Anda di halaman 1dari 18

HAMA PENTING TANAMAN PANGAN

1. TANAMAN PADI

a. Wereng Batang Coklat Nilaparvata lugens Stl (Hemiptera/Homoptera: Delphacidae)

Hama N. lugens berukuran 3-4 mm dan berwarna coklat, menyukai hidup dalam
suasana yang gelap dan lembab. Oleh karena itu wereng coklat seringi hidup pada tanaman
padi yang tumbuhnya subur, yang daunnya sudah saling menutupi dan dalam tiap-tiap
petakan sawah banyak air. Jika tidak ada padi, wereng coklat dapat meneruskan kelangsungan
hidupnya di singgang-singgang atau beberapa jenis rumput. Telurnya diletakkan dibawah
daun yang agak melengkung ke bawah.
Gejala serangan yang ditimbulkan yaitu menampakkan gejala layu, mudah patah dan
akhirnya mati seperti terbakar. Serangannya makin hari makin meluas. Wereng batang coklat
N. lugens juga merupakan vektor dari virus kerdil hampa/ragged stunt.
Bioekologi
Perkembangbiakan hama wereng coklat sangat cepat. Seekor wereng coklat betina
mampu bertelur sebanyak 100-600 butir, dengan masa telur lebih kurang 8 hari. Masa nimfa,
sejak menetas sampai menjadi dewasa lebih kurang 18 hari. Siklus hidup wereng coklat
berkisar 28 hari. Akibat serangan wereng coklat ini petani dapat mengalami gagal panen
mencapai 80% dari total areal yang terserang. Serangan hama wereng coklat ini harus
dikendalikan dan dipantau secara berkala agar mengurangi kerugian yang dialami oleh petani.
Wereng coklat berkembangbiak secara seksual, masa pra peneluran 3-4 hari untuk
brakiptera (bersayap kerdil) dan 3-8 hari untuk makroptera (bersayap panjang). Telur
biasanya diletakkan pada jaringan pangkal pelepah daun, tetapi saat populasinya tinggi telur
diletakkan di ujung pelepah daun dan tulang daun. Telur diletakkan berkelompok, satu
kelompok telur terdiri dari 3-21 butir. Telur menetas setelah 9 hari di daerah tropis,
sedangkan di daerah subtropika waktu penetasan telur lebih lama. Nimfa mengalami lima
instar, dan rata-rata waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan periode nimfa adalah 12-13
hari. Nimfa dapat berkembang menjadi dua bentuk wereng dewasa. Bentuk pertama adalah
makroptera (bersayap panjang) yaitu wereng coklat yang mempunyai sayap depan dan sayap
belakng normal. Bentuk kedua adalah brachiptera (bersayap kerdil) yaitu wereng
coklatdewasa yang mempunyai sayap depan dan sayap belakang tumbuh tidak normal,
terutama sayap belakang sangat kerdil. Faktor alelokemik tanaman merupakan faktor yang
agak langsung mempengaruhi bentuk sayap.

