DISUSUN OLEH:
NIM.1606541102
FAKULTASPERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
i
KATA PENGANTAR
Om Swastiyastu
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan kasih sayang-Nya kelompok kami dapat menyelesaikan “Makalah Hubungan
Tanah dan Air serta Tanaman”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Fisika Tanah. Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik dalam
segi materi. Mohon maaf sedalam-dalamnya atas kekurangan dan ketidaksempurnaan
dalam penyusunan makalah ini baik dalam segi bahasa, pemaparan, maupun
penyajiannya.
Makalah ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dan campur tangan beberapa pihak
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Akhir kata, harapan kami dalam penulisan makalah ini dapat terwujud, yaitu
memberikan manfaat dan menambah wawasan kepada kami dan pembaca pada
umumnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
KATA PENGANTAR........................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 2
2.1 Hubungan Air dengan Tumbuhan................................................................... 2
2.2 Hubungan Tanah dengan Tumbuhan............................................................... 8
BAB III PENUTUP............................................................................................... 12
3.1 Kesimpulan...................................................................................................... 12
3.2 Saran................................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 13
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
3) Kalor (panas) Laten Vaporisasi dan Fusi yang Tinggi
Kalor laten vaporisasi molekul air merupakan energi yang dibutuhkan untuk
menguapkan 1g air pada suhu 20oCdan besar kalor laten vaporasi air adalah 586
Cal, sedangkan kalor laten fusi merupakan energi yang dibutuhkan untuk
mencairkan 1g es pada suhu 0oC dan besarnya kalor laten fusi adalah 80 Cal. Bagi
tumbuhan tingginya kalor laten vaporisasi ini penting untuk menjaga stabilitas
suhu daun melalui proses transpirasi.
Setiap molekul air padat (es) dikelilingi oleh empat molekul air lainnya
membentuk struktur tetrahedral dan struktur tersebut tertata sedemikian rupa
sehingga kristal es berbetuk heksagonal seperti pada butiran salju. Selama proses
konversi dari bentuk padat ke bentuk cair molekul air bergerak saling menjauh,
tetapi volume total air tersebut berkurang selama proses pencairan. Hal tersebut
karena molekul air tersusun lebih efisisen dalam bentuk cair dibanding dalam
bentuk padat. Air mengembang jika membeku karena kerapatan es lebih rendah
dibanding air, oleh sebab itu es mengapung di permukaan air (Lakitan, 1996).
4) Viskositas Rendah (kekentalan)
Air dalam keadaan cair memiliki ikatan hidrogen bersama-sama oleh dua
molekul air lainnya, sehingga ikatan hidrogen menjadi lemah dan mudah putus.
Air dapat mengalir dengan mudah dalam jaringan tumbuhan. Pada kondisi padat,
setiap atom O memiliki lebih sedikit ikatan hidrogen, sehingga masing-masing
ikatan akan lebih kuat. Viskositas air akan menurun jika suhunya meningkat
(Lakitan, 1996).
5) Ionisasi Air dan Skala pH
Beberapa molekul air di pecah menjadi ion hidrogen (H +) dan ion hidroksil
(OH-). Secara alamiah, air sangat jarang mengandung (H+) dan (OH-) dalam
konsentrasi yang sama. Berdasarkan konsentrasi (H +) dalam larutan,
dikembangkan sekala pH yang mencerminkan tingkat keasaman larutan dan
bermanfaat dalam studi fisiologi tumbuhan maupun bidang ilmu lainnya (Lakitan,
1996).
3
B. Potensial air, Potensial Osmotik, dan Potensial Tekanan Pada Tumbuhan
1) Potensial Air.
Potensial air adalah potensial kimia air dalam suatu sistem atau bagian sistem,
dinyatakan dalam satuan tekanan, dan dibandingkan dengan potensial kimia air
murni (juga dalam satuan tekanan), pada tekanan atmosfer dan pada suhu serta
ketinggian yang sama; dan potensial kimia air murni ditentukan sama dengan nol.
Proses difusi zat terlarut terjadi akibat adanya selisih potensial kimia zat
terlarut maka air berdifusi akibat adanya selisih potensial air. Jika potensial air
lebih tinggi disuatu bagian dari sistem daripada bagian lain, dan tidak ada
penghalang difusi air maka air bergerak dari daerah berpotensial tinggi kedaerah
berpotensial rendah. Proses tersebut spontan, energi bebas dilepaskan kesekitar
dan energi bebas tersebut menurun. Energi yang dilepaskan ini mempunyai
potensial untuk melakukan kerja misalnya mengalir air secara osmotik kebagian
atas batang yang sering disebut sebagai tekanan akar. Potensial air bukan saja
menjadi penentu akhir dari proses pergerakan air secara difusi tapi juga menjadi
penentu tak langsung perpindahan massa air yang terjadi karena adanya gradien
tekanan, sedangkan gradien tekanan timbul karena adanya tekanan difusi.
