Anda di halaman 1dari 22

1

BAB I
PENDAHULUAN
Tanaman jagung yang dalam bahasa ilmiahnya disebut Zea mays L.,
adalah salah satu jenis tanaman biji-bijian yang menurut sejarahnya berasal dari
Amerika. Orang-orang Eropa yang datang ke Amerika membawa benih jagung
tersebut ke negaranya. Melalui Eropa tanaman jagung terus menyebar ke Asia dan
Afrika. Baru sekitar abad ke-16 tanaman jagung ini oleh orang Portugis dibawa ke
Pakistan, Tiongkok dan daerah-daerah lainnya di Asia termasuk Indonesia.
Kendala dalam budidaya jagung yang menyebabkan rendahnya produktivitas
jagung antara lain adalah serangan hama dan penyakit. Hama yang sering
dijumpai menyerang tanaman jagung adalah ulat penggerek batang jagung, kutu
daun, ulat daun, ulat penggerek tongkol, ulat grayak, lalat bibit, ulat tanah.
Sedangkan Bulai, Karat, penyakit gosong, penyakit busuk tongkol adalah penyakit
yang sering muncul di tanaman jagung dan dapat menurunkan produksi jagung.
Upaya pengendalian oleh petani pada saat ini adalah dengan menggunakan
pestisida atau bahan kimia lainnya yang tidak ramah lingkungan. Pengendalian
Hama Terpadu (PHT) yang mengintegrasi komponen pengendalian yang selaras
terbukti tidak hanya meningkatkan produksi jagung tetapi juga pendapatan petani.
Sistim PHT melibatkan semua komponen yang berpeluang untuk menekan atau
mencegah hama untuk mencapai ambang batas populasi merusak secara ekonomi
(economic injury level/economic threshold) (Wilson, 1990). Sistim PHT yang
bertujuan mengupayakan agar OPT tidak menimbulkan kerugian melalui cara-
cara pengendalian yang efektif, ekonomis, dan aman bagi khalayak, produsen, dan
2

lingkungan menjadi acuan dasar dalam pengendalian OPT agar petani tidak
bergantung pada pestisida atau bahan kimia lainnya.





















3

BAB II
PEMBAHASAN
A. Penyakit Pada Tanaman Jagung
1. Bulai
Gejala :
Gejala penyakit ini terjadi pada permukaan daun jagung berwarna putih sampai
kekuningan diikuti dengan garis-garis klorotik dan ciri lainnya adalah pada pagi
hari disisi bawah daun jagung terdapat lapisan beledu putih yang terdiri dari
konidiofor dan konidium jamur. Penyakit bulai pada tanaman jagung
menyebabkan gejala sistemik yang meluas keseluruh bagian tanaman dan
menimbulkan gejala lokal (setempat). Gejala sistemik terjadi bila infeksi
cendawan mencapai titik tumbuh sehingga semua daun yang dibentuk terinfeksi.
Tanaman yang terinfeksi penyakit bulai pada umur masih muda biasanya tidak
membentuk buah, tetapi bila infeksinya pada tanaman yang lebih tua masih
terbentuk buah dan umumnya pertumbuhannya kerdil.
Penyebab :
Penyakit bulai di Indonesia disebabkan oleh cendawan Peronosclerospora maydis
dan Peronosclerospora philippinensis yang luas sebarannya, sedangkan
Peronosclerosporasorghii hanya ditemukan di dataran tinggi Berastagi Sumatera
Utara dan Batu Malang Jawa Timur.