Pengendalian
1. Menggunakan tanaman padi dengan varietas unggul tahan wereng (VUTW) sebagai contoh
adalah IR 64, IR 72, IR 74, ciherang, cimelati dll
2. Pergiliran varietas tanaman padi antar musim.
3. Menggunakan jamur entomopathogen Metharizium anisopleae dan Beuveria basiana.
4. Pengendalian menggunakan musuh alami antara lain Paederus fuscifes, laba-laba,
kumbang coccinellid, Ophionea nigrofasciata, kepik mirid Cyrtorhinus lividipennis serta
parasitoid Anagrus.
5. Penggunaan insektisida yang selektif. Penggunaan pestisida berbahan aktif dari golongan
piretroid sintetik tidak dianjurkan karena akan dapat meledakkan populasi (resistensi,
resurjensi, hormoligosis/hormesis)
b. Walang sangit Leptocorisa acuta (Thunberg) (Hemiptera: Alydidae)
Walang sangit akan mulai datang pada pertanaman pad ketika tanaman mulai
berbunga. Walang sangit menyukai bagian lembaga biji padi atau biji yang masih lunak. Biji
yang sudah menguning tidak dakan dimakan. Nimfa-nimfa walang sangit juga mengisap padi
pada saat lunak (fase masak susu), kemudian dapat berpindah ke malai yang berdekatan.
Walang sangit beristirahat (tidak aktif) pada pukul 11 pagi hingga menjelang petang
hari. Pada umumnya, walang sangit berterbangan pada malam hari dan tertarik dengan sinar
lampu atau obor. Hama walang sangit juga tertarik pada bau-bau busuk.
Tanaman yang terserang hama walang sangit gabah-gabahnya kosong, atau bila berisi
isinya tidak sempurna. Pada umumnya serangan terjadi bulan maret bersamaan dengan mulai
berbunganya tanaman yang pertama.
Ambang ekonomi dari serangan hama walang sangit adalah 6 ekor/m2
Siklus hidup L. acuta
Walang sangit biasanya bertelur pada waktu sore hari atau senja. Walang sangit L.
acuta akan segera bertelur diatas daun bendera, yaitu daun yang terakhir sebelum bunga padi
keluar. Tujuannya agar pada waktu menetas nimfa segera dapat menghisap malai yang masih
dalam fase masak susu. Telur L.acuta berbentuk bulat lonjong dan pipih, dan ditempatkan
dalam 1-2 jajar. Setiap kelompok telur berjumlah12-16 butir. Selama hidupnya, seekor
walang sangit betina dapat menghasilkan 360 butir telur. Lama fase telur adalah 7 hari.
Walang sangit mempunyai lima instar nimfa. Perkembangannya dari telur sampai dewasa
lebih kurang 25 hari.
Pengendalian

1. Pengendalian Secara Kultur Teknik


Sampai sekarang belum ada varietas padi yang tahan terhadap hama walang sangit.
Berdasarkan cara hidup walang sangit, tanam serempak dalam satu hamparan merupakan cara
pengendalian yang sangat dianjurkan. Setelah ada tanaman padi yang berbunga walang sangit
akan segera pindah dari rumput-rumputan atau tanaman sekitar sawah ke pertanaman padi
yang sedang berbunga. Sehingga jika pertanaman tidak serempak pertanaman yang berbunga
paling awal akan diserang lebih dahulu dan menjadi tempat berkembang biak . Pertanaman
yang paling lambat tanam akan mendapatkan serangan yang relatif lebih berat karena walang
sangit sudah berkembang biak pada pertanaman yang berbunga lebih dahulu. Dianjurkan
beda tanam dalam satu hamparan tidak lebih dari 2,5 bulan.
Plot-plot kecil ditanam lebih awal dari pertanaman sekitarnya dapat digunakan
sebagai tanaman perangkap. Setelah tanaman perangkap berbunga walang sangit akan tertarik
pada plot tanaman perangkan dan dilakukan pemberantasan sehingga pertanaman utama
relatif berkurang populasi walang sangitnya.
2. Pengendalian Secara Biologis
Parasitoid yang sering digunakan untuk mengendalikan hama walang sangit adalah parasitoid
telur Hadronotus leptocorisa. Jamur entomopathogen yang dapat digunakan adalah
Metharizium anisopleae dan Beuveria basiana.

3. Pengendalian Dengan Menggunakan Perilaku Serangga


Walang sangit tertarik oleh senyawa (bebauan) yang dikandung tanaman
Lycopodium sp dan Ceratophylum sp. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk menarik hama
walang sangit dan kemudian dibunuh secara manual (pengendalian secara mekanik). Bau
bangkai binatang terutama bangkai kepiting juga efektif untuk menarik hama walang sangit.

c. Penggerek Patang Padi Putih Scirpophaga innotata (Walker) (Lepidoptera:


Crambidae)
Penggerek batang padi merupakan serangga hama sering terdapat pada setiap
pertanaman padi. Jenis atau spesies penggerek akan bergantung pada agroekosistem dimana
padi itu ditanam. Di Indonesia penggerek batang merupakanhama kedua terluas serangannya
setelah hama tikus. Rata-rata serangan dalam sepuluh tahun terakhir mencapai 84.952 ha.
Serangan tersebar di seluruh provinsi, dengan intensitas serangan beruktuasi antara 0,5 %
sampai 90%.
Penggerek batang menyerang pertanaman mulai dari persemaian sampai tanaman
menjelang panen. Fase larva menggerek batang padi merusak jaringan vaskular sehingga
metabolisme tanaman terganggu. Dengan demikian, tanaman padi yang diserang penggerek
batang tidak dapat mencapai potensi hasil dari suatu varietas. Serangan penggerek pada stadia
vegetatif menyebabkan matinya pucuk di tengah tunas padi. Gejala disebut sundep.
Kehilangan hasil akibat serangan penggerek batang padi pada stadia vegetatif tidak terlalu
besar, karena tanaman masih dapat mengkompensasi dengan membentuk anakan baru.
Berdasarkan penelitian simulasi pada stadia vegetatif, tanaman masih sanggup
mengkompensasi akibat kerusakan oleh penggerek sampai 30%. Namun demikian, serangan
pada stadia vegetatif menyebabkan tanaman tidak seragam dan rentan terhadap serangan
hama lain. Gejala serangan pada stadia generatif menyebabkan malai yang muncul hampa
putih dan yang disebut beluk. Kerugian hasil yang disebabkan oleh setiap satu persen gejala
beluk berkisar 1-3% atau rata-rata l,2%.
Jenis hama penggerek batang tanaman padi ada berbagai macam yaitu hama penggerek
batang padi putih (Scirpophaga innotata), penggerek batang padi kuning (S. interculas),
penggerek batang padi bergaris (Chilo suppresalis), penggerek batang padi kepala hitam
(C. polychrysus), penggerek batang padi berkilat (C. auricillius), dan penggerek padi merah
jambu (Sesamia inferens).

Siklus Hidup S. innotata


Ngengat atau imago
Sayap ngengat berwarna putih dengan ukuran betina 13 mm dan jantan 11 mm.
Telur
Telur diletakkan berkelompok pada permukaan atas daun atau pelepah. Bentuk
kelompok telur sama dengan kelompok telur penggerek batang padi kuning. Kelompok telur
di tutupi rambuthalus berwarna coklat kekuning-kuningan. Satu kelompok telur terdiri dari
170-260 butir dan lama stadium telur 4-9 hari.
Larva
Bentuk larva mirip larva penggerek batang padi kuning dengan panjang maksimal 21
mm dan berwarna putih kekuningan. Fase larva 19-31 hari kecuali untuk larva yang
berdiapause. Pada akhir musim kemarau, larva instar akhir tidak langsung menjadi pupa,
tetap mengalami diapause dalam pangkal batang atau tunggul. Hal ini biasanya terjadi di
daerah tropis yang memiliki perbedaan musim hujan dan kemarau yang jelas. Lamanya
diapause tergantung pada lamanya musim kemarau. Setelah turun hujan dan tanah lembab,
larva yang berdiapause akan menjadi pupa.
Pupa
Lama stadium pupa 6-12 hari. Pupa yang berasal dari larva yang berdiapause akan menjadi
ngengat secara bersamaan atau serentak. Dengan demikian generasi penggerek batang padi
putihpada awal musim hujan seragam
Pengendalian Penggerek Batang Padi
1. Kultur Teknis
Rotasi tanaman dengan tanaman selain padi akan dapat mengurangi serangan
penggerek batang. Hal tersebut terutama berlaku untuk penggerek batang padi kuning dan
putih, karena keduanya mempunyai tanaman inang pokok yang sama yaitu padi. Rotasi padi
dengan jagung tidak akan banyak mengurangi serangan jika spesies yang dominan ialah
penggerek batang padi bergaris dan merah jambu, sebab kedua spesies penggerek batang
tersebut bisa hidup pada tanaman jagung pula.
Pengaturan waktu tanam juga dapat dipakai untuk mengendalikan penggerek batang.
Pengaturan waktu tanam sebaiknya berdasarkan pada populasi atau penerbangan ngengat.
Waktu semai yang bersamaan dengan penerbangan ngengat akan mengalami serangan
penggerek yang tinggi.
Pengolahan lahan dilakukan sebelum persemaian, sasaranya adalah menekan populasi
larva awal dan jika terjadi penerbangan ngengat tidak tersedia tanaman inang berupa
persemaian.
Perendaman tanggul selama satu minggu secara terus-menerus, sasaran pengendalian
yaitu larva yang berdiapause pada tanggul.
2. Mekanik
Melakukan gerakan pengumpulan ngengat dan kelompok telur di persemaian serta
gerakan pengumpulan kelompok telur dipertanaman
3. Biologis
Penggunaan dan pelepasan parasitoid Tricogramma spp.
TANAMAN JAGUNG

a. Ulat Penggerek Tongkol Jagung Helicoverpa armigera (Hubner) (Lepidoptera:


Noctuidae)

Hama H. armigera merupakan hama yang bersifat polifagus. Ulat H. Armigera


menyerang pada beberapa komoditas pertanian penting antara lain kapas, tembakau, jagung,
tomat, kedelai, dan kacang hijau.
Gejala Serangan
Imago betina meletakkan telur pada silk jagung dan setelah menetas larva akan
menginvasi masuk kedalam tongkol dan memakan (menggerek) biji yang sedang
mengalami perkembangan. Infestasi serangga H. armigera akan menurunkan kualitas
dan kuantitas tongkol jagung.
Siklus Hidup
Larva terdiri dari lima sampai tujuh instar. Masa perkembangan larva pada suhu 24-
27,2oC adalah 12,8 - 21,3 hari. Larva serangga ini memiliki sifat kanibalisme.
Mengalami masa pra pupa selama satu sampai empat hari. Masa pra pupa dan pupa
biasanya terjadi dalam tanah dan kedalamannya bergantung pada kekerasan tanah.
Pupa terbentuk dalam tanah pada kedalaman 2,5 sampai 17,5 cm. Terkadang pula
H. armigera berpupa pada permukaan tumpukan limbah tanaman. Pada kondisi
lingkungan mendukung, fase pupa bervariasi dari enam hari pada suhu 35 oC sampai 30
hari pada suhu 15oC.
Imago betina H. armigera meletakkan telur pada rambut jagung. Rata-rata produksi
telur imago betina adalah 730 butir, telur menetas dalam tiga hari setelah diletakkan.
Pengendalian
1 Pengendalian hayati
Musuh alami yang digunakan sebagai pengendali hayati dan cukup efektif untuk
mengendalikan penggerek tongkol adalah Parasitoid Trichogramma spp yang
merupakan parasit telur dan Eriborus argentiopilosa (Ichneumonidae) parasit pada
larva muda. Cendawan, Metarhizium anisopliae menginfeksi larva. Bakteri, Bacillus
thuringensis dan Virus Helicoverpa armigera Nuclear Polyhedrosis Virus (HaNPV)
yang menginfeksi larva.
2 Pengendalian secara kultur teknis
Pengelolaan tanah yang baik akan merusak pupa yang terbentuk dalam tanah dan dapat
mengurangi populasi H. armigera berikutnya.

3 Pengendalian kimiawi
Untuk mengendalikan larva H. armigera pada jagung, penyemprotan insektisida
dilakukan setelah terbentuknya rambut jagung pada tongkol dan diteruskan
(1-2) hari hingga rambut jagung berwarna coklat.

b. Ulat Penggerek Batang Ostrinia furnacalis (Guenee) (Lepidoptera: Crambidae)