2) Potensial Tekanan
Potensial tekanan merupakan tekanan yang diberikan pada air atau larutan
untuk meningkatkan kemampuan osmosis pada tumbuhan potensial tekanan dapat
tumbuh dalam bentuk tekanan turgor. Nilai potensial tekanan dapat positif nol
maupun negatif. Potensial tekanan juga merupakan tekanan fisik pada suatu
larutan yang bersifat relatif terhadap tekanan atmosfer. Contohnya air didalam sel
sel xilem yang tak hidup (trakeid fan unsur unsur pembuluh) suatu tumbuhan
sering kali berada dibawah potensial tekanan negatif (tegangan yg kurang dari M-
2 MPa). Sebaliknya seperti udara didalam balon sel sel hidup biasanya berada
dibawah tekanan positif secara spesifik isi sel akan meekan membran plasma ke
didinding sel, dan kemudian dinding sel akan menekan protoplas yang
menghasilkan sesuatu tekanan turgor (Campbell, 2008).
4
3) Potesial Osmotik
Potensial osmotik adalah potensial kimia zat terlarut dalam suatu sistem atau
bagian sistem dinyatakan dalam satuan tekanan dan dibandingkan dengan
potensial kimia air murni (juga dalam satuan tekanan), pada tekanan atmosfer dan
pada suhu serta ketinggian yang sama. Jadi secara ringkas potensial osmotik
adalah kemampuan larutan untuk berosmosis dan besar potensial osmotik
dipengaruhi oleh konsentrasi larutan yaitu hipertonis, isotonis, atau hipotonis.
Potensial osmotik larutan menyatakan status larutan dan status larutan dapat
dinyatakan dalam satuan konsentrasi, satuan tekanan atau satuan energi. Nilai
potensial osmotik dapat diukur menggunakan alat yang disebut Osmometer.
Tekanan yang timbul pada osmometer merupakan tekanan yang nyata dan
tekanan tersebut merupakan tekanan osmotik yang bernilai positif, tetapi tekanan
larutan sebelum diukur disebut potensial osmotik bernilai negatif.
5
2) Osmosis
Absorpsi suatu sel terjadi melalui osmosis yaitu difusi air melintasi suatu
membran. Osmosis merupakan perpindahan molekul pelarut dari konsentrasi yang
tinggi menuju konsentrasi yang rendah melalui membran semipermeabel. Pada sel
tumbuhan yang berdinding sel kaku, menambah faktor lain yang mempengaruhi
osmosis, tekanan fisik dinding sel mendorong melawan protoplas yang
mengembang. Gabungan dari konsentrasi zat terlarut dan tekanan fisik disatukan
kedalam susatu kuantitas yang disebut potensial air.
Potensial air menentukan arah pergerakan air. Air yag tidak terikat pada zat
terlarut atau permukaan akan bergerak dari daerah yang memiliki potensial air
lebih tinggi menuju daerah yang memiliki poternsial air lebih rendah. Contohnya,
jika sel tumbuhan direndam dalam larutan yang memiliki potensial air yang lebih
tinggi dari pada sel maka air akan bergerak ke dalam sel yang menyebabkan
turgid (sangat tegang).
Potensial air dipengaruhi oleh konsentrasi zat terlarut disebut juga potensial
osmotik karena zat terlarut mempengaruhi arah osmosis. Sedangkan potensial
tekanan adalah tekanan fisik pada suatu larutan.
6
yang lebih tinggi (potensial zat terlarut lebih negatif) daripada sel itu sendiri.
Karena larutan eksternal memilikki potensial air yang lebih rendah (lebih negatif),
maka air berdifusi keluar sel. Protoplas mengalami pengerutan dan lepas dari
dinding sel yang disebut dengan plasmolisis (Campbell, 2008).
Plasmolisis merupakaan keadaan dimana sel mengalami kehilangan air karena
karena konsentrasi larutan yang tinggi diluar sel, sehingga air berosmosis keluar
se. Proses ini menyebabkan sel mengerut dan mati. Plasmolisis umum terjadi pada
sel tanaman yang sering kehilangan sejumlah besar air karena kondisi kering atau
panas (Kristy, 2015).