4

Cara pengendalian :
1) Menanam varietas tahan: Sukmaraga, Lagaligo, Srikandi, Lamuru dan
Gumarang
2) Melakukan periode waktu bebas tanaman jagung minimal dua minggu sampai
3) satu bulan
4) Penanaman jagung secara serempak
5) Eradikasi tanaman yang terinfeksi bulai
6) Penggunaan fungisida metalaksil pada benih jagung (perlakuan benih) dengan
7) dosis 0,7 g bahan aktif per kg benih.
2. Bercak daun
Gejala :
Penyakit bercak daun pada tanaman jagung dikenal dua tipe menurut ras
patogennya yaitu ras O, bercak berwarna coklat kemerahan dengan ukuran 0,6 x
(1,2_1,9) Cm. Ras T bercak berukuran lebih besar yaitu (0,6_1,2) x (0,6_2,7) Cm,
berbentuk kumparan dengan bercak berwarna hijau kuning atau klorotik kemudian
menjadi coklat kemerahan. Kedua ras ini, ras T lebih virulen dibanding ras O dan
pada bibit jagung yang terserang menjadi layu atau mati dalam waktu 3_4 minggu
setelah tanam.Tongkol yang terinfeksi dini, biji akan rusak dan busuk, bahkan
tongkol dapat gugur. Bercak pada ras T terdapat pada seluruh bagian tanaman
(daun, pelepah, batang, tangkai kelobot, biji dan tongkol). Permukaan biji yang
terinfeksi ditutupi miselium berwarna abu-abu sampai hitam sehingga dapat
5

menurunkan hasil yang cukup besar. Cendawan ini dalam bentuk miselium dan
spora dapat bertahan hidup dalam sisa tanaman.
3. Hawar daun
Gejala :
Pada awal infeksi gejala berupa bercak kecil, berbentuk oval kemudian bercak
semakin memanjang berbentuk ellips dan berkembang menjadi nekrotik dan
disebut hawar, warnanya hijau keabu-abuan atau coklat. Panjang hawar 2,5_15
Cm, bercak muncul awal pada daun yang terbawah kemudian berkembang menuju
daun atas. Infeksi berat dapat mengakibatkan tanaman cepat mati atau mengering
dan cendawan ini tidak menginfeksi tongkol atau klobot. Cendawan ini dapat
bertahan hidup dalam bentuk miselium dorman pada daun atau pada sisa sisa
tanaman di lapang.
Penyebab penyakit hawar daun adalah : Helminthosporium turcicum
Cara pengendalian :
1) Menanam varietas tahan Bisma, Pioner2, pioner 14, Semar 2 dan 5
2) Eradikasi tanaman yang terinfeksi bercak daun
3) Penggunaan fungisida dengan bahan aktif mankozeb dan dithiocarbamate.
4. Karat
Gejala :
Bercak-bercak kecil (uredinia) berbentuk bulat sampai oval terdapat pada
6

permukaan daun jagung di bagian atas dan bawah, uredinia menghasilkan
uredospora yang berbentuk bulat atau oval dan berperan penting sebagai sumber
inokulum dalam menginfeksi tanaman jagung yang lain dan sebarannya melalui
angin. Penyakit karat dapat terjadi di dataran rendah sampai tinggi dan infeksinya
berkembang baik pada musim penghujan atau musim kemarau.
Penyebab penyakit : karat adalah Puccinia polysora
Cara pengendalian :
1) Menanam varietas tahan Lamuru, Sukmaraga, Palakka, Bima 1 dan Semar 10
2) Eradikasi tanaman yang terinfeksi karat daun dan gulma
3) Penggunaan fungisida dengan bahan aktif benomil
5. Busuk pelepah
Gejala :
Gejala penyakit busuk pelepah pada tanaman jagung umumnya terjadi
padapelepah daun, bercak berwarna agak kemerahan kemudian berubah menjadi
abu-abu, bercak meluas dan seringkali diikuti pembentukan sklerotium dengan
bentuk yang tidak beraturan mula-mula berwarna putih kemudian berubah
menjadi cokelat. Gejala hawar dimulai dari bagian tanaman yang paling dekat
dengan permukaan tanah dan menjalar kebagian atas, pada varietas yang rentan
serangan jamur dapat mencapai pucuk atau tongkol. Cendawan ini bertahan hidup
sebagai miselium dan sklerotium pada biji, di tanah dan pada sisa-sisa tanaman di
lapang. Keadaan tanah yang basah, lembab dan drainase yang kurang baik akan
7