Salah satu hama yang sering ditemukan pada tanaman jagung dan penting adalah hama
penggerek batang O. furnacalis (Kalshoven, 1981). Larva penggerek batang jagung O.
furnacalis merusak daun, bunga jantan, dan kemudian menggerek batang jagung yang
menyebabkan tergangguya transportasi air dan hara tanaman, sehingga mengakibatkan
pertumbuhan tanaman terhambat, kerdil, matinya titik tumbuh, atau kelayuan seluruh
tanaman. Hama ini menyerang setiap fase pertumbuhan tanaman jagung. Pada awalnya
menyerang daun, kemudian menggerek batang yang ditandai dengan adanya sisa hasil
gerekan pada bagian lubang gerek. Kehilangan hasil jagung oleh O. furnacalis berkisar antara
20-80% . Masa pembentukan malai atau bunga jantan pada tanaman jagung merupakan stadia
yang paling disenangi, kemudian larva meninggalkan bunga jantan dan kemudian menggerek
batang tanaman atau tongkol tanaman. Ambang ekonomi 1 larva /tanaman.
Siklus Hidup
Telur. Jumlah telur yang diletakkan imago betina adalah 300500 butir. Telur biasanya
diletakkan pada malam hari hingga dini hari.
Larva. Lama perkembangan larva bervariasi, bergantung pada bagian tanaman jagung
yang dimakan. Jagung yang berumur 6 minggu paling disenangi oleh larva O.
furnacalis. Larva terdiri atas lima instar dengan ukuran yang berbeda-beda. Larva instar
I memiliki panjang 13 mm dengan ratarata 1,40; larva instar II 3,505 mm dengan
rata-rata 4,30 mm; larva instar III 712 mm dengan rata-rata 9,10 mm; larva instar IV
1320 mm dengan rata-rata 17,20 mm; dan larva instar V 1624 mm dengan rata-rata
21,50 mm. Larva instar I-III merusak daun dan bunga jantan, sedangkan larva instar IV-
V merusak batang dan tongkol. Larva yang baru menetas berwarna putih bening dengan
caput berwarna hitam.
Pupa terbentuk di dalam batang dengan lama stadium bervariasi 79 hari atau rata-rata
8,50 hari. Pupa yang baru terbentuk berwarna krem, kemudian berubah menjadi kuning
kecokelatan dan menjelang ngengat keluar berwarna cokelat tua.
Ngengat biasanya muncul dan aktif pada malam hari dan segera berkopulasi. Lama
hidup ngengat antara 27 hari. Ngengat jantan dapat dibedakan dengan ngengat betina
dari ukurannya. Ngengat betina lebih besar daripada ngengat jantan dan warna sayap
jantan lebih terang daripada betina.
Pengendalian
1 Kultur teknis
Waktu tanam yang tepat, Tumpangsari jagung dengan kedelai atan kacang tanah, dan
Pemotongan sebagian bunga jantan (4 dari 6 baris tanaman)
2 Pengendalian hayati
Pemanfaatan musuh alami seperti : Parasitoid Trichogramma spp. Parasitoid tersebut
dapat memarasit telur O. furnacalis. Predator Euborellia annulata memangsa larva
dan pupa O. furnacalis. Bakteri Bacillus thuringiensis Kurstaki mengendalikan larva
O. furnacalis, Cendawan sebagai entomopatogenik adalah Beauveria bassiana dan
Metarhizium anisopliae mengendalikan larva O. furnacalis. Ambang ekonomi 1 larva
/tanaman.
3 Pengendalian kimiawi
Penggunaan insektisida yang berbahan aktif monokrotofos, triazofos, diklhrofos, dan
karbofuran efektif untuk menekan serangan penggerek batang jagung.
c. Lalat Bibit Atherigona exigua Stein (Diptera: Muscidae)

Terdapat beberapa variasi ekologi lalat bibit pada areal yang berbeda, tetapi umumnya
kelembaban yang tinggi sangat mendukung perkembangan spesies ini. Jika kondisi sangat
kering, telur akan gagal menetas atau larva mati sebelum melakukan penetrasi batang.
Penetasan dan aktivitas imago terjadi selama kondisi dingin dalam satu hari. Lalat bibit
(Atherigona exigua) ini pun hanya ditemukan di Jawa dan Sumatera dan dapat merusak
pertanaman hingga 80% atau bahkan 100%. Tanaman yang terserang ringan dapat pulih
kembali, tetapi pertumbuhan pada fase generatif terhambat dan hasil berkurang. Serangga ini
menyerang titik tumbuh jagung muda yang berumur 2-5 hari, sehingga mengakibatkan
kematian tanaman.

Perkembangbiakan
Telur
A. exigua biasanya meletakkan telur pada pagi hari atau malam hari. Telur-telur tersebut
diletakkan secara tunggal di bawah daun, axil daun, atau batang dekat permukaan tanah.
Telur menetas pada malam hari minimal 33 jam atau maksimal empat hari setelah telur
diletakkan. Telur spesies ini berwarna putih dengan panjang 1,25 mm dan lebar 0,35 mm dan
warnanya berubah menjadi gelap sebelum menetas.
Larva
Larva terdiri atas tiga instar dengan stadia larva 6-18 hari). Larva spesies ini terdiri atas 12
ruas (satu ruas kepala, tiga ruas thorax, dan delapan ruas abdomen). Panjang larva mencapai
9 mm, berwarna putih krem pada awalnya dan selanjutnya menjadi kuning hingga kuning
gelap.
Pupa
Pupa terdapat pada pangkal batang dekat atau di bawah permukaan tanah. Imago keluar dari
pupa setelah 5-12 hari pada pagi atau sore hari. Puparium berwarna coklat kemerahan sampai
coklat dengan panjang 4,1 mm. Segmentasi tidak dapat dibedakan.
Imago
Imago akan terbang satu jam setelah keluar dari pupa. Kopulasi tidak terjadi pada beberapa
hari setelah muncul dari pupa. Serangga dewasa sangat aktif terbang dan sangat tertarik pada
kecambah atau tanaman yang baru tumbuh. Imago berukuran kecil dengan panjang 2,5-4,5
mm, caput agak lebar dengan antena panjang, thorax berambut, abdomen berwarna kuning
dengan spot hitam pada bagian dorsal. Imago betina mulai meletakkan telur 3-5 hari setelah
kawin dengan jumlah telur 7-22 butir atau bahkan dapat mencapai 70 butir. Imago betina
meletakkan telur selama 3-7 hari. Lama hidup serangga dewasa bervariasi antara 5-23 hari,
masa hidup betina dua kali lebih lama daripada jantan. Siklus hidup telur hingga menjadi
dewasa adalah 21-28 hari.

