1. TANAMAN PADI
Hama N. lugens berukuran 3-4 mm dan berwarna coklat, menyukai hidup dalam
suasana yang gelap dan lembab. Oleh karena itu wereng coklat seringi hidup pada tanaman
padi yang tumbuhnya subur, yang daunnya sudah saling menutupi dan dalam tiap-tiap
petakan sawah banyak air. Jika tidak ada padi, wereng coklat dapat meneruskan kelangsungan
hidupnya di singgang-singgang atau beberapa jenis rumput. Telurnya diletakkan dibawah
daun yang agak melengkung ke bawah.
Gejala serangan yang ditimbulkan yaitu menampakkan gejala layu, mudah patah dan
akhirnya mati seperti terbakar. Serangannya makin hari makin meluas. Wereng batang coklat
N. lugens juga merupakan vektor dari virus kerdil hampa/ragged stunt.
Bioekologi
Perkembangbiakan hama wereng coklat sangat cepat. Seekor wereng coklat betina
mampu bertelur sebanyak 100-600 butir, dengan masa telur lebih kurang 8 hari. Masa nimfa,
sejak menetas sampai menjadi dewasa lebih kurang 18 hari. Siklus hidup wereng coklat
berkisar 28 hari. Akibat serangan wereng coklat ini petani dapat mengalami gagal panen
mencapai 80% dari total areal yang terserang. Serangan hama wereng coklat ini harus
dikendalikan dan dipantau secara berkala agar mengurangi kerugian yang dialami oleh petani.
Wereng coklat berkembangbiak secara seksual, masa pra peneluran 3-4 hari untuk
brakiptera (bersayap kerdil) dan 3-8 hari untuk makroptera (bersayap panjang). Telur
biasanya diletakkan pada jaringan pangkal pelepah daun, tetapi saat populasinya tinggi telur
diletakkan di ujung pelepah daun dan tulang daun. Telur diletakkan berkelompok, satu
kelompok telur terdiri dari 3-21 butir. Telur menetas setelah 9 hari di daerah tropis,
sedangkan di daerah subtropika waktu penetasan telur lebih lama. Nimfa mengalami lima
instar, dan rata-rata waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan periode nimfa adalah 12-13
hari. Nimfa dapat berkembang menjadi dua bentuk wereng dewasa. Bentuk pertama adalah
makroptera (bersayap panjang) yaitu wereng coklat yang mempunyai sayap depan dan sayap
belakng normal. Bentuk kedua adalah brachiptera (bersayap kerdil) yaitu wereng
coklatdewasa yang mempunyai sayap depan dan sayap belakang tumbuh tidak normal,
terutama sayap belakang sangat kerdil. Faktor alelokemik tanaman merupakan faktor yang
agak langsung mempengaruhi bentuk sayap.
Pengendalian
1. Menggunakan tanaman padi dengan varietas unggul tahan wereng (VUTW) sebagai contoh
adalah IR 64, IR 72, IR 74, ciherang, cimelati dll
2. Pergiliran varietas tanaman padi antar musim.
3. Menggunakan jamur entomopathogen Metharizium anisopleae dan Beuveria basiana.
4. Pengendalian menggunakan musuh alami antara lain Paederus fuscifes, laba-laba,
kumbang coccinellid, Ophionea nigrofasciata, kepik mirid Cyrtorhinus lividipennis serta
parasitoid Anagrus.
5. Penggunaan insektisida yang selektif. Penggunaan pestisida berbahan aktif dari golongan
piretroid sintetik tidak dianjurkan karena akan dapat meledakkan populasi (resistensi,
resurjensi, hormoligosis/hormesis)
b. Walang sangit Leptocorisa acuta (Thunberg) (Hemiptera: Alydidae)
Walang sangit akan mulai datang pada pertanaman pad ketika tanaman mulai
berbunga. Walang sangit menyukai bagian lembaga biji padi atau biji yang masih lunak. Biji
yang sudah menguning tidak dakan dimakan. Nimfa-nimfa walang sangit juga mengisap padi
pada saat lunak (fase masak susu), kemudian dapat berpindah ke malai yang berdekatan.
Walang sangit beristirahat (tidak aktif) pada pukul 11 pagi hingga menjelang petang
hari. Pada umumnya, walang sangit berterbangan pada malam hari dan tertarik dengan sinar
lampu atau obor. Hama walang sangit juga tertarik pada bau-bau busuk.
Tanaman yang terserang hama walang sangit gabah-gabahnya kosong, atau bila berisi
isinya tidak sempurna. Pada umumnya serangan terjadi bulan maret bersamaan dengan mulai
berbunganya tanaman yang pertama.