merangsang pertumbuhan miselium dan sklerotia, sehingga merupakan sumber
inokulum utama.
Penyebab penyakit : busuk pelepah adalah Rhizoctonia solani
Cara pengendalian :
1) Menggunakan varietas/galur yang tahan sampai agak tahan terhadap penyakit
2) hawar pelepah misalnya: Semar 2, Rama, Galur GM 27,
3) Diusahakan agar pertanaman tidak terlalu rapat sehingga kelembaban tidak
terlalu tinggi
4) Lahan mempunyai drainase yang baik
5) Mengadakan pergiliran tanaman, tidak menanam jagung terus menerus di
lahan yang sama
6) Penggunaan fungisida dengan bahan aktif mancozeb dan carbendazim
6. Busuk Batang
Gejala :
Tanaman jagung tampak layu atau kering seluruh daunnya. Umumnya gejala
tersebut terjadi pada stadia generatif, yaitu setelah fase pembungaan. Pangkal
batang yang terinfeksi berubah warna dari hijau menjadi kecoklatan, bagian dalam
busuk, sehingga mudah rebah, pada bagian kulit luarnya tipis. Pada pangkal
batang terinfeksi tersebut ada yang memperlihatkan warna merah jambu, merah
kecoklatan atau coklat.
8

Penyakit busuk batang jagung dapat disebabkan oleh delapan spesies/cendawan
seperti : Colletotrichum graminearum, Diplodia maydis, Gibberella zeae,
Fusarium moniliforme, Macrophomina phaseolina, Pythium apanidermatum,
Cephalosporium maydis, dan Cephalosporium acremonium. Di Sulawesi Selatan
penyebab penyakit busuk batang yang telah berhasil diisolasi adalah Diplodia sp.,
Fusarium sp. dan Macrophomina sp.
Penularan :
Cendawan patogen penyebab penyakit busuk batang memproduksi konidia pada
permukaan tanaman inangnya . Konidia dapat disebarkan oleh angin, air hujan
ataupun serangga. Pada waktu tidak ada tanaman, cendawan dapat bertahan pada
sisa-sisa tanaman yang terinfeksi dalam fase hifa atau piknidia dan peritesia yang
berisi spora. Pada kondisi lingkungan yang sesuai untuk perkembangannya, spora
akan keluar dari piknidia atau peritesia. Spora pada permukaan tanaman jagung
akan tumbuh dan menginfeksi melalui akar ataupun pangkal batang. Infeksi awal
dapat melalui luka atau membentuk sejenis apresoria yang mampu penetrasi ke
jaringan tanaman. Spora/konidia yang terbawa angin dapat menginfeksi ke
tongkol, dan biji yang terinfeksi bila ditanam dapat menyebabkan penyakit busuk
batang.
Cara pengendalian :
1) Pengendalian penyakit busuk batang jagung dapat dilakukan dengan
menanam
9

2) varietas tahan, hasil pengujian 54 varietas/galur jagung terhadap Fusarium sp.
Melalui inokulasi tusuk gigi di dapat 17 varietas/galur yang paling tinggi
ketahanannya yaitu : BISI-1, BISI-4, BISI-5, Surya, Exp.9572, Exp. 9702,
Exp. 9703, CPI-2, FPC 9923, Pioneer-8, Pioneer-10, Pioneer-12, Pioneer-13,
Pioneer-14, Semar-9, Palakka, dan J1-C3.
3) Pergiliran tanaman, pemupukan berimbang, menghindari pemberian N tinggi
dan K rendah, dan drainase yang baik.
4) Pengendalian penyakit busuk batang (Fusarium) secara hayati dapat
dilakukan dengan cendawan antagonis Trichoderma sp.
7. Busuk tongkol
Penyakit busuk tongkol dapat disebabkan oleh beberapa jenis cendawan antara
lain :
a. Busuk tongkol Fusarium
Gejala :
Permukaan biji pada tongkol berwarna merah jambu sampai coklat, kadangkadang
diikuti oleh pertumbuhan miselium seperti kapas yang berwarna merah jambu.
Cendawan berkembang pada sisa tanaman dan di dalam tanah, cendawan ini dapat
terbawa benih , dan penyebarannya dapat melalui angin atau tanah. Penyakit
busuk tongkol fusarium disebabkan oleh infeksi cendawan Fusariummoniliforme.