Gejala Serangan
Pada serangan berat, tanaman jagung dapat menjadi layu ataupun mati dan jika tidak
mati pertumbuhannya terhambat. Lalat bibit cepat berkembang biak dengan pada kelembaban
tinggi, oleh karena itu di musim hujan lalat ini merupakan hama utama jagung.

Pengendalian A. exigua
1. Biologis
Pengendalian hayati dapat dilakukan dengan menggunakan parasitoid dan predator.
Parasitoid untuk lalat bibit adalah Opius sp. dan Tetrastichus sp.
2. Pergiliran Tanaman
Jagung secara berturut-turut harus dihindari, karena akan member peluang pada lalat
bibit untuk tumbuh dan berkembang. Pergiliran tanaman sebagai upaya untuk memutuskan
daur hidup lalat bibit karena tidak ada persediaan makanan.
TANAMAN KEDELAI

a. Kepik Pengisap Polong Kedelai Riptorus linearis (Fabricius) (Hemiptera: Alydidae)

Riptortus linearis merupakan salah satu hama pengisap polong kedelai yang dapat
menyebabkan kehilangan hasil hingga 79%.

Siklus hidup R. linearis


Siklus hidup R. linearis meliputi stadium telur, nimfa yang terdiri atas lima instar, dan
stadium imago. Lama perkembangan R. linearis dari telur hingga imago membutuhkan waktu
64,48 hari.
Telur. Bentuk telur bulat dengan bagian tengah agak cekung. Telur yang baru
diletakkan berwarna biru keabu-abuan, kemudian berubah menjadi coklat suram. Diameter
telur 1, 20 mm, dan stadium telur berkisar 6 7 hari.
Nimfa. Nimfa R. linearis terdiri dari lima instar. Nimfa yang baru keluar dari telur
atau baru berganti kulit berwarna kemerah-merahan dan lama kelamaan warnanya akan
berubah. Stadium nimfa berkisar antara 16-23 hari dengan rata-rata umumnya 19 hari.
Imago. Imago berbadan panjang dan berwarna kuning kecokelatan dengan garis putih
kekuningan di sepanjang sisi badannya (Tengkano dan Dunuyaali 1976). Imago datang
pertama kali di pertanaman kedelai saat tanaman mulai berbunga dengan meletakkan telur
satu per satu pada permukaan atas dan bawah daun. Seekor imago betina mampu bertelur
hingga 70 butir selama 447 hari. Imago jantan dan betina dapat dibedakan dari bentuk
perutnya, yaitu imago jantan ramping dengan panjang 11 13 mm dan betina agak gemuk
dengan panjang 1314 mm. Rata-rata lama stadium imago adalah 13 29 hari.
Gejala Serangan
Imago dan nimfa menembus mengisap cairan biji di dalam polong, sehingga
mengakibatkan cacat atau perubahan pada warna biji. Tingkat kerusakan akibat R. linearis
bervariasi, bergantung pada tahap perkembangan polong dan biji. Tingkat kerusakan biji
dipengaruhi pula oleh letak dan jumlah tusukan pada biji.
R. linearis menyerang polong dan mengisap isinya. Apabila polong yang diserang
telah berisi akan tampak bintik-bintik hitam, dan jika polong tersebut terbuka akan tampak
biji kehitam hitaman, kosong, dan gepeng. Pada polong muda menyebabkan biji kempis dan
kadang-kadang polong gugur .
Pengendalian R. linearis
Berbagai upaya pengendalian hama pengisap polong kedelai terus dikembangkan,
antara lain dengan: 1) bercocok tanam yang baik dan benar seperti sanitasi, tanam serempak,
pergiliran tanaman, dan penanaman tanaman perangkap, 2) menanam varietas tahan, dan 3)
cara mekanis.
Komponen pengendalian hama penggerek polong adalah: (1) Tanam serempak dengan
selisih waktu kurang dari 10 hari; (2) Pergiliran atau rotasi tanaman yang baik adalah bila
jenis tanaman pada suatu musim berbeda dengan jenis tanaman yang ditanam pada suatu
musim berikutnya dan jenis tanaman tersebut bukan merupakan inang hama tanaman yang
ditanam pada musim sebelumnya. Dengan pemutusan ketersediaan inang pada musim kedua,
populasi hama yang sudah meningkat pada musim pertama dapat ditekan; (3) Cendawan
entomopatogen Lecanicillium lecanii mampu menginfeksi telur, nimfa dan kepik coklat
Riptortus linearis dengan tingkat mortalitas yang sangat tinggi dan dapat mencapai 50%; (4)
Tanaman perangkap Sesbania rostrata di pematang dapat mengurangi serangan hama
pengisap polong kedelai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jika populasi hama pengisap
polong cukup tinggi, keberadaan Sesbania dapat menekan populasi hama pengisap polong
pada tanaman kedelai hingga 35%; (5) Semprot dengan insektisida bila populasi mencapai
ambang kendali (klorfluazuron, betasiflutrin, sipermetrin, alfametrin, carbosulfan, sihalotrin,
sipermetrin)