Ambang ekonomi dari serangan hama walang sangit adalah 6 ekor/m2
Siklus hidup L. acuta
Walang sangit biasanya bertelur pada waktu sore hari atau senja. Walang sangit L.
acuta akan segera bertelur diatas daun bendera, yaitu daun yang terakhir sebelum bunga padi
keluar. Tujuannya agar pada waktu menetas nimfa segera dapat menghisap malai yang masih
dalam fase masak susu. Telur L.acuta berbentuk bulat lonjong dan pipih, dan ditempatkan
dalam 1-2 jajar. Setiap kelompok telur berjumlah12-16 butir. Selama hidupnya, seekor
walang sangit betina dapat menghasilkan 360 butir telur. Lama fase telur adalah 7 hari.
Walang sangit mempunyai lima instar nimfa. Perkembangannya dari telur sampai dewasa
lebih kurang 25 hari.
Pengendalian
3 Pengendalian kimiawi
Untuk mengendalikan larva H. armigera pada jagung, penyemprotan insektisida
dilakukan setelah terbentuknya rambut jagung pada tongkol dan diteruskan
(1-2) hari hingga rambut jagung berwarna coklat.
Terdapat beberapa variasi ekologi lalat bibit pada areal yang berbeda, tetapi umumnya
kelembaban yang tinggi sangat mendukung perkembangan spesies ini. Jika kondisi sangat
kering, telur akan gagal menetas atau larva mati sebelum melakukan penetrasi batang.
Penetasan dan aktivitas imago terjadi selama kondisi dingin dalam satu hari. Lalat bibit
(Atherigona exigua) ini pun hanya ditemukan di Jawa dan Sumatera dan dapat merusak
pertanaman hingga 80% atau bahkan 100%. Tanaman yang terserang ringan dapat pulih
kembali, tetapi pertumbuhan pada fase generatif terhambat dan hasil berkurang. Serangga ini
menyerang titik tumbuh jagung muda yang berumur 2-5 hari, sehingga mengakibatkan
kematian tanaman.
Perkembangbiakan
Telur
A. exigua biasanya meletakkan telur pada pagi hari atau malam hari. Telur-telur tersebut
diletakkan secara tunggal di bawah daun, axil daun, atau batang dekat permukaan tanah.
Telur menetas pada malam hari minimal 33 jam atau maksimal empat hari setelah telur
diletakkan. Telur spesies ini berwarna putih dengan panjang 1,25 mm dan lebar 0,35 mm dan
warnanya berubah menjadi gelap sebelum menetas.
Larva
Larva terdiri atas tiga instar dengan stadia larva 6-18 hari). Larva spesies ini terdiri atas 12
ruas (satu ruas kepala, tiga ruas thorax, dan delapan ruas abdomen). Panjang larva mencapai
9 mm, berwarna putih krem pada awalnya dan selanjutnya menjadi kuning hingga kuning
gelap.
Pupa
Pupa terdapat pada pangkal batang dekat atau di bawah permukaan tanah. Imago keluar dari
pupa setelah 5-12 hari pada pagi atau sore hari. Puparium berwarna coklat kemerahan sampai
coklat dengan panjang 4,1 mm. Segmentasi tidak dapat dibedakan.
Imago
Imago akan terbang satu jam setelah keluar dari pupa. Kopulasi tidak terjadi pada beberapa
hari setelah muncul dari pupa. Serangga dewasa sangat aktif terbang dan sangat tertarik pada
kecambah atau tanaman yang baru tumbuh. Imago berukuran kecil dengan panjang 2,5-4,5
mm, caput agak lebar dengan antena panjang, thorax berambut, abdomen berwarna kuning
dengan spot hitam pada bagian dorsal. Imago betina mulai meletakkan telur 3-5 hari setelah
kawin dengan jumlah telur 7-22 butir atau bahkan dapat mencapai 70 butir. Imago betina
meletakkan telur selama 3-7 hari. Lama hidup serangga dewasa bervariasi antara 5-23 hari,
masa hidup betina dua kali lebih lama daripada jantan. Siklus hidup telur hingga menjadi
dewasa adalah 21-28 hari.
Gejala Serangan
Pada serangan berat, tanaman jagung dapat menjadi layu ataupun mati dan jika tidak
mati pertumbuhannya terhambat. Lalat bibit cepat berkembang biak dengan pada kelembaban
tinggi, oleh karena itu di musim hujan lalat ini merupakan hama utama jagung.
Pengendalian A. exigua
1. Biologis
Pengendalian hayati dapat dilakukan dengan menggunakan parasitoid dan predator.
Parasitoid untuk lalat bibit adalah Opius sp. dan Tetrastichus sp.
2. Pergiliran Tanaman
Jagung secara berturut-turut harus dihindari, karena akan member peluang pada lalat
bibit untuk tumbuh dan berkembang. Pergiliran tanaman sebagai upaya untuk memutuskan
daur hidup lalat bibit karena tidak ada persediaan makanan.