7
iii. Angin: Membawa lebih banyak CO2 dan mengusir uap air. Hal ini
menyebabkan penguapan dan peyerapan CO2 meningkat
2) Gutasi
Pada malam hari tidak terjadi transpirasi, sel-sel akar terus memompa ion-ion
mineral ke dalam xilem stele. Endodermis membantu mencegah ion tersebut
bocor keluar. Akumulasi mineral yang terjadi akan menurunkan potensial air di
dalam stele. Air mengalir masuk dari korteks akar, menghasilkan tekanan akar,
dorongan getah xilem. Tekanan akar terkadang menyebabkan lebih banyak air
yang memasuki daun daripada yang di transpirasikan, sehingga terjadi gutasi,
yaitu pengeluaran titik-titik air yang dapat dilihat pada pagi hari di ujung atau di
tepi daun.
3) Evaporasi
Dalam transfer air jarak jauh dari akar ke daun melalui aliran masal,
pergerakan cairan disebabkan oleh potensial air dari kedua ujung jaringan xilem.
Perbedaan potensial air terjadi di ujung xilem pada daun akibat evaporasi air dari
sel-sel daun. Evaporasi menurunkan potensial air pada udara-air sehingga
membangkitkan tekanan negatif atau tegangan yang menarik air melalui xilem.
Tekanan biasanya bernilai positif pada mahkluk hidup, tapi sering negatif
pada unsur mati xilem atau pada tanah (tapi positif dibawah permukaan air tanah).
Potensial air dapat bernilai negatif , nol , atau positif , sebab tekanan dapat
bernilai positif dan sangat tinggi, dan potensial osmotik dapat bernilai nol atau
negatif. Telah ditetapkan bahwa potensial air air murni pada tekanan atmosfer
sama dengan nol dan potensial air suatu larutan pada tekanan atmosfer bernilai
negatif.
8
ditanam. Namun yang tak kalah penting adalah unsur hara yang terkandung dalam
tanah yang diperlukan tumbuhan sebagai nutrisi untuk pertumbuhannya.Untuk
memenuhi kebutuhan nutrisinya, tumbuhan menyerap unsur hara yang terkandung
di dalam tanah.
Tumbuhan memerlukan kombinasi yang tepat dari berbagai nutrisi untuk
tumbuh, berkembang, dan bereproduksi.Ketika tumbuhan mengalami malnutrisi,
tumbuhan menunjukkan gejala-gejala tidak sehat.Nutrisi yang terlalu sedikit atau
yang terlalu banyak dapat menimbulkan masalah.
Nutrisi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi
normal dari pertumbuhan suatu pohon. Nutrisi didapatkan dari makanan dan
cairan yang selanjutnya diasimilasi oleh tubuh tumbuhan contoh nutrisi di dalam
tanah adalah berupa air dan mineral.
Berikut merupakan sifat-sifat tanah meliputi tekstur tanah, struktur tanah dan
koloid tanah.
a. Tekstur tanah
Tekstur tanah bergantung pada ukuran partikel-partikelnya. Partikel tanah
dapat berkisar dari pasir yang kasar ( diameter 0,02-2 mm), lempung (0,002-0,02
mm), hingga partikel tanah liat mikroskopis ( kurang dari 0,002 mm). partikel-
partikel yang berukuran berbeda ini akhirnya muncul dari pengikisan bebatuan.
Pembekuan air di dalam retakan bebatuan menyebabkan bebatuan pecah secara
mekanis, dan asam lemak di dalam tanah menghancurkan bebatuan secara
kimiawi. Ketika organisme-organisme menembus batu, mereka memepercepat
penghancuran melalui agen-agen kimiawi dan mekanik. Akar tumbuhan,
misalnya menyekrasikan asam yang melarutkan bebatuan, dan pertumbuhannya di
celah-celah bebatuan menyebabkan pemecahan secara mekanis. Partikel-partikel
mineral yang dilepaskan oleh pengikisan menjadi tercampur dengan organisme-
organisme hidup dan humus, sisa-sisa organisme mati dan zat-zat organik lainnya
membentuk top soil. Top soil dan lapisan-lapisan tanah yang berbeda atau horizon
tanah (soil horizon) sering kali terlihat jika ada retakan jalan atau lubang yang
9
cukup dalam. Kedalaman top soil atau horizon A, dapat berkisar dari beberapa
millimeter hingga beberapa meter.(Campbell,et al. 2008:369)
Di dalam top soil, tumbuhan memperoleh nutrisi dari larutan tanah, yaitu air
dan mineral-mineral terlarut di dalam pori-pori di antara partikel-partikel tanah.