b. Kepik Hijau Nezara viridula (Linnaeus) (Hemiptera: Pentatomidae)

Hama N. viridula tersebar luas di daerah tropis dan subtropis. Di Indonesia,


selain menyerang tanaman kedelai, serangga ini juga menyerang tanaman padi, jagung,
tembakau, kentang, cabai, kapas dan berbagai jenis tanaman berpolong.
Kepik hijau merupakan hama utama pada tanaman kedelai di daerah tropis dan
subtropis yaitu Afrika, Asia, Australia, Amerika Selatan, dan Amerika Serikat. Di Asia
merupakan hama penting terutama Indonesia dan Mikronesia.
Di Indonesia dijumpai pada semua daerah pertanaman kedelai, khususnya Jawa Barat,
Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Juga dijumpai di Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, dan
Sumatera Selatan

Siklus Hidup N. viridula


Siklus hidup hama ini terdiria atas telur, nimfa sebanyak 5 instar, kemudian menjadi
kepik dewasa. Hama kepik hijau ini pada stadia imago berwarna hijau polos, kepala berwarna
hijau serna pronotumnya berwarna jingga dan kuning keemasan, kuning kehijauan dengan
tiga bintik berwarn hijau dan kuning polos. Telur diletakkan berkelompok (10-90
butir/kelompok) pada permukaan bawah daun. Nimfa terdiri dari 5 instar. Instar awal hidup
bergerombol di sekitar bekas telur, kemudian menyebar. Periode telur 4-6 hari.
Perkembangan dari telur sampai menjadi serangga dewasa kurang lebih selama 4-8 minggu.

Imago kepik hijau menyerang pada saat tanaman kedelai mulai memasuki fase
berbunga. Telur diletakkan secara berkelompok pada permukaan daun bagian bawah, atas,
polong dan batang tanaman. Bentuk telur seperti cangkir berwarna kuning dan berubah warna
menjadi merah bata ketika akan menetas. Telur menetas setelah 5-7 hari. Nimfa tinggal
bergerombol di atas kulit telur. Untuk menjadi serangga dewasa nimfa mengalami 5 instar
yang berbeda warna dan ukurannya. Kepik muda instar 4 mulai menyebar ke tanaman
sekitarnya. Kepik biasanya tinggal di permukaan adun bagian atas pada pagi hari, dan dan
turun ke bagian polong pada siang hari untuk makan dan berteduh. Kepik muda dan dewasa
merusak polong dan biji dengan menusukkan stiletnya pada kulit polong terus ke biji
kemudian mengisap cairan biji

Gejala Serangan
Nimfa dan serangga dewasa merusak tanaman dengan cara mengisap polong kedelai.
Pada polong yang masih muda dan terserang kepik hijau menyebabkan polong tersebut
menjadi kosong (hampa) dan kempis karena biji tidak terbentuk dan polong gugur. Pada
polong tua menyebabkan biji keriput dan berbintik-bintik hitam yang pada akhirnya biji
menjadi busuk. Pucuk dan daun yang diisap oleh kepik hijau N. viridula menjadi layu dan
kering.