TANAMAN KEDELAI
Riptortus linearis merupakan salah satu hama pengisap polong kedelai yang dapat
menyebabkan kehilangan hasil hingga 79%.
Imago kepik hijau menyerang pada saat tanaman kedelai mulai memasuki fase
berbunga. Telur diletakkan secara berkelompok pada permukaan daun bagian bawah, atas,
polong dan batang tanaman. Bentuk telur seperti cangkir berwarna kuning dan berubah warna
menjadi merah bata ketika akan menetas. Telur menetas setelah 5-7 hari. Nimfa tinggal
bergerombol di atas kulit telur. Untuk menjadi serangga dewasa nimfa mengalami 5 instar
yang berbeda warna dan ukurannya. Kepik muda instar 4 mulai menyebar ke tanaman
sekitarnya. Kepik biasanya tinggal di permukaan adun bagian atas pada pagi hari, dan dan
turun ke bagian polong pada siang hari untuk makan dan berteduh. Kepik muda dan dewasa
merusak polong dan biji dengan menusukkan stiletnya pada kulit polong terus ke biji
kemudian mengisap cairan biji
Gejala Serangan
Nimfa dan serangga dewasa merusak tanaman dengan cara mengisap polong kedelai.
Pada polong yang masih muda dan terserang kepik hijau menyebabkan polong tersebut
menjadi kosong (hampa) dan kempis karena biji tidak terbentuk dan polong gugur. Pada
polong tua menyebabkan biji keriput dan berbintik-bintik hitam yang pada akhirnya biji
menjadi busuk. Pucuk dan daun yang diisap oleh kepik hijau N. viridula menjadi layu dan
kering.
Pengendalian N. viridula
Tanam serempak dalam tidak lebih dari 10 hari, pergiliran tanaman, tanam tanaman
perangkap Sesbania rostrata.
Pergiliran tanaman bukan inang.
Pengumpulan kepik dewasa ataupun nimfa untuk dimusnahkan.
Menjaga kebersihan lahan dari tanaman penganggu atau gulma.
Sampai saat ini telah ditemukan delapan jenis parasitoid telur, yaitu
Anastatus sp., Ooencyrtus sp., Telenomus sp., T. basalis, dan empat jenis Gryon
spp. Jenis parasitoid imago yang diketahui adalah Conopid sp.
Menggunakan pestisida apabila serangan telah melampaui batas ambang kendali.
Tanaman inang dari hama E. zinkenella ialah Crotalaria striata, C. juncea kacang
tunggak (Vigna sinensis), kacang kratak (Phaseolus lunatus), dan Teprosia candida.
Hama ini merusak tanaman leguminosa di daerah tropis dan subtropis seperti India,
Filipina, Jepang, Taiwan, Australia, Brazil, Mesir, Sri Lanka, Afrika Timur, Amerika Serikat
bagian Selatan, dan Indonesia. Di Indonesia hama ini terdapat di Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan, dan Sumatera bagian Timur.
Siklus Hidup E. zinkenella
Ngengat berwarna kuning keabu-abuan, sayap belakang ditutup sisik-sisik jarang
berewarna agak cerah. Ukuran tubuh ngengat bervariasi antara 1,7-2,5 cm, aktif pada malam
hari serangga betina dapat bertelur antara 73-300 butir yang diletakkan pada bagian bawah
kelopak bunga dan polong kedelai.
Telur berbentuk lonjong dengan ukuran panjang 0,6 mm. Telur muda berwarna putih-
mengkilap dan setelah cukup umur menjadi kemerah-merahan sampai jingga.
Larva (ulat) muda yang baru menetas bergerak menuju polong, kemudian
bersembunyi diliputi benang pintal putih. Setelah menggerek polong, ulat-ulat ini akan
memangsa biji kedelai. Ulat ini biasanya berukuran panjang antara 15-18 cm dan berwarna
hijau kekuning-kuningan sampai merah-muda dengan bagian punggung bergaris hitam.
Berkepompong dalam tanah pada kedalaman 2-3 cm. Kepompong tersebut berwarna coklat,
berukuran panjang 15 mm dan bentuknya bulat lonjong.
Daur hidup hama ini berkisar antara 18-41 hari.
Pengendalian
Pengendalian non-kimiawi antara lain dengan menerapkan pergiliran tanaman,
mengatur waktu tanam secara serempak, dan sanitasi kebun dari gulma untuk menghilangkan
sumber serangan.
Beberapa jenis parasitoid yang telah diketahui memarsiti hama E. zinkenella antara
lain adalah Tichogramma spp., Agathis sp., Bracon spp., Microbracon sp., Phanerotoma sp.,
Pristmeurus naitoi, Temelucha spp., Trathala sp., Antrocephlus sp., dan Aphanteles sp.