10

b. Busuk tongkol Diplodia
Gejala :
Kelobot yang terinfeksi pada umumnya berwarna coklat, infeksi pada kelobot
setelah 2 minggu keluarnya rambut jagung, menyebabkan biji berubah menjadi
coklat, kisut dan busuk. Miselium berwarna putih, piknidia berwarna hitam
tersebar pada klobot infeksi dimulai pada dasar tongkol berkembang ke bongkol
kemudian merambat kepermukaan biji dan menutupi klobot. Cendawan dapat
bertahan hidup dalam bentuk spora dan piknidia yang berdinding tebal pada sisa
tanaman di lapang. Gejala busuk tongkol Dilodia disebabkan oleh infeksi
cendawan Diplodia maydis
c. Busuk tongkol Gibberella
Gejala :
Tongkol yang terinfeksi dini oleh cendawan dapat menjadi busuk dan klobotnya
saling menempel erat pada tongkol, badan buah berwarna biru hitam tumbuh di
permukaan klobot dan bongkol. Gejala busuk tongkol Gibberella disebabkan oleh
infeksi cendawan Gibberella roseum.
Cara pengendalian :
1) Pemeliharaan tanaman yang sebaik-baiknya, antara lain dengan pemupukan
seimbang
11

2) Tidak membiarkan tongkol terlalu lama mengering di lapangan, jika musim
hujan bagian batang dibawah tongkol dipatahkan agar ujung tongkol tidak
mengarah keatas
3) Mengadakan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan termasuk
padipadian, karena patogen ini mempunyai banyak tanaman inang Penyakit
yang disebabkan Virus
8. Virus mosaik kerdil jagung
Gejala :
Gejala penyakit ini tanaman menjadi kerdil, daun berwarna mosaik atau hijau
dengan diselingi garis-garis kuning, dilihat secara keseluruhan tanaman tampak
berwarnaagak kekuningan mirip dengan gejala bulai tetapi apabila permukaannya
daun bagian bawah dan atas dipegang tidak terasa adanya serbuk spora. Penularan
virus dapat terjadi secara mekanis atau melalui serangga Myzus percicae dan
Rhopalopsiphum maydis secara non persisten. Tanaman yang terinfeksi virus ini
umumnya terjadi penurunan hasilnya.
Cara pengendalian :
1) Mencabut tanaman yang terinfeksi seawal mungkin agar tidak menjadi
sumber infeksi bagi tanaman sekitarnya ataupun pertanaman yang akan
datang
2) Mengadakan pergiliran tanaman, tidak menanam jagung terus menerus di
lahan yang sama
3) Penggunaan peptisida apabila di lapangan populasi vektor cukup tinggi
12