Pengendalian N. viridula
Tanam serempak dalam tidak lebih dari 10 hari, pergiliran tanaman, tanam tanaman
perangkap Sesbania rostrata.
Pergiliran tanaman bukan inang.
Pengumpulan kepik dewasa ataupun nimfa untuk dimusnahkan.
Menjaga kebersihan lahan dari tanaman penganggu atau gulma.
Sampai saat ini telah ditemukan delapan jenis parasitoid telur, yaitu
Anastatus sp., Ooencyrtus sp., Telenomus sp., T. basalis, dan empat jenis Gryon
spp. Jenis parasitoid imago yang diketahui adalah Conopid sp.
Menggunakan pestisida apabila serangan telah melampaui batas ambang kendali.

c. Ulat Penggerek Polong Etiella zinkenella (Treitschke) (Lepidoptera: Pyralidae)

Tanaman inang dari hama E. zinkenella ialah Crotalaria striata, C. juncea kacang
tunggak (Vigna sinensis), kacang kratak (Phaseolus lunatus), dan Teprosia candida.
Hama ini merusak tanaman leguminosa di daerah tropis dan subtropis seperti India,
Filipina, Jepang, Taiwan, Australia, Brazil, Mesir, Sri Lanka, Afrika Timur, Amerika Serikat
bagian Selatan, dan Indonesia. Di Indonesia hama ini terdapat di Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan, dan Sumatera bagian Timur.
Siklus Hidup E. zinkenella
Ngengat berwarna kuning keabu-abuan, sayap belakang ditutup sisik-sisik jarang
berewarna agak cerah. Ukuran tubuh ngengat bervariasi antara 1,7-2,5 cm, aktif pada malam
hari serangga betina dapat bertelur antara 73-300 butir yang diletakkan pada bagian bawah
kelopak bunga dan polong kedelai.
Telur berbentuk lonjong dengan ukuran panjang 0,6 mm. Telur muda berwarna putih-
mengkilap dan setelah cukup umur menjadi kemerah-merahan sampai jingga.
Larva (ulat) muda yang baru menetas bergerak menuju polong, kemudian
bersembunyi diliputi benang pintal putih. Setelah menggerek polong, ulat-ulat ini akan
memangsa biji kedelai. Ulat ini biasanya berukuran panjang antara 15-18 cm dan berwarna
hijau kekuning-kuningan sampai merah-muda dengan bagian punggung bergaris hitam.
Berkepompong dalam tanah pada kedalaman 2-3 cm. Kepompong tersebut berwarna coklat,
berukuran panjang 15 mm dan bentuknya bulat lonjong.
Daur hidup hama ini berkisar antara 18-41 hari.

Gejala Serangan E. zinkenella


Fase hama yang merusak tanaman kedelai adalah larva. Larva ini menggerek polong
kemudian tinggal hidup dan memangsa biji kedelai yang sehat. Akibat serangan
menyebabkan kerusakan pada polong muda maupun polong tua. Bahkan sering merusak
bunga.
Kerusakan pada bungamenyebabkan kegagalan pembentukan buah (polong).
Kerusakan pada polong muda akan mengakibatkan biji kedelai tidak berkembang dan polong
akan berguguran (rontok). Pada tingkat serangan yang berat, kerugian hasil dapat mencapai
90% atau lebih.

Pengendalian
Pengendalian non-kimiawi antara lain dengan menerapkan pergiliran tanaman,
mengatur waktu tanam secara serempak, dan sanitasi kebun dari gulma untuk menghilangkan
sumber serangan.
Beberapa jenis parasitoid yang telah diketahui memarsiti hama E. zinkenella antara
lain adalah Tichogramma spp., Agathis sp., Bracon spp., Microbracon sp., Phanerotoma sp.,
Pristmeurus naitoi, Temelucha spp., Trathala sp., Antrocephlus sp., dan Aphanteles sp.

Anda mungkin juga menyukai