
melindungi lahan sawah yang cukup besar.

6. Walang sangit (Leptocorisa oratorius Fab.)


Tubuh imago berbentuk memanjang atau lonjong, berwarna ada yang hijau dan
coklat, atau hijau kecoklatan. Panjang tubuh 13 -15,5 mm
Gejala serangan :
Nimfa dan imago menyerang bulir padi yang masih muda menyebabkan bulir padi
menjadi hampa. Bulir padi yang terserang biasanya berdiri tegak karena bulirnya tidak berisi
atau hampa.
Cara mengatasi :
1. Membersihkan gulma di pematang, pertanaman, dan di sekeliling tanaman padi
2. Walang sangit datang di pertanaman sebelum tanaman padi berbunga, hidup pada gulma
3. Memasang bangkai binatang.  Walang sangit tertarik kapada bau bangkai, setelah
berkumpul dapat disemprot dengan insektisida.
4. Menggunakan bahan kimia  (Decis, Regent, BPMC) bila populasi sudah mencapai ambang
ekonomi 10 ekor/20rpn
Daftar pustaka

Baehaki Suherlan Effendi (2009).Tanaman Padi Dalam Perspektif Praktek


Pertanian Yang Baik (Good Agricultural Practices). Strategi
Pengendalian Hama Terpadu Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.
Jalan Raya No. 9, Sukamandi, Subang 41256
Baehaki, S. E., I. N. Widiarta. TT. Hama Wereng dan Cara Pengendaliannya pada
Tanaman Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Halaman 366.
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Hama Walang Sangit dan Cara
Pengendaliannya. Kementrian Pertanian.
Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengan. Pengendalian Wereng
Batang Coklat (Nilaparvata lugens).

Harahap, I.S, Tjahyono. (1992). Pengendalian Hama Penyakit Padi. Penebar


Swadaya, Jakarta.
Ikayanti. F. 2019. Hama Tikus dan Teknik Pengendaliannya di Desa Nipah Kuning
Kecamatan Pontianak Barat. Dinas Pangan, Pertanian, dan Perikanan
Pontianak.
Manueke, J., B. H. Assa, dan Evangeline A. Pelealu. 2013. Hama-Hama pada
Tanaman Padi Sawah (Oryza Sativa L.) di Kelurahan Makalonsow
Kecamatan Tondano Timur Kabupaten Minahasa. Fakultas Pertanian
Universitas Sam Ratulangi dan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Manado.

Roja, A. (2009). Pengendalian Hama dan Penyakit Secara Terpadu pada


Tanaman Padi Sawah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Sumatera Barat. Padang
Susanto, M. R, (2013). Keong Emas Menyerang Sawah Petani karena Kurang
Antisipasi.http://www.rmol.co/read/2013/04/16/106612/Keong Mas
Menyerang Sawah Petani karena Kurang Antisipasi

Anda mungkin juga menyukai