4) Tidak penggunakan benih yang berasal dari tanaman yang terinfeksi virus.
B. Hama Pada Tanaman Jagung
1. Penggerek Batang Jagung (Ostrina furnacalis Guen)
(Ordo : Lepidoptera, Famili : Noctudiae)
Bioteknologi
Ngengat aktif malam hari, dan menghasilkan beberapa generasi pertahun, umur
imago/ngengat dewasa 7 11 hari. Telur diletakkan berwarna putih, berkelompok,
satu kelompok telur beragam antara 30-50 butir, seekor ngengat betina mampu
meletakkan telur 602-817 butir, umur telur 3-4 hari. Ngengat betina lebuh
menyukai meletakkan telur pada tanaman jagung yang tinggi dan telur diletakkan
pada permukaan bagian bawah daun utamanya pada daun ke 5-9, umur telur 3-4
hari, Larva, larva yang baru menetas berwarna putih kekuning-kuningan, makan
berpindah-pindah, larva muda makan pada bagian alur bunga jantan, setelah instar
lanjut menggerek batang, umur larva 17-30 hari. Pupa biasanya terbentuk di
dalam batang, berwarna cokelat kemerahan, umur pupa 6-9 hari.
Gejala serangan :
Larva O. Furnacalis ini mempunyai karakteristik kerusakan pada setiap bagian
tanaman jagung yaitu lubang kecil pada daun, lubang gorokan pada batang, bunga
jantan atau pangkal tongkol, batang dan tassel yang mudah patah, tumpukan tassel
yang rusak.
Pengendalian :
a). Kultur teknis
- Waktu tanam yang tepat.
13

- Tumpang sari jagung dengan kedelai atau kacang tanah.
- Pemotongan sebagian bunga jantan (4 dari 6 baris tanaman).
b). Pengendalian hayati
Pemanfaatan musuh alami seperti : Parasitoid Trichogramma spp. Parasitoid
tersebut dapat memarasit telur O. furnacalis. Predator Euborellia annulata
memangsa larva dan pupa O. Furnacalis. Bakteri Bacillus thuringiensis Kurstaki
mengendalikan larva O. Furnacalis, Cendawan sebagai entomopatogenik adalah
Beauveria bassiana dan Metarhizium anisopliae mengendalikan larva O.
furnacalis. Ambang ekonomi 1 larva/tanaman.
c). Pengendalian kimiawi
Penggunaan insektisida yang berbahan aktif monokrotofos, triazofos, diklhrofos,
dan karbofuran efektif untuk menekan penggerek batang jagung.
2. Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)
(Ordo : Lepidoptera, Famili: noctuidae)
Bioekologi :
Ngengat dengan sayap bagian depan berwarna coklat atau keperak-perakan, sayap
belakang berwarna keputihan, aktif pada malam hari. Telur berbentuk hampir
bulat dengan bagian datar melekat pada daun (kadang tersusun 2 lapis), warna
coklat kekuning-kuningan, berkelompok (masing-masing berisi 25-500 butir)
tertutup bulu seperti beludru.
Larva mempunyai warna yang bervariasi, ulat yang baru menetas berwarna hijau
muda, bagian sisi coklat tua atau hitam kecoklatan dan hidup berkelompok. Ulat
menyerang tanaman pada malam hari, dan pada siang hari bersembunyi dalam
14

tanah (tempat yang lembab). Biasanya ulat berpindah ke tanaman lain secara
bergerombol dalam jumlah besar.
Pupa Ulat berkepompong dalam tanah , membentuk pupa tanpa rumah pupa
(kokon) berwarna coklat kemerahan dengan panjang sekitar 1,6 cm. Siklus hidup
berkisar antara 30-60 hari (lama stadium telur 2-4 hari, larva yang terdiri dari 5
instar : 20 46 hari, pupa 8 11 hari).
Gejala serangan :
Larva yang masih kecil merusak daun yang menyerang secara serentak
berkelompok. Dengan meninggalkan sisa-sisa epidermis bagian atas, transparan
dan tinggal tulang-tulang daun saja. Biasanya larva berada di permukaan bawah
daun, umumnya terjadi pada musim kemarau. Tanaman inang, hama ini bersifat
polifag, selain jagung ulat grayak juga menyerang tomat, kubis, cabai, buncis,
bawang merah, terung, kentang kangkung, bayam, padi, tebu, jeruk, pisang,
tembakau, kacang-kacangan, tanaman hias, gulma Limnocharis sp, dll.
Pengendalian :
a). Kultur teknis
- Pembakaran tanaman
- Pengolahan tanah yang intensif.
b). Pengendalian fisik / mekanis
- Mengumpulkan larva atau pupa dan bagian tanaman yang terserang kemudian
memusnahkannya.
15