Pori-pori tersebut juga mengandung kantong udara setelah hujan lebat, air
mengalir dari rongga-rongga yang besar di dalam tanah, namun rongga-rongga
yang lebih kecil mempertahankan air karena molekul-molekul air tertarik ke
permukaan tanah liat dan partikel tanah lain yang bermuatan negatif. (Campbell,et
al. 2008:369)
b. Struktur Tanah
Top soil yang paling fertil mengandung sebagian besar pertumbuhan adalah
loam, yang tersusun atas pasir, lempung dan tanah liat dalam jumlah yang kira-
kira setara. Tanah loam memiliki cukup banyak partikel lempung dan tanah liat
yang berukuran kecil untuk menyediakan area permukaan yang cukup besar bagi
adhesi dan retensi mineral serta air. Biasanya top soil yang paling subur memiliki
pori-pori yang berisi sekitar separuh air dan separuh udara, sehingga menyediakan
keseimbangan yang baik antara airasi, drainase dan kapasitas penyimpanan air.
(Campbell,et al. 2008:369). Komposisi top soil meliputi komponen kimiawi
anorganik (mineral) dan organik.
Komponen Anorganik
Sebagian besar tanah bermuatan negatif. Ion-ion bermuatan positif (positif) –
seperti kalium (K+), kalsium (Ca2+), Dan Magnesium (Mg2+) – melekat ke
partikel-partikel ini sehingga tidak mudah hilang akibat leaching yaitu
perembesan air melalui tanah. Akan tetapi akar tidak menyerap kation mineral
secara langsung dari partikel tanah. Sebagai gantinya, kation tersedia di dalam
larutan tanah, melalui pertukaran kation (cation exchange). Dalam proses ini,
kation mineral digantikan dari partikel tanah oleh kation lain, terutama H +, dan
memasuki larutan tanah, yang kemudian diserap oleh rambut-rambut akar.
10
Komponen Organik
Humus merupakan komponen organaik utama topsoil, terdiri dari materi
organik yang dihasilkan oleh dekomposer yang mati, feses, dedaunan yang gugur
dan zat organisme lainnya oleh bakteri dan fungi. Humus juga meningkatkan
kapasitas tanah untuk bertukar kation dan berperan sebagai penampung nutrient
mineral yang kembali secara perlahan-lahan ke tanah seiring dekomposisi zat
organik oleh mikroorganisme.
Topsoil juga merupakan komponen organik oleh mikroorganisme. Organisme
yang jumlahnya sangat banyak. Sesendok teh topsoil memiliki sekitar 5 miliar
bakteri yang hidup bersama dengan fungi, alga dan Protista yang lain,
serangga,cacing tanah,nematode, serta akar tumbuh. (Campbell,et al., 2008:370)
c. Koloid Tanah
Koloid adalah suatu campuran heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih
dimana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi atau dipecah)
tersebar secara merata di dalam zat lain ( medium pendispersi atau pemecah).
Koloid tanah adalah bahan organic dan bahan mineral tanah yang sangat halus
sehingga mempunyai luas permukaan yang sangat tinggi persatuan berat. Koloid
tanah terdiri dari liat (koloid anorganik) dan humus (koloid organik).
Koloid anorganik terdiri dari mineral liat seperti alsilikat, oksida-oksida Fe, dan
Al, serta mineral mineral primer. Koloik organik adalah humus yang tersusun
oleh unsur C, H, dan O. humus diperkirakan disusun oleh tiga jenis bagian utama,
yaitu fulvik, humik, dan humin. Humus menyusun 90% bagian bahan organik
tanah. Humus adalah senyawa yang kompleks tersusun oleh asam fulvat, humat,
humin, lignoprotein dan lainnya. Humus memiliki sifat resisten terhadap
perombakan jasad renik (mikroorganisme), bersifat amorf (tidak memiliki bentuk
tertentu), berwarna cokelat hitam, bersifat koloid dan berasal dari proses
humifikasi bahan organik dari mikroba tanah.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Air memiliki beberapa sifat yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan secara fisiologis, diantaranya: sebagagai pelarut segala macam zat yang
baik, memiliki kalor laten vaporisasi dan kalor fusi yang tinggi, memiliki daya
viskositas yang rendah, memiliki daya kohesi lebih tinggi disbanding dengan daya
adhesinya, dan memiiki kandungan ion hydrogen (H+) dan (OH-) sehingga
membuat kandungan ion dapat bersifat asam ataupun bersifat basa.
Proses difusi dan osmosis yang ekstreem pada tumbuhan dapat mengakibatkan
terjadinya proses lisis dan plasmolisis.
Tanah merupakan media tanam yang baik untuk tumbuhan karena memiliki
kandungan unsur hara yang dibutuhkan untuk proses metabolisme.
Sifat tanah mencakup tekstur, struktur dan koloid tanah sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan secara fisiologis.
3.2 Saran
Jika ingin mempelajari hubungan antara tanah, air dan tanaman sebaiknya lebih
banyak lagi melihat refrensi refrensi dari jurnal-jurnal yang sudah ada
12
DAFTAR PUSTAKA
13