- Penggunaan perangkap feromonoid seks untuk ngengat sebanyak 40 buah per
hektar atau 2 buah per 500 m2 dipasang di tengah tanaman sejak tanaman
berumur 2 minggu.
c). Pengendalian Hayati
Pemanfaatan musuh alami seperti : patogen SI-NPV (Spodoptera litura- Nuclear
Polyhedrosis Virus), Cendawan Cordisep, Aspergillus flavus, Beauveria bassina,
Nomuarea rileyi, dan Metarhizium anisopliae, bakteri Bacillus thuringensis,
nematoda Steinernema sp,. Predator Sycanus sp,. Andrallus spinideus, Selonepnis
geminada, parasitoid Apanteles sp., Telenomus spodopterae, Microplistis similis,
dan Peribeae sp.
d). Pengendalian Kimiawi
Beberapa insektisida yang dianggap cukup efektif adalah monokrotofos, diazinon,
khlorpirifos, triazofos, dikhlorovos, sianofenfos, dan karbaril.
3. Penggerek tongkol jagung ( Helicoverpa armigera Hbn. Noctuidae
Leppidoptera)
Imago, betina H. Armigera meletakkan telur pada rambut jagung. Rata-rata
produksi telur imago betina adalah 730 butir, telur menetas dalam tiga hari setelah
diletakkan.
Larva spesies ini terdiri dari lima sampai tujuh instar. Khususnya pada jagung,
masa perkembangan larva pada suhu 24 sampai 27,2 C adalah sampai 21,3 hari.
Larva serangga ini memiliki sifat kanibalisme. Spesies ini mengalami masa pra
pupa selama satu sampai empat hari. Masa pra pupa dan pupa biasanya terjadi
dalam tanah dan kedalamannya bergantung pada kekerasan tanah.
16

Pupa, pada umumnya pupa terbentuk pada kedalaman 2,5 sampai 17,5 cm.
Terkadang pula serangga ini berpupa pada permukaan tumpukan limbah tanaman
atau pada kotoran serangga ini yang terdapat pada tanaman. Pada kondisi
lingkungan mendukung, fase pupa bervariasi dari enam hari pada suhu 35C
sampai 30 hari pada suhu 15C.
Gejala Serangan :
Imago betina akan meletakkan telur pada silk jagung dan sesaat setelah menetas,
larva kan menginvasi masuk kedalam tongkol dann akan memakan biji yang
sedang mengalami perkembangan. Infestasi serangga ini akan menurunkan
kualitas dan kuantitas tongkol jagung.
Pengendalian
a). Kultur teknis
Pengolahan tanah yang baik akan merusak pupa yang terbentuk dalam tanah
dan dapat mengurangi populasi H. Armigera berikutnya.
b). Pengendalian Hayati
Musuh alami yang digunakan sebagai pengendali hayati dan cukup efektif
untuk mengendalikan penggerek tongkol adalah Parasit, Trchogramma spp yang
merupakan parasit telur dan Eriborus argentiopilosa (Ichneumonidae) parasit pada
larva muda. Cendawan, Metarhizium anisopliae.menginfeksi larva. Bakteri,
Bacillus thuringensis dan Virus Helicoverpa armigera Nuclear Polyhedrosis Virus
(HaNPV).menginfeksi larva.


17

c). Kimiawi
Untuk mengendalikan larva H. Armigera pada jagung, penyemprotan
insektisida Decis dilakukan setelah terbentuknya rambut jagung pada tongkol dan
diteruskan (1-2) hari hingga rambut jagung berwarna coklat.
4. Lalat Bibit (Atherigona sp, Ordo: Diptera)
Imago, lama hidup serangga dewasa bervariasi antara 5 23 hari dimana betina
hidup dua kali lebih lama daripada jantan. Serangga dewasa sangat aktif terbang
dan sangat tertarik pada kecambah atau tanaman yang baru muncul di atas
permukaan tanah. Imago kecil dengan ukuran panjang 2,5 mm 4,5 mm.
Telur imago betina mulai meletakkan telur 3 5 hari setelah kawin dengan jumlah
telur 7 22 butir atau bahkan hingga 70 butir. Imago betina meletakkan selama 3
7 hari, diletakkan secara tunggal, berwarna putih, memanjang diletakkan
dibawah permukaan daun.
Larva terdiri dari tiga instar yang berwarna putih krem pada awalnya dan
selanjutnya menjadi kuning hingga kuning gelap. Larva yang baru menetas
melubangi batang yang kemudian membuat terowongan hingga dasar batang
sehingga tanaman menjadi kuning dan akhirnya mati.
Pupa terdapat pada pangkal batang dekat atau di bawah permukaan tanah, umur
pupa 12 hari pada pagi atau sore hari. Puparium berwarna coklat kemerah-
merahan sampai coklat dengan ukuran panjang 4,1 mm.



18

Pengendalian :
a). Pengendalian hayati
Parasitoid yang memarasit telur adalah Trichogramma spp, dan parasit larva
adalah Opius sp. Dan Tetrastichus sp. Predator Clubiona japonicola yang
merupakan predator imago.
b). Kultur teknis dan pola tanam
Oleh karena aktivitas lalat bibit hanya selama 1 2 bulan pada musim hujan,
maka dengan mengubah waktu tanam, pergiliran tanaman dengan tanaman bukan
padi, tanaman dengan tanaman bukan padi, dengan tanam serempak serangan
dapat dihindari.
c). Varietas Resisten
Galur-galur jagung QPM putih yang tahan terhadap lalat bibit adalah MSQ-P1
(S1)-C1-12, MSQ-P1(S1)-C1-44, MSQ-P1(S1)-C1-45, sementara galur-galur
jagung QPM kuning yang tahan terhadap serangan hama ini adalah MSQ-K1(S1)-
C1-16, MSQ-K1(S1)-C1-35, MSQ-K1(S1)-C1-50.
d). Kimiawi
Pengendalian dengan insektisida dapat dilakukan dengan perlakuan benih
(seed dressing), yaitu thiodikarb dengan dosis 7,5-15g b.a./kg benih atau
karbofuran dengan dosis 6g b.a./kg benih. Selanjutnya setelah tanaman berumur
5-7 hari, tanaman disemprot dengan karbosulfan dengan dosis 0,2kg b.a./ha atau
thiodikarb 0,75 kg b.a/ha. Penggunaan insektisida hanya dianjurkan di daerah
endemik.

19



5. Sitophilus zeamais (Motsch) , Coleoptera, Curculionidae
Bioekologi
Sitophilus zeamais Motsch dikenal dengan maize weevil atau kumbang bubuk,
dan merupakan serangga yang bersifat polifag, selain menyerang jagung, juga
beras, gandum, kacang tanah, kacang kapri, kacang kedelai, kelapa dan jambu
mente, S. zeamais lebih dominan terdapat pada jagung dan beras. S. zeamais
merusak biji jagung dalam penyimpanan dan juga dapat menyerang tongkol
jagung yang masih berada di pertanaman.
Telur diletakkan satu per satu pada lubang gerekan didalam biji, Keperidian
imago sekitar 300-400 butir telur; stadia telur kurang lebih enam hari pada suhu
250C.
Larva kemudian menggerek biji dan hidup di dalam biji, umur kurang lebih 20
hari pada suhu 250C dan kelembaban nisbi 70%.
Pupa terbentuk di dalam biji dengan stadia pupa berkisar 5-8 hari.
Imago yang terbentuk berada di dalam biji selama beberapa hari sebelum
membuat lubang keluar. Imago dapat bertahan hidup cukup lama yaitu dengan
makan sekitar 3-5 bulan jika tersedia makanan dan sekitar 36 hari jika tanpa
makan.
Siklus hidup sekitar 30-45 hari pada kondisi suhu optimum 290C, kadar air biji
14% dan kelembaban nisbi 70%. Perkembangan populasi sangat cepat bila bahan
simpanan kadar airnya di atas 15%.
20



Cara pengendalian :
o Pengelolaan tanaman
Serangan selama tanaman di lapangan dapat terjadi jika tongkol terbuka,
sehingga..
Tanaman yang kekeringan, dengan pemberian pupuk yang rendah menyebabkan
tanaman mudah terserang busuk tongkol sehingga dapat diinfeksi oleh kumbang
bubuk. Panen yang tepat pada saat jagung mencapai masak fisiologis, Panen yang
tertunda dapat menyebabkan meningkatnya kerusakan biji di penyimpanan.
o Varietas tanaman
Penggunaan varietas dengan kandungan asam fenolat tinggi dan kandungan asam
aminonya rendah dapat menekan kumbang bubuk. Penggunaan varietas yang
mempunyai penutupan kelobot yang baik
o Kebersihan dan pengelolaan gudang
Kebanyakan hama gudang cenderung bersembunyi atau melakukan hibernasi
sesudah gudang tersebut kosong. Taktik yang digunakan termasuk membersihkan
semua struktur gudang dan membakar semua biji yang terkontaminasi dan
membuang dari area gudang. Selain itu karung-karung bekas yang masih berisi
sisa biji harus dibuang. Semua struktur gudang harus diperbaiki, termasuk dinding
yang retak-retak dimana serangga dapat bersembunyi, dan memberi perlakuan
insektisida baik pada dinding maupun plafon gudang.

21



o Persiapan biji jagung yang disimpan
Kadar air biji _ 12% dapat menghambat perkembangan kumbang bubuk.
Perkembangan populasi kumbang bubuk akan meningkat pada kadar air 15% atau
lebih.
o Pengendalian secara fisik dan mekanis
Pada suhu lebih rendah dari 50C dan di atas 350C perkembangan serangga akan
berhenti. Penjemuran dapat menghambat perkembangan kumbang bubuk. Sortasi
dapat dilakukan dengan memisahkan biji rusak yang terinfeksi oleh serangga
dengan biji sehat (utuh).
o Bahan Tanaman
Bahan nabati yang dapat digunakan yaitu daun Annona sp., Hyptis spricigera,
Lantana camara, daun Ageratum conyzoides, Chromolaena odorata, akar dari
Khaya senegelensis, Acorus calamus, bunga dari Pyrethrum sp., Capsicum sp.,
dan tepung biji dari Annona sp. dan Melia sp.
o Pengendalian hayati
Penggunaan agensi patogen dapat mengendalikan kumbang bubuk seperti
Beauveria bassiana pada konsentrasi 109 konidia/ml takaran 20 ml/kg biji dapat
mencapai mortalitas 50%. Penggunaan parasitoid Anisopteromalus calandrae
(Howard) mampu menekan kumbang bubuk.
o Fumigasi
Fumigan merupakan senyawa kimia yang dalam suhu dan tekanan tertentu
22

berbentuk gas, dapat membunuh serangga/hama melalui sistem pernafasan.
Fumigasi
dapat dilakukan pada tumpukan komoditas kemudian ditutup rapat dengan
lembaran plastik. Fumigasi dapat pula dilakukan pada penyimpanan yang kedap
udara seperti penyimpanan dalam silo, dengan menggunakan kaleng yang dibuat
kedap udara atau pengemasan dengan menggunakan jerigen plastik, botol yang
diisi sampai penuh kemudian mulut botol atau jerigen dilapisi dengan parafin
untuk penyimpanan skala kecil. Jenis fumigan yang paling banyak digunakan
adalah phospine (PH3), dan Methyl Bromida (CH3Br).

Anda mungkin juga menyukai